Smaak Proof

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

Laporan Praktikum

Pemuliaan Tanaman
SMAAK PROOF

Disusun Oleh :
Nama

: Yusnita Suni

NIM

: G111 15 346

Kelas

: D

Kelompok

: 1 (Satu)

Asisten

: 1. Baso Panguriseng
2. A. Tenri Ika Sari

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemuliaan tanaman padi dipusatkan baik pada kuantitas maupun kualitasnya.
Penilaian kuantitas hasil ditunjukkan dengan adanya produksi yang semakin
meningkat. Penilaian kualitas tanaman padi didasarkan pada kualitas dari
hasil yang diberikan, apakah hasil tersebut mampu memenuhi kebutuhan
dengan baik, memuaskan atau tidak. Beberapa faktor yang menentukan
kualitas pada tanaman padi adalah faktor rendemen, bentuk butir,
kekerasan dan rasa (Hasyim dkk, 2010).
Faktor rasa sebagai penentu kualitas suatu tanaman, misal pada tanaman padi,
muncul karena adanya perbedaan kandungan atau kadar amylose yang terkandung
pada pati dalam butir-butir beras. Sehingga rasa yang didapatkan adalah berbeda
untuk tiap varietas tanaman. Dimana semakin tinggi kandungan atau kadar
amylose yang terkandung, maka akan semakin berkurang keenakan rasanya
karena semakin tinggi kadar amylose yang terkandung, maka struktur nasi yang
diperoleh akan semakin keras dan mempunyai struktur pisah-pisah.
Suatu varietas baru akan berarti dan mempunyai nilai bilamana mendapat
apresiasi yang baik dari petani. Untuk tanaman pangan seperti padi, rasa
merupakan faktor penentu kualitas hasil pertanian tanaman pangan yang sangat
berarti. Oleh karena itu arah pemuliaan tanaman padi perlu memperhatikan faktor
rasa. Faktor rasa merupakan faktor yang paling relatif. Namun kini penilaian
kualitas rasa dapat dilakukan dengan model rancangan serta metode analisis data

statistika sehingga hasil penilaian dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya


dan tidak terbantahkan. Maka dari itu dalam praktikum ini dilakukan Pengujian
Rasa (Smaak Proff) nasi untuk beberapa varietas padi.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan praktikum mengenai
Pengujian Rasa (Smaak Proof) agar kita dapat mengetahui berbagai macam rasa
dari setiap varietas padi yang pasti akan memiliki rasa yang berbeda-beda.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui nilai cita rasa pada berbagai jenis
varietas beras serta menyimpulkan varietas padi yang memiliki penilaian tertinggi
atau kualitas rasa tertinggi terhadap berbagai macam varietas padi.
Kegunaan dari praktikum ini yaitu sebagai pengetahuan untuk mahasiswa
tentang cita rasa dari berbagai varietas padi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Padi (Oryza sativa)
Tanaman padi merupakan tanaman budidaya yang sangat penting bagi umat
manusia karena lebih dari setengah penduduk dunia tergantung pada tanaman ini
sebagai sumber bahan pangan. Hampir seluruh penduduk Indonesia memenuhi
kebutuhan pangannya dari tanaman padi. Dengan demikian, tanmana padi
merupakan tanaman yang mempunyai nilai spritual, budaya, ekonomi, dan
politik yang penting bagi bangsa Indonesia karena memengaruhi hajat
hidup orang banyak (Zulman, 2015).
Tanaman padi cocok dibudidayakan di daerah tropis seperti di Indonesia.
Sejarah perkembangan asal-usul tanaman padi sebagai komoditi tanaman pangan
penting di dunia tidak diketahui dengan pasti karena sejarahnya yang teramat
panjang dan sudah amat tua. Sebagian pakar berpendapat bahwa tanaman padi
kemungkinan berasal dari Asia Tengah, tetapi ada juga yang mengemukaan bahwa
tanama padi berasal dari daerah Himalaya, Afrika Barat, Thailand, Myanmar, dan
Tiongkok. Catatan sejarah mengenai sejak kapan tanaman padi mulai
dibudidayakan di Pulau Jawa (Indonesia) juga tidak diketahui dengan pasti.
Bahkan dari hasil penelusuran pada relief-relief di Candi Borobudur, juga tidak
ditemukan adanya pahatan tanaman padi. Hal ini merupakan suatu hal yang sangat
mengherankan, sehingga menimbulkan pertanyaan apakah masyarakat waktu itu
belum mengenal tanaman padi (Zulman, 2015).

