Content-Length: 185491 | pFad | https://www.academia.edu/12874995/PROPOSAL_PROTOTYPE_PENGOLAHAN_LIMBAH_BATIK

(PDF) PROPOSAL PROTOTYPE PENGOLAHAN LIMBAH BATIK
Academia.eduAcademia.edu

PROPOSAL PROTOTYPE PENGOLAHAN LIMBAH BATIK

PROPOSAL PENGELOLAAN LIMBAH PROTOTIPE PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PEWARNA BATIK Disusun oleh : Kelompok 1 Herlandi Yoka Wijayanti G1B011003 Dilla Fadilah G1B011004 Indra Solihin Pribadi G1B011007 Lucy Kurnianti G1B011008 Hilda Nur Sa’adah G1B011012 Linda Safitri G1B011013 Marlina G1B011017 Dimas Setiyo Kusuma Aji G1B011018 Fajarwati G1B011020 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT PURWOKERTO 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan bahaya. Limbah ini dikenal dengan limbah B3 (bahan beracun dan berbahaya). Bahan ini dirumuskan sebagai bahan dalam jumlah relatif sedikit tapi mempunyai potensi mencemarkan/merusakkan lingkungan kehidupan dan sumber daya. Sebagai limbah, kehadirannya cukup mengkhawatirkan terutama yang bersumber dari pabrik industri. Industri tekstil adalah salah satu industri yang berkembang dengan pesat dan memiliki peran penting di Indonesia. Selama proses produksi berlangsung, industri tekstil menghasilkan limbah padat dan cair yang mengandung berbagai senyawa toksik yang dapat mencemari lingkungan jika tidak ditangani dengan baik. Pencemaran lingkungan akibat industri tekstil adalah berupa pencemaran debu yang dihasilkan dari penggunaan mesin berkecepatan tinggi dan air cucian tempat pencelupan larutan kanji dan proses pewarnaan (Pratiwi, 2010). Dampak negatif dari pembangunan industri tekstil tersebut terutama dari proses pencelupan dimana mengandung zat warna sebagai sumber pencemaran lingkungan apabila air limbahnya langsung dibuang ke selokan atau sungai tanpa diolah terlebih dahulu. Air selokan menjadi berwarna dan merubah kualitas air selokan atau air sungai sehingga tidak sesuai peruntukannya. Oleh karena itu, usaha untuk mengatasi masalah tersebut harus dilakukan sedini mungkin. Pada proses pencelupan tekstil lebih banyak menggunakan zat warna sintetik dibandingkan zat warna alam karena zat warna sintetik warnanya lebih bervariasi dan pemakaiannya lebih praktis. Hasil kajian toksisitas zat warna tekstil yang dilakukan Ramsay dan Nguyen (2002) bahwa zat warna remazol briliant blue dan reactive blue bersifat toksik yang ditunjukkan dengan nilai LC20 secara berturut-turut sebesar 50-75% dan 25-50%. Untuk meminimalkan dampak negatif dari air limbah yang dihasilkan oleh industri tekstil, maka diperlukan upaya penyediaan teknologi pengolahan air limbah yang efektif dan efisien serta ramah lingkungan. Industri batik dan tekstil merupakan salah satu penghasil limbah cair yang berasal dari proses pewarnaan. Selain kandungan zat warnanya tinggi, limbah industri batik dan tekstil juga mengandung bahan-bahan sintetik yang sukar larut atau sukar diuraikan. Setelah proses pewarnaan selesai, akan dihasilkan limbah cair yang berwarna keruh dan pekat. Biasanya warna air limbah tergantung pada zat warna yang digunakan. Limbah air yang berwarnawarni ini yang menyebabkan masalah terhadap lingkungan. Limbah zat warna yang dihasilkan dari industri tekstil umumnya merupakan senyawa organik non-biodegradable, yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan terutama lingkungan perairan. Senyawa zat warna di lingkungan perairan sebenarnya dapat mengalami dekomposisi secara alami oleh adanya cahaya matahari, namun reaksi ini