Model Fasies Karbonat Formasi Baturaja, Lapangan Danendra, Cekungan Sumatra Selatan
Model Fasies Karbonat Formasi Baturaja, Lapangan Danendra, Cekungan Sumatra Selatan
Model Fasies Karbonat Formasi Baturaja, Lapangan Danendra, Cekungan Sumatra Selatan
1, Januari 2009
Objek dari penelitian adalah Formasi Baturaja, selain karena potensinya yang
cukup baik sebagai batuan reservoar, Formasi Baturaja memiliki fenomena
sembulan karbonat. Pada tahun 1929 dilakukan geologi survey dan pada tahun
1938 dilakukan gravimetri survey diikuti dengan pemboran sumur oleh BPM
yang menghasilkan gas pada batugamping, Formasi Baturaja (Pertamina
BPPKA, 1995). Pada tahun 1983, HAPCO melakukan eksplorasi pada Formasi
Baturaja, lalu diikuti dengan pemboran beberapa sumur, diantaranya
menghasilkan minyak (Djuanda, 1985).
Sumatera Selatan
Cekungan Sumatra
Selatan
Lapangan Danendra
(Daerah telitian)
FASIES KARBONAT
Menurut Hsu dan Reijers (1986) fasies dalam batuan karbonat adalah suatu
kumpulan ciri-ciri yang berhubungan dengan sedimen, paleontologi, petrografi
dan kehadiran kimia, yang merefleksikan keaktifan proses di lingkungan
pengendapan dan diagenetik.
Fasies adalah aspek fisika, kimia atau biologi suatu endapan dalam kesamaan
waktu, dua tubuh batuan yang diendapkan pada waktu yang sama dikatakan
berbeda fasies, kalau kedua batuan tersebut berbeda secara fisik, kimia atau
biologinya
Secara umum diagenesa pada batuan karbonat terjadi pada:
1.
2.
3.
4.
Kesinambungan Refleksi
Amplitudo Refleksi
Frekuensi Refleksi
Kecepatan Dalam (internal velocity)
Interpretasi Geologi
- Pola lapisan batuan
- Proses pengendapan
- Paleotopografi dan erosi yang pernah
terjadi
- Bidang kontak antar fluida
- Kesinambungan bidang perlapisan
- Proses pengendapan
- Perbedaan kecepatan-densitas
- Jarak antar lapisan batuan
- Kandungan fluida
- Ketebalan refleksi
- Kandungan fluida
- Perkiraan litologi
- Perkiraan porositas
- Kandungan fluida
- Gambaran umum lingkungan
pengendapan
- Batuan sumber material sedimen
- Situasi geologi
Tabel 2. Properti dari fasies seismik (Vail dkk, 1977 dalam Badley,1985)
Depositional Environment/Setting
Properties
Of seismic
Facies
Reflection
configuration
Lithofacies
and
composition
Shelf/Platform
Parallel / slightly
Divergent, highly divergent rare
growth fault
Alternating neritic limestone
and shale ; rare sandstone ;
undaform deposits
Mounded,chaotic,or reflector
free,pull up or pull down
common
Shallow water carbonate
biogenic buildups ; may or may
not exhibit reef-forming
framework
Elogate lens-shaped
(Shelf/platform edge and
barries reefs) ; elongate to
subcircular lens-shape (patch
and pinnacle reefs/banks);form
on stable structural elements
Geometry
and structure
Sheetlike to wedge-shape or
tabular, very stable setting,
uniform subsidende
Lateral
relationship
Nature of
upper / lower
boundaries
Amplitudo
Continuity
High
Frequency
(cycle
breadth)
Fasies Shelf
Fasies Shelf edge/Core reef
Fasies Lagoon
Fasies Tidal flat
Gambar 4. Pembagian siklus satu sampai siklus lima pada seismik inline 429
(time domain)
Proses ini berkembang terus dan sea level rise mencapai puncaknya. Untuk
selanjutnya penurunan muka air laut terumbu muncul. Namun terumbu masih
mampu hidup pertumbuhan, dan penenggelaman terjadi kembali. Setelah itu
diendapkan secara vertikal batu gamping klastik yang mempunyai litologi
Mudstone dan Wackstone dilingkungan pengendapan Lagoon, diikuti secara
selaras ke arah barat muncul pengendapan Fasies Tidal flat berkembang
dengan baik.
Proses sedimentasi siklus ketiga
Tahap ketiga genang laut mengawali proses yang berikut ini mengakibatkan
tergenangnya kembali platform dan terumbu berkembang lagi. Kehidupan yang
berikut ini rupannya pada awalnya mampu mengikuti perubahan muka air yang
terus melaju ke arah daratan ini menjadikan pertumbuhan reef. Dengan
demikian, cekungan yang semula dangkal atau platform, berubah menjadi lebih
dalam, kemudian secara selaras terendapkan diatas Fasies Shelf edge / Core
reef, Fasies ini menempati luas 8,232 Km 2 dari daerah telitian, setelah itu diikuti
dengan diendapkannya secara selaras Fasies Lagoon, karbonat tipe klastik ini
ialah mudstone dan wackstone sebagai hasil dari gempuran gelombang
terhadap morfologi terumbu.
Terumbu yang semula hidup namun kurang mampu untuk mengikuti laju genang
laut mati kembali, pertumbuhan reef pada akhirnya mati lagi karena
penenggelaman platform yang terus melaju. Fasies shelf menempati luas 26,22
km2 dari daerah telitian yang mempunyai panjang 8,48 Km 2 dan Lebar 8,08 Km2,
sehingga luas daerah telitian secara keseluruhan yaitu 68,53 Km2
Proses sedimentasi siklus Keempat
Proses yang terjadi pada siklus empat yaitu muka air laut turun Sea level fall
terjadi proses regresi, setelah itu muncul reef siklus ketiga. Korelasi stratigrafi
pada siklus empat dimulai dengan Lingkungan Shelf yang diendapkan selaras
diatas lingkungan pengendapan Shelf edge/Core reef ,setelah itu secara selaras
terendapkan Fasies Shelf edge/Core reef diatas fasies lagoon kemudian
selanjutnya muncul fasies lagoon diatas pengendapan Fasies Tidal flat , fasies
ini berkembang dengan baik.
Pada saat itu terjadi proses diagenesa (karstifikasi) sehingga terdapat bidang
ketidakselarasan disconformity yaitu ketidakselarasan yang terletak diantara dua
batuan sedimen dimana perlapisan dibawah dan diatas bidang ketidakselarasan
mempunyai kedudukan yang sama, sedang kedua batuan tersebut dibatasi
dengan bidang erosi. Tahap selanjutnya terjadi proses sedimentasi pada fasies
lagoonal dan fasies tidal flat diikuti dengan proses sedimentasi pada fasies shelf.
Proses sedimentasi siklus kelima
Siklus kelima merupakan periode terakhir dari proses sedimentasi karbonat
batugamping klastik. Dimana proses sedimentasi siklus ke-5, terjadi kenaikan
muka air laut sea level rise saat itu morfologi karst tenggelam dibawah muka air
laut setelah itu muncul reef diatas batugamping karst, reef menumpang di atas
karst yang segera mengakhiri pengendapan ini, dimana karbonat muncul ke
permukaan hingga sekarang.
Kemudian proses sedimentasi terjadi dilingkungan fasies lagoon, tidal flat dan
fasies shelf dengan teksture packstone (Fasies Shelf) kemudian secara selaras
diatasnya terendapkan Fasies shelf edge / Core reef kemudian secara berturutturut diendapkan Fasies Lagoon, selanjutnya diendapkan lagi diatas lingkungan
pengendapan darat yaitu Tidal flat yang merupakan hasil akhir sampai saat ini
dan diepisode ini Baturaja sudah tidak berkembang lagi. Fasies Lagoon
menempati luas 5,957 Km 2 dari luas daerah telitian Lapangan Danendra, Pada
2
Fasies Tidal flat menempati luas yaitu 27,24 Km dari daerah telitian.
KESIMPULAN
Dari hasil analisis yang telah dilakukan selama penelitian, maka ada beberapa
point yang dapat disimpulkan :
1.
2.
Secara litologi Baturaja terdiri dari batuan karbonat, dan dapat dibagi
menjadi beberapa fasies. Korelasi stratigrafi lintasan Timur Barat,
fasies yang berkembang adalah :
Fasies Shelf
Fasies Shelf edge/core reef
Fasies lagoon
Fasies Tidal Flat
3.
4.
5.
6.
Model Fasies karbonat Baturaja yang paling sesuai adalah Platform yang
terisolasi dengan Model Rimmed Shelf Accretionary.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwidjaja, P., and de Coster, G.L., 1973, Pre-Teretiary paleotopography and
related sedimentation in South Sumatra: Indonesian Petroleum
Association Second Annual Convention, June, 1973, p. 89-103.
Ascaria, A.,Riadhy,S.,Martono, D., Sukotjo,A., 1999, Carbonate Play
Concept
in Sopa and Surronding Areas : An Alternatif Model for Hydrocarbon
Occurrence, Musi Platform, South Sumatra Basin, Proceedings IPA,
Twenty Seventh Annual Convention, Jakarta, hal. 146-157.
Aulia.K., dan Hendrik T.L., 1993. A Structural and Tectonic Model Of The Coastal
Plain Block, South Sumatra Basin, IPA, Jakarta.
Badley,
Library
Of
Bishop,
De Coster, G.L., 1974, The Geology Of the Central and South Sumatra Basins,
Proceedings IPA, Third Annual Convention, Jakarta, hal. 77-110.
Djuanda,H., 1985, Facies Distribution in The Nurbani Carbonate Build Up,
Sunda Basin, Proceeding IPA, Fourteenth Annual Convention, Jakarta,
hal. 507-526.
Dunham Robert J.., 1962, Classification Of Carbonate Rocks According to
depositional Texture, Houston, Texas, Published by AAPG, 1962.
Fread Read.J., 1985., Carbonate Platform Facies Models, The AAPG Bulletin V,
69 No.11 January 1985, P. 1-21 .
Ginger.D. and Fielding, K (2005), The Petroleum System and Future Potential Of
The South Sumatra Basin, Proceeding, Indonesia Petroleum
Association, Thierthienth Annual Convention and Exhibiton.
Hsu, K.J., dan Reijers, T.J.A., 1986, Manual Of Carbonate Sedimentology : A
Lexicographical Approach, Academics Press, Lodon, 302 hal.
Komisi Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996, Sandi Stratigrafi Indonesia, Ikatan Ahli
Geologi Indonesia, hal.3.
Murray, J.W., 1973, Distribution and Ecology Of Living Benthic Foraminiferids
Heinemann, London, 397 hal.
Pertamina BPPK., 1995, Petroleum Geology Of Indonesian Basins, Pertamina
BPPK-PSC Exploration Managers, Surabaya, 81 hal.
Pulunggono, A., Haryo, A., Kosuma, C.G., 1992, Pre Tertiary Fault Systems as a
Framework of The South Sumatra Basin : A Study Of Sar-Maps,
Proceedings IPA, Twenty First Annual Convention, Jakarta, hal. 339360.
Robert L. Folk., 1962., Spectral Subdivision Of Limestone Types, Austin Texas,
Published by AAPG 1962.
Sukmono, Sigit, 1999., Interpretasi
Geofisika,ITB, Bandung.
Seismik
Refleksi,
Jurusan
Teknik
Suyoto, 1992., Model Fasies Karbonat Gunung Sewu. Thesis ITB, Bandung
(Tidak dipublikasikan)
Tucker, M.E., dan Wright, P.W., 1990, Carbonate Sedimentology, Blackwell
Scientific Publications, Oxford, 482 hal.
Tipsword,H.I. Setzer,F.M. Smith, Jr,F.L, 1956, Introduction Of Depositional
Environment in Gulf Coast Petroleum Exploration from Paleontology and
Related Stratigraphy, Houston.
Van Gorsel, J.T., 1988, Biostratigraphy in Indonesia : Method, Pitfalls and New
Directions, Proceedings IPA, Seventeenth Annual Convention, Jakarta,
hal. 275-300.
Van Der Vlerk, I.M. and J.H.F. Umbgrove, 1927 Tertiary Guide Foraminifera from
the Netherlands East Indies. Wetensch.Meded., n.6,p.3-35.
Wilson, J.L., 1975 Carbonate Facies in Geologic History, Springer- Verlaag, New
York, Heidelberg, Berlin, 441 hal.