Menurut Zulman (2015), klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut


Kingdom: Plantae
Division: Spermatophyta
Subdivisio: Angiospermae
Class: Monocotyledoneae
Family: Gramineae
Genus: Oryza
Spesies: Oryza sativa L.
Akar-akar serabut padi pertama muncul pada hari ke lima atau ke enam
setelah padi berkecambah. Akar serabut juga mulai berkembang dengan sangat
lebat ketika batang bertunas (hari ke-15). Tumbuhnya akar-akar serabut tersebut
membuat akar tunggang yang tumbuh di bawah pada awal perkecambahan tidak
tampak. Selain akar serabut, tanaman padi juga memiliki akar yang berwujud
mirip rambut yang lebih halus. Keduanya mempunyai fungsi yang sama yaitu
sebagai organ untuk mengambil nutrisi dalam tanah (Zulman, 2015).
Batang padi tersusun dari rangkaian ruas-ruas dan antara ruas yang satu
dengan yang lainnya dipisah oleh sesuatu buku. Ruas batang padi di dalamnya
berongga dan bentuknya bulat. Dari atas ke bawah, ruas batang itu makin pendek.
Ruas-ruas yang terpendek terdapat di bagian bawah dari batang dan ruas-ruas ini
praktis tidak dapat dibedakan sebagai ruas-ruas yang berdiri sendiri. Tinggi
tanaman diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi bila malai
belum keluar, dan sesudah malai keluar tingginya diukur dari permukaan tanah
sampai ujung malai tertinggi. Tinggi tanaman adalah suatu sifat baku (keturunan).

Adanya perbedaan tinggi dari suatu varietas disebabkan oleh suatu pengaruh
keadaan lingkungan. Bila syarat-syarat tumbuh baik, maka tinggi tanaman padi
sawah biasanya 80-120 cm. Pada tiap-tiap buku, duduk sehelai daun. Di dalam
ketiak daun terdapat kuncup yang tumbuh menjadi batang. Pada buku-buku yang
terletak paling bawah mata-mata ketiak yang terdapat antara ruas batang-batang
dan upih daun, tumbuh menjadi batang-batang sekunder yang serupa dengan
batang

primer.

Batang-batang

sekunder

ini

pada

gilirannya

nanti

menghasilkan batang-batang tersier dan seterusnya. Peristiwa ini disebut


pertunasan atau menganak (Norsalis, 2011).
Tanaman padi memiliki daun tunggal, 2 baris, terkadang-kadang seolah
berbaris banyak. Pelepah daun berkembang sangat baik, pada batas antara pelepah
daun dan helaian daun sering terdapat lidah. Helaian daun duduk, hampir selau
berbentuk lanset atau garis pada kedua sisi ibu tulang daun dengan beberapa
tulang daun yang sejajar. Helaian permukaan daun kasar, dan pada bagian ujung
meruncing. Panjang helaian daun sangat bervariasi, umunya antara 100-150 cm.
Warna daun hijau tua dan akan berubah kuning keemasan setelah tanaman
memasuki masa panen (Zulman, 2015).
Satu tangkai malai yang terdiri atas banyak spikelet, secara internal akan
terjadi kompetisi dalam menarik fotosintat. Spikelet yang terletak pada ujung
malai akan keluar terlebih dahulu dan tumbuh lebih vigour, sehingga cenderung
mendominasi dalam menarik fotosintat. Sementara spikelet yang terletak pada
pangkal malai akan keluar terakhir dan pertumbuhannya cenderung lemah,