berlangsung relatif lambat, karena intensitas cahaya UV yang sampai ke permukaan bumi relatif rendah sehingga akumulasi zat warna ke dasar perairan atau tanah lebih cepat daripada fotodegradasinya (Dae-Hee et al. 1999 dan Al-kdasi 2004). Limbah dengan pewarna batik sintetis akan mencemari sumber-sumber air warga, baik yang dibuang ke sungai, atau yang dibuang ke tanah karena akan mudah masuk ke sumur. Dampak pencemaran baru terasa setelah beberapa puluh tahun kemudian, terutama bagi kesehatan warga, yakni ancaman kanker atau gangguan pencernaan akibat akumulasi zat-zat berbahaya yang masuk ke dalam tubuh melalui air minum (Pratiwi, 2010). Penelitian Sastrawidana (2012) menyatakan bahwa pengolahan limbah cair dapat dilakukan menggunakan cara kimia, fisika dan biologi. Pengolahan air limbah tekstil cara kimia dan fisika cukup efektif untuk menghilangkan warna, akan tetapi tidak efisien dari segi biaya dan pemakaian bahan kimia serta menimbulkan sludge yang banyak. Untuk itu, penelusuran metode pengolahan limbah cair tekstil saat ini diarahkan menggunakan cara biologi dengan memanfaatkan mikroorganisme. Berdasarkan deskripsi diatas, penulis tertarik untuk membuat miniatur atau prototipe tentang pengolahan limbah cair pada pewarna batik dengan menggunakan metode sederhana. B. Tujuan Tujuan dalam penulisan proposal ini adalah untuk mengaplikasikan pengolahan limbah cair pewarna batik skala rumah tangga. C. Manfaat 1. Bagi Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa, sehingga mampu mengaplikasikan ilmu pengolahan limbah cair dalam bentuk prototipe dan dapat sebagai referensi dalam menambah wawasan dan meningkatkan penerapan ilmu kesehatan masyarakat di masyarakat. 2. Bagi Jurusan Kesehatan Masyarakat Memberikan koleksi prototype tentang pengolahan limbah cair pewarna batik. 3. Bagi Pemilik Industri Batik Memberikan sumbangan ilmiah sebagai pedoman industri dalam mengaplikasikan pengolahan limbah cair pewarna batik. 4. Bagi Masyarakat memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat tentang pengolahan limbah cair pewarna batik. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah 1. Definisi Limbah Definisi limbah menurut Peraturan Pemerintah No. 18/1999 Jo. PP 85/1999, adalah sisa atau buangan dari suatu usaha dan/atau kegiatan manusia. Limbah adalah bahan buangan tidak terpakai yang berdampak negatif terhadap masyarakat jika tidak dikelola dengan baik. Air limbah industri maupun rumah tangga (domestik) apabila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan. Limbah cair industri adalah buangan hasil proses/sisa dari suatu kegiatan/usaha yang berwujud cair dimana kehadirannya pada suatu saat dan tempat tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomis sehingga cenderung untuk dibuang (Asmadi, 2012). 2. Pembagian Limbah Secara Umum Berdasarkan sumber atau asal limbah, maka limbah dapat dibagi kedalam beberapa golongan yaitu : a. Limbah domestik, yaitu semua limbah yang berasal dari kamar mandi, dapur, tempat cuci pakaian, dan lain sebagainya, yang secara kuantitatif limbah tadi terdiri atas zat organik baik padat maupun cair, bahan berbahaya dan beracun (B3), garam terlarut, lemak. b. Limbah non domestik, yaitu limbah yang berasal dari pabrik, industri, pertanian, peternakan, perikanan, dan transportasi serta sumber-sumber lainnya. Limbah pertanian biasanya terdiri atas pestisida, bahan pupuk dan lainnya (Kristianto, 2002). Limbah dapat dibedakan berdasarkan nilai ekonomisnya dapat digolongkan dalam 2 golongan yaitu : a. Limbah yang memiliki nilai ekonomis limbah yang dengan proses lebih lanjut/diolah dapat memberikan nilai tambah. Contohnya : limbah dari pabrik gula yaitu tetes, dapat dipakai sebagai bahan baku pabrik alkohol, ampas tebunya dapat dijadikan bubur pulp dan dipakai untuk pabrik kertas. Limbah pabrik tahu masih banyak mengandung protein dapat dimanfaatkan sebagai media untuk pertumbuhan mikroba misalnya untuk produksi Protein Sel Tunggal/PST atau untuk alga, misalnya Chlorella sp. b. Limbah non ekonomis limbah yang tidak akan memberikan nilai tambah walaupun sudah diolah, pengolahan limbah ini sifatnya untuk mempermudah sistem pembuangan. Contohnya: limbah pabrik tekstil yang biasanya terutama berupa zat-zat pewarna. Berdasarkan sifatnya limbah dapat dibedakan menjadi : a. Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari sisa kegiatan dan atau proses pengolahan. Contohnya : limbah dari pabrik tapioka yang berupa onggok, limbah dari pabrik gula berupa bagase, limbah dari pabrik pengalengan jamur, limbah dari industri pengolahan unggas, dan lain-lain. Limbah padat dapat di bagi 2 yaitu: 1) Dapat didegradasi, contohnya sampah bahan organik, onggok 2) Tidak dapat didegradasi contoh plastik, kaca, tekstil, potongan logam. b. Limbah Cair adalah sisa dari proses usaha dan/atau kegiatan yang berwujud cair. Contohnya antara lain : Limbah dari pabrik tahu dan tempe yang banyak mengandung protein, limbah dari industri pengolahan susu, dan limbah deterjen pencucian. c. Limbah gas/asap adalah sisa dari proses usaha dan/atau kegiatan yang berwujud gas/asap. Contohnya : limbah dari pabrik semen 3. Pengertian Air Limbah Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001, air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwjud cair. Air limbah dapat berasal dari rumah tangga (domestik) maupun industri (industri). Berikut merupakan definisi air limbah dari berbagai sumber, sbb : a. Limbah cair atau air buangan (waste water) dalah cairan buanganyang berasal dari rumah tangga, perdagangan, perkantoran, industri maupun tempat-tempat umum lainnya yang biasanya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan atau kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan hidup. b. Kombinasi dari cairan atau air yang membawa buangan dari perumahan, institusi, komersial, dan industri bersama dengan air tanah, air permukaan, dan air hujan. c. Kotoran dari masyarakat dan rumah tangga, industri, air tanah/permukaan serta buangan lainnya (kotoran umum). d. Cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, perdagangan, perkantoran, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan biasanya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan/kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan hidup. e. Semua air/zat cair yang tidak lagi dipergunakan, sekalipun kualitasnya mungkin baik. 4. Tujuan Pengolahan Air Limbah Air limbah sebelum dilepas ke pembuangan akhir harus menjalani pengolahan terlebih dahulu. Untuk dapat melaksanakan pengolahan air limbah yang efektif diperlukan rencana pengelolaan yang baik. Adapun tujuan dari pengelolaan air limbah itu sendiri, antara lain : a. Mencegah pencemaran pada sumber air rumah tangga. b. Melindungi hewan dan tanaman yang hidup di dalam air. c. Menghindari pencemaran tanah permukaan. d. Menghilangkan tempat berkembangbiaknya bibit dan vektor penyakit. Sementara itu, sistem pengelolaan air limbah yang diterapkan harus memenuhi persyaratkan berikut : a. Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber-sumber air minum. b. Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan. c. Tidak menimbulkan pencemaran pada flora dan fauna yang hidup di air di dalam penggunaannya sehari-hari. d. Tidak dihinggapi oleh vektor atau serangga yang menyebabkan penyakit. e. Tidak terbuka dan harus tertutup. f. Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap (Chandra, 2006). B. Metode Pengolahan Limbah Cair Tekstil Maksud dan tujuan pengolahan limbah cair industri tekstil adalah bagaimana menghilangkan atau menurunkan unsur-unsur dan senyawa pencemar dari limbah tekstil untuk mendapatkan effluent dari pengolahan yang mempunyai kualitas yang dapat diterima oleh badan air penerima buangan tanpa gangguan fisik, kimia dan biologis. Menurut Hari dan Bambang (2010), ada tiga cara pengolahan air limbah tekstil berdasarkan karakteristiknya, yaitu: 1. Pengolahan limbah cair secara fisik Bertujuan untuk menyisihkan atau memisahkan bahan pencemar tersuspensi atau melayang yang berupa padatan dari dalam air limbah. Pengolahan limbah cair secara fisik pada industri tekstil, misalnya penyaringan dan pengendapan. Aerasi adalah proses awal yang selalu dilakukan secara terbuka maupun dengan paksa (injeksi udara). Proses penyaringan dimaksudkan untuk memisahkan padatan tersuspensi atau padatan terapung yang relatif besar seperti zat-zat warna, zat-zat kimia yang tidak larut dan kotoran-kotoran pada limbah cair. Proses penyaringan ini dilakukan sebelum limbah tersebut mendapatkan pengolahan lebih lanjut. Sedangkan proses pengendapan ditujukan untuk memisahkan padatan yang dapat mengendap dengan gaya gravitasi. 2. Pengolahan limbah cair secara kimia Bertujuan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), menetralkan limbah cair dengan cara menambahkan bahan kimia tertentu agar terjadi reaksi kimia untuk menyisihkan bahan polutan. Penambahan zat pengendap disertai dengan pengadukan cepat menyebabkan terjadinya penggumpalan, hasil akhir proses pengolahan biasanya merupakan endapan yang kemudian dipisahkan secara fisika. Zatzat pengendap yang ditambahkan biasanya adalah Kapur, Fero Sulfat, Feri Sulfat, Aluminium Sulfat, Feri Khlorida dan sebagainya. 3. Pengolahan limbah cair secara biologi Pengolahan secara biologi ini memanfaatkan mikroorganisme yang berada di dalam air untuk menguraikan bahan-bahan polutan. Pengolahan limbah cair secara biologi ini dipandang sebagai pengolahan yang paling murah dan efisien. Pengolahan ini digunakan untuk mengolah air limbah yang biodegradable. Selain itu pengolahan limbah cair tekstil berdasarkan karakteristiknya, limbah tersebut juga dapat diolah dengan berbagai macam metode yang inovatif. Berikut ini merupakan beberapa metode inovatif yang dapat digunakan untuk mengolah limbah cair tekstil. 1. Elektrokoagulasi Metode elektrokoagulasi dapat digunakan untuk mengolah limbah cair tekstil dan memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan koagulasi dengan menggunakan bahan kimia. Elektrokoagulasi bukan merupakan teknologi yang baru, akan tetapi teknologi ini belum digunakan secara luas oleh industri disebabkan oleh mahalnya investasi awal untuk membangun instalasi pengolahan tersebut dibandingkan dengan terhadap teknologi pengolahan limbah cair yang lainnya. Elektrokoagulasi merupakan suatu proses koagulasi kontinyu dengan menggunakan arus listrik searah melalui peristiwa elektrokimia, yaitu gejala dekomposisi elektrolit, dimana salah satu elektrodanya adalah aluminium ataupun besi. Dalam proses ini akan terjadi proses reaksi reduksi dimana logam-logam akan direduksi dan diendapkan di kutub negatif, sedangkan elektroda positif (Fe) akan teroksidasi menjadi [Fe(OH)3] yang berfungsi sebagai koagulan. Reaksi kimia yang terjadi pada proses elektrokoagulasi yaitu reaksi reduksi oksidasi, sebagai akibat adanya arus listrik (DC). Pada reaksi ini terjadi pergerakan dari ion-ion yaitu ion positif (disebut kation) yang bergerak pada katoda yang bermuatan negatif. Sedangkan ion-ion negatif bergerak menuju anoda yang bermuatan positif yang kemudian ionion tersebut dinamakan sebagai anion (bermuatan negatif) (Hari dan Bambang, 2010). 2. Lumpur Aktif Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengolah limbah cair industri tekstil adalah metode lumpur aktif. Senyawa organik akan diuraikan secara biologis oleh aktivitas mikroba yang tumbuh tersuspensi di seluruh kedalaman cairan di dalam bioreaktor. Mekanisme yang terjadi melalui dua tahap, yaitu penyerapan secara fisika-kimiawi dan interaksi antar partikelpartikel terlarut menjadi suspensi yang kemudian terpisahkan dari air limbah. Selanjutnya adalah tahap stabilisasi yang dapat berlangsung secara pararel melalui penyerapan polutan organik ke dalam partikel biomassa yang diuraikan menjadi gas CO2 dan H2O oleh aktivitas mikroba. Proses lumpur aktif sangat sensitif terhadap perubahan kondisi dan lonjakan beban polutan (Moertinah, Sri, et. al, 2010). C. Pengolahan Limbah Batik Cair secara Sederhana Industri batik termasuk dalam kelompok industri tekstil di Indonesia yang selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri juga merupakan komoditi ekspor penghasil devisa negara. Umumnya industri batik merupakan industri kecil sampai sedang atau industri rumah tangga. Secara garis besar proses pembuatan kain batik terdiri dari lima tahap yaitu proses persiapan, pembatikan, pewarnaan, pelepasan lilin batik dari kain, dan penyempurnaan. Setiap tahapan proses berpeluang menimbulkan pencemaran pada lingkungan karena menggunakan dan mengeluarkan zat kimia yang berpotensi mencemari lingkungan dan menimbulkan masalah kesehatan masyarakat (Daryanto, 2008). Limbah cair hasil dari proses pewarnaan batik tulis maupun batik cap harus diolah secara benar agar tidak mencemari lingkungan. Berikut merupakan gambaran untuk pengolahan limbah batik cair secara sederhana: Gambar 2.1. Ilustrasi pengolahan limbah batik secara sederhana Proses pengolahan limbah batik secara sederhana ini dibagi kedalam beberapa tahapan yang setiap tahapannya memiliki fungsi yang berbeda. Tahapan-tahapan tersebut secara lebih jelas adalah sebagai berikut: 1. Tahapan ekualisasi (Bak ekualisasi) Bak ekualisasi (Sum Pit) memiliki fungsi sebagai bak penampung limbah dan juga sebagai bak kontrol aliran limbah. Setelah dari bak ekualisasi kemudian air limbah batik ini dipompa menuju ke bak koagulasi. Bak ekualisasi dilengkapi dengan pompa air limbah yang berguna untuk mempermudah proses selanjutnya. Perawatan yang perlu dilakukan pada bak ekualiasadi adalah pengurasan yang dilakukan secara periodik 6 bulan sekali atau disesuaikan dengan kebutuhan. 