Dokumen

Als docx, pdf oder txt herunterladen
Als docx, pdf oder txt herunterladen
Sie sind auf Seite 1von 11

Ujian perjanjian kontrak

1. SOAL
Sebutkan hal-hal yang dapat menyebabkan penanggung tidak dapat menuntut supaya
barang milik debitur lebih dulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya?

1. Penanggung telah melepaskan haknya:

Pasal 1837 ayat (1) KUHPerdata menyatakan bahwa penanggung dapat melepaskan haknya
untuk menuntut agar barang-barang milik debitur terlebih dahulu disita dan dijual.
Pelepasan hak ini dapat dilakukan secara lisan atau tertulis.
1. Terdapat perjanjian yang mengatur sebaliknya:

Para pihak dapat membuat perjanjian yang mengatur bahwa penanggung dapat langsung
dituntut oleh kreditor tanpa perlu mendahulukan penyitaan dan penjualan harta benda
debitur. Perjanjian ini harus dibuat secara tertulis dan tidak bertentangan dengan hukum.
2. Debitur dinyatakan pailit:

Pasal 1133 ayat (2) KUHAP menyatakan bahwa dalam hal debitur dinyatakan pailit, maka hak
penanggung untuk menuntut agar barang-barang milik debitur terlebih dahulu disita dan
dijual gugur.
3. Utang bersifat tidak dapat dibagi:

Pasal 1838 KUHPerdata menyatakan bahwa jika utang bersifat tidak dapat dibagi, maka
penanggung tidak dapat menuntut agar barang-barang milik debitur terlebih dahulu disita
dan dijual. Utang bersifat tidak dapat dibagi adalah utang yang harus dibayar bersama-sama
oleh beberapa orang, meskipun masing-masing hanya berutang sebagian.
4. Terdapat beberapa orang penanggung:

Pasal 1839 KUHPerdata menyatakan bahwa jika terdapat beberapa orang penanggung, maka
mereka tidak dapat menuntut agar barang-barang milik debitur terlebih dahulu disita dan
dijual, kecuali jika telah ditentukan lain dalam perjanjian.
5. Penanggung bertindak curang:

Jika penanggung terbukti telah bertindak curang dalam perjanjian penanggungan, maka
kreditor dapat langsung menuntutnya tanpa perlu mendahulukan penyitaan dan penjualan
harta benda debitur.

2. Ada lima cara berakhirnya pemberian kuasa sebutkan dan berikan dasar hukumnya!

1. Meninggalnya Pemberi Kuasa atau Penerima Kuasa

Pasal 1813 KUHPerdata: Kuasa berakhir dengan meninggalnya pemberi kuasa atau penerima
kuasa.
Contoh: Jika pemberi kuasa meninggal dunia, maka kuasa yang diberikan kepada penerima
kuasa menjadi tidak sah dan tidak dapat digunakan lagi.
3. Pencabutan Kuasa oleh Pemberi Kuasa

Pasal 1814 KUHPerdata: Pemberi kuasa dapat menarik kembali kuasanya kapan saja, dengan
atau tanpa alasan.
Contoh: Pemberi kuasa dapat mencabut kuasa yang diberikan kepada penerima kuasa jika
dia tidak lagi mempercayainya atau jika dia ingin melakukan tindakan tersebut sendiri.
4. Pelepasan Kuasa oleh Penerima Kuasa

Pasal 1817 KUHPerdata: Penerima kuasa dapat melepaskan kuasanya dengan


memberitahukan kepada pemberi kuasa.
Contoh: Penerima kuasa dapat melepaskan kuasanya jika dia tidak lagi ingin atau tidak dapat
menjalankan tugasnya.
5. Selesainya Objek Pemberian Kuasa

Pasal 1815 KUHPerdata: Kuasa berakhir dengan selesainya objek pemberian kuasa.
Contoh: Jika kuasa diberikan untuk melakukan suatu tindakan tertentu, dan tindakan
tersebut telah selesai dilakukan, maka kuasa tersebut berakhir.
6. Lewatnya Jangka Waktu yang Ditentukan

Pasal 1816 KUHPerdata: Jika kuasa diberikan untuk jangka waktu tertentu, maka kuasa
tersebut berakhir dengan lewatnya jangka waktu tersebut.
Contoh: Jika kuasa diberikan selama 1 tahun, dan 1 tahun telah berlalu, maka kuasa tersebut
berakhir.

3. Jelaskan yang dimaksud dengan Pasal 1338 KUHPerdata kemudian kaitannya derigari Pasal
1320 KUHPerdata Sebutkan pulak isi dari kedua Pasal tersebut!

Sebutkan hal-hal yang dapat menyebabkan penanggung tidak dapat menuntut supaya barang milik
debitur lebih dulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya

Tampilkan draf

Berikut adalah beberapa hal yang dapat menyebabkan penanggung tidak dapat menuntut supaya
barang milik debitur lebih dulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya, sesuai dengan Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata):
1. Penanggung telah melepaskan haknya:

Pasal 1837 ayat (1) KUHPerdata menyatakan bahwa penanggung dapat melepaskan haknya untuk
menuntut agar barang-barang milik debitur terlebih dahulu disita dan dijual. Pelepasan hak ini dapat
dilakukan secara lisan atau tertulis.

2. Terdapat perjanjian yang mengatur sebaliknya:

Para pihak dapat membuat perjanjian yang mengatur bahwa penanggung dapat langsung dituntut
oleh kreditor tanpa perlu mendahulukan penyitaan dan penjualan harta benda debitur. Perjanjian ini
harus dibuat secara tertulis dan tidak bertentangan dengan hukum.

3. Debitur dinyatakan pailit:

Pasal 1133 ayat (2) KUHAP menyatakan bahwa dalam hal debitur dinyatakan pailit, maka hak
penanggung untuk menuntut agar barang-barang milik debitur terlebih dahulu disita dan dijual
gugur.

4. Utang bersifat tidak dapat dibagi:

Pasal 1838 KUHPerdata menyatakan bahwa jika utang bersifat tidak dapat dibagi, maka penanggung
tidak dapat menuntut agar barang-barang milik debitur terlebih dahulu disita dan dijual. Utang
bersifat tidak dapat dibagi adalah utang yang harus dibayar bersama-sama oleh beberapa orang,
meskipun masing-masing hanya berutang sebagian.

5. Terdapat beberapa orang penanggung:

Pasal 1839 KUHPerdata menyatakan bahwa jika terdapat beberapa orang penanggung, maka mereka
tidak dapat menuntut agar barang-barang milik debitur terlebih dahulu disita dan dijual, kecuali jika
telah ditentukan lain dalam perjanjian.

6. Penanggung bertindak curang:

Jika penanggung terbukti telah bertindak curang dalam perjanjian penanggungan, maka kreditor
dapat langsung menuntutnya tanpa perlu mendahulukan penyitaan dan penjualan harta benda
debitur.

7. Debitur telah melunasi utangnya:

Jika debitur telah melunasi utangnya kepada kreditor, maka hak penanggung untuk menuntut agar
barang-barang milik debitur terlebih dahulu disita dan dijual gugur.
Selain itu, perlu diingat bahwa penanggung hanya dapat menuntut agar barang-barang milik debitur
yang tidak dibebani dengan hak jaminan terlebih dahulu disita dan dijual. Jika terdapat barang-
barang yang dibebani dengan hak jaminan, maka barang-barang tersebut harus terlebih dahulu disita
dan dijual untuk melunasi utang yang dijamin.

Kesimpulannya, penanggung tidak selalu dapat menuntut agar barang milik debitur lebih dulu disita
dan dijual untuk melunasi utangnya. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan hak ini gugur,
seperti yang telah disebutkan di atas.

2. Ada lima cara berakhirnya pemberian kuasa sebutkan dan berikan dasar hukumnya!

Tampilkan draf

5 Cara Berakhirnya Pemberian Kuasa dan Dasar Hukumnya

Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), terdapat lima cara berakhirnya
pemberian kuasa, yaitu:

1. Meninggalnya Pemberi Kuasa atau Penerima Kuasa

Pasal 1813 KUHPerdata: Kuasa berakhir dengan meninggalnya pemberi kuasa atau penerima kuasa.

Contoh: Jika pemberi kuasa meninggal dunia, maka kuasa yang diberikan kepada penerima kuasa
menjadi tidak sah dan tidak dapat digunakan lagi.

2. Pencabutan Kuasa oleh Pemberi Kuasa


Pasal 1814 KUHPerdata: Pemberi kuasa dapat menarik kembali kuasanya kapan saja, dengan atau
tanpa alasan.

Contoh: Pemberi kuasa dapat mencabut kuasa yang diberikan kepada penerima kuasa jika dia tidak
lagi mempercayainya atau jika dia ingin melakukan tindakan tersebut sendiri.

3. Pelepasan Kuasa oleh Penerima Kuasa

Pasal 1817 KUHPerdata: Penerima kuasa dapat melepaskan kuasanya dengan memberitahukan
kepada pemberi kuasa.

Contoh: Penerima kuasa dapat melepaskan kuasanya jika dia tidak lagi ingin atau tidak dapat
menjalankan tugasnya.

4. Selesainya Objek Pemberian Kuasa

Pasal 1815 KUHPerdata: Kuasa berakhir dengan selesainya objek pemberian kuasa.

Contoh: Jika kuasa diberikan untuk melakukan suatu tindakan tertentu, dan tindakan tersebut telah
selesai dilakukan, maka kuasa tersebut berakhir.

5. Lewatnya Jangka Waktu yang Ditentukan

Pasal 1816 KUHPerdata: Jika kuasa diberikan untuk jangka waktu tertentu, maka kuasa tersebut
berakhir dengan lewatnya jangka waktu tersebut.

Contoh: Jika kuasa diberikan selama 1 tahun, dan 1 tahun telah berlalu, maka kuasa tersebut
berakhir.

3. Jelaskan yang dimaksud dengan Pasal 1338 KUHPerdata kemudian kaitannya dengan Pasal
1320 KUHPerdata Sebutkan pulak isi dari kedua Pasal tersebut!

Memahami Hubungan Pasal 1338 dan Pasal 1320 KUHPerdata

Pasal 1338 KUHPerdata dan Pasal 1320 KUHPerdata merupakan dua pasal penting dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) yang mengatur tentang perjanjian.

Memahami Isi Pasal 1338 KUHPerdata:


Pasal 1338 KUHPerdata menyatakan bahwa:

"Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya."

Pasal ini menegaskan asas pacta sunt servanda, yang berarti segala perjanjian yang dibuat secara sah
mengikat para pihak yang membuatnya. Perjanjian tersebut memiliki kekuatan hukum yang sama
dengan undang-undang dan harus dipatuhi oleh para pihak yang membuatnya.

Pasal 1338 KUHPerdata juga memberikan** konsekuensi hukum** bagi pihak yang tidak mematuhi
perjanjian. Pihak yang melanggar perjanjian dapat digugat oleh pihak lain di pengadilan untuk
memenuhi prestasinya atau untuk membayar ganti rugi.

Hubungan Pasal 1338 KUHPerdata dan Pasal 1320 KUHPerdata:

Pasal 1338 KUHPerdata dan Pasal 1320 KUHPerdata saling berkaitan erat. Pasal 1320 KUHPerdata
mengatur tentang syarat sahnya suatu perjanjian, sedangkan Pasal 1338 KUHPerdata mengatur
tentang konsekuensi hukum bagi perjanjian yang telah dibuat secara sah.

Pasal 1320 KUHPerdata merupakan syarat bagi berlakunya Pasal 1338 KUHPerdata. Artinya,
perjanjian baru dapat dikatakan memiliki kekuatan hukum dan mengikat para pihak jika telah
memenuhi syarat-syarat yang diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata.

4. Apa yang dimaksud dengan Unjustified Enrichment dan apa fungsinya?

Unjustified Enrichment: Pengertian dan Fungsinya


Unjustified Enrichment, yang juga dikenal sebagai pengayaan tanpa sebab, adalah sebuah
doktrin hukum yang menyatakan bahwa seseorang tidak boleh memperoleh keuntungan dari
kerugian orang lain tanpa dasar hukum yang sah.
Fungsi Unjustified Enrichment:

Doktrin Unjustified Enrichment memiliki beberapa fungsi penting, yaitu:

Melindungi hak-hak individu: Doktrin ini melindungi hak individu agar tidak dirugikan oleh
orang lain.
Mempromosikan keadilan: Doktrin ini memastikan bahwa semua pihak diperlakukan secara
adil dan tidak ada yang mengambil keuntungan dari kesalahan atau ketidakadilan orang lain.
Mencegah penyalahgunaan hukum: Doktrin ini mencegah orang lain menggunakan hukum
untuk keuntungan pribadi dengan cara yang tidak adil.
Remedies untuk Unjustified Enrichment:

Ada beberapa cara untuk menyelesaikan kasus Unjustified Enrichment, yaitu:

Restitusi: Pihak yang mendapatkan keuntungan tanpa sebab harus mengembalikan


keuntungan tersebut kepada pihak yang dirugikan.
Ganti rugi: Pihak yang dirugikan dapat menuntut ganti rugi atas kerugian yang dideritanya.
Penghentian tindakan: Pengadilan dapat memerintahkan pihak yang mendapatkan
keuntungan tanpa sebab untuk menghentikan tindakannya.

5. Sebutkan dan jelaskan 6 Anatomi sebuah Kontrak Perjanjian!

Judul kontrak harus jelas dan ringkas, mencerminkan isi perjanjian. Judul ini membantu
memudahkan identifikasi dan pengarsipan kontrak.

2. Pihak-Pihak yang Berkontrak

Bagian ini harus mencantumkan nama lengkap dan alamat dari semua pihak yang terlibat dalam
perjanjian. Jika pihak yang terlibat adalah badan hukum, cantumkan juga nama lengkap dan alamat
badan hukum tersebut.

3. Latar Belakang

Latar belakang menjelaskan alasan dibuatnya perjanjian dan tujuan yang ingin dicapai. Bagian ini
opsional, namun dapat membantu memperjelas konteks perjanjian.

4. Isi Perjanjian

Inilah inti dari kontrak perjanjian. Bagian ini harus memuat secara jelas dan rinci semua hak dan
kewajiban para pihak, seperti:

Objek perjanjian: Jelaskan secara spesifik apa yang menjadi objek perjanjian, seperti barang, jasa,
atau hak.

Harga dan cara pembayaran: Jika objek perjanjian melibatkan pembayaran, cantumkan harga yang
disepakati dan cara pembayarannya.

Jangka waktu: Jika perjanjian memiliki jangka waktu tertentu, cantumkan tanggal mulai dan tanggal
berakhirnya.
Penyerahan barang atau jasa: Jelaskan cara dan waktu penyerahan barang atau jasa.

Garansi: Jika ada, cantumkan jenis dan jangka waktu garansi.

Penyelesaian sengketa: Jelaskan cara penyelesaian sengketa jika terjadi perselisihan antara para
pihak.

Penandatanganan: Setiap pihak yang terlibat harus menandatangani kontrak di bagian ini.

5. Penutup

Penutup biasanya berisi pernyataan bahwa para pihak telah membaca, memahami, dan menyetujui
isi perjanjian. Penutup juga dapat memuat jumlah salinan kontrak yang dibuat.

6. Lampiran

Lampiran memuat dokumen-dokumen yang relevan dengan perjanjian, seperti spesifikasi teknis,
gambar, atau tabel data

6. Dalam Hukum Perjanjian terdapat Asas-asas jelaskan mengenai asas-asas tersebut!

Berikut adalah 5 asas hukum perjanjian yang paling penting:

1. Asas Kebebasan Berkontrak

Asas ini menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk membuat perjanjian selama tidak
bertentangan dengan hukum, kesusilaan, dan ketertiban umum. Asas ini memberikan kebebasan
kepada para pihak untuk menentukan isi perjanjian mereka sendiri, termasuk objek perjanjian,
harga, cara pembayaran, dan jangka waktu.

2. Asas Konsensualisme

Asas ini menyatakan bahwa perjanjian terjadi pada saat terjadi kesepakatan antara para pihak.
Kesepakatan ini dapat dinyatakan secara lisan atau tertulis. Asas ini menegaskan bahwa tidak
diperlukan formalitas tertentu agar suatu perjanjian dapat dianggap sah, kecuali jika diwajibkan oleh
undang-undang.

3. Asas Pacta Sunt Servanda

Asas ini menyatakan bahwa segala perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang
bagi mereka yang membuatnya. Asas ini menegaskan bahwa perjanjian yang telah disepakati oleh
para pihak memiliki kekuatan hukum yang mengikat dan harus dipatuhi.

4. Asas Itikad Baik (Good Faith)

Asas ini mengharuskan para pihak untuk bertindak dengan itikad baik dalam memenuhi kewajiban
dan menjalankan hak mereka berdasarkan perjanjian. Asas ini mendorong kejujuran, keterbukaan,
dan kepercayaan dalam hubun

gan kontraktual.

5. Asas Kepribadian

Asas ini menyatakan bahwa perjanjian hanya mengikat para pihak yang membuatnya. Asas ini
menegaskan bahwa hanya pihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian yang dapat memperoleh hak
dan kewajiban dari perjanjian tersebut.

7. Sebutkan dan Jelaskan syarat sahnya Perjanjian serta peraturan-peraturan yangmenatapkan


Kedewasaan menurut Hukum!

Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) Pasal 1320, suatu perjanjian dikatakan
sah jika memenuhi empat syarat berikut:

Kemampuan untuk membuat perjanjian: Para pihak yang membuat perjanjian harus cakap hukum,
yaitu dewasa dan berakal sehat.
Usia dewasa di Indonesia diatur dalam Pasal 330 KUHPerdata, yaitu 21 tahun.

Orang yang belum berusia 21 tahun dapat dianggap dewasa jika telah menikah.

Orang yang tidak cakap hukum karena gangguan jiwa atau cacat mental tidak dapat membuat
perjanjian.

Sepakat mereka yang mengikatkan diri: Para pihak harus setuju dengan isi perjanjian dengan sukarela
tanpa paksaan atau penipuan.

Kesepakatan dapat dinyatakan secara lisan atau tertulis.

Suatu pokok perkara yang halal: Isi perjanjian harus tidak bertentangan dengan hukum, kesusilaan,
dan ketertiban umum.

Contoh isi perjanjian yang tidak halal: Perjanjian jual beli narkoba, perjanjian perjudian, perjanjian
perbudakan.

Sebab yang halal: Perjanjian harus dibuat untuk tujuan yang sah dan tidak terlarang.

Contoh sebab yang tidak halal: Perjanjian untuk melakukan tindak pidana, perjanjian untuk
melakukan perzinahan.

8. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Wanprestasi dan Bilakah timbul wanprestasi serta akibat
akibatnya

Wanprestasi: Memahami Arti, Timbulnya, dan Akibatnya

Wanprestasi adalah pelanggaran janji atau kelalaian yang dilakukan oleh debitur dalam memenuhi
prestasinya dalam suatu perjanjian. Wanprestasi dapat terjadi karena beberapa hal, seperti:

Debitur tidak melaksanakan prestasinya sama sekali.

Debitur melaksanakan prestasinya terlambat.

Debitur melaksanakan prestasinya tidak sesuai dengan yang diperjanjikan.

Debitur melakukan sesuatu yang dilarang dalam perjanjian.

Timbulnya Wanprestasi

Wanprestasi dapat timbul dalam beberapa situasi, yaitu:

Jangka waktu telah ditentukan: Jika dalam perjanjian ditentukan jangka waktu untuk memenuhi
prestasi, dan debitur tidak memenuhinya dalam jangka waktu tersebut, maka debitur dianggap
wanprestasi.
Terjadi peristiwa tertentu: Jika dalam perjanjian ditentukan peristiwa tertentu sebagai tanda untuk
memenuhi prestasi, dan peristiwa tersebut telah terjadi, namun debitur tidak memenuhinya, maka
debitur dianggap wanprestasi.

Permintaan secara tertulis: Jika kreditur memberikan permintaan secara tertulis kepada debitur
untuk segera memenuhi prestasinya, dan debitur tidak memenuhinya dalam waktu yang wajar, maka
debitur dianggap wanprestasi.

Akibat Wanprestasi

Wanprestasi dapat menimbulkan beberapa akibat bagi debitur, yaitu:

Harus membayar ganti rugi: Kreditur dapat menuntut ganti rugi kepada debitur atas kerugian yang
dideritanya akibat wanprestasi. Ganti rugi ini dapat berupa kerugian materiil maupun kerugian
immateriil.

Dikenakan sanksi denda: Jika dalam perjanjian ditentukan sanksi denda untuk wanprestasi, maka
debitur harus membayar denda tersebut kepada kreditur.

Ditetapkan eksekusi: Kreditur dapat meminta eksekusi kepada pengadilan agar debitur dipaksa untuk
memenuhi prestasinya.

Perjanjian dapat dibatalkan: Dalam beberapa kasus, kreditur dapat membatalkan perjanjian jika
wanprestasi yang dilakukan debitur cukup serius.

Das könnte Ihnen auch gefallen

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy