Nutrisi Ikan Lanjutan
Nutrisi Ikan Lanjutan
Nutrisi Ikan Lanjutan
PENDAHULUAN
Pada akhir pokok bahasan ini pembaca diharapkan mampu :
1. Menjelaskan pengerian pakan buatan
2. Menyebutkan dan menjelaskan macam pakan berdasarkan tingkat kebutuhan ikan
3. Menyebutkan dan menjelaskan kebiasaan makanan ikan
4. Menjelaskan konsumsi makanan harian ikan
1.1. Pengertian pakan buatan
Di alam, ikan dapat memenuhi kebutuhan makannya dengan pakan yang
tersedia di alam. Dalam hal ini ikan mempunyai kesempatan untuk memilih. Oleh
karena itu, pakan yang berasal dari alam selalu sesuai dengan selera ikan. Dalam
lingkungan budidaya, ikan lebih tergantung pada pakan buatan dan tidak mempunyai
kesempatan untuk memilih.
Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dengan formulasi tertentu berdasarkan
pertimbangan
kebutuhannya.
Pembuatan
pakan
sebaiknya
didasarkan
pada
pertimbangan kebutuhan nutrisi ikan, kualitas bahan baku, dan nilai ekonomis.
Dengan pertimbangan yang baik, dapat dihasilkan pkan buatan yang disukai ikan,
tidak mudah hancur dalam air, aman bagi ikan.
Dalam budidaya ikan secara intensif, pakan buatan disediakan untuk
memenuhi kebutuhan ikan, dimana biaya pakan dapat mencapai 60% dari biaya
produksi. Berdasarkan tingkat kebutuhannnya pakan buatan dapat dibagi menjadi tiga
kelompok : yaitu (1) pakan tambahan, (2) pakan suplemen, dan (3) pakan utama.
Pakan tambahan adalah pakan yang sengaja dibuat untuk memenuhi kebutuhan
pakan. Dalam hal ini, ikan yang dibudidayakan sudah mendapatkan pakan dari alam,
namun jumlahnya belum memadai untuk tumbuh dengan baik sehingga perlu diberi
pakan buatan sebagai pakan tambahan. Pakan suplemen adalah pakan yang sengaja
dibuat untuk menambah komponen nutrisi tertentu yang tidak mampu disediakan
pakan alami. Sementara pakan buatan adalah pakan yang sengaja dibuat untuk
menggantikan sebagian besar atau keseluruhan pakan alami.
1.2.
Kebiasaan makanan
Jenis makanan yang dapat dimakan oleh suatu jenis ikan tergantung kepada
trophic level, ukuran, habitat, musim serta adaptasi alat pencernaannya.
Ikan
jenis-jenis
organisme
yang
dimakannya,
ikan
dapat
1.3.
Jumlah makanan yang dikonsumsi oleh seekor ikan secara umum berkisar
antara 5 - 6 % berat tubuhnya perhari. Namun jumlah tersebut dapat berubah-ubah
tergantung pada suhu lingkungannya. Ikan Lepomis macrochirus misalnya, selama
musim panas (suhu sekitar 20 0C) dapat mengkonsumsi makanan sampai 5% berat
badannya per hari. Tapi selama musim dingin (suhu 2 - 3 0C) hanya mengkonsumsi
kurang dari 1%.
Selain berpengaruh terhadap terhadap jumlah makanan yang dikonsumsi, suhu
juga berpengaruh terhadap kegiatan metabolisme. Ikan kerapu Epinephelus guttatus
misalnya, pada suhu antara 19 - 28 0C keseringan makannya dapat meningkat dua kali
lipat. Sebab pada suhu yang lebih tinggi itu pengeluaran tenaga dan pemeliharaan
tubuhnya juga meningkat.
Ukuran ikan juga berpengaruh terhadap jumlah konsumsi makanan per hari.
Ikan-ikan kecil aktivitas metabolismenya lebih tinggi daripada ikan-ikan besar. Oleh
karena itu perbandingan antara jumlah konsumsi makanan dan berat badannya juga
lebih tinggi daripada ikan besar. Misalnya saja seekor ikan kerapu yang berbobot 250
gram, pada suhu antara 19 - 28 0C membutuhkan makanan 1,7 - 5,8 % berat
tubuh/hari. Tapi ikan yang berbobot 600 gram hanya membutuhkan makanan antara
1,3 - 3 % saja.
BAB II
PERTUMBUHAN DAN MAKANAN
Pada akhir pokok bahasan ini pembaca diharapkan mampu :
1. Menjelaskan pengertian pertumbuhan
2. Menyebutkan dan menjelaskan aspek-aspek kuantitatif pada prinsip makanan
3. Menjelaskan hubungan antara pertumbuhan dan makanan
2.1. Pertumbuhan
Pertumbuhan dapat dianggap sebagai hasil dari dua proses yaitu, proses yang
cenderung untuk menurunkan energi tubuh yang menjadi nyata jika seekor ikan
dipelihara dalam jangka waktu yang lebih lama tanpa diberi makanan dan suatu
proses yang diawali dari pengambilan makanan dan yang diakhiri dengan penyusunan
unsur-unsur tubuh.
Pertumbuhan sebagai pertambahan dalam volume dan berat dalam waktu
tertentu. Pada umumnya berat individu ikan mengikuti pola pertumbuhan clarias
gariepinus, jika berat ikan diplotkan dengan umur / waktu hasilnya adalah suatu kurva
yang berbentuk sigmuid dengan titik infleksi yang menunjukkan pada titik tersebut
pertumbuhan yang menurun di banding dengan pertumbuhan sebelumnya (Gambar
1).
800
700
600
500
400
300
200
100
0
50
100
150
200
250
Pada kurva pertumbuhan sigmoid (kurva berat), sekarang dapat dilihat bahwa
laju pertumbuhan (growth rate) (GR = dw/dt) pertama-tama meningkat dan kemudian
menurun dengan bertambahnya waktu. Growth rate maksimum dicapai pada titik
infleksi dalam kurva pertumbuhan sigmoid, laju pertumbuhan relatif menurun dengan
bertambahnya berat dalam waktu.
Body weight
(g)
(g d-1)
(g.g-1 d-1)
Gambar 2.2. Berat tubuh, laju pertumbuhan dan spesifik growth rate
pada ikan.
70
80
60
70
60
ln WT = ln Wb + g.t
50
40
ln WT
Wt (g)
50
30
40
30
Wt = Wo e gt
20
20
Wo 10
ln Wo
0
10
0
t(d)
t (d)
100
70
90
Spesific growth rate (% BW d-1)
60
Growth rate (gd-1)
50
40
30
20
GR = g Wt
10
0
80
70
60
50 g
SGR = g
40
30
20
10
0
4
t(d)
4
t (d)
Wt
In wt
Dimana :
Wt
Wo
e
g
= wo e gt
= In wo + gt
= berat pada waktu t
= berat awal
= dasar logaritma natural
= Koefisien pertumbuhan
Dalam pertumbuhan secara eksponensial ini, spesifik Growth Rate adalah konstan.
GR
SGR
= dw/dt = gw
= dw/dt w = g
Dengan kata lain koefisien pertumbuhan ini adalah logaritma natural dari
= In (wt/wo)
= In wt - In wo
pengambilan makanan yang berbeda pula. Di dalam kolam, dengan pengarah dari
bermacam-macam
faktor,
terjadilah
serangkaian
proses
pertumbuhan
yang
tingginya. Kualitas dan kuantitas makanan harus disesuaikan dengan jenis dan ukuran
ikannya. Kualitas makanan tidak hanya ditentukan oleh nilai gizi makanan tersebut
tetapi juga ditentukan oleh kemampuan ikan untuk mencerna dan mengabsorbsi
makanan tersebut.
Aspek-aspek kuantitatif pada prinsip makanan untuk pertumbuhan dapat
membedakan antara pemberian makanan (F), laju konsumsi = feeding rate (FR) dan
laju konsumsi relatif = relatif feeding rate yang biasanya dinamakan feeding level =
tingkat konsumsi atau feed ration ( R ).
FR = F/t (gr / hari).
R = F/t/BWg x 100 % (% BW / hari)
Rm (metabolic ration) = F/t/BWg 0,8 (gr/gr 0,8 / hari).
Efisiensi pertumbuhan di ekspresikan sebagai % dari pemberian makan yang
dikonversikan ke dalam pertumbuhan, biasanya dinamakan efisiensi konversi (CE).
CE = (wt - wo)/F x 100% (%)
Sedangkan konversi makanan (FC) adalah berat kering makanan yang
diberikan dibagi dengan pertambahan berat tubuh ikan.
FC = F/ (wt - wo) (gr/gr)
menaikkan energi tubuh (anabolisme). Pembagian dari makanan yang dimakan pada
proses untung dan rugi (gain + loss) disajikan pada Gambar 2.4.
Energi yang diperoleh
a. Jaringan
b. Hasil reproduksi
Hasil
Urine
Hilang
Ekskresi feses
Gambar 2.4. Pembagian dari makanan yang dimakan pada proses
untung dan rugi (gain + loss)
Dalam gambar 2.5. Terdapat empat (4) ration yang berbeda yaitu RO (tanpa
diberi makan), R. Maintenance, R. Maintenance, R. Optium dan R. Maksimum.
1. Ransum O (Ro) menghasilkan pertumbuhan negatif, yang disebabkan oleh adanya
katabolisme substansi tubuh untuk menyediakan energi untuk fungsi utama
organisme hidup. Sehubungan dengan panas dari pembakaran di dalam tubuh
(internal combustion) di hasilkan (panas yang hilang) dengan pengorbanan
kandungan energi diri sendiri.
2. Ransum pemeliharaan (R. Maint), didefinisikan sebagai ransum makanan yang
disediakan untuk pertumbuhan O. Pada ransum ini, energi yang dapat
dimetabolismekan (ME) dipakai secara total (dibakar seluruhnya) ME dalam hal
ini diubah menjadi panas (hilang).
3. Ransum optimal (R. Opt), yang didefinisikan sebagai ransum yang disediakan
untuk perbandingan tertinggi antara pertambahan pertumbuhan dan penerimaan
makanan (atau untuk nilai konversi makanan terendah).
4. Ransum makanan maksimum (R max) yang didefinisikan sebagai ransum
makanan dimana pertambahan makanan tidak menghasilkan pertumbuhan extra.
A
Growth Gmax
Conversion
Rate
efficiency
Gopt
Rm
Ropt
Rmax
Rm
Ropt
Rmax
ln y
y = aWb
ln y = ln a + b ln W
ln a
W (g)
ln W
metabolisme
dan
pertumbuhan
dapat
dikontrol
beberapa
yang
mempengaruhi antara permukaan dan volume (berat tubuh) tergantung pada proses.
Pertumbuhan
-
Catatan :
PE dan PO dalam % ; ET dan EO dalam Kj/gram
Pt = Protein ikan pada waktu t
PO = Protein ikan pada waktu O
EO = Energi ikan pada waktu O
Et = Energi ikan pada waktu t
Makanan
-
FR = F/t (gram/hari)
GP = F x Pf (gram protein)
GE = F x Ef (k)
Konversi efisiensi protein (PCE) = Protein yang digunakan Apporent Net Protein
Utilization (NPUA)
NPUA = (wt x Et wo x Eo) / (F x Ef) x 100% (%)
= RE / GE x 100%
Catatan
Bkf = berat kering makanan
BAB III
STRUKTUR DAN FUNGSI ALAT PENCERNAAN
Pada akhir pokok bahasan ini pembaca diharapkan mampu :
1. Menyebutkan dan menjelaskan organ-organ pencernaan pada ikan
2. Menjelaskan peranan masing-masing organ pencernaan
3. Menjelaskan struktur dan fungsi kelenjar pencernaan
Seperti halnya pada hewan lain, alat pencernaan ikan terdiri dari saluran
pencernaan dan kelenjar pencernaan. umumnya saluran pencernaan, ikan terdiri dari
segmen-segmen berikut : mulut, rongga mulut, faring, esofagus, lambung, pilorik
usus, rektum dan anus. Sedangkan kelenjar pencernaan terdiri dari hati dan pankreas.
Dalam mempelajari struktur alat pencernaan, pendekatan yang dilakukan mencakup
pembahasan secara anatomis, histologis dan sitologis. Pendekatan ini dilakukan agar
pembaca dapat dengan mudah melihat keterkaitan antara struktur dan fungsi alat
pencernaan tersebut.
sebagian besar makanannya terdiri dati tumbuhan. ikan karnivora ikan-ikan yang
sebagian besar tekanannya terdiri dari hewan dan ikan omnivore, ikan-ikan yang
makanannya terdiri dari tumbuhan dan hewan. Struktur saluran pencernaan beberapa
iakan dapat dilihat pada Gambar 1.
Keterangan :
a : ikan trout, Salmo gairdneri
b : ikan "catfish", Ictalurus punctatus
c : ikan mas, Cyprinus carpio
d : ikan bandeng, Chanos chanos
Herbivora
Banyak,
panjang
sedang panjang dan
rapat.
Sering
tidak
bergigi.
Berlambung palsu/
tidak berlambung.
Omnivora
Sedang
Karnivora
sedikit, pendek dan
kaku
Bergigi kecil
Umumnya
bergigi
kuat, dan tajam.
Berlambung
Berlambung dengan
dengan
bentuk bentuk bervariasi.
kantung.
Sangat
panjang Sedang, 2 - 3 kali Pendek, kadang lebih
beberapa
kali panjang tubuh
pendek dari pada
panjang tubuh.
panjang tubuh.
3.1.1. Mulut
Bagian terdepan dari mulut adalah bibir.
berkembang dan malahan hilang secara total, karena digantikan oleh paruh atau
rahang, seperti ditemukan pada ikan famili Scaridae Diodontidae, Tetraodontidae dan
lain-lain. Pada ikan lain seperti : ikan belanak, Mugil sp.; ikan tambakan, Holostdma
temmincki dan lain - lain, bibir berkembang dengan baik dan menebal, bahkan
mulutnya dapat disembulkan. Nampaknya keberadaan bibir ini berkaitan dengan
cara mendapatkan makanan, sebab pada ikan-ikan yang disebutkan terakhir bibr
dipakai sebagai alat untuk mengambil makanan.
Di sekitar bibir pada ikan-ikan tertentu misalnya ikan ini (Ciarlas batrachus),
ikan mas (Cyprinus Carpio) dan ikan Arawana (Sclerophagus formosus) terdapat
sungut.
Tergantung pada jenis lkan, jumlah sungut ini sengat bervariasi sekali. Pada ikan lele,
terdapat empat pasang sungut yaitu.
a. Sungut mandibula bagian dalam.
b. Sungut mandibula bagian luar,
c. Sugut maksila,
d. Sungut nasal.
Keberadaan sungut ini erat kaitannya dengan kebiasaan makan ikan, ikan-ikan
yang mencari makan didasar perairan umumn memiliki sungut. Dalam hal ini sungut
berperan sebagai alat peraba atau pendeteksi makanan.
Posisi mulut pada ikan sangat, bervariasi sebagai contoh: ikah mas, memiliki
mulut yang terletak di ujung hidung (terminal), mulut pada ikan kuro Eletheronema
tetradactylum terletak dekat ujung hidung (Sub terminal). Pada ikan julung-julung,
Dermogenys sp mulut terletak di atas hidung (superior) dan pada ikan pari Dasyatis
sp, mulut terletak di bawah (inferior)., Posisi mulut ini ada kaitannya
dengan'kebiasaan inakan ikan tersebut.
Di samping posisi mulut, hal yang sangat penting diperhatikan terutama dalam
kaitannya dengan makanan adalah ukuran bukaan mulut. Ikan-ikan predator
umumnya memiliki ukuran bukaan mulut relatif lebih besar dibandingkan dengan
ikan herbivora. Disamping terdapat perbedaan ukuran bukaan mulut antara katagori
ikan yang satu dengan katagori ikan yang lain; untuk suatu jenis ikan yang sama,
ukuran bukaan mulut ini berubah dengan perubahan ukuran ikan.
Dengan demikian ukuran makanan, yang dapat ditentukan oleh suatu jenis
ikan ditentukan oleh ukuran bukaan mulut ikan. Pada pemeliharaan larva ikan,
kelangsungan hidup larva sangat ditentukan oleh ketersediaan pakan yang ukurannya
sesuai dengan bukaan mulut larva. Ukuran rotifera yang disukai oleh larva ikan
kakap, Lates calcarifer ketika, pertama kali makan adalah 33 - 25% dari ukuran
bukaan mulutnya. Larva ikan Siganus guttatus menyukai makanan yang berukuran
62,5% dari
protozoa yang disukai larva betutu berkisar antara 5,27 - 21,09% dari bukaan mulut
maksimum sedangkan ukuran zooplankton yang pertama kali dimakan berukuran
43,15 - 47,23% dari bukaan mulut maksimum.
3.1.2. Faring
Segmen berikutnya setelah rongga mulut adalah rongga pada bagian sisi kiri
dan sisi kanan dari segmen faring terdapat insang. Bagian insang yang mengarah ke
segmen faring adalah tapis insang. Pada ikan yang cara memperoleh makanannya
dengan menyaring organisme air (plankton), maka proses penyaringan makanan
terjadi di bagian/segmen ini. Pada hewan karnivora tapis insang ini tidak berfungsi
sebagai panyaring makanan karena biasanya ukurannya pendek, kaku dan tidak rapat.
Lapisan permukaan faring hampir sama seperti pada permukaan tongga mulut.
Tipe sel yahg mendominasi lapisan permukaannya adalah sel mukus. Di bagian
segmen faring, kadang kala masih ditemukan adanya organ pengecap (taste bud).
Dengan adanya"taste bud", ini maka material yang bukan makanan dibuang melalui
celah insang. Pada, ikan-ikan tidak memiliki organ pengecap, terdapat pemusatan sel
saraf dan jaringan yang berada tepat di bawah lapisan epitelium pada rongga
Buccofarynx, seperti yang ditemukan pada ikan Gadusia chapra. Kelompok sel
syaraf tersebut diduga berperan sebagai 'taste receptor primitif. Organ yang tersebut
terakhir kadang kala tidak hanya terdapat pada dinding rongga buccopharynk tetapi
juga terdapat pada bibir dan lidah.
Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa pada jenis ikan tertentu pada
segmen faring terdapat gigi faring. Keberadaan gigi faring ini berhubungan erat
dengan kebiasaan makanan. Gigi faring ini berkembang dengan baik pada ikan
herbivore pemakan tumbuhan air dan ikan karnivora pemakan gastropoda. Dalam hal
ini gigi faring digunakan untuk menyobek dan menggerus bahan tumbuhan dan
gastropoda.
3.1.3. Esofogus
Segmen esofagus merupakan permulaan dari saluran pencernaan yang
bentuknya berupa pipa (tabung). Panjang relatif segmen ini berkaitan erat dengan
bentuk tubuh ikan. Pada ikan yang bentuk tubuhnya seperti ular (Anguilliform),
ukuran esofagusnya relatif panjang. Pada ikan-ikan yang tidak memiliki lambung,
segmen esofagus langsung berbatasan dengan usus depan. Pada ikan-ikan yang
memiliki gelembung renang terdapat saluran yang menghubungkan esofagus dengan
gelembuhg renang.
Esofagus ikan laut berperan dalam penyerapan garam melalui difusi pasif
sehingga konsentrasi garam air laut yang diminum menurun, sehingga memudahkan
penyerapan air oleh usus belakang dan rektum. Dengan perkataan lain pada ikan laut
esofagus ini berperan dalam osmoregulasi. Lapisan sub mucosa esofagus tersusun
dari jaringan pengikat. Lapisan tersebut biasanya lebih tebal dibandingkan dengan
lapisan sub mucosa pada segmen lainnya. Pada lapisan tersebut, kapiler-kapiler darah
nampak terlihat jelas di antara jaringan pengikat.
3.1.4. Lambung
Lambung merupakan segmen pencernaan yang diameternya relatif lebih besar
bila dibandingkan dengan segmen lain. Besarnya ukuran lambung ini berkaitan
dengan fungsinya sebagai penampung makanan.
menampung makanan (kapasitas lambung) sangat bervariasi antara jenis ikan yang
satu degan jenis ikan lainnya. Sebagai contoh, ikan sebelah (Limanda sp.) dapat
menampung makanan 10% dari bobot tubuhnya; ikan Carassius carassius memiliki
kapasitas lambung 21% dan ikan Sculpin sp. memiliki kapasitas lambung 30-50%
dari bobot tubuhnya. Untuk ukuran ikan yang sama nampaknya kapasitas lambung
ini berkaitan erat dengan kategori ikan dan bentuk tubuh. Pada ikan herbivore,
lambung yang sesungguh (dilengkapi dengan kelenjar lambung) tidak dimilikinya
akan tetapi bagian yang berfungsi untuk menampung makanan digantikan fungsinya
oleh usus depan. Usus bagian depan ini bermodifikasi inenjadi dan kantung yang
membesar (menggelembung) selanjutnya disebut lambung palsu. Lambung paisu ini
ditemukan misalnya pada ikan mas. Walaupun secara umum lambung itu sama yaitu
untuk menampung dan mencerna makanan, namun secara anatomis terdapat variasi
dalam bentuknya.
Berdasarkan bentuk anatomis, terdapat beberapa tipe lambung, yaitu:
a. Lambung berbentuk memanjang biasanya ditemukan pada beberapa jenis ikan
bertulang sejati.
b. Lambung berbentuk sifon, seperti ditemukan pada ikan golongan Chondrichthyes
dan pada kebanyakan ikan teleost.
c.
Lambung kaeka, seperti ditemukan pada ikan : Polypterus, Amia dan Anguilla.
Gambaran bentuk anatomis lambung tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.2.
a = gigi faring
b = esofagus
c = papila bertulang
d = lubang pneumatikus
e = lambung kardiak
f = lambung kaeka
g = lubang pilorik
h = lubang kelenjar lambung
i = klep pilorik
j = pilorik kaeka
Lambung ikan terdiri dari bagian kardiak, fundik dan pilorik. Secara skematik
bagian-bagian tersebut dapat dilihat pada Gambar3.3.
Gambar 3.3. Skema Bagian -bagian lambaung pada beberapa deriils ikan
( sumber Bertin ,1958)
Keterangan :
= Esofogus
= Lambung Kardiak
= Labung Kaeka
= Lambung Pilorik
a = Cyprinus
b = Esox
c = Anguilla
d = Raja
e = Mugil
Gambar 3.4. Gizar pada Ikan Belanak, Mugil sp. Dan Ikan Heterotis sp.
(Sumber : Bertin, 1958)
Keterangan :
A = Mugil
B = Heterotis
a = Esofogus
b = Gizard
c = Pilorik kaeka
mikrovilli. Pada bagian dasar sel banyak ditemukan retikulum endoplasmik granula,
hal ini berarti bahwa sel tersebut aktif melakukan sintesa protein. Mitokondria pada
prinsipnya menyebar di bagian tengah agak ke permukaan sel. Pada bagian otot
dekat permukaan sel banyak terdapat butiran-butiran padat. Butiran-butiran tersebut.
adalah zymogen yaitu bahan yang akan zymogen yaitu bahan ayang akan menjadi
enzim bila disekresikan ke luar sel.
Kelenjar lambung pada ikan berbeda dengan kelenjar lambung yang
ditemukan pada mamalia. Pada mamalia dapat dibedakan antara sel prinsipal atau sel
pepsin yang mensekresikan enzim dengan sel pariental yang mensekresikan asam
khlorida. Sel-sel kelenjar eksoktin pada lambung ikan sekaligus mensekresikan
pepsin dan asam khlorida.
Asam khlorida merupakan komponen cairan gastrik yang sangat.penting.
Asam khlorida tersebut secara langsung berperan untuk melepuhkan makanan.
Dengan adanya HCL makana yang keras seperti cangkang gastropoda,komponen
tulang dan bahan keras lainnya dapat menjadi lunak. HCl menyebabkan pH
isi
pankreas
ozim
pada
Usus
lain adalah pengembangan dinding lambung, ukuran partikel makanan dan suhu
tubuh. Intensifnya pengasaman dan pencerjiaan makanan dapat dilihat dari laju
pencernaan. Laju pencernaan akan meningkat 3-4 kali dengan meningkatnya suhu
sebesar 10C. Dengan demikian peningkatan laju, pencenaan akan meningkat 3-4
kali dengan meningkatnya laju pencernaan merupakan hasil dari peningkatan proses
pengasaman dan aktivitas enzim pepsin cairan lambung.
Skema mekanisme
pembentukan asam khlorida pada segmen lambung diperlihatkan pada Gambar 3.5.
Pada
khlorida, ukus, enzim pepsin dan pergerakan lambung. Sekretin menstimulasi sekresi
cairan empedu pada hati, dan sekresi air dan bikarbonat
Sedangkan kholesistokinin memacu
pada pankreas.
barulah hormon tersebut berperan sebagai pemacu atau penghambat kerja organ target
tersebut.
Berdasarkah strukturnya (baik anatomis, histologis maupun sitologis) juga
bahan yang disekresikan oleh lambung, Maka jelaslah bahwa lambung berfungsi
selain untuk menampung makanan juga untuk mencerna makanan, khususnya
pencernaan secara kimiawi. Pada ikan, percernaan secara kimiawi dimulai di bagian
lambung, tidak seperti halnya pada mamalia yang pencernaan secara kimiawinya
dimulai di bagian rongga mulut. Hal ini terjadi karena hampir semua jenis ikan tidak
memiliki kelenjar air liur.
3.1.5. Pilorus
Pilorus merupakan segmen yang terletak antara lambung dan usus depan.
Segmen ini sangat mencolok karena ukurannya yang mengecil/menyempit. Pada
beberapa jenis ikan. Misalnya ikan belanak, ikan trout, ikan gabus dan, lain-lain.
terdapat usus-usus kecil dan pendek yang disebut usus buntu. (Pyloric caeca). Jumlah
pilorik ketika ini berkisar dari satu (ophlocephalus striatus) sehingga lebih dari seribu
(salmo sp).
Hal yang mencolok pada segmen ini adalah adanya penebalan lapisan otot
melingkar
yang
mengakibatkan
terjadinya
penyempitan
saluran.
Dengan
menyempitnya saluran pencernaan pada segmen ini berarti berbahwa segmen pilorus
berfungsi sebagai pengatur pengeluaran akanan (Chyme) dari lambung ke segmen
usus.
3.1.6. Usus
Usus merupakan segmen yang terpanjang dari saluran pencernaam. Pada ikan
pembagian segmen usus lebih sederhana bila dibandingkan dengan hewan tingkat
tinggi lainhya. Hal ini karena bentuk serta diameter usus relatif homogen mulai dari
bagian depan hingga bagian belakang. Dengan demikian sering usus ini hanya
dibedakan atas usus depan dan usus belakang. Panjang usus ikan sangat bervariasi
dan berhubungan erat dengan kebiasaan makanannya. Pada ikan herbivora, panjang
usus beberapa kali lipat dari panjang tubuhnya sehingga posisi/kedudukan, usus ini
dalam rongga perut menjadi melingkat-lingkar. Keadaan usus yang sangat panjang
pada ikan herbivora merupakan kompensasi terhadap kondisi pakan. Makanan ikan
herbivora mengandung banyak serat sehingga memerlukan pencernaan yang lebih
lama.
Pada bagian depan usus terdapat dua saluran yang masuk ke dalamnya yaitu
saluran yang berasal dari kantung empedu (ductus cho1edochus) dan yang berasal
dari pankreas (saluran pankreas). Pada ikan-ikan yang pankreasnya, menyebar pada
organ hati (hepato pankreas) hanya terdapat satu saluran yaitu ductus choledochus.
Pilorik kaeka merupakan usus tambahan yang terdapat pada bagian depan
usus.
Tidak semua jenis ikan memiliki pilorik kaeka, dan pada ikan yang
dinding usus bagian depan dan tengah tidak beraturan sehingga membentuk jaringan
seperti sarang tawon.
Gambar 3.7.
Keterangan:
c dan f = bentuk S
a = bentuk seperti tabung d dan e = berbentuk gulungan dengan arah berlawanan
b = berlekuk
g dah h= berbehtuk lilitan
Pada ikan bertulang rawan (Chondrichthyes) villi pada dinding usus ini
membentuk spiral (spiral valve) dengan bentuk yang beragam
Adanya saluran empedu (ductus choledachus) dan saluran pankreas yang
bermuara ke bagian usus depan menunjukkan bahwa di segmen usus depan masih
terjadi proses pencernaan makanan. Sedangkan keadaan usus, yang panjang, villivilli yang ukurannya cukup tinggi serta membentuk jaringan dan adanya mikrovilli
pada sel-sel kolumnar/enterosit menunjukkan adanya Pelipat gandaan luas permukaan
usus. Ditunjang oleh kenyataan babwa sel yang dominan di segmen usus tersebut
adalah enterosit yang berfungsi untuk menyerap zat-zat makanan, maka jelaslah
bahwa usus merupakan tempat terjadi proses penyerapan zat makanan.
3.1.7. Rektum
Rektum merupakan segmen saluran pencernaan yaitu terujung., Secara
anatomis sulit dibedakan batas antara usus dengan rektum. Namun secara histologis
dapat dibedakan sehubungan dengan adanya katup rektum (rectal valve). Katup
rektum ini merupakan penebalan lapisan sub-mukosa dan lapisan otot. Pada lapisan
mukosa rektum terdapat peningkatan jumlah sel mukus, dan kadang-kadang
granulosit. Fluktuasi jumlah sel mukus pada segmen rektum berkaitan dengan kondisi makanan dan katagori ikan. Pada ikan belut, jumlah sel mukus pada ikan yang
dipuasakan menurun dengan tajam, penurunan jumlah sel mukus tersebut hanya pada
segmen rektum. Jumlah sel mukus yang lebih banyak pada ikan-ikan Catla catla
muda (karnivora) dibandingkan dengan ikan Catla catla dewasa (omnivora). Seperti
halnya pada hewan lain, segmen rektum berfunsi dalam penyerapan air dan ion.Pada
larva ikan , rektum berfungsi untuk penyerapan protein.
3.1.8. Kloaka
Kloaka adalah ruang bermuaranya saluran pencernaan dan saluran urogenital.
Ikan bertulang sejati (Teleostei), tidak memiliki kloaka, sedangkan ikai-ikan bertulang
rawan (Chondrichthyes), meniiliki organ tersebut, misalnya pada ikan cucut, dipnoi
dan sebagainya. Pada kloaka, saluran pencernaan masuk ke kloaka pada bagian
bawah, sedangkan saluran urogenetalia masuk melalui bagian atas kloaka.
kloaka terdapat pada lubang pengeluaran.
Klep
3.1.9. Anus
Anus merupakan ujung dari saluran pencernaan. Pada ikan bertulang sejati
anus terletak di sebelah depan saluran genital.
3.2.1. Hati
Hati merupakan organ penting yang mensekresikan bahan untuk proses
pencernaan. organ ini umumnya merupakan suatu kelenjar yang kompak, berwarna
merah kecoklatan.
(Anguilla anguilla) hati terletak di bawah esofagus dari di belakang jantung. Organ
ini menutupi esofagus dan sebagian kecil usus depan. Pada ikan lele, hati menempati
rongga badan di belakang jantung dan didepan lambung.
Secara umum posisi hati terletak pada rongga bawah tubuh, di belakang
jantung dan di sekitar usus depan. Di sekitar hati terdapat organ berbentuk kantung
kecil bulat, oval atau memanjang dengan warna hijau ke biruan, organ ini dinamakan
kantung empedu yang fungsinya untuk menampung cairan empedu.
Hepatosit atau sel hati merupakan unit terkecil dari organ hati. Pada
permukaan sel yang berbatasan dengan kapiler darah data saluran. Bile (Bile duct)
terdapat mikrovilli, hal ini menunjukkan bahwa sel hati merupakan sel yang sangat
aktif baik dalam pengambilan nutrien maupun dalam sekresi bahan hasil
metabolisme. Seperti halnya pada tel yang lain, organel pada sel hati meliputi antara
lain: membran sel, inti, metakondria, retikulum endoplasmik granula dan badan golgi.
Bahan cadangan nutrien yang umum terlihat pada sel hati adalah butiran lemak dan
glikogen. Saluran bile terbentuk sebagai akibat bertemunya permukaan beberapa sel
hati. Saluran bile saling bergabung dan pada akhirnya keluarlah satu saluran dari hati
yang dilalui, oleh garam bile (bakal cairan empedu) yang disaluran hepatik. Saluran
hepatik tersebut hubungan dengan kantung empedu melalui saluran sistik. Ketika
berada di kantung empedu, cairan bile tersebut mengalami pemekatan yaitu dengan
diserapnya sejumlah air oleh sel epitelium pada bagian dalam kantung empedu,
sehingga cairan tersebut menjadi pekat, dan disebut cairan empedu.
Cairan ini
selanjutnya akan dikeluarkan dari kantung empedu melalui saluran sistik, kemudian
akan melewati saluran. "ductus choledochus" menuju ke usus depan. Di usus depan,
cairan ini akan digunakan dalam proses pencernaan.
Secara umum hati berfungsi dalam metabolisme karbohidrat, metabolisme
lemak dan dalam memperoduksi cairan empedu. Karbohidrat yang dikonsumsi oleh
ikan akan dicerna di dalam saluran pencernaan hingga menjadi bahan yang sederhana
yaitu glukosa. Glukosa ini akan diserap oleh dinding usus dari kemudian masuk ke
dalam darah. Glukosa di dalam darah (vena) akan meninggalkan usus menuju hati.
Di organ hati sebagian. besar dari glukosa tersebut akan termasuk ke dalam hepatosit
secara mudah. Di dalam hepatosit, glukosa diubah bentuknya menjadi glikogen
melalui kontrol enzim "Glicogen Synthetasell". Sel hati juga dapat menghasilkan
glukosa dari bahan bukan karbohidrat melalui proses "gluconeogenesis". Bahan yang
digunakan adalah asam amino (terutama alanin), glikoserol, laktat, dan piruvat.
Beberapa jenis enzim berperan dalam proses.ini, terutama piruvat carboxylase, dan
piruvat karboksiklinase.Glukosa yang dibentuk dari bahan bukan karbohidrat, ini
kemudian dapat diubah mehjadi glikogen melalui proses "glikogenogenesis"
dibandingkan dengan sel-sel lain, hepatosit merupakan tempat penyimpanan glikogen
yang sangat penting.
kandungan glukosa darah dalam vena portal lebih tinggi dibandingkan dengan di vena
hepaticus dengan demikian sel hati mampu menyimpan dan melepaskan glukosa.
Pembentukan dan penguraian glikogen ini berada dalam keseimbangan.
Glukosa yang ditransportasikan melalui darah akan diambil oleh sel-sel pada
tujuh organisme. Di dalam sel glukosa dapat dioksidasi, dipolimerisasi menjadi
glikogen atau diubah menjadi lemak (trigleserida) atau Alanin. Kecepatan
penggunaan glukosa oleh sel tergantung kepada kondisi metabolime.
Walaupun
seperti ikan Cod, Gadus morhua, ikan cucut, Spinax sp., kandungan lemak dalam hati
tersebut sangat tinggi. Pada jenis ikan lain seperti ikan mas, ikan sepat, Trichogaster
sp., lemak tidak.disimpan dalam organ hati akan tetapi pada organ viseral (di sekitar
usus, gonad dan organ viseral lainnya).
Sebagaimana telah disinggung di atas, bahwa hati merupakan kelenjar yang
mensekresikan cairan empedu.Setelah melalui beberapa jenis saluran, hasil sekresi
hati akan mencapai usus depan untuk kemudian digunakan dalam proses pencernaan
di tempat tersebut. Cairan ernpedu merupakan cairan pekat yang berwarna hijau
kebiru-biruan dan isotonik terhadap plasma. Cairan empedu tersebut tersusun oleh
ion-ion: Na +; K +; Cl+; HCO3-; Ca++, Mg ++ dan bahan organik; pigmen empedu
(bilirubin), protein, mukus dan lemak (Fosfolipid,kholesterol) . Cairan empedu
hampir bersifat netral.
Pigmen empedu (bilirubin) merupakan hasil sintesis hati yang berasal dari
hemoglobin pada sel darah merah tua. Di usus, bilirubin akan diserap kembali dan
kemudian kembali ke hati. Sebagian dari bilirubin pada usus akan dibuang melalui
feces.
Lesitin (fosfolipid) dibentuk di dalam sel hati, lesitin ini berperan dalam
pembentukan micel. Kholestetol juga disekresikan oleh, hati, jumlahnya tergantung
pada kholesterol, dalam pakan. Sterol dalam cairan empedu secara praktis tidak larut
dalam air, namun pengabungan sterol dengan lesitin dan garam empedu membentuk
micel sifatnya menjadi larut dalam air, sebagian besar dari micel tersebut dapat
diserap dalam usus. Garam empedu merupakan bagian utama dari cairan empedu,
garam ini sebenarnya yang berperan dalam pencernaan.
Hepatosit dapat membentuk asam empedu (asam yang berasal dari
kholesterol) yaitu asam kholik asam, khenodesoksikholik dan asam desoksiktiolik.
Asam-asam tersebut dapat bergabung dengan taurin dan atau glisin membentuk asam
glikholik atau taurokholik Di dalam empedu asam-asam tersebut bergabung dengan
ion Na+, K+, Mg++ membentuk garam.Garam-garam empedu tersebut berperan
detergen dengan cara membentuk micel dapat melarutkan lemak dalam air.
Dengan adanya garam bikarbonat, empedu berperan dalam menetralkan
chyme dari lambung yang bersifat asam. Namun peranan utama garam empedu
adalah membuat stabil emulsi lemak yang berasal dari makanan,artinya dispersi
lemak dalam air akan diperpanjang. Garam empedu bersama kholesterol, gliserid,
asam lemak akah membentuk micel, micel ini keriudian akan diserap oleh dinding
usus. Dengan dapat diserapnya micel berarti Cholesterol hasil hidrolisis lemak pakan
dan vitamin yang terlarut dalam lemak (A, D, E, K) dapat diserap oleh tubuh.
Kekurangan cairan empedu dapat menurunkan kecernaan lemak dan kekurangan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak seperti vitamin K. Kekurangan vitamin K inilah
yang merupakan penyebab hemorargi, yaitu pendarahan pada jaringan tubuh.
3.2.2. Pankreas
Pankreas merupakan organ yang mensekresikan bahan yang berperan dalam
proses pncernaan. Secara anatomo-histologis, pankreas ini ada yang berbentuk
kompak dan ada yang difftis (menyebar) dintara sel hati (hepato pankreas).
Letak pankreas berdekatan dengan usus depan sebab salurah penkreatik
bermuara ke usus depan. Pada ikan sidat, Pankreas ini bentuknya kompak,
memanjang di sekitar usus depan sedangkan pada ikan lain, pankreas terletak
berdekatan dengan hati.
Secara sitologis, pankreas memiliki dua tipe sel yaitu sel eksokrin dan sel
endokrin. Sel-sel paling umum yang terdapat pada pankreas adalah sel eksokrin.
Beberapa sel eksokrin tengahnya terdapat saluran yang akan dilalui oleh cairan hasil
sekresi sel tersebut. Saluran-saluran kecil tersebut akan bergabung satu sama lain dan
pada akhirnya akan terbentuk saluran yang keluar dari pankreas menuju usus depan,
saluran tersebut disebut saluran pankreatik. Pada ikan-ikan yang pankreasnya
menyebar pada organ hati maka saluran pankreatik yang bermuara di usus depan
tidak ditemukan. Dalam hal ini cairan hasil sekresi pankreas eksokrin akan masuk ke
usus depan bersama hasil sekresi hati melalui ductus choledocus.
Hasil utama dari pankreas eksokrin ini adalah enzim pencernaan. Beberapa
jenis enzim pencernaan yang disekresikan oleh pankreas eksokrin adalah :
Enzim protease yang terdiri dari tripsin, khimotripsin, elastase dan carboxy
peptidase.
Enzim amilase
Enzim lipase
Adanya gama bikarbonat pada usus sebagai hasil sekresi organ hati akan
menghambat
penghancuran
protein,
dan
menghentikan
proses
glikogenolisis. Pada sel lemak (adiposit), insulin akan memacu masuknya glukosa,
sintesa glyserol dan asam lemak dengan pembentukan trigliserida. Pada sel otot,
insulin akan meningkatkan masuknya gula ke dalam sel dan memacu pembentukan
glicogen dari glukosa.
Insulin juga akan memacu sintesis protein dengan meningkatkan masuknya
asam amino ke dalam hati dan otot bergaris. Pada sel lemak, insulin akan memacu
pembentukan triglicerid dari glicerol dan asam lemak. Insulin akan menyetop
penguraian lemak dan menghambat kegiatan lipase-triglicerid.
Glukagon merupakan hormon yang disekresikan oleh sel A pada Pulau
Langerhans. Hormon glukagon dapat menstimulir pembentukan glukosa dari glicogen
(glicogenolisis) dan menghambat pembentukan glicogen dari glukosa. Di samping itu
glukagon juga berpengaruh terhadap metabolisme lemak. Penambahan hormon
glukagon dapat meningkatkan penguraian lemak.
Somatostatin merupakan hormon yang disekresikan oleh sel D. Hormon ini
dapat menghambat Sel A dalam mensekresikan hormon glukagon, dan Sel B dalam
mensekresikan hormon insulin.
Di samping memegang peranan dalam metabolisme karbohidrat, protein dan
mineral, hormon pankreatik juga berperan dalam keseimbangan hidro-mineral.
Ikan sidat yang dihilangkan pankreasnya dan dipelihara di air laut memiliki
mortalitas yang lebih besar bila di bandingkan dengan yang dipelihara di air tawar.
Studi yang lebih baru pada ikan sidat telah menunjukkan bahwa hormon pankreas
berperanan dalam pengaturan tingkat asam amino bebas pada cairan dalam sel pada
media hiperosmotik.
BAB IV
PENCERNAAN MAKANAN
Pada akhir pokok bahasan ini pembaca diharapkan mampu :
1. Menyebutkan dan menjelaskan enzim-enzim yang berperan dalam pencernaan
2. Menjelaskan mekanisme pencernaan protein, lemak dan karbohidrat
3. Menjelaskan kecernaan makanan pada ikan
3. Menjelaskan dan mengaplikasikan metode pengukuran kecernaan makanan
Pencernaan adalah proses penyederhanaan makanan melalui mekanisme fisik
dan kimiawi sehingga makanan menjadi bahan yang mudah diserap dan diedarkan ke
seluruh tubuh melalui sistem peredaran darah. Pencernaan secara fisik atau mekanik
dimulai di bagian rengga mulut dengan berperannya gigi dalam proses pemotongan
dan pengerusan makanan. Pencernaan secara mekanik ini dilanjutkan di segmen
lambung dan usus yaitu dengan adanya gerakan-gerakan/konstraksi otot pada segmen
tersebut. Pencernaan secara mekanik di segmen lambung dan usus terjadi secara
efektif oleh, karena adanya tif. Pencernaan secara kimiawi dimulai di bagian
lambung. Hal ini dikarenakan cairan digestif yang berperan dalam pencernaan secara
kimiawi mulai dihasilkan di segmen lambung. Pencernaan ini selanjutnya
disempurnakan segmen usus. Cairan digestif yang berperan dalam pencernaan di
segmen usus berasal dari hati, dinding usus itu sendiri.
4.1. Enzim Pencernaan
Enzim adalah suatu katalisator biologis dalam reaksi kimia yang sangat
dibutuhkan dalam kehidupan. Bahan dasar enzim adalah protein, sel hati dapat
dikeluarkan dari sel melalui proses eksositosis. Enzim yang disekresikan keluar sel
digunakan untuk pencernaan di luar sel (dinding rongga saluran pencernaan)
(Ektracellular digestiot) sedangkan enzim yang dipertahankan di dalam sel digunakan
bentuk pencernaan di dalam sel itu sendiri (intracellular digestion).
Enzim berperan dalam mengubah laju reaksi, sehingga dengan demikian
kecepatan reaksi yang diperlihatkan dapat dijadikan ukuran keakatifan enzim.
Aktivitas enzim dapat dinyatakan antara lain dalam bentuk unit enzim. Satu enzim
V
Vitasse
Konsentrasi enzim
batas waktu tertentu kecepatan awal reaksi merupakan fungsi dari konsentrasi enzim
(Gambar 4.2).
Kuantitas
Substrat
transpormee
3x
2x
1x
t0
t1
t2
waktu
V
Vitesse
Vmax
Vmax/2
S
Km
konsentrasi substat
Jadi konstanta Michaelis atau konstanta keseimbangan dissosiasi kompleks ES sama dengan konsentrasi substrat ketika kecepatan reaksinya mencapai setengah
kecepatan reaksi maksimum. Secara nilai Km berkisar antara 10-2 m - 10-8 M.
Harus bahwa dicatat adalah selalu ukuran afinitas enzim untuk substratnya. Semakin
kuat interaksi E-S akan semakin banyak enzim yang bergabung dengan substrat dan
semakin sedikit keberadaan enzim bebas. Jadi [E] akan lebih kecil dan (E-S] akan
menjadi besar, konsekuensinya KM akan menjadi kecil. Afinitas suatu enzim untuk
suatu substrat sama dengan 1/Km. Jika Km tinggi afinitasnya adalah lemah dan jika
Km rendah maka afinitasnya kuat (besar).
Pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim dapat dilihat pada Gambar
4.4. Gambar tersebut memperlihatkan dua fenomena yang berbeda. Dalam zona
suhu yang lebih rendah, antara suhu 0 dari 40 C, kecepatan reaksi meningkat seiring
dengan meningkatnya suhu (kurva garis penuh).
Peningkatan kecepatan reaksi ini disebabkan oleh pembentukan kompleks
menjadi aktif ketika energi, panas untuk sisteni reaksi tersedia lebih banyak.
Kemudian pada suhu lebih besar dari suhu optimum (di atas 45C), maka
peningkatan suhu akan menurunkan, kecepatan reaksi. Penurunan kecepatan reaksi
ini karena di atas suhu tersebut enzim mengalami denaturasi sehingga tidak dapat
menghasilkan produk.
V
Kurva denaturasi
Temperatur optimal
Kurva aktivasi
Temperatur
Gambar 4.4. Pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim dapat dilihat
Pada
pH
2. Kosentrasi ion hidrogen (pH) yang cocok untuk pencernaan secara enzimatik
ditunjukkan oleh Gambar 4.6. Gambar tersebut memperlihatkan bahwa setiap enzim
mempunyal pH optimum yang berbeda-beda, tetapi kebanyakan enzim memiliki pH
optimum yang mendekati netral (6-8).
Decinormal HCl
1
2
gastric juice-1.77
Optimum untuk pepsin
Gastric juice-infant
Salivary enzymes destroyed
Intestinal content-human
Optimum for tryptic digestion of casein
Saliva-notexposed to air-optimum for ptyalin
6
7
8
Ptyalin-average-exposed to air
Human blood-7.35
Optimum erepsin-duodenal secretion
Optimum for pancreatic lipase-(trypsin?)
Pancreatic juice
terhambat, senyawa atau bahan tersebut dinamakan inhibitor. Tidak semua inhibitor
merugikan; karena dalam sel, inhibitor dapat berfungsi sebagai pengatur reaksi
enzim. Dalam hal ini inhibitor mengontrol produk reaksi enzimatik sehingga hanya
cukup untuk kebutuhan sel saja. Di samping itu penggunaan inhibitor tertentu dalam
beberapa hal memungkinkan untuk menentukan asal asam amino yang membuat
bagian aktif suatu enzim dan berperan dalam pembentukan koplek E-S.
Inhibitor terdiri dari inhibitor kompetitif dan inhibitor nonkompetitif.
Inhibitor kompbtitif adalah inhibitor analog dengan substrat keberadaannya inhibitor
tersebut akan berkompetisi dengan substrat untuk mengikat bagian yang aktif
(penting) dari enzim. Dengan demikian enzim dapat bergabung baik dengan substrat
maupun dengan inhibitor. Apabila enzim membentuk komplek dengan inhibitor (E-I)
maka jelas enzim tersebut tidak dapat berfungsi sebagai katalisator sebab hanya
kompleks E - S yang memungkinkan terbentuknya produk reaksi enzimatik. Daya
kerja inhibitor kompetitif bergantung pada konsentrasi substrat, konsentrasi inhibitor,
afinitas enzim terhadap substrat dan afinitas enzim terhadap inhibitor.
Contoh
bagian usus. Enzimnya terdiri dari enzim pencerna protein, karbohidrat dan lemak
yang aktif pada pH netral atau sedikit basa. Cairan: pankreatik kaya akan tripsin,
yaitu suatu protease yang aktivitas optimalnya sedikit di bawah pH basa, disamping
itu juga mengandung amilase, mattase dan lipase. Sejumlah ikan tidak memiliki
lambung dan pilorik kaeka sehingga aktivitas proteolitik terutama berasal dari cairan
pankreatik.
komposisi cairan digestif berhubungan dengan makanan yang dimakan oleh suatu
spesies ikan.
4.1.2. Proteinase
Protein adalah bahan organik dengan berat yang tinggi, tersusun dari sejumlah
asam, amino yang disatukan dalam ikatan peptid. Pada hidrolisis protein sederhaha
hanya mengliasilkati asam amino, sedangkan hidrolisis protein yang berikatan dengan
senyawa lain menghasilkan tambahan grup nonprotein. (grup prostetik). Selama
pencernaan, rantai peptid dihidrolisis satu per satu menjadi asam amino atau grup
asam amino. Enzim-enzim pencernaan protein yang dikenal secara umum dapat
dilihat pada tabel 4.1.
Enzim protease dibagi, ke dalam kelompok yaitu: endopeptidase
eksopeptidase.
dan
rantai peptid bagian tengah dan rantai peptid yang sangat spesifik.
Sedangkan
ditemukan pada seluruh hewan vertebtata kecuali pada ikan yang tidak memiliki
lambung.
Aktivitas pepsin tergantung pada pH, suhu dan jenis substrat.
Kekuatan
mencerna dari cairan gastrik bergantung pada jumlah pepsin pH. Konsentrasi enzim
tertentu, aktivitas proteolitik dari cairan digestif akan mencapai maksimal pada pH
lebih rendah dari 4. Cairan gastrik cukup mengandung HCl untuk mencapai pH di
bawah 2.
Makanan yang dimakan biasanya memiliki daya penyangga (buffer) yang
berarti bahwa pH chyme, akan
keperluan pengasaman isi lambung, jumlah asam yang disekresikan lebih penting dari
pada konsentrasi asam pada sekresi sehingga lebih yang dimakan maka laju sekresi
harus lebih tinggi. Kadangkala pada makanan dalam lambung, hanya lapisan luar dari
makanan yang mempunyai nilai pH yang cocok untuk aktivitas pepsin, sedangkan
bagian dalam mempunyai nilai pH yang lebih tinggi.
Konsekuensinya adalah pencernaannya terjadi secara bertahap, sehingga
ketika lapisan luar telah menjadi cair baru kemudian lapisan berikutnya mengalami
pengasaman dan selanjutnya akan dicerna hingga menjadi cair. Selain dipengaruhi
pH, pencernaan di lambung juga disokong oleh konsentrasi pepsin yang tinggi, suhu
yang tinggi dan gerakan lambung yang intensif. Sebagai hasil akhir dari hidrolisis
enzim pepsin ini adalah proteoses, pepton dan peptides. Untuk dapat diserap, hasil
hidrolisis enzim dihirolisis lagi oleh enzim eksopeptidase.
Enzim endopeptidase lainnya adalah tripsin. Enzim ini disekresikan oleh
pankreas eksokrin. Aktivitas tripsin ini kadang-kadang ditemukan dalam trak usus,
hal ini disebabkan enzim tripsin ini telah diserap oleh mukosa usus. Tripsin aktif
secara maksimal pada media basa yaitu pada pH 7-11, yang tergantung kepada
substratnya. Sebagai hasil akhir dari hidrolisis enzim tripsin adalah Proteoses, pepton, peptides dan asam amino. Aktivitas proteolitik pada segmen usus umumnya
menurun dari bagian depan ke arah bagian belakang dan enzim ini resisten terhadap
autolisis di dalam usus. Walaupun demikian enzim yang ada pada hormon tersebut
akan diserap kembali oleh dinding usus di bagian belakang (Ash, 1985).
kholesterol dan ware diperlukan enziin yang lebih spesifik, contohnya enzim
Cholesterol esterase. Terdapat dua proses penting dalam pencernaan lemak, yaitu
pertama emulsifikasi oleh bahan yang dapat menurunkan tegangan permukaan lemak
dan yang kedua adalah pencernaan oleh lipase.
Hidrolisis lemak oleh enzim lipase menghasilkan monogliserid dan asam
lemak, dan sebagai hasil kerja bahan pengemulsi maka bahan hasil pencernaan tersebut berbentuk butiran halus yang memiliki permukaan yang lebih luas untuk aktivitas
enzim. Diduga bahwa semua jenis ikan memiliki enzim lipase. Pada ikan Scomber
sp. dan beberapa jenis ikan lain, aktivitas lipase ditemukan pada ekstraksi pankreas,
pilorik kaeka dan usus depan. Pada ikan tilapia dan trout, aktivitas lipase juga
ditemukan pada segmen lambung.
4.1.4. Karbohidrase
Karbohidrase merupakan. enzim yang ditemukan baik pada pankreas maupun
usus. Pada ikan yang pankreasnya, menyebar di antara sel hati, enzim amilase
ditemukan pada kantung empedu, hal ini berarti bahwa kantung empedu menerima
sekresi pankreas. Pada ikan yang pankreasnya terpisah dari hati, misalnya ikan
kembung (Scomberomorus sp.) pada kantung empedunya tidak ditemukan aktivitas
amilase. Beberapa peneliti mendapatkan enzim amilase, maltase dan sakharase pada
ekstrak hati, pankreas, esofagus dan usus ikan mas.
ekstrak hati disebabkan adanya fragmen pankreas pada ekstrak hati tersebut, sebab
sulit sekali memisahkan fragmen pankreas memisahkan dari hati.
Kapoor (1976) menemukan beberapa jenis enzim karbohidrase seperti amilase, maltase, glikogenase dan sokrase padaekstrak ikan yang tak berlambung. Amilase
juga sering ditemukan pada pilorik kaeka. amilase ditemukan pada seluruh jenis
ikan dan pada ikan air tawar (Teleost) amilase ditemukan pada sepanjang saluran
pencernaan (Kusmina, 1980), walaupun demikian menurut penulis tersebut,
aktivitasnya berkurang di usus belakang. Pada bandeng, Chanos chanos. Aktivitas
karbohidrase terutana di usus dan pilorik kaeka. Jenis-jenis enzim, pencernaan dan
organ penghasilnya disarikan pada Tabel 4.2.
Plecoglossus yang lebih tinggi dibandingkan dengan ikan salmon dan yellow tail
jack. Sebagai gambaran tentang aktivitas enzim dalam kaitannya dengan katagori
ikan dapat dilihat pada Tabel 4.3. berikut ini.
Tabel. 4.3. Hubungan antara katagori ikan dan Aktivitas enzim
pencernaannya (Turpayev dalam Kapoor et a.l., 1976)
Spesies
Scardinlusi
Blicca
Alburnus
Aspius
Cyprinus
4.2.
Feeding habit
Herbivora
Omnivora
Omnivora
Kanivora
Omnivora
Aktivitas Amilase
1,0
1,1
1,0
0,15
5,8
Aktivitas Tripsin
0,4
0,9
0,9
1,2
1,7
dijelaskan
sebelumnya
bahwa
pencernaan
makanan
adalah
ke usus depan.
bercampur dengan cairan empedu dan cairan pankreas yang selain mengandung
enzim juga banyak mengandung bikarbonat. Cairan empedu yang sifatnya basa dan
adanya ion bikarbonat dari pankreas menyebabkan naiknya pH chyme pada usus.
Dengan kondisi pH chyme yang basa, maka enzim pankreatik dan enzim dari mukosa
usus dapat bekerja secara optimal.
laktase limit dekstrinase menjadi glukosa. Disakharida dihidrolisis oleh enzim laktase
atau sukrase menghasilkan galaktosa, glukosa dan fruktosa.
galaktosa dan fruktosa akan diubah menjadi glukosa. Sellulosa akan dihidrolisis
dengan enzim sellulase sebagai katalisatornya menjadi sellobiose, kemudian
sellobiose akan dihidrolisis dengan, enzim sellobiase sebagai katalisatornya menjadi
glukosa. Dengan bentuk glukosa ini karbobidrat dapat diserap oleh dinding sel
(enterosit).
4.3.
Kecernaan Makanan
pengukuran kandungan bahan kering, protein, lemak, karbohidrat dan energi, baik
pada makanan maupun pada feses.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa feses ikan mengandung 80-85%
air dan 15-20% bahan padat (organik dan mineral). Bahan padat mengandung fraksi
makanan yang tidak dapat dicerna, mukus, sel-sel yang rusak, enzim dan bakteri.
Sebagian dari feses berasal bukan dari makanan yang tidak dicerna melainkan berasal
dari tubuh ikan itu sendiri (endogen).
Makanan
46,6
11,4
10,1
5207
Feses
21,1
1,1
21,8
3625
a. Kecernaan Total
Dalam perhitungan kecernaan total, semua komponen dalam feses dianggap
berasal dari makanan yang dikonsumsi, sehingga rumusnya dinyatakan sebagai
berikut:
DA
IxF
x 100
F
DA = Kecernaan Total
I = Jumlah makanan yang dikonsumsi, yang dapat dinyatakan dalam gram nutrien
atau dalam satuan energi.
F = Jumlah feses yang dihasilkan setelah ikan mengkonsumsi pakan sebesar I.
Besaran F dapat dinyatakan dalam gram nutrien atau dalam satuan energi.
b.Kecernaan Murni
Dalam perhitungan kecernaan murni, hanya komponen feses yang berasal dari
pakan yang diperhitungkan, sedangkan komponen feses yang bersifat endogen tidak
diikut sertakan. Besarnya komponen feses yang bersifat endogen dapat diketahui
dengan mengukur kadar nuttien tertentu misalnya protein, pada feses ikan yang diberi
pakan yang tidak mengandung protein. Pada Kenyataan pengukuran murni sulit
dilakukan, sebab kebanyakan ikan tidak dapat hidup normal apabila pakannya tidak
mengandung nutrien tertentu. Rumus yang digunakan untuk menghitung kecernaan
murni, adalah sebagai berikut:
DT
I - (F - FE )
x 100
I
DT
= Kecernaan Murni
I
= Jumlah makanan yang dikonsumsi
F
= Jumlah feses yang dihasilkan
FE
= Jumlah komponen feses yarig bersifat endogen.
I, F dan Fp, dapat dinyatakan dalam gram nutrien atau satuan energi
Berbeda dengan hewan darat, pengukuran kecernaan makanan pada ikan
(hewan air) relatif lebih sulit, sebab banyak permasalahan yang harus diatasi.
Permasalahan, tersebut antara lain pengumpulan feses dan pencucian feses.
c. Pengumpulan Feses
Mengumpulkan feses yang terdapat di dalam air lebih sulit daripada
mengumpulkan feses yang ada di luar air, dan kesulitan tersebut bertambah lagi
apabila feses tersebut berupa partikel, yang kecil.
Untuk mendapatkan nilai kecernaan makanan yang akurat, feses yang benarbenar bebas dari sisa pakan.
Proses pencucian feses oleh air dimulai sesaat setelah feses keluar dari anus.
Windell et al. (1979) mengemukakan banyak feses yang dilepaskan ke dalam air
mengalami pencucian secara maksimal selama satu jam pertama setelah pelepasah
feses berlanjut hingga jam ke empat. Sejak jam ke empat hingga jam ke pencucian
yang terjadi sangat sedikit (Tabel 4.5). Keberadaan feses dalam air selama 1 jam
neningkatkan koefisien pencernaan bahan kering dan lemak berturut-turut sebesar
11,5; 10,0 dan 3,7persen.
tingginya nilai kecernaan makanan bukan disebabkan oleh tingginya kualitas pakan
akan tetapi oleh teknik pengukurannya (metoda pengumpulan feses) yang knrang
memadai.
Tabel 4.5. Hubungan Antara Waktu Pengumpulan Feses, Pencucian
Nutrien dan Koefisien Pencernaan Makanan (Makanan
Kering) pada Ikan Trout, Salmo gairdneri (Windell et al.,
1979).
Waktu
pengumpulan
feses
Feses ari asil
pembedahan
0d
Feses dari hasil
penyaringan
1e
4
8
16
Keterangan
a F = 70,19;
b F = 56,35;
Digestibility
Bahan keringa
Protein kasarb
Lemak kasarc
54.70.97
80.50.82
83.9
66.20.69
69.40.41
69.70.40
71.80.54
90.50.53
90.40.21
92.40.47
90.50.89
87.60.30
90.30.67
90.20.31
92.10.20
df =
df =
4,25; P
4,25; P
0,05
$0,05
c P = 59,77;
df = 4,15; P $0,05
d feses diambil pada 2,5 cm bagian usus yang terbelakang.
e feses diambil pada 2,5 cm bagian usus yang terbelakang dan direndam dalam
air selama 1 jam, rata-rata kecernaan bahan keringnya adalah 65,5% t 0,66.
IxF
x 100
I
DA = Kecernaan Total
I
= Jumlah makanan yang dikonsumsi
F
= Jumlah feses yang dihasilkan
Nilai I dan F dapat dinyatakan dalam, bentuk, bahan kering, nutrien atau energi.
Kesulitan pengukuran kecernaan dengan menggunakan metode ini terletak
pada pengukuran/penentuan jumlah total makanan dan jumlah total feses yang
dihasilkan.
b. Metode Tidak Langsung
Kesulitan yang dihadapi dalam nilai kecernaan makanan secara langsung
D A 100 - 100 x x
If Nf
DA
Ip
If
Np
Nf
= Kecernaan Total
= Persentase indicator dalam pakan
= Persentase indicator dalam feses
= Persentase nutrien dalam pakan
= Persentase nutrien dalam feses
Untuk menghitung nilai kecernaan bahan keringnya digunakan rumus :
lp Np
D A 100 - 100 x x
If Nf
Indikator, merupakan bahan yang dapat bercampur secara merata dengan bahan
makanan selama perjalanan dalam saluran pencernaan.
2)
3)
Sebagaimana telah
dijelaskan sebelumnya bahwa begitu feses dikeluarkan dari anus dan kontak dengan
air maka proses pencucian mulai terjadi. Jadi jelaslah bahwa lamanya kontak feses
dengan air akan menentukan derajat pencucian.
pengumpulan feses berpengaruh terhadap ada atau tidak ada serta lamanya kontak
feses dengan air. Dengan demikian, teknik pengambilan feses dapat mempengaruhi
nilai kecernaan pakan. Beberapa teknik pengambilan feses dalam rangka mengukur
nilai kecernaan pakan yang diungkapkan dalam beberapa pustaka adalah sebagai
berikut:
a. Pengambilan feses dari bagian rektum (Nose, 1960).
b. Pengambilan feses melalui penyedotan atau pembedahan isi rektum ikan
(Windel et al., 1978).
c. Menempatkan ikan pada ruang metabolisme diikuti oleh pengumpulan
fesesnya (Smith, 1971).
d.
e.
Lemak
96,70,51
94,40,3
62,2-,,1.
ikan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan nilai koefisien kecernaan lemak yang
berasal dari darat menurut nilai koefisien kecernaan lemak tergantung pada asam
lemak, nilainya akan menurun ) Jika titik cair lemak meningkat. Berkaitan dengan
keadaan
asam
lemaknya,
Nose
(1976)
melaporkah
bahwa
koefisien
kecernaan asam lemak, jenuh menurun dengan semakin panjang rantai karbonnya,
dan pada panjang rantai karbon yang, sama koefisien pencernaan meningkat dengan
menikatnya derajat ketidak jenuhannya.
20
30
40
50
60
99
100
94
77
69
99
99
95
75
65
99
99
97
60
53
100
99
97
50
38
100
99
96
46
26
BAB V
FAKTOR-FAKTOR PERTUMBUHAN IKAN
Pada akhir pokok bahasan ini pembaca diharapkan mampu :
1. Menjelaskan faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan
2. Menjelaskan pengaruh faktor ikan terhadap pertumbuhan
3. Menjelaskan pengaruh faktor makanan terhadap pertumbuhan
4. Menjelaskan pengaruh faktor lingkungan terhadap pertumbuhan
5. Menjelaskan Hubungan Antara Faktor Ikan, Makanan dan Lingkungan Perairan
Terhadap Pertumbuhan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam variasi pertumbuhan ikan adalah
dari faktor ikannya sendiri,lingkungan dan makanan yang diberikan. Dari beberapa
faktor tersebut seberapa jauh akan mempengaruhi pertumbuhan bagi ikan seperti
misalnya faktor kualitas air yang meliputi suhu, oksigen dan ammonia (NH3).
Pengaruh dari ikannya sendiri yang meliputi spesies ikan, umur dalam hal ini akan
berpengaruh terhadappemanfaatan makanan yang diberikan, kemampuan ikan untuk
mencerna makanan dalam setiap tahap pertumbuhannya. Sedangkan faktor makanan
yang meliputi komposisi, formulasi, tipe makanan, bentuk makanan dan feeding level
/ tingkat tingkat pemberian makan serta frekwensi pemberian makan, yang dalam hal
ini mempengaruhi kemampuan ikan untukikut mencerna dan memanfaatkannya pada
kondisi yang ada.
akan sangat berpengaruh terhadap penyusunan unsur-unsur tubuh yang akhirnya akan
menghasilkan suatu pertumbuhan.
5.1.2. Ukuran ikan
Ikan yang mempunyai ukuran lebih kecil,kecepatan metabolismenya lebih
tinggi daripada ikan yang lebih besar. Dengan demikian, kebutuhan energi
berhubungan dengan berat tubuh sampai sebesar 0,8. Laju metabolisme = W
0,8
0,8
suhu 20 oC, konsumsi O2 dari ikan mas dapat dengan mudah diperkirakan untuk 15
dan 27 oC, dengan menggunakan nilai koreksi dari tabel 5.1.
Pada 15 oC =
1,00
x 75 = 47,8 ml O2 / kg 0,8 / jam
1,57
Pada 27 oC =
1,00
x 75 = 133,2 ml O2 / kg 0,8 / jam
0,563
Tabel 5.1. Nilai koreksi q untuk perhitungan konsumsi oksigen pada suhu
yang berbeda.
Suhu ( oC)
Suhu ( oC)
5,19
18
1,20
4,55
19
1,09
3,98
20
1,00
3,48
21
0,920
3,05
22
0,847
10
2,67
23
0,779
11
2,40
24
0,717
12
2,16
25
0,659
13
1,94
26
0,609
14
1,74
27
0,563
15
1,57
28
0,520
16
1,43
29
0,481
17
1,31
30
0,444
diketahui dengan pasti feed intakenya. Nilai rata-rata untuk metabolizability dari
ransum berkisar antara 40 85%. Besarnya dari penurunan dalam metabolisme telah
diterangkan oleh Huisman tetapi belum tuntas, karena kemungkinan penggunaan nilai
O ox yang salah dan karena feeding level yang tinggi seperti
Hogendoorn et al (l983) telah menyatakan bahwa fraksi metabolisme dari
makanan (ransum) tidak tergantung pada feeding level :ME = pR, Assumsi ini tidak
benar didasarkan pada kesimpulan dari Huisman et at (1974, 1916) bahwa antara
daya cerna digestible dan metabolizable fraksi dari ransum akan menurun dengan
meningkatnya ransum, walaupaun perhitungan fraksi kadang-kadang tidak diketahui
dengan pasti feed intakenya. Nilai rata-rata untuk metabolisme dari ransum berkisar
dari 40 - 85%.
Besarnya dari penurunan dalam mtabolizme telah diterangkan oleh Huisman
tetapi belum tuntas, karena kemungkinan penggunaan nilai Q ox. Yang telah dan
karena feeding level yang tinggi seperti ditunjukkan didalam kekenyangan yang
berlebihan. Pada saat lain Elliot
antara 20- 70 KJ/kg 0,8 /hari sangat rendah. Jika dibandingkan dengan homeotherm.
Sebagian besar seharusnya lebih rendah dari temperature tubuh ikan dan
kenyataannya bahwa, energi cost pada daya gerak dan posisi maintenance lebih
rendah di dalam air darat pada di udara.
Huisman (1976) mendapatkan nilai untuk "kg" adalah 0,78 dan 0,89 untuk
rainbow trout , Salmo guirdneri pada suhu 15C dan untuk Carp, Cyprinus Carpio
pada suhu 23C berturut-turut. Disamping itu Hogendoorn, 1983) mendapatkan nilai
0,80 untuk Afrietn catfish, Claries gariepinus pada suhu 25C nilai ini tidak
tergantung pada feeding level atau berat tubuh tersebut agak sedikit lebih tinggi dari
pada homeotherm ini telah ditemukan oleh Huisman (1976) dengan terlihatnya
menurun nilai protein yang berubah pada ikan pada temperature tubuh rendah seperti
yang telah disebutkan diatas bahwa hubungan antara R, ME, H dan RE meningkat
pada bagian kurva pertumbuhan-ransum dalam kenyataannya adalah tidak linier.
Slope pada kurva ini diatas maintenance kg dan meskipun "kg" tidak tergantung pada
feeding level ini tidak untuk "p" menurunnya "p" dengan meningkatnya ransum
menyebabkan
kurva
pertumbuhan
ransum
cenderung
menurun
dengan
meningkatnya ransum. Pengaruh feeding level pada noenergetik model dapat dilihat
pada Gambar 5.2.
A
B
GE
Growth rate
GE
Conversion eficiency
FE
FE
Hm
BUE
Hp
H BUE
ME DE
RE fat
RE protein
ME
RE
DE
RE
Ropt Rmax
Rm
Rm
Ropt
Rmax
5.3.
menjelaskan hubungan antara ikan dan lingkungan sebagai tempat hidupnya yaitu air.
Air sesuai dengan kegunaannya bagi organisme hidup harus memenuhi berbagai
persyaratan, baik dari segi kimia, fisika maupun biologisnya.
Dalam budidaya ikan ,jkondisi harus disesuaikan dengan kebutuhan optimal
bagi pertubuhan ikan yang dipelihara. Dilihat dari segi fisik, kimia dan biologis, air
mempunyai beberap afungsi dalam menunjang kehidupan didalanya antara lain :
- Dari segi fisika merupakan tempat hidup dan menyediakan ruang gerak bagi
Organisme didalamnya.
- Dari segi kimia sebagai pembawa unsur-unsur hara, mineral, vitamin gas-gas
terlarut dan sebagainya.
- Dari segi biologi merupakan media yang baik untuk kegiatan, biologis dalam
pembentukan dan penguraian bahan bahan organik.
Kualitas air ini sangat penting, tidak hanya untuk ikan saja tetapi juga untuk
kehidunpan yang ada dalam perairan Disamping pengaruh kuaitas dan kuantitas air
juga penting dipandang dari segi besarnya produksi perairan.
Pada
peranan yang berbeda da1am perikanan dari pada budidaya. Pada peranan alami
kwatitas air mempengaruhi terhadap seluruh komunitas perairan (bakteri, tanaman,
ikan, zooplankton dan sebagainya) demikian juga tiap bagian dari dalam kehidupan
masing-masing individu dalam suatu komunitas alkatin terlarut mempunyai peranan
yang sangat penting didalam pembentukan struktur komunitas tersebut pada budidaya
dengan sistem air mengalir bertindak sebagai makanan bagi transport oksigen dan
hasil buangan yan berasal dari ikan dan sebagai akibatnya kualitas air tersebut dapat
diterima selama kuatitas tersebut tidak mempunyai pengaruh negatif terhadap sasaran
antara lain pertumbuhan ikan, penetasan telur dan sebagainya.
Temperature (C)
- Panas
- Dingin
pH
Suspende solids (mg/l)
BOD (mg/l 02)
Phospaters - PO4 (mg/l)
Nitrates - NO3 (mg/l)
Nitrates - NO2 (mg/l)
Phenols (mg/l)
NH3 (unionized) (mg/l)
Chlor (mg/l)
Zn (mg/l)
Dalam hubungannya
alkalinitas (mg/l CaCo3)
10
50
100
500
Salmonid waters
Cyprinid waters
< 20
< 10
6-9
< 25
< 3
< 0,2
< 3
< 0,05
< 0,04
< 0,005
< 0,005
< 0,004
< 20
< 10
6-9
< 25
< 6
< 0,4
< 6
< 0,5
< 0,2
< 0,005
< 0,025
< 0,004
< 0,003
< 0,2
< 0,3
< 0,5
< 0,03
< 0,7
< 1,0
< 2,0
dengan
5.3.1. Oksigen
Kebutuhan akan oksigen bagi ikan mempunyai kebutuhan lingkungan bagi
Species tertentu dan kebutuhan konsumtif yang tergantung pada keadaan
metabolisme. Perbedaan kebutuhan oksigen dalam suatu lingkungan bagian species
tertentu disebabkan adanya perbedaan struktur sel darah ikan, yang mempengaruhi
hubungan antar tekanan partiel oksigen dalam air derajat kejenuhan, oksigen dalam
sel darah (Gambar 5.3).
100 O2 saturation %
A
B
50
T = 30o
10
20
30
PO2
pertumbuhan,
reproduksi atau sebaliknya, oleh karena itu sampai dengan jelas bahwa ketersediaan
oksigen bagi ikan menentukan lingkaran aktifitas ikan. Konversi ikan
makanan
demikian juga pertunbuhan tergantung pada oksigen, dengen ketentuan bahwa selama
aktor kondisi lainnya dalam optimum seperti ditunjukkan dalam Gambar 5.4.
Konversi makanan
4
Konsentrasi O2
0
Gamber 5.4. Hubungaan antara oksigen terlarut dalam, air dan konversi
makanan Common Carp.Cyprinus carpio pada suhu 23 C
After Huisman E.A 1974.
Berdasarkan hal - ha1 tersebut ambang untuk pertumbuhan pada umumnya
digunakan sebagai pembudidaya. Oleh karena itu dalam budidaya ikan mas dan
salmon konsentrasi oksigen tidak boleh kurang dari 3 mg/l don 5 mq/l. Pernafasan
ikan seperti spesies clarias kurang sensitif terhadap kandungan oksigen. Seperti
terlihat dalam gambar 5.5.
40
80
120
160
200
oksigen pressure, mmHg
5.3.2. Nitrogen
Selain
bukti - bukti
yang sangat
penting dala siklus nutrien yang terdapat dalam siklus nurien yang terdapat dalam
perairan, kandungan nitrogen juga dapat membahayakan bagi ikan apabila sangat
jenuh. Kejadian tersebut adalah "gas bubble disease" atau "emboli" yang terjadi
sebagai akibat adanya tekanan total gas, dimana dalam beberapa hal gelembung gas
mengandung juga nitrogen, disebabkan periabilitas jaringan badan adalah lebih
tinggi bagi molekul yang lebih kecil dari pada molekul yang lebih besar, seperti
misalnya molekul oksigen. Tekanan atotal gas dala air dengan mudah dapat
ditingkatkan melalui peningkatan temperatur perairan. Dimana derajat kejenuhan
nitrogen 105 % dapat menyebabakan gas bubble disease bagi anak anak ikan.
5.3.3. Amonia
Pada umumnya nitrogen dalam eksisitem poerairan berada dalam berbagai
Walaupun ikan tahan terhadap NH3 kareana mudah untuk menyesuaikan diri akan
tetapi dengan sebesar 0,006 ppm sudah dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan
insang jenis Salmonids (Burows, 1964). Sedang daya racun yang akut bagi ikan jenis
rainbaw trout dan Carp
Suhu ( C)
7,0
7,5
7,6
7,7
7,8
7,9
8,0
10
0,3
1,1
1,4
1,8
2,3
2,9
3,6
15
0,4
1,3
1,6
2,1
2,6
3,3
4,1
20
0,5
1,5
1,9
2,4
3,0
3,8
4,7
25
0,6
2,0
2,5
3,4
4,5
5,7
6,8
8,1
4,6
5,3
6,0
8,0
8,2
5,7
6,5
7,3
9,6
8,3
7,1
8,0
9,1
11,8
8,4
8,9
9,9
11,2
13,8
8,5
11,1
12,3
14,7
16,0
8,8
9,0
9,5
20,3
29,1
57,6
22,1
32,3
59,8
24,2
35,8
62,1
28,0
40,2
64,9
Mengingat daya racun un ionized aonia (NH 3) yang sangat tinggi nmaka nilai
pH diatas 10 atau dibawah 7 adalah sesuai bagi budaidaya iakan dalam sistem (re)
sirkulasi, terutama oleh karena intensitas dari pada proses produksi dalamsistemm
tersebut (1 kg makanan/ pallet yang dikonsumsi oleh ikan dapat memnghasilkan NH 4
+ - N sebesar 30 gram)/. Disamping NH4 - N juga menhasilkan nitrogen lainnya.
Seperti misalnya NO2 dan NO3 konsentrasinya tinggi terdapat dalamperairan, dan
apabila konsentrasinya tinggi dapat mempengaruhi kehidupan ikan, terdapat pada
tabel 5.4.
Tabel 5.4. Efek-efek konsentrasi NO2 dan NO3 pda spesies ikan (group
(menurut Muir, 1982)
Parameter Konsentrasi
Spesies (Group)
NO2
0,012
Salmonids
1,6
Salmo gairdneri
6,4
Penaeus indicus
7,55
Ictalurus puntallus
24,8
Ibid
29,8
Oncorhynchus kisutch
NO3
90
Ictalurus punctalus
275
Salmo gairdneri
800
Ibid
1,400
Ictalurus punctatus
2,400
Cyprinus carpio
Efek
Stres
LCSO, 24 jam
Menghambat Pertumbuhan
LCSO,96 jam
LCSO,96 jam
Mortalitas
Pertumbuhan normal
Tidak ada efek
Tidak tumbuh
Tidak lethal
Tidak ada efek
5.3.4. Suhu
Suhu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan kehidupan ikan secara umum
laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu sampai batas tertentu
Hal ini
temperatur
akan
mempengaruhi
kecepatan
metabolisme,
khususnya pada masa permulaan hidup ikan. Pertumbuhan ikan mas pada suhu 30C
adalah sekitar setengah kali dari pada suhu 20C dan nafsu makan ikan mas nyata
menurun apabila suhu airnya meningkat. Jumlah makanan yang dicerna oleh ikan
serta efisiensi metabolisme tergantung pada temperatur air. Hubungan antara suhu
dan rasio, MEp_dan MEm (MEp/MEm) dapat dilihat dalam Gambar 5.6. Dalam
kurva ini lebih terlihat tidak terlalu dengan meningkatnya suhu perairan diikuti oleh
meningkatnya MEp dan MEm tetapi sampai batas suhu yang optimum.
MEp/MEm
T opt
T (oC)
Gambar 5.6. Hubungan antara racio MEp dan MEm dan Suhu perairan.
Pemantauan
terhadap
kualitas
air
haruslah
dilakukan
secara
mengharapkan
bahwa
kualitas air yang ada ccocok untuk setiap tujuan penggunaan sumberdaya perairan
yan tepat mengharapakan bahwa kualitas air yang ada cocock untuk setiap tujuan
penggunaan sumberdaya tersebut dan oleh karena itu engawasan kualitas air tentunya
merupakan satu kesatuan dari pengelolaan.
dipertimbangkan.
Akan tetapi, untuk budidaya
ketersediaan kuantitas air per unit waktu adalah sanagat penting dipertimbangkan
sebagai penyediaan air
awal dan
pemasukan air berikutnya untuk pengganti air yang hilang disebabakan penguapan
dan perembesan.
5.4.
(feeding level), hal ini disebabakan pada feeding level yang tinggi akan terjadi
kelebihan /kejenuhan/kekenyangan. Pengaruh temperatur pada kurva pertummbuhan
ransum untuk Sockeye salmon Onchorynchus nerka dapat dilihat
pada gaabr .
Demikian juga polanya sama untuk Salmonids, African catfish, Clarias gariepinus
dan untuk Carp, Cyprinus carpio.
Negatif retensi energi ( _ Reo) pada kehilangan makanan dan kebutuhan
ransum untuk meintenance secara normal
suhu yang
meningkatnya dengan meningkatnya suhu, mungkin kecuali untuk suhu yang sangat
rendah, secara fisiologis sangat rendah berkenaan dengan spicies yang diteliti. Sebab
bagian dari nono faecal loses juga meningkat dengan meningkatnya suhu, pengaruh
suhu pada bagian metabolizable dari ransum juga kecil. (Elliot, 1976 a, 1982; From &
Ramussen, 1984).
Nampaknya temperatur tidak berpengaruh pada konversi effisiensi pada Mem
dan Mep seperti yang ditunjukkan dalam gabarm, untuk African catfish. Slarias
gariepinus, yang didasarkan pada hasil Machiels dan Henken (1086). Walaupun
nilai "Kg" menunjukkan sedikit lebih tinggi pada suhu 20 C, pengaruh ini secara
statistik tidak signifikan dan umumnya nilai yang mungkin dicapai adalah 0,804,
tidak terganrung pada temperatur.
Selanjutnya, penyesuaian untuk output model biochemical dengan hasil yang
diaksud diatas oada temperatur yang berbeda tetap menunjukkan bahwa ikan yang
mengeksploitasi pada efisiensi biocheical maksimum tidak tergantung pada berat
tubuh, feeding level dan temperatur (Machels & Henkenm 1986). Sebab ketetapan
relatif effisiensi penggunaan makana etabolise menunjukkan
30
0,16 W 0,78
0,12 W 0,82
0,16 W 0,85
0,59 W 0,68
0,24 W 0,85
2,21 W 0,69
0,90 W 0,65
standard pada goldfish dan sesuai pada coho salmon Onchorychus kisutch (Corey et.
al, 1983) dan rainbaw trout. Salmo gairdneri (fro & Rasmussen, 194). Koefisien juga
enunjukkan peningkatan
temperature sekitar 30 C diikuti oleh penurunan pada suhu yang lebih tinggi.
B (berat eksponen)
0.8
0.7
0.6
T (oC)
Gambar 5.8. Efek Temperatur pada berat ekponen (b)
Variasi ekponen berat (b) dengan temperature secara statistik tidak signifikan
tetapi secara biologi signifikan sedikitnya untuk feed intake maksimum/metabolise.
Assumsi bahwa umumnya eksponen berat untuk stavasi/aintenance metabolise tidak
tergantung pada temperature, tidak akan engubah hubungan seperti yang dimaksud
diatas, mengingat akan eksponen berat untuk feed intake/metabolisme pada
umumnya.
Dari hasil-hasil ini dapat disimpulkan bahwa feed intake metabolisme energi
dan pertumbuhan dalam ikan adalah erupakan subjek yang komplek hubungan antara
berat tubuh dan temperature. Pertumbuhan potensial pada ikan (MEp/MEm)
menunjukkan
besar
MEp/MEm
W = 5 gram
W = 200 gram
20
25
30
T = 25oC
T = 30oC
W
Hubungan antara laju pertumbuhan dan berat tubuh
ikan dengan perbedaan temperature.
Tabel 5.6. Pertumbuhan Potensial pada species ikan (dalam gram atau
Kj/Kg 0,8 /Hari)
Gambar 5.10.
Species
Ikan
Teperature( C)
R Max
(gram)
Metabolisme
Ho (kj)
Hm (kj)
Hmax (kj)
Hmax/Hm
Kg
MEp/MEm
* Maksimum
** Glass sel
Grass
carp
27
40*
35
53
137
2,6
0,7
5,3
Carp
23
16 - 20
(30*)
Afrian
catfish
25
16,8
(32*)
European**
eel
25
7 - 10
(15*)
Rainbaw
trout
15
15
(30*)
20 - 80
33 - 66
85 - 90
1,4 - 2,7
0,6 - 0,9
0,9 - 15
22
32
75
2,4
0,7 - 0,9
4,2 - 14,3
33
55 - 70
1,7 - 2,1
0,7
2 - 3,4
24 - 32
30 - 48
61 - 88
1,3 - 2,9
0,8
1,2 - 8,7
BAB. VI
BIOENERGETIK NUTRISI
Pada akhir pokok bahasan ini pembaca diharapkan mampu :
1. Menjelaskan pengertian energi dan tingkatan energi biologis
2. Menjelaskan mekanisme metabolisme energi dari karbohidrat
3. Menjelaskan mekanisme metabolisme energi dari lemak
4. Menjelaskan mekanisme metabolisme energi dari protein
bom kalorimeter. Kandungan IE biasanya dinyatakan dalam satuan Mkal IE/kg BK.
Tidak semua IE bahan pakan dapat dicerna, sebagian akan dikeluarkan bersama feses.
Energi kotor dalam feses disebut sebagai fecal energy. Energi feses ini selain berasal
dari pakan yang tidak dicerna juga berasal dari saluran pencernaan yang berupa
mukosa, enzim dan bakteri.
bahkan seluruh energi yang dapat dimetabolisasi akan digunakan untuk proses
metabolisme.
Sampai dengan pengukuran ME, pengukuran dengan teknik bom kalorimeter dapat
digunakan. Pengukuran HE tidak dapat lagi menggunakan bom kalorimeter, namun
dengan teknik kalorimetri hewan.
maintenance tanpa melihat apakah ikan mengkonsumsi pakan atau tidak. Ikan yang
sedang dipuasakan akan memperoleh energi dari cadangan energi tubuh. Energi
maintenance digunakan untuk metabolisme basal, dan menyokong tubuh pada saat
istirahat.
mempertahankan struktur dan fungsi jaringan tubuh agar hewan tetap survive.
NEm dalam tubuh digunakan untuk tetap dalam kondisi keseimbangan.
Dalam tingkat ini tidak terjadi penambahan atau pengurangan energi dalam jaringan
tubuh.
percobaan yang berstatus gizi baik, dipuasakan, ada dalam lingkungan termonetral
dan beristirahat. Produksi panas ikan yang berada dalam kondisi seperti itu disebut
"Basal Metabolic Rate". RE digunakan untuk kerja diluar kemauan, pertambahan
bobot jaringan (pertumbuhan, atau produksi lemak), telur dan sebagainya.
Energi aktivitas pada ikan adalah energi untuk aktivitas berenang. Energi
yang dikeluarkan untuk berenang dapat mengurangi porsi energi yang sebenarnya
dapat digunakan untuk menyusun jaringan tubuh yang baru.
Energi berenang
tersebut dapat melebihi jumlah energi yang dikonsumsi dan untuk keseimbangannya
maka energi dipasok dari cadangan energi.
Dari berbagai ketentuan diatas diartikan bahwa semua energi yang terdapat
dalam feses dan dalam urin dianggap hanya berasal dari pakan saja, dengan demikian
maka nilai DE, ME dan NE bukan merupakan nilai energi yang sebenarnya, akan
tetapi merupakan nilai energi semu atau nilai yang tampak atau apparent energy.
Oleh karena itu untuk nilai energi yang sebenarnya atau true energy harus dikoreksi
terlebih dahulu dengan energi yang berasal dari bukan sisa pakan atau yang disebut
energi endogenous.
enzim aldolase, dipecah menjadi dua molekul triosa fosfat yaitu 3, gliseraldehida 3fosfat dan dihidroksiaseton fosfat. Selanjutnya terjadi reaksi isomerisasi bolak-balik
antara kedua senyawa beratom tiga ini dikatalisis oleh triosafosfat isomerase. Dalam
keadaan normal dihidroksiaseton fosfat diubah seluruhnya menjadi gliseraldehida 3-
fosfat sehingga kemungkinan hilangnya setengah dari energi molekul glukosa dapat
dicegah.
Bagian kedua
meliputi tahap reaksi yang menghasilkan energi (ATP dan NADH), yaitu dari
gliseraldehida 3-fosfat sampai dengan piruvat. Dari bagian kedua ini dihasilkan dua
molekul NADH dan empat molekul ATP untuk tiap molekul glukosa yang dioksidasi
(atau untuk dua molekul gliseraldehida 3-fosfat yang dioksidasi).
Karena satu
molekul NADH yang masuk rantai pengangkutan elektron dapat menghasilkan tiga
molekul ATP, maka tahap reaksi bagian kedua ini menghasilkan 10 molekul ATP.
Dengan demikian keseluruhan proses glikolisis menghasilkan 10 - 2 = 8 molekul ATP
untuk tiap molekul glukosa yang dioksidasi. Secara keseluruhan tahap glikolisis
dapat dilihat pada Gambar 6.2.
Selanjutnya asam piruvat diubah melalui salah satu jalur berikut ini.
1. Dapat masuk ke mitokondria lalu ikut dalam siklus asam trikarboksilat (siklus
asam sitrat, siklus Krebs) untuk melakukan oksidasi dan fosforilasi ADP menjadi
ATP dalam sistem sitokrom (ini adalah jalur yang paling sering terjadi pada asam
piruvat).
2. Dapat direduksi membentuk asam laktat dan bersifat reversibel.
3. Dapat diubah kembali menjadi karbohidrat melalui glikoneogenesis (kebalikan
dari glikolisis).
4. Dapat direduksi kembali menjadi asam malat lalu masuk dalam siklus Krebs.
5. Dapat dioksidasi menjadi asam oksaloasetat dalam siklus Krebs.
6. Dapat diubah menjadi asam amino alanin melalui transaminasi.
Hal ini semua adalah jalur yang mungkin dijalani oleh asam piruvat, dan ini
tergantung pada metabolisme sel waktu itu. Selama proses glikolisis, setiap molekul
glukosa membentuk dua molekul asam piruvat yang kesemuanya terjadi di sito
plasma sel.
Reaksi oksidasi piruvat hasil glikolisis menjadi atetil koenzim A merupakan
tahap reaksi penghubung yang penting antara glikolisis dengan jalur metabolisme
lingkar asam trikarboksilat (siklus Krebs). Reaksi yang dikatalisis oleh kompleks
Glukosa-1-P
Glukosa-6-P
Fruktosa-6-P
Fruktosa-1,6-diP
Gliseraldehida-3-P
dihidroksi fosfat
1,3-di-P-gliserat
3-P-gliserat
2-P-gliserat
Fosfoenol piruvat
Melalui mitokondria
piruvat
reaksi
pertama
dikatalisis
piruvat
dehidrogenase
yang
Dekarboksilasi piruvat
menghasilkan senyawa -hidroksietil yang terikat pada gugus cincin tiazol dari
tiamin pirofosfat. Pada tahap reaksi kedua, -hidroksietil didehidrogenase menjadi
asetil yang kemudian dipindahkan dari tiamin pirofosfat ke atom S dari koenzim yang
berikutnya, yaitu asam lipoat, yang terikat pada enzim dihidrolipoil transasetilase.
Dalam hal ini gugus disulfida dari asam lipoat diubah menjadi bentuk reduksinya,
yaitu gugus sulfhidril. Pada tahap reaksi ketiga, gugus asetil dipindahkan dengan
perantaraan enzimdari gugus lipoil pada asam dihidrolipoat, ke gugus tiol (sulfhidril
pada koenzim A).
kompleks piruvat dehidrogenase. Pada tahap reaksi keempat, gugus ditiol pada gugus
lipoil yang terikat pada dihidrolipoil transasetilase dioksidasi kembali menjadi bentuk
disulfidanya dengan enzim dihidrolipoil dehidrogenase yang berikatan dengan FAD
(flavin adenin dinukleotida). Pada tahap kelima atau terakhir, FADH2 (bentuk reduksi
dari FAD)
menyajikan ion H+ atau proton dan elektron yang kemudian masuk ke dalam sistem
transport elektron mitokondria. Ion hidrogen dan elektron di pungut oleh molekul
NAD+ (nikotinamid adenin dinukleotid), mereduksi NAD + menjadi NADH. NADH
merupakan pengantara siklus Krebs dan enzim dalam membran dalam mitokondria
yang akan mengangkut elektron melalui sistem sitokrom dari rantai respirasi.
NADH mentransfer proton dan elektron dan terbentuklah FMN (flavin
mononukleotid). Kemudian menurut teori kemiosmotik, MFN mengambil proton
dari bagian dalam membran, hingga tereduksi menjadi FMNH2. Kemudian dua atom
H-nya dilepaskan dan ditransfer ke membran mitokondria eksterior dan dilepas
berupa proton (H+). Pada saat yang sama, dua elektron itu menggabung ke molekul
ubikuinon atau koenzim Q, yang kemudian mengambil atom-atom H. Kemudian
dilepaskanlah satu elektron ke sitokrom C1 dan lainnya ke sitokrom b dari membran
mitokondria. Elektron-elektron kemudia ditransfer ke sitokrom a dan a3, dari sinilah
elektron bergabung dengan atom oksigen dan dua proton untuk membentuk molekul
air.
Dalam urutan oksidasi reduksi yang terjadi di dalam membran serta melintas
membran mitokondria, tiap dua proton yang melintas membran dan masuk, akan
menyebabkan fosfat anorganik melekat pada ADP karena adanya perbedaan potensial
listrik, lalu terbentuklah ATP. Kecepatan reaksi ini akan meningkat oleh adanya
sistem enzim.
Hasil neto dari siklus Krebs serta sistem transport sitokrom adalah untuk
menghasilkan tiga ATP lebih banyak dari ADP untuk tiap pasang atom H yang
dilepaskan selama siklus tersebut, dan hal ini terjadi melalui fosforilasi oksidatif. Di
sini juga dihasilkan tiga molekul CO2 dan tiga molekul H2O.
Karena ada dua molekul piruvat yang terbentuk dari tiap molekul glukosa,
siklus Krebs bekerja dua kali untuk tiap molekul glukosa yang dipecahkan. Oleh
karena itu, pada dasarnya akan diperoeleh empat pasang atom hidrogen untuk tiap
siklus. Dua siklus akan menghasilkan 8 x 3 = 24 ATP, dan dua ATP neto dari
glikolisis, ditambah empat ATP lagi dari pembentuk FAD yang tereduksi selama
siklus Krebs. Di samping itu juga dua lagi ATP dari fosforilasi oksidatif pada tingkat
substrat, yang kesemuanya menjadi 32 ATP, enam lagi masih mungkin dari generasi
glikolitik dari NADH2.
Jadi dapat dinyatakan 38 molekul ATP dihasilkan dari degradasi satu molekul
glukosa. ATP yang terbentuk itu merupakan sumber energi yang siap untuk tiap
kegiatan biologi termasuk kontraksi otot, sekresi kelenjar, konduksi saraf, absorpsi
aktif dan transport membran. Secara keseluruhan siklus Krebs dapat dilihat pada
Gambar 6.3.
Asetil KoA
KoA-SH
H2O
Sitrat
NADH + H+
Oksaloasetat
H2O
NAD+
Cis-aconitat
Malat
H2O
SIKLUS
KREBS
H2O
Fumarat
NAD+
Isositrat
NADH + H+
-ketoglutarat
FADH+
NAD+
NADH + H+
FAD
Suksinil KoA
Suksinat
H2O
PI
GDP + Pi
GTP
CO2 + 2H
CO2
Secara
Glikogen
Uridin difosfat glukosa
Glukosa
Glukosa-1-P
Glukosa-6-P
Fruktosa-6-P
Asetil KoA
Fruktosa-1,6-diP
KoA-SH
Gliseraldehida-3-P
dihidroksi fosfat
H2O
Sitrat
1,3-di-P-gliserat
NADH + H
Oksaloasetat
H2O
3-P-gliserat
NAD
Cis-aconitat
H2O
Malat
SIKLUS
KREBS
2-P-gliserat
Fosfoenol piruvat
H 2O
Isositrat
NAD+
Fumarat
NADH + H
CO 2
-ketoglutarat
piruvat
FADH
NAD
NADH + H
Suksinil KoA
CO2
Suksinat
CO2 + 2H
HO
FAD
GDP + Pi
Pi
H2O
GTP
pemecahan ikatan fosfat berenergi tinggi, yaitu terhidrolisisnya ATP menjadi AMP +
PPi dan terurainya PPi menjadi 2 Pi oleh enzim pirofosfattase. Dengan demikian
untuk menggiatkan satu molekul asam lemak dalam tahap reaksi ini, digunakan
energi yang didapatkan dari pemecahan dua ikatan fosfat berenergi tinggi dari satu
molekul ATP. Tahap reaksi kedua, palmitoil koenzim A diangkut dari sitoplasma ke
dalam mitokondria dengan bantuan molekul pembawa yaitu karnitin yang terdapat
dalam membran mitokondria.
Reaksi tahap ketiga adalah proses dehidrogenasi palmitoil koenzim A yang
telah berada di dalam mitokondria dengan enzim asil koenzim A dehidrogenase yang
menghasilkan senyawa enoil koenzim A.
Biosintesis ini
berlangsung melalui mekanisme yang dalam beberapa hal berbeda dengan oksidasi
asam lemak.
utama. Tahap pertama pembentukan malonil koenzim A dari asetil koenzim A. Tahap
kedua adalah pemanjangan rantai asam lemak sampai terbentuknya asam palmitat
secara kontinu dengan tiap kali penambahan malonil keenzim A dan pelepasan CO 2.
Tahap ketiga adalah pemanjangan rantai asam palmitat secara bertahap bergantung
pada keadaan dan komposisi faktor penunjang reaksi dalam sel.
Tahap pertama dimulai dengan reaksi antara asetil koenzim A dengan gugus
SH (sulfhidril) dari molekul ACP (acyl carrier protein) merupakan reaksi pemul
dalam mekanisme biosintesisi asam lemak. Reaksi ini dikatalisis oleh salah satu dari
enam enzim sintetase kompleks, ACP-asiltransferase, dengan persamaan reaksi :
ATP
CoASH
AMP
PPi
(1)
Asam lemak
Tiokinase
(2)
Palmitoil-CoA dehidrogenase
FADH
Enoil koenzim
H2O
A
(3)
Enoil hidrase
Hidroksiasil koenzsim A
NAD
Asetil KoA
Hidroksisiasil dehidrogenase
(4)
KoA-SH
NADH + H
Ketoasil koenzim A
H2O
CoASH
Sitrat
NADH + H
(5)
Oksaloasetat
Tiolase
NAD+
H2O
Cis-aconitat
H2O
Malat
SIKLUS
KREBS
H2O
NAD+
Fumarat
Isositrat
NADH + H+
-ketoglutarat
FADH+
NAD+
+
NADH + H
Suksinil KoA
CO2
Suksinat
CO2 + 2H
HO
FAD
GDP + Pi
Pi
H 2O
GTP
CO 2
Asetil-S-CoA + ACP-SH
asetil-S-ACP + CoA-SH
ACP-SH + asetil-S-sintase
Dengan telah terikatnya gugus asetil pada enzim pertama dari enam enzim
kompleks sintetase asam lemak tersebut, dapatlah dimulai mekanisme pemanjangan
rantai asam lemak dengan penambahan dua atom karbon pada malonil koenzim ,
secara berturut-turut sampai terbentuknya asam palmitat.
Tahap kedua adalah reaksi kondensasi pembentukan aseasetil-S-AC. Reaksi
kondensasi didahului dengan reaksi pembentukan malonil-S-ACP dari malonil-SCoA, yaitu pemindahan gugus malonil dari ACP ke CoA. Reaksi ini dikatalisis oleh
enzim ACP-malonil-transferase :
Malonil-S-CoA + ACP-SH
malonil-S-ACP + CoA-SH
(malonil koenzim A)
(koenzim A)
Reaksi berikutnya adalah kondensasi antara asetil-S-sintase dengan malonil-SACP menghasilkan asetoasetil-S-ACP.
ketoasil-ACP-sintase dan laju reaksinya didorong oleh terlepasnya CO2 dari malonilS-ACP, yaitu reaksi eksergonik dekarboksilasi gugus malonil, yang memberikan
dorongan termodinamik ke arah pembentukan aseto-asetil-S-ACP.
Pada tahap ketiga ini, terdapat dua reaksi reduksi asetoasetil-S-ACP. Pada
reaksi reduksi yang pertama, aseoasetil-S-ACP diredukis dengan NADPH dan enzim
beta-ketoasil-ACP-reduktase
menghasilkan
D--hidroksibutiril-S-ACP,
yang
reduksi yang pertama, reaksi ini menggunakan NADPH-NADP + (bukan NADHNAD+ seperti yang dipakai pada proses oksidasi asam lemak) sebagai sistem
koenzimnya .
Dengan terbentuknya butiril-ACP, selesailah satu dari tujuh daur yang
dilakukan oleh enzim kompleks sintetase untuk menghasilkan palmitoil-CoA. Untuk
memulai daur yang berikutnya, gugus butiril dipindahkan dari ACP ke enzim ketoasil-ACP-sintase dan ACP mengambil satu gugus malonil dari molekul malonil
Co-A yang lainnya.
Gambar 6.6
Komponen
Tempat
Oksidasi
Mitokondria
Biosintesis
Sitoplasma
2.
3.
Sistem pembawa
Molekul pemanjang rantai
4.
CoA
Asetil-CoA (beratom karbon
dua)
NAD+/NADH & FAD/FADH2
ACP
Malonil-CoA (beratom karbon
tiga)
NADPH/NADP+
CO2
CH3CO
ACP-SH
SCoA
asetil-CoA
HOOCCH2CO
SCoA
malonil-CoA
ACP-SH
ACP-malonil
transferase
ACP-asiltransferase
CoASH
CH3CO
Sintase-SH
ACP-SH
CH3CO
CoASH
HOOCCH2CO S
ACP
sintase
ACP
Sintase-SH
CH3
COOH
CH
CO2
CO
NADPH + H+
NADP+
OH
CH3
ACP
-ketoasil-ACP reduktase
O
CH2 C
S
ACP
-hidroksibutiril-S-ACP
enoill-ACP hidratase
H2O
enoill-ACP reduktase
CH3COCH2CO S ACP
Asetoasetil-S-ACP
CH3CH
NADPH + H+
CH2
CO
S ACP
Krotonil-ACP
CH3(CH2)13CH2COOH
asam palmitat
CoA-SH
NADP
CH3CH2CH2
CO
S ACP
CH3(CH2)13CH2
Butiril-ACP
Palmitoil-CoA
Reaksi diulangi mulai dari
tahap reaksi dengan sintase-SH
sampai dengan reaksi enoil-ACP reduktase
Diulangi sampai 6 kali
CH3(CH2)13CH2 CO
S ACP
Palmitoil-ACP
Gambar 6.6.
CO
SCoA
CoA-SH
ACP-SH
komponen struktural, dan protein darah dari sel-sel badan dan jaringan. Metabolisme
energi yang berasal dari protein didahului dengan degradasi protein menjadi asamasam amino.
deaminasi oksidatif di sel-sel hati. Hasil deaminasi akan masuk dalam siklus Krebs
guna pembentukan energi, atau melalui piruvat dan asetil koenzim A sebelum masuk
siklus Krebs.
Kerangka karbon dari asam-asam amino alanin, sistein, sistin, glisin, treonin,
serin dan hidroksiprolin diubah menjadi piruvat. Pembentukan piruvat dari glisin
dapat terjadi dengan konversi menjadi serin yang dikatalisis oleh enzim serin
hidroksimetiltransferase.
Reaksi alanin transaminase dan serin dehidratase, keduanya memerlukan
piridoksal fosfat sebagai koenzim. Reaksi serin dehidratase berlangsung melalui
pembuangan H2O dari serin, membentuk suatu asam amino tidak jenuh. Kemudian
disusun kembali menjadi asam -amino yang terhidrolisis spontan menjadi piruvat
dan amonia.
Jalan katabolik utama dari sistin adalah konversi menjadi sistein yang
dikatalisis oleh enzim sistin reduktase.
katabolisme sistein.
Sistein dikatabolisme melalui dua jalan katabolisme utama yaitu jalan oksidasi
langsung (sistein sulfinat) dan jalan transaminasi (3-merkaptopiruvat). Kedua jalan
tersebut memerlukan enzim transaminase.
Treonin dibelah menjadi asetaldehida dan glisin oleh treonin aldolase.
Kemudian asetaldehida membentuk asetil koenzim A, sementara glisin sudah
dibicarakan diatas.
Tiga dari lima karbon 4-hidroksi-L-prolin dikonversi menjadi piruvat, dua
sisanya membentuk glikosilat. Kemudian tahap akhir reaksi melibatkan aldolase
yang memecah hidroksiprolin menjadi piruvat dan glioksilat.
Semua asam amino yang membentuk piruvat dapat dikonversi menjadi asetil
koenzim A. Disamping itu ada lima asam amino yang membentuk asetil koenzim A
tanpa membentuk piruvat lebih dahulu.
mengkonversi tirosin menjadi fumarat dan asetoasetat, yaitu (1) transaminasi menjadi
p-hidroksifenilpiruvat, (2) oksidasi dan migrasi sekaligus dari rantai samping 3karbon dan dekarboksilasi yang membentuk homogentisat, (3) oksidasi homogentisat
menjadi
maleilasetoasetat,
(4)
isomerasi
maleiasetoasetat
menjadi
inkorporasi
atom
oksigen
yang
membentuk
N-formilkinurenin.
Oksigenasenya adalah metaloprotein besiforfirin. Pengeluaran gugus formil dari Nformilkinurenin secara hidrolitik dikatalisis oleh kinurenin formilase yang
menghasilkan kinurenin. Kemudian dideaminasi dengan transaminase gugus amino
rantai samping ke ketoglutarat. Metabolisme lebih lanjut dari kinurenin melibatkan
konversi menjadi 3-hidroksikinurenin. Kinurenin dan hidroksikinurenin dikonversi
menjadi hidroksiantranilat oleh enzim kiruneninase suatu enzim piridoksal fosfat.
Leusin sebelum diubah menjadi asetil koenzim A diubah dahulu menjadi asetoasetat,
sama dengan pengubahan tirosin.
Suksinil koenzim A merupakan hasil akhir amfibolik dari katabolisme
metionin, isoleusin dan valin yang hanya sebagian rangka dikonversi. Empat per
lima karbon valin, tiga per lima karbon metionin dan setengah karbon isoleusin
membentuk suksinil koenzim A. l-metionin berkondensasi dengan ATP membentuk
S-adenosilmetionin atau "metionin aktif". Pengeluaran gugus metil membentuk Sadenosil-homosistein. Hidrolisis ikatan S-Peserta menghasilkan L-homosistein dan
adenosin.
memisah dan masing-masing rangka asam amino mengikuti jalan unik menjadi zat
antara amfibolik.
Kerangka karbon dari asam-asam amino glutamin, glutamat, arginin, histidin,
dan prolin memasuki siklus Krebs melalui -ketoglutarat. Katabolisme glutamin dan
glutamat berlangsung dengan bantuan enzim glutaminase dan transaminase.
Prolin dioksidasi menjadi dehidroprolin yang dengan penambahan air akan
membentuk glutamat -semialdehida. Selanjutnya dioksidasi menjagi glutamat dan
ditransaminasi menjadi -ketoglutarat. Arginin dan histidin juga membentuk ketoglutarat, satu karbon dan baik 2 (histidin) maupun 3 (arginin) pertama-tama harus
dikeluarkan dari asam amino 6 karbon ini. Arginin hanya membutuhkan hanya satu
langkah yaitu pengeluaran gugus guanidino secara hidrolisis yang dikatalisis oleh
arginase yang menghasilkan ornitin. Ornitin mengalami transaminasi gugus -amino,
membentuk glutamat -semialdehida, yang dikonversi menjadi -ketoglutarat.
Bagi histidin, pengeluaran karbon dan nitrogen yang berlebih membutuhkan
empat reaksi.
Konversi urokanat
Alanin
Triptofan
Sistin
Glisin
Treonin
Serin
Hidroksiprolin
Glutamat
Arginin
Glutamin
Glutamat
Histidin
Prolin
-ketoglutarat
Sitrat
Suksinil KoA
Piruvat
Siklus Krebs
Asetil KoA
Oksaloasetat
Fumarat
Metionin
Isoleusin
Valin
Isoleusin
Leusin
Triptofan
Asetoasetil KoA
Fenilalanin
Tirosin
Aspartat
Tirosin
Fenilalanin
Triptofan
Lisin
Leusin
Asparagin
Karbohidrat
Lemak
Glukosa
Protein
Asam lemak
Asam amino
Asetil KoA
KoA-SH
H2O
Sitrat
NADH + H
Oksaloasetat
H2O
NAD+
Cis-aconitat
H2O
Malat
SIKLUS
KREBS
H2O
NAD+
Fumarat
Isositrat
NADH + H+
-ketoglutarat
FADH+
NAD+
+
NADH + H
Suksinil KoA
CO2
Suksinat
CO2 + 2H
HO
FAD
GDP + Pi
Pi
H 2O
GTP
CO 2
BAB VII
KEBUTUHAN NUTRISI BAGI IKAN
Pada akhir pokok bahasan ini pembaca diharapkan mampu :
1. Menjelaskan kebutuhan energi dari karbohidrat bagi ikan dan pengertian
karbohidrat
2. Menjelaskan proses pencernaaan dan penyerapan karbohidrat
3. Menjelaskan kebutuhan energi dari lemak bagi ikan dan macam-macam asam
lemak
4. Menjelaskan proses pencernaan dan penyerapan lemak
5. Menjelaskan kebutuhan energi dari protein bagi ikan dan macam-macam asam
amino
6. Menjelaskan proses pencernaan dan penyerapan protein
7. Menjelaskan kebutuhan mineral dan vitamin bagi ikan
7.1. Kebutuhan Energi pada Ikan
7.1.1. Kebutuhan energi dari karbohidrat
7.1.1.1. Pengertian karbohidrat
Karbohidrat mempunyai komposisi kimia yang mengandung C, H dan O.
Semakin kompleks susunan komposisi kimia, maka akan semakin sulit dicerna.
Hidrogen dan oksigen biasanya berada dalam rasio yang sama seperti yang terdapat
dalam molekul air yaitu H2O (2H dan 1O). Klasifikasi karbohidrat menurut urutan
kompleksitas terdiri dari monosakarida, disakarida, trisakarida dan polisakarida.
Monosakarida atau gula sederhana yang penting mencakup pentosa (C 5H10O5)
yaitu gula dengan 5 atom C dan heksosa (C6H12O6). Pentosa terdapat di alam dalam
jumlah sedikit. Pentosa dapat dihasilkan melalui hidrolisis pentosan yang terdapat
dalam kayu, janggel jagung, kulit oil, jerami. Pentosa terdiri dari arabinosa, ribosa,
dan xilosa.
fruktosa dengan ikatan (1- 5) yang dikenal sebagai gula dalam kehidupan seharihari. Sukrosa umumnya terdapat dalam gula tebu, gula bit serta gula mapel. Maltosa
merupakan gabungan glukosa dan glukosa dengan ikatan (1 -4). Maltosa terbentuk
dari proses hidrolisa pati. Laktosa (gula susu) terbentuk dari gabungan galaktosa dan
glukosa dengan ikatan (1 - 4). Selubiosa merupaka gabungan dari glukosa dan
glukosa dengan ikatan (1 - 4). Selubiosa adalah sakarida yang terbentuk dari
sesulosa sebagai hasil kerja enzim selulose yang berasal dari mikroorganisme.
Trisakarida terdiri dari melezitosa dan rafinosa. Rafinosa terdiri dari masingmasing satu molekul glukosa, galaktosa dan fruktosa. Dalam jumlah tertentu terdapat
dalam gula bit dan biji kapas. Melezitosa terdiri dari dua molekul glukosa dan satu
molekul fruktosa.
Polisakarida tersusun atas sejumlah molekul gula sederhana. Kebanyakan
polisakarida berbentuk heksosan yang tersusun dari gula heksosa, tetapi ada juga
pentosan yang tersusun oleh gula pentosa, disamping juga ada yang dalam bentuk
campuran yaitu kitin, hemiselolusa, musilage dan pektin.
Polisakarida heksosan
merupakan komponen utama dari zat-zat makanan yang terdapat dalam bahan asal
tanaman. Heksosan terdiri dari selulosa, dekstrin, glikogen, inulin dan pati. Pati
terdiri dari amilosa [ikatan (1 - 4)] dan amilopektin [ikatan (1 - 4) dan (1 6)]. Pati merupakan persediaan utama makanan pada kebanyakan tumbuh-tumbuhan,
apabila terurai akan menjadi dekstrin [glukosa, ikatan (1 - 4) dan (1 - 6)],
kemudian menjadi maltosa dan akhirnya menjadi glukosa.
energi yang sangat baik bagi ikan. Selulosa [glukosa, ikatan (1 - 4)] menyusun
sebagian besar struktur tanaman, sifatnya lebih kompleks dan tahan terhadap hidrolisa
dibandingkan dengan pati.
hewan berada dalam bentuk glikogen [glukosa, ikatan (1 - 4) dan (1 - 6)] yang
terdapat dalam hati dan otot. Glikogen larut dalam air dan hasil akhir hidrolisa adalah
glukosa. Glikogen dan pati merupakan bentuk simpan atau cadangan untuk gula.
Inulin [fruktosa, ikatan (2 - 1)] adalah polisakarida yang apabila dihidrolisa akan
dihasilkan fruktosa.
khususnya dalam tanaman yang disebut artichke Yerusalem (seperti tanaman bunga
matahari). Inulin digunakan untuk pengujian clearance rate pada fungsi ginjal karena
zat tersebut melintas dengan bebas melalui glomerulus ginjal dan tidak di sekresi atau
diserap oleh tubuh ginjal. Kitin merupakan polisakarida campuran yang terdapat
dalam eksoskeleton (kulit yang keras) pada berbagai serangga.
7.1.1.2.
laktosa dirombak oleh enzim-enzim khusus yaitu maltase, sekrase dan laktase.
Enzim-enzim ini dan enzim-enzim yang lain yang dihasilkan oleh sel-sel usus tidak
sepenuhnya terdapat dalam keadaan bebas di dalam rongga usus. Hal ini terbukti
karena ekstrak bebas sel dari cairan usus hanya mengandung sedikit enzim tersebut.
terutama dalam sel-sel hati dan otot. Pada waktu melalui hati, kelebihan gula yang
diserap dari usus diambil oleh sel hati dan diubah menjadi glikogen. Hormon insulin
yang dihasilkan oleh kelompok-kelompok sel endokrin pankreas, yaitu pulau
Langerhans, mengontrol pengambilan glukosa oleh sel-sel dan sintesis glikogen.
Peningkatan gula dalam darah merangsang sel-sel pankreas untuk memproduksi
insulin. Insulin diangkut melalui darah ke seluruh tubuh tempat zat ini merangsang
sintesis glikogen dalam sel otot dan hati. Reaksi kebalikannya, yaitu perombakan
glikogen menjadi glukosa diatur oleh enzim pankreas, glukagon, dan oleh epinefrin.
Tetapi sel-sel otot tidak mempunyai enzim untuk mengubah glukosa-6-fosfat menjadi
glukosa, sehingga glikogen otot hanya dapat dipergunakan sebagai penimbunan
energi untuk sel otot.
Setelah proses penyerapan melalui dinding usus halus, sebagian besar
monosakarida dibawa oleh aliran darah ke hati.
mengalami proses sintesis menghasilkan glikogen, oksidasi menjadi CO2 dan H2O,
atau dilepaskan untuk dibawa dengan aliran darah ke bagian tubuh yang
lemak dengan karbohidrat yang mengandung nitrogen tetapi tidak mengandung asam
fosfat. Lipid campuran lain seperti sulfolipid dan aminolipid. Lipoprotein juga dapat
ditempatkan dalam katagori ini.
mengandung atom karbon genap (karena disintesis dari dua unit karbon) dan
merupakan derivat berantai lurus. Rantai dapat jenuh (tidak mengandung ikatan
rangkap) dan tidak jenuh (mengandung satu atau lebih ikatan rangkap).
Asam-asam lemak tidak jenuh mengandung lebih sedikit dari dua kali jumlah
atom hidrogen sebagai atom karbon, serta satu atau lebih pasangan atom-atom karbon
yang berdekatan dihubungkan oleh ikatan rangkap. Asam lemak tidak jenuh dapat
dibagi menurut derajad ketidakjenuhannya, yaitu asam lemak tak jenuh tunggal
(monounsaturated, monoetenoid, monoenoat), asam lemak tak jenuh banyak
(polyunsaturated, polietenoid, polienoat) yang terjadi apabila beberapa pasang dari
atom karbon yang berdekatan mengandung ikatan rangkap dan eikosanoid.
Eikosanoid adalah senyawa yang berasal dari asam lemak eikosapolienoat, yang
mencakup prostanoid dan leukotrien (LT). Prostanoid termasuk prostaglandin (PG),
prostasiklin (PGI) dan tromboxan (TX).
Eikosanoid adalah senyawa yang berasal dari asam lemak eikosapolienoat, yang
mencakup prostanoid dan leukotrien (LT). Prostanoid termasuk prostaglandin (PG),
prostasiklin (PGI) dan tromboxan (TX).
dengan longgar termasuk semua prostanoid. Contoh asal lemak tidak jenuh dapat
dilihat pada Tabel 7.1.
Tabel 7.1. Asam-asam lemak tidak jenuh
Asam-asam lemak
Formula
Palmitoleat (heksadesenoat)
Oleat (oktadesenoat)
Linoleat (oktadekadienoat)
Linolenat (oktadekatrienoat)
Arakidonat (eikosatetrienoat)
Klupanodonat (dokosapentaenoat)
C16H30O2
C18H34O2
C18H32O2
C18H30O2
C20H32O2
C22H34O2
Cair
Cair
Cair
Cair
Cair
Cair
Asam lemak jenuh mempunyai atom hidrogen dua kali lebih banyak dari atom
karbonnya, dan tiap molekulnya mengandung dua atom oksigen. Asam lemak jenuh
mengandung semua atom hidrogen yang mungkin, dan atam karbon yang berdekatan
dihubungkan oleh ikatan valensi tunggal.
Anggota-
anggota lebih tinggi lainnya dari rangkaian ini terdapat khususnya dalam lilin.
Beberapa asam lemak berantai cabang juga telah diisolasi dari sumber tumbuhtumbuhan dan binatang. Asam-asam lemak jenuh memiliki titik cair yang lebih tinggi
dibandingkan dengan asam yang tidak jenuh, untuk atom C yang sama banyaknya.
Rantai asam lemak jenuh yang lebih panjang, titik cairnya lebih tinggi dibandingkan
dengan yang rantainya lebih pendek. Contoh asam-asam lemak jenuh dapat dilihat
pada Tabel 7.2.
Tabel 7.2. Asam-asam lemak jenuh
Asam-asam lemak
Butirat (butanoat)
Kaproat (hexanoat)
Kaprilat (oktanoat)
Kaprat (dekanoat)
Laurat (dodekanoat)
Miristat (tatradekanoat)
Palmitat (heksadekanoat)
Stearat (oktadekanoat)
Arakidat (eikosanoat)
Lignoserat (tatrakosanoat)
Formula
C4H8O2
C6H12O2
C8H16O2
C10H20O2
C12H24O2
C14H28O2
C16H32O2
C18H36O2
C20H40O2
C24H48O2
duodenum,
maka
mukosa
duodenum
akan
menghasilkan
hormon
sendiri, tetapi juga memungkinkan lemak untuk tinggal lebih lama dalam duodenum
tempat zat tersebut dipecah oleh garam-garam empedu dan lipase.
Lemak yang diemulsikan oleh garam empedu dirombak oleh esterase yang
memecah ikatan ester yang menghubungkan asam lemak dengan gliserol. Lipase,
yang sebagian besar dihasilkan oleh pankreas, meskipun usus halus juga
menghasilkan sedikit, merupakan esterase utama pada ikan. Garam-garam empedu
mengemulsikan butir-butir lemak menjadi butir yang lebih kecil lagi, yang kemudian
dipecah lagi oleh enzim lipase pankreatik menjadi digliserida, monogliserida, asamasam lemak bebas (FFA = free fatty acid) dan gliserol.
Garam-garam empedu
Garam-garam
empedu (garam natrium dan kalium) dari asam glikokolat dan taurokolat adalah
unsur-unsur terpenting dari cairan empedu, karena unsur-unsur itulah yang berperan
dalam pencernaan dan penyerapan lemak. Trigliserida di dalam chyme duadenum
cenderung untuk menggumpal bersama-sama sebagai kelompok atau gugus asam
lemak berantai panjang yang tidak larut dalam air.
penyerapam vitamin yang larut dalam lemak, serta membantu kerja lipase pankreatik.
Garam-garam empedu adalah garam-garam basa, oleh karana itu dapat membentu
juga dalam menciptakan suasana yang lebih alkalis dalam chyme intestinal agar
absorpsi berlangsung dengan lancar.
berasal dari pembentukan di dalam hati maupun dari bahan yang dikonsumsi.
Kolesterol tidak larut dalam air, tetapi garam-garam empedu dan lesitin
menyebabkannya menjadi bentuk yang mudah larut sehingga kolesterol itu dapat
berada di dalam cairan empedu.
Sekresi garam-garam empedu dari hati tergantung pada konsentrasi garam
empedu yang terdapat di dalam darah yang melewati hati. Dengan meningkatnya
konsentrasi plasma dari garam-garam empedu yang terjadi selama pencernaan
(karena garam-garam empedu diserap kembali dari usus halus ke vena porta hati
menuju kembali ke hati), kemudian laju sekresi dari hati akan meningkat. Garamgaram empedu secara langsung merangsang sel-sel sekretoris. Sekresi larutan alkalis
dari empedu tergantung pada sekresi gastrin dari daerah antral lambung, dan
tergantung juga pada laju sekresi kolesistokinin dan sekretin dari sel-sel mukosa
duadenal.
makanan, meningkatlah sekresi larutan empedu dari hati. Sekretin itu efektif sekali
dalam meningkatkan sekresi.
Absorpsi lemak dan asam lemak merupakan masalah khusus, karena tidak
seperti hasil akhir pencernaan, zat-zat ini tidak larut dalam air. Penyerapan zat ini
dipermudah oleh kombinasi dengan garam empedu, karena kombinasi ini merupakan
suatu kompleks (misal/micelle) yang larut dalam air. Garam empedu itu kemudian
dibebaskan dalam sel mukosa dan dipergunakan lagi, dan asam lemak serta gliserol
bersenyawa dengan fosfat untuk membentuk fosfolipid. Fosfolipid ini kemudian
distabilisasi dengan protein dan dilepaskan dalam sistem getah bening sebagai globulglobul kecil yang disebut kilomikron yang kemudian di bawa ke aliran darah.
Ketika telah berada di dalam sel-sel epitel, terjadilah resintesis menjadi
trigliserida, dan kemudian dilepaskan ke dalam limfatik lakteal melalui emiositosis
jumlah besar oleh depo lemak dalam tubuh dan diperkirakan bahwa sebagian besar
dari lemak yang dihidrolisis secara cepat diabsorpsi dan disusun kembali oleh
jaringan ini. Lemak yang ditimbun dalam hati atau jaringan adiposa senantiasa
mengalami perombakan dan resintesis, meskipun jumlah keseluruhan yang disimpan
hanya berubah sedikit selama jangka waktu yang lama.
7.1.3.
Energi untuk hidup pokok meliputi kebutuhan untuk metabolisme basal dan aktifitas
normal. Kebutuhan energi untuk hidup pokok harus terpenuhi dahulu sebelum ikan
menggunakan energi untuk produksi.
deposit lemak yang besar yang dapat menjadi tak diinginkan dalam pakan ikan.
Nilai rasio protein-energi pada ikan lebih tinggi dibandingkan dengan rasio
protein energi pada ikan ataupun ikan lainnya. Alasan tingginya rasio ini adalah
bukan karena ikan mempunyai kebutuhan protein yang lebih tinggi tetapi ikan
membutuhkan energi yang lebih rendah untuk hidup pokok dan sintesa asam urat.
Sejak lemak digunakan sebagai sumber utama energi non protein dalam pakan
ikan salmon, rasio protein-energi diijinkan untuk pakan tersebut yang kadang-kadang
dilaporkan sebagai rasio protein-lemak. Kombinasi optimum untuk pertambahan
bobot badan ikan rainbow trout adalah 35 36% protein dan 15 16% lemak.
Bagaimanapun beberapa faktor yang signifikan mempengaruhi keseimbangan
energi ikan seperti komposisi pakan, rataan pemberian pakan dan komposisi
pertambahan bobot badan. Jadi pendekatan untuk mengkalkulasi kebutuhan energi
untuk produksi harus digunakan secara hati-hati sampai informasi yang cukup dapat
tersedia untuk menyusun budget energi yang dapat diandalkan untuk variasi kondisi
produksi pada spesies aquacultur spesifik. Rasio protein-DE (mg/kcal) untuk bobot
badan maksimum pada beberapa spesies sudah diteliti sebagaimana tercantum dalam
tabel 7.3.
Spesies
Digestible
protein (DP)
(%)
22.2
28.8
27.0
27.0
24.4
31.5
31.5
30
31.5
33
42
1.
Channel catfish
2.
3.
4.
5.
6.
Red drum
Hybrid bass
Nile tilapia
Common carp
Rainbow trout
7.2.
Digestible
energy (DE)
(kcal/g)
2.33
3.07
2.78
3.14
3.05
3.20
2.80
2.90
2.90
3.60
4.10
Final
(DP/DE)
(mg/kcal)
95
94
97
86
81
98
112
103
108
92
105
Bobot badan
(g)
526
34
10
266
600
43
35
50
20
90
94
dari Karbon, Hidrogen, Oksigen, Nitrogen, Sulfur dan Fosfor. Ciri khusus protein
adalah adanya kandungan Nitrogen.
diklasifikasikan dalam tiga bagian, yaitu: protein berbentuk bulat, serat dan gabungan
keduanya.
Protein berbentuk bulat (globular), diantaranya adalah : (1) albumin adalah
protein yang larut dalam air dan menggumpal apabila terkena panas. Umumnya
albumin menjadi komponen pada albumin telur, albumin serum, leucosin pada
gandum dan legumelin pada kacang-kacangan; (2) globulin umumnya tidak larut
dalam air tetapi larut dalam asam kuat dan menggumpal apabila terkena panas.
Globulin terdapat sebagai komponen globulin serum, fibrinogen, myosinogen, edestin
pada biji hemp, legumin pada kacang-kacangan, concanavalin pada jack bean dan
excelsin pada kacang Brazil. (3) glutelin tidak larut dalam air dan pelarut netral,
tetapi lebih cepat larut dalam larutan asam atau basa. Contoh yang umum terdapat
pada glutelin pada jagung yang lisinnya tinggi, dan oxyzenin pada padi, (4) prolamin
atau gliadin adalah protein sederhana yang larut dalam 70 sampai dengan 80 persen
etanol tetapi tidak larut dalam air, alkohol dan pelarut netral. Contohnya terdapat
pada zein dalam jagung dan gandum, gliading pada gandum dan rye serta hordein
pada barley, (5) histon adalah protein dasar yang larut dalam air, tetapi tidak larut
dalam larutan amonia. Histon sebagian besar bergabung dengan asam nukleat pada
sel makluk hidup. Contoh yang umum adalah globin pada hemoglobin dan scombron
pada spermatozoa mackerel, dan (6) protamin adalah molekul dengan bobot rendah
pada protein, larut dalam air, tidak menggumpal terkena panas berbentuk garam
stabil.
Contohnya adalah salmine dari sperma ikan salmon, sturine dari ikan
sturgeon, clupeine dari ikan herring, dan scombrine dari ikan mackerel. Protamin
umumnya bersatu dengan asam nukleat dalam sperma ikan. Protein berbentuk serat
(fibrous), diantaranya adalah: (1) kolagen adalah protein utama pada jaringan
penghubung skeletal. Umumnya collagen tidak larut dalam air dan tahan pada enzim
pencernaan hewan, tetapi berubah cepat dalam bentuk larutan, dalam bentuk gelatin
lebih mudah dicerna apabila dipanaskan dalam air atau larutan asam atau basa.
Kolagen mempunyai karakteristik struktur asam amino unik diantaranya adalah
hidroksiprolin yang molekulnya besar, hidroksilisin sistein, sistin dan triptofan, (2)
elastin adalah protein pada jaringan elastis seperti pada tendon dan arteri. Meskipun
penampakannya sama dengan kolagen, elastin tidak dapat diubah menjadi gelatin, (3)
keratin merupakan protein yang suka dilarutkan dan tidak dapat dicerna. Umumnya
menjadi komponen rambut, kuku, bulu, tanduk dan paruh. Keratin mengadung 14
sampai dengan 15 persen sistin, dan (3) protein gabungan (conjugated) diantaranya
adalah : (1) nuleoprotein adalah satu atau lebih molekul protein yang berkombinasi
dengan asam nukleat, yang dalam sel dikenal sebagai deoksiribonukleatprotein,
ribonukleatprotein ribosom dan lain-lain, (2) mukoid atau mukoprotein, bagian
karbohidrat dalam protein adalah mukopolisakarida yang mengandung N-asetilheksosamin seperti glukosamin atau galaktosamin yang berkombinasi dengan asam
uronik, galakturonik atau asam glukoronik, banyak juga yang mengandung asam
sialik, (3) glikoprotein adalah protein yang mengandung karbohidarat kurang dari 4
persen, sering kali dalam bentuk heksosa sederhana, seperti manosa sebesar 1,7
persen dalam albumin telur, (4) lipoprotein adalah protein larut dalam air yang
bergabung dengan lesitin, cepalin, kolesterol, atau lemak dan fosfolipid lain, dan (5)
kromoprotein adalah kelompok yang mempunyai bentuk karakteristik yang
merupakan gabungan dari protein sederhana dengan kelompok prospetik pewarna.
Komoprotein meliputi hemoglobin, sitokrom, flavoprotein, visual purple pada retina
mata dan enzim katalase.
Berdasarkan kekomplekskan strukturnya, protein dibagi menjadi: (1) protein
sederhana, yaitu protein yang apabila mengalami hidrolisis akan menghasilkan hanya
asam-asam amino atau derivatnya, contohnya adalah: albumin, globulin, glutelin,
albuminoid dan protamin, (2) protein gabungan, yaitu protein sederhana yang
bergabung dengan radikal protein, contohnya adalah: nukleoprotein (protein
bergabung dengan asam nukleat), glikoprotein (protein bergabung dengan zat yang
mengandung gugusan karbohidrat seperti mucin), fosfoprotein (protein bergabung
dengan zat yang mengandung fosfor seperti kasein), hemoglobin (protein bergabung
dengan zat-zat sejenis hematin seperti hemoglobin) dan lesitoprotein (protein
bergabung dengan lesitin, seperti jaringan fibrinogen) dan (3) protein asal, adalah
protein yang terdegradasi yang meliputi protein primer (misal: protean) dan protein
sekunder (misal : proteosa, pepton dan peptida).
Fungsi protein meliputi : (1) struktur penting untuk jaringan urat daging,
tenunan pengikat, kolagen, rambut, bulu, kuku dan bagian tanduk serta paruh, (2)
sebagai komponen protein darah, albumin dan globulin yang dapat membantu
mempertahankan sifat homeostatis dan mengatur tekanan osmosis, (3) terlibat dalam
proses pembekuan darah sebagai komponen fibrinogen, tromboplastin, (4) membawa
oksigen ke sel dalam bentuk sebagai hemoglobin, (5) Sebagai komponen lipoprotein
yang berfungsi mentransportasi vitamin yang larut dalam lemak dan metabolit lemak
yang lain, (6) sebagai komponen enzim yang bertugas mempercepat reaksi kimia
dalam sistem metabolisme dan (7) sebagai nukleoprotein, glikoprotein dan vitellin.
Protein merupakan gabungan asam-asam amino dengan cara ikatan peptida,
yaitu suatu ikatan antara gugus amino (NH2) dari suatu asam dengan gugus karboksil
dari asam yang lain, dengan membebaskan satu molekul air (H 2O). Protein disusun
oleh 22 macam asam amino, tetapi dari ke 22 macam asam amino tersebut yang
berfungsi sebagai penyusun utama protein sebanyak 20 macam. Dari 20 macam asam
amino tersebut ternyata ada sebagian yang dapat disintesis dalam tubuh ikan, sedang
sebagian lainnya tidak dapat disintesis dalam tubuh ikan sehingga harus didapatkan
dari pakan. Asam amino yang harus ada atau harus didapatkan dari pakan disebut
asam amino esensial dalam pakan (dietary essential amino acid atau indespensible
amino acid). Asam amino yang termasuk dalam kelompok ini adalah metionin,
arginin, treonin, triptofan, histidin, isoleusin, leusin, lisin, valin dan fenilalanin.
Asam amino yang dapat disintesis dalam tubuh disebut asam amino non esensial
dalam pakan, tetapi apabila esensial untuk metabolisme maka disebut pula sebagai
asam amino esensial metabolik (metabolic essential amino acid atau dispensible
amino acid). Asam amino yang termasuk kelompok ini adalah : alanin, asam aspartat,
asam glutamat, glutamin, hidroksiprolin, glisin, prolin dan serin. Disamping itu ada
pengelompokan asam amino setengah esensial (semi essential amino acid atau semi
dispensible amino acid) karena asam amino ini hanya dapat disintesis dalam tubuh
dalam jumlah yang terbatas dari substrat tertentu. Asam amino yang termasuk dalam
kelompok ini adalah tirosin, sistin dan hidroksilisin.
7.2.2. Pencernaan dan penyerapan protein
Pencernaan dimulai dengan kontraksi otot proventrikulus yang akan
mengaduk-aduk makanan dan mencampurkannya dengan getah lambung yang terdiri
dari HCl dan pepsinogen (enzim yang tidak aktif).
bercampur dengan empedu yang dihasilkan oleh sel hati. Fungsi empedu adalah
untuk menetralkan kimus yang bersifat asam dan menciptakan pH yang baik (sekitar
6 sampai dengan 8) untuk kerja enzim pankreas dan enzim usus.
Pankreas menghasilkan endopeptidase berupa enzim tripsinogen dan
kimotripsinogen.
diperlukan dalam proses fragmentasi molekul protein. Pepsin hanya memecah ikatan
yang dekat dengan fenilalanin, triptofan, metionin, leusin atau tirosin. Tripsin hanya
memecah ikatan yang dekat dengan arginin atau lisin dan kimotripsin akan memecah
ikatan yang dekat dengan asam amino aromatik, atau metionin. Eksopeptidase yang
terdiri dari karboksipeptidase dan aminopeptidase yang disekresikan oleh pankreas
dan usus halus akan bekerja pada ikatan peptida terminal, dan memisahkan asam
amino satu demi satu. Karboksipeptidase memecah asam amino terminal dengan
Eksopeptidase usus
terdapat juga pada permukaan membran sel absorpsi dari vilus dan sel-sel yang sama
ini juga merupakan tempat absorpsi asam amino. Beberapa hasil penelitian
menunjukkan bahwa asam-asam amino L-isomer lebih siap diabsorpsi dibandingkan
dengan asam-asam amino D-isomer. Perbedaan ini ditandai dengan tingkat absorpsi
diantara asam-asam amino itu sendiri.
tergantung pada berat molekul, tetapi asam amino dengan ujung rantai non polar
seperti metionin, valin, dan leusin lebih siap diabsorpsi dibandingkan dengan asam
amino dengan rantai polar.
U
Fenilalani
n
Fenilalani
n
Leusin
Leusin
Leusin
Leusin
Leusin
Leusin
Isoleusin
Isoleusin
Isoleusin
Middle base
C
A
Serin
Tirosin
G
Sistin
3'OH terminal
base
U
Serin
Tirosin
Sistin
Serin
Serin
Prolin
Prolin
Prolin
Prolin
Treonn
Treonn
Treonn
Terminal
Terminal
Histidin
Histidin
Glutamin
Glutamin
Asparagin
Asparagin
Lisin
Terminal
Triptofan
Arginin
Arginin
Arginin
Arginin
Serin
Serin
Arginin
A
G
U
C
A
G
U
C
A
Metionin
fMetionin
Valin
Treonn
Lisin
Arginin
Alanin
Glisin
Valin
Alanin
Glisin
Valin
Alanin
Glisin
Valin
Alanin
Asam
aspartat
Asam
aspartat
Asam
glutamat
Asam
glutamat
Glisin
fMetionin
Permukaan P (P site) akan tepat berada pada fMet-tRNA fMet , sedangkan
permukaan A (A site) akan berhadapan dengan kodon yang ada di hilir kodon awal.
Permukaan A siap menerima tRNA yang cocok, yaitu yang mempunyai antikodon
yang antiparalel terhadap kodon pada permukaan tersebut.
Bila sudah
terdapat tRNA yang cocok pada permukaan P (yaitu fMet-tRNA fMet ) maka akan
dibentuk ikatan polipeptida, yaitu dengan melepaskan asam amino yang terdapat pada
permukaan P dan mengaitkannya pada ujung -NH3+ asam amino pada permukaan A.
Tugas pembentukan ikatan peptida dilakukan oleh enzim peptide transferase. Setelah
ikatan peptida terbentuk, ribosom akan bergesar satu kodon ke arah ujung 3' OH
mRNA. Transfer RNA yang asalnya terdapat pada permukaan A akan pindah ke
permukaan P, dan tRNA yang asalnya berada pada permukaan P akan keluar bebas
dalam sitoplasma. Permukaan A akan menjadi kosong dan siap untuk menerima
tRNA yang lain.
Ikatan aminoasil-tRNA yang tepat pada permukaan A memerlukan pengenalan
kodon yang tepat.
permukaan P.
Karena asam amino pada aminoasil-tRNA sudah "aktif", tidak ada energi yang
selanjutnya diperlukan untuk reaksi ini.
peptida yang sedang tumbuh pada tRNA pada permukaan A. Pada pembuangan
bagian peptidil dari tRNA pada permukaan P, tRNA yang dikeluarkan dengan cepat
mengosongkan permukaan P. Elongation faktor 2 (EF-2) dan GTP bertanggung
jawab untuk translokasi peptidil-tRNA yang baru terbentuk pada permukaan A ke
dalam permukaan P yang kosong. GTP yang diperlukan untuk EF-2 dihidrolisis
menjadi
dan
fosfat
Translokasi peptidil-tRNA yang baru terbentuk dan kodonnya yang sesuai ke dalam
permukaan P kemudian membebaskan permukaan A untuk siklus pengenalan dan
elongasi kodon aminoasil-tRNA selanjutnya.
Setelah elongasi yang menghasilkan polimerasasi asam-asam amino spesifik
ke dalam molekul protein diulang berkali-kali, kodon nonsense atau terminasi mRNA
timbul pada permukaan A. Tidak terdapat tRNA dengan antikodon untuk mengenal
signal terminasi tersebut.
Ikan muda lebih cepat pertumbuhannya bila dibandingkan dengan ikan yang
lebih tua, dengan demikian kebutuhan akan protein dan asam aminonya akan berbeda.
Ikan muda memerlukan protein yang lebih banyak dibanding ikan yang lebih tua.
Spesies (rumpun) yang berbeda memerlukan protein per unit pertambahan
bobot badan yang berbeda pula.
bobot badan yang lebih baik per unit protein pakan dari pada channel catfish.
Kebutuhan akan asam amino metionin pada jenis red sea bream lebih tinggi dari pada
jenis blue tilapia. Begitu pula kebutuhan akan protein juga berbeda diantara masingmasing keturunan.
Penambahan protein ke dalam pakan yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan akan salah satu asam amino esensial sering mengakibatkan problem
terhadap keberadaan asam amino esensial.
seimbangan asam amino, antagonisme asam amino, keracunan asam amino dan
defisiensi asam amino dan ketersedian asam amino. Ketidak seimbangan asam amino
biasanya terjadi pada pakan yang rendah protein. Contoh ketidak seimbangan asam
amino akan terjadi apabila terjadi defisiensi metionin dan lisin, kemudian
ditambahkan lisin sebagai pemecahannya, hal tersebut mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan. Antagonisme asam amino menimpa asam amino arginin melawan
lisin, leusin melawan isoleusin dan valin. Hambatan pertumbuhan akibat defisiensi
suatu asam amino dapat diperbaiki oleh asam amino yang merupakan antagonisme
dari asam amino tersebut. Contohnya apabila leusin meningkat yang mengakibatkan
penghambatan pertumbuhan dapat dinetralisasi dengan meningkatkan isoleusin dan
valin. Kelebihan lisin akan menghambat penyerapan arginin, sehingga dalam pakan
harus ditambahkan arginin.
sampai dengan 7 persen per hari. Ada beberapa asam amino di dalam protein yang
berikatan sangat kuat dengan senyawa lain sehingga enzim sukar untuk dapat
mencerna atau membebaskan asam amino tersebut untuk dapat diabsorpsi, misalnya
senyawa yang disebut soyin yang mengikat metionin yang terdapat didalam kedelai
mentah.
Salah satu cara agar metionin dapat dibebaskan adalah dengan jalan
pemanasan, sehingga soyin tidak aktif dan dengan demikian enzim tripsin dapat
membebaskan metionin untuk dapat diabsorpsi.
Kecernaan protein masing-masing bahan pakan berbeda-beda. Bahan pakan
yang berasal dari produk hewani secara umum lebih mudah dicerna dibanding produk
nabati. Dari beberapa macam protein, ada yang mempunyai kecernaan yang lambat,
sehingga mengakibatkan asam amino lain yang telah tersedia akan mengalami
deaminasi sebelum asam amino dari protein tersebut diatas terbebaskan untuk
bergabung menjadi protein dalam tubuh. Hati tidak mampu menyimpan asam amino,
sehingga bila asam amino tidak dapat diabsorpsi tepat pada waktunya maka asam
amino tersebut tidak dapat digunakan untuk sintesis protein.
Protein dibolehkan dalam pakan ikan dibutuhkan dalam jumlah yang lebih
besar dibandingkan pada pakan hewan berdarah panas. Metode yang digunakan
untuk mengukur kebutuhan protein bagaimanapun mungkin merupakan kebutuhan
over estimate karena protein dan asam amino tidak dapat disimpan dalam tubuh
seperti lemak dan karbohidrat. Lagi pula pertimbangan yang cukup selalu belum
diberikan untuk faktor seperti konsentrasi DE dalam pakan, komposisi asam amino
pada penyusunan protein, dan kecernaan protein.
penyusunan protein penting untuk rataan pertumbuhan maksimal ikan. Hal ini tidak
bermaksud bahwa menggunakan lebih banyak protein adalah sebagai sumber energi
sebagaimana pada vertebrata berdarah panas.
masing spesies ikan dapat dilihat pada Tabel 7.5.
Spesies
1.
2.
3.
Atlantik salmon
Channel catfish
Chinook salmon
4.
5.
6.
7.
Coho salmon
Common carp
Estuary grouper
Gilthead sea bream
8.
9.
10.
Grass crap
Japanese eel
Largemouth bass
11.
12.
13.
14.
Milkfish
Plaice
Puffer fish
Rainbow trout
15.
16.
17.
18.
Snakehead
Sockeye salmon
19.
20.
Striped bass
Blue tilapia
Sumber protein
Casein dan gelatin
Whole egg protein
Casein, gelatin dan asamasam amino
Casein
Casein
Tuna muscle meal
Casein, fish protein
consentrate dan asam amino
Casein
Casein dan asam amino
Casein dan fish protein
consentrate
Casein
Cod muscle
Casein
Fishmeal, casein, gelatin
dan asam amino
Casein
Casein dan fish protein
consentrate
Fishmeal
Casein, gelatin dan asam
amino
Fishmeal dan soy proteinate
Casein dan egg albumin
Estimasi kebutuhan
protein
45
32-36
40
40
31-38
40-50
40
41-43
44.5
40
40
50
50
40
55
45
52
45
47
34
21.
22.
23.
24.
Mossambique tilapia
Nile tilapia
Zilliis tilapia
Yellowtail
White fishmeal
Casein
Casein
Sand eel dan fish meal
40
30
35
55
Ada sepuluh asam amino yang sangat dibutuhkan oleh ikan yaitu arginin,
histidin, isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin, triptopan dan valin.
Umumnya pakan alami yang normal digunakan untuk mencukupi kebutuhan asam
amino adalah fishmeal, soya meal, blood meal dan wheat middlings. Tabel 7.6.
menunjukkan kebutuhan asam amino beberap spesies ikan.
Tabel 7.6. Kebutuhan asam amino pada spesies ikan
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Spesies
Jevenile
chinook
salmon
Jevenile
common carp
Javenile
channel catfish
Juvenile
japanese eel
Juvenile nile
tilapia
Juvenile
rainbow trout
Juvenile coho
salmon
Juvenile chum
salmon
Prot
ein
(%)
40
6.0
2.4
1.8
0.7
2.2
0.9
3.9
38.5
4.3
1.6
2.1
0.8
2.5
0.9
24
4.3
1.0
1.5
0.4
2.6
38
4.5
1.7
2.1
0.8
28
4.2
1.2
1.7
0.5
35
45
35
33
47
40
3.3
3.6
4.0
4.7
5.9
5.8
1.2
1.6
1.4
1.6
2.8
2.3
1.8
0.7
40
6.0
2.6
1.6
0.7
Ar
Asam amino
His
Iso
Leu
1
2
1
2
1
2
Lis
1
1.6
5.0
2.0
3.3
1.3
5.7
2.2
0.6
3.5
0.8
5.1
5.0
1.2
1.5
4.0
1.5
5.3
2.0
5.3
2.0
3.1
0.9
3.4
1.0
5.1
1.4
3.7
4.2
1.3
1.9
6.1
2.9
4.8
1.9
2.4
1.0
3.8
1.5
9.
Juvenile
mossambique
tilapia
10. Juvenile
gilthead sea
bream
11. Juvenile lake
trout
40
1.6
4.1
1.6
34
5.0
1.7
5.0
1.7
27
2.0
s/d
2.6
0.5
s/d
0.7
3.5
s/d
4.6
1.0
s/d
1.3
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Spesies
Jevenile
chinook
salmon
Jevenile
common carp
Javenile
channel catfish
Juvenile
japanese eel
Juvenile nile
tilapia
Juvenile
rainbow trout
Juvenile coho
salmon
Juvenile chum
salmon
Prot
ein
(%)
40
4.0
1.6
5.1
2.1
2.2
0.9
0.5
38.5
3.1
1.2
6.5
2.5
3.9
1.5
24
2.3
0.6
5.0
1.2
2.0
38
3.2
1.2
5.8
2.2
28
2.7
0.8
3.8
1.1
35
45
35
33
47
40
3.0
2.2
2.9
1.4
1.5
1.1
1.0
1.0
0.5
0.6
40
3.0
1.2
Me
Asam amino
Fe
Tre
Tri
1
2
1
2
1
2
6.3
2.5
Val
1
0.2
3.2
1.3
0.8
0.3
0.3
0.1
3.6
1.4
0.5
0.5
0.1
3.0
0.7
4.0
1.5
1.1
0.4
4.0
1.5
3.8
1.1
1.0
0.3
2.8
0.8
0.6
0.5
0.2
0.3
1.4
0.5
0.6
0.2
0.7
0.3
3.0
1.2
3.0
1.2
9.
Juvenile
mossambique
tilapia
10. Juvenile
gilthead sea
bream
11. Juvenile lake
trout
40
3.2
1.3
34
4.0
1.4
0.6
0.2
27
2.6
s/d
3.3
0.6
s/d
0.8
Sistin dapat dibentuk dari zat makanan metionin tetapi reaksi kebalikan tidak
akan terjadi pada tubuh ikan, sehingga ikan sangat membutuhkan metionin. Metionin
dapat dipenuhi kebutuhannya dari asam amino yang mengandung sulfur pada ikan
meskipun beberapa kebutuhan mungkin dipenuhi oleh sistin. Rainbow trout dapat
menggunakan D-metionin untuk mengganti L-metionin.
D-metionin dideaminasi
imbangan antara jumlah protein yang dapat dicerna dengan jumlah seluruh zat-zat
lainnya yang dapat
dicerna.
yang diperoleh secara sederhana dari pertambahan bobot badan dibagi konsumsi
protein.
Percobaan biologis digunakan untuk mendeterminasikan beberapa daya cerna
nutrisi terutama protein dan energi metabolis. Evaluasi kimiawi suatu bahan pakan
harus didukung dengan percobaan biologis untuk mengetahui kegunaan dan
kandungan nutrisi pakan. Rumus dari nilai biologis protein adalah:
%BV = 100 x Nintake - (Nfeses - Nmetabolik) + (Nurin - Nendogenous)
Nintake - (Nfeses - Nmetabolik)
Keterangan :
BV
N
= Biological Value
= Nitrogen
imbangannya maka akan makin tinggi nilai biologis protein tersebut. Disamping itu
makin banyak macam bahan pakan yang digunakan sebagai sumber protein ternyata
memberikan nilai biologis yang makin tinggi, hal ini disebabkan adanya
suplementary effect of proteins yaitu pengaruh tambahan dari berbagai macam
protein.
Kebutuhan dan kualitas protein dapat diukur juga dari keseimbangan nitrogen
(nitrogen balance). Keseimbangan nitrogen adalah salah satu metode yang tertua dan
sering digunakan untuk penentuan kebutuhan dan kualitas protein.
Bila terjadi
ekskresi nitrogen berarti dalam tubuh terjadi oksidasi protein atau asam amino.
Protein yang berkualitas lebih jelek akan mengekskresikan nitrogen yang lebih
banyak.
mengalami deaminasi, dan nitrogennya disekskresikan berupa asam urat pada ikan,
sedang rantai karbonnya diubah menjadi asam lemak, karbohidrat atau langsung
digunakan untuk energi. Penentuan keseimbangan nitrogen umumnya dikerjakan
dengan jalan menggunakan hewan dan menampung feses dan urinenya untuk mencari
kandungan nitrogennya. Hitungan ini adalah untuk menggambarkan perbedaan antara
nitrogen intake dengan nitrogen output. Rumus yang digunakan adalah:
B = I - (U + F)
Keterangan :
B = retensi nitrogen
I = nitrogen intake
U = nitrogen yang keluar lewat urine
F = nitrogen yang keluar lewat feses
Nilai protein netto digunakan karena teknik pengukuran nilai biologis protein
menimbulkan masalah pada ikan, yaitu adanya kesulitan untuk memisahkan antara
feses dan urin. Rumus yang digunakan adalah:
NPV = Bf - Bk + Ik x 100
If
Keterangan :
Bf
: Nitrogen ikan yang diberi pakan percobaan
Bk
: Nitrogen ikan yang diberi pakan bebas nitrogen
If
: Konsumsi nitrogen pakan percobaan
Ik
: Konsumsi nitrogen pakan bebas nitrogen
Protein netto juga dapat diestimasi dengan metode lain, yaitu efisiensi retensi
protein, dengan cara pengukuran:
ERP = Gf - Gk x 18%
Pf
Keterangan :
Gf
: penambahan atau pengurangan bobot ikan pada pakan percobaan
Gk
: penambahan atau pengurangan bobot ikan pada pakan bebas N
Pf
: konsumsi protein pakan percobaan
18% : kandungan protein pada ikan
7.3.
Mineral makro
Kalsium (Ca)
Fosfor (P)
Kalium (K)
Natrium (Na)
Klorida (Cl)
Magnesium (Mg)
Sulfur (S)
Mineral mikro
Zink (Zn)
Kobalt (Co)
Tembaga (Cu)
Yodium (I)
Besi (Fe)
Mangan (Mn)
Molibdenum Mo)
Selenium (Se)
Cadmium (Cd)*
Sr*
Fluorin (F)*
Nikel (Ni)*
Kromium (Cr)
Mineral trace
Silikon (Si)*
Vanadium (V)*
Aluminium (Al)*
Perak (Ag)**
Lithium (Li)**
Barium (Ba)**
Na+ + laktat-
H20
H+ + OH-
Laktat- + H+
asam laktat
Asam laktat
CO2 + H2O
Na-laktat
Sehingga terjadi akumulasi Na+ dan OH-, sementara CO2 terbuang lewat pernafasan.
Contoh bahan makanan yang bersifat alkali adalah buah-buahan, sayur-sayuran,
kacang-kacangan dan air susu. Sementara contoh mekanisme keasaman adalah :
NH4Cl
NH4+ + Cl-
NH4+ membentuk urea. Urea keluar melalui urin sementara Cl terakumulasi. Contoh
bahan makanan yang berefek asam adalah daging, telur dan serealia.
Peranan mineral lain adalah memelihara tekanan osmotik cairan tubuh,
menjaga kepekaan otot dan syaraf dengan cara berperan dalam tiga lokasi, yaitu
syarafnya pada penghantaran stimuli (Na+ dan K-), padaa neuro muskuler (Mg+) dan
darah. Kebutuhan akan mineral juga menyangkut kepentingan untuk regulator tubuh
seperti proses regulasi
pembentukan enzim serta hormon. Selain itu juga untuk kebutuhan produksi.
7.3.2. Pencernaan dan Penyerapan Mineral
Absorpsi mineral dalam usus biasanya tidak efisien. Kebanyakan mineral
(kecuali kalium dan natrium) membentuk garam-garam dan senyawa-sennyawa lain
yang relatif sukar larut, sehingga sukar diabsorpsi. Sebagian besar mineral yang
dimakan diekskresikan dalam feses. Absorpsi mineral sering memerlukan protein
pengemban spesifik(spesific carrier proteins), sintesis protein ini berperan sebagai
mekanisme penting untuk mengatur kadar mineral dalam tubuh.
Transport dan
banyak mineral juga disekresikan ke dalam getah pencernaan dan empedu dan hilang
dalam feses. Konsentrasi mineral tubuh diatur pada tingkat absorpsi atau ekskresi,
oleh sebab itu kadar yang bersirkuylasi tidak menggambarkan intake. Sebaliknya,
mineral menunjukkan keseimbangan antara jumlah yang diabsorpsi, digunakan,
disimpan dan diekskresi.
Absorpsi mineral dapat dipengaruhi oleh zat "chelating" (fita dan oksalat),
protein, lemak, mineral lain, dan serat dalam makanan. Sebagai contoh, besi lebih
mudah diserap dari daging dari pada dari sayuran. Vitamin C menambah absorpsi
dalam darah oleh albumin atau protein carier spesifik. Mineral kemudian disimpan
dalam hati dan jaringan lain berikatan dengan protein khusus. Hampir semua mineral
esensial dapat tertimbun sampai kadar toksik. Metabolisme kebanyakan mineral
belum dimengerti secara sempurna.
7.3.3. Mineral esensial makro
Mineral makro terdiri dari kalsium, fosfor, natrium, kalium, magnesium,
clorida dan sulfur. Mineral makro selalu diperlukan dalam jumlah banyak oleh tubuh
ikan.
dipisahkan dari gerakan proton dan anion. Terdapat hubungan kompleks antara pH,
tekanan listrik lintas membran dan perbedaan kadarnya.
7.3.3.1. Kalsium
Kalsium erat sekali dengan pembentukan tulang. Sumber utama kebutuhan
segera tulang baru, terdapat dalam cairan tubuh dan sel. Kalsium juga sangat penting
untuk mengatur sejumlah besar aktivitas sel yang vital, fungsi syaraf dan otot, kerja
hormon, pembekuan darah, motilitas seluler dan khusus pada ikan berguna untuk
pembentukan kerabang telur.
Kalsium diabsorpsi dari usus melalui pengangkutan aktif yaitu melewati suatu
perbedaan konsentrasi dengan suaatu proses yang membutuhkan energi. Kalsium
diabsorpsi duodenum dan jejenum proksimal oleh protein pengikat kalsium yang
disintesis sebagai respon terhadap kerja 1,25-dihidroksikolekalsiferol.
Absorpsi
ditempuh adalah melewati ginjal. Sejumlah besar kalsium disekresi ke dalam lumen
usus daan hampir semuanya hilang dalaam feses. Sementara sejumlah kecil kalsium
diekskresikan dalam keringat. Sumber mineral kalsium terutama berasal dari hewan
dan sintetis. Beberapa sumber kalsium dan jumlahnya dapat dikemukan dalam Tabel
7.8.
Tabel 7.8. Sumber kalsium
No
1.
2.
3.
5.
7.
8.
Sumber
Feeding bone meal
Bone meal (steamed)
Bone char
Dikalsium
Ground limestone
Kalsium karbonat
Kadar (%)
26
29
27
24
26 - 36
40
Sumber lainnya adalah susu yang mengandung lebih dari 115 mg persen.
Padi-padian umumnya rendah kalsium. Tepung gandum putih mengandung kira-kira
20 mg. Beras mengandung kurang lebih 6 mg kalsium per 100g. daging umumnya
merupakan sumber yang miskin akan kalsium dan hanya mengandung 10 - 15 mg
persen. Sayuran umumnya merupakan sumber kalsium yang kurang baik.
Kalsium fosfat tulang disimpan dalam matriks organik yang berserat lunak
dan terdiri atas serat-serat kolagen serta sedikit gel mukopolisakarida.
Matriks
organiknya dapat mengeras karena kapur. Mineral tulang terdiri dari dua sumber
kalsium fosfat yang secar fisik daan kimiawi berbeda yaitu sumber fase amorf atau
non kristal dan fase kristal minimal. Fase amorf adalah suatu fase campuran yang
mengandung trikalsium fosfat terhidrasi dan juga kalsium fosfat sekunder. Bentuk
kristalnya mirip dengan hidroksiaapatit, tetapi mengandung juga kira-kira 3%
karbonat dan 1% sitrat.
permukaan kristal apatit. Tulang-tulang muda mengandung fase amorf lebih banyak,
yang dibuat pertama kali pada pembentukan tulang dan merupakan prekursor fase
apatik. Tulang dewasa mengandung apatit lebih banyak.
Kerja kalsium tampaknya melalui reseptor protein intrasel (kalmodulin) yang
mengikat ion-ion kalsium bila konsentrasinya mengikat sebagai respon terhadap
stimulus.
tergantung pada jenis ikan. Kebutuhan mineral pada ikan dapat dilihat pada Tabel
7.9.
Tabel 7.9. Kebutuhan kalsium pada ikan
No
1.
2.
3.
4.
5.
Ikan
Catfish
Tilapia
Red sea bream
Carp
Eel
Kebutuhan (%)
0.45
0.70
0.34
0.34
0.34
air segar dan pada atlantic salmon pada air laut. Umumnya kalsium dari zat makanan
pakan cukup memenuhi kebutuhan sebagian besar ikan.
7.3.3.2. Fosfor
Fosfor berfungsi sebagai pembentuk tulang, persenyawaan organik,
metabolisme energi, karbohidarat, asam amino dan lemak, tarnsportasi asam lemak
dan bagian koenzim. Sehingga fosfor sebagai fosfat memainkan peranan penting
dalam struktur dan fungsi semua sel hidup. Karena itu, kekurangan fosfor akibat
defisiensi makanan biasa tidak terjadi. Fosfat terdapat dalaam sel sel sebagai ion
bebas pada konsentrasi beberapa miliekuivalen per liter dan juga merupakan bagian
penting asam-asam nukleat, nukleotida dan beberapa protein.
Dalam ruang
ekstraseluler, fosfat bersirkulasi sebagai ion bebas dan terdapat sebagai hidroksiapatit,
komponen utama dari tulang. Semua sel mempunyai mempunyai enzim-enzim yang
dapat menguikatkaan fosfat dalam ikatan ester ataau anhidrida asam ke molekulmolekul lain. Enzim-enzim juga terdapat di dalam dan diluar sel untuk melepaskan
fosfat dari molekul-molekul yang mengandung fosfat. Yang termasuk kelompok
terakhir enzim-enzim ini adalah beberapa fosfatase yang mempunyai peranan penting
dalam pencernaan bahan-bahan makanan dalam usus.
berasal dari hewan dan sumber sintetis. Beberapa sumber fosfor terdapat dalam Tebel
7.10.
Tabel 7.10. Sumber fosfor
No
1.
2.
3.
Sumber
Bone meal
Rock phosphat
Difluprinated rock phosphat
Kadar (%)
14
14
18
Sumber fosfor lainnya adalah susu yang merupakan sumber penting dengan
kandunga 93 mg persen. Beras giling mengandung fosfor sebanyak 140 mg persen.
Daging dan ikan mengandung fosfosr sebanyak 100 - 200 mg persen.
Fosfat bebas diabsorpsi dalam jejenum bagian tengah dan masuk aliran darah
melalui sirkulasi portal dan berlangsung dengan pengankutan aktif yang
membutuhkan natrium maupun secar difusi. Pengaturan absorpsi fosfat diatur oleh
1,25-dehidroksikalsiferol. Fosfat ikut serta dalam siklus pengaturan derivat aktif
vitamin D3. Bila kadar fosfat serum rendah, pembentukan 1,25-dehidroksikalsiferol
dalam tubulus renalis dirangsang yang menyebabkan absorpsi fosfat dari usus.
Ekskresi fosfat terjadi terutama dalam ginjal daan dibawah pengaturan yang
rumit. Fosfat plasma dengan jumlah 80 - 90% difiltrasi pada glomerulus ginjal, dan
jumlah fosfat yang diekskresi dalam urin menunjukkan perbedaan antara jumlah yang
difiltrasi dan yaang direabsorpsi oleh tubulus proksimal daan tubulus distal ginjal.
Ikan
Kebutuhan (%)
0.5 0.8
0.6
0.5 0.8
0.5 0.8
0.5 0.8
0.8
0.29
Rainbow trout
Atlantic salmon
Chum salmon
Carp
Red sea bream
Catfish
Japanese eel
menyebabkan semakin tinggi ketersediaan fosfor untuk ikan. Sehingga fosfor pada
monokalsium dan dikalsium lebih mudah tersedia dibandingkan dengan trikalsium
fosfat.Ketersediaan fosfor pada pakan ikan tilapia lebih rendah dibandingkan dengan
rainbow trout dan chum salmon.
salmon, carp dan tilapia mungkin menyebabkan terbatasnya sekresi getah lambung
oleh spesies ikan air hangat itu.
Bahan pakan yang berasal dari biji-bijian mengandung fosfor dalam bentuk
asam pitat dari garam kalsium-magnesium atau dikenal sebagai pitat. Fosfor pitat ini
tidak dapat tersedia pada hewan dengan lambung sederhana karena mereka
kekurangan enzim pitase pada saluran pencernaan. Asam pitat juga membentuk
garam tidak larut dengan kalsium bebas pada saluran pencernaan. Oleh sebab itu
ketersediaan fosfor pada sebagian besar produk tanaman adalah rendah.
7.3.3.3. Natrium
Natrium adalah kation Na+ utama cairan ekstrasel dan sebagian besar
berhubungan dengan klorida dan bikarbonat dalam pengaturan keseimbangan asam
basa. Ion natrium juga penting dalam mempertahankan tekanan osmotik cairan tubuh
dan dengan demikian melindungi tubuh terhadap kehilangan cairan yang berlebihan.
Pada bagian empedu, ion natrium dan kalium berfungsi untuk mengemulsi lemak.
Walaupun ion natrium banyak ditemukan dalam bahan makanan, sumber utama
dalam makanan adalah garam dapur (NaCl).
Pengaturan konsentrasi natrium dan/ataau kadaar natrium dalam tubuh
melibatkan dua proses utama, yaitu kontrol terhadap pengeluaran natrium oleh tubuh
dan kontrol terhadap masukan natrium.
ekstraseluler diusahakan agar relatif konstan dengan suatu mekanisme rumit yang
melibatkan
kecepatan
penyaringan
glomerulus
ginjal,
sel-sel
peralatan
terjadi pada kandungan ion natrium yang rendah atau normal bila terdapat kehilangan
air (dehidrasi). Pada penyakit ginjal, kemampuan menghemat ion natrium seringkali
hilang dan terjadi gangguan keseimbangan natrium, klorida, kaalium dan air yang
parah.
7.3.3.4. Kalium
Kalium adalah unsur teringan yang mengandung isotop radioaktif alami.
Secara umum fungsi dari kalium adalah metabolisme normal, memelihara volume
cairan tubuh.
intraseluler dan pada empede bekerja samaa dengan natrium berfungsi untuk
mengemulsikan lemak. Kalium adalah kation (K +) utama cairan intarsel. Dengan
demikian, sumber utama kalium adalah materi seluler dari bahan pakan. Kalium
mudah terserap usus halus, sebanding dengan jumlah yang dimakan dan beredar
dalam plasma. Kalium dalam cairan ekstrasel memasuki semua jaringan dalam tubuh
daan dapat mempunyai efek yang sangat besar pada fungsi organ, terutama
depolarisasi dan kontraksi jantung.
Ginjal tidak dapat menghemat ion kalium seefektif ginjal menghemat ion
natrium. Penghematan natrium selalu disertai dengan pembuangan kaalium dan ini
merupakan efek aldosteron.
konsentrasi ion kalium serum akan menurun, ion kalium intarsel juga akan menurun
dan tbulus renalis bersama-sama sel-sel tubuh mulai menggunakan proton (H +)
sebagai pengganti K+. Apabila konsentrasi H+ meningkat maka akan menyebabkan
asidosis intraseluler. Kehilangan K+ obligatorik oleh tubulus renalis diganti dengan
kehilangan H+ obligatorik, karena tubulus renalis menghemat Na+ dengan membuang
H+, bukan membuang K+. Hal ini akan menyebabkan alkalosis ekstraseluler dan
asidosis intraseluler. Kebutuhan kalium bervariasi tergantung jenis ikannya.
Kebutuhan natrium dapat dilihat pada Tabel 7.12.
Tabel 7.12. Kebutuhan kalium pada ikan
No
1.
Ikan
Juvenile chinook salmon pada air segar
Kebutuhan (%)
0.8
preparat digitalis yaitu ouabain. Pada hipokalemia, jantung menjadi sensitif terhadap
ouabain dan dapat terjadi keracunan ouabain.
senyawa antara. Semua reaksi di mana ATP merupakan substrat, substrat sebenarnya
adalah Mg2+-ATP. Hal yang sama, Mg2+ dikhelasi di antara fosfat beta dan gama dan
mengurangi sifat kepadatan anionik ATP, sehingga Mg2+ dapat mencapai daan
mengikat secara reversibel tempat protein spesifik. Sehingga semua sintesis protein,
asam nukleat, nukleotida, lipid dan karbohidrat dan pengaktifan kontraksi otot
memerlukan magnesium.
Absorpsi Mg2+ terjadi di seluruh usus halus dan jelas kelihatan lebih
tergantung pada banyaknya yang tersedia daripada faktorain, misalnya vitamin D.
Absorpsi Mg2+
transport kalsium dan magnesium melalui dinding usus. Dalam plasma, sebagian
besar Mg2+ terdapat dalam bentuk yang padat difiltrasi oleh glomerulus ginjal. Akan
tetapi ginjal mempunyai kemampuan luar biasa untuk mempertahankan Mg2+.
Kebutuhan magnesium pada ikan terlihat pada Tabel 5.8. berikut ini.
Ikan
Rainbow trout
Carp
Channel catfish
Eel
Guppy
Tilapia
Kebutuhan (mg)
0.04 0.06
0.04 0.06
0.04 0.06
0.04 0.06
0.04 0.06
0.06 0.08
Magnesium berperan pada adaptasi respiratori pada ikan air segar. Kebutuhan
magnesium dapat dipenuhi dari pakan dalam air. Sebuah penelitian menunjukkan
bahwa konsentrasi magnesium dalam air sebesar 46 mg per liter cukup untuk
mengurangi absorpsi Mg2+ dari usus. Malabsorpsi pada diare kronis, malnutrisi pada
protein kalori dan kelaparan daapat menyebabkan defisiensi magnesium. Keracunan
magnesium jarang terjadi pada fungsi ginjal normal. Efek depresan magnesium pada
sistem syaraf biasanya mendominasi gejala toksisitas hipermagnesemia.
7.3.4. Mineral esensial mikro
Mineral esensial mikro terdiri dari seng, besi, mangan, tembaga, molibdenum,
dan selenium. Mineral mikro tersebut esensial bagi ikan walaupun diperlukan dalam
jumlah sedikit.
7.3.4.1. Seng
Seng telah dikenal sebagai unsur esensial sejak lebih dari seratus tahun yaang
lalu. Seng hampir sama melimpahnya dalam tubuh hewan seperti besi. Terdapat
sekitar dua puluh empat metaloenzim yang dikenal, termasuk karbonat anhidrase,
laktat dehidrogenase, glutamat dehidrogenase, alkali fosfatase, dan timidin kinase.
Penelitian akhir-akhir ini memperkirakan bahwa seng mempunyai peranan dalaam
metabolisme prostaglandin atau proses-proses yang diperantarai oleh prostaglandin.
Fungai esensial untuk kehidupan organisme adalah bagian integral dari
metalloenzim (lebih dari 70%) meliputi dehidrogenase, aldolase, dan fosfatase. Ikan
mengakumulasi seng dari air dan sumber pakan. Bagaimanapun seng yang berasal
dari pakan lebih efisien dibandingkan dari air. Insang ikan rainbow trout berperan
besar pada ekskresi seng.
Bentuk pitat kompleks dengan elemen transisi seperti besi, dan mangan dalam
saluran pencernaan mencegah absorpsi seng.
berkurang apabila ada kandungan trikalsium fosfat. Suplemen seng yang lebih tinggi
sebaiknya diberikan pada pakan ikan untuk mengkompensasi kekurangan
bioavaibilitas seng yang disebabkan oleh pitat dan trikalsium fosfat.
Rainbow trout dan common carp mentoleransi 1.700 1.900 mgZn/kg pakan
tanpa pengaruh yang merugikan pertumbuhan dan kehidupan ikan. Bagaimanapun,
pakan dengan konsentrasi seng sebesar 1.000 mg/kg pada rainbow trout mengurangi
konsentrasi hemoglobin, hematrocit dan hepatic copper.
Dalam lumen usus, berbagai faktor nampaknya
berpengaruh pada
ketersediaan seng untuk diabsorpsi. Faktor-faktor ini antara lain adalah zat-zat yang
diproduksi dan dicerna secara endogen. Zat-zat berbobot molekul rendah seperti
metionin, histidin, sistein, sitrat, pikolinat, prostaglandin E 2, glutation tereduksi dan
ligan-ligan kecil lainnya telah terbukti membantu penyerapan seng daalam usus.
Dalam lumen usus terdapat faktor pengikat seng yang tampaknya disekresi oleh
pankreas dan membantu absorpsi seng. Seng dapat diasingkan dalam sel mukosa oeh
protein pengikat seng (sink binding protein). Seng kemudian diangkut ke molekul
albumin pada sisi serosa membran sel mukosa.
Absorpsi seng oleh mukosa usus bervariasi terbalik dengan jumlah
metalotionein mukosa yang ada.
mengendalikan absorpsi seng sebagai tanggapan terhadap keadaan seng plasma oleh
pengasingan seng dalam mukosa. Metalotionein dalam hepatosit juga dimanfaatkan
untuk penyimpanan sementara atau detoksikasi seng, sehingga baik dalam hati
maupun usus, protein ini merupakan ligan kunci untuk mempertahankan homeostasis.
Seng hilang dari tubuh oleh pengendapan dalam sel mukosa dan pengelupasan ke
dalam feses sebaga Zn-metalotionein.
suaatu alfa-2 makroglobulin. Sejumlah kecil mengkompleks dengan asam amino dan
mungkin dengan ligan laainnya. Seng yang mengkompleks dengan aalbumin siap
diseraap oleh jaringan. Walaupun demikian mekanisme penyerapannya oleh jaringan
belum diketahui.
Ikan
Young rainbow trout
Carp
Channel catfish
Blue tilapia
Kebutuhan (mg/kg)
tinggi pada fishmeal putih mungkin mempengaruhi absorpsi dan penggunaan seng
dan mengurangi kejadian katarak. Ketika suplemen seng ditambahkan sebesar 40
mg/kg pada pakan rainbow trout yang mengandung fishmeal putih, dwarism dan
katarak berkurang.
pertumbuhan, nafsu makan, konsentrasi seng dan kalsium pada tulang dan serum,
produksi telur dan hatchability.
7.3.4.2. Besi
Besi adalah satu dari unsur yang paling banyak dari kerak bumi. Besi juga
merupakan mineral esensial mikro yang paling melimpah. Kurang lebih 2/3 dari besi
beredar sebagai hemoglobin, 1/10 sebagai mioglobin dan kurang dari 1% terdapat
pada transferin dari semua enzim besi dan protein redoks.
simpanan besi feritin dan hemosiderin yang terdapat terutama pada haati, limpa dan
sumsum tulang. Fungsi utama besi adalah unruk transport oksigen oleh hemoglobin.
Besi ferro (Fe2+) dan besi ferri (Fe3+) bersifat sangat sukar laarut pada pH netral, dan
diperlukan sistem khusus untuk transport besi dan memasukkan ino-ion ini kedalam
tempat-tempat fungsional mereka.
Sumber besi utama adalah daging, tumbuhan polong, tetes tebu, dan kerangkerangan. Sumber sintetis terdiri dari ferric okside dengan kandungan besi 35% dan
ferrous sulphate dengan kandungan besi sebesar 20%. Besi dalam bahan pakan
terutama terdapat dalam bentuk ferri, terikat kuat pada molekul organik. Dalam
lambung, dimana pH kurang daari 4, ion ferri dapat berdisosiasi dan bereaksi dengan
senyawa-senyawa dengan berat molekul rendah seperti fruktosa, asam askorbat, asam
sitrat, dan asam-asam amino untuk membentuk kompleks yang dapat memungkinkan
ion ferri tetap larut dalam pH netral cairan usus. Dalam lambung, besi tidak terlepas
dari hem tetapi diteruskan seperti semula ke usus.
Dikenal dua macam besi dalam bahan pakan yaitu besi hem dan besi non hem.
Besi hem diabsorpsi utuh oleh sel mukosa usus, dan hem kemudian dipecah oleh
suatu enzim pemecah hem dan besi dibebaskan dalam sel. Besi yang dibebaskan
mukosa duodenum dan jejenum proksimal dan segera dioksidasi menjadi ferri. Ion
ferri terikat oleh suatu molekul pengemban intraseluler (intracellular carrier
molecule).
Feritin
adalah protein dengan kemampuan besar untuk menyimpan besi yang terdapat padaa
hewan. Feritin bekerja sebagai penyimpan sementara untuk mencegah penambahan
toksik kadar besi dan suatu cadaangan yang daapaat dikerahkan jangka panjang.
Akan tetapi feritin dapat mengalami denaturasi, kehilangan subunit apoferitin dan
kemudian beragregasi (berkumpul) ke misel-misel hemosiderin.
Hemosiderin
mengandung lebih banyak besi dibandingkan feritin dan terdapat sebagai partikelpartikel. Besi dalam hemosiderin tersedia untuk pembentukan hemoglobin, tetapi
mobilisasi besi jauh lebih lambat dari hemosiderin dibanding dari feritin. Besi yang
ditimbun akan disimpan sebagai endapan hemosiderin dalam hati, pankreas, kulit dan
sendi yang menyebabkan penyakit.
Transferin adalah -globulin yang bertanggung jawab untuk pengangkutan
besi antara jaringan-jaaringan hewan. Senyawa ini mengambil besi yang dilepaskan
daalam aaliran daarah dari mukosa usus, dan dari katabolisme hem dalam sistem
retikuloendotelial. Transferin berkaitan dengan protein albumin dari kuning telur, dan
laaktoferin dari susu dan lain-lain sekresi. Kebutuhan ikan akan besi bervariasi
seperti terlihat pada Tabel 7.15.
Ikan
Kebutuhan (mg/kg)
30
60
170
Catfish
Atlantic salmon
Eel
Defisiensi besi terjadi apabila kapasitas besi intraseluler bertambah, dan lebih
banyak besi akan diabsorpsi bila tersedia dalam makanan.
Defisiensi besi
berubah menjadi kuning putih pada ikan carp. Pada catfish, defisiensi besi menekan
hematocrit, hemoglobin, konsentrasi plasma besi dan kejenuhan transferin. Ferro
clorida dan ferro sulfat sama efektifnya untuk mencegah anemia pada red sea bream.
Efek dari kelebihan besi secara umum adalah mengurangi pertumbuhan,
meningkatkan kematian, diare dan rusaknya histopatologi pada sel liver.
7.3.4.3. Mangan
Sifat-sifat dasar mangan pertama kaali dilaporkan daari hasil penelitian hewan
percobaan pada tahun 1931. Konsentrasi mangan dalam jaringan-jaringan hewan
relatif konstan terhadap umur. Mangan banyak terdapat pada kacang-kacangan, bijibijian utuh, daan sayuran tetapi sedikit terdapat pada daging, ikan dan produk susu.
Kebutuhan ikan akan mangan dapat dilihat pada Tabel 7.16.
Tabel 7.16. Kebutuhan mangan pada ikan
No
Ikan
Kebutuhan (mg/kg)
1.
2.
3.
Channel catfish
Common carp
Rainbow trout
2.4
13
13
aktifitas superoksida dismutase. Mangan diserap dengan baik melalui usus halus
dengan mekanisme yang serupa dengan besi, termasuk transfer melalui sel mukosa ke
dalam darah portal. Pada kenyataannya absorpsi Mn2+ meningkat pada defisiensi besi
dan daapat dihambat oleh besi. Adanya etanol dalam usus jelas menambah absorpsi
Mn2+.
Ion mangan dikirim ke hati melalui sirkulasi portal dan disana segera
merangsang produksi protein hati yang berikataan dengan tembaga, seng juga
diperlukan untuk akumulasi Cu-tionein. Seng akan menstabilkan Cu-tionein terhadap
degradasi oksidatif. Tembaga masuk dalam plasma, dimana tembaga terikat pada
asam-asam amino, terutama histidin, dan pada albumin serum pada tempat
pengikatan tunggal yang kuat. Dalam kurang dari satu jam, tembaga yang baru
diserap diambil dari sirkulasi oleh hati.
Hati memproses tembaga melalui dua jalan, yaitu : tembaga diekskresi dalam
empedu ke dalam traktus gastrointestinal, dimana tembaga tidak diabsorpsi kembali.
Ternyata, homeostasis tembaga dipertahankan hampir seluruhnya oleh ekskresi bilier,
semakin tinggi dosis tembaga, semakin banyak yang diekskresikan dalam feses.
Jalan kedua metabolisme tembaga dalam hati adalah penggabungan tembaga sebagai
bagian integral seroloplasmin, suatu glikoprotein yang semata-mataa disintesis dalam
hati. Seruloplasmin bukan protein pembawa Cu2+, karena tembaga seruloplasmin
tidak bertukar dengan ion tembaga atau tembaga yang terikat dengan dengan
molekul-molekkul lain. Seroluplasmin mengandung 6 - 8 atom tembaga, setengah
bagiaan ion kupro (Cu+) dan setengahnya lagi ion kupri (Cu2+). Kebutuhan ikan akan
mangan dapat dilihat pada Tabel 7.17.
Tabel 7.17. Kebutuhan tembaga pada ikan
No
1.
2.
3.
4.
Ikan
Rainbow trout
Common carp
Channel catfish
Atlantic salmon
Kebutuhan (mg/kg)
3
3
5
5
Ikan nampak lebih toleran pada tembaga yang berasal dari pakan daripada
tembaga yang larut dalam air. Konsentrasi 0.8 1.0 mg tembaga per liter sebagai
tembaga sulfat dalam air beracun pada banyak spesies ikan. Tetapi pada ikan choho
salmon dijumpai sangat toleran pada tembaga dengan konsentrasi 1.000 mg/kg pada
pakan dengan hanya mengalami kelambatan pertumbuhan dan rusaknya pimgmentasi.
Keracunan tembaga menyebabkan penurunan pertumbuhan, efisiensi pakan dan
menaikkan jumlah tembaga dalam hati pada ikan rainbow trout.
Gejala defisiensi tembaga meliputi anemia, neutropenia, osteoporosis dan
depigmentasi serta gangguan syaraf. Defisiensi tembaga mengganggu proses kaitan
lintas jaringan ikat protein, kolagen, dan elastin. Gangguan ini dapt berupa kelainan
tulang dan kerusakan sistem kardiovaskuler. Gejala defisiensi tembaga yang paling
tragis adalah kematian mendadak akibat pecahnya pembuluh darah utama atau
jantungnya. Keracunan tembaga termasuk diare dengan feses biru-hijau hemolisis
akut dan kelainan fungsi ginjal.
7.3.4.6. Selenium
Selenium diperkirakan mengganti belerang dalam asam amino protein.
Selenium adalah unsur penting glutation peroksidase, suatu enzim yang peranannya
sebagai antioksidan intarseluler yang sangat mirip dengan fungsi serupa vitamin E
atau -tokoferol.
Akan tetapi,
selenometionin dapat meningkatkan kadar selenium dalam darah dan jarinfgan lebih
tinggi dibandingkan dengan natrium selenit.
amino selenium. Selenium ini berfungsi sebaga simpanan yang tak teratur atau pool
buffer yang menyediakan selenium dari dalam tubuh apabila penyediaan selenium
dari pakan terhenti.
Absorpsi selenium tampaknya berlangsung tanpa pengendalian fisiologis.
Absorpsi
75
Walaupun
demikian, data-data mengenai absorpsi selenium yang terdapat dalam pakan masih
terbatas.
pernafasan.
metabolit urin yang telah teridentifikasi, walaupun dalam urin ada beberapa jenis
metabolit lainnya. Dimetil selenida bersifat volatil dan ditemukan dalam nafas bila
konsumsi selenium sangat tinggi. Jadi hewan mengatur kandungan selenium melalui
proses ekskresi. Jika unsur ini tersedia dalam jumlah terbatas, produk ekskresipun
sedikit. Sedangkan bila kebutuhan sudah terpenuhi kelebihan selenium dikurangi
dengan mengubahnya menjadi metabolit ekskresi.
Hanya satu fungsi enzimatik selenium yang diketahui. Selenium adalah unsur
penting dari glutation peroksidase.
ekuivalen dari glutation. Peranan fisiologis yang pasti dari glutation peroksidase
yang bergantung pada selenium masih belum jelas karena katalase juga mampu
memindahkan hidrogen peroksida dan glutation peroksida yang tidak bergantung
padaa selenium juga mampu memindahkan hidroperoksida organik.
Jadi
selenoenzim mungkin berfungsi sebagai penahan oksidan tetapi fungsi alternatif juga
telah ada. Kebutuhan ikan akan selenium dapat dilihat pada Tabel 7.18.
Tabel 7.18. Kebutuhan selenium pada ikan
No
1.
2.
Ikan
Rainbow trout
Channel catfish
Kebutuhan (mg/kg)
0.15 0.38
0.25
terhadap metabolisme merkuri. Hewan yang defisien selenium lebih rentan terhadap
keracunan metil merkuri dan merkuri anorganik.
Pada ikan rainbow trout dan catfish, defisiensi selenium menyebabkan depresi
pertumbuhan, tetapi kehilangan selenium sendiri tidak menghasilkan tanda patologi
pada ikan tersebut. Selenium dan vitamin E dibutuhkan untuk mencegah distropi
muscular pada ikan atlantic salmon dan exudative diathesis pada ikan rainbow trout.
Mekanisme keracunan selenium sampai saat ini belum diketahui. Pada ikan
rainbow trout dan catfish terjadi keracunan selenium ketika selenium dalam pakan
melampaui 13 15 mg/kg bahan kering pakan. Hal ini menyebabkan penurunan
pertumbuhan, rendahnya efisiensi pakan dan tingginya mortalitas.
7.3.4.7. Yodium
Yodium merupakan mineral mikro yang terdapat luas di bumi.
Yodium
kurang larut dalam air, tetapi apabila molekul yodium (I2) berkombinasi dengan
yodida membentuk poliyodida akaan menyebabkan yodium sangat mudah larut dalam
air.
Dalam saluran pencernaan, yodium direduksi menjadi yodida, dan dalam satu
jam seluruhnya akan diabsorpsi oleh usus halus. Yodotirosin, yodotironin, beberapa
yodopeptida rantai pendek, dan senyawa-senyawa yang diyodinasikan secara
radiografi diabsorpsi tanpa deyodinasi. Yodium di dalam semua senyawa anorganik
dan banyak senyawa organik tersedia secara biologis.
Yodium esensial untuk biosintesis hormon tiroid, tiroksin dan triyodotironin.
Ikan memperoleh yodium dari air melalui pompa branchial dan sumber pakan. Pada
ikan rainbow trout komposisi yodium 80% berasal dari air, 19 persen dari pakan dan
1 persen dari pengolahan kembali yodium dari degradasi hormon tiroid.
Pemanfaatan yodium untuk sekresi hormon tiroid berlangsung melalui tiga
tahap. Pertama, dari plasma menyeberangi membran sel adalaah suatu proses aaktif
melawan gradien listrik dan massa.
adalah 30 - 40 kali lebih tinggi daripada dalam serum. Kedua, pada batas pemisah
sel dan koloid, suatu peroksidase menjadi alat pengoksidasi yodida menjadi suatu
"senyawa antara yod". Enzim ini juga membantu pembentukan monoyodotirosin dan
diyodotirosin dengan menggabungkan yodium ke dalam residu tirosil dari
tiroglobulin. Penggabungan oksidatif berikutnya dari yodotirosin ke dalam hormon
tiroid, tiroksin (T4) dan triyodotironin (T3), juga dilaksanakan oleh peroksidase yang
sama, mungkin bekerja sama dengan enzim lain. Akhirnya, tiroglobulin dicakup oleh
sitoplasma sel tiroid. Pencernaan tiroglobulin dilakukan melalui proteolisis. Fase
sekresi berakhir dengan terjadinya difusi hormon-hormon ke dalam kaapiler-kapiler
melalui ruang ekstrseluler.
Tiroid, suatu kelenjar penyimpan mengandung yodium sebanyak 8,0 - 10,0
mg per 20 g berat kelenjar. Yodium pada tiroid yang terikat pada triglobulin sebesar
95%. Kira-kira 45% yodium pada tiroid terdapat dalam bentuk tiroksin dan 3%
dalam bentuk triyodotironin, sedangkan sebesar kira-kira 42% dalam bentuk
yodotirosin.
Defisiensi yodium menyebabkan gondok yang tidak dikenal dalam dunia ikan.
Awal defisensi yodium dicirikan oleh suatu peningkatan ekskresi hormon tiroid
simpanan yang bersifat kompensasi dan ekskresi normal yodida di dalam urin. Selagi
simpanan hormon tiroid terus-menerus terdeplesi, pembersihan yodida anorganik
plasma di tiroid meningkat dengan suatu penurunan ekskresi yodida di dalam urin
yang sebanding. Setelah itu pengambilan yodidaa stabil oleh tiroid sama dengan
jumlah yodida yang diekskresikan dalam bentuk hormon tiroid. Konsentrasi yodida
anorganik plasma menurun, sama seperti kandungan yodium tiroid. Pada saat ini,
defisiensi yodium dapat diatasi, ataau akan berkembang menjadi kronis.
131
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi tinggi yodium dan fluorin pada
pakan (4.5 mg/kg) esensial untuk melindungi atlantic salmon dari infeksi penyakit
bakteri ginjal.
7.3.4.8. Molibdenum
Molibdenum berfungsi sebagai metaloenzim xantin oksidase, aldehida
oksidase, dan sulfit oksidase. Sampai saat ini belum diketahui sistem metabolisme
kecuali bentuk heksavalen yang larut air diabsorpsi dengan baik melalui usus. Urin
adalah jalan utama ekskresi molibdenum.
sendiri, kecuali beberapa vitamin seperti vitamin C pada ikan dan vitamin B
kompleks pada ruminansia. Vitamin sangat diperlukan untuk reaksi-reaksi spesifik
dalam sel tubuh hewan, Zat ini penting untuk berfungsinya secara normal jaringan
tubuh, untuk kesehatan, maintenance dan pertumbuhan jaringan. Vitamin berperan
sebagai koenzim ataau katalisator hayati, yaitu berperan sebagai mediator dalam
sintesis atau degradasi suatu zat tanpa ikut menyusun zat yang disintesis aatau
dipecah tadi. Apabila vitamin tidak terdapat dalam pakan atau tidak tepat diabsorpsi
akan mengakibatkan penyakit defisiensi yang khas atau sindrom yang dapat
diperbaiki dengan vitamin itu sendiri.
Sebagai
contoh, pada ikan mentah terdapaat tiaminase yang menghambat kerja vitamin B 6.
Di samping itu kebutuhan vitamin juga dapat naik lantaran kandungan zat-zat tertentu
dalam pakan tinggi. Misalnya pada pakan dengan protein tinggi maka kebutuhan
vitamin B6 meningkat.
Golongan kedua adalah vitamin yang larut dalam air ataau diserap
Karena
vitamin yang laarut dalam air yang diambil berlebihan biasanya diekskresi, vitamin
yaang larut dalam air biasanya tidak toksik.
kecuali kobalamin (vitamin B12) dapat disintesis oleh tumbuh-tumbuhan dan oleh
karena itu terdapat pada kacang-kacangan, biji-bijian, sayuran berdaun hijau dan ragi.
7.4.2.1. Vitamin B1 (Tiamin)
Penemu tiamin adalah Eijman (1897) dan Jansen dan Donath (1926) yang
berhasil mengisolasi kristal yang kemudian tiamin dari beras. Vitamin B 1 terdiri dari
satu substitusi pirimidin yang terikat melalui ikatan metilen pada satu substitusi
tiasol. Sifat umum vitamin B1 adalah stabil dalam pH sedikit asam, rusak dalam pH
alkalis, rusak dalam larutan mineral, larut dalam air dan alkohol 70 persen dan rusak
oleh panas.
hydrochlorida atau thiamine mononitrate. Dalam bentuk garam akan lebih stabil dari
pada bentuk vitamin bebas.
Tiamin banyak terdapat dalam daging, bagian luar biji-bijian (oleh karena itu
beras merah mempunyai nilai gizi tiamin lebih baik daripada beras putih), kacangkacangan dan hasil ikutannya, bungkil kacang kedelai, bungkil kacang tanah, tepung
alfalfa
dan ragi.
memecah tiamin menjadi dua gugus pirimidin dan pikolin sehingga tiamin menjadi
inaktif.
Dalam saluran pencernaan, tiamin segera mengalami proses enzimatis
menjadi Thiamine Pyrophosphate (TPP). Gugus pyrophosphate ini berasal dari dua
terminal phosphate ATP. Zat anti vitamin B1 adalah piritiamin yang menghambat
pembentukan TPP dan oksitiamin yang menyebabkan reaksi TPP tidak terjadi.
Bentuk inaktif daeri tiamin adalah tiokrom.
Tiamin berperanan luas sebagai koenzim TPP dalam reaksi dekarboksilasi.
Pada dasarnya reaksi metabolisme yang memerlukan TPP dapat dibagi menjadi tiga
kelompok reaksi, yaitu pertama adalah nonoxidative decarboxylase yaitu reaksi yang
terjadi padaa mikroorganisme, kedua adalah oxydative decarboxylase yang dapat
dibagi menjadi dua kelompok reaksi , yaitu enzim TPP merupakan bagian integral
dari reaksi enzim multikompleks yaitu pyruvate dehydrogenase complex dan ketoglutarate dehydrogenase complex, dan yang ketiga adalah reaksi transketolase
yaitu reaksi transfer dari gugus ketol pada donor kepada aakseptor. Reaksi ini terjadi
pada hexose monophosphate sgunt.
Sumber
Tepung alfalfa
Biji gandum
Kadar (g/mg)
3,9
3,4
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Hati ikan
Bungkil kelapa
Jagung
Bungkil biji kapuk
Bungkil kacang tanah
Beras
Bungkil kedelai
Bungkil biji bunga matahari
2,0
0,8
3,0
6,4
12,0
22,5
4,0
20,0
Kurang
berfungsinya otot jantung dapaat menyebabkan menurunnya siklus Krebs dan diikuti
menurunnya ATP untuk kontraksi jantung, naiknya katekolamin (norepinefrin dan
epinefrin) dan asetilkolin yang bersifat kardiotoksik. Akumulasi asam piruvat dan
asam laktat di dalam darah dan jaringan oleh defisiensi tiamin menyebabkan
iritabilitas, hilangnya nafsu makan, fatique, degenerasi selaput myelin dari serabut
syaraf,
melemahnya
otot
jantung
dan
gangguan-gangguan
gastrointestinal,
tidak mengandung mineral jarang dan cholin clorida. Kebutuhan ikan akan tiamin
dapat dilihat pada Tabel 7.20.
Tabel 7.20. Kebutuhan tiamin pada ikan
No
1.
2.
3.
4.
5.
Ikan
Kebutuhan (mg/kg)
1 10
1
10 15
0.5
11.2
Rainbow trout
Channel catfish
Pacific salmon
Common carp
Yellowtail
dengan nukleotide AMP melalui ujung fosfatnya. Enzim flavin berisi baik FMN
maupun FAD.
diserap. Setelah diserap dalam bentuk FMN dan FAD terus didistribusikan ke dalam
sel-sel.
uroflavin, daan lumikrom. Zat-zat tersebut dikeluarkaan daalam urin daan keringat.
Jadi relatif riboflavin tidaak disimpan dalam jaaringan.
Contoh lainnya lagi adalah enzim flavin. Enzim ini berperan dalaam transport
elektron, sebagai akseptor elektron adalah sitokrom. Sumber riboflavin yang penting
adalah susu, sayur-sayuraan, yeast, daging dan kacang-kacangan.
Sumber riboflavin
Sumber
Putih telur
Hati sapi
Daging sapi
Susu
Biji bunga matahari
Yeast
Beans
Daging ikan
Kadar (g/mg)
0,30
3,26
0,20
0,17
0,23
4,28
0,31
0,20
Ikan
Rainbow trout
Channel catfish
Pacific salmon
Common carp
Yellowtail
Blue tilapia
Kebutuhan (mg/kg)
5 15
9
20 25
47
11
6
Pada ikan
common carp, dan japanese eel, defisinesi riboflavin menyebabkan hemoragi pada
beberapa bagian tubuh, nervous, dan fotopobia tetapi tidak terdapat perkembangna
katarak.
defisien riboflavin.
Aktivitas D-asam amino oksidase menjadi indikator yang lebih sensitif pada
status riboflavin pad ikan rainbow trout. Sementara itu kebutuhan riboflavin untuk
pertumbuhan dilaporkan tidak dipengaruhi oleh temperatur atau perbedaan genetik.
Hal ini mungkin merupakan salah satu alasan mengapa nilai kebutuhan riboflavin
hampir baik bahkan diantara spesies yang berbeda.
7.4.2.3. Vitamin B5 (Asam pantotenat)
Penemu asam pantotenat aadaalah R.J. William dari USA pada tahun 1933.
Asam pantotenat adalah suatu amida dari asam pantoat dan alanin.
Asam
pantotenat merupakan bagian dari koenzim A, yang berperan dalam transfer gugus
asetil. Hal ini terjadi dalam asetilasi kolin hingga terbentuk asetilkolin, serta dalam
asetilasi dari piruvat dekarboksilat untuk membentuk asetilkolin A dalam siklus
Krebs. Koenzim A juga berperan dalam degradasi asam-asam lemak menjadi asetil
CoA.
aktif dari koenzim A. Oleh karena itu cara menulis koenzim A adalah CoA-SH. Ciri
dari asam paantotenat adalah saangat tidak stabil dan berwarna kuning pucat.
Asam pantotenat mudah diabsorpsi usus dan kemudian mengalami fosforilasi
oleh ATP untuk membentuk asam 4-fosfopantotenat. Fosforilasi akhir terjadi dengan
ATP yang menambah fosfat pada gugus 3'-hidroksil bagian ribosa untuk membentuk
koenzim A (CoA-SH). CoA-SH bertugas sebagai pembawa gugus acyl aatau disebut
acyl carrier protein atau ACP. Selain itu juga berfungsi untuk sintesis asam lemak.
Sumber asam pantotenat adalah biji-bijian, yeast, hati dan telur.
Asam
Ikan
Rainbow trout
Channel catfish
Pacific salmon
Common carp
Yellowtail
Blue tilapia
Kebutuhan (mg)
10 20
10 15
40 50
30 50
35.9
10
berenang abnormal dijumpai pada ikan japanese eel yang defisien asam pantotenat.
7.4.2.4. Vitamin B6 (Piridoksin)
Penemu piridoksin adalah Szent-Gyorgy pada tahun 1934. Vitamin B 6 terdiri
dari tiga derivat piridin alam yang berhubungan erat, yaitu : piridoksin, piridoksal dan
piridoksamin. Perbedaan dari ketiga zat tersebut adalaah paada rantai C nomor 4.
Rantai basis dari zat-zat tersebut adalah piridin. Ketiganya sama aktif sebagai pra zat
koenzim piridoksal fosfat. Piridoksin berperan penting dalam metabolisme protein
dimana pyridoxial fosfat merupakan suatu konensium untuk berbagai reaksi kimia
yang berkaitan dengan metabolisme protein dan asam amino, seperti transaminasi dan
dekarboksilasi.
menjadi piridoksal dan piridoksamin dalam tubuh dan dalam bentuk koenzim setelah
berikatan dengan PO4, yaitu piridoksal fosfat daan piridoksamin fosfat.
Dalam
sitoplasma sel, ketiganya menjadi substrat untuk enzim piridoksal kinase, yang
menggunakan ATP untuk melakukan fosforilasi ketiga derivat masing-masing
menjadi ester fosfat. Hanya piridoksal fosfat dan piridoksamin fosfat yang aktif
sebagai koenzim dalam reaksi transaminasi dan dekarboksilasi.
Sumber vitamin B6 adalah daging, hati dan tanaman berdaun hijau. Piridoksin
ditambahkan pada pakan ikan sebagai piridoksin hidroclorida dalam bentuk kering
sebagai bagian dari multivitamin premiks. Kebutuhan ikan akan piridoksin dapat
dilihat pada Tabel 7.24.
Tabel 7.24. Kebutuhan piridoksin pada ikan
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Ikan
Kebutuhan (mg)
5
10 20
1 10
3
56
11.7
Atlantic salmon
Pasific salmon
Rainbow trout
Channel catfish
Common carp
Yellowtail
Piridoksal fosfat banyak terlibat dalam reaksi enzimatik asam amino seperti
transaminasi, dekarboksilasi dan dehidrasi. Piridoksal fosfat juga berfungsi dalam
biosintesis porpirin dan katabilisme glikogen.
defisiensi
yang
lain
adalah
anoreksia
dan
rendahnya
kobalt
"cyanocobalamin".
yang
berada
dalam
derivat
"cyanide"
yaitu
dengan porfirin lewat gugus fosfat dan amino-propanol. Gugus cyanide dapat diganti
dengan gugus hidroksil (B12a) atau hidrokobalamin dan juga gugus nitrit (B12c) atau
nitrokobalamin. Sianokobalamin berbentuk kristal padat berwarna merah hitam dan
merupakan bentuk yang paling stabil, tetapi larut dalam air, tahan panas, mudah rusak
karena sinaar matahari, oksidasi dan proses reduksi.
Absorpsi vitamin B12 oleh usus diperantarai tempat-tempat reseptor dalam
ileum yang memerlukan kobalamin agar terikat oleh glikoprotein yang sangat spesifik
faktor intrinsik, yang disekresi oleh sel parietal mukosa lambung.
Pada saat
terbentuk koenzim. Modifikasi ini terjadi dengan bergesernya gugus cyanide dan
diganti dengan 5 deoxyadenosyl dan hasilnyaa disebut adenosyl cobalamine. Sekain
itu juga daapat diganti oleh gugus metil dan hasilnya disebut metilkobalamin.
Vitamin B12 berfungsi dalam sintesa protein dan dalam metabolisme asam
nukleat serta senyawa-senyawa yang mengandung satu atom C. Peranan tersebut
dalam bentuk metil-malonil CoA isomerase. Enzim ini berperan dalaam mengubah
metil-malonil CoA menjadi suksinil CoA yang berfungsi dalam siklus Krebs.
Peranan lainnya adaalah sebagai enzim L-homosistein metilating. Enzim ini berisi
koenzim metil kobalamin yaang bersama-sama folacin mengubah L-homosistein
menjadi L-metionin. Donasi metil ini diberikan oleh 5-metil THF dengan harus
adanya vitaamin B12.
Vitamin B12 banyak terdapat pada produk-produk hewan dan dalam rumen
ruminansia serta jaringan organ. Vitamin B12 ditambahkan pada pakan ikan sebagai
bagian premiks multivitamin.
Ikan
Pasific salmon
Rainbow trout
Channel catfish
Common carp
Yellowtail
Nile tilapia
Kebutuhan (mg)
0.015 0.02
Belum ditetapkan
Belum ditetapkan
Tidak ditetapkan
0.053
Tidak ditetapkan
ditunjukkan dengan turunnya pertumbuhan tetapi tidak ada tanda defisiensi klinis
lainnya.
antara jumlah kobalamin dengan jumlah bacteriodes tite A pada isi saluran
pencernaan pada bermacam-macam ikan yang diteliti. Laporan tersebut menjumpai
bahwa bakteri ini hadir dalam isi saluran pencernaan ikan yang tidak menerima
kobalamin dan absen pada ikan yang menerima kobalamin.
7.4.2.6. Biotin
Penemu biotin adalah Wildiers (1901). Biotin adalah derivat imidazol yang
banyak terdapat dalam bahan makanan alam.
berperan sebagai gugus prostetik koenzim yang bergabung dengan CO2 dengan
senyawa organik. Vitamin ini berwarna putih, stabil terhadap panas, mengandung
sulfur dan asam valerat, larut dalam air dan 95% etanol, mudah rusak oleh asam dan
basa kuat dan mengalami dekomposisi pada temperatur 230 - 232oC.
Biotin diabsorpsi di ileum. Bakteri usus mensintesa biotin, dan kuning telur
merupakan sumber biotin yang bagus.
antibiotin (suatu protein yang disebut avidin) yang menyebabkan tidak aktifnya
vitamin itu karena mengikat biotin dengan kuat. Sehingga mencegah absorpsi dari
usus daan menyebabkan defisiensi biotin.
Dalam metabolisme, biotin berperan sebagai fiksasi CO2 yang selanjutnya
ditransfer substrat yang lain. Karboksibiotin adalah biotin yang berikatan dengan
CO2 di mana gugus karboksil bertaut pada gugus N biotin.
Pembentukan
pakan ikan sebagai D-biotin dalam campuran premiks multivitamin. Kebutuhan ikan
akan biotin dapat dilihat pada Tabel 7.26.
Tabel 7.26. Kebutuhan biotin pada ikan
No
1.
2.
3.
4.
5.
7.
Ikan
Pasific salmon
Rainbow trout
Channel catfish
Common carp
Yellowtail
Lake trout
Kebutuhan (mg)
1 1.5
0.05 0.25
Belum ditetapkan
1
0.67
0.5 1
Niasin merupakan
bagian dari NAD (nicotinamide adenine dinucleotide), juga dikenal dengan nama
koenzim I. Niacin juga merupakan bagian dari molekul NADP, yang juga dikenal
dengan nama koenzim II. Koenzim berperan dalam respirasi seluler, bersama-sama
dengan flavoprotein.
karbohidrat. Triptofan digunakan untuk sintesa niacin baik oleh mamalia maupun
mikroorganisme.
Ikan
Pasific salmon
Rainbow trout
Channel catfish
Common carp
Yellowtail
Kebutuhan (mg)
150 200
15
14
128
12
Kebutuhan
Asam
folat termasuk dalam golongan zat yang disebut pterin. Asam folat terdiri atas tiga
gugus yaitu pterin, p-aamino benzoic acid (PABA) dan asam glutamat.
Asam folat nampaknya disintesa oleh mikroorganisme dalam usus. Asam
folat berperan dalam metabolisme nukleoprotein melalui sintesa purin dan timin.
Pada pertumbuhan, asam folat terdapat sebagai poliglutamat berkonjugasi dengan
ikatan gamma (yang tidak biasa) rantai polipeptida 7 asam glutamat.
Dalam hati,
folat yang terutama adalah konjugat pentaglutamil. Rantai peptida glutamil dengan
hubungan gamma yang tidak biasa ini bersifat resisten terhadap hidrolisis oleh enzim
proteolitik biasa yang terdapaat dalam usus, yang spesifik folil poliglutamathidrolase.
Sumber asam folat sudah tersedia dan terdistribusi di alam, pada hewan,
tumbuhan dan mikroorgaanisme. Sumber-sumber asam folat yang potensial adalah
daging, sayuran, terutama daun-daun hijau. Asam folat ditambahkan pada pakan ikan
sebagai campuran premiks multivitamin. Kebutuhan ikan atas biacin dapat dilihat
pada Tabel 7.28
Tabel 7.28. Kebutuhan asam folat pada ikan
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Ikan
Kebutuhan (mg)
40 50
10 20
10
30 50
35.9
10
Pasific salmon
Rainbow trout
Channel catfish
Common carp
Yellowtail
Nile tilapia
Defisiensi
asam
folat
menunjukkan
adanya
anoreksia,
penurunan
bentuk reduksi yang terbanyak. Bentuk dehydro dapat terus teroksidasi menjadi
diketogulonic acid yang inaktif. Keaadaan vitamin C inaktif ini sering terjadi pad
proses pemanasan. Dalam suasana asam vitamin ini lebih stabil daripada dalaam basa
yang menjadi inaktif.
Ikan dapat
mensintesis dari glukosa. Prekursor vitamin C dari glukosa adalah manosa, glukosa,
fruktosa, sukrosa dan gliserol. Vitamin C merupakan bentuk enolic dari 3 keto-1gulanofuranic lactone. Pada invitro mengalami oksidasi dengan katalisator beberapaa
kation kecuali Mg, ascorbic oksidase, methylene blue, ferron, selenium diaxide,
terramycine, streptomycin, iodine dan lain-lainnya. Proses oksidasi ini dihambat oleh
chelating compound seperti EDTA.
mempunyai 6 analog yaitu antara lain : 6 deoxy-L ascorbic, D-arabo ascorbic acid, 3
deoxy-L gulosaccaro ascorbic.
Vitamin C bukanlah merupakan bagian dari salah satu koenzim yang dikenal.
Sebaliknya asam askorbat berperan dalam sintesa kolagen, yang merupakan protein
struktural dari jaringan ikat.
spontan dari vitamin C oleh oksidasi udara, tetapi kedua bentuk secara fisiologis aktif
dan ditemukan dalam cairan tubuh.
Vitamin C mudah diabsorpsi dalam usus, karena itu defisiensi nutrisi ini
diakibatkan oleh intake makanan yang tidak cukup. Cadangan normal vitamin C
dalam tubuh tidak dapat cepat habis. Absorpsi besi oleh usus secara nyata dipertinggi
bila terdapat bersama askorbat, dan mobilisasi besi dari jaringan penyimpan juga
ditingkatkan oleh vitamin C. Vitamin ini berperan dalam beberapa reaksi reduksi
oksidasi.
askorbat dapat diubah dalam tubuh menjadi oksalat yang dikeluarkan lewat urin.
Tetapi hasil utama ekskresi asam askorbat adalah asam-asam askorbat sendiri dan
dehidroaskorbat. Asam askorbat mengasamkan urin. Kebutuhan vitamin A pada ikan
bervariasi. Kebutuhan ikan atas vitamin C dapat dilihat pada Tabel 7.29
Ikan
Pasific dan atlantic salmon
Rainbow trout
Channel catfish
Common carp
Yellowtail
Nile tilapia
Kebutuhan (mg)
50
250 500
45 60
Belum ditetapkan
122
50
berperan daalam enzim -hydroxy phenyl pyruvic acid oxidase sebagai katalisator
perubahan p-OH phenylpyruvic menjadi homogentisic acid.
Fungsi vitamin C
lainnya adaalah dalam formasi kolagen, yaitu dalam pembentuk OH prolin dan OH
lisin yang menyusun kolagen, mengaktifkan enzim arginase dan papain, menghambat
urease dan amilase, membantu dalam pembentukan jaringan ferritin, bersama-sama
asam folat berperan dalam proses pematangan RBC, meningkatkan peranan vitamin
B kompleks sehingga mempengaruhi jumlah mikroflora daalam usus halus, bersamasama dengan ATP daan MgCl2 merupakan ko faktor dalam menghambat adipose
tissue lipase dan memacu deaminasi hidrolitis dari peptida ataau protein dan
menyembuhkan ataau mencegah terjadinya common cold atau influenza.
Sumber-sumber vitamin C yang potensial adalah daging, sayuran, terutama
daun-daun hijau. Beberapa tanaman serta hewan termasuk ikan dapat mensintesa
vitamin C. Semua spesies ikan dapat mensintesis vitamin C (AsAc) di dalam ginjal.
Defisiensi vitamin C menyebabkan ketidakteraturan struktural (skilosis,
lordosis dan dukungan abnormal tulang rawan mata, insang dan sirip) dan hemoragi
internal biasanya gemuk oleh tanda non spesifik seperti anoreksia dan lethargy pada
ikan salmon dan trout.
dalam urin tetapi lebih mungkin ditemukan dalam empedu dan dengan demikian
diekskresikan dalam feses. Karena mudah disimpan terutama A dan D maka dua
vitaamin ini relatif mudah mengalami toksisitas.
Sumber
Minyak hati ikan paus
Minyak hati ikan tuna
Minyak hati ikan hiu
Minyak tubuh ikan sarden
Mentega susu
Keju
Telur
Kadar (IU/g)
400.000,00
150.000,00
150.000,00
750,00
35,00
14,00
10,00
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Susu
Tepung daun alfalfa
Tepung daun dan batang alfalfa
Tepung daun dan batang alfalfa kering udara
Hijauan kering
Wortel
Jagung kuning
1,50
530
330
150
150
120
8
Struktur kimia vitamin adalah C20H29OH. Sifat vitamin A adalah tidak tahan
oksidasi, tidak tahan radiasi apalagi dalam suhu tinggi, dalam bentuk kristal berwarna
kuning pucat. Apabila vitamin A masuk ke dalam tubuh maka akan masuk jalur
metabolisme dan akan berperan dalam retina mata. Dalam retina tersebut terdapat
rhodopsin yang terdiri atas vitamin A dan opsin (protein). Ada empat macam opsin
dalam retinal (ada dua tipe sel), yaitu satu buah rod-rodopsin yang sensitif terhadap
sinar dengan intesitas rendah maksimum 498 nm (paling penting untuk hewan
malam)-scitopic vision dan tiga buah terdapat pada cones yang sensitif terhadap tiga
warna yaitu biru, hijau dan merah (trichromatic) yang merupakan warnaa cerahphotopic vision. Sel cone ikan lebih dominan. Bila retina terkena sinar, rhodopsin
terurai menjadi trans retinal opsin. Oleh enzim isomerase, trans terinal dapat diubah
menjadi cis retinal.
menjadi rhodopsin.
Vitamin A dalam usus akan mengalami hidrolisis retynil ester menjadi retinol
yang kemudian diserap dan terus menjalani reesterifikasi dalam sel usus. Setelah itu
bentuk ester vitamin A ini diserap melalui saluran limfa ataau aada yang langsunfg
diserap dan terus masuk dalam peredaran darah sebagai ester palmitat. Dalam darah,
vitamin A ditransportasi dalaam bentuk RBP (Retinal Binding Protein) yang
mempunyai berat molekul kurang lebih 20.000 dan mempunyai motilitas 1 dalam
elektroporesis. RBP ini beredar dalaam darah sebagai prealbumin yang mirip dengan
thyroxine binding prealbumin.
Vitamin A bersifat esensial dalam pembentukan pigmen retinal yang
dibutuhkan bagi penglihatan.
pertumbuhan normal, terutama jaringan epitel dan tulang. Fungsi lain dari vitamin A
adalah memelihara organ pernafasan, pencernaan, urogenitalia, ginjal dan mata,
mencegah ataxia hebat pada ikan muda, pertumbuhan, memelihara membran mucus
yang normal, reproduksi, pertumbuhan matriks tulang yang baik dan tekanan
cerebrospiral yang normal.
Kebutuhan vitamin A pada ikan bervariasi. Vitamin A ditambahkan pada
pakan ikan sebagai asetat, palmitat atau propionat ester dalam bentuk campuran
premiks multivitamin. Kebutuhan ikan atas vitamin A dapat dilihat pada Tabel 7.31.
Tabel 7.31. Kebutuhan vitamin A pada ikan
No
1.
2.
3.
4.
5.
Ikan
Pasific dan atlantic salmon
Rainbow trout
Channel catfish
Common carp
Yellowtail
Kebutuhan (IU)
Belum ditetapkan
2.500
1.000 2.000
4.000 20.000
5.68
kemungkinan
matahari terhadap kulit yang terbuka, oleh sebab itu vitamin D 3 di sebut vitamin sinar
matahari. Vitamin D3 mempunyai senyawa kimia C27H45OH. Vitamin D3 dapat juga
diperoleh melalui makanan terutama dalam bentuk minyak hati ikan.
Vitamin D3 mempunyai tiga peran pokok, yaitu : meningkatkan absorpsi
kalsium di usus halus, memungkinkan resorpsi kalsium dari tulang, dan
diaktifkan. Sebagiannya diaktifkan di dalam hati, melalui konversinya menjadi 25hidroksikalsiferol (dengan hidroksilasi).
vitamin ini sepenuhnya aktif. Di dalam darah, bentuk yang aktif tersebut bekerja
pada sel dari mukosa usus hingga terjadi sintesa suatu mRNA yang spesifik, mRNA
itu lalu menyebabkan diproduksinya protein pembawa kalsium dari usus.
Oleh
Ikan
Pasific salmon
Rainbow trout
Channel catfish
Yellowtail
Kebutuhan (IU)
Tidak ditetapkan
1.600 2.400
500 1.000
Tidak ditetapkan
Kebutuhan vitamin D pada ikan tergantung pada sumber fosfor daalam pakan,
banyaknya daalam imbangan kaalsium dengan fosfor, dan besarnya kesempatan
hewan untuk terkena sinar matahari langsung.
menaikkan
Keadaan ini dapaat dimanfaatkan apabila induk kaaya aakan vitaamin E maaka anak
yang dilahirkaan telah mempunyai cadangan vitamin E.
Vitamin E berperan sebagai kofaktor untuk sitokrom reduktase pada otot
rangka dan otot jantung.
mencegah oto oksidasi pada asam-asam lemak tak jenuh serta menghambat timbulnya
peroksidasi dari lipida pada membran sel. Selain itu juga berfungsi dalam reaksi
fosforilasi, metabolisme asam nukleat, sintesis asam askorbat dan sintesis ubiquinon,
reproduksi, mencegah encephalomalasia dan distorsi otot.
Vitamin E terdapat di alam yaitu pada lemak dan minyak hewan atau tanaman
terutama bagian kecambah gandum, telur, dan colustrum susu sapi.
Kebutuhan
vitamin E pada ikan bervariasi. Vitamin E ditambahkan pada pakan ikan dalam
bentuk tepung kering pada DL--tocopheryl acetate. Kebutuhan ikan atas vitamin E
dapat dilihat pada Tabel 7.33.
Tabel 7.33. Kebutuhan vitamin E pada ikan
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Ikan
Pasific salmon
Rainbow trout
Channel catfish
Common carp
Yellowtail
Nile tilapia
Kebutuhan (IU)
30
30
25 mg
100 mg
119 mg
50 100 mg
pemeliharaan integritas (keutuhan) membran) dan (3) dalam satu cara yang tidak
diketahui, selenium membantu retensi vitamin E dalam lipoprotein plasma darah.
Sebaliknya, vitamin E nampak mengurangi kebutuhan akan selenium, dengan
mencegah hilangnya selenium dari tubuh atau mempertahankannya daalam bentuk
aktif.
Bentuk
Filoquinon (Vitamin K1)
Menaquinon-4 (Vitamin K2)
Menaquinon-6 (Vitamin K2)
4.
5.
6.
Sumber
Hijauan
Jaringan hewan
Tepung ikan yang sedang membusuk (jumlah
sedikit dari bakteri)
Tepung ikan yang sedang membusuk
terutama berasal dari bakteri baccillus brevis,
mycobacterium tuberculosis, baccilus subtilis
dan lactobacillus casei.
Bakteri saecina lutea, escherachia coli,
proteus vulgaris dan chromatium vinosum.
Bakteri pseudomas pyocyanea dan
corynebacterium tuberculosis.
Ikan
Pasific salmon
Rainbow trout
Channel catfish
Kebutuhan (mg)
Belum ditetapkan
Belum ditetapkan
4.
Yellowtail
Tidak ditetapkan
Terdapat
BAB VIII
PENGETAHUAN BAHAN MAKANAN IKAN
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Pada akhir pokok bahasan ini pembaca diharapkan mampu memahami penggolongan
bahan makanan ikan dan antinutrisi yang terkandung dalam bahan makanan
8.1.3. Silase
Silase adalah hijauan makanan yang diawetkan dengan cara tertentu (proses
ensilase). Hasilnya masih dalam keadaan segar dan masih mempunyai gizi yang
cukup tinggi. Proses ensilase adalah proses penguraian dan pembentukan zat-zat
makanan karena aktivitas sel-sel tanaman yang masih hidup. Proses ensilase dibagi
menjadi dua tahap, yaitu proses aerob dan an aerob. Proses aerob meliputi aktivitas
respirasi sel-sel tanaman yang memerlukan oksigen dan membentuk CO 2, H2O dan
energi. Proses fermentasi an aerob terjadi karena aktivitas enzim dan bakteri. Pada
proses tersebut, karbohidrat akan dirombak menjadi alkohol, asam organik, asam
karbonat, air dan melepaskan panas. Bahan pengawet yang digunakan untuk proses
pembuatan silase ini adalah tetes, dedak, tepung jagung dan lain-lain yang berfungsi
mempercepat penurunan pH.
8.1.4. Sumber energi
Bahan makanan ikan sumber energi mempunyai kandungan protein kurang
dari 20 persen dan serat kasar kurang dari 18 persen. Contoh bahan makanan ikan
sumber energi adalah : biji-bijian dan butir-butiran, limbah penggilingan, buahbuahan, akar-akaran dan umbi-umbian.
adalah jagung, sorghum, dan gandum . Contoh limbah penggilingan antara lain
adalah empok, dedak, dan menir. Contoh buah-buahan adalah pisang, apel dan lainlain. Contoh akar-akaran dan umbi-umbian adalah singkong, ketela rambat dan lainlain. Nilai energi bruto dari beberapa bahan makanan sumber energi dapat dilihat
pada Tabel 8.1. berikut ini.
Tabel 8.1. Nilai energi bruto dari beberapa bahan makanan sumber
energi
No.
1.
2.
3.
Bahan makanan
Jagung
Kacang kedelai
Dedak gandum
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Glukosa
Kasein
Lemak
Padi
Gandum
Sorghum
3750
5860
9350
3300
3100
4400
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Kacang tanah
Kacang hijau
Bungkil kacang kedelai
Bungkil kacang tanah
Ampas tahu
Tepung hati
25
24
44-48
25-35
43
63
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
28.
ginjal
Sumber asam pantotenat
Hati, kuning telur, susu, bungkil kacang tanah,
jerami lafalfa, tetes, beras dan dedak gandum
Sumber asam nikotenat
Susu, daging, telur, ragi, bungkil-bungkilan
rumput kering dan butir-butiran
Sumber piridoksin (vitamin B6)
Ragi, hati, urat daging, kuning telur, susu dan
sayur-sayuran
Sumber biotin
Ragi, jerohan, molasses, susu dan butir-butiran
Sumber asam folat
Hijauan, jerohan, butiran, kacang kedelai dan
hasil ikutan hewan
Sumber vitamin B12
Susu, daging, tepung ikan, dan hasil ikutan hewan
Sumber kolin
Susu, daging, telur, ikan dan lemak.
Sumber vitamin D
Minyak hati ikan cod, minyak hati ikan tuna,
minyak ikan sarden, telur, dan susu.
Sumber vitamin E
Minyak tumbuh-tumbuhan, butir-butiran, telur,
colustrum susu sapi, minyak jagung, minyak biji
kapas.
Sumber vitamin K
Hijauan, jaringan hewn, tepung ikan yang sedang
membusuk,
Vitamin A berfungsi untuk stereoisomer dari retinol, memelihara mukosa
pertumbuhan lambat, kepekaan abnormal, produksi telur dan daya tetas menurun.
Kekurangan biotin menyebabkan peradangan kulit (dermatitis). Kekurang asam folat
menyebabkan gangguan pertumbuhan sel darah merah, daya tetas menurun dan
kematian embrio dalam telur. Kekurangan kolin menyebabkan lemak menumpuk di
hati.
8.1.7. Sumber mineral
Bahan makanan ikan sumber mineral terbesar berasal dari hewan, disamping
sebagian kecil dari tumbuh-tumbuhan.
tepung tulang, tepung kerang dan tepung ikan. Ternak membutuhkan mineral untuk
antara lain :
1. Perbaikan dan pertumbuhan jaringan: Ca dan P
2. Memelihara kondisi ionik dalam tubuh
3. Memelihara keseimbangan asam basa tubuh: Na+, K+, Ca++, Mg++, Cl-, PO43- dan
SO434. Memelihara tekanan osmotik cairan tubuh
additive
adalah
makanan
tambahan
yang
berfungsi
untuk
Feed additive untuk meningkatkan seleksi dan konsumsi pakan yang dibagi
menjadi dua macam yaitu untuk perekat pellet (pellet binder) contohnya adalah
lignin sulfonat, sesulosa ester, natrium benfoat dan kondensasi urea
formaldehida. Sedangkan yang lainnya adalh untuk vlafouring agen (penambah
rasa dan warna pada pakan)
pewarna.
2.
Feed additive untuk membantu proses pencernaan dan absorbsi zat makanan.
Contohnya antara lain antibiotika, enzim, dan senyawa arsen. Antibiotika untuk
membantu pertumbuhan mikro organisme yang mensintesa zat-zat makanan dan
menghalangi tumbuhnya mikro organisme yang patogen, disamping juga dapat
membunuh mikro organisme yang berbahaya di saluran pencernaan sehingga
meruntuhkan mikro organisme dan keraknya yang menempel di dinding usus
sehingga dinding usus menjadi lebih tipis sehingga penyerapan zat-zat makanan
meningkat.
hormon dan zat penenang. Hormon digunakan lewat suntikan atau ditambahkan
dalam pakan. Hormon yang umum digunakan adalah estrogen, stibustrol dan
dietil stibustrol. Zat penenang bekerja dengan menekan syaraf pusat sehingga
pergerakan ikan menjadi lebih lamabt. Contoh zat penenang antara lain adalah
aspirin, resperpin dan hidroksinin.
4.
Contohnya
adalah bahan pengawet dan anti oksidan. Fungsi bahan pengawet adalah untuk
meningkatkan daya simpan pakan, memperbaiki daya cerna pakan, menghambat
aktivitas mikro organisme yang dapat merusak pakan dan meningkatakan
konversi pakan. Contoh bahan pengawet adalah asam propionat dan natrium
benzoat.
Contoh anti
oksidan adalah butylated hidroksi toluena, butylated hidroksi anisol, non dihidro
gualaretic, vitamin E, antibiotika, preparat sulfa dan senyawa halquinol.
5.
faktor dalam (intrinsic factor) yaitu suatu keadan dimana tanaman tersebut secara
genetik mempunyai atau mampu memproduksi anti nutrisi tersebut dalam organ
tubuhnya. Zat-zat anti nutrisi alkaloida, asam amino toksik, saponin dan lain-lain
adalah beberapa contohnya.
yaitu keaadaan dimana secara genetik tanaman tidak mengandung unsur anti nutrisi
tersebut, tetapi karena pengaruh luar yang berlebihan atau mendesak, zat yang tidak
diinginkan mungkin masuk dalam organ tubuhnya.
molekulnya, yaitu berat molekul kurang dari 100 dengan contoh : pigmen pirol,
antosin, alkohol, asam-asam alifatik, sterol, terpen, lilin fosfatida, inositol, asam-asam
hidroksi aromatik, glikosida, fenol, alkaloid, ester dan eter. Metabolisme sekunder
lainnya adalah yang berat molekulnya tinggi, yaitu : selulosa, hemiselulosa, pektin,
gum, resin, karet, tanin dan lignin.
Tananam yang mengandung metabolit sekunder umumnya mengeluarkannya
dengan cara pencucian air hujan (daun, kulit), penguapan dari daun (kamfer), ekskresi
eksudat pada akar (alang-alang) dan dekomposisi bagian tanaman itu sendiri (jatuh ke
tanah dan membusuk. Daur metabolit sekunder dapat dilihat pada Gambar 8.1.
Glukosa
Jalur glikolisis
Asam sikimat
asetil KoA
Malonil KoA
Melanoat
Fenol
Alkaloid
Terpen/Isopren
Sinamat
Flavonoid
Gambar 8.1. Daur metabolisme sekunder tanaman
Umumnya terjadinya anti nutrisi berasal dari jalur metabolis glukosa maupun
asam amino. Glukosa umumnya melewati jalur glikolisis dan/atau siklus Krebs
kemudian menyimpang pada sistem metabolisme sekunder. Asam amino umunya
melewati jalur deaminasi dan/atau siklus Krebs dan kemudian menyimpang melalui
metabolisme sekunder. Secara lebih rinci daur metabolisme glukosa dan asam amino
yang menuju metabolisme sekunder dapat dilihat pada Gambar 8.2.
CO2
Fotosintesis
(CH2O)n
Protein
(CH2O)n-P
Asam nukleat
gula, polisakarida
pati,
selulosa,
hemiselulosa
Asam amino
Alkaloid
Siklus Krebs
Asam sikimat
Asetil KoA
Mevalonat
Fenilalanin
Tiroksin
Malonil KoA
kafeat
Terpenoid
Phenol
Steroid
Astogenin
P. Coumaryl alkohol
Coniferil alkohol
Sinapyl alkohol
Lignan
Gambar 8.2.
Asam sinamat
lignin
Asam
P. Caomaric acids
Ferulic acids
Sinapic acid
Coumarin
Isoflavon
Flavonoid
Famili tanaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
8.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
18.
18.
Apoecynaceae
Amaryldaceae
Barberidaceae
Caricaceae
Crassulaceae
Caryophyllaceae
Dioscoriaceae
Erythroxylaceae
Euphorbiaceae
Liliaceae
Leguminosae
Menispermaceae
Papilionaceae
Papaveraceae
Graminae
Ranunculaceae
Rutaceae
Rubiaceae
19.
20.
Rhamnaceae
Solanaceae
Fisiologis
1.
2.
3.
4.
5.
Asal tanaman
1.
Biji-bijian
a. Rye
b. Milo
Umbi-umbian
a. Kentang
b. Cassava
Suplemen protein
a. Kacang kedelai
b. Kapas
2.
3.
Anti nutrisi
Tripsin inhibitor
Tannin
Alkaloid solanum
Sianogenik glukosida
Tripsin inhibitor
Gosipol
4.
5.
6.
Hijauan
a. Alfalfa
b. Leucaena spp.
Rumput-rumputan
a. Rumput tropik
b. Hijauan sorgum
Lain-lain
a. Hijauan brassica
Saponin
Mimosin
Oksalat
Sianogem
Brassica anemia factor
Anti nutrisi
1.
2.
3.
4.
5.
Mulut
Saluran pencernaan
a. Rumen
b. Usus
c. Diare
d. Rektum
Hati
Paru-paru
Ginjal
6.
Sistem sirkulasi
8.
8.
9.
10.
11.
12.
Jantung
Tulang
Mata
Sistem syaraf
Otot
Kelenjar tiroid
13.
14.
15.
16.
18.
18.
19.
20.
Sistem reproduksi
Toksin melalui susu
Sistem Kekebalan
Ranmbut dan kuku
komposisi kimiawinya. Hal tersebut mudah dimengerti, karena anti nutrisi umumnya
merupakan senyawa kimia yang akan lebih mudah menggolongkannya berdasarkan
golongan-golongan yang terdapat dalam dunia kimia.
8.2.2. Klasifikasi Anti Nutrisi pada Ikan Berdasarkan Struktur Kimia
8.2.2.1. Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa yang mengandung substansi dasar nitrogen basa,
biasanya dalam bentuk cincin heterosiklik. Alkaloid terdistribusi secara luas pada
tanaman. Diperkirakan sekitar 15 20% vascular tanaman mengandung lakaloid.
Banyak alkaloid merupakan turunan asam amino lisin, ornitin, fenilalanin, asam
nikotin, dan asam antranilat. Asam amino disintesis dalam tanaman dengan proses
dekarboksilasi menjadi amina, amina kemudian dirubah menjadi aldehida oleh amina
oksida. Alkaloid biasanya pahit dan sangat beracun.
Alkaloid ini diklasifikasikan lagi berdasarkan tipe dasar kimia pada nitrogen
yang terkandung dalam bentuk heterosiklik. Klasifikasi alkaloid tersebut meliputi
pirrolizidine alkaloids, peperidine alkaloids, pyridine alkaloids, indole alkaloids,
quinolizidine alkaloids, steroid alkaloids, policyclic diterpene alkaloids, indolizidine
alkaloids, tryptamine alkaloids, tropane alkaloids, fescue alkaloid dan miscellaneous
alkaloid. Peranan alkaloid dalam jaringan tanaman tidak pasti, mereka telah dikenal
sebagai produk metabolik atau substansi
8.2.2.2. Glikosida
Glikosida adalah eter yang mengandung setengah karbohidrat dan setengah
non karbohidrat (aglikon) yang bergabung dengan ether bond. Glikosida biasanya
adalah substansi yang pahit.
Anggotanya
meliputi protease (tripsin) dan amilase inhibitor, lektin (hemaglutinin), enzim, protein
sitoplasma tanaman.
8.2.2.4. Asam amino dan turunan asam amino
Terdapat lebih dari 300 asam amino dalam tanaman, beberapa diantaranya
merupakan racun. Asam amino yang paling terkenal beracun adalah mimosin yang
strukturnya sama dengan tirosin. Anggotanya meliputi mimosin, triptofan, asam
selenoamino, lathirogen, linatin, indospesin, kanavanin, faktor anemia brassica,
hipoglisin, dan amina biogenik.
8.2.2.5. Karbohidrat
Hanya sedikit sekali problem keracunan dari senyawa karbohidrat. Xilose
yang merupakan gula heksosa menyebabkan pengurangan pertumbuhan dan katarak
pada mata babi dan ayam. Pada oligosakarida, raffinosa tidak dapat dicerna dalam
usus halus dan meningkatkan pertumbuhan bakteri di hindgut.
-glukan pada
8.2.2.6. Lemak
Sangat jarang lemak menyebabkan karacunan. Lemak yang beracun meliputi
asam erucic pada rapeseed, yang menyebabkan myocardial lesions pada tikus.
Lemak lainnya yang beracun adalah asam lemak siklopropenoid yang terdiri dari
asam sterkulat dan asam malvalat pada biji kapas yang menyebabkan albumin
berwarna pink berkembang pada telur yang disimpan, juga menyebabkan
kokarsinogen.
8.2.2.8. Glikoprotein
Beberapa contoh glikoprotein adalah lektin dan avidin.
Avidin adalah
Glikolipin
ini
mempengaruhi
otak
sehingga
menyebabkan
diketahui selama ini. Aksi langsungnya adalah pada sistem nervous sentral yang
memproduksi violent convultion.
8.2.2.11. Senyawa fenol
Fenol merupakan turunan dari fenilalanin atau tirosin pada pola atau jalur
asam sikimat. Beberapa diantaranya adalah asam kumarat, asam kafeat, asam ferulat,
asam protokatekuat, asam klorogenat dan asam kuinat.
Asam-asam tersebut
didistribusikan secara meluas dalam tanaman, tetapi fungsinya masih belum diketahui
dengan jelas. Beberapa diantaranya mempunyai sifat-sifat sebagai anti bakterial atau
sebagai anti fungal dan bahkan mungkin mempunyai tugas yang berhubungan dengan
kekebalan tanaman terhadap penyakit tertentu. Disamping itu banyak dihubungkan
dengan komponen yang disebut sebagai koumarin yang mempunyai cincin ganda
yang juga dapat ditemukan dalam tubuh tanaman. Komponen-komponen tersebut
atau turunannya seringkali bersifat racun terhadap ternak, sebagai contoh adalah
dicoumarol yang dibentuk dari koumarin pada daun semanggi selama penyimpanan.
Koumarin kemungkinan juga dibentuk oleh tanaman dalam respon terhadap serangan
oleh parasit sehingga tanaman menjadi kebal terhadap serangan tersebut.
Salah satu contoh fenol sederhana adalah asam sinamat. Asam sinamat dapat
ditemukan secara bebas dalam tubuh tanaman tetapi dengan jumlah yang sedikit.
Anggotanya antara lain terdiri dari hiperisin, gossipol dan tannin. Biosintesis asam
sinamat adalah sebagaimana dalam Gambar 8.3.
8.2.2.12. Sesquiterpen lakton
Sesquiterpen lakton adalah turunan dari germacranolide nukleus. Senyawa ini
merupakan racun pada tanaman sneezeweed (helenium spp. dan bitterweed).
Sesquiterpen lakton menyebabkan iritasi pada nasal dan membran intestinal.
HOOC
H
C
CH2
NH2
Fenilalanin
HOOC
H
C CH2
NH2
Tirosin
1
HOOC
OH
2
CH CH
HOOC
Asam sinamat
CH CH
OH
Asam P-coumarin
OHC3
-OH
OHC3
-OH
OHC3
OH
OHC3
-OH
Asam ferulat
OH
-OH
Asam kafeat
mengandung glikosida atau glukosa maka dapat disebut glikosida sianogenik atau
glukosida sianogenik. Sejauh ini glikosida sianogenik dalam tanaman derajad tinggi
berdasar pada formula umum seperti pada Gambar 8.4.
R1
O-glukosa
C
R2
CN
amigdalin, prunasin, sambunigrin, vicianin, durrin dan zierin yang fraksi glikonnya
(yang tidak mengandung sianida) terdiri dari gugus phenil dan gula-gula sederhana.
Kelompok yang lain yaitu linamarin (2(-D-glukopiranosiloksi)2 isobutironitril) dan
lotaustralin (2(-D-glukopiranosiloksi)2 methil butironitril) dengan fraksi glikon
berupa keton dan glukosa (Gambar 8.5. sampai dengan 8.8).
H3C
CN
C
O-glukosa
Keterangan :
Apabila R = CH3, maka senyawa kimianya adalah linamarin
Apabila R = C2H3, maka senyawa kimianya adalah luteustralin
Gambar 8.5. Komposisi kimia linamarin dan atau lotaustralin
H3C
CN
C
H2C
CH
O-glukosa
CN
C
O-gula
Keterangan :
Apabila ikatan gula adalah glukosa S-isomer maka senyawa kimianya : prunasin, Risomer maka senyawa kimianya : sambunigrin dan Campuran R,S maka senyawa
kimianya : prulaurasin
Apabila ikatan gula adalah gentibiosa maka senyawa kimianya adalah amygdalin
Aapabila ikatan gula adalah vicianosa maka senyawa kimianya adalah vicianin
Gambar 8.7. Komposisi kimia prunasin, sambunigrin, prulaurasin,
amygdalin, vicianin
CN
HO
CH
O-glukosa
Keterangan :
Apabila S-isomer maka senyawa kimianya adalah dhurrin
Apabila R-isomer maka senyawa kimianya adalah taksifilin
Gambar 8.8. Komposisi kimia dhurrin, taksifilin
Bagi tanaman, senyawa ini diperlukan dalam mekanisme pertahanan diri
terhadap predator dan dalam proses metabolisme untuk membentuk protein dan
karbohidrat. Umumnya senyawa tersebut disintesis dari asam amino yang merupakan
homolognya. Sebagai contoh dapat diamati pada Gambar 8.9. beberapa senyawa
yang strukturnya hampir sama dengan asam amino prekursornya. Nampak bahwa
linamarin dan lotaustralin yang masing-masing berasal dari asam amino L-valin dan
L-isoleusin.
14
ikatan karbon nitrogen pada asam amino menjadikan penggabungan yang lengkap.
Jalur biosintesis glikosida sianogenik dimulai dari asam amino yang diubah ke dalam
bentuk aldoxime, kemudian terbentuk menjadi sianohidrin yang sebelumnya melalui
(dapat dua cara) pembentukan nitril atau hidroksi aldomin. Sianohidrin dikatalis oleh
-glikosil-transferase menjadi glikosida sianogenik.
COOH
CH3
H3C
CN
C
H3C
L-valin
O
Linamarin
NH2
I
H3C
COOH
CH3
CN
C6H11O5
H5C2
H5C2
L-isoleusin
C6H11O5
Lotaustralin
NH2
I
OH
CH
H
I
COOH
OH
L-tirosin
CN
dhurrin
NH2
I
CH2C
C CN
I
O
I
C6H12O6
Prunasin
COOH
L-fenilalanin
Gula
Struktur
Linamarin
Glukosa
Valin
Lotaustralin
Glukosa
Isoleusin
Akasipetalin
Glukosa
Leusin
Prunasin
Sambunigrin
Glukosa
Glukosa
4
5
Fenilalanin
Fenilalanin
Pada tanaman
Linum usitatissimum
Phasealus lunatus
Manihot esculenta
Trifolium repens
Lotus sp.
Acacia sp. (Shout
African)
Rosaceae
Sambucus sp.
Prulaurasin
Amygdalin
Vicianin
Dhurrin
Taxiphyllin
Glukosa
Gentibiose
Vicianose
Glukosa
Glukosa
6
7
8
9
10
Fenilalanin
Fenilalanin
Fenilalanin
Tirosin
tirosin
Emulsin, suatu sistem enzim yang didapat pada biji almond (Prunus
amygladus, Rosaceae) akan mengkatalisis baik hidrolisis gula maupun pembentukan
asam sianida. Pada amigladin, gentibiosa mula-mula terhidrolisis menjadi glukosa
(membentuk prunasin), kemudian molekul glukosa kedua lepas. Emulsin spesifik
untuk glikosida sianogenik aromatik, sedangkan linammarinase (glukosidase) yang
terdapat pada biji flax, white clover dan ubi kayu akan mengkatalisa hidrolisis baik
glikosida alifatik maupun aromatik tapi tidak mengkatalisis diglukosida. Secara
lebih rinci, dua contoh anti nutrisi dari senyawa glukosida sianogenik (linamarin dan
lotaustralin) serta derivatnya (asam sianida) dikemukakan dibawah ini.
R1
R1
C
R2
Asam amino
R1
C
CH COOH
I
NH2
R2
C
CH
II
NOH
Aldoxim
OH
R2
CN
Nitril
R1
O-glukosa
R1
C
R2
CN
Gkulosida sianogenik
OH
C
R2
CN
-hidroksi nitril
8.2.3.1.1. Linamarin
Linamarin merupakan senyawa turunan dari glikosida sianogenik. Sistem
metabolisme dalam tanaman menyebabkan salah satu hasil dari degradasi asam
amino L-valin adalah linamarin.
O-glukosa
C
H3C
CN
mengandung linamarin sebesar 93 persen dari glikosida. Bila senyawa ini dihidrolisa
oleh asam atau enzim maka akan menghasilkan aceton + glukosa + asam sianida.
Hidrolisis linamarin dapat ditelaah dari bagan reaksi pada Gambar 8.12. Mekanisme
metabolisme selanjutnya dapat dilihat pada sub bab mengenai asam sianida.
CH3
CH3
H2O
C6H12O5
CN
CH3
linamarin
C6H12O5 + C O + HCN
glukosa
CH3
aceton
8.2.3.1.2. Lotaustralin.
Lotaustralin merupakan senyawa turunan dari glikosida sianogenik. Sistem
metabolisme dalam tanaman menyebabkan salah satu hasil dari degradasi asam
amino L-isoleusin adalah lotaustralin. Komposisi kimiawinya dapat disajikan pada
Gambar 8.13. berikut ini.
H3C
O-glukosa C
C
H5C2
CN
dengan yang diketemukan dalam tanaman lotus spp. Lotaustralin larut dalam air dan
hanya dapat hancur oleh panas di atas suhu 150oC. Daun ubi kayu mengandung
lotaustralin sebesar 7 persen dari glikosida. Bila senyawa ini dihidrolisa oleh asam
atau enzim maka akan menghasilkan methyl ethyl keton + glukosa + asam sianida.
Mekanisme metabolisme selanjutnya dapat dilihat pada sub bab mengenai asam
sianida.
8.2.3.1.3. Asam sianida (HCN)
Asam sianida merupakan anti nutrisi yang diperoleh dari hasil hidrolisis
senyawa glukosida sianogenik seperti linamarin, luteustralin dan durin. Salah satu
contoh hasil hidrolisis adalah pada linamarin dengan hasil hidrolisisnya berupa Dglukosa + HCN + aceton dengan bantuan enzim linamerase.
Lebih dari 100 jenis tanaman mempunyai kemampuan untuk memproduksi
asam sianida. Jenis tanaman tersebut antara lain famili Rosaceae, posssifloraceae,
leguminosae, sapindaceae, dan gramineae. Sebetulnya pelepasan asam sianida pada
tanaman merupakan proteksi tanaman terhadap gangguan/kerusakan. Asam sianida
hanya dilepaskan apabila tanaman terluka. Tahap pertama dari proses degradasi
adalah lepasnya molekul gula (glukosa) yang dikatalis oleh enzim glukosidase.
Sianohidrin yang dihasilkan bisa berdissosiasi secara nonenzimatis untuk melepaskan
asm sianida dan sebuah aldehid atau keton, namun pada tanaman reaksi ini biasanya
dikatalis oleh enzim.
Berdasarkan
beberapa
penelitian
terdahulu
telah
diketahui
proses
metabolisme sianida. Glikosida yang masuk ke dalam usus terhidrolisa dengan cepat
sehingga ion CN-nya lepas. Kemudian dalam peredaran darah, pergi ke jaringanjaringan (kalau ke paru-paru sebagian dapat dieliminasi), tetapi kalau sampai ke selsel syaraf maka zat tersebut akan menghambat pernafasan sel-sel tersebut, sehingga
mengganggu fungsi sel yang bersangkutan.
Mekanisme sehingga asam sianida dapat menghambat pernafasan sel adalah
adanay penghambatan terhadap reaksi bolak-balik pada enzim-enzim yang
mengandung besi dalam status ferri (Fe3+) di dalam sel. Enzim yang sangat peka
terhadap inhibisi sianida ini adalah sitokrom oksidase. Semua proses oksidasi dalam
tubuh sangat tergantung kepada aktivitas enzim ini.
kompleks ikatan enzim sianida, maka proses oksidasi akan terblok, sehingga sel
menderita kekurangan oksigen. Jika asam sianida bereaksi dengan hemoglobin (Hb)
akan membentuk cyano-Hb yang menyebabkan darah tidak dapat membawa oksigen.
Tambahan sianida dalam darah yang mengelilingi komponen jenuh di eritrosit
diidentifikasikan sebagai methemoglobin. Kedua sebab inilah yang menyebabkan
histotoxic-anoxia dengan gejala klinis antara lain pernafasan cepat dan dalam.
Jika sianida sudah masuk ke dalam tubuh, efek negatifnya sukar diatasi.
Kejadian kronis akibat adanya sianida terjadi karena ternyata tidak semua SCN
(tiosianat) terbuang bersama-sama dengan urin, walaupun SCN dapat melewati
glomerulus dengan baik, tetapi sesampainya di tubuli sebagian akan diserap ulang,
seperti halnya klorida. Selain itu, kendatipun sistem peroksidase kelenjar tiroid dapat
mengubah tiosianat menjadai sulfat dan sianida, tetapi hal ini berarti sel-sel tetap
berenang dalam konsentrasi sianida di atas nilai ambang. Jelaslah bahwa sianida
dapat merugikan utilisasi protein terutama asam-asam amino yang mengandung
sulfur seperti metionin, sistein, sistin, vitamin B12, mineral besi, tembaga, yodium,
dan produksi tiroksin.
Inhibisi sitokrom oksidase akan menekan transport elektron dalam siklus Krebs
yang menghasilkan energi, sehingga gejala keracunan pertama adalah hewan tampak
lesu, tak bergairah seolah-olah tidak mempunyai banyak tenaga untuk bergerak, nafsu
makannya juga sangat menurun. Karena tubuh kekurangan oksigen, tubuh tanpak
kebiru-biruan (cyanosis) dan dengan sorot mata yang tidak bersinar. Terjadi pula
disfungsi pada sistem syaraf pusat. Keracunan yang berlanjut akan menyebabkan
kehilangan keseimbangan, kejang-kejang, lumpuh, dan dalam beberapa detik
akhirnya ikan mengalami kematian.
Pada dosis rendah, asam sianida tidak menimbulkan kematian, akan tetapi ikan
yang secara terus menerus teracuni asam sianida, misalnya karena mengkonsumsi
pakan yang mengandung asam sianida dalam kadar yang tidak mematikan,
pertumbuhan hewan menjadi sangat terhambat dan diare.
Langkah yang dapat dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi efek
negatif sianida, yaitu : (1) menghilangkan sebanyak mungkin sianida sebelum suatu
bahan makanan yang mengandung sianida dijadikan pakan, dan (2) mengikat sianida
yang tersisa agar dapat dikeluarkan bersama-sama dengan feses.
Asam sianida dapat dinetralisasikan dengan beberapa macam perlakuan.
Beberapa studi tentang mekanisme penurunan anti nutrisi sianida dan peningkatan
reduksinya dapat dilakukan dengan suplementasi sulfur anorganik maupun organik.
Suplementasi sulfur
penyimpanan
yang
lama,
pengeringan,
perendaman,
perebusan,
dengan menggunakan sinar matahari dan dapat pula oven. Pengeringan dengan oven
pada suhu 45 sampai 55oC selama 4 jam dapat menurunkan 75 persen kadar asam
sianida. Cara pemanasan dengan menggunakan sumber panas matahari merupakan
cara yang paling murah dan mudah dilakukan peternak pedesaan. Perendaman
dalam air selama lima hari dapat menurunkan asam sianida dari 97 persen menjadi
45 persen.
Telah dijelaskan bahwa keracunan sianida terjadi akibat timbulnya ikatan
yang kuat antara enzim sitokrom oksidase dengan ion sianida. Mengobati keracunan
dilakukan untuk mencegah terjadinya ikatan tersebut. Telah diketahui bahwa ion
sianida berikatan dengan Fe3+, tetapi tidak dengan Fe2+. Dalam tubuh Na-nitrit akan
merubah
ion
Fe2+ pada
hemoglobin
menjadi
ion
Fe3+ (methemoglobin).
Terjadi kompetisi
antara methemoglobin dan sitokrom oksidase untuk mengikat CN, dengan demikian
pengikatan CN oleh sitokrom oksidase menjadi minimal. CN dalam ikatan CNmethemoglobin ini selanjutnya dikeluarkan dengan memberi injeksi Na-thiosulfat.
CN bersenyawa dengan Na-tiosulfat membentuk tiosianat yang tidak beracun dan
mudah dikeluarkan lewat urin.
8.2.3.2. Anti Tripsin
Anti tripsin atau inhibitor tripsin adalah senyawa penghambat kerja tripsin
yang secara alami terdapat pada kedelai, lima bean (kara), gandum, ubi jalar, kentang,
kecipir, kacang polong, umbi legume, alfalfa, sorghum, kacang fava, beras dan
ovomucoid, semuanya merupakan protein dengan berat molekul rendah, kecuali anti
tripsin yang terdapat pada ovomucoid yang terdiri dari 75 persen asam amino dan 25
persen karbohidrat. Pada umumnya anti tripsin adalah senyawa yang terdiri dari
asam amino dengan bentuk struktur Gambar 8.14. sebagai berikut.
H
C
R2
R1
C
H
Kunitz inhibitor
menunjukkan reaksi tripsin sebagai penghambat dengan cara yang sama yaitu reaksi
dengan pencernaan protein lain, tetapi sejumlah ikatan non kovalen dibentuk pada
tempat aktif dalam sebuah ikatan kompleks yang tidak dapat dirubah dan (2)
Bowman-Birk inhibitor (BBI) yang mempunyai ukuran molekul 6.000 sampai dengan
10.000 dengan proporsi ikatan disulfida tinggi dan dengan aktifitas menghambat
tripsin dan kimotripsin dengan cara mengikat pada tempat yang bebas, dan larut
dalam 60 persen etanol tetapi tidak larut dalam aseton. BBI mempunyai dua tempat
aktif yaitu satu menjepit tripsin dan yang satu menjepit kimotripsin kompleks. BBI
mempunyai rantai tunggal polipeptida dengan 71 asam amino dan 7 ikatan disulfida.
Mekanisme kerja anti tripsin dalam tubuh ternak dimulai dengan interaksi
antara tripsin (T) dengan substrat inhibitor (I) yang mengandung lisin dan arginin dan
membentuk ikatan peptida berbentuk tetrahedral (TI)t. Bila reaksi terjadi dalam
keadaan asam, maka anti tripsin akan cenderung menjadi substrat normal (TI)t.
Kemudian melalui pemecahan ikatan peptida dari enzim asal (TI)a, akan terbentuk
senyawa antara tetrahedral yang kedua (TI)t dan selanjutnya dihasilkan lagi senyawa
antara inhibitor (I) kedua. Mekanisme interaksi antara tripsin dengan inhibitor dapat
dilihat pada Gambar 8.15.
NH2
NH
NH
(T)(I)
(TI)t
NH2
NH
OH
OH
H2O
-OH-C=O-O-C-OH-O-C
O-O-C-OH-OH-C=O
(TI)a
(TI)T
(I)
anti tripsin akan mengalami beberapa gejala seperti kesulitan mengkonsumsi pakan,
hipertropi pankreatik dengan adanya peningkatan jumlah sel-sel jaringan pankreas,
gangguan pencernaan protein, gangguan absorpsi lemak, pengurangan sulfur asam
amino dan terhambatnya pertumbuhan.
Pakan ikan yang mengandung anti tripsin cenderung akan membentuk
perluasan pankreas. Spesies yang berat pankreasnya melebihi 0,3 persen terhadap
berat tubuh akan cenderung meningkatkan perluasan pankreas, dimana pengecilan
ukuran pankreas menjadi tidak mungkin. Perluasan pankreas akan memperbesar
sekresi tripsin.
kekurangan sulfur asam amino. Efek yang paling akhir terjadi adalah terhambatnya
pertumbuhan.
Hampir semua anti tripsin dalam tanaman dapat dirusak oleh panas. Lebih dari
95 persen aktifitasnya dirusak dengan perlakuan panas dalam waktu 15 menit pada
suhu 100oC. Penggilingan pakan yang menggunakan ekstruder sangat efektif dalam
menghancurkan anti tripsin. Faktor penting dalam mengontrol perusakan anti tripsin
adalah suhu, lama pemanasan, ukuran partikel dan kandungan air. Pemanasan yang
berlebihan akan merusak zat makanan yang lain seperti asam amino dan vitamin.
8.2.3.3. Aflatoksin
Aflatoksin merupakan kelompok yang terkait dengan keluarga struktur
bisfuranocoumarin yang diproduksi terutama oleh strain beracun dari aspergilus
flavus dan Aspergilus parasiticus. Hanya separuh dari strain tersebut yang diketahui
memproduksi racun. Meskipun jamur-jamur lain seperti Penicullum spp, Rhizopus
spp, Mucor spp dan streptomyces spp dapat memproduksi aflatoksin namun
relevansinya terhadap produksi ternak belum dapat diketahui.
Nama aflatoksin
Periode kritis yang berpotensi tinggi untuk investasi jamur tersebut adalah
periode pertumbuhan, periode panen, saat transportasi dan dalam periode
penyimpanan sangat rentan bagi tiga macam bahan, yaitu jagung, biji kapuk dan
kacang-kacangan. Kelompok padi dan kedelai biasanya terserang pada saat periode
penyimpanan.
disamping kelembaban dan suhu optimal juga pengaturan tingkat aerasi, karena
perbedaan suhu dapat menyebabkan migrasi kelembaban udara, rusaknya kernel dan
spora yang disebabkan oleh serangga serta harus terbebas dari debu, biji benih
rumput, dan pecahan kernel juga sanitasi didalam gudang harus diperhatikan secara
benar.
Pada jagung yang ditanam sepanjang musim kering dapat mengalami
kerusakan akibat serangga seperti ulat atau kumbang yang memakan bagian dalam
kernel.
Kernel yang telah rusak akan lebih mudah terserang spora jamur yang
mungkin terbawa pada tubuh serangga. Kemudian spora tumbuh dan berkembang
biak dengan menggunakan nutrisi yang dihasilkan oleh kernel.
Faktor pemacu
sehingga timbul kerusakan yang akn dipergunakan sebagai lubang keluar ulat kapuk
yang berwarna pink.
lingkungan sekitar 34oC atau lebih sepanjang musim semi (Juli sampai dengan
Agustus di USA) yang disertai hujan deras yang tiba-tiba. Apabila pemanenan biji
Gen
Regulasi transkripsional
MRNA
Regulasi translasional
Sebagai
contohnya telah ditemukan bukti bahwa AFB1 2,3 - oksida dan dihidriol
mengakibatkan terjadi pembentukan molekuler spontan akibat perubahan kondisi pH
sehingga membentuk ikatan ionik kovalen dengan protein dan membentuk Schiff
base. Sebuah jalur alternatif dapat terbentuk secara langsung pada cincin katalisasi
hidroksilasi dengan 2 posisi, yaitu pembentukan AFB 2a, yang juga dapat membentuk
Schiff base secara molekuler dengan kelompok asam amino utama protein. Interaksi
nonspesifik yang lebih lanjut dengan protein termasuk kunci enzim dapat berakibat
fatal bagi sel-sel jantung.
Reaksi metabolik yang ketiga tidak melibatkan MFO tetapi lebih banyak
terjadi dengan melibatkan sitosol dan dikatalisasi oleh sebuah enzim reduktase
(NADPH) terpisah, dan membentuk aflatoksicol (AFL). Hal ini membuktikan bahwa
reaksi setiap ternak terhadap AFB1 berhubungan secara langsung dengan laju
produksi AFL. Reaksi metabolik selanjutnya adalah hidroksilasi AFB 1 membentuk
AFM1. Meskipun hasil reaksi metabolik tidak seganas atau sekarsinogenik AFB 1
namun tetap sama saja pengaruhnya karena AFM1 merupakan zat racun penyebab
utama rusaknya produksi pada ternak seperti produksi susu. Sebab dalam kasus
karsinogisitas ternak dapat mengakibatkan kontaminasi pada sebuah rantai makanan
di lingkungan.
Keracunan akibat aflatoksin yang terjadi pada ikan dapat dikatagorikan dalam
dua tingkat, yaitu tingkat keracunan akut dan kronis. Pada dasarnya organ target
racun aflatoksin pada semua ikan adalah organ hati. Efek kumulatif yang fatal pada
ikan adalah rusaknya fungsi hati. Setelah sejumlah toksin AFB 1 terbentuk maka
hepatosit akan segera mengalami perubahan cepat melibatkan lipid, yang
mengakibatkan nekrosis (kematian sel).
nonspesifik AFB1 maupun aktifnya kerja berbagai sel protein. Terjadinya interaksi
dengan kunci enzim dapat mengganggu proses metabolis dasar dalam sel-sel seperti
metabolisme karbohidrat dan lipid serta sintesis protein. Terjadinya modifikasi sifat
permeabilitas hepatosit atau sub selular organel-organel terutama mitokondria akan
menyebabkan nekrosis.
Dengan rusaknya fungsi hati maka akan diikuti dengan munculnya efek lain
seperti rusaknya mekanisme penggumpalan darah, ikterus dan penurunan produksi
serum protein esensial yang disentesa dalam hati. Melemahnya sistem penggumpalan
darah dan meningkatnya kerapuhan kapiler memepngaruhi luas hemoraging,
termasuk akumulasi darah dalam saluran gastrointestinal. Selain kerusakan hati,
dengan dosis yang lebih tinggi pada beberapa spesies akan dapat menyebabkan
nekrosis pada tubulus ginjal. Meskipun kelenjar timus merupakan organ target pada
kasus aflatoksin akut, namun menurut daya tahan tubuh lebih terkait dengan
aflatoksikosis kronis.
Alfatoksikosis kronis dapat terjadi apabila terdapat jenjang waktu yang lebih
lama dalam proses penyerapan racun tingkat rendah. Efek yang timbul tidak jelas
ataupun dapat dibuktikan secara klinis seperti pada kasus aflatoksikosis akut. Secara
8.2.3.4. Cyclopropionid
Cyclopropinoid adal;ah jaringan asam lemak tak jenuh yang terdiri atas
sterculit dan asam malvalit yang terbentuk dalam minyak biji kapuk pada tingkat 12% dari minyak mentah pada rposes pembuatan yang kurang sempurna. Dilihat dari
ciri fisik yang dimiliki oleh asam cyclopropinoid yakni sejenis obat bius dimana
mengikat organel dalam sel yang menghasilkan energi, mempunyai serat kasar tinggi,
palatabilitas rendah yang terdiri atas selulosa, hemiselulosa, lignin dan silikat.
Adapun rumus bangun dari Cyclopropinoid terdapat pada Gambar 8.17.
CH2
H3C
(CH2)7
(CH2)7
COOH
(CH2)6
COOH
Asam Sterkulat
CH2
H3C
(CH2)7
Asam Malvalat
Gambar 8.17. Komposisi kimia cyclopropinoid
Kapuk merupakan tanaman pekarangan, pinggir-pinggir jalan atau di galengan
sawah. Seperti halnya dengan kapas, yang penting dipandang dari segi ilmu makanan
ternak adalah bijinya (produk dari biji). Biji tersebut mempunyai daging yang dapat
mencapai 50% dan daging biji itu mengandung protein yang lebih tinggi (dibanding
dengan biji kapuk yang lengkap dengan kulit) yakni 52-56%. Minyak yang
dikandungnya berkisar antara 22-25 dari BK. Setelah lemak dikeluarkan, tinggal
bungkilnya yang dapat dipergunakan sebagai pupuk organik ataupun sebagai pakan
ternak. Seperti halnya bungkil-bungkulan lain, bungkil biji kapuk mempunyai protein
kasar yang cukup tinggi (+ 28%). Bungkil biji kapuk selain mengandung zat-zat
pakan yang tinggi juga menghasilkan beberapa faktor pembatas diantaranya zat anti
nutrisi berupa asam cyclopropinoid sebesar 10-13% dan adamnya selulosa yang dapat
menurunkan daya cerna ternak. Faktor pembatas ini mempunyai sifat sebagai obat
bius, karena mempunyai palatabilitas rendah penggunaannya sebagai bahan pakan
ternak perlu dibatasi. Asam cyclopropinoid ini berasal dari gugus amida dengan
rumus kimia C3H6
Bagaimana pakan itu bekerja dalam sistem metabolisme tubuh ikan itu
sendiri, disini gambarannya adalah asas cyclopropinoid karena sifatnya berefek
penenang (obat bius) akibatnya adalah dapat merubah metabolisme lemak dimana
komposisi lemak berubah yaitu lebih banyak asam lemak yang mengandung stearat
pada oleat, dan akhirnya asam lemak stearat ini sulit terdegradasi dan diserap oleh
usus sehingga terjadi penimbunan lemak yang tinggi. Selain itu adanya gangguan
pada metabolisme pakan sehingga penyerapan zat-zat makanan menjadi lambat.
Gejala-gejala keracunan yang terlihat pada ikan mengkonsumsi bungkil biji
kapuk antara lain : penurunan produksi telur, penurunan efisisiensi penggunaan
pakan, penurunan selera makan, penurunan bobot badan, penurunan fertilitas,
penurunan daya tetas, penurunan pertumbuhan, dilatasi dinding pembuluh darah dan
terjadi kematian.
Dengan adanya gejala keracunan diatas sangat jelas sekali menimbulkan efek
negatif yang mempengaruhi ikan tersebut. Oleh karena itu, cara pencegahan yang
dapat dilakukan dalam mengatasi masalah keracunan diatas adalah apabila sebelum
digunakan, dinetralkan terlebih dahulu dengan berbagai cara misalnya dengan proses
sulfitasi yaitu dengan cara mengalirkan sulfur dioksida terhadap minyak stercula
faebida (pada minyak biji kapuk) yang mengandung asam sterculat yang dapat
merusak cincin cyclopropena dan merusak reaktifitas halpen atan memberikan reaksi
negatif terhadap uji Halpen dari minyak secara total. Jadi apabila bungil biji kapuk
tersebut digunakan sebagai pakan ikan maka cyclopropinoid sudah bersifat netral dan
sudah tidak berbahaya bagi ikan.
8.2.3.5. Mimosin
Mimosin merupakan senyawa asam amin heterosiklik, yaitu asam amino yang
mempunyai rantai karbon melingkar dengan gugus berbeda. Dalam hal ini yang
mempunyai gugus keton dan hidroksil pada inti pirimidinya, yang diketahui bersifat
toxic. Mimosin sering disebut leusenina, dengan rumus molekul C8H10O4N2. Dilihat
dari strukturnya mimosin merupakan turunan dari protein , hal ini dicirikan oleh
adanya unsur N pada strukturnya. Sebab hal yang membedakan antara protein dengan
karbohodrat dan lemak secara struktural adalah adanya unsur N.
Secara struktural mimosin hampir sama dengan tyrosin , tapi berbeda pada
fungsinya. yaitu merupakan zat anti nutrisi ysng berada pada salah satu bahan pakan,
dimana zat tersebut apabila dikonsumsi oleh ternak dapat menyebabkan penurunan
penampilan hewan ternak tersebut. Bahkan pada salah satu zat ani nutrisi lain dapat
menyebabkan kematian. Sedangkan tyrosin merupakan hormon yang berfungsi
sebagai pencegah gondok. Mimosin mempunyai rumus bangun pada Gambar 8.18.
HO
O
NH2
N
CH2
CH
COOH
makanan pada percobaan tikus sebanyak 1% mimosin akan menyebabkan gajala toxic
dengan terjadinya alopecia, penghambatan pertumbuhan dan gejala memperpendak
umur tikus. Percobaan lain menyatakan dengan esktrak lamtoro pada makanan tikus
ternyata menyebabkan kerusakan pada folikel rambut, sehingga merusak rambut
bersangkutan. Ternyata beberapa pengamat mensinyalir adanya gejala rontok rambut
pada manusia bila makan bahan senyawa ini.
Pada dasarnya mimosin merupakan faktor penyebab terjadinya kekurangan
darah (animea) pada tubuh ikan, sehingga hal tersebut dapat menyebabkan gangguan
gangguan lain yang dapat menurunkan penampilan ikan. Sedang efek lain yang
terjadi pada ikan adalah dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat serta gangguan
reproduksi.
Menurut fungsinya mimosin mempunyai fungsi yang berlawanan dengan
asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh. Apabila ikan dalam keadaan tertekan atau
stress maka akan mengakibatkan peyerapan mimosin dalam tubuh akan lebih cepat
dibanding dengan penyerapan asam amino. Sehingga ikan akan lebih banyak
menderita keracunan.
Protein yang ada dalam tepung daun lamtoro yang diberikan pada ikan akan
diuibah menjadi asam amino yang dibutuhkan tubuh ikan, dan salah satu dari asam
amino tersebut adalah mimosin. Selanjutnya mimosin tersebut dihidrolisa dalam
tubuh dan menjadi senyawa yang lebih kompleks yaitu 3.4-dihydroxypyridine (DHP).
DHP ini yang menyebabkan terhambatnya fungsi iodin dalam kelenjar tyroid .
Adanya metabolisme DHP tersebut yang dapat menyebabkan racun dalam
metabolisme tuubuh. Sedang faktor penyebab animea adalah dikarenakan
metabolisme dimetyl disufide. Pencegahan dapat dilakukan dengan membatasi
pemberian bahan pakan yang mengandung senyawa tersebut dalam ransum yaitu
kurang dari 5%. Mimosin diketahui stabil dan sedikit larut dalam air. Kelarutannya
adalah 1 : 500 (1 gram dalam 500 cc air) sehingga apabila senyawa tersebut
dilarutkan lebih dari 500cc air maka senyawa tersebut akan berkurang sifat toxiknya.
Mimosin merupakan senyawa yang tidak mudah rusak pada pemanasan biasa , kadar
kerusakannya mulai terjadi jika dilakukan pemanasan tinggi, sekitar 227-228 0C, hal
ini dapt dipakai sebagai pencegahan keracunan dengan memanasan terlebih dulu
bahan paka yang mengandung senyawa tersebut sebelum diberikan kepada ikan.
8.2.3.6. Gosypol
Gosypol merupakan salah satu dari sekian banyak zat anti nutrisi yang banyak
terdapat pada pakan ikan, dan merupakan senyawa golongan polifenol dengan nama
kimia 1,1-6,6-7,7heksahidroksi5,5diisopropil3,3dimetil (2,2binaflatena)
8,8dikarboksaldehida yang lebih mudah disebut gosypol dengan rumus kimia C30
H30O8. Gosypol adalah padatan berbentuk habkur kuning dengan bobot molekul
518,5. Gosypol memiliki gugus fungsional yang reaktif terhadap senyawa didalam
tubuh terutama yang memiliki gugus amino dan ion besi sehingga menganggu reaksi
biokimia tubuh.
Gosypol adalah senyawa reaktif dan menunjukkan keasaman kuat yang dapat
bertindak sebagai fenol ataupun aldehid, gosypol dengan asam dibasis membentuk
garam netral bila dilarutkan dalam alkali. Gosypsol pada titik leleh suhu 184 0C
terkristalisasi dalam eter pada suhu 1990C dalam chloroform dan pada suhu 2140C
dalam ligroin. Adanya interval yang banyak karena polimerfisma dari gypsol . Dalam
bentuk kristal mudah larut dalam larutan organik dan sangat peka terhadap cahaya.
Gosypol pada umumnya terdapat didalam biji-bijian seperti biji kapas, biji
kapuk, ataupun biji okra, selain itu terdapaat pula pada bagian lain dari tanaman
seperti batang, daun , benang sari dan kulit kapas. Pada tanaman kapas sebagai salah
satu penghasil bungkil yang merupakan penghasil protein dan energi yang tinggi bagi
makanan ikan. Tetapi sangat disayangkan protein tersebut tidak dapat digunakan
secara bebas oleh ikan karena mengandung polifenol, gosypol bebas ataupun yang
terikat dapat meracuni ikan yang memakannya. Gosypol bebas adalah yang paling
berbahaya , bungkil biji kapas yang kaya akan gosypol mengandung 0,517%
sedangkan gosypol yang terikat misalnya dengan senyawa FeSO4 tidak berbahaya.
Dalam praktek 400 mg gosypol bebas per kg makanan dapat meimbulkan
gejala keracunan dalam 6-8 minggu, Gejala-gejala keracunan tersebut erat
hubungannya dengan konsentrasi dan waktu gosypol tersebut dimakan oleh ikan yang
bersangkutan. Efek gosypol terlihat nyata pada beberapa hari setelah ikan tersebut
memakan gosypol. Pemberian buungkil biji kapas pada ikan memberikan pengaruh
terhadap penurunan kualitas telur.
dengan rantai cyclopropena yang mana menyebabkan warna merah jambu pada putih
telur , asam lemak ini juga yang menyebabkan deposisi yang besar dari stearic dam
asam palnitik didalam depot lemak. Jadi telur ikan yang mengkonsumsi minyak biji
kapas memiliki asam stearic lebih besar.
Diketahui bahwa gosypol tersebut terlebih dulu berakumulasi dalam berbagai
jaringan tubuh sebelum menimbulkan gejala keracunan. Penimbunannya terutama
dalam hati. Proses akumulasi dapat berlangsung selama 28 hari kemudian cendrung
menurun (kuadratik). Sifat akumulasi tersebut teramanifestasi pula dalam nafsu
makan dari ikan yang bersangkutan. Akumulasi tersebut akan menghilang setelah 3
minggu diberhentikan dari pemberian sumber gosypol (proses deplesi), sifat deplesi
tersebut sangat menguntungkan pihak konsumen apabila 3 minggu sebelum dipanen,
ikan tidak diberi pakan yang mengandung gosypol. Gosypol dikeluarkan dari hati
melalui empedu, sebenarnya meskipun gosypol tersebut belum hilang dalam jaringan
tubuh ikan yang dipanen, bahaya pada konsumen/manusia tetap kurang oleh karena
jumlah hati yang termakan relatif sedikit dan banyak gosypol yang menjadi non aktif
bila dipanasi atau dimasak.
Karena adanya zat racun gosypol dalam pakan maka akan dapat menghambat
dan menurunkan kualitas telur (kuning telur menjadi berwarna hijau kebiru-biruan
dan putih telurnya menjadi agak berwarna merah jambu). Penurunan nafsu makan,
bobot badan dan kadar Hb dalam darah atau berkurangnya sel darah merah dalam
tubuh.
Hidrolis dari phitin didalam bungkil biji kapas tidak hanya membebaskan
posphor untuk digunakan ikan tetapi juga membuat bebasnya beberapa protein dari
protein phytat kompleks, keberadaan keduanya yaitu asam amino dan energi
metabolisme menambah nilai bungkil. Hidrolis phytat dari phytin juga menghasilkan
reduksi zinc ang dibutuhkan oleh ayam. Lima puluh persen protein bungkil biji kapas
memiliki nilai energi yang sama dengan 50% protein bungkil kedelai dan defisiensi
asam amino dapat diperbaiki dengan penambahan methionin dan lisin yang membuka
jalan untuk lebih banyak lagi penggunaan bungkil biji kapas dalam peningkatan
efisiensi pakan khususnya di negara dimana produksi kapas melimpah dan sumber
protein yang lain sangat mahal.
Pengelolaan biji kapas yang baik dapat menghilangkan gosypol sehingga
aman digunakan dalam jumlah tertentu untuk pakan ikan. Bungkil yang memiliki
kandungan minyak yang sedikit sangat baik untuk menccegah terjadinya warna
merah jambu pada putih telur. Gosypol dapat lepas dari kelenjar prigmen dengan
mengekstrak bungkil dengan campuran azeoptropic hexena, aceton dan air (44 : 53 :
5) tetapi proses ini tidak digunakan secara komersial.
Besi mempunyai sifat detoksinasi bila ditambahkan dalam makanan yang
mengandung gosypol ataupun diberikan dalam air minum, karena preparat fe dapat
menyebabkan gosypol tersebut menjadi tidak larut. Dosis penambahan preparat besi
Fe : Gosypol = 1 : 1 dan dosis yang lebih rendah tersebut dapat mengurangi
penurunan berat badan tetapi tidak dapat mencegah keracunan. Sebaliknya dosis Fe
yang terlalu tinggi pun sampai 3200 mg Fe/kg makanan juga dapat merugikan,
menurunkan bobot badan walaupun gejala keracunan dapat diobati. Preparat Fe harus
yang larut, bentuk ferro preparat yang tidak larut tidak akan ada gunanya untuk
mencegah keracunan gosypol. Kalsium hidroksida dapat pula mencegah terjadinya
keracunan seperti halnya preparat F bila ditambahkan dalam biji kapas dalam bentuk
larutan. Cara pencegahan yang lain adalah dengan berbagai perlakuan dalam proses
ektrasi lemaknya. Dalam pengeluaran lemak secara mekanis proses tersebut akan
lebih mudah / baik jika biji kapas terlebih dahulu dipanasi (dengan uap panas) sambil
diperas/pres . Panas tersebut akan memecah kelenjar resin dimana gosipol tersebut
tersimpan. Dengan pecahnya kelenjar tersebut gosypol keluar bersama lemak /minyak
dan menyebabkan bercampur dengan protein biji. Protein dan gosypol membentuk
ikatan kompleks terutama karena gosypol berkaitan dengan asam amino bebas lisin
dari protein yang bersangkutan. Protein kompleks tersebut kurang dapat dicerna oleh
enzim-enzim protease sehingga gosypol tersebut tidak dapat diserap, dengan
demikian nilai gizi dari protein yang diharapkan dari biji kapas tersebut pun menjadi
turun. Prosesing tersebut tidak hanya menurunkan daya guna lisin tapi juga valin,
treonin,leusin dan methionin. Prepres solven adalah cara yang menghasilkan bungkil
yang rendah akan gosypol bebas dan kualitas protein yang relatif baik.Sedangkan
ekstraksi langsung dengan pelarut (biasanya dengan hexana) menghasilkan bungkil
yang banyak mengandung gosypol bebas tetapi kualitas proteinnya tinggi.
Penggantian makanan yang mengandung gosypol adalah jalan yang lebih baik
menghilangkan gosypol dalam tubuh dibandingkan penambahan preparat Fe, lagi
pula penambahan preparat Fe saja tidak dapat meghilangkan secara tuntas gosypol
yang telah dideposit kedalam hati.
8.2.3.8. Tannin
Tannin merupakan senyawa polifenolik dengan bobot molekul yang tinggi
dan mempunyai kemampuan mengikat protein. Tannin terdiri dari katekin,
leukoantosiannin dan asam hidroksi yang masing-masing dapat menimbulkan warna
bila bereaksi dengan ion logam. Senyawa-senyawa yang dapat bereaksi dengan
protein dalam proses penyamakan kulit kemungkinan besar terdiri dari katekin
dengan berat molekul yang sedang, sedangkan katekin dengan berat molekul yang
rendah ditemukan pada buah-buahan dan sayuran. Katekin dan epikatekin saling
merupakan isomer, yaitu pada katekin, hidroksil-hidroksil pada cincin benzena
berbentuk trans, sedangkan pada epikatekin berbentuk cis.
mengkristal berbentuk senyawa koloid. Tannin disebut juga asam tanat dan asam
galotanat. Tannin mulai tidak berwarna sampai berwarna kuning atau coklat. Asam
tanat yang dibeli di pasaran mempunyai bobot molekul 1.701 dan kemungkinan besar
terdiri dari pengambilan molekul asam galat dan sebuah molekul glukosa. Komposisi
kimia katekin dan epikatekin dapat dilihat pada Gambar 8.19 berikut ini.
OH
OH
O
HO
OH
OH
Gambar 8.19. Komposisi kimia katekin dan epikatekin
Tannin terdiri dari dua kelompok, yaitu condensed tannin dan hydrolizable
tannin.
tahan terhadap degradasi enzim, tahan terhadap hidrolisa asam, dimetilasi dengan
penambahan metionin, sering kompleks susunannya dan banyak dijumpai dalam bijibijian sorghum.
seperti catechin dan epicatechin, tidak mengandung gula dan mengikat protein sangat
kuat sehingga menjadi rusak. Komposisi kimianya dapat dilihat pada Gambar 8.20.
OH
HO
OH
OH
OH
OH
HO
OH
OH
OH
OH
HO
OH
OH
HO
ellagitannin. Gallotannin merupakan senyawa ester dari glukosa dengan asam galat.
Ellagitannin
merupakan
heksahidroksifelat).
ester
dari
glukosa
dengan
asam
ellagat
(asam
termasuk dalam kelompok gallic acid. Komposisi kimia hydrolizable tannin dapat
dilihat pada Gambar 8.21. berikut ini.
HO COOH
O
HO
-CH=CH-C-O
OH
HO
OH
ikatan kovalen dengan epsilon asam-asam amino yaitu lisin dan arginin yang
selanjutnya dapat meningkatkan daya tahan kulit, tahan terhadap aksi bakteri, panas
dan abrasi. Hal tersebut menyebabkan pakan yang mengandung tannin memiliki
daya cerna dan palatabilitas yang rendah.
HO
-CH=CH-COOH
HO
Caffeic acid
Oksidasi polifenol
O
HO
CH=CH-COOH
Caffaqumone
tannin menekan retensi nitrogen dan mengakibatkan menurunnya daya cerna asamasam amino yang seharusnya dapat diserap oleh villi-villi usus dan dimanfaatkan
untuk pertumbuhan dan perkembangan jaringan-jaringan tubuh. Gejala yang terlihat
akibat adanya tannin adalah pertumbuhan yang lambat, nafsu makan berkurang
karena rasa pahit pada tannin dan kemampuan memproduksi telur menurun.
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghilangkan pengaruh tannin
adalah dengan perendaman dalam air, perendaman dalam larutan alkali, cara mekanis
dan suplementasi donor methil. Perendaman dengan air dapat dilakukan dengan air
suling dengan suhu 30oC selama 24 jam, yang dapat menurunkan kadar tannin
sebanyak 31 persen.
larutan NaOH dan KOH 0,05M pada suhu 30oC selama 24 jam, yang dapat
menurunkan kadar tannin sebanyak 75 sampai dengan 85 persen. Larutan alkali yang
paling efektif untuk menetralisasi tannin adalah larutan kapur (CaO) 1 persen selama
10 menit. Larutan CaO akan membentuk Ca(OH) 2 dalam air, sehingga senyawa
polifenol diduga akan diikat oleh ion Ca2++ dengan ikatan ionik, pertukaran ion atau
mengalami penguraian. Larutan alkali lain yang dapat digunakan antara lain adalah
K2CO3, NH4OH dan NaHCO4.
8.2.3.8. Patulin
Patulin adalah sebuah hemiacetal lactone yang dihasilkan oleh beberapa
spesies dalam genus aspergillus, penicillum, dan bhyssoclamys. Jamur-jamur tersebut
umumnya terdapat pada buah-buahan, seperti apel, jeruk , anggur dan serealia (beras,
jagung, gandum dan shorgum) Racun tersebut selain beracun bagi tanaman inang,
juga bagi hewan dan memiliki aktivitas yang berpotensi antibiotik. Hampir semua
jenis jamur penghasil patulin dapat diketahui pada tahun 1940an pada saat penelitian
antibiotik sedang intens dilakukan. Struktur kimia patulin dapat dilihat pada Gambar
8.23.
O
O
C
OH
O
Gambar 8.23. Struktur kimia patulin
Patulin sebelumnya disebut dengan Claviformin , sebutan untuk penicillium
claviforme yang diisolasi pertama kali nama patulin diberikan karena karakterisasi
struktur bangunnya dibuat dalam penicillium patulum.
Patulin pada jamur dibentuk melalui jalur biosintesis polietida. Prokusor
pembetukan patulin adalah tetra ketida A yang mengalami deoksigenasi menjadi 6asam metil salisilat. Patulin murni berbentuk kreistal rectanguler, tidak berwarna
sampai putih., titik didihnya 110,50C tidak stabil dalam basa dan akan kehilangan
aktivitas biologisnya, stabil dalam asam , larut dalam etanol, eter. Klorofom, ethyl
esetat dan ber flourosensi pada penyinaran dengan sinar ultra violet.
Kemunculan patulin didalam bahan pangan dan pakan dapat diketahui secara
pasti
menyebabkan terjadinya pembusukan buah pada berbagai jenis apel dan jenis apel
juss/cider. Pada komoditi ini ditemukan kandungan patulin sekitar 1000 ppm. Racun
ini juga diimplikasikan dalam kasus keracunan beberapa ternak dan kambing.
Menurut prinsipnya jamur yang berpotensi mengkotaminassi pangan dan pakan,
diurutkan jamur-jamur tersebut mulai dari P, U, Pe, Pm, Pc, A clavatus, A.t, dan B
nivea. Meskipun jamur penghasil patulin tersaebut ditemukan secara berkala di dalam
bahan pangan seperti sereal dan legum , namun racun itu tidak dan belum dapat
dideteksi secara tepat. Patulin relatif tidak stabil dibawah kondisi alkalin dan asam
berat, namun cukup stabil dalam lingkungan asam. Hal tersebut dihitung berdasarkan
kestabilannya
pada
suhu
tinggi
masing-masing
bahan.
Sepanjang
waktu
manusia secara ekstensif tapi terbukti menjadi terlalu beracun. Beberapa peneliti
berspekulasi bahwa ingesti patulin akan dapat merusak gastrointesnital mikroflora.
Belum ada study metabolisme ikan terkait dengan hal tersebut. Study pada tikus
menngindikasikan metabolisme yang cepat dan pemusnahan. Oleh karena itu dapat
diperkirakan bahwa patulin memiliki potensi yang rendah untuk meninggalkan residu
dalam bahan pakan alami ikan.
Pada pengujian dengan menggunakan tikus jantan yang diberi makanan yag
megandung patulin dapat diketahui bahwa LD 50 patulin adalah sebesar 29 mg/kg dan
setelah 2 hari sejak pemberian patulin semua tikus mati dan didapatkan adanya
pembengkakan perut karena terisi penuh cairan, pada penelitian lain dengan cara
injeksi patulin ke otot tikus didapat bahwa patulin mempunyai LD 50 sebesar 0,3
sampai 0,7 mg/20 gram berat tikus. Upaya pencegahan terhadap timbulnya racun
tersebut dapat dilakukan dengan cara mencegah infeksi atau tumbuhnya jamur dapat
dilakukan dengan mengatur kondisi penyimpanan bahan sehingga jamur tidak dapat
tumbuh.
BAB IX
FORMULASI DAN PROSES PEMBUATAN PAKAN
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Pada akhir pokok bahasan ini pembaca diharapkan mampu memahami penyusunan
formulasi pakan dan proses pembuatan pakan ikan
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Pada akhir pokok bahasan ini pembaca diharapkan mampu :
1. Menjelaskan jenis bahan pakan yang baik digunakan untuk pembuatan formulasi
pakan
2. Menjelaskan dan mengaplikasikan berbagai macam metode penyusunan pakan
3. Menjelaskan dan mengaplikasikan proses pembuatan pakan ikan
9.1. Pertimbangan Pemilihan Bahan Pakan Ikan
Setiap kali menyusun pakan selalu harus memperhatikan tiga faktor utama
yang akan mempengaruhi pemilihan bahan pakan dalam rangka menjaga kualitas dan
kuantitas pakan tersebut.
penyusun pakan ikan, (2) ketersediaan bahan pakan untuk pakan ikan di daerah
tersebut dan (3) Kandungan zat-zat makanan bahan pakan ikan dan kebutuhan zat
makanan ikan.
Harga bahan pakan merupakan pertimbangan utama bagi peikan ikan untuk
menyusun pakan. Semakin murah harga suatu bahan pakan maka akan semakin
menarik untuk peikan ikan. Harga bahan pakan ikan bervariasi tergantung pada
beberapa hal, antara lain kebijakan pemerintah dalam bidang makanan ikan, impor
bahan pakan dan tingkat ketersediaan bahan pakan tersebut pada suatu daerah.
Kebijakan pemerintah selama ini kurang memprioritaskan dunia perikanan termasuk
kebijakan tentang makanan ikan. Sehingga harga pakan tidak pernah stabil pada
suatu imbangan harga tertentu. Berbeda dengan harga pangan yang diusahakan oleh
pemerintah untuk selalu stabil pada harga tertentu.
Salah satu kelemahan penyusunan pakan ikan selama ini adalah kurang
mengoptimalkan potensi bahan pakan lokal.
terutama sumber protein masih impor seperti bungkil kacang kedelai dan tepung ikan.
Akibatnya harga bahan pakan tersebut relatif mahal. Alasan yang umum dipakai
untuk pembenaran impor adalah belum adanya bahan pakan tersebut di daerah lokal
dan/atau standarisasi kualitas bahan pakan impor yang relatif stabil.
Sementara
potensi bahan pakan lokal sampai saat ini belum tergarap dengan baik. Bungkil
kacang kedelai memang kurang terdapat di daerah lokal karena jarang terdapat
industri pembuatan minyak kedelai.
relatif banyak. Beberapa industri pengolahan tepung ikan sudah mencoba membuat
standarisasi kualitas yang baku, tetapi masih banyak industri yang belum bergerak ke
arah standarisasi mutu. Potensi lokal untuk mengganti bahan pakan sumber protein
sebenarnya dapat dimaksimalkan. Di banyak daerah di Indonesia terdapat bahanbahan pakan sumber protein bari hewani maupun nabati, seperti bungkil biji karet,
bungkil kelapa, bungkil inti sawit, isi rumen dan lain-lain.
didapatkan dari industri minyak karet. Sementara itu perkebunan karet tersebar di
seluruh pulau Jawa dan Sumatera. Demikian juga bungkil kelapa dan bungkil inti
sawit terdapat dalam jumlah besar di seluruh kepulauan Indonesia.
umumnya menjadi limbah dan mengganggu lingkungan.
Isi rumen
Sementara apabila
dioptimalkan dapat menghasilkan sumber bahan pakan yang luar biasa banyak karena
setiap hari selalu tersedia di rumah pemotongan hewan.
Ketersediaan suatu bahan pakan mempengaruhi pemilihan dan harga bahan
pakan tertentu. Ketersediaan menyangkut ada tidaknya potensi bahan pakan tersebut
di suatu daerah, kondisi musim yang mempengaruhi penanaman suatu bahan pakan,
tersedia dalam jumlah banyak tetapi tidak atau kurang dapat digunakan dan atau
kalau digunakan harus diolah dahulu sehingga harga menjadi mahal dan tingkat
persaingan penggunaan dengan manusia.
Setiap daerah mempunyai potensi suatu bahan pakan tertentu pula. Pada
daerah yang relatif subur, kebutuhan bahan pakan lokal untuk ikan umumnya
tercukupi. Di daerah Jawa kedua potensi bahan pakan jagung dan bekatul umumnya
melimpah. Sehingga variasi harga tidak terlalu besar dari waktu ke waktu. Berbeda
dengan daerah kering seperti di luar Jawa terutama di Nusa Tenggara yang potensi
bahan pakan lokalnya kurang. Pasokan yang didapat umumnya dari daerah lain.
Sehingga variasi harga umumnya tajam. Umumnya pada daerah kering kebutuhan
bahan pakan ikan yang dominan dapat diganti dengan potensi lokal. Seperti jagung
dapat diganti dengan sorghum yang mempunyai karakteristik zat makanan hampir
sama.
Di daerah utara Jawa yang relatif lebih kering tanaman sorghum mudah
Bekatul
umumnya mudah didapatkan pada saat musim panen padi pada musim penghujan.
Sehingga harga bekatul pada saat tersebut umumnya relatif lebih murah dibandingkan
pada saat musim kemarau. Hal seperti ini juga dialami juga oleh jagung. Musin
kemarau umumnya menyebabkan ketersediaan suatu bahan pakan menjadi berkurang
sementara musim penghujan ketersediaan suatu bahan pakan menjadi berlebih.
Pada beberapa daerah potensi bahan pakan ikan sangat banyak, tetapi kurang
atau tidak dapat dimanfaatkan karena beberapa alasan, antara lain kandungan anti
nutrisi tinggi, harus diolah dahulu supaya dapat tersedia ataupun masyarakat tidak
menyadari kegunaan bahan pakan tersebut. Contoh yang paling nyata adalah bungkil
biji karet. Biji karet berlimpah ruah di daerah Jawa dan Sumatera, tetapi harus diolah
dahulu supaya isi biji karet tersebut dapat digunakan sebagai bahan pakan. Setelah isi
biji karet dikeluarkan selanjutnya diperas untuk diambil minyaknya. Bungkil yang
didapatkan akan mengandung protein yang relatif tinggi.
Kelemahannya adalah
adanya anti nutrisi asam sianida yang harus diolah kembali supaya dapat
dipergunakan sebagai bahan pakan. Disamping itu sampai sekarang masyarakat di
sekitar perkebunan karet hanya menganggap biji karet sebagai limbah, sehingga
kurang dimanfaatkan. Hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan sebagai konsumsi
manusia.
Tingkat persaingan penggunaan bahan pakan ikan dengan manusia terjadi
pada bahan baku utama, yaitu jagung. Selama ini jagung merupakan salah satu
makanan pokok sebagian masyarakat Indonesia. Akibatnya tingkat ketersediaan yang
seharusnya tinggi menjadi rendah karena digunakan oleh manusia. Hal ini akan lebih
diperparah lagi pada musim kemarau yang tingkat ketersediaan riil jagung berkurang
karena penanaman jagung sudah berkurang.
Kandungan zat-zat makanan pada masing-masing bahan pakan berbeda-beda.
Setiap bahan pakan mempunyai kelebihan pada suatu zat makanan tertentu tetapi
mempunyai kekurangan pada zat makanan yang lain. Hal tersebut menyebabkan
adanya pengelompokan suatu bahan pakan berdasarkan kandungan zat-zat makanan.
Bahan pakan sumber energi adalah suatu bahan pakan yang mempunyai kandungan
karbohidrat, lemak dan protein yang berenergi tinggi. Contoh bahan pakan tersebut
antara l;ain adalah jagung, sorghum, minyak dan bekatul. Bahan pakan sumber
protein adalah bahan pakan yang kaya akan kandungan protein. Contoh bahan pakan
tersebut adalah tepung ikan, tepung daging, tepung darah, tepung udang, bungkil
kacang tanah, bungkil kacang kedelai, bungkil biji karet, bungkil kelapa dan lain-lain.
Bahan pakan sumber vitamin menunjukkan bahwa bahan tersebut diperlukan untuk
melengkapi kebutuhan vitamin ikan.
kandungan vitamin yang cukup.
Contohnya adalah
makanan lainnya dan umumnya buatan pabrik. Minyak dianjurkan untuk diberikan
pada ikan dalam jumlah yang relatif sedikit. Campuran minyak pada pakan maksimal
dibawah 5%. Apabila minyak dalam pakan berlebihan akan menyebabkan pakan
mudah tengik.
Bahan pakan sumber utama energi adalah jagung.
Jagung mempunyai
kelebihan dibanding bahan pakan sumber energi yang lain karena kandungan energi
relatif tinggi., tingkat ketersediannya yang tinggi dan berkesinambungan, komposisi
zat makanannya relatif seimbang kecuali kekurangan asam amino dan lisin dan relatif
tidak ada anti nutrisi.
Bahan pakan sumber energi yang lain seperti sorghum harganya selalu lebih
murah dibandingkan dengan jagung dan mempunyai kandungan zat-zat makanan
yang hampir berimbang dengan jagung, tetapi tingkat ketersediaan sorghum relatif
lebih rendah. Di daerah Jawa, sorghum hanya dijumpai pada daerah lahan kering di
utara Jawa Tengah dan Jawa Timur serta Madura.
kandungan anti nutrisi tannin yang sangat berbahaya bagi ikan. Tannin menyebabkan
protein tidak terserap karena diikat oleh tannin dalam saluran pencernaan.
Sumber energi yang lain adalah bekatul. Harga bekatul relatif lebih murah
dibanding dengan sumber energi lain, mempunyai kandungan protein yang lebih
tinggi (sekitar 12 13%) dan tersedia dalam jumlah banyak. Tetapi kelemahan
bekatul adalah kandungan energi relatif agak rendah dan mempunyai sifat bulky
(amba atau mudah mengenyangkan). Oleh sebab itu dianjurkan tidak terlalu banyak
menggunakan bekatul dalam campuran pakan.
Bahan pakan sumber protein umumnya mahal.
sekarang sebagian besar (90%) masih di impor dari luar negeri. Bahan pakan sumber
protein sebagai penyusun utama pakan ikan adalah bungkil-bungkilan dan produk
hewani.
utama bungkil kacang kedelai adalah tingkat ketersediaan yang masih tergantung
pada impor. Problem tersebut menyebabkan harga bungkil kacang kedelai mengikuti
kurs mata uang asing terutama dollar karena sebagian besar harus diimpor dari
Amerika Serikat. Pada masa krisis ekonomi di Indonesia yang dimulai sejak tahun
1997 sampai sekarang ketersediaan bungkil kedelai menjadi sangat langka sehingga
menyebabkan banyak industri pakan ikan gulung tikar.
kedelai yang lain adalah adanya anti nutrisi anti tripsin yang mengganggu
metabolisme tripsin.
Sumber protein lain bagi ikan adalah produk hewan. Beberapa contohnya
adalah tepung ikan, tepung daging, tepung udang dan tepung darah. Tepung ikan
merupakan sumber protein yang memiliki kandungan protein paling tinggi berkisar
60%. Problem tepung ikan mirip dengan bungkil kacang kedelai, yaitu ketersediaan
tergantung pada impor dan harganya relatif lebih mahal dibanding sumber protein
lainnya.
Sumber mineral untuk menyusun pakan ikan umumnya memiliki harga yang
murah dan tingkat ketersediannya tingggi. Bahan-bahan tersebut antara lain adalah
yang tersedia dalam jumlah banyak di alam dan dapat diolah adalah tepung kerang,
tepung batu, tepung tulang dan kapur.
sumber mineral sintetis buatan pabrik antara lain adalah kalsium karbonat, kalsium
fosfat, fosfat koloidal dan natrium fosfat monobasic.
Umumnya bahan pakan sumber vitamin mahal harganya karena terbuat dari
sintetis.
Hal ini diiimbangi oleh tingkat penggunaan yang relatif sedikit sekali.
amino.
Supaya bahan pakan meningkat kualitasnya, maka perlu adanya feed additive.
Beberapa feed additive yang umum digunakan adalah asam amino metionin dan lisin.
Metionin dan lisin ditambahkan untuk menutupi kekurang seimbangan asam amino
tersebut di dalam pakan sebab jagung sebagai bahan pakan dominan umumnya
kekurangan asam amino lisin dan metionin.
Dalam menyusun pakan hal pertama yang harus dilakukan adalah memilih
bahan pakan. Pemilihan tersebut dengan memilah bahan pakan tersebut berdasarkan
kandungan zat makanannya, seperti bahan pakan sumber energi, sumber protein,
mineral dan vitamin. Beberapa bahan pakan dan kandungan zat makanannya dapat
dilihat pada Tabel 9.1 dan 9.2.
Apabila pemilihan bahan pakan sudah dilakukan, langkah selanjutnya adalah
mengetahui kebutuhan zat-zat makanan ikan.
Zat makanan
Energi (kkalDE/kg)
Protein (%)
Lemak kasar (%)
Serat kasar (%)
Arginin (%)
Glisin (%)
Serin (%)
Histidin (%)
Isoleusin (%)
Leusin (%)
Lisin (%)
Metionin (%)
Sistin (%)
Fenilalanin (%)
Treonin (%)
Triptofan (%)
Valin (%)
Asam linoleat (%)
Kalsium (%)
Fosfor (%)
Potasium (%)
Klorida (%)
Besi (mg)
Jagung
2.200
8,50
3,80
2,20
0,50
0,32
0,49
0,20
0,37
1,10
0,21
0,20
0,15
0,27
0,39
0,09
0,52
2,20
0,02
0,28
0,30
0,04
150,00
Sorghum
8,90
Bekatul
2.100
12,90
13,00
11,40
0,89
0,80
0,32
0,33
0,52
0,90
0,59
0,20
0,10
0,58
0,48
0,45
0,75
3,57
0,07
1,50
1,73
0,07
160,00
Minyak
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
Magnesium (%)
0,12
Mangan (mg)
5,00
Sodium (%)
0,02
Tembaga (mg)
4,00
Yodium (mg)
Selenium (mg)
0,03
Seng (mg)
0,06
Biotin (mg)
0,06
Kholin (mg)
620,00
Folasin (mg)
0,40
Niasin (mg)
24,00
A. pantotenat (mg)
4,00
Piridoksin (mg)
7,00
Riboflavin (mg)
1,00
Tiamin (mg)
3,50
Vitamin B12 (mg)
0,00
Vitamin E (mg)
22,00
Tabel 9.2. Bahan pakan ikan channel catfish
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
Zat makanan
Energi (kkalDE/kg)
Protein (%)
Lemak kasar (%)
Serat kasar (%)
Arginin (%)
Glisin (%)
Serin (%)
Histidin (%)
Isoleusin (%)
Leusin (%)
Lisin (%)
Metionin (%)
Sistin (%)
Fenilalanin (%)
Treonin (%)
Triptofan (%)
Valin (%)
Asam linoleat (%)
Kalsium (%)
Fosfor (%)
Potasium (mg)
Klorida (%)
Besi (mg)
Bungkil kedelai
3.010
44,00
0,80
7,3
0,40
0,29
0,65
2,00
0,05
120,00
0,65
12,00
0,40
3,00
26,00
0,61
1237,00
0,20
520,00
47,00
1,80
19,80
90,00
Tepung ikan
4.060
60,50
9,40
0,70
3,79
4,19
2,25
4,86
2,83
4,50
4,83
4,78
0,56
2,48
2,50
0,68
3,23
0,12
5,11
2,88
0,77
0,60
140,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
B. kacang tanah
3.370
50,70
1,20
11,90
5,50
2,70
2,22
1,49
2,30
2,99
1,76
0,46
0,76
2,75
1,45
0,65
4,82
0,24
0,20
0,63
1,19
0,03
142,00
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
Magnesium (%)
0,27
0,45
Mangan (mg)
29,00
5,00
Sodium (%)
0,04
0,61
Tembaga (mg)
22,00
6,00
Yodium (mg)
Selenium (mg)
0,49
1,93
Seng (mg)
27,00
132,00
Biotin (mg)
0,32
0,31
Kholin (mg)
2794,00
5300,00
Folasin (mg)
0,40
0,80
Niasin (mg)
24,00
93,00
A. pantotenat (mg)
4,00
17,00
Piridoksin (mg)
7,00
4,00
Riboflavin (mg)
1,00
9,90
Tiamin (mg)
3,50
0,10
Vitamin B12 (mg)
0,00
403,00
Vitamin E (mg)
22,00
22,00
Tabel 8.3. Kebutuhan zat-zat makanan beberapa ikan
0,04
29,00
0,07
15,00
20,00
0,39
2396,00
0,40
170,00
53,00
10,00
11,00
5,70
3,00
No.
1.
2.
3.
Zat makanan
Energi (kkal/kg)
Protein (%)
Lemak kasar (%)
45
-
40
0.8-1a
31-38
1a
55
2b
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Arginin (%)
Histidin (%)
Isoleusin (%)
Leusin (%)
Lisin (%)
Metionin (%)
Fenilalanin (%)
Treonin (%)
Triptofan (%)
Valin (%)
Vitamin A (IU)
1.2
1.9
0.6
0.6
2.500
Vitamin D (ICU)
NR
16.
17.
18.
19.
20.
Vitamin E (IU)
Vitamin K (mg)
Tiamin (mg)
Riboflavin (mg)
Vitamin B6 (mg)
40-50
R
10-15
20-25
10-20
1.6002.400
25-100
1-10
5-15
1-10
1.6
0.8
0.9
1.0
2.2
1.2
2.5
1.5
0.3
1.4
4.00020.000
-
5.68
15.
32-36
1-2a
0.5-0.75b
1.0
0.4
0.6
0.8
1.2
0.6
1.2
0.5
0.12
0.71
1.0002.400
500
25-50
R
1
9
3
100
0.5
4-7
5-6
119
NR
11.2
11
11.7
NR
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
A. pantotenat (mg)
Niasin (mg)
Biotin
Vitamin B12 (mg)
Asam folat (mg)
Kolin (mg)
Vitamin C
40-50
150-200
1-1.5
0.015-0.02
6.10
600-800
50
10-20
1-5
0.05-0,25
R
1.0
50-100
250-500
10-15
14
R
R
1.5
400
11-60
30-50
28
R
NR
NR
1.500
R
35.9
12
0.67
0.053
1.2
2.920
122
Keterangan :
1. Pacific salmon
2. Rainbow trout
3. Channel catfish
4. Common carp
5. Yellowtail
a. Asam linoleat
b. EPA dan DHA
9.2. Metode Penyusunan Pakan
Beberapa cara menyusun pakan secara ringkas dapat dilakukan. Beberapa
cara yang dilakukan oleh para peikan adalah : sistem coba-coba (trial and error),
sistem square method, sistem simultaneosis quation method dan komputer.
kebutuhan zat-zat makanan dalam jumlah banyak. Sebagai contoh perhitungan dapat
dikemukakan dibawah ini.
Susunlah pakan dengan PK = 18% dengan komposisi bahan pakan:
a. Basal mix (10% PK)
b. Protein mix (45 % PK)
c. Mineral mix (4%)
Jika di susun 100 kg pakan jadi maka mineral mix = 4%
Jadi basal mix dan protein mix : 100 4 = 96 kg.
96 kg mengaandung 18 % PK berarti
18 100 % = 18,75 % PK
96
selanjutnya
basal mix
10
26,25
18,75
protein mix
45
8,75 +
35,00
Jadi supaya campuran Basal mix dan protein mix mengandung 18,75% PK, maka
campuran tersusun atas :
Basal mix :
Protein total
Jadi untuk pakan jadi terdiri dari basal mix, protein mix dan mineral mix tersusun
dari :
Basal mix
: 75 x 96 kg = 72 kg
100
Protein mix
: 25 x 96 kg = 24 kg
100
subtotal
96 kg
Mineral mix
4 kg
+
Total
100 kg
Contoh 2.
Susunlah pakan ikan (dimisalkan) dengan ketentuan susunan bahan pakan dan
kebutuhan tercantum dalam Tabel 9.4.
ME
(Mcal/kg)
2,20
3,52
3,60
3,25
2,80
PK(%)
Ca(%)
P(%)
11,60
12,60
50,90
4,30
12,67
0,04
0,03
0,31
1,05
0,52
0,29
0,33
0,70
0,15
0,37
Vit.A
(IU)
3600
--------------2000
Konsumsi
(g/hari)
----6
Langkah penyelesaian
a. Bila hanya tersedia tepung daun lamtoro saja maka berdasarkan kandungan zat
makanan dari tepung daun lamtoro masih terdapat kekurangan ME, protein dan
Ca. Oleh sebab itu untuk mencukupinya masih harus ditambah pakan lain yang
nantinya dapat memenuhi kebutuhan akan nutrisinya.
b. Untuk mudahnya dibuat pakan yanng terdiri dari tepung daun lamtoro dan
campuran butiran yang sama banyaknya ( 1 : 1). Jadi agar diperoleh ME sebesar
= 2,80
3,28
0,12
3,40
sorghum
3,52
0,12
0,24
Disini kebutuhan perbandingan antara tetes dan sorghum adalah sama, jadi
campuran butiran (campuran 1) tersusun dari tetes 50 % dan sorghum 50 %.
Dengan demikian maka kandngan protein dari campuran 1 sebesar :
4,3 + 12,6 = 8,45 %
2
d. Kebutuhan protein adalah sebesar 12,67%, maka dibuat campuran II yang terdiri
dari campuran I dan bungkil kedelai. Sehingga bila campuran II dicampur dengan
tepung daun lamtoro akan diperoleh campuran II yang mempunyai kandungan
protein sebesar 12,67%. Dengan metode segi empat akan diperoleh sebagai
berikut
Campuran II
:
13,74
1,07
12,67
T. daun lamtoro
11,60
1,07
2,14
Disini dibuat sama seperti ketentuan (b) diatas dan disini diperoleh campuran II
yang mempuyai kandungan protein sebesar : 13,74 %.
e. Untuk mendapatkan campuran II dengan protein sebesar 13,74% dapat dikerjakan
sebagai berikut :
Campuran II
8,45
37,16
13,74
Bungkil kedelai
50,90
5,29
42,45
Campuran I
37,16
x100% 87,54%
42,45
Bungkil Kedelai
5,29
x100% 12,46%
42,45
= 0,5 x 87,94 x 3 g
100
= 1,31 g
Sorghum
= 0,5x 87,54 x 3 g
100
= 1,31 g
B. Kedelai = 12,46 x 3 g
100
Jumlah
= 0,37 g +
= 5,99 g
= 43,77 x 3,52
100
= 1,54 Mcal/kg
B. Kedelai
= 12,46 x 3,52
100
= 0,44 Mcal kg
Tetes
= 43,77 x 3,25
100
= 1,42 Mcal/kg
+
= 3,40 Mcal /kg, dengan rincian :
Campuran II
Campuran total
2,80 Mcal/kg
Protein :
T. lamtoro
= 11,60/100 x 3.00 g
= 0,35 g
Tetes
= 4,3/100 x 1,31 g
= 0,06 g
Sorghum
= 12,6/100 x 1,31 g
= 0,17 g
B.Kedelai
= 50,9/100 x 0,37 g
= 0,19 g
= 0,77 g
T. lamtoro
= 0,39/100 x 3,00 g
= 0,1170 g
Tetes
= 0,15/100 x 1,31 g
= 0,0020 g
Sorghum
= 0,33/100 x 1,31 g
= 0,0043 g
B.Kedelai
= 0,70/100 x 0,37 g
= 0,0026 g
= 0,0206 g
= 0,03 %
= 0,03 x 5,99 g
100
= 0,0018 g
= 0,46/100 x 3,00 g
= 0,0138 g
Tetas
= 1,05/100 x 1,31 g
= 0,0138 g
Sorghum
= 0,03/100 x 1,31 g
= 0,0003 g
B.Kedelai
= 0,70/100 x 0,37 g
= 0,0011 g
T.tulang
= 32,3/100 x 0,0135 g
= 0,0044 g
= 0,0335 g
Vitamin A :
Tepung daun lamtoro = 3600 IU x 3 g = 10800 IU
Kebutuhan
= 2000 IU x 6 g = 12000 IU
x y
merupakan pengembangan metode segi empat. Metode ini mengatasi kelemahan dari
metode segi empat tersebut karena dapat membuat pakan dengan jumlah bahan pakan
dan macam kebutuhan zat-zat makanan ikan dalam jumlah yang lebih banyak.
Contoh :
Susunlah pakan dengan 20 % PK dan 2,8 Mcal ME /kg dengan komposisi
bahan pakan sebagaimana terdapat pada Tabel 9.5.
Tabel 9.5. Komposisi bahan pakan penyusun pakan
Komposisi bahan
Protein
Jagung
Bekatul
PK (%)
45
8,5
12,5
ME (%)
2,59
3,37
2,35
Langkah pengerjaannya
1. Dengan persamaan aljabar
I. Persmaan jumlah bahan : x + y + z = 100
II. Persamaan kebutuhan PK : 0,45x + 0,085y + 0,125 = 20
(kg)
x
y
z
= 45(A)
= 20(B)
Persamaan
III
I
=280 (C)
x 2,59
=259 (D)
CD
= 0,78y + ( - 0,24z )
= 21
= 0,78y 0,24z
= 21 (V)
0,365y + 0,325z = 25
(E)
(F) _
Persamaan
IV
V
x 0,365
0,78
EF
= 0,477z = 15,17
Z = 31,80
Persamaan IV
0,265y + 0,325z = 25
0,356y + 0,325 X 31,80 = 25
0,365y + 10,34 = 25
0,365y = 14,66
y= 40,16
Persamaan I
X + Y + Z = 100
X + 40,16 + 31,80 = 100
X = 28,04
Jadi pakan dengan 20 % PK dan 2,8 Mcal / kg terdiri dari campuran :
Protein mix = 28,04 kg
Jagung
= 40,16 kg
Bekatul
= 31,80 kg
Uji kebenaran :
Protein :
Protein mix : 45 x 28,04 kg
100
= 12,6 kg
Jagung
: 8,5 x 40,16 kg
100
= 3,4 kg
Bekatul
: 12,5 x 31,80 kg
100
= 4,0 kg
Total
20,0 kg
ME :
Protein mix : 2,59 x 28,04 kg = 72,63 Mcal
Jagung
Bekatul
Total
282,70 Mcal
Fixed
Contoh bahan
pakan yang kurang pasti komposisi kimianya adalah premix, antibiotik, NaCl
dan lain-lain
3. The Ingredient / Nutrien matrix.
Diisi dengan komposisi zat-zat makanan dari bahan pakan yang digunakan.
Komposisi zat-zat makanan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel
komposisi bahan makanan yang dukeluarkan oleh Universitas Gadjah Mada
ataupun dari NRC.
4. The ingredient cost
Diisi dengan harga bahan pakan yang digunakan. Harga bahan pakan diisi
dengan harga pada saat bahan pakan tersebut dimasukkan sebagai salah satu
bahan penyusun pakan. Program UFFF akan mencari alternatif penyusunan
pakan dengan harga yang paling rendah.
5. The ingredient Ratios
Diisi dengan imbangan zat-zat makanan yang digunakan , misalnya imbangan
antara Ca : P, Lisin : Metionin dan seterusnya. Beberapa pakan untuk
hewan tertentu harus mencantumkan imbangan supaya tidak terjadi
ketidakefisienan pakan.
6. The Least Cost Formula.
Berisi hasil pengolahan program UFFF terhadap bahan pakan yang
dimasukkan dalam program Program akan memilih pakan yang paling murah
dengan kondisi zat-zat makanan yang terpenuhi. Bagian program ini terdiri
dari:
-
Ingredient
Cost
Actual Use
Limits
: batas penggunaan
Contens
Secara
umum pembuatan pakan melalui beberapa proses, yaitu penggilingan bahan baku dan
pengayakan, penimbangan dan pencampuran, serta pencetakan dan penyimpanan.
Supaya bahan pakan dapat tercampur dalam pakan secara merata, maka bahan
pakan tersebut harus dapat digiling sehalus mungkin.
Penggilingan dapat
sebaiknya berbentuk emulsi atau tepung dan semakin besar ikan, bentuk makanannya
sebaiknya semakin besar pula seperti dalam bentuk pellet.
Bentuk emulsi adalah bentuk yang paling tidak dapat disimpan lama, karena
pakan tersebut harus dicampur dengan air, dipanaskan dan diaduk sampai terjadi
emulsi atau cairan kental. Sebaiknya pakan emulsi ini tidak terlalu lama disimpan
karena mudah membusuk. Setelah membuat pakan sebaiknya langsung diberikan
pada ikan. Pakan berbentuk tepung sangat mudah membuatnya. Campuran bahan
pakan yang ada diaduk sampai merata dan kemudian dimasukkan kedalam tempat
pakan. Pakan ini dapat disimpan relatif lebih lama dibanding dengan emulsi.
Pakan berbentuk pellet dapat dibuat dengan memberi air ataupun bahan
perekat pada campuran bahan pakan tersebut.
campuran tersebut kemudian dimasukkan pada alat cetak pellet sesuai dengan ukuran
yang diinginkan. Setelah berbentuk pellet, pakan dapat dipanaskan dan dikeringkan
sinar matahari atau alat pengering lainnya. Bagian pellet yang sudah kering dan
pecah merupakan bentuk crumble.
Bagian yang paling riskan pada pembuatan pakan adalah penyimpanan.
Semakinlama disimpan, paka cenderung untuk membusuk dan kehilangan komposisi
zat-zat makanannya. Penyimpanan harus dilakukan pada tempat yang kering, bersih
dan sirkulasi udara yang baik. Secara umum semakinpendek waktu penyimpanan
semakin baik pakan tersebut diberikan pada ikan, sehingga sebaiknya apabila
membuat pakan harus diperhitungkan untuk kebutuhan ikan pada waktu yang relatif
singkat.
BAB X
EVALUASI PAKAN
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Pada akhir pokok bahasan ini pembaca diharapkan mampu memahami bagaimana
cara mengevaluasi pakan buatan
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Pada akhir pokok bahasan ini pembaca diharapkan mampu :
1. Mengevaluasi pakan buatan dengan uji fisik
2. Mengevaluasi pakan buatan dengan uji kimia
3. Mengevaluasi pakan buatan dengan uji biologis pada ikan
4. Mengevaluasi pakan buatan dengan uji ekonomi
Pakan yang akan diberikan pada ikan harus diuji dulu dengan beberapa uji,
yaitu : uji fisik, kimiawi, biologi dan ekonomis. Uji-uji tersebut bertujuan untuk
mengetahui apakah pantas, berguna, berkualitas, ekonomis suatu pakan diberikan
pada ikan. Semua uji saling berkaitan, sebagai contoh secara kimiawi pakan ikan
memenuhi syarat nutrisi yang diperlukan ikan tetapi melalui uji ekonomi didapatkan
bahwa pengeluaran untuk pembuatan pakan sangat tinggi. Dapat disimpulkan pakan
tersebut akan tidak feasibel diberikan pada ikan.
10.1.
Uji ini dilakukan secara fisik dengan bermacam-macam cara, yaitu : menguji
tingkat kehalusan bahan baku pakan, kekerasan pellet, daya tahan dalam air dan daya
apung pellet. Uji kehalusan bahan baku pakan dilakukan dengan menggiling bahan
baku pakan sampai halus. Semakin banyak bagian bahan pakan yang halus, semakin
baik bahan pakan tersebut.
memudahkan untuk pembuatan pellet yang berkualitas. Beberapa bahan baku pakan
sulit menjadi halus dikarenakan beberapa faktor, antara lain yaitu kandungan serat
kasar, kandungan air dan kekerasan bahan pakan. Semakin tinggi kandungan serat
kasar, semakin sukar untuk digiling menjadi halus. Demikian juga semakin tinggi
kadar air, semakin jarang diperoleh bahan bakau yang halus. Semakin lunak bahan
pakan akan mendapatkan bahan baku yang halus yang relatif banyak.
Uji kekerasan pellet dilakukan untuk memeperoleh pellet yang dapat bertahan
lama di dalam air. Semakin keras pellet akan semakin lama pellet tersebut bertahan
di dalam air. Uji kekerasan pellet dilakukan dengan cara memberi beban pada pellet
dengan berat beban tertentu sampai hancur. Semakin tahan dalam menahan beban
maka pellet tersebut semakin baik.
Lama
pengeringan akan semakin keras pellet tersebut, problemnya adalah akan mengurangi
kandungan nutrisi pellet. Demikian juga pengeringan dengan suhu yang semakin
tinggi akan meneybabkan pellet akan cepat menjadi keras. Problemnya adalah sama
dengan lama pengeringan yaitu turunnya kandungan nutrisi, disamping akan
didapatkan kekerasan pada pellet yang tidak merata, bagian luar pellet keras tetapI
bagian dalam pellet belum terlalu keras. Salah satu jalan adalah dengan mencari
waktu lama pengeringan yang optimal dengan suhu yang tidak terlalu tinggi. Dengan
kondisi tersebut akan didapatkan pellet dengan tingkat kekerasan yang optimal dan
kekerasan yang merata.
Problem pakan ikan adalah pemberian pakan yang harus disebar dalam air
berbeda dengan pakan ternak yang hanya tinggal diletakkan dalam tempat pakan.
Akibatnya tingkat kehilangan pakan relatif tinggi apalagi apabila pakan tersebut cepat
tenggelam di dasar air. Untuk itu perlu dilakukan uji daya apung pakan. Cara
pelaksanaannya dengan menjatuhkan pellet pada permukaan air dan kemudian dicatat
waktu jatuhnya sampai ke dasar pearairan sedalam 20 cm. Semakin lama jatuh dalam
dasar perairan, semakin baik pellet tersebut karena ikan akan mempunyai kesempatan
untuk mengkonsumsi pakan tersebut pada waktu pakan tersebut sedang melayang
dalam air. Cara untuk memperoleh pellet dengan daya apung tinggi dapat dilakukan
dengan beberapa cara, antara lain dengan menurunkan berat per satuan pellet ataupun
dengan memperbesar ukuran permukaan pellet.
Sedangkan
mengurangkan kandungan energi bruto pakan dengan energi feses ikan. Sedangkan
kandungan nutrisi yang lain dapat diperoleh dengan menggunakan analisa proksimat.
Cara memperoleh kandungan nutrisi tersebut dapat diterangkan dibawah ini.
=
=
=
=
=
10.2.3.
Oven
dan memasukkannya
Pendingin balik
11. Pemanas
12.
Spatula
13.
Oven
14.
Eksikator
15.
Timbangan
analitis Sartorius
b. Cara kerja :
1. Bahan ditimbang sebanyak 2 gram (bahan kering) dan diekstrsi lemaknya
dengan soxhlet, jika bahan mengandung lemak
2. Bahan dipindahkan kedalam erlenmeyer 600 ml ditambah tiga tetes anti foam
3. Ditambahkan 200 ml larutan H2SO4 0,255 N mendidih dan ditutup dengan
pendingin balik. Dididihkan selama 30 menit dengan kadang kala digoyanggoyangkan.
4. Suspensi disaring melalui kertas saring dan residu yang tertinggal dalam
erlenmeyer dicuci dengan aquades mendidih sampai air cucian tidak bersifat
asam.
5. Residu dipindahkan secara kuantitatif dari kertas saring kedalam erlenmeyer
kembali dengan spatula dan sisanya dicuci dengan larutan NaOH 0,313 N
mendidih sebanyak 200 ml sampai semua residu masuk ke dalam erlenmeyer.
Kemudian dididihkan dengan pendingin balik sambil digoyang-goyangkan
kurang lebih 30 menit.
6. Residu disaring melalui kertas saring kering yang diketahui beratnya sambil
dicuci dengan larutan K2SO4 10%.
1. Sampel abu dilarutkan dalam HCl (1:4) dan semua abu yang terlarut dipindahkan
ke dalam gelas piala.
2. Air yang terkandung diuapkan sampai pekat.
sedikit berlebihan.
7. Endapan tersebut dipanaskan sampai mendidih, didiamkan sehingga semua
endapan mengendap. Dilakukan dekantasi bagian larutan yang jernih melalui
kertas saring, dan dituangkan 15 - 20 ml aquades panas ke dalam endapan dalam
gelas piala dan dilakukan dekantasi lagi. Endapan dalam gelas piala dilarutkan
dengan beberapa tetes HCl pekat dan ditambahkan air.
8. Diulangi lagi pengendapan dengan membuat larutan sedikit alkalis dengan
NH4OH (1:9) dan ditambah 0,5 ml larutan amonium-oksalat jenuh. Disaring
dengan kertas saring yang tadi, endapan dicuci dengan aquades panas sampai
bebas klorida, dikeringkan endapan dan kertas saring dalam krus yang telah
diketahui beratnya, dipijarkan dan ditimbang residu tersebut sebaga kalsium.
2. Cara penentuan fosfor.
Cara kerja :
Filtrat dan hasil cucian dinetralkan dengan HCl pekat, didiamkan lalu
ditambahkan 15 ml magnesia mixture dari dalam buret dengan kecepatan 1 tetes
tiap detik sambil dikocok. Didiamkan selama 15 menit.
13.
Endapan dan kertas saring dikeringkan dalam krus yang telah dipijarkan dan
diketahui beratnya, kemudian dipijarkan mula-mula pada suhu rendah, akhirnya
dipijarkan pada suhu yang lebih tinggi, sampai diperoleh residu yang berwarna
putih atau abu-abu keputih-putihan.
10.3.
pada ikan.
kurang memberikan efek bagi pertumbuhan ikan. Oleh sebab itu perlu dilakukan
penelitian langsung di laboratorium untuk menguji suatu pakan. Ikan yang dicobakan
diperlakukan pemberian pakan selama periode waktu tertentu umumnya berkisar anta
1, 5 2 bulan. Pada selang waktu tertentu dilakukan pengukuran pertumbuhan pada
ikan.
Pada pengamatan uji biologis tersebut akan didapatkan beberapa variabel
pengukuran seperti pertambahan bobot badan, konsumsi pakan dan konversi pakan.
Pertambahan bobot badan diukur dengan menimbang ikan tersebut dengan selang
waktu tertentu. Dari hasil penimbangan tersebut akan didapatkan pertambahan bobot
badan per satuan waktu.
diberikan pada ikan selama periode pemeliharaan. Konversi pakan dihitung dengan
membandingkan jumlah pakan yang dikonsumsi dengan jumlah pertambahan bobot
badan jika dianggap bahwa tidak ada pertambahan pakan alami. Nilai koefisien
adalah nilai dari kebalikan angka konversi.
menunjukkan bahwa pakan tersebut bernilai biologis tinggi dan atau berkualitas
tinggi.
10.4.
Uji Ekonomi
Pakan merupakan komponen terbesar dalam biaya produksi pemeliharaan
ikan terutama dalam pemeliharaan ikan yang intensif. Setiap peternak ikan akan
berusaha meminimalkan biaya pakan untuk memperoleh hasil ikan yang optimal.
Ada beberapa langkah untuk meminimalkan biaya tersebut. Pemilihan bahan pakan
lokal akan sangat mengurangi biaya pakan. Umumnya tepung ikan dan bungkil
kedelai sebagian besar merupakan komponen bahan pakan yang masih harus diimpor.
Apabila kedua bahan pakan tersebut dapat diganti dengan bahan pakan yang sama
hasil produksi dari dalam negeri atau diganti dengan bahan pakan lain dengan
kualitas zat makanan yang sama, maka akan sangat mengurangi biaya pakan. Bahan
pakan lokal yang belum akrab di kalangan peternak ikan dapat digunakan untuk
menyusun pakan ikan seperti bungkil biji karet, sorghum, daun singkong, daun pisang
dan lain-lain.
Bahan pakan yang berasal dari limbah merupakan potensi yang patut di
cermati pula. Banyak potensi limbah yang belum termanfaatkan, baik yang berasal
dari limbah pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan dan industri.
Limbah
pertanian yang umum digunakan adalah dedak, padahal masih banyak limbah lain
yang dapat digunakan antara lain empok, batang dan daun jagung, daun singkong dan
lain-lain. Limbah dari kehutanan antara lain adalah daun-daun dan buah-buahan sisa
hasil pemotongan kayu. Limbah perkebunan antara lain adalah biji karet, jambu
mete, biji kelapa sawit dan lain-lain.
peternakan antara lain adalah kotoran ternak, sisa dari rumah pemotongan hewan dan
bulu. Limbah yang berasal dari industri antara lain adalah limbah roti, ampas tahu,
dan ampas kecap.
Cara meminimalkan biaya pakan yang lain adalah dengan mengganti bahan
pakan yang mahal dengan bahan pakan yang lebih murah. Salah satu yang umum
diganti adalah sebagian jagung diganti dengan sorghum yang harganya umumnya
lebih murah. Cara ini agak mengandung resiko karena hampir tidak ada bahan pakan
sorghum memang hampir sama dengan jagung tetapi sorgum mempunyai kelemahan
dengan adanya zat anti nutrisi tannin.
dengan cara lain yang lebih memungkinkan, yaitu mengkombinasikan dua atau lebih
bahan pakan dan diupayakan nilai kandungan zat makanan sama dengan satu atau
lebih bahan pakan yang akan diganti. Salah satu contohnya adalah campuran bungkil
biji karet dan minyak dapat mengganti campuran tepung ikan dan bekatul.
Ada dua faktor yang mempengaruhi biaya pakan yaitu harga per unit pakan
dan konversi pakan. Biaya pakan dapat diubah dengan suatu perbaikan konversi
pakan atau oleh rendahnya harga unit pakan dan oleh kombinasi dari kedua faktor
tersebut. Konversi pakan dapat diperbaiki dengan beberapa cara antara lain dengan
mengatur formulasi pakan, mengatur waktu pemberian pakan, jumlah pakan,
frequansi pemberian pakan dan cara pemberian pakan.
disesuaikan dengan tingkah laku ikan dalam hal mencari makanan. Jumlah pakan
yang diberikan harus dalam kondisi cukup, jangan kekurangan dan berlebihan dan
disesuaikan dengan pertumbuhan ikan. Semakin dewasa ikan, pakan yang diberikan
harus semakin banyak. Frequansi pakan diatur dengan melihat sifat biologi ikan agar
pakan tersebut berdaya guna. Cara pemberian pakan diusahakan disesuaikan dengan
sifat biologis ikan. Ada ikan yang senang dengan pakan yang melayang diair, ada
pula ikan yang senang dengan pakan yang terdapat di permukaan air.