2. Tahapan koagulasi (Bak Koagulasi) Koagulasi merupakan pengadukan secara cepat untuk menggabungkan koagulan dengan air sehingga didapat larutan yang homogen. Koagulasi dapat terjadi karena adanya penambahan ion-ion yang muatannya berlawanan sehingga menimbulkan ketidakstabilan partikel koloid. Pada pengolahan limbah cair batik, koagulasi yang biasanya dibantu oleh flokulasi digunakan untuk menurunkan kandungan kimia beracun yang dihasilkan oleh pewarna naphtol. Pemilihan koagulan dan kadarnya membutuhkan jar test apparatus. Aluminium Sulfat, Al2(SO4)3.14H20 adalah koagulan yang paling umum dalam pemurnian air (Laksono, 2012). 3. Tahapan Sedimentasi (Bak Sedimentasi Awal) Proses pengolahan limbah cair batik mempergunakan proses sedimentasi sebagai pengendapan partikel organik yang dihasilkan campuran zat pewarna napthol dengan penguat warna garam azo. Hal tersebut dapat menurunkan kadar TTS (padatan tersuspensi). Sedimentasi adalah pemisahan partikel dari air dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Proses ini menghasilkan air buangan yang jernih, dan hanya partikelpartikel yang lebih berat dari air yang terpisah. Tujuan dari sedimentasi awal adalah untuk menghilangkan zat padat yang tersuspensi (Siregar, 2005). 4. Tahapan Aerasi (Bak Aerasi) Salah satu teknik pengelolaan air limbah adalah dengan aerasi. Aerasi merupakan proses pengolahan air dengan cara mengontakkan dengan udara. Aerasi dapat menurunkan kandungan minyak pada air limbah dan dapat memisahkan minyak yang terakumulasi di dalam air, sehingga minyak bisa terdispersi ke atas. Perlakuan aerasi juga dapat menurunkan nilai biological oxygen demand (BOD), chemical oxygen demand (COD), ukuran zat terlarut (TDS) dan padatan tersuspensi (TSS) karena dengan pemberian oksigen ke dalam air limbah akan dapat memenuhi kebutuhan oksigen oleh mikroorganisme pengurai yang ada di dalam air limbah dan kebutuhan oksigen untuk oksidasi bahan kimia yang ada di dalam air limbah (Made Arsawan dkk., 2007). Teknik aerasi merupakan suatu usaha penambahan konsentrasi oksigen yang terkandung dalam air, agar proses oksidasi untuk mengubah bentuk kation berjalan dengan baik (Reynold, 2002). 5. Tahapan Sedimentasi (Bak Sedimentasi Akhir) Pada tahapan sedimentasi akhir ini memiliki sistem yang hampir sama dengan proses sedimentasi awal. Terdapat proses pengendapan partikel zat padat yang tersuspensi. Hal yang membedakan kedua proses sedimentasi ini adalah pqada ukuran partikel yang akan dihilangkan. Pada pengolahan limbah cair batik, proses ini diperlukan apabila partikel padatan melalui sedimentasi awal tidak banyak berkurang (Laksono, 2012). 6. Tahapan filtrasi (Bak Filtrasi) Filtrasi adalah proses penyaringan air menembus media berpori (misalnya pasir, kerikil, batu, dan arang). Adanya bahan organik dan aktivitas biologis menyebabkan terjadinya perubahan sifat pelekatan padatan tersuspensi terhadap media filter (Nurhasmawaty Pohan, 2008). Saringan media arang tongkol jagung merupakan unit saringan air yang terdiri dari arang tongkol jagung sederhana tetapi mempunyai keefektifan penyaringan tinggi (Henok Siagian, 2011). Pengolahan limbah cair batik kegunaan filtrasi adalah mampu menurunkan konsentrasi COD disebabkan karena kemampuan dari kerikil sebagai media filtrasi dalam menyaring zatzat yang lewat (Laksono, 2012). BAB III DESAIN PROTOTIPE DAN ANGGARAN DANA A. Desain Prototipe Bak Equalisasi Bak Akhir Bak Koagulasi Bak Filtrasi Gambar 3.1 Bak Sedimentasi Bak Sedimentasi Bak Aerasi Pengolahan Limbah Cair Pewarna Batik Keterangan gambar 3.1: 1. Bak Equalisasi :Bak ekualisasi memiliki fungsi sebagai bak penampung limbah dan juga sebagai bak kontrol aliran limbah. 2. Bak Koagulasi :Bak koagulasi merupakan pengadukan secara cepat untuk menggabungkan koagulan dengan air sehingga didapat larutan yang homogen. 3. Bak Sedimentasi 1 :Sebagai pengendapan partikel organik yang dihasilkan campuran zat pewarna napthol dengan penguat warna garam azo. 4. Bak Aerasi :Proses pengolahan air dengan cara mengontakkan dengan udara. 5. Bak Sedimentasi 2 :Terdapat proses pengendapan partikel zat padat yang tersuspensi. Hal yang membedakan kedua proses sedimentasi ini adalah pqada ukuran partikel yang akan dihilangkan. 6. Bak Filtrasi :Proses penyaringan air menembus media berpori (misalnya pasir, kerikil, batu, dan arang). 7. Bak Akhir :Penampungan akhir limbah yang diolah B. Anggaran Dana Anggaran dana prototipe penolahan limbah industri pewarna batik : No. Jenis Barang Jumlah Harga Satuan Harga Bahan 1. Kayu 8 meter @ Rp 15.000 Rp 120.000 2. Papan 3 meter³ @ Rp 10.000 Rp 30.000 3. Kotak Kaca 0¸3 meter³ @ Rp 120.000 Rp 36.000 4. Kaca 0¸3 meter² @ Rp 80.000 Rp 24.000 5. Galon air 2 buah @ Rp 50.000 Rp 100.000 6. Pipa 3 meter @ Rp 13.000 Rp 39.000 7. Sambungan pipa 6 buah @ Rp 3.000 Rp 18.000 8. Stop kran Plastik 6 buah @ Rp 10.000 Rp 60.000 9. Kran 6 buah @ Rp 7.500 Rp 45.000 10. Selang kecil bening @ Rp 11.000 Rp 11.000 11. Pewarna pakaian 2 pack @ Rp 5.000 Rp 10.000 12. Aluminium Sulfat 1 kg @ Rp 2.500 Rp 13. Kerikil ¼ kg @ Rp 160.000 Rp 40.000 14. Pasir ¼ kg @ Rp 150.000 Rp 37.500 15. Arang ½ kg @ Rp 10.000 Rp 16. Dakron ¼ kg @ Rp 40.000 Rp 10.000 Total 1 meter 2.500 5.000 Rp 588.000 DAFTAR PUSTAKA Asmadi & Suharno. 2012. Dasar-Dasar Teknologi Pengolahan Air Limbah. Cetakan Pertama. Gosyen Publishing. Yogyakarta. Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC. Jakarta Daryanto. 2008. Teknik Pembuatan Batik dan Sablon. Aneka Ilmu. Semarang. Hari, Bambang dan Harsanti, Mining. 2010. Pengolahan Limbah Cair Tekstil Menggunakan Proses Elektrokoagulasi dengan Sel Al – Al. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan”. ISSN 1693 – 4393. Universitas Jenderal Achmad Yani. Henok Siagian. 2011. Studi Pembuatan Adsorben dari Zeolit Alam Campur Arang Aktif Tongkol Jagung. Jurnal Saintech Vol.03 – No.04 - Desember 2011. diakses 5 Februari 2012. Laksono, S. 2012. Pengolahan Biologis Limbah Batik dengan Media Biofilter. Skripsi. UI Press. Depok. Made Arsawan, dkk., Pemanfaatan Metode Aerasi dalam Pengolahan Limbah Berminyak. ECOTROPHIC Volume 2 No. 2 November 2007. diakses tanggal 26 November 2014. (http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/04_arsawan_ p.pdf). Moertinah, Sri, et. al. 2010. Peningkatan Kinerja Lumpur Aktif dengan Penambahan Karbon Aktif dalam Pengolahan Air Limbah Industri Tekstil Pewarnaan dengan Zat Warna Indigo dan Sulfur. Jurnal Riset Industri Vol IV (1): 23-33. Nurhasmawaty Pohan. 2008. Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu dengan Proses Biofilter Aerobik. Tesis. Universitas Sumatera Utara. Medan. Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 Tentang : Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air. Reynolds, Tom D. 1982. Unit Operations and Processes in Environmental Engineering. Wadsworth Inc., California. Siregar, Dwi. 2008. Kajian Pengolahan Limbah Cair Industri Batik, Kombinasi Aerob-Anaerob. UNDIP Press. Semarang








ApplySandwichStrip

pFad - (p)hone/(F)rame/(a)nonymizer/(d)eclutterfier!      Saves Data!


--- a PPN by Garber Painting Akron. With Image Size Reduction included!

Fetched URL: https://www.academia.edu/12874995/PROPOSAL_PROTOTYPE_PENGOLAHAN_LIMBAH_BATIK

Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy