Content-Length: 192220 | pFad | https://www.academia.edu/88645615/Resolusi_Konflik_Berbasis_Budaya_Oleh_Masyarakat_Kabupaten_Poso
Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
2020, Jurnal Kolaborasi Resolusi Konflik
…
6 pages
1 file
ABSTRAK Konflik Poso pecah menjadi salah satu konflik terlama di Indonesia yang menyebabkan kerugian dan korban yang banyak. Segala upaya dilakukan untuk menanggulangi konflik dengan segala upaya resolusi konflik yang dilaksanakan. Selain upaya pemerintah dan aparat keamanan untuk menanggulangi konflik, masyarakat Poso melaksanakan upaya resolusi berbasis budaya. Kehadiran significant others (orang berpengaruh) melaksanakan proses resolusi konflik dengan menggunakan komunitas rumah kata sebagai lembaga melaksanakan resolusi konflik dengan menggunakan kearifan lokal Sintuvu Maroso dan kearifan lokal Tonda Talusi diterima oleh masyarakat yang bertikai.
2017
ABSTRAK Konflik merupakan salah satu fenomena sosial yang terus ada dalam kehidupan manusia. Budaya lokal memegang peranan penting dalam proses manajemen konflik. Nilai-nilai budaya lokal diyakini mampu menjadi alternatif dalam fase-fase penurunan intensitas konflik. Indonesia sebagai negara dengan tingkat kemajemukan yang sangat tinggi memiliki banyak sekali budaya lokal yang di satu sisi mampu menjadi media resolusi konflik walaupun harus diakui di sisi lain juga menjadi pemicu terjadinya banyak konflik sosial yang memunculkan isu-isu SARA (Suku, Bangsa, Ras dan Agama). Kajian ini berusaha ingin melihat bagaimana relevansi dan peranan budaya lokal sebagai media resolusi konflik sosial. Nilai-nilai budaya lokal dapat digunakan sebagai media resolusi konflik yang ada di tingkat lokal walaupun pada kenyataannya, perubahan dan juga kemajuan zaman terus menggerus nilai-nilai budaya lokal yang ada. Kata Kunci : Konflik, Budaya dan Media
Jurnal Al Adyaan; Jurnal Sosial dan Agama, 2020
Konflik merupakan suatu keadaan yang tidak normal. Eskalasi konflik dimulai dengan adanya perbedaaan pendapat antara beberapa pihak, meningkat menjadi krisis, dilanjutkan dengan terjadinya kekerasan sebagian, dan pada akhirnya berubah menjadi kekerasan massal. Efek dari terjadinya kekerasan massal sangat mengerikan. Sebagai contoh konflik yang terjadi di poso yang menyebabkan ribuan manusia meninggal dan meninggalkan luka psikologis pada masyarakat yang terkena dampak konflik tersebut. Jika dikaitkan dengan konflik sosial, perlu dilakukan pendekatan resolusi konflik dengan pendekatan nilai-nilai kearifan lokal. Resolusi konflik dengan pendekatan nilai-nilai kearifan lokal dipercaya sebagai bagian terpenting yang berfungsi untuk mempererat hubungan sosial di antara masyarakat. Dalam realitasnya kearifan lokal pada masyarakat Sumatera Selatan tepatnya di kabupaten OKU dapat menjadi pondasi awal yang mengintegrasikan masyarakat dalam keadaan yang multikultur. Kearifan lokal dapat digunakan sebagai resolusi konflik untuk kasus konflik antar kelompok etnis maupun kasus konflik yang bernuansa agama. Resolusi konflik yang berbasis nilai-nilai kearifan lokal bisa menjadi cara yang efektif karena sudah menjadi pedoman hidup dalam bermasyarakat.
Konflik merupakan salah satu fenomena sosial yang sering terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut kelompok Esensialis, sifat untuk berkonflik melekat pada setiap aktor-aktor, konflik tidak dapat diselesaikan tetapi hanya dapat dikelola (conflict management) agar tidak semakin membesar. Di lain sisi, kelompok Non-Esensialis berpendapat bahwa konflik bukan merupakan sifat bawaan manusia, konflik tidak selalu ada tapi berpotensi untuk muncul. Kemunculan konflik menurut pandangan Non-Esensialis dikarenakan konstruksi sosial manusia tetapi dapat di selesaikan (conflict resolution).
2021
Pasca orde baru, konflik sosial-keagamaan di Lombok mulai muncul secara terbuka. Diawali dari konflik antara Islam dan Kristen, kemudian merebak konflik antara Islam dan Hindu, dan terakhir, konflik terjadi di internal Islam seperti konflik antara NW Anjani dan Pancor, konflik antara warga setempat dengan Ahmadiyah dan Salafi. Sementara itu konflik sosial mengemuka hampir di seluruh kabupaten dan kota di Pulau Lombok. Warga antar kampung menyerang kampung dan desa lain. Karena itu muncul organisasi masyarakat yang berperan sebagai polisi sipil seperti Amphibi dan Buru Jejak. Namun kehadiran kedua ormas tersebut malah berujung konflik. Menghadapi rentetan konflik yang bersifat inter group semacam ini, pemerintah seperti menemui jalan buntu, penyelesaian hanya berakhir dengan mediasi namun tidak dilanjutkan dengan upaya melakukan resolusi dan transformasi secara berkelanjutan. Adanya kearifan lokal seperti mitos di kalangan Suku Sasak malah tidak digunakan sebagai semacam perekat seka...
Jurnal Politik dan Pemerintahan Daerah, 2022
This study aims to examine the role of the 19 Segalo Batin Customary Institutions in resolving conflicts over the division of inheritance according to the traditional perspective of Rantau Panjang, Tabir District, Merangin Regency and to find out the constraints of the 19 Segalo Inner Customary Institutions in resolving conflicts over the distribution of inheritance according to the traditional perspective of Rantau Panjang, Tabir District, Merangin Regency. The method used in this research is a qualitative research method which is a descriptive study. The method used in this research is a qualitative research method which is a descriptive study. The informant selection technique used by researchers in this study was to use a purposive sampling method (a sampling technique with certain considerations). The results showed that the role of the 19 Segalo Inner Traditional Institutions in resolving conflicts over the distribution of inheritance according to the traditional perspective of Rantau Panjang, Tabir District, Merangin Regency, among others, by maintaining the inheritance system according to the Rantau Panjang custom and by supervising the implementation of the distribution of inheritance. Obstacles to Segalo Inner 19 Customary Institutions in resolving conflicts over the division of inheritance according to the customary perspective of Rantau Panjang, Tabir District, Merangin Regency include the large number of people who distribute inheritance in a kinship manner and there are also those who divide inheritance according to Islam Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk peran Lembaga Adat 19 Segalo Batin dalam penyelesaian konflik pembagian harta warisan menurut perspektif adat Rantau Panjang Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin dan mengetahui kendala Lembaga Adat 19 Segalo Batin dalam penyelesaian konflik pembagian harta warisan menurut perspektif adat Rantau Panjang Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin. Metode yang digunakan dalam penelitian ini penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang bersifat dengan studi deskriptif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang bersifat dengan studi deskriptif. Teknik pemilihan informan yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode purposive sampling (teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu). Hasil penelitian menunjukan bahwa peran Lembaga Adat 19 Segalo Batin dalam penyelesaian konflik pembagian harta warisan menurut perspektif adat Rantau Panjang Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin diantaranya dengan menjaga sistem kewarisan menurut adat rantau panjang dan dengan melakukan pengawasan pelaksanaan pembagian harta warisan. Kendala Lembaga Adat 19 Segalo Batin dalam penyelesaian konflik pembagian harta warisan menurut perspektif adat Rantau Panjang Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin diantaranya adalah banyaknya masyarakat yang melakukan pembagian Warisan secara kekeluargaan dan ada juga yang melakukan pembagian Warisan secara Islami.