sehingga kalah berkompetisi dalam menarik fotosintat. Akibatnya pengisian biji


tidak penuh dan spikelet tidak bernas (steril) yang pada akhirnya akan
menghasilkan gabah hampa (Sumardi dkk, 2012).
Bulir-bulir padi terletak pada cabang pertama dan cabang kedua, sedangkan
sumbu utama malai adalah ruas buku yang terakhir pada batang. Panjang malai
tergantung varietas padi yang ditanam dan cara bercocok tanam. Jumlah cabang
pada setiap malai berkisar antara 15-20 buah, yang paling rendah 7 buah cabang,
dan yang terbanyak mencapai 30 buah cabang (Norsalis, 2011).
Pada umumnya varietas padi hanya menghasilkan satu malai untuk satu
anakan, tetapi ada beberapa varietas padi lokal yang mampu menghasilkan malai
lebih dari satu, namun pertumbuhan malainya tidak sempurna. Bunga tanaman
padi tersusun dalam bulir, yang terdiri dari 2 atau lebih glumae (daun) serupa sisik
yang duduknya berseling dalam dua baris berhadapan. Satu atau dua glumae pada
bagian bulir bawah tidak berisi bunga tetapi bagian lainnya berisi satu daun
mahkota yang berbentuk sisik (palea). Memiliki satu atau lebih benang sari dan
satu bakal buah, kepala sari berwarna putih atau kuning. Tangkai putik hampir
selalu dua, sedangkan kepala putik berbentuk malai (Zulman, 2015).
2.2 Smaak Proof
Smaak proff adalah salah satu metode pengujian kualitas beras dengan
menguji rasa.Berdasarkan pengujian rasa dapat dibedakan atas pengujian tekstur
dan aroma.Tingginya produktivitas padi tidak menjamin nilai rasanya. Perbedaan
rasa nasi antar varietas terletak pada adanya perbedaan kadar amilose yang

terdapat pada pati dari butir-butir berasnya. Pati beras tersusun atas rangkaian
unit-unit gula (glukosa) yang terdiri dari fraksi rantai cabang amilopektin, dan
rantai lurus amilose (Yuliana, 2013).
Faktor rasa sebagai penentu kualitas suatu tanaman, misal pada tanaman
padi, muncul karena adanya perbedaan kandungan atau kadar amylose yang
terkandung pada pati dalam butir-butir beras. Sehingga rasa yang didapatkan
adalah berbeda untuk tiap varietas tanaman. Dimana semakin tinggi kandungan
atau kadar amylose yang terkandung, maka akan semakin berkurang
keenakan rasanya karena semakin tinggi kadar amylose yang terkandung,
maka struktur nasi yang diperoleh akan semakin keras dan mempunyai
struktur pisah-pisah (Yuliana, 2013).
2.3 Deskripsi Varietas yang Di Uji
Varietas padi yang berbeda-beda akan menentukan mutu beras yang berbeda
pula. Tanaman padi yang dibudidayakan di Indonesia dibagi dalam dua golongan,
yaitu varietas bulu dan varietas cere. Pada umumnya varietas bulu mempunyai
rasa nasi yang enak. Nasi dalam keadaan panas atau dingin memb erikan tekstur
yang lembut dan lunak serta butir-butir nasinya satu sama lain lengket. Pada
varietas cere yang terjadi justru sebaliknya, dimana nasi yang dihasilkan kurang
enak dan butirannya lepas-lepas (Sutanto dkk, 2013).
Mutu yang baik dan rasa nasi yang enak memegang peranan penting dalam
perdagangan dan perkembangan suatu varietas. Banyak varietas unggul yang
mempunyai potensi hasil tinggi, tahan terhadap penyakit namun tidak populer di

kalangan masyarakat petani karena mutu berasnya kurang baik dan rasanya tidak
sesuai dengan selera konsumen. Masing-masing varietas atau galur padi
mempunyai sifat dan mutu beras serta rasa nasi yang berbeda (Sutanto dkk, 2013).
2.3.1 Deskripsi Varietas Ciherang
Menurut Romdon dkk (2014), deskripsi padi varietas ciherang adalah
sebagai berikut :
Asal persilangan

: IR 18349-53-1-3-1-3/IRI1966113131///IR64////IR
64

Golongan

: Cere

Umur tanaman

: 116-125 hari

Bentuk tanaman

: tegak

Tinggi tanaman

: 107-115 cm

Anakan produktif

: 14-17 batang

Warna kaki

: hijau

Warna batang

: hijau

Warna daun telinga

: putih

Warna lidah daun

: putih

Warna daun

: hijau

Muka daun

: kasar pada sebelah bawah

Posisi daun

: tegak

Daun bendera

: tegak

Bentuk gabah

: panjang ramping

Warna gabah

: kuning bersih

Kerontokan

: sedang

Kerebahan

: sedang

Tekstur nasi

: pulen

Bobot 1000 butir gabah

: 27-28 g

Kadar amilosa

: 23%

Rataan hasil

: 5,0 -7,0 t/ha

Ketahanan terhadap hama

: tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3

Ketahanan terhadap penyakit : tahan terhadap bakteri hawar daun (HDB) strain
III dan IV
Keterangan

: cocok di tanam pada musim hujan dan kemarau


dengan ketinggian dibawah 500 m dpl

Dilepas tahun

: 2000

2.3.2 Deskripsi Varietas Ciliwung


Menurut Romdon dkk (2014), deskripsi padi varietas ciliwung adalah
sebagai berikut :
Kategori

: varietas unggul nasional (released variety)

Asal persilangan

: IR38/Pelita I-I (2)/IR4744

Golongan

: cere

Umur tanaman

: 121 hari

Bentuk tanaman

: tegak

Tinggi tanaman

: 101 cm

Anakan produktif

: banyak

Warna batang

: hijau

Posisi daun

: tegak

Daun bendera

: miring sampai tegak

Bentuk gabah

: sedang sampai ramping

Warna gabah

: kuning bersih

Kerontokan

: sedang

Kerebahan

: tahan

Rasa nasi

: enak

Bobot 1000 butir gabah

: 23 g

Kadar amilosa

: 22%

Rataan hasil

: 4,8 t/ha

Ketahanan terhadap hama

: tahan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2, wereng


hijau dan ganjur

Ketahanan terhadap penyakit : tahan terhadap tungro dan bakteri hawar daun
(Xanthomonas oryzae)
Dilepas tahun

: 1988

2.3.3 Deskripsi Varietas IR 66


Menurut Romdon dkk (2014), deskripsi padi varietas IR 66 adalah sebagai
berikut :
Asal persilangan

: IR3240-108-2-2-3/IR9129209-2-2-2-1, introduksi
dari IRRI Philipina

Golongan

: cere (indica)

Umur tanaman

: 110-120 hari

Bentuk tanaman

: tegak

Tinggi tanaman

: 90-99 cm

Anakan produktif

: sedang (14-17 batang per rumpun)

Warna kaki

: hijau tua

Warna batang

: hijau tua

Warna telinga daun

: tidak berwarna

Warna lidah daun

: tidak berwarna

Muka daun

: kasar

Posisi daun

: tegak

Warna daun

: hijau

Daun bendera

: tegak, sempit dan panjang

Bentuk gabah

: ramping

Warna gabah

: kuning bersih, ujung sewarna

Kerontokan

: sedang

Kerebahan

: tahan

Tekstur nasi

: agak pulen

Bobot 1000 butir gabah

: 25 g

Kadar amilosa

: 25%

Potensi hasil

: 4,5-5,0 t/ha

Ketahanan terhadap hama

: tahan wereng coklat biotipe 1, 2, 3, wereng hijau


dan agak tahan wereng punggung putih

Ketahanan terhadap penyakit : tahan tungro, cukup tahan blas (Pyricularia


oryzae) dan bakteri hawar daun
Dilepas tahun

1989

2.3.4 Deskripsi Varietas Bengawan


Menurut Romdon dkk (2014), deskripsi padi varietas Bengawan adalah
sebagai berikut :
Asal persilangan

: IR56/IR8411

Golongan

: cere (indica)

Umur

: 117 hari

Bentuk tanaman

: tegak

Tinggi tanaman

: 92 cm

Anakan produktif

: banyak (15 malai)

Warna kaki

: hijau

Warna batang

: hijau

Warna telinga daun

: tidak berwarna

Warna lidah daun

: tidak berwarna

Warna daun

: hijau

Muka daun

: kasar

Posisi daun

: tegak

Daun bendera

: panjang dan tegak

Bentuk gabah

: sedang

Warna gabah

: kuning

Kerontokan

: sedang

Kerebahan

: tahan

Tekstur nasi

: pulen

Bobot 1000 butir gabah

: 23 g

Kadar amilosa

: 17%

Potensi hasil

: 4,5 -5,0 t/ha

Ketahanan terhadap hama

: tahan terhadap wereng coklat biotipe 1

Ketahanan terhadap penyakit : peka terhadap penyakit bakteri hawar daun


Keterangan

: dianjurkan ditanam di sawah irigasi dataran


rendah sampai sedang

Penciri

: wangi pada beras, nasi dan di pertanaman

Dilepas tahun

: 1993

2.3.5 Deskripsi Varietas Inpari22


Menurut Romdon dkk (2014), deskripsi padi varietas Inpari22 adalah
sebagai berikut :
Asal persilangan

: IR42/IRBB5//Ciherang///Towuti

Umur tanaman

: 118 hari

Bentuk tanaman

: tegak

Tinggi tanaman

: 103 cm

Daun bendera

: tegak

Bentuk gabah

: panjang

Warna gabah

: kuning bersih

Kerontokan

: sedang

Kerebahan

: tahan

Tekstur nasi

: pulen

Kadar amilosa

: 21,9%

Rataan hasil

: 5,8 t/ha

Potensi hasil

: 7,9 t/ha

Ketahanan terhadap hama

: agak

rentan terhadap wereng batang coklat

biotipe 1, 2, dan 3
Ketahanan terhadap penyakit : tahan terhadap hawar daun bakteri strain III, agak
terhadap patotipe IV dan VIII, tahan terhadap
blas ras 033, agak tahan terhadap ras 133 dan
073, rentan terhadap ras 137, rentan terhadap
tungro
Keterangan

: cocok ditanam di sawah daratan rendah (0-600 m


dpl) dan tidak dianjurkan ditanam di daerah
endemik tungro

Dilepas tahun

: 2012

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Beras


Sifat-sifat fisikokimia beras sangat menentukan mutu tanak dan mutu rasa
nasi yang dihasilkan. Mutu ditentukan oleh kandungan amilosa, kandungan
protein, dan kandungan lemak. Pengaruh lemak terutama muncul setelah gabah
atau beras disimpan. Kerusakan lemak mengakibatkan penurunan mutu beras.
Selain kandungan amilosa dan protein, sifat fisikokimia beras yang berkaitan
dengan mutu beras adalah sifat yang berkaitan dengan perubahan karena
pemanasan dengan air, yaitu suhu gelatinasi padi, pengembangan volume,
penyerapan air, viskositas pasta dan konsistensi gel pati. Sifat-sifat tersebut tidak
berdiri sendiri, melainkan bekerja sama dan saling berpengaruh menentukan mutu
beras, mutu tanak, dan mutu rasa nasi (Sutrisno. 2010).

Faktor-faktor yang menentukan mutu beras antara lain adalah bentuk,


ukuran, dan warna beras serta rendemen. Beras yang diinginkan dan mempunyai
harga tinggi di pasar, berukuran panjang (6,61-7,50 mm) atau sedang (5,51-6,60
mm), serta mempunyai bentuk lonjong (slender) atau sedang (medium), dan
berwarna bening (transclucent) (1,6). Rendemen merupakan salah satu factor
mutu yang penting. Rendemen dikatakan baik apabila gabah diperoleh minimum
70% beras giling, tediri dari 50% beras kepal dan 20% beras pecah (3,8). Faktor
lain yang harus diperhatikan adalah rasa nasi. Nasi lunak (pulen) dan wangi sangat
disukai sebagian besar masyarakat Indobnesia (Malian, 2015).
Ada empat faktor utama yang mempengaruhi mutu beras yaitu sifat genetic,
lingkungan dan kegiatan prapanen, perlakuan prapanen, dan perlakuan
pascapanen. Sifat genetic beras meliputi ukuran dan bentuk beras, rendemen
giling, penampakan biji, sifat mutu tanak, dan cita rasa nasi. Aroma beras
ditentukan juga oleh sifat genetic. Faktor lingkungan antara lain adalah kondisi
ekosistem suatu wilayah. Rendemen beras giling dari varietas padi yang sama
(IR64) yang ditanam di lahan beririgasi teknis, berbeda rendemen berasnya
dibanding yang ditanam di lahan tadah hujan, dataran tinggi, lahan pasang
surut dan rawa (Malian, 2015).
Sifat pati dalam beras sangat berpengaruh terhadap nasi yang dihasilkan.
Pati beras terdiri dari molekul-molekul besar yang tersusun atau dirangkai dari
unit- unit gula sederhana berupa glukosa. Kalau rangkaiannya lurus disebut
amilosa dan kalau rangkaiannya bercabang disebut amilopektin. Rasio
amilosa/amilopektin dapat menentukan tekstur, pera tidaknya nasi, cepat tidaknya

mengeras serta lekat tidaknya nasi. Rasio amilosa/amilopektin tersebut dapat pula
dinyatakan sebagai kadar amilosa saja. Semakin kecil kadar amilosa atau semakin
tinggi

kadar

amilopektin,

semakin

lekat

nasinya.

Kandungan

amilosa

mempengaruhi sifat pemekaran volume nasi dan keempukan serta kepulenan nasi.
Semakin tinggi kandungan amilosanya, semakin mekar nasinya. Sebaliknya,
semakin rendah amilosa, semakin pulen nasi tersebut. Beras dengan amilosa
rendah biasanya menghasilkan nasi dengan sifat tidak kering dan teksturnya
pulen, tidak menjadi keras setelah dingin, dan rasanya enak dan nasinya
mengkilat. Semakin mengkilat nasi, semakin enak rasa nasi tersebut. Jadi enaknya
nasi dapat diukur dengan derajat mengkilatnya nasi (Sutrisno, 2010).
Beras merupakan sumber energi yang cukup murah. Sebagian besar beras
dikonsumsi dalam bentuk beras sosoh. Melalui penyosohan dan pemutihan,
sebagian kecil kandungan gizi beras akan hilang. Namun karena konsumen juga
mempertimbangkan kenampakan beras (derajat kilap dan putih) sebagai salah satu
penentu kualitas standar beras, maka beras sosoh lebih disukai konsumen
dibandingkan dengan yang tidak disosoh (Sutrisno, 2010).

BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Smaak Proof (Pengujian Rasa) dilaksanakan pada hari Jumat,
tanggal 07 Oktober 2016 pukul 10.00 WIB sampai selesai di Laboratorium
Fisiologi dan Nutrisi, Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum Smaak Proof (Pengujian Rasa) yaitu
alat memasak nasi (rice cooker).
Bahan yang digunakan yaitu beras dari berbagai varietas diantaranya
Ciherang, Ciliwung, IR 66, Bengawan, dan Inpari 22.
3.3 Metode Pelaksanaan
Adapun metode pelaksanaan praktikum identifikasi struktur alat reproduksi
tanaman yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.

Menyiapkan alat dan bahan.


Mencuci beras sampai 3 kali pencucian hingga bersih.
Memasak nasi menggunakan rice cooker selama 30 menit.
Mencicipi nasi yang telah masak dari berbagai varietas yang berbeda.
Memberikan nilai sesuai dengan cita rasa yang dimiliki oleh nasi tersebut.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Pengamatan Rasa
Treatment

Blok
1

2.4

1.4

2.8

2.1

1.8

2.5

2.7

2.5

3.5

9.2

2.7

6.7

8.9

36,6

2
3
4

3.2

2.5

1.5

8.1

4.9

Total (Bi)
F

H
6.6
7.1

6
7
Total (Ti)

6.7

Tabel 2. HasilAnalisis Treatment


Total
No Treatment Bt
Qt=T1-(Bt/k)
(Ti)

t=Qt(k/b)

Ti Adjusted

8.1

22.5

8.1-(22.5/3)=0.6

0.6(3/5)=0.36

2.7-0.36=2.34

4.9

20.4

4.9-(20.4/3)=-1.9

-1.9(3/5)=-1.14

1.63-(-1.14)=2.77

6.7

20.7

6.7-(20.7/3)=-0.2

-0.2(3/5)=-0.12

2.23-(-0.12)=2.35

23.3

8-(23.3/3)=0,24

0.24(3/5)=0.14

2.66-0.14=2.52

8.9

22.9

8.9-(22.9/3)=1.27

1.27(3/5)=0,76

2.96-0.76=2.2

6
7

Tabel 3. Penilaian Rasa padaSetiapVarietas

No

Varietas
Padi

Ti
(Adjusted)

Ciherang

2.34

Ciliwung

2.77

IR 66

2.35

Bengawan

2.52

Inpari 22

2.2

Ket :
i = Nomor Blok/Treatment
B= blok (5)
t = treatment
k = jumlah treatment pada tiap blok (3)
= berapa kali pasangan treatment muncul bersama dalam tiap blok
Bt = total blok (Bi) dgn suatu treatment tertentu. Misalnya Bt
untuk T1 adalah jumlah dari B1+B5+B7 dst.
4.2 Pembahasan
Dalam praktikum kali ini akan dicoba untuk membedakan dan
membandingkan antara rasa nasi dari beberapa varietas yang berbeda. Varietas
yang digunakan dalam praktikum ini terdiri dari lima varietas. Macam varietas ini
terdiri atas varietas Ciherang, Ciliwung, IR 66, Bengawan, dan Inpari 22.
Dari hasil perhitungan di atas diperoleh nilai Ti adj menunjukkan tidak
enaknya rasa nasi. Semakin tinggi nilai Ti adj semakin tidak enak rasa nasinya.
Nilai Ti adj paling rendah pada T5 adj yaitu untuk varietas Inpari 22 yang berarti
rasa nasinya paling enak, kemudian disusul Ciherang, IR 66, Bengawan, dan
Ciliwung. Sedangkan Ti adj yang bernilai paling tinggi pada varietas Ciliwung
yang berarti rasa nasinya paling tidak enak di antara kelima nasi yang diuji. Rasa
enak suatu varietas beras tersebut sangat relatif dan juga bersifat subyektif

tergantung dari orang yang menilainya. Hal ini didukung oleh pendapat dari
Sutrisno (2010) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
penilaian seseoang terhadap rasa nasi antara lain kepekaan rasa lidah yang
berbeda-beda serta kebiasaan memakan varietas nasi tertentu saja yang menurut
seseorang enak. Adanya perbedaan rasa antar varietas mungkin disebabkan oleh
variasi fisikal atau chemical yang dimiliki pati dalam butir-butir beras pada
masing-masing varietas. Variasi chemical berarti kandungan kimia bahan atau
kadar amylosa dan amylopektin pada beras. Oleh karena itu tabel tingkat
keenakan rasa nasi di atas juga dapat mengindikasikan tingkat kadar amylosa.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, dapat diperoleh kesimpulan
bahwa:
1. Nasi dari varietas Inpari 22 memiliki rasa yang paling enak karena memiliki
nilai Ti adj yang paling tinggi, diikuti oleh nasi dari varietas Ciherang, IR 66,
Bengawan, dan Ciliwung.
2. Rasa enak suatu varietas beras tersebut sangat relatif dan juga bersifat
subyektif tergantung dari orang yang menilainya.
5.2 Saran
Adapun saran saya untuk praktikum ini yaitu ada baiknya apabila praktikan
tidak terlalu ribut saat praktikum sedang berlangsung di laboratorium. Saran untuk
asisten yaitu agar lebih mengifisienkan waktu dan menjelaskan lebih detail
bagaimana menyelesaikan perhitungan yang harus diselesaikan pada bab hasil dan
pembahasan.

DAFTAR PUSTAKA
Hasyim, Soedyanto, dkk. 2010. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Institut Petanian
Bogor. Bandung.
Malian, A. H., Mardianto, S., & Ariani, M. 2015. Faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi, konsumsi, dan harga beras serta inflasi bahan
makanan. Jurnal Agro Ekonomi, 22(2), 119-146.
Norsalis, E., 2011. Padi Gogo Dan Padi Sawah. Skripsi Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Romdon, dkk. 2014. Kumpulan Deskripsi Varietas Padi. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Jawa Tengah. BPTP Jateng.
Sumardi, Kasli, M. Kasim, A. Syarif dan N. Akhir, 2012. Aplikasi Zat Pengatur
Tumbuh untuk Meningkatkan Kekuatan Sink Tanaman Padi Sawah. Jurnal
Akta Agraria Edisi Khusus No. 1 hlm 26-35, 2012.
Susanto, U., Daradjat, A. A., & Suprihatno, B. 2013. Perkembangan pemuliaan
padi sawah di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian, 22(3), 125-131.
Sutrisno, K. 2010. Teknologi Pengolahan Beras (Teori dan Praktek).
eBookPangan.com.
Yuliana, N., Pramono, Y. B., & Hintono, A. 2013. Kadar Lemak, Kekenyalan dan
Cita Rasa Nugget Ayam yang disubstitusi dengan Hati Ayam Broiler.
Animal Agricultural Journal, 2(1), 301-308.
Zulman, Harja. 2015. Budidaya Padi pada Lahan Marjinal. Yogyakarta: Penerbit
CV. Andi Offset.

Anda mungkin juga menyukai

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy