Laporan Kasus-Itp
Laporan Kasus-Itp
Laporan Kasus-Itp
Pembimbing :
dr. Hj. Heka Mayasari, Sp.A
Penyusun :
Rani Meiliana Susanti
2012730148
FAKULTAS KEDOKTERAN
2016
BAB I
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. M R
TL : 08 Juni 2009
Agama : Islam
No Kamar : Samolo 3
Ibu : Ny. K
Pendidikan : SMK
Ayah :Tn. T
Pendidikan : SMK
B. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
Pasien datang ke RSUD dengan mata kiri lebam, bengkak, dan merah tiba-tiba
sejak 2 jam SMRS, Memar pada mata kiri pasien disertai dengan bengkak dan
merah pada mata, tidak ada riwayat trauma. Memar dan bengkak muncul tiba-
tiba. Memar juga terdapat didaerah dahi, kaki, tangan dan perut pasien,Nafsu
makan berkurang, berat badan tidak menurun, BAB dan BAK normal . Dalam
pengobatan KP bulan ke 4. 1 hari SMRS pada saat bangun tidur timbul memar-
memar pada kaki dan tangan pasien, yang berukuran besar-besar kira-kira
seukuran uang logam 500, lebam tidak nyeri. 2 jam kemudian timbul bintik-
bintik merah berukuran kecil-kecil dan bergerombol pada kaki dan tangan,
bintik-bintik merah tidak menonol ketika di raba bintik-bintik merah timbul
mendadak setelah anak bermain awalnya bintik-bintik merah awalnya muncul
di kaki pasien, + 6 jam kemudian bintik-bintik merah menyebar ke tangan dan
perut pasien. Bintik-bintik merah tidak gatal. 5 hari SMRS menurut ibu os,
pasien mengalami mimisan 1X sepulang sekolah, mimisan menghabiskan + 10
tisu, mimisan berhenti 5 menit setelah ibu os menyumpalkan tisu ke hidung os,
warna darah merah segar. Sebelumnya os tidak pernah mengalami mimisan. 7
hari SMRS ibu os mengatakan anaknya baru pulang di rawat dari RS dengan
keluhan bibir dan gusi berdarah dan sulit berhenti perdarahannya, serta timbul
memar pada kaki dan tangan pasien. Saat pulang, memar dan perdarahan sudah
hilang. Diagnosis os adalah ITP dan Anemia. 1 bulan SMRS ibu os
mengatakan bahwa anaknya mudah lebam apabila terbentur, dan lebamya lama
meghilang.
3 bulan SMRS ibu mengatakan pasien sempat dirawat dengan keluhan demam
tinggi mendadak, timbul bintik-bintik merah pada kaki dan tangan, batuk,
pilek, mual dan muntah, dan didiagnosis DBD.
7 hari SMRS pasien dirawat dengan diagnosis ITP dan anemia, 3 bulan SMRS
pasien dirawat dengan diagnosis DBD.
Ibu, bapak, dan adik pasien tidak mempunyai riwayat penyakit yang sama ,
tetapi menurut Ibu nya sepupu pasien ada yang mempunyai penyakit ITP.
e. Riwayat Pengobatan
Pasien belum berobat untuk gejala yang dikeluhkan saat ini, pasien saat ini
sedang menjalankan pengobatan TB bulan ke 4, pasien tidak mengkonsumsi
obat golongan prednison , diuretik, antikonvulsan, heparin atau quinidine.
f. Riwayat Alergi
g. Riwayat Kehamilan/Kelahiran
Kehamilan :
Perawatan Antenatal : 1 bulan sekali
Kelahiran :
- Panjang lahir : 52 cm
- Langsung menangis
h. Riwayat Perkembangan
Saat ini anak duduk di kelas 2 SD, naik kelas, dan nilai selalu bagus
disekolah. perkembangan sama dengan teman seusianya
i. Riwayat Makan
6-10 bulan : bubur nasi (sayuran+lauk pauk) 3 kali + buah 2 kali + susu
formula
11 bulan : menu dewasa (nasi+lauk pauk) 3 kali + buah 2 kali + susu
formula
j. Riwayat Imunisasi
Pentabio 2 kali
C. PEMERIKSAAN FISIK
Antropometri :
Berat Badan : 22 Kg
Status Gizi
Tanda-tanda Vital
o TD : 80/50 mmHg
o Nadi : 96 kali/menit,
o Pernapasan : 24 kali/menit
a. Status Generalis
Kepala : ecchimosys dahi (+)
Mata : Konjungtiva Anemis (+/+), hematoma periorbital (-/+),
konjungtiva bleeding (-/+) sklera ikterik (-/-).
Hidung : sekret (-/-), epstaksis (-/-)
Mulut : Perdarahan gusi (-)
Leher : Tidak ada pembesaran KGB pada daerah leher.
Axila : tidak ada pembesaran KGB pada axila
Thorax
Paru
Inspeksi : simetris, retraksi dinding dada (-)
Palpasi : Simetris,tidak ada bagian dada yang tertinggal saat
bernapas
Perkusi : sonor kedua lapang paru
Asukultasi : vesikuler , ronkhi (-/-), whezzing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : datar, petechi (+), ecchimosys (+)
Perkusi : Timpani di 4 kuadran abdomen
Palpasi : Lembut, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba.
Auskultasi : BU (+) normal
Ekstremitas
Atas : Akral hangat, CRT < 2 detik, petechi +/+, ecchimosys
(+/+), pembengkakan sendi (-/-), palpable (-)
Bawah : Akral hangat, CRT < 2 detik, petechi +/+, ecchimosys
(+/+), pembengkakan sendi (-/-), palpable (-)
Inguinal : tidak ada pembesaran KGB pada daerah inguinal
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
HEMATOLOGI
RESUME
Anak lak-laki usia 7 tahun datang ke RSUD cianjur dengan keluhan mata kiri lebam,
bengkak, dan merah, Sejak 2 jam SMRS. Memar juga terdapat di dahi, kaki, tangan
dan perut pasien, disertai dengan bintik-bintik merah pada kaki, tangan dan perut.
Nafsu makan berkurang, 1 bulan SMRS setiap terbentur timbul memar dan lama
menghilang, 7 hari SMRS pernah di rawat diagnosis ITP dengan Anemia, 5 hari
SMRS mimisan 1 kali, menghabiskan 10 tisu, mimisan berhenti 5 menit setelah ibu
meyumpal tisu, warna darah merah segar. 1 hari SMRS saat bangun tidur timbul
memar pada tangan dan kaki, disertai dengan timbul bintik-bintik merah pada kaki,
tangan dan perut. Sepupu pasien menderita keluhan yang sama dengan diagnosis ITP,
dalam pengobatan TB bulan ke 4.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 80/50 mmHg, terdapat ecchymosis pada dahi,
abdomen, tangan dan kaki, disertai petechi pada kaki, tangan dan abdomen.
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
Anemia Aplastik
PEMERIKSAAN ANJURAN
RENCANA TERAPI
( dosis 1 unit/5kgBB)
EDUKASI
Beritahu kepada ibu bahwa pemicu penyakit ini adalah Infeksi, jaga anak
agar tidak mudah terkena infeksi
FOLLOW UP
TGL S O P
07-09- Mata kiri masih Kepala : dahi ecchymosis (+) Inf. NaCl
2016 lebam, bengkak dan 4cc/jam
Mata : hematoma periorbital
merah. Bintik-bintik (-/+), konjungtiva bleeding (-/
+), CA (+/+) Transfusi
merah dan memar
trombosit 4 unit (2)
belum berkurang di Hidung : sekret (-/-),
epistaksis (-/-)
kaki, tangan dan
Prednison 4x40
perut, nafsu makan Mulut : perdarahan gusi (-/-)
mg (3-3-2)
masih kurang. Tidak
Leher : pembesaran KGB (-)
disertai Mimisan dan OAT lanjutkan
perdarahan , Tho : simetris, BJ I dan II reg,
gusi
VBS +/+, Rh-/-, Whe -/-
nyeri perut, nyeri
sendi, mual, muntah, Abd : datar, lembut, BU (+),
petechi (+), Ecchymosis (+)
BAB dan BAK
normal Ekst : petechi (+), echymosis
(+), akral hangat
A:Idiopatik Trombositopenia
Purpura
08-09- Mata kiri masih Kepala : dahi ecchymosis (-) Inf. NaCl
2016 lebam, bengkak 4cc/jam
Mata : hematoma periorbital
mulai berkurang,
(-/+), konjungtiva bleeding (-/ Transfusi
mata masih merah.
+), CA (-/-) trombosit 4 unit (3)
Bintik-bintik merah
mulai berkurang
Hidung : sekret (-/-), Prednison
pada perut, lebam
epistaksis (-/-) 4x40mg (3-3-2)
pada tangan, kaki
dan perut belum Mulut : perdarahan gusi (-/-) Asam folat 1X1
berkurang, lebam di
Leher : pembesaran KGB (-) OAT lanjutkan
dahi mulai
menghilang. Nafsu
Tho : simetris, BJ I dan II reg,
makan sudah
VBS +/+, Rh-/-, Whe -/-
membaik. Tidak
disertai perdarahan Abd : datar, lembut, BU (+),
gusi, mimisan, mual petechi (+), Ecchymosis (+)
dan muntah. BAB
dan BAK normal. Ekst : petechi (+), echymosis
(+), akral hangat
A = Idiopatik
Trombositopenia Purpura
09-09- Mata kiri masih Kepala : dahi ecchymosis (-) Inf. NaCl
2016 lebam, bengkak 4cc/jam
Mata : hematoma periorbital
tinggal sedikit. Mata (-/+), konjungtiva bleeding (-/ Transfusi
masih merah, bintik- +), CA (-/-) trombosit 4 unit (4)
bintik merah dan
Hidung : sekret (-/-), Prednisosn 4x40
lebam di perut sudah
epistaksis (-/-) mg(3-3-2)
tidak ada, lebam di
dahi sudah tidak ada.
Mulut : perdarahan gusi (-/-) Asam folat 1X1
Bintik-bintik merah
dan lebam di tangan Leher : pembesaran KGB (-) OAT lanjutkan
dan kaki mulai
Tho : simetris, BJ I dan II reg,
berkurang. Nafsu
VBS +/+, Rh-/-, Whe -/-
makan baik. Tidak
disertai perdarahan
Abd : datar, lembut, BU (+),
gusi, mimisan, mual
petechi (-), Ecchymosis (-)
dan muntah, nyeri
sendi, pembengkakan Ekst : petechi (+), echymosis
sendi, pusing. BAB (+), akral hangat
dan BAK normal.
A = Idiopatik
Trombositopenia Purpura
10-09- Mata kiri masih Kepala : dahi ecchymosis (-) Inf. NaCl
2016 lebam, bengkak 20X100/96 = 21 tpm
Mata : hematoma periorbital
sudah menghilang.
(-/+), konjungtiva bleeding (-/ Prednison 4x40 mg
Mata masih merah,
+), CA (-/-) (3-3-2)
bintik-bintik merah
dan lebam di perut
Hidung : sekret (-/-), Asam folat 1X1
sudah tidak ada,
epistaksis (-/-)
lebam di dahi sudah OAT lanjutkan
tidak ada. Bintik- Mulut : perdarahan gusi (-/-)
bintik merah di
tangan dan kaki Leher : pembesaran KGB (-)
hilang. Lebam di
Tho : simetris, BJ I dan II reg,
tangan dan kaki
VBS +/+, Rh-/-, Whe -/-
masih ada, tetapi
mulai memudar.
Abd : datar, lembut, BU (+),
Nafsu makan baik.
petechi (-), Ecchymosis (-)
Tidak disertai
perdarahan gusi, Ekst : petechi (-), echymosis
mimisan, mual dan (+), akral hangat
muntah, nyeri sendi,
A = Idiopatik
pembengkakan sendi,
Trombositopenia Purpura
pusing. BAB dan
BAK normal.
TB paru dalam terapi
HASIL LABORATORIUM
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINIS
B. EPIDEMIOLOGI
D. PATOFISIOLOGI
Adanya perbedaan secara klinis maupun epi- demiologis antara ITP akut dan
kronis, menimbulkan dugaan adanya perbedaan mekanisme patofisiologi
terjadinya trombositopenia di antara keduanya. Pada ITP akut, telah dipercaya
bahwa penghancuran trombosit meningkat karena adanya antibodi yang
dibentuk saat terjadi respon imun terhadap infeksi bakteri/virus atau pada
pemberian imunisasi, yang bereaksi silang dengan antigen dari
trombosit. Mediator-mediator lain yang meningkat selama terjadinya respon
imun terhadap infeksi, dapat berperan dalam terjadinya penekanan terhadap
produksi trombosit. Pada ITP kronis mungkin telah terjadi gangguan dalam
regulasi sistem imun seperti pada penyakit otoimun lainnya, yang berakibat
terbentuknya antibodi spesifik terhadap trombosit.
ITP ini dimulai dengan adanya infeksi virus ataupun hanya berupa paparan
saja 1 hingga 4 minggu sebelumnya. Trombosit kemudian akan didegradasi
terlebih dahulu oleh Antigen-Presenting cells (APC). APC ini akan
mempresentasikan antigen platelet dengan berasosiasi dengan MHC kelas II
kepada sel T helper. Sel T helper ini akan menjadi aktif dan mengeluarkan
sitokin berupa Interleukin-2 dan Interferon gamma. Sitokin-sitokin tersebut akan
mengaktivasi dan membuat sel limfosit B untuk melakukan diferensiasi menjadi
sel yang memproduksi autoantibodi. Target antigen terhadap permukaan
trombosit tersebut masih belum dapat ditentukan. Namun telah diketahui
glikoprotein yang berada pada permukaan trombosit adalah GP Iib-Iia, GPIb dan
GP V.
Selain terjadinya destruksi trombosit yang diperantarai oleh sistem imun juga
ternyata ditemukan terjadinya perubahan pada produksi trombosit. Perubahan
produksi dari trombosit ini terutama ditemukan pada ITP kronik. Perubahan ini
bukan diakibatkan adanya abnormalitas dari megakariosit. Abnormalitas ini
terletak pada kadar trombopoietin plasma, yang merupakan pertanda dari
proliferasi dan maturasi dari progenitor megakariosit. Pada penelitian in vitro,
penderita ITP kronik memiliki turnover dari trombosit yang lebih rendah
walaupun daya tahan trombosit berkurang. Megakariosit yang diisolasi pada
pasien menunjukkan juga adanya pertumbuhan yang diperlambat.4
E. DIAGNOSIS
Anamnesis
Manifestasi klinik klasik dari ITP adalah anak berusia 1 hingga 4 tahun
yang sebelumnya sehat akan tiba-tiba mengalami petechiae dan purpura
diseluruh tubuhnya. Orang tua sering menyatakan bahwa anak sehat kemarin dan
sekarang sudah dipenuhi dengan memar dan titik-titik kemerahan. Seringkali
tampak adanya perdarahan dari gusi dan membran mukosa, disertai dengan
adanya trombositopenia yang parah (itung jenis trombosit kurang dari
10.000/uL). Hal ini dialami oleh sepertiga dari penderita ITP akut. Terdapat
riwayat infeksi virus yang mendahului onset ITP 1 hingga 4 minggu sebelum
onset trombositopenia.6
Gali lebih dalam mengenai faktor risiko untuk HIV dan gejala sistemik
lain yang dapat mengarahkan kita ke kelainan lain. Perlu juga diketahui obat-
obat apa saja yang sedang atau pernah dikonsumsi oleh pasien. Berikut
disertakan tabel daftar obat yang dapat menyebabkan trombositopenia.
Agen kemoterapeutik
Diuretik thiazide
Alkohol
Estrogen
Kloramfenikol
Radiasi pengionisasi
Obat yang menyebabkan peningkatan destruksi trombosit
Sulfonamid
Kuinidin dan kuinin
Karbamazepin
Asam valproat
Heparin
Digoxin
Obat yang menyebabkan perubahan fungsi trombosit
Aspirin
Dipyridamole
Chu YW, Korb J, Sakamoto KM. Idiopathic Thrombocytopenic Purpura. Pediatrics in Review. 2000. 21: 95.
Pemeriksaan Fisik1
Evaluasi tipe dan keparahan dari perdarahan dan coba eksklusi penyebab lain
dari perdarahan. Cari juga tanda-tanda penyakit hepar, trombosis, penyakit
autoimun (nefritis, vaskulitis atau artritis) dan infeksi terutama HIV.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Selain trombositopenia, pemeriksaan darah tepi lainnya pada anak dengan
ITP umumnya normal sesuai umurnya. Pada lebih kurang 15% penderita
didapatkan anemia ringan karena perdarahan yang dialaminya. Pemeriksaan
hapusan darah tepi diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan
pseudotrombositopenia, sindrom trombosit raksasa yang diturunkan (inherited
giant platelet syndrome), dan kelainan hematologi lainnya. Trombosit yang
imatur (megatrombosit) ditemukan pada sebagian besar penderita.Pada
pemeriksaan dengan flow cytometry terlihat trombosit pada ITP lebih aktif secara
metabolik,yang menjelaskan mengapa dengan jumlah trombosit yang sama,
perdarahan lebih jarang didapatkan pada ITP dibanding pada kegagalan sumsum
tulang.
Pemeriksaan aspirasi sumsum tulang pada anak dengan dugaan ITP, masih
menimbulkan perbedaan pendapat di antara para ahli. Umumnya pemeriksaan
ini dilakukan pada kasus-kasus yang meragukan, namun tidak pada kasus-
kasus dengan manifestasi klinis yang khas. Pemeriksaan sumsum tulang
dianjurkan pada kasus-kasus yang tidak khas misalnya pada
Kasus yang akan diobati dengan steroid, baik sebagai pengobatan awal atau
yang gagal diterapi dengan imunoglobulin intravena.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan pada penderita ITP adalah mengukur
antibodi yang berhubungan dengan trombosit (platelet-associatedantibody)
dengan menggunakan direct assay. Namun pemeriksaan ini juga belum dapat
membedakan ITP primer dengan sekunder, atau anak yang akan sembuh dengan
sendirinya dengan yang akan mengalami perjalanan menjadi kronis. Diagnosis
ITP ditegakkan dengan menyingkirkan kemungkinan penyebab trombositopenia
yang lain. Bentuk sekunder kelainan ini didapatkan bersamaan dengan systemic
lupus erythematosus (SLE), sindroma antifosfolipid, leukemia atau limfoma,
defisiensi IgA, hipogamaglobulinemia, infeksi HIV atau hepatitis C, dan
pengobatan dengan heparin atau quinidine.
G. TATALAKSANA
Pada penderita yang sudah tegak diagnosisnya, perlu dilakukan rawat inap bila :
Perdarahan berat
Bila tidak dirawat inap, penderita diwajibkan untuk tidak.menghindari obat anti
agregasi (seperti salisilat dan lainnya) dan olahraga yang traumatis (kepala)
ITP bersifat akut dan 90% sembuh spontan, hanya 5-10% menjadi kronis karena
itu keputusan apakah peru dibei pengobatan masih diperdebatkan.
Medikamentosa
b. Perdarahan retina
I. PROGNOSIS
GEJALA KLINIS
Pada 1/2 - 2/3 kasus pada anak ditandai de- ngan infeksi saluran napas atas yang
muncul1-3 minggu sebelumnya berupa demam ri- ngan dan nyeri kepala.
Artralgia dan artritis ditemukan pada 68-75%kasus dan 25% nya merupakan keluhan
pen- derita saat datang berobat. Timbul mendahului kelainan kulit (1-2 hari);
terutama mengenai lutut dan pergelangan kaki, dapat pula me- ngenai pergelangan
tangan, siku, dan persen- dian jari tangan. Sendi-sendi bengkak dan nyeri, bersifat
sementara dan tidak menimbul- kan deformitas yang menetap.
Kelainan kulit pada 95-100% kasus, 50%nya merupakan keluhan penderita saat
datang berobat; berupa macular rash simetris terutama di kulit yang sering terkena
tekanan yaitu bagian belakang kaki, bokong, dan lengan sisi ulna. Dalam 24 jam
makula berubah men- jadi lesi purpura,mula-mula berwarna merah, lambat laun
berubah menjadi ungu, kemudian coklat kekuning-kuninganlalu menghilang; dapat
timbul kembali kelainan kulit baru.
Kelainan kulit dapat pula ditemukan di wa- jah dan tubuh, dapat berupa lesi petekie
dan ekimotik, dapat disertai rasa gatal (pruritic rash)
Keluhan perut ditemukan pada 35-85% kasus; biasanya timbul sesudah kelainan
kulit (1-4minggu sesudah onset). Nyeri perut dapat berupa kolik abdomen di
periumbilikal, di- sertai mual dan muntah (85%). Pada 2-3% ka- sus dapat ditemukan
intususepsi ileoilial atau ileokolonal. Diare berdarah dapat menyertaipruritic
rash. Pada 20-50% kasus ditemukan angioedema wajah (kelopak mata, bibir) dan
ekstremitas (punggung tangan dan kaki)
Kelainan ginjal ditemukan pada 50% kasus anak yang lebih besar dan 25 %
ditemukan pada anak usia < 2 tahun; < 1 % berkembang menjadi gagal ginjal.
Biasanya terjadi setelah 3 bulan onsetpenyakit atau 1 bulan setelah onset ruam kulit.
Adanya kelainana kulit yang persis- ten sampai 2-3bulan biasanya berhubungan
dengan nefropati atau penyakit ginjal berat. Mungkin ditemukan hematuri dengan
pro- teinuri derajat ringan sampai berat; dapat ter- jadi sindrom nefrotik. Risiko
nefritis meningkat pada usia onset di atas 7 tahun, lesi purpura
menetap, keluhan abdomen yang berat dan penurunan faktor XIII. Jarang terjadi
oliguri dan hipertensi. Kelainan skrotum menyerupaitesticular torsion; edema
skrotum dapat terjadi pada awal penyakit (2-35%). Kelainan susunan saraf pusat
dan paru-paru jarang terjadi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kadar ureum dan kreatinin dapat mening- kat, menunjukkan kelainan fungsi ginjal
atau dehidrasi. Pada 10-20% penderita ditemukan hematuri atau proteinuri.
Ditemukan darah pada feses.
Pada biopsi lesi kulit ditemukan vaskulitis leu- kositoklastik. Imunofl uoresensi
menunjukkan adanya deposit IgA dan komplemen di dinding pembuluh darah
TATA LAKSANA
Untuk mengurangi nyeri dapat diberikan golongan NSAIDs seperti ibuprofen atau
parasetamol 10 mg/kgBB. Jika terjadi edema dilakukan elevasi tungkai. Beri diet
lunak selama terdapat keluhan perut seperti muntah dan nyeri perut.
Penderita dengan nyeri perut hebat, perdarah- an saluran cerna atau penurunan fungsi
ginjal, memerlukan perawatan di rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
2005; 496-501.
10. 2.Mills JA, Michel BA, Bloch DA, Calabrese LH, Hunder GG, Arend WP, et
al. The American College of Rheumatology 1990 Criteria for the Classifi
Unpad,2005; 167-9.
12. 4.http://emedicine.medscape.com/article/780452
13. 5.http://www.patient.co.uk/doctor/Henoch-Schnlein-Purpura-(HSP).htm