Jurnal Sosiologi USK (Media Pemikiran & Aplikasi)
This reflective paper aims to discuss the importance of using a cultural approach to resolve political conflicts and see the past as a learning space to create a civilization in the present and future. In the context of conflict, Aceh has become a medium for learning how the political conflict between GAM and the Indonesian government is resolved. The experience of past conflicts, a series of failed negotiations, and the cultural approach to the Helsinki negotiations, in parallel, serve as important lessons and evidence that “historical-humanism” does not work in a vacuum. This article illustrates that a cultural approach is a key to successful negotiations for a resolution. This is due to several things: first, building an estuary of peace with a cultural approach taking into account the representations and interests of the two conflicting parties, related to technicalities and mechanisms and matters of a substantive nature. Second, understanding and appreciating the perspective of...
kebijakan publik, 2018
Abstrak : Indonesia merupakan negara berkembang, perkembangan zaman yang semakakin maju membuat Indonesia ikut serta dalam perkembangan tekhnologi, kemudahan yang disajikan oleh tekhnologi menarik perhatian masyarakat untuk menggunakannya. Salah satunya yaitu layanan perjalanan online yang bisa diakses melalui smartphone saja, pro dan kontra yang terjadi dengan adanya layanan perjalanan online menimbulkan konflik sosial di masyarakat, contohnya bentrokan pengemudi ojek online dan ojek pengkolan, perkara sederhananya adalah rebutan penumpang. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui cara penyelesaian konflik sosial yang terjadi di masyarakat. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yaitu penelitian berangkat dari data lapangan dan menggunakan teori yang sudah ada sebagai pendukung, kemudian hasilnya akan memunculkan teori dari data-data tersebut. Dari hasil penelitian menyatakan bahwa masyrakat awam kurang memahami kemajuan tekhnologi dan akan berdampak pada konflik, tetapi dengan adanya pemahaman yang diberikan pihak-pihak dan seiring berjalannya waktu masyarakat awam bisa menerima. Pemerintah dalam konteks ini dapat berperan sebagai penengah dan bertindak adil di antara yang berseteru ini dengan tujuan mencari solusi keseimbangan kepentingan antara pihak-pihak yang berbeda ini. Kata kunci : resolusi konflik, ojek online, tekhnologi, masyrakat awam Absract : Indonesia is a developing country, the development of the era that is increasingly advanced makes Indonesia participate in technological developments, the ease presented by technology attracts the public's attention to use it. One of them is that online travel services that can be accessed only through smartphones, the pros and cons that occur with online travel services lead to social conflicts in the community, for example online motorcycle taxi drivers and motorcycle taxi drivers, the simple case is the seizure of passengers. This study has a purpose to find out how to resolve social conflicts that occur in the community. This study uses qualitative research, namely research departing from field data and using existing theories as support, then the results will bring the theory from these data. From the results of the study stated that ordinary people do not understand technological progress and will have an impact on conflict, but with the understanding given by the parties and as time goes by the public can accept. the government in this context can play a role as mediator and act fairly between these hostilities with the aim of finding a solution to the balance of interests between these different parties.
SANGKéP: Jurnal Kajian Sosial Keagamaan, 2019
Islamic boarding schools are an educational institution that is strongand strong in devoting itself to providing education for this nation,especially Islamic education. The robustness of pesantren, not because ofpeace or comfort in it without any problems or conflicts at all, but ratherthe ability of the managers (kyai, ajengan, caregivers, tuan guru) inmanaging existing problems into something positive in accordance withthe pesantren culture. The conflicts that occur in pesantren includeinternal conflicts and external conflicts. The value of pesantren culturein resolving conflicts is: marriage between pesantren, kinship,istighosah, haul, mujahadah, akhirus sanah. The stages of conflictresolution in pesantren are: silaturrahmi as a process of conflictprevention, bahtsul masa'il as a process of suppressing conflict andconflict dividing, tabayun as a regulation and management of conflict,and islah as the final process of conflict resolution.
Kanun: Jurnal Ilmu Hukum, 2010
ABSTRACT: The Act Number 44, 1999 on Special Status of the Aceh Province has been a fact that Aceh has been given several special statuses in terms of education, custom and religion. Having regard with custom, it has been followed up by the enactment of Qanun (Aceh Provincial Ordinance) Number 9, 2008 concerning the development of custom practice. Article 3 section (3) states that it is possible that if there are disputes amongst people in Gampong, the police should let the dispute are solved by applying customary law. Therefore, the dispute settlement is not only can be solved through the court but also outside of the court. The Existence and Power of Customary Law in Solving Dispute in Gampong
JSW: Jurnal Sosiologi Walisongo
Practically religion and culture can't be separated, although in the theoretical sphere they can be separated. Religion can be practiced by its adherents through culture. Basically Religion comes to humans who had been had a culture. Long before the coming of religion, in fact people with their intellect and conscience are able to have a noble culture, which saves each other and is able to create a harmonious life. However, it is precisely in this modern era when humans who claim to reach the peak of advanced culture, it is often a conflict in the name of religion. The birth of religion should be to complete the noble culture, in the contrary, religion and local culture indeed experience tension which trigger conflict sometimes. Humans who only had cultured, can life together in harmony although pre-religions. Unfortunately when there comes aren't time in which religion and culture have been developed of there life aren't harmonious. This paper will discuss the relationship between religion and culture in relation to conflict. Analysis of the crisis of modernity which also result in narrowmindedness cause the emergence of conflic. Secara praktis, agama dan budaya tidak dapat dipisahkan, meskipun dalam lingkup teoretis mereka dapat dipisahkan. Agama dapat dipraktekkan oleh penganutnya melalui budaya. Pada dasarnya agama datang kepada manusia yang telah memiliki budaya. Jauh sebelum datangnya agama, sebenarnya orang dengan kecerdasan dan hati nurani mereka mampu memiliki budaya yang luhur, yang saling menyelamatkan dan mampu menciptakan kehidupan yang harmonis. Namun, justru di era modern ini ketika manusia yang mengaku mencapai puncak budaya maju, seringkali terjadi konflik atas nama agama. Agama lahir seharusnya untuk menyempurnakan kebudayaan yang sudah luhur, namun yang terjadi sebaliknya agama dan budaya lokal justru mengalami ketegangan yang kadang memicu konflik. Manusia yang hanya berbudaya pada zaman dahulu, meskipun pra-agama mampu hidup dengan harmonis. Namun justru ketika datang suatu zaman di mana agama dan budaya sudah sedemikian berkembangnya seringkali hidup tidak berjalan harmonis. Tulisan ini akan membahas hubungan antara agama dan budaya dalam kaitannya dengan konflik. Analisis tentang adanya krisis kemodernan yang juga ikut berperan dalam memunculkan kejumudan berfikir yang mengakibatkan munculnya konflik.
Proceedings of the 42 International Conference on Education and Research in Computer Aided Architectural Design in Europe (eCAADe) [Volume 1] , 2024
Sustainability, 2024
International Journal of Engineering Research and Technology (IJERT), 2012
Undergraduate, 2008
Language in India , 2023
Applied Surface Science, 2008
The Long Game of Development, 2024
Revista Argentina de Cardioangiología Intervencionista, 2012
Engineering Structures, 2003
Elsa Verlag, 2025
Fetched URL: https://www.academia.edu/88645615/Resolusi_Konflik_Berbasis_Budaya_Oleh_Masyarakat_Kabupaten_Poso
Alternative Proxies: