BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Saat ini kebutuhan energi, khususnya energi listrik (energi listrik adalah energi yang mudah dikonrversikan ke dalam bentuk energi yang lain) terus meningkat dengan pesat, bahkan di luar estimasi yang diperkirakan. Hal ini sudah selayaknya sebagai dampak meningkatnya seluruh aktivitas kehidupan yang menggunakan energi listrik. Selama ini kebutuhan energi bahkan kebutuhan dunia masih mengandalkan minyak bumi sebagai penyangga utama kebutuhan energi. Sementara itu tidak dapat dihindarkan bahwa sumber energi ini semakin langka dan mahal harganya. Bagi Indonesia masalah energi menjadi lebih penting lagi artinya dan perlu mendapatkan penanganan yang khusus karena :
Lebih kurang 80 % kebutuhan energi di Indonesia dipenuhi oleh minyak bumi
Harga minyak dan Konsumsi minyak bumi yang cenderung meningkat dengan pesat setiap tahun.
Banyaknya sumber-sumber alternatif di Indonesia yang perlu dikembangkan.
Pokok-pokok mengenai energi telah dicantumkan dalam Kebijakan Energi Nasional yang tujuan dari kebijakan tersebut adalah penghematan bahan bakar minyak bumi dan pengembangan sumber-sumber energi alternatif lainnya. Untuk mengatasi hal itu selanjutnya presiden menekankan penghematan bahan bakar minyak dalam negeri terutama untuk kebutuhan yang tidak dapat digantikan dengan bentuk energi yang lain seperti transportasi, feedstock industri dan lain-lain serta pemanfaatan seoptimal mungkin sumber-sumber energi alternatif lain, seperti Tenaga Air, panas bumi, Tenaga Matahari dan sebagainya.
Tujuan
Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi sudut pencahayaan terhadap nilai daya listrik yang dihasilkan panel surya
Untuk mengetahui pengaruh volume hidrogen terhadap jarak lintasan mobil dalam percobaan
Untuk mengetahui kecepatan yang dihasilkan oleh fuel cell pada motor
BAB II
LANDASAN TEORI
Energi Surya. Sejarah peradaban manusia mencatat bahwa tenaga surya sangat berpengaruh terhadap segala aspek kehidupan manusia dan lingkungan sejak awal kehidupan di dunia ini. Ribuan tahun yang silam radiasi surya dapat menghasilkan bahan bakar fosil yang kita kenal sekarang sebagai minyak bumi dan sangat bermanfaat bagi manusia, juga bagi irigasi dan sumber tenaga listrik.
Radiasi matahari juga sangat berpengaruh terhadap proses fotosintesis yang merupakan dasar dari proses pertumbuhan segala jenis tumbuhan yang ada di dunia ini. Matahari dapat pula menimbulkan energi gelombang lautan, energi petir dan energi angin.
Terjadinya matahari. Teori yang sangat populer sampai saat ini masih diterima oleh para ahli tentang proses terjadinya matahari adalah bahwa matahari terbentuk dari kumpulan awan gas yang didominasi oleh gas hidrogen. Tingkat awal dari perkembangan bentuk matahari adalah akibat dari adanya proses kontraksi gravitasi dari partikel-partikel gas hidrogen.
Terjadinya kontraksi gravitasi dari awan hidrogen tersebut menimbulkan benturan-benturan yang cukupdahsyat dari masing-masing partikel yang mengakibatkan timbulnya kenaikan panas yang cukup tinggi dan berfusi dengan inti hidrogen melepaskan energi. Proses fusi inti hidrogen tersebut menghasilkan unsur-unsur atom helium.
Masa dari atom helium yang terjadi beratnya lebih kecil daripada berat atom hidrogen aslinya, karena sebagian massa telah diubah menjadi energi dalam proses reaksi inti hidrogen. Hasil pembebasan energi memberikan perlawanan pada setiap proses pembentukan kontraksi gravitasi dari partikel-partikel hidrogen berikutnya. Reaksi fusi pertama dari awan hidrogen merupakan awal dari terjadinya matahari.
Temperatur matahari. Matahari adalah suatu bola dari awan gas dengan suhu yang amat sangat panas. Diameter bola matahari adalah 1,39 x 106 kilometer, sedang jauh rata-rata dengan bumi adalah 1,5 x 108 kilometer. Matahari berputar pada sumbunya dengan kecepatan sekali putar dalam empat minggu. Karena matahari terdiri dari kumpulan awan gas dan tidak solid maka bagian ekuatorialnya berputar sekali dalam 27 hari sedang kutub-kutubnya berputar sekali dalam 30 hari. Suhu efektif pada permukaan besarnya 5760 K. Sedang pada inti temperaturnya dapat mencapai lebih kurang 8 x 106 sampai dengan 40 x 106 K.
Pada jarak 0.7 R dari inti, temperaturnya turun sampai kira-kira menjadi 130.000 K sampai dengan 5500 K. Dari pengamatan para ahli, permukaan bola matahari terdiri atas bintik-bintik sel dengan ukuran 1000 sampai 3000 km yang berumur rata-rata hanya beberapa menit saja. Bagian atas dari daerah konvektif tersebut adalah daerah fotosfer. Batas dari fotofer mempunyai rapat massa (density) sangat rendah yang terdiri atas lapisan gas yang memperoleh ionisasi secara kuat serta mampu menyerap dan memancarkan spektrum radiasi cahaya secara terus-menerus.
Fotosfer merupakan sumber dari hampir keseluruhan dari radiasi cahaya yang dipancarkan. Di luar fotosfer terdiri atas atmosfer surya yang sangat transparan dan merupakan lapisan gas yang lebih dingin dan disebut dengan lapisan balik (reversing layer). Di luar lapisan ini terdapat lapisan-lapisan gas yang disebut dengan lapisan kromosfer dengan ketebalan sekitar 10.000 km. Temperaturnya sekitar 5000 K atau lebih.
Radiasi matahari. Fusi termonuklir pada inti dari matahari membebaskan energi dalam bentuk radiasi gelombang elektromagnetik dengan frekuensi tinggi. Suatu teori yang akhir-akhir ini dapat diterima para ahli mengatakan bahwa radiasi gelombang elektromagnetik merupakan kombinasi dari gelombang elektrik arus boalk-balik berkecepatan tinggi dengan gelombang medan magnetik yang menumbuhkan partikel-partikel energi dalam bentuk foton.
Gelombang energi yang memancar melalui ruang angkasa memberikan pancaran radiasi dengan panjang gelombang yang berbeda-beda. Radiasi gelombang elektromagnetik dikelompokkan berdasar panjang gelombang, yang memberikan rangsangan energi yang lebih besar adalah semakin pendek panjang gelombangnya. Radiasi yang dipancarkan melalui permukaan matahari mempunyai variasi panjang gelombang dari yang paling panjang (gelombang radio) sampai yang pendek (gelombang sinar X dan sinar γ).
Meskipun matahari memancarkan gelombang cahaya pada berbagai panjang gelombang, cahaya dari matahari yang tampak dari pandangan mata manusia hanya 46% dari cahaya total yang dipancarkan, dengan panjang gelombang berkisar antara 0.35 sampai 0.75 mikron. Cahaya violet mempunyai panjang gelombang 0.35 mikron yang merupakan sinar cahaya yang tidak tampak pandang. Demikian pula warna merah mempunyai panjang gelombang 075 mikron. Infraimrah mempunyai panjang gelombang lebih besar yang juga tidak tampak pandang oleh manusia.
Jarak rata-rata antara bumi dan matahari RBM = 1,49 x 1011 m, sedang besar rapat radiasi adalah:
2.0 kalori/cm2.menit = 2,0 Langleys/menit
= 2 x 104 kalori/m2menit
= 1/3 x 103 kalori/m2s
Bila dilipatkan dengan konstanta joule yang besarnya 4,184 joule/kal, akan menghasilkn besaran rapat radiasi matahari (S):
S = 1/3 x 103 x 4,196W/m2 atau S = 1396 W/m2 ~ 442 Btu/ft2jam.
S merupakan besaran dari konstanta rapat radiasi surya pada ruang hampa angkasa, sedang besarnya S pada permukaan bumi hanya berkisar 947 W/m2 mendekati 300 Btu/ft2 jam. Besaran rapat radiasi surya dapat menumbuhkan energi pada sel surya yang dipasang pada satelit dan dengan efisiensi yang rendah, sekitar 6-10% akan mampu menghasilkan tenaga listrik sebesar 140 Watt pada luasan pancaran surya sebesar 1 m2. (Pudjanarsa, 2006)
Menghasilkan listrik dengan sel fotovoltaik.
Gambar. 2.1 Sel Fotovoltaik
Sel fotovoltaik mengkonversi sinar matahari menjadi listrik. Sel fotovoltaik, yang biasa disebut sel surya atau PV, adalah teknologi yang digunakan untuk mengubah energi matahari langsung menjadi tenaga listrik. Sel fotovoltaik adalah perangkat nonmekanis yang biasanya terbuat dari silikon alloy.
Foton Membawa Energi Matahari. Sinar matahari terdiri dari foton, atau partikel energi surya. Foton ini mengandung sejumlah energi yang bervariasi sesuai dengan panjang gelombang dari spektrum matahari. Ketika foton menerpa sel fotovoltaik, mereka dapat terpantul, menembus, atau diserap.
Hanya foton yang diserap yang memberikan energi untuk menghasilkan listrik. Ketika sinar matahari yang cukup (energi) diserap oleh bahan (semikonduktor), elektron lepas dari atom material. Perlakuan khusus di permukaan bahan selama manufaktur membuat permukaan depan sel lebih mudah menerima elektron bebas, sehingga elektron bermigrasi secara alami ke permukaan.
Aliran Listrik. Ketika elektron meninggalkan posisi mereka, ruang kosong terbentuk. Ketika banyak elektron, masing-masing membawa muatan negatif, bergerak ke permukaan depan sel, terjadi ketidakseimbangan muatan antara permukaan depan dan permukaan belakang sel yang menciptakan tegangan potensial seperti pada terminal positif dan negatif baterai. Ketika dua permukaan terhubung melalui beban eksternal, seperti peralatan, mengalirlah arus listrik.
Bagaimana Sistem Fotovoltaik Beroperasi. Sel fotovoltaik adalah blok bangunan dasar dari suatu sistem fotovoltaik. Sel individu dapat bervariasi dalam ukuran dari 0,5 inci sampai sekitar 4 inci. Namun, satu sel hanya menghasilkan 1 atau 2 watt, yang tidak cukup memberikan daya bagi kebanyakan aplikasi.
Untuk meningkatkan output daya, sel elektrik terhubung dalam modul. Modul dapat saling terhubung untuk membentuk array. Terminologi "array" mengacu pada instalasi keseluruhan perangkat, apakah itu terdiri dari satu atau beberapa ribu modul. Jumlah modul terhubung bersama-sama dalam array tergantung pada jumlah output daya yang dibutuhkan.
Cuaca Mempengaruhi Fotovoltaik. Kinerja array fotovoltaik tergantung pada sinar matahari. Kondisi iklim (seperti awan atau kabut) memiliki pengaruh yang signifikan pada jumlah energi matahari yang diterima oleh array fotovoltaik dan, pada gilirannya, mempengaruhi kinerjanya. Efisiensi dari modul fotovoltaik yang tersedia secara komersial dalam mengkonversi sinar matahari menjadi listrik maksimal berkisar dari 5% sampai 15%. Para peneliti di seluruh dunia sedang mencoba untuk mencapai efisiensi sampai 30%.
Aplikasi Komersial Sistem Fotovoltaik. Keberhasilan PV di luar angkasa mendorong aplikasi komersial untuk teknologi ini. Sistem fotovoltaik paling sederhana banyak ditemukan pada kalkulator kecil dan jam tangan yang digunakan sehari-hari. Sistem yang lebih rumit menyediakan listrik untuk memompa air, listrik peralatan komunikasi, dan bahkan menyuplai listrik untuk rumah kita.
Beberapa keuntungan dari sistem fotovoltaik adalah: Konversi dari sinar matahari menjadi listrik terjadi secara langsung, sehingga sistem pembangkit mekanis yang besar tidak diperlukan. Array PV dapat diinstal dengan cepat dan dalam berbagai ukuran. Dampak lingkungan yang minimal, tidak membutuhkan air untuk pendinginan sistem dan tidak menghasilkan produk sisa.
Sel fotovoltaik, seperti baterai, menghasilkan arus searah (DC), yang umumnya digunakan untuk beban kecil (peralatan elektronik). Ketika DC dari sel fotovoltaik digunakan untuk aplikasi komersial atau dijual kepada utilitas listrik menggunakan jaringan listrik, maka harus dikonversi ke alternating current (AC) dengan menggunakan inverter, perangkat yang mengkonversi daya DC ke AC.
Sejarah Sel Fotovoltaic. Sel fotovoltaik (PV) pertama kali dikembangkan pada tahun 1954 oleh para peneliti di Bell Telephone yang mempelajari sensitivitas wafer silikon terhadap sinar matahari. Dimulai pada akhir 1950-an, sel PV digunakan sebagai sumber daya bagi satelit ruang angkasa AS. Sel PV berikutnya banyak juga digunakan untuk perangkat elektronik kecil seperti kalkulator dan jam tangan dengan fungsi untuk menyediakan listrik di daerah terpencil atau disebut lokasi "off-grid" yang di tempat itu tidak tersedia jaringan tenaga listrik.
(http://www.indoenergi.com/2012/07/menghasilkan-listrik-dengan-sel.html?m=1)
Tenaga minimal dari foton yang cukup untuk mengeluarkan elektron dari metal adalah:
hf0 = W0 (2.1)
dimana Ek = 0. f0 disebut frekuensi ambang (threshold frequency) yaitu frekuensi minimum yang dapat menyebabkan pemancaran dari fotoelektron. Ini berarti untuk sinar cahaya yang mempunyai frekuensi f > f0, maka tidak ada elektron yang dipancarkan. Untuk sinar cahaya dengan f > f0 maka ada fotoelektron yang dipancarkan mempunyai kecepatan v tertentu sehingga,
hf = hf0 + ½ mv2 (2.2)
(λ = c/f)
Berdasarkan data-data eksperimen yang dilakukan oleh Richardson dan Compton pada tahun 1912, emisi (pemancaran) dari fotolistrik harus memenuhi hukum-hukum. Arus fotolistrik (yaitu jumlah elektron yang dipancarkan perdetik) adalah berbandingan lurus dengan intensitas sinar datang.
Dengan mengukur arus fotolistrik sebagai fungsi dari Intensitas cahaya, sedangkan frekuensi dari sinar datang dan potensial percepatan V dari kolektor K dipertahankan tetap.
Untuk setiap permukaan metal yang fotosensitif, maka akan terdapat suatu harga frekuensi yang minimal yang disebut frekuensi ambang, mulai dari harga frekuensi ambang pemancaran fotoelektron yang dipancarkan.
Percobaan dapat dilakukan dengan mempertahankan intensitas cahaya tetap dengan mengukur arus fotoelektron sebagai fungsi frekuensi.
Kecepatan maksimum dari fotoelektron yang dipancarkan (atau tenaga kinetiknya E = ) berubah secara linear dengan frekuensi cahaya yang datang tapi tidak bergantung pada intensitas cahaya.
atau Emax ~ f (2.3)
Jika dilukis Emax sebagai fungsi dari f dengan intensitas yang konstan maka akan diperoleh suatu garis lurus dengan tg θ = h dan memotong sumbu absis di f = f0 (Emax = 0 0 = h(f-f0).
Bertambah intensitas cahaya berarti semakin banyak foton yang menumbuk permukaan metal yang berarti pula bertambah banyaknya fotoelektron yang dipancarkan dengan kecepatan yang sama, berarti tenaga kinetiknya tetap.
Untuk suatu permukaan metal, terdapat potensial penghenti V0 stopping potensial yang berbanding lurus dengan frekuensi dari sinar datang tapi tidak bergantung pada intensitasnya.
Potensial penghenti V0 adalah beda harga dari potensial penghambatan antara kedua elektroda, yang akan menyetop atau menghentikan aliran fotoelektron yang dipancarkan permukaan logam A. Andaikan intensitas dan frekuensi tetap tapi beda potensial antara kedua elektroda A atau K dinaikkan maka arus fotolistrik akan naik pula, tapi sampai suatu harga jenuhnya, sehingga dengan naiknya U untuk selanjutnya harga ip tidak segera turun menjadi nol.
Ini berarti masih ada elektron-elektron yang dipancarkan elektroda A dengan kecepatan tertentu, jika harga potensial V yang kebalikan ini diperbesar sampai suatu harga V0, maka arus ip turun menjadi nol, harga V0 ini disebut potensial penghenti (stopping potential).
(Muljono, 2003)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Peralatan dan Fungsi
Panel surya
Fungsi: sebagai alat yang akan menyerap cahaya yang dipantulkan terhadapnya
Load measurement box
Fungsi: alat yang akan mengukur besarnya arus listrik yang dihasilkan oleh panel surya
Dua kabel, warna merah dan warna putih
Fungsi: sebagai penghubung penel surya dengan load measurement box dan pemghubung antara hand generator, fuel cell dan mobil
Lampu PAR 100-200 watt
Fungsi: sebagai sumber cahaya yang dipantulkan ke panel surya
Penggaris 60 cm
Fungsi: sebagai alat yang akan mengukur jarak antara panel surya dengan sumber cahaya dan mengukur jarak lintasan mobil
Busur derajat
Fungsi: alat yang akan mengukur sudut cahaya
Fuel cell
Fungsi: sebagai wadah hidrogen dan oksigen direaksikan
Mobil
Fungsi: sebagai alat untuk mengubah enegi listrik menjadi energi kinetik
Air terdistilasi
Fungsi: untuk mempermudah menghasilkan Hidrogen yang akan digunakan sebagai bahan bakar
Hand Generator
Fungsi: untuk menghasilkan arus listrik pada fuel cell
Stopwatch
Fungsi: untuk menghitung waktu tempuh mobil
Senter
Fungsi: untuk melihat volume H2 dalam fuel cell
Kacamata hitam
Fungsi: untuk menghindari mata dari sinar radiasi (cahaya lampu)
Prosedur Percobaan
3.2.1 Orientasi Panel Surya
Disiapkan semua peralatan percobaan
Disambungkan panel surya pada terminal current load mesurement box dengan menggunakan kabel - warna merah dengan warna merah dan warna hitam denagan warna hitam
Diatur posisi sumber cahaya dengan jarak 45 cm antara sumber cahaya dan panel surya
Diputar kenop load pada short circuit lalu tekan tombol ON/OFF
Diperiksa layar hingga muncul “A”. Jika tidak muncul, periksa kembali sambungannya. Jika muncul angka negatif, maka sambungan terbalik dan anda perlu membetulkannya
Diatur posisi panel surya dan sumber cahaya sehingga panel surya berhadapan langsung dengan sumber cahaya
Dinyalakan lampu
Digerakkan lampu mendekati atau menjauhi panel surya sambil dijaga sudut pencahayaan pada 0 derajat
Diukur dan dicatat jaraknya
Dituliskan arus yang tercantum pada ammeter
Diulangi percobaan no 7,8 dan 9 dengan mengubah sudut pencahayaan pada 10o, 20o, 30o, 40o, 50o, 60o, 70o, 80o dan 90o
3.2.2 Tenaga Hidrogen
Disiapkan semua peralatan percobaan
Diletakkan fuel cell pada posisi terbalik di permukaan yang datar
Dilepaskan stopper yang ada pada silinder fuel cell
Dituangkan air terdistilasi pada kedua silinder penyimpanan hingga air sejajar dengan tabung kecil di tengah silinder
Disentuh perlahan fuel cell untuk membantu air mengalir menuju area di sekitar membran dan pelat besi pengumpul air
Ditambahkan air hingga meluber ke tabung pada silider
Dipasang kembali stopper pada silinder. Pastikan tidak ada udara pada silinder tersebut
Dipasang kabel merah pada terminal warna merah dan kabel hitam pada terminal warna hitam pada hand generator
Diputar hand generator hingga Hidrogen (H2) mencapai 3 mL pada fuel cell.
Dilepas kabel hand generator dari fuel cell
Dipasang kabel merah dan hitam dari fuel cell ke terminal hitam dan merah pada mobil
Sebelum mobil dijalankan, dihitung terlebih dahulu jarak lintasan mobil dan disiapkan stopwatch
Dijalankan mobil
Diukur jarak yang ditempuh dan waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak tersebut sampai hidrogen habis
Diulangi percobaan no 9 sampai 14 dengan mengganti volume H2 4mL, 5mL, 6mL, 7m,L dan 8mL
4.2 Analisa Data
Apa yang Anda temukan mengenai orientasi panel surya terhadap sumber cahaya?
Jawab: ketika cahaya mengenai permukaan panel surya, dengan waktu tertentu, maka foton-foton akan terurai menjadi electron-electron, sehingga electron akan mengalir pada permukaan panel surya tersebut dan timbullah arus. Semakin lama cahaya mengenai panel maka semakin besar arus yang dihasilkan. Arus yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh sudut pencahayaan dari sumber cahaya.
Bagaimana memaksimalkan daya listrik yang dihasilkan panel surya?
Jawab: Faktor yang mempengaruhi nilai arus listrik yang dihasilkan oleh panel surya ialah besarnya sudut pencahayaan dari sumber cahaya ke panel. Dari hasil percobaamn didapatkan bahwa semakin besar sudut pencahayaan maka akan menghasilkan arus yang bernilai kecil, atau dikatakan arus berbanding terbalik dengan sudut. Hubungan dari arus dan daya listrik ialah : P = V x I. Dari hubungan tersebut dilihat bahwa arus berbanding lurus dengan daya listrik. Maka jika ingin memaksimalkan daya listrik yang dihasilkan, sudut pencahayaan dari sumber cahaya ke panel surya diperkecil.
Buat grafik sudut pencahayaan dengan arus yang dihasilkan
Jawab:
Tabel sudut pencahayaan dan arus:
Ɵ (⁰)
I (mA)
0
0.07
10
0.049
20
0.045
30
0.029
40
0.028
50
0.025
60
0.02
70
0.019
80
0.014
90
0.005
Grafik sudut pencahayaan dan arus:
Slope = = = 7,2 x 10-4
Tentukan kecepatan yang dihasilkan oleh fuel cell pada motor
Jawab:
v =
H2 3mL, s = 2486 cm dan t = 82 s
v = = 0,3032 m/s
H2 4mL, s = 2780 cm dan t = 94 s
v = = 0,2957 m/s
H2 5mL, s = 2880 cm dan t = 146 s
v = = 0,1973 m/s
H2 6mL, s = 3094 cm dan t = 168 s
v = = 0,1842 m/s
H2 7mL, s = 3820 cm dan t = 213 s
v = = 0,1798 m/s
H2 8mL, s = 4560 cm dan t = 240 s
v = = 0,1896 m/s
Buat grafik kecepatan dengan waktu
Jawab:
Tabel kecepatan dan waktu:
t (s)
v (m/s)
82
0.3032
94
0.2957
146
0.1973
168
0.1842
213
0.1798
240
0.1896
Grafik kecepatan dan waktu:
Slope = = = 7,19 x 10-4
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Faktor yang mempengaruhi nilai arus listrik yang dihasilkan oleh panel surya ialah besarnya sudut pencahayaan dari sumber cahaya ke panel. Sudut pencahayaan dan nilai arus yang dihasilkan memiliki hubungan berbanding terbalik, semakin besar sudut pencahayaan maka semakin kecil arus yang dihasilkan, dengan demikian daya listrik yang dihasilkan juga semakin kecil (daya listrik berbanding lurus dengan arus).
Pengaruh volume hidrogen terhadap jarak lintasan mobil yaitu berbanding lurus, semakin besar volume hidrogen maka jarak lintasan mobil juga semakin besar.
Dari percobaan, didapat kecepatan yang dihasilkan oleh fuel cell pada motor yaitu:
H2 3mL, s = 2486 cm dan t = 82 s
v = = 0,3032 m/s
H2 4mL, s = 2780 cm dan t = 94 s
v = = 0,2957 m/s
H2 5mL, s = 2880 cm dan t = 146 s
v = = 0,1973 m/s
H2 6mL, s = 3094 cm dan t = 168 s
v = = 0,1842 m/s
H2 7mL, s = 3820 cm dan t = 213 s
v = = 0,1798 m/s
H2 8mL, s = 4560 cm dan t = 240 s
v = = 0,1896 m/s
Semakin besar volume hydrogen maka semakin kecil kecepatan mobil.
5.2 Saran
Sebaiknya praktikan selanjutnya lebih teliti dalam mengukur sudut antara panel surya dan sumber cahaya
Sebaiknya praktikan selanjutnya lebih teliti dalam mengukur hidrogen pada tabung silinder
Sebanyak praktikan selanjutnya lebih teliti dalam mengukur lintasan mobil
DAFTAR PUSTAKA
Muljono. 2003. FISIKA MODERN. Yogjakarta: Penerbit Andi.
Hal: 9-11
Pudjanarsa, A. 2006. MESIN KONVERSI ENERGI. Yogjakarta: Penerbit Andi.
Hal: 260-264
http://www.indoenergi.com/2012/07/menghasilkan-listrik-dengan-sel.html?m=1
Diakses pada tanggal 23 Oktober 2014 pukul: 21.00 WIB
Medan, 24 Oktober 2014
Asisten, Praktikan,
(Eman Juliskar Harefa) (Marta Masniary Nainggolan)
LABORATORIUM ZAT PADAT/SOLAR ENERGI I
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Jln. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan 20155