Pengaruh Waktu Perlakuan Kalium Permanganate (Kmno) Terhadap Sifat Mekanik Komposit Serat Purun Tikus (Eleocharis Dulcis)
Pengaruh Waktu Perlakuan Kalium Permanganate (Kmno) Terhadap Sifat Mekanik Komposit Serat Purun Tikus (Eleocharis Dulcis)
Pengaruh Waktu Perlakuan Kalium Permanganate (Kmno) Terhadap Sifat Mekanik Komposit Serat Purun Tikus (Eleocharis Dulcis)
Abstract
The combination between treatment time of the addition and directon fiber orientation was
used to get maximum mechanical properties of Purun Tikus fiber composites. The purpose of
this study was to construct composite of polyester matrix and Purun tikus natural fiber by mixing
2 % KMnO4 with 1 liter aquades for 15 minutes and 30 minutes. It is applied to determine tensile
strength and flexural strength. The variation of volume fiber fraction are 20%, 30%, and 40%.
The directon of Purun Tikus fiber are 0 and 90%, and the polyester matrix type 157 BTQN with
1% concentration of MEXPO hardener. The dimension of tensile specimen refered to standart
ASTM D638-03. The flexural strength was obtained trough bending test based on ASTM 790-
03. The combination of these 2 variables can improve interfacial adhesion between fiber and
matrix. The highest tensile strength was 2% KMNO4 for 15 minutes of natural fiber composites
2
Purun Tikus with volume 40@ about 55.54 N/mm . The variation of 2% KMnO4 for 30 minutes
2
the volume fraction of 40% was 41.07 N/mm . The obtained of variation without KMnO4
2
treatment and fraction volume 40% about 40.03 N/mm The highest flexural strength of the
composite fiber Purun tikus in the variation treatment 2% KMnO4 for 15 minutes with the
2
volume fraction 40% was 119.70 N/mm ,for 30 minutes the fraction volume 40% was 80.88
2, 2
N/mm and the fraction volume 40% without treatment was 62.66 N/mm .
Keywords:purun tikus fibers, kalium permanganate, polyester, tensile strength & flexural
stength
193
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.2, No. 3 Tahun 2011 : 193-198 ISSN 0216-468X
Serat Purun Tikus (Eleocharis Dulcis) variasi waktu perendaman (0, 2, 4, dan 6)
merupakan salah satu material natural fibre jam. Berdasarkan data hasil pengujian pada
alternative. kekuatan tarik yang paling optimal dimiliki
Tujuan untuk memperoleh sifat mekanik oleh bahan komposit yang diperkuat serat
yang tinggi (kekuatan tarik, dan kekuatan rami dengan perlakuan alkali 2 jam.
lentur), maka serat alam biasanya diberi Permasalahan yang dihadapi [6]:
bermacam perlakuan, yang dimaksudkan Peneliti ingin mendapatkan serat tapis kelapa
untuk meningkatkan sifat adhesif. Adhesif yang kuat, untuk dijadikan bahan komposit
adalah kelekatan permukaan antarmuka dari yang bermatrik epoxy. Dengan
unsur-unsur disatukan. Antarmuka pada membandingkan perlakuan peredaman
komposit adalah satu permukaan yang menggunakan bahan kimia NaOH dan
dibentuk ikatan bersama antara serat dan KMno4 dengan prosentasi masing masing
matrik yang membentuk ikatan perantaraan 0,5%, 1% dan 2% selama 15 menit. Sifat
yang diperlukan untuk pemindahan beban. mekanik komposit dengan KMno4 memberi
Komposit memiliki sifat fisik dan mekanik efek lebih baik dibanding dengan NaOH.
yang unik, yang tidak mungkin dihasilkan oleh Material komposit merupakan material
serat atau matrik saja [2]. non logam yang saat ini semakin banyak
Serat purun tikus sebagai elemen digunakan mengingat kebutuhan material
penguat sangat menentukan sifat mekanik dari disamping memprioritaskan sifat mekanik
komposit karena meneruskan beban yang juga dibutuhkan sifat lain yang lebih baik
didistribusikan oleh matrik. Sifat mekanis misalnya ringan, tahan korosi dan ramah
komposit sangat dipengaruhi oleh orentasi lingkungan. Dengan demikian pengembangan
gabungan. Orientasi gabungan arah serat material berbasis alam saat ini sedang gencar
purun tikus yang dikombinasi dengan diteliti, agar dapat menggantikan material
polyester sebagai matrik, dapat menghasilkan yang umum digunakan seperti logam yang
komposit alternatif. Komposit alternatif dengan bersifat korosif dan relatif berat.
lama perlakuan kalium permanganate tertentu Komposit adalah suatu material yang
dan penggabungan orientasi arah serat, terdiri dari campuran atau kombinasi dua atau
diharapkan dapat menghasilkan sifat mekanik lebih material baik secara mikro atau makro,
komposit yang maksimal. dimana sifat material yang tersebut berbeda
Waktu perlakuan kalium permanganate bentuk dan komposisi kimia dari zat asalnya
(KMnO4) terhadap kekuatan mekanik [7].
komposit dengan orientasi gabungan arah Pendapat lain mengatakan bahwa
serat 0 dan 90, serat purun tikus komposit adalah sebuah kombinasi material
(Eleocharis dulcis) bermatrik Polyester. yang berfasa padat yang terdiri dari dua atau
Material yang digunakan adalah serat purun lebih material secara skala makroskopik yang
tikus (Eleocharis dulcis) sebagai filler dengan mempunyai kualitas lebih baik dari material
persentasi fraksi Volume serat 20%, 30%, pembentuknya).
40%, menggunakan metode hand lay up Secara umum material komposit dapat
dengan orientasi gabungan arah serat 0 dan diklasifikasikan atas tiga macam yaitu, Metal
90 dan perlakuan perendaman KMn04, 0, 15 Matrix Composites (MMCs), Polymer Matrix
dan 30 menit. Perlakuan 2% KMn04, per 1 Composites (PMCs) dan Ceramics Matrix
liter aquades secara bervariasi selama waktu Composites (CMCs).
peredaman 0, 15 dan 30, menit bermatrik Perbedaan ketiganya adalah matrik
polyester. Pengujian sifat yang dilakukan yang digunakan sesuai dengan namanya
adalah pengujian tarik dan lentur [3,4]. yaitu matrik logam, polimer, dan keramik.
Kuncoro [5] menghadapi bagaimana MMCs yang umum digunakan adalah
meningkatkan ikatan (mechanical bonding) aluminium paduan dengan fiber boron atau
antara serat dan matrik (perekat). Serat rami Silicon Carbide, sedangkan PMCs yang
yang masih mengandung lignin dan kotoran umum digunakan adalah polimer dari jenis
tersebut dibersihkan dengan menggunakan thermosetting. Untuk CMCs biasanya
air. Serat yang sudah bersih direndam di digunakan Si3N4 dan Al2O3. Proses Cetakan
dalam larutan alkali (5% NaOH) dengan Terbuka (Open-Mold Process). Matrik
194
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.2, No. 3 Tahun 2011 : 193-198 ISSN 0216-468X
dituangkan diatas serat didalam rongga direndam ke dalam larutan zat kimia KMnO4
cetakan seperti (Gambar 2) dengan cara sebanyak 2% per 1 liter aquades secara
manual. Matrik langsung berkontak dengan bervariasi selama 0, 15 dan 30 menit. Ini
udara, biasanya proses pencetakan dilakukan dimaksudkan untuk meningkatkan sifat
pada temperatur kamar. adhesif. Proses waktu perlakuan memberikan
pengaruh terhadap permukaan serat,
lamanya waktu akan membuat permukaan
serat semakin bersih dan permukaan serat
menjadi lebih kasar sehingga ikatan serat
dengan matrik akan semakin baik (lebih
adhesif), meningkatkan kekuatan tarik dan
kekuatan lentur, dari komposit yang
dibentuknya. Kemudian dengan orientasi
gabungan arah serat 0 dan 90 diharapkan
dapat meningkatkan sifat mekanik, karena
dapat menahan tegangan multi aksial
Gambar 2. Proses Pencetakan dengan dibanding serat kontiyu searah/ unidirectional.
Contact Molding/Hand Lay-Up Lamanya waktu perlakuan perendaman
serat purun tikus (Eleocharis dulcis) dengan
Pengujian tarik bertujuan untuk larutan kimia 2% KMnO4 per 1 liter aquades
mengetahui tegangan, kekuatan sampai dengan variasi waktu selama 0, 15 dan 30
putus. Pengujian tarik dilakukan dengan menit. Variabel Terikat : Kekuatan lentur,
mesin uji tarik (Gambar.3) testing standar.[3]. Kekuatan tarik. Variabel Terkontrol: Fraksi
Kekuatan tarik komposit dipengaruhi oleh [8]. volume serat 20%, 30%, 40%. Bahan-bahan
yang digunakan baik untuk pengujian maupun
= (1) pembuatan komposit adalah sebagai berikut
;Matrik, serat, katalis, KMnO4 dan aquades.
dengan: Dalam penelitian ini digunakan matrik sebagai
P = beban (N) pengikat, dimana matrik tersebut merupakan
2
A = luas penampang (m ) hasil produksi PT. Justus Sakti Raya dengan
= tegangan (Pa). merek dagang YUKALAC (Tabel 1) [9].
195
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.2, No. 3 Tahun 2011 : 193-198 ISSN 0216-468X
196
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.2, No. 3 Tahun 2011 : 193-198 ISSN 0216-468X
momen lentur pada batang uji, tegangan Kekuatan lentur rata-rata komposit
terbesar akan berada pada permukaan meningkat dengan bertambahnya fraksi
tengah bawah spesimen. Tabel 3 volume serat dari 20%, ke 30% dan ke 40%
menunjukkan hasil pengujian lentur yang tanpa perlakuan maupun diperlakuan 15 dan
diperoleh dari tiga spesimen untuk masing- 30 menit, dimana kekuatan rata-rata
masing komposit dengan lama perlakuan maksimun berada pada komposit dengan
KMnO4 yang berbeda, dan setiap spesimen perlakuan 2% KMnO4 serat selama 15 menit
diberi kode A, B dan C, tujuannya untuk secara keseluruhan (Gambar 5), dan kembali
membedakan masing masing spesimen. turun setalah perlakuan 2% KMnO4 serat
selama 30 menit. Hal ini disebabkan serat
Tabel 3. Data hasil Pengujian Lentur purun tikus menjadi lebih kaku, keras dan
Rata-Rata serat Purun Tikus rapuh sehingga kemampuan menahan beban
Kekuatan Lentur lentur menjadi berkurang. Peningkatan
No Material 2
N/mm kekuatan lentur ini menunjukkan perubahan
1 20 T6-A 32.88 pada interface antara serat dan matrik,
2 30 T6-A 40.44 karena kekuatan komposit adalah gabungan
3 40 T6-A 62.66 antara kekuatan matrik dan serat, sehingga
4 20 T6-B 56.44 akan tergantung dari interface tersebut,
5 30 T6-B 83.69 semakin baik ikatan serat-matrik maka beban
6 40 T6-B 119.70 tarik yang diberikan pada komposit akan
7 20 T6-C 38.81 terdistribusi pada serat dengan baik, dan
8 30 T6-C 61.32 sebaliknya apabila interface serat-matrik
kurang kuat maka beban lentur (gambar 6)
9 40 T6-C 80.88
hanya ditahan oleh matrik saja.
Keterangan :
20, 30 dan 40 = Fraksi volume serat
T6 = Tebal spesimen lentur
A = Serat tanpa perlakuan
B = Serat diperlakukan
KMnO4 selama 15 menit
C = Serat diperlakukan KMnO4
selama 30 menit
KESIMPULAN
197
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.2, No. 3 Tahun 2011 : 193-198 ISSN 0216-468X
198
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.2, No. 3 Tahun 2011 : 193-198 ISSN 0216-468X
199