Teknik Budidaya Jahe
Teknik Budidaya Jahe
Teknik Budidaya Jahe
Jahe putih/kuning besar atau disebut juga jahe gajah atau jahe badak :
Rimpangnya lebih besar dan gemuk, ruas rimpangnya lebih menggembung
dari kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini bias dikonsumsi baik saat berumur
muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe olahan.
Jahe putih/kuning kecil atau disebut juga jahe sunti atau jahe emprit :
Ruasnya kecil, agak rata sampai agak sedikit menggembung. Jahe ini selalu
dipanen setelah berumur tua. Kandungan minyak atsirinya lebih besar dari
pada jahe gajah, sehingga rasanya lebih pedas, disamping seratnya tinggi.
Jahe ini cocok utk ramuan obat-obatan, atau utk diekstrak oleoresin dan
minyak atsirinya.
Jahe merah : Rimpangnya berwarna merah dan lebih kecil dari pada jahe
putih kecil. sama seperti jahe kecil, jahe merah selalu dipanen setelah tua,
dan juga memiliki kandungan minyak atsiri yg sama dengan jahe kecil,
sehingga cocok utk ramuan obat-obatan.
3. MANFAAT TANAMAN
Rimpang jahe dapat digunakan sebagai bumbu masak, pemberi aroma dan
rasa pada makanan seperti roti, kue, biskuit, kembang gula dan
berbagai.minuman. Jahe juga dapat digunakan pada industri obat, minyak
wangi, industri jamu tradisional, diolah menjadi asinan jahe, dibuat acar,
lalap, bandrek, sekoteng dan sirup.
Dewasa ini para petani cabe menggunakan jahe sebagai pestisida alami.
Dalam perdagangan jahe dijual dalam bentuk segar, kering, jahe bubuk &
awetan jahe. Disamping itu terdapat hasil olahan jahe seperti:
Minyak astiri koresin yg diperoleh dengan cara penyulingan yg berguna
sebagai bahan pencampur dalam minuman beralkohol, es krim, campuran
sosis dan lain-lain.
Adapun manfaat secara pharmakologi antara lain adalah sebagai karminatif
(peluruh kentut), anti muntah, pereda kejang, anti pengerasan pembuluh
darah, peluruh keringat, anti inflamasi, anti mikroba & parasit, anti piretik, anti
rematik, serta merangsang pengeluaran getah lambung & getah empedu.
4. SENTRA PENANAMAN
Terdapat di seluruh Indonesia, ditanam di kebun & di pekarangan. Pada saat
ini jahe telah banyak dibudidayakan di Australia, Srilangka, Cina, Mesir,
Yunani, India, Indonesia, Jamaika, Jepang, Meksiko, Nigeria, Pakistan. Jahe
dari Jamaika mempunyai kualitas tertinggi, sedangkan India merupakan
negara produsen jahe terbesar, yaitu lebih dari 50 % dari total produksi jahe
dunia.
5. SYARAT PERTUMBUHAN
Iklim
Tanaman jahe membutuhkan curah hujan relatif tinggi, yaitu antara 2.5004.000 mm/tahun.
Pada umur 2,5 sampai 7 bulan atau lebih tanaman jahe memerlukan sinar
matahari. Dengan kata lain penanaman jahe dilakukan di tempat yg terbuka
sehingga mendapat sinar matahari sepanjang hari.
Suhu udara optimum utk budidaya tanaman jahe antara 20-35C.
Media Tanam
Tanaman jahe paling cocok ditanam pada tanah yg subur, gembur & banyak
mengandung humus.
Tekstur tanah yg baik adalah lempung berpasir, liat berpasir & tanah laterik.
Tanaman jahe dapat tumbuh pada keasaman tanah (pH) sekitar 4,3-7,4.
Tetapi keasaman tanah (pH) optimum utk jahe gajah adalah 6,8-7,0.
Ketinggian Tempat
Jahe tumbuh baik di daerah tropis & subtropis dengan ketinggian 0-2.000 m
dpl..
Di Indonesia pada umumnya ditanam pada ketinggian 200 - 600 m dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan Jahe
Persyaratan Bibit Jahe : Bibit berkualitas adalah bibit yg memenuhi syarat
mutu genetik, mutu fisiologik (persentase tumbuh yg tinggi), & mutu fisik. yg
dimaksud dengan mutu fisik adalah bibit yg bebas hama & penyakit. Oleh
karena itu kriteria yg harus dipenuhi antara lain:
Bahan bibit diambil langsung dari kebun (bukan dari pasar).
Dipilih bahan bibit dari tanaman yg sudah tua (berumur 9-10 bulan).
Dipilih pula dari tanaman yg sehat & kulit rimpang tidak terluka atau lecet.
Teknik Penyemaian Bibit : utk pertumbuhan tanaman yg serentak atau
seragam, bibit jangan langsung ditanam sebaiknya terlebih dahulu
dikecambahkan. Penyemaian bibit dapat dilakukan dengan peti kayu atau
dengan bedengan.
Penyemaian pada peti kayu : Rimpang jahe yg baru dipanen dijemur
sementara (tidak sampai kering), kemudian disimpan sekitar 1-1,5 bulan.
Patahkan rimpang tersebut dengan tangan dimana setiap potongan memiliki
3-5 mata tunas dan dijemur ulang 1/2-1 hari.
Selanjutnya potongan bakal bibit tersebut dikemas ke dalam karung
beranyaman jarang, lalu dicelupkan dalam larutan fungisida dan zat pengatur
tumbuh sekitar 1 menit kemudian keringkan. Setelah itu dimasukkan kedalam
peti kayu. Lakukan cara penyemaian dengan peti kayu sebagai berikut: pada
bagian dasar peti kayu diletakkan bakal bibit selapis, kemudian di atasnya
diberi abu gosok atau sekam padi, demikian seterusnya sehingga yg paling
atas adalah abu gosok atau sekam padi tersebut. Setelah 2-4 minggu lagi,
bibit jahe tersebut sudah disemai.
Penyemaian pada bedengan : Buat rumah penyemaian sederhana ukuran 10
x 8 m utk menanam bibit 1 ton (kebutuhan jahe gajah seluas 1 ha). Di dalam
rumah penyemaian tersebut dibuat bedengan dari tumpukan jerami setebal
10 cm. Rimpang bakal bibit disusun pada bedengan jerami lalu ditutup jerami,
dan di atasnya diberi rimpang lalu diberi jerami pula, demikian seterusnya,
sehingga didapatkan 4 susunan lapis rimpang dengan bagian atas berupa
jerami.
Perawatan bibit pada bedengan dapat dilakukan dengan penyiraman setiap
hari dan sesekali disemprot dengan fungisida. Setelah 2 minggu, biasanya
rimpang sudah bertunas. Bila bibit bertunas dipilih agar tidak terbawa bibit
berkualitas rendah..Bibit hasil seleksi itu dipatah-patahkan dengan tangan
dan setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas & beratnya 40-60 gram.
Penyiapan Bibit Jahe : Sebelum ditanam, bibit harus dibebaskan dari
ancaman penyakit dengan cara bibit tersebut dimasukkan ke dalam karung &
dicelupkan ke dalam larutan fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit dijemur
2-4 jam, barulah ditanam.
6.2. Pengolahan Media Tanam
Persiapan Lahan : Untuk mendapatkan hasil panen yg optimal harus
diperhatikan syarat-syarat tumbuh yg dibutuhkan tanaman jahe. Bila
keasaman tanah yg ada tidak sesuai dengan keasaman tanah yg dibutuhkan
tanaman jahe, maka harus ditambah atau dikurangi keasaman dengan kapur.
Pembukaan Lahan : Pengolahan tanah diawali dengan dibajak sedalam
kurang lebih dari 30 cm dengan tujuan utk mendapatkan kondisi tanah yg
gembur atau remah dan membersihkan tanaman pengganggu. Setelah itu
tanah dibiarkan 2-4 minggu agar gas-gas beracun menguap serta bibit
penyakit dan hama akan mati terkena sinar matahari. Apabila pada
pengolahan tanah pertama dirasakan belum juga gembur, maka dapat
dilakukan pengolahan tanah yg kedua sekitar 2-3 minggu sebelum
tanam dan sekaligus diberikan pupuk kandang dengan dosis 1.500-2.500 kg.
Pembentukan Bedengan : Pada daerah-daerah yg kondisi air tanahnya
jelek dan sekaligus utk mencegah terjadinya genangan air, sebaiknya tanah
diolah menjadi bedengan-bedengan engan ukuran tinggi 20-30 cm, lebar 80100 cm, sedangkan anjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan.
Pengapuran : Pada tanah dengan pH rendah, sebagian besar unsur-unsur
hara didalamnya, Terutama fosfor (p) & calcium (Ca) dalam keadaan tidak
tersedia atau sulit diserap. Kondisi tanah yg masam ini dapat menjadi media
perkembangan beberapa cendawan penyebab penyakit fusarium sp &
pythium sp. Pengapuran juga berfungsi menambah unsur kalium yg sangat
diperlukan tanaman utk mengeraskan bagian tanaman yg berkayu,
merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel buah &
merangsang pembentukan biji.
Derajat keasaman < 4 (paling asam): kebutuhan dolomit > 10 ton/ha.
banyak utk pertumbuhannya, akan tetapi pada awal masa tanam diusahakan
penanaman pada awal musim hujan sekitar bulan September;
Waktu Penyemprotan Pestisida : Penyemprotan pestisida sebaiknya
dilakukan mulai dari saat penyimpanan bibit yg utk disemai dan pada saat
pemeliharaan. Penyemprotan pestisida pada fase pemeliharaan
biasanya dicampur dengan pupuk organik cair atau vitamin-vitamin yg
mendorong pertumbuhan jahe.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama Tanaman Jahe
Hama yg dijumpai pada tanaman jahe adalah:
Kepik, menyerang daun tanaman hingga berlubang-lubang.
Ulat penggesek akar, menyerang akar tanaman jahe hingga menyebabkan
tanaman jahe menjadi kering dan mati. Kumbang.
7.2. Penyakit Tanaman Jahe
Penyakit layu bakeri
Gejala: Mula-mula helaian daun bagian bawah melipat dan menggulung
kemudian terjadi perubahan warna dari hijau menjadi kuning dan mengering.
Kemudian tunas batang menjadi busuk dan akhirnya tanaman mati rebah.
Bila diperhatikan, rimpang yg sakit itu berwarna gelap dan sedikit membusuk,
kalau rimpang dipotong akan keluar lendir berwarna putih susu sampai
kecoklatan. Penyakit ini menyerang tanaman jahe pada umur 3-4
bulan dan yg paling berpengaruh adalah faktor suhu udara yg dingin,
genangan air dan kondisi tanah yg terlalu lembab.
Pengendalian: Jaminan kesehatan bibit jahe;
karantina tanaman jahe yg terkena penyakit;
pengendalian dengan pengolahan tanah yg baik;
pengendalian fungisida dithane M-45 (0,25%), Bavistin (0,25%).
Penyakit busuk rimpang
Penyakit ini dapat masuk ke bibit rimpang jahe melalui lukanya. Ia akan
tumbuh dengan baik pada suhu udara 20-25 derajat C dan terus berkembang
akhirnya menyebabkan rimpang menjadi busuk.
Gejala: Daun bagian bawah yg berubah menjadi kuning lalu layu & akhirnya
tanaman mati.
Pengendalian:
Penggunaan bibit yg sehat;
Penerapan pola tanam yg baik;
Penggunaan fungisida.
Penyakit bercak daun
Penyakit ini dapat menular dengan bantuan angin, akan masuk melalui luka
maupun tanpa luka.
Gejala: Pada daun yg bercak-bercak berukuran 3-5 mm, selanjutnya bercakbercak itu berwarna abu-abu dan ditengahnya terdapat bintik-bintik berwarna
hitam, sedangkan pinggirnya busuk basah. Tanaman yg terserang bisa mati.
Pengendalian: baik tindakan pencegahan maupun penyemprotan penyakit
bercak daun sama halnya dengan cara-cara yg dijelaskan di atas.
7.3. Gulma
Gulma potensial pada pertanaman temu lawak adalah gulma kebun antara
lain adalah rumput teki, alang-alang, ageratum, & gulma berdaun lebar
lainnya.
7.4. Pengendalian hama/penyakit secara organik
Dalam pertanian organik yg tidak menggunakan bahan-bahan kimia
berbahaya melainkan dengan bahan-bahan yg ramah lingkungan biasanya
dilakukan secara terpadu sejak awal pertanaman utk menghindari serangan
hama dan penyakit tersebut yg dikenal dengan PHT (Pengendalian Hama
Terpadu) yg komponennya adalah sbb:
Mengusahakan pertumbuhan tanaman yg sehat yaitu memilih bibit unggul yg
sehat bebas dari hama dan penyakit serta tahan terhadap serangan hama
dari sejak awal pertanaman.
Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh alami.
Menggunakan varietas-varietas unggul yg tahan terhadap serangan hama
dan penyakit.
Menggunakan pengendalian fisik/mekanik yaitu dengan tenaga manusia.
Menggunakan teknik-teknik budidaya yg baik misalnya budidaya tumpang
sari dengan pemilihan tanaman yg saling menunjang, serta rotasi tanaman
pada setiap masa tanamnya utk memutuskan siklus penyebaran hama dan
penyakit potensial.
Penggunaan pestisida, insektisida, herbisida alami yg ramah
lingkungan dan tidak menimbulkan residu toksik baik pada bahan tanaman yg
dipanen ma maupun pada tanah. Disamping itu penggunaan bahan ini hanya
dalam keadaan darurat berdasarkan aras kerusakan ekonomi yg diperoleh
dari hasil pengamatan.
Beberapa tanaman yg dapat dimanfaatkan sebagai pestisida
nabati dan digunakan dalam pengendalian hama antara lain adalah: