Teknik Budidaya Jahe

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

Teknik Budidaya Jahe, Lengkap!

2. URAIAN TANAMAN JAHE


2.1 Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Species : Zingiber officinale
2.2 Deskripsi.
Terna berbatang semu, tinggi 30 cm sampai 1 m, rimpang bila dipotong
berwarna kuning atau jingga. Daun sempit, panjang 15 23 mm, lebar 8 15
mm ; tangkai daun berbulu, panjang 2 4 mm ; bentuk lidah daun
memanjang, panjang 7,5 10 mm, & tidak berbulu; seludang agak berbulu.
Perbungaan berupa malai tersembul dipermukaan tanah, berbentuk tongkat
atau bundar telur yg sempit, 2,75 3 kali lebarnya, sangat tajam ; panjang
malai 3,5 5 cm, lebar 1,5 1,75 cm ; gagang bunga hampir tidak berbulu,
panjang 25 cm, rahis berbulu jarang ; sisik pada gagang terdapat 5 7 buah,
berbentuk lanset, letaknya berdekatan atau rapat, hampir tidak berbulu,
panjang sisik 3 5 cm; daun pelindung berbentuk bundar telur terbalik,
bundar pada ujungnya, tidak berbulu, berwarna hijau cerah, panjang 2,5 cm,
lebar 1 1,75 cm ; mahkota bunga berbentuk tabung 2 2,5 cm, helainya
agak sempit, berbentuk tajam, berwarna kuning kehijauan, panjang 1,5 2,5
mm, lebar 3 3,5 mm, bibir berwarna ungu, gelap, berbintik-bintik berwarna
putih kekuningan, panjang 12 15 mm ; kepala sari berwarna ungu, panjang
9 mm ; tangkai putik 2
2.3 Jenis Tanaman
Jahe dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran, bentuk dan warna
rimpangnya. Umumnya dikenal 3 varietas jahe, yaitu :

Jahe putih/kuning besar atau disebut juga jahe gajah atau jahe badak :
Rimpangnya lebih besar dan gemuk, ruas rimpangnya lebih menggembung
dari kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini bias dikonsumsi baik saat berumur
muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe olahan.

Jahe putih/kuning kecil atau disebut juga jahe sunti atau jahe emprit :
Ruasnya kecil, agak rata sampai agak sedikit menggembung. Jahe ini selalu
dipanen setelah berumur tua. Kandungan minyak atsirinya lebih besar dari
pada jahe gajah, sehingga rasanya lebih pedas, disamping seratnya tinggi.
Jahe ini cocok utk ramuan obat-obatan, atau utk diekstrak oleoresin dan
minyak atsirinya.

Jahe merah : Rimpangnya berwarna merah dan lebih kecil dari pada jahe
putih kecil. sama seperti jahe kecil, jahe merah selalu dipanen setelah tua,
dan juga memiliki kandungan minyak atsiri yg sama dengan jahe kecil,
sehingga cocok utk ramuan obat-obatan.
3. MANFAAT TANAMAN
Rimpang jahe dapat digunakan sebagai bumbu masak, pemberi aroma dan
rasa pada makanan seperti roti, kue, biskuit, kembang gula dan
berbagai.minuman. Jahe juga dapat digunakan pada industri obat, minyak
wangi, industri jamu tradisional, diolah menjadi asinan jahe, dibuat acar,
lalap, bandrek, sekoteng dan sirup.
Dewasa ini para petani cabe menggunakan jahe sebagai pestisida alami.
Dalam perdagangan jahe dijual dalam bentuk segar, kering, jahe bubuk &
awetan jahe. Disamping itu terdapat hasil olahan jahe seperti:
Minyak astiri koresin yg diperoleh dengan cara penyulingan yg berguna
sebagai bahan pencampur dalam minuman beralkohol, es krim, campuran
sosis dan lain-lain.
Adapun manfaat secara pharmakologi antara lain adalah sebagai karminatif
(peluruh kentut), anti muntah, pereda kejang, anti pengerasan pembuluh
darah, peluruh keringat, anti inflamasi, anti mikroba & parasit, anti piretik, anti
rematik, serta merangsang pengeluaran getah lambung & getah empedu.
4. SENTRA PENANAMAN
Terdapat di seluruh Indonesia, ditanam di kebun & di pekarangan. Pada saat
ini jahe telah banyak dibudidayakan di Australia, Srilangka, Cina, Mesir,
Yunani, India, Indonesia, Jamaika, Jepang, Meksiko, Nigeria, Pakistan. Jahe
dari Jamaika mempunyai kualitas tertinggi, sedangkan India merupakan
negara produsen jahe terbesar, yaitu lebih dari 50 % dari total produksi jahe
dunia.
5. SYARAT PERTUMBUHAN
Iklim
Tanaman jahe membutuhkan curah hujan relatif tinggi, yaitu antara 2.5004.000 mm/tahun.
Pada umur 2,5 sampai 7 bulan atau lebih tanaman jahe memerlukan sinar
matahari. Dengan kata lain penanaman jahe dilakukan di tempat yg terbuka
sehingga mendapat sinar matahari sepanjang hari.
Suhu udara optimum utk budidaya tanaman jahe antara 20-35C.
Media Tanam
Tanaman jahe paling cocok ditanam pada tanah yg subur, gembur & banyak

mengandung humus.
Tekstur tanah yg baik adalah lempung berpasir, liat berpasir & tanah laterik.
Tanaman jahe dapat tumbuh pada keasaman tanah (pH) sekitar 4,3-7,4.
Tetapi keasaman tanah (pH) optimum utk jahe gajah adalah 6,8-7,0.
Ketinggian Tempat
Jahe tumbuh baik di daerah tropis & subtropis dengan ketinggian 0-2.000 m
dpl..
Di Indonesia pada umumnya ditanam pada ketinggian 200 - 600 m dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan Jahe
Persyaratan Bibit Jahe : Bibit berkualitas adalah bibit yg memenuhi syarat
mutu genetik, mutu fisiologik (persentase tumbuh yg tinggi), & mutu fisik. yg
dimaksud dengan mutu fisik adalah bibit yg bebas hama & penyakit. Oleh
karena itu kriteria yg harus dipenuhi antara lain:
Bahan bibit diambil langsung dari kebun (bukan dari pasar).
Dipilih bahan bibit dari tanaman yg sudah tua (berumur 9-10 bulan).
Dipilih pula dari tanaman yg sehat & kulit rimpang tidak terluka atau lecet.
Teknik Penyemaian Bibit : utk pertumbuhan tanaman yg serentak atau
seragam, bibit jangan langsung ditanam sebaiknya terlebih dahulu
dikecambahkan. Penyemaian bibit dapat dilakukan dengan peti kayu atau
dengan bedengan.
Penyemaian pada peti kayu : Rimpang jahe yg baru dipanen dijemur
sementara (tidak sampai kering), kemudian disimpan sekitar 1-1,5 bulan.
Patahkan rimpang tersebut dengan tangan dimana setiap potongan memiliki
3-5 mata tunas dan dijemur ulang 1/2-1 hari.
Selanjutnya potongan bakal bibit tersebut dikemas ke dalam karung
beranyaman jarang, lalu dicelupkan dalam larutan fungisida dan zat pengatur
tumbuh sekitar 1 menit kemudian keringkan. Setelah itu dimasukkan kedalam
peti kayu. Lakukan cara penyemaian dengan peti kayu sebagai berikut: pada
bagian dasar peti kayu diletakkan bakal bibit selapis, kemudian di atasnya
diberi abu gosok atau sekam padi, demikian seterusnya sehingga yg paling
atas adalah abu gosok atau sekam padi tersebut. Setelah 2-4 minggu lagi,
bibit jahe tersebut sudah disemai.
Penyemaian pada bedengan : Buat rumah penyemaian sederhana ukuran 10
x 8 m utk menanam bibit 1 ton (kebutuhan jahe gajah seluas 1 ha). Di dalam
rumah penyemaian tersebut dibuat bedengan dari tumpukan jerami setebal
10 cm. Rimpang bakal bibit disusun pada bedengan jerami lalu ditutup jerami,

dan di atasnya diberi rimpang lalu diberi jerami pula, demikian seterusnya,
sehingga didapatkan 4 susunan lapis rimpang dengan bagian atas berupa
jerami.
Perawatan bibit pada bedengan dapat dilakukan dengan penyiraman setiap
hari dan sesekali disemprot dengan fungisida. Setelah 2 minggu, biasanya
rimpang sudah bertunas. Bila bibit bertunas dipilih agar tidak terbawa bibit
berkualitas rendah..Bibit hasil seleksi itu dipatah-patahkan dengan tangan
dan setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas & beratnya 40-60 gram.
Penyiapan Bibit Jahe : Sebelum ditanam, bibit harus dibebaskan dari
ancaman penyakit dengan cara bibit tersebut dimasukkan ke dalam karung &
dicelupkan ke dalam larutan fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit dijemur
2-4 jam, barulah ditanam.
6.2. Pengolahan Media Tanam
Persiapan Lahan : Untuk mendapatkan hasil panen yg optimal harus
diperhatikan syarat-syarat tumbuh yg dibutuhkan tanaman jahe. Bila
keasaman tanah yg ada tidak sesuai dengan keasaman tanah yg dibutuhkan
tanaman jahe, maka harus ditambah atau dikurangi keasaman dengan kapur.
Pembukaan Lahan : Pengolahan tanah diawali dengan dibajak sedalam
kurang lebih dari 30 cm dengan tujuan utk mendapatkan kondisi tanah yg
gembur atau remah dan membersihkan tanaman pengganggu. Setelah itu
tanah dibiarkan 2-4 minggu agar gas-gas beracun menguap serta bibit
penyakit dan hama akan mati terkena sinar matahari. Apabila pada
pengolahan tanah pertama dirasakan belum juga gembur, maka dapat
dilakukan pengolahan tanah yg kedua sekitar 2-3 minggu sebelum
tanam dan sekaligus diberikan pupuk kandang dengan dosis 1.500-2.500 kg.
Pembentukan Bedengan : Pada daerah-daerah yg kondisi air tanahnya
jelek dan sekaligus utk mencegah terjadinya genangan air, sebaiknya tanah
diolah menjadi bedengan-bedengan engan ukuran tinggi 20-30 cm, lebar 80100 cm, sedangkan anjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan.
Pengapuran : Pada tanah dengan pH rendah, sebagian besar unsur-unsur
hara didalamnya, Terutama fosfor (p) & calcium (Ca) dalam keadaan tidak
tersedia atau sulit diserap. Kondisi tanah yg masam ini dapat menjadi media
perkembangan beberapa cendawan penyebab penyakit fusarium sp &
pythium sp. Pengapuran juga berfungsi menambah unsur kalium yg sangat
diperlukan tanaman utk mengeraskan bagian tanaman yg berkayu,
merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel buah &
merangsang pembentukan biji.
Derajat keasaman < 4 (paling asam): kebutuhan dolomit > 10 ton/ha.

Derajat keasaman 5 (asam): kebutuhan dolomit 5.5 ton/ha.


Derajat keasaman 6 (agak asam): kebutuhan dolomit 0.8 ton/ha.
6.3. Teknik Penanaman Jahe.
Penentuan Pola Tanaman : Pembudidayaan jahe secara monokultur pada
suatu daerah tertentu memang dinilai cukup rasional, karena mampu
memberikan produksi & produksi tinggi. Namun di daerah, pembudidayaan
tanaman jahe secara monokultur kurang dapat diterima karena selalu
menimbulkan kerugian. Penanaman jahe secara tumpangsari dengan
tanaman lain mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut:
Mengurangi kerugian yg disebabkan naik turunnya harga.
Menekan biaya kerja, seperti: tenaga kerja pemeliharaan tanaman.
Meningkatkan produktivitas lahan.
Memperbaiki sifat fisik dan mengawetkan tanah akibat rendahnya
pertumbuhan gulma (tanaman pengganggu). Praktek di lapangan, ada jahe
yg ditumpangsarikan dengan sayur-sayuran, seperti ketimun, bawang merah,
cabe rawit, buncis & lain-lain. Ada juga yg ditumpangsarikan dengan palawija,
seperti jagung, kacang tanah & beberapa kacang-kacangan lainnya.
Pembutan Lubang Tanam : utk menghindari pertumbuhan jahe yg jelek,
karena kondisi air tanah yg buruk, maka sebaiknya tanah diolah menjadi
bedengan-bedengan. Selanjutnya buat lubang-lubang kecil atau alur sedalam
3-7,5 cm utk menanam bibit.
Cara Penanaman : Cara penanaman dilakukan dengan cara melekatkan bibit
rimpang secara rebah ke dalam lubang tanam atau alur yg sudah disiapkan.
Perioda Tanam : Penanaman jahe sebaiknya dilakukan pada awal musim
hujan sekitar bulan September dan Oktober. Hal ini dimungkinkan karena
tanaman muda akan membutuhkan air cukup banyak utk pertumbuhannya.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
Penyulaman : Sekitar 2-3 minggu setelah tanam, hendaknya diadakan utk
melihat rimpang yg mati. Bila demikian harus segera dilaksanakan
penyulaman agar pertumbuhan bibit sulaman itu tidak jauh tertinggal dengan
tanaman lain, maka sebaiknya dipilih bibit rimpang yg baik serta
pemeliharaan yg benar.
Penyiangan : Penyiangan pertama dilakukan ketika tanaman jahe berumur 24 minggu kemudian dilanjutkan 3-6 minggu sekali. Tergantung pada kondisi
tanaman pengganggu yg tumbuh. Namun setelah jahe berumur 6-7 bulan,
sebaiknya tidak perlu dilakukan penyiangan lagi, sebab pada umur tersebut
rimpangnya mulai besar..

Pembubunan : Tanaman jahe memerlukan tanah yg peredaran udara dan air


dapat berjalan dengan baik, maka tanah harus digemburkan. Disamping itu
tujuan pembubunan utk menimbun rimpang jahe yg kadang-kadang muncul
ke atas permukaan tanah. Apabila tanaman jahe masih muda, cukup tanah
dicangkul tipis di sekeliling rumpun dengan jarak kurang lebih 30 cm.
Pada bulan berikutnya dapat diperdalam dan diperlebar setiap kali
pembubunan akan berbentuk gubidan dan sekaligus terbentuk sistem
pengairan yg berfungsi utk menyalurkan kelebihan air. Pertama kali dilakukan
pembumbunan pada waktu tanaman jahe berbentuk rumpun yg terdiri atas 34 batang semu, umumnya pembubunan dilakukan 2-3 kali selama umur
tanaman jahe. Namun tergantung kepada kondisi tanah dan banyaknya
hujan.
Pemupukan : Pemupukan Organik : Pada pertanian organik yg tidak
menggunakan bahan kimia termasuk pupuk buatan & obat-obatan, maka
pemupukan secara organik yaitu dengan menggunakan pupuk kompos
organik atau pupuk kandang dilakukan lebih sering disbanding kalau kita
menggunakan pupuk buatan. Adapun pemberian pupuk kompos organik ini
dilakukan pada awal pertanaman pada saat pembuatan guludan sebagai
pupuk dasar sebanyak 60 80 ton per hektar yg ditebar dan dicampur tanah
olahan.
Untuk menghemat pemakaian pupuk kompos dapat juga dilakukan dengan
jalan mengisi tiap-tiap lobang tanam di awal pertanaman sebanyak 0.5 1kg
per tanaman. Pupuk sisipan selanjutnya dilakukan pada umur 2 3 bulan, 4
6 bulan, & 8 10 bulan. Adapun dosis pupuk sisipan sebanyak 2 3 kg per
tanaman. Pemberian pupuk kompos ini biasanya dilakukan setelah kegiatan
penyiangan & bersamaan dengan kegiatan pembubunan.
Pemupukan Konvensional : Selain pupuk dasar (pada awal penanaman),
tanaman jahe perlu diberi pupuk susulan kedua (pada saat tanaman berumur
2-4 bulan). Pupuk dasar yg digunakan adalah pupuk organik 15-20 ton/ha.
Pemupukan tahap kedua digunakan pupuk kandang & pupuk buatan (urea 20
gram/pohon; TSP 10 gram/pohon; dan ZK 10 gram/pohon), serta K2O (112
kg/ha) pada tanaman yg berumur 4 bulan. Pemupukan juga dilakukan
dengan pupuk nitrogen (60 kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), dan K2O (75 kg/ha).
Pupuk P diberikan pada awal tanam, pupuk N dan K diberikan pada awal
tanam (1/3 dosis) dan sisanya (2/3 dosis) diberikan pada saat tanaman
berumur 2 bulan & 4 bulan. Pupuk diberikan dengan ditebarkan secara
merata di sekitar tanaman atau dalam bentuk alur dan ditanam di sela-sela
tanaman.
Pengairan dan Penyiraman : Tanaman Jahe tidak memerlukan air yg terlalu

banyak utk pertumbuhannya, akan tetapi pada awal masa tanam diusahakan
penanaman pada awal musim hujan sekitar bulan September;
Waktu Penyemprotan Pestisida : Penyemprotan pestisida sebaiknya
dilakukan mulai dari saat penyimpanan bibit yg utk disemai dan pada saat
pemeliharaan. Penyemprotan pestisida pada fase pemeliharaan
biasanya dicampur dengan pupuk organik cair atau vitamin-vitamin yg
mendorong pertumbuhan jahe.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama Tanaman Jahe
Hama yg dijumpai pada tanaman jahe adalah:
Kepik, menyerang daun tanaman hingga berlubang-lubang.
Ulat penggesek akar, menyerang akar tanaman jahe hingga menyebabkan
tanaman jahe menjadi kering dan mati. Kumbang.
7.2. Penyakit Tanaman Jahe
Penyakit layu bakeri
Gejala: Mula-mula helaian daun bagian bawah melipat dan menggulung
kemudian terjadi perubahan warna dari hijau menjadi kuning dan mengering.
Kemudian tunas batang menjadi busuk dan akhirnya tanaman mati rebah.
Bila diperhatikan, rimpang yg sakit itu berwarna gelap dan sedikit membusuk,
kalau rimpang dipotong akan keluar lendir berwarna putih susu sampai
kecoklatan. Penyakit ini menyerang tanaman jahe pada umur 3-4
bulan dan yg paling berpengaruh adalah faktor suhu udara yg dingin,
genangan air dan kondisi tanah yg terlalu lembab.
Pengendalian: Jaminan kesehatan bibit jahe;
karantina tanaman jahe yg terkena penyakit;
pengendalian dengan pengolahan tanah yg baik;
pengendalian fungisida dithane M-45 (0,25%), Bavistin (0,25%).
Penyakit busuk rimpang
Penyakit ini dapat masuk ke bibit rimpang jahe melalui lukanya. Ia akan
tumbuh dengan baik pada suhu udara 20-25 derajat C dan terus berkembang
akhirnya menyebabkan rimpang menjadi busuk.
Gejala: Daun bagian bawah yg berubah menjadi kuning lalu layu & akhirnya
tanaman mati.
Pengendalian:
Penggunaan bibit yg sehat;
Penerapan pola tanam yg baik;

Penggunaan fungisida.
Penyakit bercak daun
Penyakit ini dapat menular dengan bantuan angin, akan masuk melalui luka
maupun tanpa luka.
Gejala: Pada daun yg bercak-bercak berukuran 3-5 mm, selanjutnya bercakbercak itu berwarna abu-abu dan ditengahnya terdapat bintik-bintik berwarna
hitam, sedangkan pinggirnya busuk basah. Tanaman yg terserang bisa mati.
Pengendalian: baik tindakan pencegahan maupun penyemprotan penyakit
bercak daun sama halnya dengan cara-cara yg dijelaskan di atas.
7.3. Gulma
Gulma potensial pada pertanaman temu lawak adalah gulma kebun antara
lain adalah rumput teki, alang-alang, ageratum, & gulma berdaun lebar
lainnya.
7.4. Pengendalian hama/penyakit secara organik
Dalam pertanian organik yg tidak menggunakan bahan-bahan kimia
berbahaya melainkan dengan bahan-bahan yg ramah lingkungan biasanya
dilakukan secara terpadu sejak awal pertanaman utk menghindari serangan
hama dan penyakit tersebut yg dikenal dengan PHT (Pengendalian Hama
Terpadu) yg komponennya adalah sbb:
Mengusahakan pertumbuhan tanaman yg sehat yaitu memilih bibit unggul yg
sehat bebas dari hama dan penyakit serta tahan terhadap serangan hama
dari sejak awal pertanaman.
Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh alami.
Menggunakan varietas-varietas unggul yg tahan terhadap serangan hama
dan penyakit.
Menggunakan pengendalian fisik/mekanik yaitu dengan tenaga manusia.
Menggunakan teknik-teknik budidaya yg baik misalnya budidaya tumpang
sari dengan pemilihan tanaman yg saling menunjang, serta rotasi tanaman
pada setiap masa tanamnya utk memutuskan siklus penyebaran hama dan
penyakit potensial.
Penggunaan pestisida, insektisida, herbisida alami yg ramah
lingkungan dan tidak menimbulkan residu toksik baik pada bahan tanaman yg
dipanen ma maupun pada tanah. Disamping itu penggunaan bahan ini hanya
dalam keadaan darurat berdasarkan aras kerusakan ekonomi yg diperoleh
dari hasil pengamatan.
Beberapa tanaman yg dapat dimanfaatkan sebagai pestisida
nabati dan digunakan dalam pengendalian hama antara lain adalah:

Tembakau (Nicotiana tabacum) yg mengandung nikotin utk insektisida kontak


sebagai fumigan atau racun perut. Aplikasi utk serangga kecil misalnya
Aphids.
Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium) yg mengandung piretrin yg dapat
digunakan sebagai insektisida sistemik yg menyerang urat syaraf pusat yg
aplikasinya dengan semprotan. Aplikasi pada serangga seperti lalat rumah,
nyamuk, kutu, hama gudang, dan lalat buah.
Tuba (Derris elliptica & Derris malaccensis) yg mengandung rotenone utk
insektisida kontak yg diformulasikan dalam bentuk hembusan dan semprotan.
Neem tree atau mimba (Azadirachta indica) yg mengandung azadirachtin yg
bekerjanya cukup selektif. Aplikasi racun ini terutama pada serangga
penghisap seperti wereng & serangga pengunyah seperti hama penggulung
daun (Cnaphalocrocis medinalis). Bahan ini juga efektif utk menanggulangi
serangan virus RSV, GSV dan Tungro.
Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) yg bijinya mengandung rotenoid yaitu
pakhirizida yg dapat digunakan sebagai insektisida dan larvasida.
Jeringau (Acorus calamus) yg rimpangnya mengandung komponen utama
asaron dan biasanya digunakan utk racun serangga dan pembasmi
cendawan, serta hama gudang Callosobrocus.
8. PANEN
Ciri - ciri dan Umur Panen Jahe: Pemanenan dilakukan tergantung dari
penggunaan jahe itu sendiri. Bila kebutuhan utk bumbu penyedap masakan,
maka tanaman jahe sudah bisa ditanam pada umur kurang lebih 4 bulan
dengan cara mematahkan sebagian rimpang dan sisanya dibiarkan sampai
tua. Apabila jahe utk dipasarkan maka jahe dipanen setelah cukup tua.
Umur tanaman jahe yg sudah bisa dipanen antara 10-12 bulan, dengan ciriciri warna daun berubah dari hijau menjadi kuning dan batang semua
mengering. Misal tanaman jahe gajah akan mengering pada umur 8 bulan
dan akan berlangsung selama 15 hari atau lebih.
Cara Panen : Cara panen yg baik, tanah dibongkar dengan hati-hati
menggunakan alat garpu atau cangkul, diusahakan jangan sampai rimpang
jahe terluka. Selanjutnya tanah dan kotoran lainnya yg menempel pada
rimpang dibersihkan dan bila perlu dicuci. Sesudah itu jahe dijemur di atas
papan atau daun pisang kira-kira selama 1 minggu. Tempat penyimpanan
harus terbuka, tidak lembab dan penumpukannya jangan terlalu tinggi
melainkan agak disebar.

Periode Panen : Waktu panen sebaiknya dilakukan sebelum musim hujan,


yaitu diantara bulan Juni Agustus. Saat panen biasanya ditandai dengan
mengeringnya bagian atas tanah. Namun demikian apabila tidak sempat
dipanen pada musim kemarau tahun pertama ini sebaiknya dilakukan pada
musim kemarau tahun berikutnya. Pemanenan pada musim hujan
menyebabkan rusaknya rimpang & menurunkan kualitas rimpang
sehubungan dengan rendahnya bahan aktif karena lebih banyak kadar
airnya.
Perkiraan Hasil Panen : Produksi rimpang segar utk klon jahe gajah berkisar
antara 15-25 ton/hektar, sedangkan utk klon jahe emprit atau jahe sunti
berkisar antara 10-15 ton/hektar.
9. PASCAPANEN
Penyortiran Basah dan Pencucian : Sortasi pada bahan segar dilakukan
utk memisahkan rimpang dari kotoran berupa tanah, sisa tanaman, dan
gulma. Setelah selesai, timbang jumlah bahan hasil penyortiran dan
tempatkan dalam wadah plastik utk pencucian. Pencucian dilakukan dengan
air bersih, jika perlu disemprot dengan air bertekanan tinggi.
Amati air bilasannya dan jika masih terlihat kotor lakukan pembilasan sekali
atau dua kali lagi. Hindari pencucian yg terlalu lama agar
kualitas dan senyawa aktif yg terkandung didalam tidak larut dalam air.
Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar
kotoran dan banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah pencucian
selesai, tiriskan dalam tray/wadah yg belubang-lubang agar sisa air cucian yg
tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah
plastik/ember.
Perajangan : Jika perlu proses perajangan, lakukan dengan pisau stainless
steel dan alasi bahan yg akan dirajang dengan talenan. Perajangan rimpang
dilakukan melintang dengan ketebalan kira-kira 5 mm 7 mm. Setelah
perajangan, timbang hasilnya dan taruh dalam wadah plastik/ember.
Perajangan dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin pemotong.
Pengeringan : Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan
sinar matahari atau alat pemanas/oven. pengeringan rimpang dilakukan
selama 3 - 5 hari, atau setelah kadar airnya dibawah 8%. pengeringan
dengan sinar matahari dilakukan diatas tikar atau rangka pengering, pastikan
rimpang tidak saling menumpuk. Selama pengeringan harus dibolak-balik
kira-kira setiap
4 jam sekali agar pengeringan merata. Lindungi rimpang tersebut dari air,

udara yg lembab & dari bahan-bahan disekitarnya yg bisa mengkontaminasi.


Pengeringan di dalam oven dilakukan pada suhu 50 C - 60 C. Rimpang yg
akan dikeringkan ditaruh di atas tray oven dan pastikan bahwa rimpang tidak
saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah rimpang yg
dihasilkan.
Penyortiran Kering : Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yg telah
dikeringkan dengan cara memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing
seperti kerikil, tanah atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah rimpang hasil
penyortiran ini (untuk menghitung rendemennya).
Pengemasan : Setelah bersih, rimpang yg kering dikumpulkan dalam wadah
kantong plastik atau karung yg bersih dan kedap udara (belum pernah
dipakai sebelumnya). Berikan label yg jelas pada wadah tersebut, yg
menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode
produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih dan metode penyimpanannya.
Penyimpanan : Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab & suhu tidak
melebihi 30 C dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak
bocor, terhindar dari kontaminasi bahan lain yg menurunkan kualitas bahan
yg bersangkutan, memiliki penerangan yg cukup (hindari dari sinar matahari
langsung), serta bersih dan terbebas dari hama gudang.

Anda mungkin juga menyukai

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy