Ma5271 13
Ma5271 13
Ma5271 13
Oleh:
Dr. Sri Redjeki Pudjaprasetya
19651004 198903 2 002
(KK Matematika Industri & Keuangan, FMIPA)
SRP '12
1 Pendahuluan pdp 2
4 Persamaan Difusi 26
4.1 Prinsip Maksimum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 27
4.2 Fungsi Green . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 29
4.3 Metoda separasi variable, recall . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 30
1
Bab 1
Pendahuluan pdp
SRP '12
Persamaan diferensial parsial adalah persamaan diferensial bagi fungsi peubah banyak
u(x, y, ). Orde dari pdp adalah turunan tertinggi yang muncul pada pdp tersebut.
Untuk fungsi dua peubah u(x, y) bentuk umum pdp orde satu adalah:
Solusi dari pdp adalah fungsi u(x, y) yang memenuhi persamaan diferensial tersebut, un-
tuk suatu daerah di bidangxy.
Pada pencarian solusi persamaan diferensial biasa, kadang kala variabel bebas dan variable
tak bebas boleh ditukar, misalnya mencari solusi du 3
dx = u . Untuk persamaan diferensial
parsial hal ini tidak diperbolehkan. Peran variabel bebas dan variabel tak bebas tak dapat
ditukar.
Klasikasi pdp
Perhatikan bentuk umum persamaan diferensial parsial orde-2 berikut
2
BAB 1. PENDAHULUAN PDP 3
2. parabolik jika AC B 2 = 0,
3. hiperbolik jika AC B 2 = 0.
Tunjukkan bahwa
persamaan difusi ut = kuxx bertipe parabolik,
persamaan gelombang utt = c2 uxx bertipe hiperbolik.
persamaan Laplace uxx + uyy = 0 bertipe eliptik,
Persamaan diferensial yang bertipe sama mempunyai perilaku solusi yang serupa. Oleh
karena itu pada kuliah ini kita akan mempelajari perilaku solusi persamaan bertipe parabo-
SRP '12
lik melalui bentuk kanoniknya, yaitu persamaan difusi. Begitu pula dengan perilaku solusi
persamaan tipe hiperbolik melalui persamaan gelombang, dan perilaku solusi persamaan
tipe eliptik melalui persamaan Laplace.
Lu = 0
Contoh 1.0.2. Akan dibuktikan bahwa persamaan difusi adalah pdp linier.
Persamaan difusi dapat dituliskan dalam bentuk Lu = 0, dengan operator L = t kxx .
Selanjutnya
Coba buktikan bahwa persamaan transport dan persamaan gelombang adalah juga pdp
linier.
Semua pdp pada contoh di atas dikatakan homogen, karena dapat dituliskan dalam bentuk
Lu = 0. Sedangkan ux +ut = x adalah pdp tak homogen. Bentuk umum pdp tak homogen:
Lu = g, dengan g = 0.
Contoh 1.0.3. 1. Buktikan prinsip superposisi solusi pdp linier. Untuk suatu pdp
linier Lu = 0, dengan L operator linier, maka berlaku prinsip superposisi solusi. Jika
u1 dan u2 masing-masing solusi, maka u1 + u2 , dengan , juga merupakan
solusi.
2. Jika u1 solusi pdp linier tak homogen Lu = g untuk suatu g, sedangkan u0 adalah
solusi pdp homogennya Lu = 0, maka u1 + u0 solusi pdp yang mana? Buktikan
jawab Anda.
3. Perhatikan bahwa pdp berikut dapat dicari solusinya dengan cara persamaan difer-
ensial biasa.
(a) ux = x
BAB 1. PENDAHULUAN PDP 4
(b) uxx = 0
(c) uxx + u = 0
(d) uxy = 0
4. (a) Cari semua polinom derajat satu berbentuk p(x, y) = ax+by+c yang memenuhi
uxx + uyy = 0.
(b) Cari semua polinom homogen derajat dua berbentuk p(x, y) = ax2 + bxy + cy 2
yang memenuhi uxx + uyy = 0. Sketsakan solusi polinom derajat dua yang
relatif sederhana.
Dari contoh-contoh di atas dapat disimpulkan bahwa solusi dari pdp memuat bukan hanya
SRP '12
kon
stanta sebarang melainkan fungsi sebarang.
Sketsakan u(x, 0), u(x, 1), u(x, 2) pada satu sumbu koordinat. Amati apa yang ter-
jadi.
Cari solusi dari u = 0 pada persegi satuan [0, 1][0, 1] yang memenuhi
syarat batas u(x, 1) = sin x dan u = 0 pada ketiga sisi lainnya. (Petun-
juk: Mengingat syarat batasnya, cobalah solusi berbentuk u(x, y) =
a(y) sin x.)
Catatan: Jika disubstitusikan akan diperoleh solusi u(x, y) =
6.
(sinh y/ sinh ) sin x. Gambar di samping menunjukkan permukaan
solusi persamaan Laplace u(x, y). Plot solusi persamaan Laplace den-
gan syarat batas tipe Dirichlet dapat dibayangkan berupa permukaan
membran yang tepinya dibengkokkan mengikuti syarat batas Dirichlet
yang diberikan.
Soal Latihan 1.0.4. 1. Manakah diantara operator berikut yang merupakan operator
linier?
(a) Lu = ux + xuy
(b) Lu = ux + uuy
(c) Lu = ux + u2y
(d) Lu = ux + uy + 1
BAB 1. PENDAHULUAN PDP 5
(e) Lu = 1 + x2 (cos y)ux + uyxy [arctan(x/y)]u
2. Buktikan bahwa u(x, y) = f (x)g(y) adalah solusi dari pdp uuxy = ux uy untuk
sebarang fungsi f dan g yang diferensiabel.
SRP '12
ux (0, y) = 0, ux (1, y) = 1 uy (x, 0) = 0, uy (x, 1) = 1.
Carilah solusi eksak masalah di atas yang berbentuk polinom derajat dua
6. (Pdp yang dapat diselesaikan sebagai ode) Soal-soal Kreyszig 11.1 no 15 - 22.
Bab 2
SRP '12
2.1 Persamaan Transport
Persamaan transport, dikenal juga sebagai persamaan konveksi, seringkali muncul pada
masalah transport dari berbagai substansi, misalnya polutan, gas, atau uida lainnya.
Bentuk umum persamaan transport adalah sbb:
at + bx = 0. (2.1.1)
Berikut ini akan diturunkan model persamaan transport melalui konservasi massa. Per-
hatikan uida yang mengalir dengan kecepatan u pada sebuah kanal dengan penampang
konstan. Misalkan (x, t) menyatakan ketinggian uida pada posisi x saat t. Perhatikan
massa uida pada domain dengan batas kiri x dan batas kanan x + x. Dalam selang
waktu t
[akumulasi] = [lajumasuk] [lajukeluar]
Jika uks u konstan, maka persamaan (2.1.2) berubah menjadi t + ux = 0, suatu per-
samaan transport dalam variabel (x, t) dengan koesien konstan u.
Metoda integral Sebagai alternatif, persamaan transport dapat juga diturunkan melalui
formulasi integral. Massa total uida pada domain pengamatan [x0 , x1 ] adalah
x1
M= dx.
x0
Misalkan u(x, t) menyatakan kecepatan uida di posisi x saat t. Laju aliran uida keluar,
atau uks di posisi xi adalah (xi , t)u(xi , t), dengan i = 0, 1. Dengan demikian laju
perubahan massa uida pada domain pengamatan [x0 , x1 ] adalah
6
BAB 2. PERSAMAAN TYPE HIPERBOLIK 7
d x1
(x, t) dx = (x1 , t)u(x1 , t) (x0 , t)u(x0 , t). (2.1.3)
dt x0
Persamaan (2.1.3) merupakan persamaan konservasi massa dalam bentuk integral. Untuk
memperoleh bentuk lain dari konservasi massa, maka persamaan di atas diintegralkan
terhadap waktu dari t0 ke t1 dan menghasilkan
x1 x1 t1 t1
(x, t1 )dx (x, t0 )dx = (x0 , t)u(x0 , t)dt (x1 , t)u(x1 , t)dt. (2.1.4)
x0 x0 t0 t0
SRP '12
(x, t1 ) (x, t0 ) = (x1 , t)dt
t0 t
dan
x1
(x1 , t)u(x1 , t) (x0 , t)u(x0 , t) = ((x, t)u(x, t)) dx.
x0 x
Selanjutnya (2.1.4) dapat dituliskan sebagai
t1 x1 { }
(x, t) + ((x, t)u(x, t)) dxdt = 0.
t0 x0 t x
Mengingat persamaan di atas berlaku untuk sebarang selang [x0 , x1 ] dan sebarang selang
waktu [t0 , t1 ], maka integrannya haruslah nol, atau
t + (u)x = 0. (2.1.5)
Persamaan (2.1.5) merupakan konservasi massa dalam bentuk diferensial. Dalam hal laju
aliran u(x, t) sebanding dengan (x, t), maka persamaan konservasi massa menjadi
t + x = 0 (2.1.6)
Persaman Burger terkenal akan solusinya berupa gelombang kejut (shock wave). Per-
samaan Burger merupakan bentuk khusus dari persamaan Buckley-Leverett, suatu model
bagi aliran uida dua phasa, misal air dan minyak. Namun kedua persamaan di atas tidak
akan dibahas dalam kuliah ini. Di kuliah ini kita akan membahas kasus bila u(x, t) = c
konstan, dan persamaan konservasi massa menjadi t + c x = 0.
Dv u = v u = 0,
Ini berarti u(x, t) solusi (3.1.1), jika dan hanya jika turunan be-
rarah dari u(x, t) pada arah v = (a b)T sama dengan nol! Per- bx-at=C
hatikan garis-garis yang sejajar dengan vektor v pada gambar
berikut. Persamaan garis-garis sejajar itu adalah t = ab x C
x
bx at = C. Garis-garis ini disebut sebagai garis karakteristik.
SRP '12
3. Nilai fungsi u(x, t) konstan selama x, t terletak pada satu garis karakteristik.
Point 3 akan dielaborasi. Nilai fungsi u(x, t) konstan selama x, t terletak pada satu garis
karakteristik bx at = C. Jadi u(x, t) hanya bergantung pada nilai C pada persamaan
garis karakteristik tersebut, atau u(x, t) hanya bergantung pada bx at, sehingga solusi
pers transport aux + but = 0 adalah u(x, t) = f (bx at), dengan f suatu fungsi sebarang.
Fungsi sebarang f dapat diperoleh jika diberikan syarat tambahan. Syarat tersebut bisa
berupa syarat awal atau syarat batas.
Soal Latihan 2.1.1. 1. Buktikan bahwa u(x, t) = f (bx at), untuk sebarang fungsi
f , memenuhi persamaan transport aux + but = 0. Misalkan diketahui a = 2, b = 1,
dan
{
1, 0 < x < 3
u(x, 0) = f (x) =
0, untuk x lainnya
Sketsakan u(x, 0), u(x, 1), u(x, 2) pada satu sumbu koordinat. Amati apa yang ter-
jadi.
2. Diberikan suatu persamaan transport 3ux 4ut = 0 dengan syarat awal
{
4 x2 , |x| < 2
u(x, 0) =
0, |x| > 2
(a) Tentukan persamaan garis karakteristiknya lalu gambarkan.
(b) Sketsakan u(x, 0), u(x, 1), u(x, 2), u(x, 3) pada satu sumbu koordinat.
3. Tentukan solusi persamaan transport 2ux ut = 0, dengan syarat awal
{
sin x 0 x 1
u(x, 0) =
0 untuk x lainnya.
Sketsakan u(x, 0), u(x, 1), u(x, 2) pada satu sumbu koordinat. Tentukan rumusan so-
lusi u(x, t). Gunakan Maple untuk memplot u(x, 0), u(x, 1), u(x, 2) pada satu sumbu
koordinat (Pastikan hasilnya sesuai).
4. Tentukan solusi persamaan transport ux + ut = 0, dengan syarat batas
{
1 t0
u(0, t) =
0 untuk t lainnya.
Sketsakan u(x, 0), u(x, 1), u(x, 2) pada satu sumbu koordinat.
BAB 2. PERSAMAAN TYPE HIPERBOLIK 9
(a) Buktikan bahwa operator L adalah operator linier, sehingga pdp yang bers-
esuaian juga merupakan pdp linier.
(b) Tentukan satu solusi pdp tak homogen di atas. Selanjutnya mengingat bagi
pdp linier berlaku sifat: solusi umum pdp tak homogen = solusi umum pdp
homogen + satu solusi pdp tak homogennya, tentukan solusi umum pdp di
atas.
SRP '12
yang mengubah variabel bebas (x, t) menjadi variabel bebas baru (v, z) berikut
v = ax + bt, z = bx at.
dengan c2 = T , dimana T gaya tegang senar, dan rapat massa tali. Di sini u meny-
atakan simpangan senar dari kondisi setimbang, lihat Gambar 2.2.1. Penurunan per-
samaan gelombang tali dapat dilihat antara lain pada Strauss 1.3 hal. 11. Selain itu,
BAB 2. PERSAMAAN TYPE HIPERBOLIK 10
u
x
Gambar 2.2.1: Fungsi u(x, t) menyatakan simpangan di posisi x saat t diukur dari kondisi
setimbang.
persamaan (3.2.1) juga merupakan model perambatan gelombang air, dengan c = gH,
SRP '12
dan H menyatakan kedalaman air. Di sini c menyatakan cepat rambat gelombang air.
Solusi persamaan (3.2.1) dapat diperoleh dengan beberapa cara sesuai dengan domain
keberlakuan persamaan gelombang tersebut.
Solusi persamaan (3.2.1) pada domain R dapat diperoleh dengan metode dAlembert.
Misalkan u merupakan suatu fungsi yang bergantung pada variabel baru dan , dengan
dan dinyatakan sebagai berikut,
= x + ct dan = x ct,
x = + ; t = c( ),
utt = c2 (u 2u + u ),
uxx = u + 2u + u .
Dengan demikian, persamaan (3.2.1) menjadi
4u = 0. (2.2.2)
Soal: Plot kurva-kurva solusi persamaan gelombang utt c2 uxx = 0 dengan tiga tipe
pilihan syarat awal berikut.
SRP '12
{
1 x2 , untuk |x| 1
a. u(x, 0) = (x) = dan ut (x, 0) = 0.
0, untuk x lainnya
{
1, untuk |x| 1
b. u(x, 0) = 0, dan ut (x, 0) = (x) = .
0, untuk x lainnya
t t
(x,t)
x+ct=xo x-ct=xo
x x
x-ct x+ct xo
(a) (b)
Gambar 2.2.3: (a). Daerah kebergantungan (domain of dependence) dari titik (x, t), (b).
Daerah pengaruh (domain of inuence) dari titik (x0 , 0).
Perhatikan bahwa rumus solusi dAlembert berlaku untuk persamaan gelombang pada
domain tak hingga. Apabila domain keberlakuan persamaan gelombang hanya berupa
setengah selang, misalnya (0, ) atau (, 0) maka rumus dAlembert dapat dimod-
ikasi. Diskusi lengkap mengenai hal ini ada pada Bab 3.2 Strauss. Apabila domain
keberlakuan persamaan gelombang adalah berupa domain berhingga, maka cara penyele-
saiannya adalah menggunakan metoda separasi variabel, Bab 4 Strauss.
BAB 2. PERSAMAAN TYPE HIPERBOLIK 12
Jika dipunyai syarat batas u(0, t) = 0 (tipe Dirichlet) maka syarat awal u(x, 0) = (x)
pada (0, ) diperluas menjadi fungsi ganjil. Selanjutnya karena pada persamaan gelom-
bang, gelombang menjalar mengikuti garis karakteristik, kita dapatkan sketsa gelombang
untuk t = t0 , lihat Gambar 1.4. Hasil tersebut sesuai dengan kondisi gelombang yang
merambat pada tali dengan ujung kiri terikat.
Jika dipunyai syarat batas ux (0, t) = 0 (tipe Neumann) maka syarat awal u(x, 0) = (x)
pada (0, ) diperluas menjadi fungsi genap. Selanjutnya karena pada persamaan gelom-
bang, gelombang menjalar mengikuti garis karakteristik, kita dapatkan sketsa gelombang
untuk t = t0 , lihat Gambar 1.5. Hasil tersebut sesuai dengan kondisi gelombang yang
merambat pada tali dengan ujung kiri bebas.
SRP '12
2.2.1 Energi
Berikut ini akan ditunjukkan bahwa solusi (3.2.1) memenuhi kekekalan energi. Perhatikan
bahwa energi kinetik sistem
1
KE = u2t dx,
2
sedangkan energi potensialnya = T pertambahan panjang, sehingga
1
P E = T (ds dx) = T u2x dx.
2
sehingga energi totalnya adalah
1
E = KE + P E = (u2t + T u2x )dx.
2
Kemudian,
dE
= (ut utt + T ux uxt )dx
dt 2
= (c ut uxx + T ux uxt )dx
= (T utx ux + T ux uxt )dx
dE
= 0.
dt
yang berarti sepanjang evolusi energi E bernilai konstan.
(Strauss, Section 2.2 no. 5) Periksa perubahan energi E(u) untuk u(x, t) solusi persamaan
gelombang yang memperhitungkan faktor redaman utt = c2 uxx rut , r > 0.
Contoh 2.3.1.
Perhatikan persamaan gelombang utt c2 uxx = 0, untuk x R, t > 0 dengan syarat
awal u(x, 0) = (x), ut (x, 0) = (x) bersifat well-posed. Penjelasan, mengingat adanya
rumus solusi dAlembert dari persamaan gelombang, maka jelas memenuhi existence &
BAB 2. PERSAMAAN TYPE HIPERBOLIK 13
uniqueness.
Berikut adalah sekilas mengenai kestabilan solusi terhadap syarat awal u(x, 0) = (x), ut (x, 0) =
0. Misalkan ui (x, t), i = 1, 2 berturut-turut adalah solusi persamaan gelombang dengan
syarat awal u(x, 0) = i (x), i = 1, 2.
1 1
(u2 u1 )(x, t) = (2 1 )(x ct) + (2 1 )(x + ct)
2 2
Kestabilan dipenuhi jika untuk setiap > 0, terdapat > 0 sehingga
SRP '12
Perhatikan sistim persamaan linier Amn Un1 = bm1 .
Jika m > n yang berarti jumlah baris lebih besar dari jumlah kolom, maka SPL di
atas bersifat overdetermined, jadi SPL tak mempunyai solusi.
Jika m < n yang berarti jumlah baris lebih kecil dari jumlah kolom, maka SPL di
atas bersifat underdetermined, jadi SPL tak mempunyai tak hingga banyak solusi.
Jika m = n dan matriks A bersifat singular (det A = 0), maka SPL tak punya solusi.
Jika m = n dan nilai eigen dari matriks A kecil sekali, maka SPL tidak memenuhi
konsep kestabilan.
SRP '12
Persamaan Tipe Hiperbolik
Sebuah persamaan diferensial apabila didiskritisasi dengan metode beda hingga akan men-
jadi sebuah persamaan beda. Jika persamaan diferensial parsial mempunyai solusi eksak
u(x, t), maka persamaan beda akan mempunyai solusi hampiran u(xj , tn ). Kaitan antara
pdp dengan persamaan beda, dan solusi u(x, t) dan solusi hampiran u(xj , tn ) tak lain
adalah konsep kekonsistenan, kestabilan, dan kekonvergenan suatu persamaan beda, lihat
Gambar 3.0.1.
kekonsistenan
kekonvergenan
Gambar 3.0.1: Skema hubungan antara pdp dan persamaan beda serta solusi-solusinya.
14
BAB 3. METODA BEDA HINGGA PADA PERSAMAAN TIPE HIPERBOLIK 15
persamaan beda mendekati solusi pdp jika lebar grid menuju nol, x 0, t 0.
Teorema Equivalensi Lax: Untuk suatu masalah nilai awal yang well-(properly-)posed,
jika suatu persamaan beda konsisten dan stabil, maka persamaan beda tersebut pastilah
konvergen.
SRP '12
titik-titik partisi tn = (n 1)t, untuk n = 1, 2, , N t. Akan dicari u(xj , tn ) untuk
j = 1, 2, , N x, dan n = 1, 2, , N t. Akan digunakan notasi unj u(xj , tn ).
Metode Courant-Isaacson-Rees tak lain adalah Metode FTBS (Forward Time Backward
Space) dikenal juga sebagai metode upwind. sehingga persamaan beda untuk persamaan
transport (3.1.1) adalah:
un+1
j unj unj unj1
+d = 0. (3.1.3)
t x
atau
un+1
j = (1 C)unj + Cunj1 , (3.1.4)
dt
dengan C x suatu bilangan Courant. Metode ini memiliki akurasi O(t, x).
Perhatikan domain perhitungan [0, L] [0, T ] yang telah dipartisi. Syarat awal (3.1.2)
telah diketahui sehingga u1j , untuk j = 1, 2, , N x telah diketahui. Untuk satu time-step
berikutnya dengan 3.1.4 kita dapat menghitung u2j , untuk j = 2, , N x, namun u21 tak
dapat dihitung. Ini berarti untuk pendekatan numerik ini kita membutuhkan syarat batas
kiri. Jika digunakan syarat batas kiri u(0, t) = 0 atau un1 = 0 untuk n = 1, 2, , N t,
maka FTBS dapat digunakan untuk menentukan unj , untuk setiap j = 1, 2, , N x,
n = 1, 2, , N t. Perhatikan bahwa FTBS pada persamaan transport tidak membu-
tuhkan syarat batas kanan.
Catatan: di sini syarat batas kiri kita tambahkan melulu untuk keperluan perhitungan
numerik. Pilihan untuk syarat batas kiri tersebut tentu berragam. Jika kita ingin men-
simulasikan situasi tertentu, pilihan syarat batas ini menjadi hal yang penting untuk dicer-
mati. Lihat soal-soal pada akhir bab ini.
BAB 3. METODA BEDA HINGGA PADA PERSAMAAN TIPE HIPERBOLIK 16
Kestabilan: Metode berikut ini disebut metode kestabilan von Neumann1 Substitusikan
unj = n eiaj ke dalam (3.1.4). Setelah dibagi dengan unj , akan diperoleh
= 1 C(1 eia ).
atau
= 1 C(1 cos a) iC sin a.
Persamaan beda stabil jika dan hanya jika || < 1 atau
( )2
||2 = 1 2C sin2 a2 + (C sin a)2 1,
1 4C(sin2 a2 + 4C
)
2 sin4 a + 4C 2 sin2 a cos2 a
( 2) 1,
SRP '12
2 2
4C sin2 a2 1 + C sin2 a2 + C cos2 a2 0,
4C(C 1) sin2 a2 0.
dt
Ketaksamaan terakhir dipenuhi untuk setiap a R jika dan hanya jika 0 C = 1.
x
dt
Jadi, syarat kestabilan metode FTBS adalah 0 1.
x
Konsistensi: Perhatikan ekspansi Taylor dari un+1
j dan unj1 masing-masing di sekitar
n
uj berikut.
n
u n 1 2 2 u
un+1 = unj + t + t + .... (3.1.5)
j
t j 2 t2 j
u n 1 2 n
2 u
unj1 = unj x + x + .... (3.1.6)
x j 2 x2 j
Substitusikan (3.1.5) dan (3.1.6) ke dalam persamaan beda (3.1.4), dan setelah menggu-
nakan hubungan ( ) ( )
2u u u 2
2 u
= d = d = d .
t2 t x x t x2
akan diperoleh modied dierential equation sebagai berikut:
( ) n
u n u n 1 2 u
+d + d(dt x) + .... = 0. (3.1.7)
t j x j 2 x2 j
Suku pertama pada (3.1.7) tak lain adalah persamaan transport yang akan diselesaikan.
Suku kedua dan seterusnya pada (3.1.7) tak lain adalah suku tambahan yang kita dapatkan
saat kita bekerja dengan persamaan beda (3.1.4), dan disebut truncation term.
n
1 2 u
truncation term = d(dt x)
2 x2 j
Catatan: Modied dierential equation adalah persamaan yang diperoleh dari persamaan
beda, yang mana beberapa sukunya diekspansikan ke dalam deret Taylor, sehingga akan
ditemui suku-suku pada pdp semula. Suku-suku pada modied dierential equation yang
1
Terdapat tiga metode untuk menguji kestabilan suatu persamaan beda, yaitu von Neumann stability
analisis, metode matriks, dan discrete perturbation method.
BAB 3. METODA BEDA HINGGA PADA PERSAMAAN TIPE HIPERBOLIK 17
Pengamatan lebih lanjut, saat kita bekerja dengan persamaan beda (3.1.4) sebenarnya
kita bukan menyelesaikan persamaan transport (3.1.1) melainkan menyelesaikan modied
dierential equation (3.1.7). Suku pertama dari truncation term akan nol jika dan hanya
jika dt = x (C = 1). Suku kedua dari truncation term adalah
( )
1 3 3 1 2 1
d t + d xt dx ) uxxx |nj
3
3 2 6
dan akan bernilai nol jika C = 1. Ternyata hal ini juga berlaku untuk suku ketiga dan
SRP '12
seterusnya pada truncation term. Jadi jika C = 1 persamaan beda (3.1.4) ekuivalen den-
gan (3.1.1). Dengan kata lain metode FTBS pada persamaan transport dengan C = 1
akan menghasilkan solusi eksak, dan uraian di atas adalah buktinya. Jika C < 1, maka
2u
suku pertama truncation term berupa suku difusi , dan akan menimbulkan error nu-
x2
merik berupa damping.
un+1
j unj unj+1 unj1
+d = 0. (3.1.8)
t 2x
Gambarkan stencil metode Richardson.
Kestabilan: Substitusikan unj = n eiaj ke dalam (3.1.8), kemudian dibagi dengan unj ,
maka persamaan (3.1.8) menjadi:
1 eia eia
+d = 0,
t 2x
sehingga diperoleh
t
=1d
i sin a,
x
Perhatikan bahwa || > 1 untuk setiap a R, ini berarti metode FTCS / metode Richard-
son selalu tidak stabil.
Substitusikan (3.1.9) dan (3.1.10) ke (3.1.1) sehingga diperoleh persamaan beda sebagai
berikut:
( )
un+1
j 1
2 u n
j+1 + u n
j1 unj+1 unj1
+d = 0. (3.1.11)
t 2x
Akurasi metode ini O(t, x2 ). Gambarkan stencil metode Lax. Kestabilan: Substi-
tusikan unj = n eiaxj ke dalam (3.1.11), sehingga diperoleh:
1 ( iax ) 1 ( )
= e + eiax C eiax eiax ,
2 2
SRP '12
dt
dengan C = . Kemudian juga dapat diperoleh,
x
ax iC sin ax,
= cos
|| = cos2 ax + C 2 sin2 ax,
dt
Jadi, jika C = 1 maka || 1 untuk setiap a, jadi skema stabil.
x
Konsistensi: Perhatikan ekspansi Taylor dari un+1
j dan unj1 masing-masing di sekitar
n
uj berikut.
n
u n 1 2 2 u
un+1 = unj + t + t + .... (3.1.12)
j
t j 2 t2 j
u n 1 2 n
2 u
unj1 = unj x + x + .... (3.1.13)
x j 2 x2 j
Substitusikan (3.1.12) dan (3.1.13) ke dalam 3.1.11 akan menghasilkan
n
u n 1 2 2 u 1 2 n
2 u
unj + t + t n
+ ... = uj + x + ...
t j 2 t2 j ( 2 x 2
)
j
u n 1 3 n
3 u
C x + (x) + ...
x j 3! x3 j
n
u n 1 2 2 u 1 2 n
2 u u n 1 3 n
2 u
t + t + ... = x + ... dt dtx
t j 2 t2 j 2 x2 j x j 3! x3 j
(3.1.14)
Jelas bahwa suku truncation term akan menuju nol jika x 0 dan t 0. Jadi per-
samaan beda (3.1.11) konsisten.
BAB 3. METODA BEDA HINGGA PADA PERSAMAAN TIPE HIPERBOLIK 19
Lebih jauh dapat dibuktikan bahwa, suku pertama truncation term yang berorde-2: O(x2 )
akan bernilai nol jika dan hanya jika C = 1. Begitu juga dengan suku-suku truncation term
berorde lebih tinggi (cek!). Jika C < 1, suku berorde-2 tersebut akan menimbulkan efek
difusi. Selain itu, suku-suku truncation term yang merupakan turunan orde genap akan
memberikan efek error numerik berupa difusi atau damping, disipasi, sedangkan suku-
suku yang merupakan turunan orde ganjil akan memberikan efek error numerik berupa
efek dispersi.
Terdapat sebuah aturan umum yang mengatakan bahwa approksimasi orde-1 bagi t
akan menghasilkan error numerik berupa difusi sedangkan aproksimasi orde-2 bagi t
akan menghasilkan error numerik berupa dispersi. Pada uraian selanjutnya akan dibahas
SRP '12
metode beda hingga berorde-2.
C( n ) C2 ( n )
un+1
j = unj uj+1 unj1 + uj+1 2unj + unj1 + O(t3 , x3 ), (3.1.17)
2 2
dt
dengan C = . Akurasi dari metode Lax - Wendro One Step: O(t2 , x2 ).
x
Gambar 3.1.2: Stencil metode Lax-Wendro One Step untuk persamaan transport.
SRP '12
Gambar 3.1.3: Solusi numerik beserta solusi eksak dari metode upwind saat t = 1.
dt
2. Buktikan syarat kestabilan metoda Lax-Wendro: C = 1.
x
Tentukan suku pertama truncation term dari metoda Lax-Wendro. Kerjakan Soal
di atas dengan menggunakan metoda Lax-Wendro. Gambarkan solusi numerik
bersama-sama dengan solusi eksaknya saat t = 1 dan hasilkan Gambar 3.1.4. Per-
hatikan bahwa error damping berkurang, namun solusi numerik memiliki error phase
yang cukup nyata.
Gambar 3.1.4: Solusi numerik beserta solusi eksak dari metode Lax-Wendro.
1 n+1 b+ n b n
(ui unj ) = (ui uni1 ) (u uni )
t x x i+1
dengan b+ max(b, 0) dan b min(b, 0). Implementasikan persamaan beda di
atas. Pilih sendiri syarat awal f (x).
BAB 3. METODA BEDA HINGGA PADA PERSAMAAN TIPE HIPERBOLIK 21
SRP '12
Gambar 3.1.5: Perbandingan antara solusi eksak dan numerik dari metoda upwind (kiri)
dan metode Lax-Wendro (kanan) sesudah 25, 50 dan 75 timestep.
(a) Jika b > 0, syarat batas apa yang diperlukan? pilih sendiri. Hasil apa yang
Anda lihat?
(b) Pertanyaan yang sama seperti di atas untuk b < 0.
Berikut ini adalah metode-metode lainnya.
Soal Latihan 3.1.2. 1. Metode Leapfrog memiliki akurasi O(t2 , x2 ). Persamaan
beda untuk persamaan transport (3.1.1) dengan metode ini adalah
un+1
j un1
j unj+1 unj1
+d = 0, (3.1.18)
2t 2x
atau dapat ditulis sebagai berikut:
un+1
j = un1
j C(unj+1 unj1 ),
dt
dengan C = . Gambarkan stencil metoda Leapfrog. Buktikan bahwa syarat
x
dt
kestabilan Metode Leapfrog adalah C = 1. Buktikan bahwa suku pertama
x
truncation term berupa dispersi (memuat suku uxxx ). Detailnya dapat dilihat pada
Homann hal. 588.
2. (Metode Lax-Richtmyer two step) memiliki keakuratan O(t2 , x2 ). Pada
metode ini digunakan dua hampiran sebagai berikut:
un+2
j = unj C(un+1
j+1 uj1 ),
n+1
(3.1.19)
BAB 3. METODA BEDA HINGGA PADA PERSAMAAN TIPE HIPERBOLIK 22
1 C
un+1
j = (unj+1 + unj1 ) (unj+1 unj1 ), (3.1.20)
2 2
dt
dengan C = . Substitusikan (3.1.20) ke dalam (3.1.19) untuk memperoleh per-
x
samaan beda berikut ini,
C n C2 n
un+2 = unj (uj+2 unj2 ) + (u 2unj + unj2 ). (3.1.21)
j
2 2 j+2
Perhatikan bahwa persamaan beda (3.1.21) tepat sama dengan persamaan beda
dari metoda Lax-Wendro untuk lebar selang 2t dan 2x, yaitu (3.1.17). Dengan
demikian, pembahasan mengenai kestabilan, kekonsistenan, dll. pada metode ini
SRP '12
sama persis dengan pembahasan pada metode Lax-Wendro one step. Gambarkan
stencil metode Lax - Richtmyer two step.
Terapkan beda pusat pada kedua sukunya menghasilkan persamaan beda dengan akurasi
O(t2 , x2 ) berikut
un+1
j 2unj + un1
j un
2 j+1
2unj + unj1
=c , (3.2.3)
t2 x2
atau dapat ditulis sebagai berikut:
un+1
j = S(unj+1 + unj1 ) + 2(1 S)unj un1
j , (3.2.4)
c2 (t)2
dengan S = .
(x)2
S S
2-2S
-1
Perhatikan bahwa persamaan beda (3.2.4) membutuhkan dua baris syarat awal, sementara
permasalahan kita hanya mempunyai syarat awal (3.2.2), yang berarti u0j , untuk j =
1, , N x. Bagaimana mendapatkan u1j ? Perhatikan yang berikut, terapkan beda pusat
dengan akurasi O(t2 ) pada ut |0j :
u1j u1
j
= j . (3.2.5)
2t
BAB 3. METODA BEDA HINGGA PADA PERSAMAAN TIPE HIPERBOLIK 23
dan karena u1
j = 2tj uj , maka dapat diperoleh:
1
S 0
u1j = ( + 0j1 ) + (1 S)0j + tj . (3.2.6)
2 j+1
Jadi, persamaan beda (3.2.3) dapat diterapkan dengan
u0j = j . (3.2.7)
SRP '12
dan (3.2.6) sebagai dua baris nilai awal. Hampiran orde rendah bagi ut |0j , yaitu
u1j u0j
= j + O(t),
t
sehingga
u1j = j + tj + O(t2 ),
dapat digunakan sebagai nilai awal, namun akurasi O(t) tidak memenuhi syarat karena
akurasi O(t) yang rendah ini akan masuk dan tersebar ke dalam domain perhitungan
sehingga akurasi dari keseluruhan perhitungan hanya dapat dikatakan berorde-1 saja, dan
akurasi orde-2 dari persamaan beda (3.2.4) menjadi sia-sia.
2 2(1 + p) + 1 = 0.
1. Jika p2 + 2p > 0 , p < 2, diperoleh bahwa 1,2 bernilai real dan salah satu di-
antaranya bernilai < 1. Jadi, skema tidak stabil.
2. Jika p2 + 2p < 0 , 2 < p 0, diperoleh bahwa 1,2 = (1 + p) i p2 2p
merupakan bilangan kompleks dengan |1,2 | = 1. Jadi 1,2 = cos + i sin .
Dengan demikian, skema beda hingga stabil jika p [2, 0], a. Hal ini akan terjadi jika
dan hanya jika:
2 S(cos ax 1) 0 , a
dan karena 2 cos ax 1 0 , a, maka batasan untuk S adalah
2 2S 0 0 < S 1.
BAB 3. METODA BEDA HINGGA PADA PERSAMAAN TIPE HIPERBOLIK 24
SRP '12
(a) (b)
Soal Latihan 3.2.1. 1. (Standing wave) Untuk k tertentu, tentukan sehingga fungsi
u(x, t) = cos kx cos t solusi bagi persamaan gelombang utt c2 uxx = 0. Gunakan
Maple untuk mensimulasikan solusi standing wave tersebut.
2. Perhatikan persamaan gelombang utt = uxx , untuk 0 x 10, dengan syarat batas
ux (0, t) = 0 dan u(10, t) = 0, dan syarat awal ut (x, 0) = 0 dan
{ 2
16 (x 3) (x 7) , 3 x 7
2 2
u(x, 0) =
0, untuk x lainnya
(a) Terapkan skema beda hingga orde-2 untuk persamaan gelombang. Gunakan
SRP '12
pula hampiran orde-2 untuk menaksir u(x, t), juga untuk syarat batas kiri.
(b) Jika dipilih x = 1, diperoleh suatu hampiran bagi simpangan awal berikut
u(x, 0) = 0 0 0 0 1 2 1 0 0 0 0
Persamaan Difusi
SRP '12
Persamaan difusi adalah persamaan tipe hiperbolik. Dalam uraian berikut ini persamaan
difusi akan diformulasikan berdasarkan prinsip kesetimbangan energi. Perhatikan masalah
distribusi panas pada suatu batang penghantar yang panjangnya L. Misalkan u(x, t)
menyatakan suhu pada posisi x saat t. Perhatikan elemen batang dengan batas kiri x dan
batas kanan x + x, internal energi pada elemen tersebut adalah c u(x, t)x, dengan c,
berturut-turut menyatakan specic heat, rapat massa batang. Jika dimisalkan uks aliran
panas sebagai fungsi f (u), maka selama selang waktu t, perubahan internal energi pada
elemen batang adalah
Jika selanjutnya diterapkan hukum Ficks: uks energi sebanding dengan gradien tem-
peratur: uks= ux , dengan menyatakan heat conductivities. maka persamaan (4.0.1)
menjadi persamaan difusi
ut = kuxx , (4.0.2)
dengan k = c . Konstanta difusi k > 0 menyatakan koesien penghantar panas, dan
2
berdimensi [L ]/[T ]. Tanda negatif pada hukum Ficks berarti arah aliran searah dengan
arah berkurangnya suhu.
26
BAB 4. PERSAMAAN DIFUSI 27
Perhatikan bahwa di sini batas kiri dan kanan x dan x + x tidak bergerak sehingga
d x+x x+x x+x
cu dx = cut dx = x (f (u))x dx
dt
x x
x+x
cut + (f (u))x dx = 0.
x
Karena relasi di atas berlaku untuk setiap x dan x, maka berarti haruslah integran
bernilai nol, atau u(x, t) memenuhi persamaan (4.0.1). Jika selanjutnya dimisalkan berlaku
hukum Ficks: f (u) = ux , dengan > 0, maka u(x, t) memenuhi persamaan difusi
SRP '12
ut = kuxx , (4.0.3)
dengan k = c . Selain sebagai persamaan pengatur masalah distribusi panas, persamaan
difusi juga merupakan persamaan pengatur proses melarutnya tinta dalam zat pelarut
tertentu, dan konstanta difusi k menyatakan seberapa cepat tinta dapat terlarut.
1. Syarat batas tipe Dirichlet: jika nilai u diketahui. Pikirkan situasi yang bersesuaian
dengan syarat batas kiri Dirichlet homogen: u(0, t) = 0 (masalah panas & masalah
tinta)
2. Syarat batas tipe Neumann: jika turunan dari u diketahui. Pikirkan situasi yang
bersesuaian dengan syarat batas kanan Neumann homogen: ux (L, t) = 0 (masalah
panas & masalah tinta)
3. Syarat batas tipe Robin: kombinasi dari Dirichlet dan Neumann. Pikirkan situasi
yang bersesuaian dengan syarat batas kanan Robin: ux (L, t) = u(L, t). Uraian lanjut
mengenai arti sis syarat batas Robin dapat dilihat pada Strauss Section 4.3.
Dengan kata lain, solusi persamaan difusi u(x, t) mencapai ekstrim pada saat awal t = 0
atau pada batas kiri x = 0 atau kanan x = L:
Prinsip Maksimum versi kuat: Solusi persamaan difusi (5.0.1) pada persegi panjang [0, L]
[0, ) memenuhi
u(x, t) < max {u(x, 0), u(0, t), u(L, t)} , atau u(x, t) = konstan.
min {u(x, 0), u(0, t), u(L, t)} < u(x, t) < max {u(x, 0), u(0, t), u(L, t)} , atau u(x, t) = konstan.
SRP '12
Ketunggalan
Selanjutnya kita akan membuktikan ketunggalan solusi persamaan difusi dengan syarat
batas tipe Dirichlet berikut:
ut kuxx = f (x, t), 0 < x < L, t > 0
u(x, 0) = (x) (4.1.1)
u(0, t) = g(t), u(L, t) = h(t)
Bukti: Misalkan u1 (x, t) dan u2 (x, t) merupakan dua solusi (4.1.1) akan ditunjukkan bahwa
u1 (x, t) = u2 (x, t). Tuliskan w(x, t) u1 (x, t) u2 (x, t), maka w(x, t) memenuhi
wt kwxx = 0, 0 < x < L, t > 0
u(x, 0) = 0 (4.1.2)
w(0, t) = 0, w(L, t) = 0
Terapkan prinsip maksimum dan minimum pada persamaan difusi dengan syarat batas
dan syarat awal di atas akan menghasilkan w(x, t) = 0 atau u1 (x, t) = u2 (x, t).
Alternatif: metoda energi untuk membuktikan ketunggalan solusi masalah difusi. Mis-
alkan u1 (x, t) dan u2 (x, t) merupakan dua solusi (4.1.1), misalkan w(x, t) u1 (x, t)
u2 (x, t), maka w(x, t) memenuhi (4.1.2).
atau
L
d L1 2
w dx = k wx2 dx.
dt 0 2 0
L 2
Berarti 0 w dx turun untuk setiap t 0
L L
w dx
2
w(x, 0)2 dx,
0 0
L
Sedangkan 0 w(x, 0)2 dx = 0, jadi w 0 atau u1 (x, t) = u2 (x, t).
Interpretasi syarat batas Robin bagi persamaan difusi (soal Strauss 2.3 no 8). Perhatikan
persamaan difusi ut = kuxx pada domain 0 < x < L, t > 0 dengan syarat batas Robin
BAB 4. PERSAMAAN DIFUSI 29
ux (0, t) a0 u(0, t) = 0, dan ux (L, t) aL u(L, t) = 0. Jika a0 > 0 dan aL > 0, gunakan
metoda
L 2 energi untuk membuktikan bahwa kedua titik ujung berperan dalam berkurangnya
0 u (x, t) dx. Dengan kata lain, sebagian dari energi hilang melalui batas, dan syarat
batas ini dikenal sebagai syarat batas radiating atau dissipative.
Soal: Buktikan ketunggalan solusi persamaan difusi non-linear berikut
Kestabilan
SRP '12
Misalkan ui (x, t) untuk i = 1, 2 masing-masing nerupakan solusi (4.1.1) dengan syarat
awal u(x, 0) = i (x, t) untuk i = 1, 2. Akan ditunjukkan bahwa untuk setiap > 0, terda-
pat > 0 sehingga |1 2 | < berakibat |u1 u2 | < .
Bukti: Tuliskan w(x, t) u1 (x, t) u2 (x, t), maka w(x, t) memenuhi persamaan difusi
ut kuxx = 0, 0 < x < L, t > 0
u(x, 0) = 1 (x) 2 (x)
u(0, t) = 0, u(L, t) = 0
maxx |1 2 | w maxx |1 2 |
atau
t kecil
t sedang
t besar
Dengan demikian kita memiliki rumusan eksplisit bagi solusi persamaan difusi dengan
SRP '12
syarat awal u(x, 0) = (x), yaitu
1
e(xy) /4kt (y)dy.
2
u(x, t) = (4.2.3)
4kt
Catatan:
S(x, t) merupakan solusi persamaan (5.0.1) dengan syarat awal (x) = (x) fungsi
delta Dirac.
S(x, t)dx = 1,
limt0 S(x, t) = 0.
Soal:
2. Perhatikan bahwa u x merupakan solusi persamaan difusi dengan syarat awal (x).
Solusi inilah yang dikenal sebagai Fungsi Green:
u 1
ex /4kt
2
S(x, t) =
x 2 kt
Suku eka t menjelaskan bahwa efek damping membesar seiring dengan bertambahnya
2
waktu. Selain itu, untuk bilangan gelombang a yang lebih besar faktor damping exp(ka2 t)
juga lebih besar. Dengan demikian jelas bahwa persamaan difusi merupakan persamaan
pengatur bagi masalah-masalah difusi atau damping.
Bab 5
SRP '12
persamaan difusi
Pada subbab ini akan diuraikan berbagai metode beda hingga untuk persamaan difusi
ut = duxx , (5.0.1)
dengan d suatu konstanta.
j, n+1
j-1, n j, n j+1, n
Kestabilan
Substitusikan unj = n eiaxj ke dalam (5.1.2), sehingga diperoleh:
= (1 2S) + S(eiax + eiax ) = 1 + 2S(cos ax 1).
Agar skema stabil, maka || 1, yaitu
|| = |1 + 2S(cos ax 1)| 1,
1 1 + 2S(cos ax 1) 1,
1 S(cos ax 1) 0,
0 S(1 cos
( ax)
) 1,
0 2S sin2 ax
2 1,
31
BAB 5. METODE BEDA HINGGA BAGI PERSAMAAN DIFUSI 32
t 1
sehingga 2S 1. Jadi, skema akan stabil jika S = d 2
.
(x) 2
Konsistensi
Diberikan dua hampiran berikut:
1 1
un+1
j = unj + t ut |nj + t2 utt |nj + O(t3 ) + t4 u4t |nj + .... (5.1.3)
2 2
1 1
unj1 = unj x ux |nj + x2 uxx |nj O(x3 ) + x4 u4x |nj + .... (5.1.4)
2 2
Substitusikan (5.1.3) dan (5.1.4) ke dalam (5.1.1),
( )
SRP '12
n 1 n 2 n 2 n
ut |j + t utt |j + .... = d uxx |j + x u4x |j + .... ,
2
2 2! 4!
selanjutnya dapat disederhanakan menjadi
( )n
1 2
(ut duxx )nj + td2 u4x x2 du4x + .... = 0.
2 4! j
Jelas bahwa skema konsisten. Selanjutnya suku pertama truncation term yaitu
( )
1 2 d 1
td u4x x du4x =
2 2
dt 2
x u4x ,
2 4! 2 6
1
yang berupa suku difusi akan bernilai nol jika S = .
6
j, n+1
j-1, n+1 j+1, n+1
j, n
Kestabilan
Substitusikan unj = n eiaxj ke dalam (5.2.1) menghasilkan:
Karena untuk setiap S dan a penyebut selalu lebih besar dari satu, maka jelas bahwa
dt
|| < 1 Jadi skema ini stabil ubtuk setiap S = .
(x)2
Konsistensi
Substitusikan hampiran Taylor un+1
j dan un+1
j1 ke dalam (5.2.1), sehingga menghasilkan:
( )
(t) (x2 )
ut |nj + utt |nj + .... = d uxx |nj + n
u4x |j + .... ,
2! 4!
SRP '12
(t) 2 ( ) d(x2 ) ( )
ut |nj + d u4x |nj +.... = d uxx |nj + dt u4x |nj + .... + u4x |nj + t u4xt |nj + .... ,
2! 4!
dan dapat disederhanakan lagi menjadi
( )
1 2 1
(ut duxx ) + d t dx u4x + .... = 0.
2
2 12
Jelas bahwa persamaan beda (5.2.1) konsisten. Lebih jauh, suku pertama truncation term
dt 1
akan bernilai nol jika 12 d2 t 12
1
dx2 = 0, atau ketika S = 2
= .
(x) 6
Selanjutnya persamaan beda (5.2.1) dapat dituliskan sebagai berikut :
(1 + 2S)un+1
j Sun+1
j1 Suj+1 = uj .
n+1 n
(5.2.2)
Misalkan syarat batasnya bertipe Dirichlet yaitu u(0, t) = f1 dan u(L, t) = f2 . Titik-titik
yang harus dihitung adalah
un+1
j , dengan j = 1, 2, ...., Nx 1,
n = 0, 1, ...., Nt 1.
(1 + 2S)un+1
1 Sun+1
2 = Su(0, t) + un1 ,
Su1 + (1 + 2S)u2 Su3
n+1 n+1 n+1
= un2 ,
.. .. ..
. . .
Sun+1
Nx 2 + (1 + 2S)u n+1 n
Nx 1 = uNx 1 + Su(L, t)
dengan
(1 + 2S) S 0
..
S (1 + 2S) S .
0 S (1 + 2S)
A=
..
,
. .
. S
0 S (1 + 2S)
BAB 5. METODE BEDA HINGGA BAGI PERSAMAAN DIFUSI 34
dan
un1 + Sf1
..
.
b(Nx 1)1 =
unj
..
.
unNx 1 + Sf2
SRP '12
grid j, (n + 21 )
n+ 1 un+1
j unj
ut |j 2 = + O(t2 ), (5.3.1)
t
Sedangkan uxx di titik grid j, (n + 21 ) dihampiri dengan
n+ 12 1
uxx |j = (uxx |n+1
j + uxx |nj ), (5.3.2)
2
j, n+1
j-1, n+1 j+1, n+1
j, n+1/2
j-1, n j+1, n
j, n
Kestabilan
Substitusikan unj = n eiaxj ke dalam (5.3.3) dan dengan sedikit manipulasi aljabar dapat
diperoleh:
1 + S(cos ax 1)
= , (5.3.4)
1 S(cos ax 1)
( )
1 2S sin2 ax
= ( 2
), (5.3.5)
1 + 2S sin2 ax
2
dt
dengan S = . Dari (5.3.5) jelas bahwa || 1 untuk setiap S > 0. Jadi, skema
(x)2
stabil tanpa syarat.
BAB 5. METODE BEDA HINGGA BAGI PERSAMAAN DIFUSI 35
Berikut ini adalah persamaan dierensial termodikasi dari persamaan difusi dengan pen-
erapan metode Crank-Nicholson.
(
n 1 n d 2
ut |j + t utt |j + .... = uxx |n+1
j + x2 u4x |n+1
j + ....
2 2 4! )
2
+ uxx |nj + x2 u4x |nj + .... ,
( 4! )n
1 1 dt
n n
ut |j + t utt |j + .... = d uxx + x u4x + 2
u4x + .... ,
2 4! 2 j
SRP '12
d
(ut duxx ) x2 u4x + ...u6x + .... = 0.
12
Dari persamaan diferensial termodikasi di atas jelas bahwa metode Crank-Nicholson kon-
sisten, dan suku pertama truncation errornya berupa suku difusi.
Algoritma metoda implisit bagi persamaan difusi ut = kuxx , 0 < x < L, t > 0, dengan
syarat batas
% (Example on) constructing the coecient matrix A, size n n, tridiagonal.
(The size of A depends on the type of left and right boundary, Dirichlet or Neumann.
D = sparse(1:n,1:n,(1+2*s)*ones(1,n),n,n);
E = sparse(2:n,1:n-1,-s*ones(1,n-1),n,n);
A=full(E+D+E)
for n=1:Nt
% Construct a vector RHS, values of u(x, tn ) needed.
(Left and right boundary condition should be incorporated.)
% Solving a tridiagonal system Au(x, tn ) = RHS
end
5.4 Metode -
Metode - merupakan modikasi dari metode Crank-Nicholson. Persamaan beda untuk
persamaan difusi dengan metode ini adalah
( n+1 )
un+1
j unj uj+1 2un+1
j + un+1
j1 unj+1 2unj + unj1
=d + (1 ) . (5.4.1)
t (x)2 (x)2
j, n+1
j-1, n+1 j+1, n+1
j-1, n j+1, n
j, n
SRP '12
1 2S + 2S(1 cos ax)
= ,
1 + 2S(1 cos ax)
dt
dengan S = . Perhatikan bahwa || 1 , untuk setiap S. Jadi, skema stabil tanpa
(x)2
syarat.
5.5 Soal-soal
1. [PR] Diketahui persamaan difusi
ut = uxx 0<x<4
u(0, t) = 4, ux (4, t) = 0
u(x, 0) = (x + 1)(4 x)
2. (a) Carilah solusi u(x, t) dari persamaan difusi ut = Duxx , 0 < x < 1, t > 0,
dengan syarat awal u(x, 0) = sin x dan syarat batas u(0, t) = u(1, t) = 0,
t > 0. (Petunjuk : Coba solusi berbentuk f (t) sin x.)
1
(b) Denisikan q(t) 0 u(x, t)dx, bagaimanakah q(t) berubah terhadap waktu?
3. [Penney 9.5 no. 17] (Steady-state temperature) Misalkan suatu batang penghantar
yang terisolasi secara lateral mempunyai suhu awal u(x, 0) = f (x), dan suhu kedua
ujungnya u(0, t) = A dan u(L, t) = B, dengan A, B konstanta tak nol.
(a) Teramati bahwa setelah waktu yang cukup lama t , u(x, t) mendekati
steady-state temperature uss (x) yang tak lain adalah solusi equilibrium dari
persamaan panas serta syarat batas
u 2u
= k 2, u(0, t) = A, u(L, t) = B.
t x
Tentukan uss (x).
BAB 5. METODE BEDA HINGGA BAGI PERSAMAAN DIFUSI 37
Tunjukkan bahwa utr (x, t) memenuhi persamaan panas dengan syarat batas
homogen u(0, t) = 0, u(L, t) = 0 dan syarat awal
SRP '12
penghantar panas k. Misalkan u(x, t) menyatakan suhu suatu
Suhu Suhu
titik di posisi x pada dinding (Suhu dinding logam kita anggap udara kamar = A
4. luar = B
homogen pada kedua arah lainnya). Misalkan tepi dinding kiri
bersentuhan dengan suhu udara luar, sedangkan tepi kanan dind- 0 L x
ing bersentuhan dengan suhu kamar, lihat Gambar.
(a) Jika pada saat awal suhu dinding adalah T0 , maka pdp beserta syarat batas
yang sesuai adalah
ut = kuxx , pada 0 < x < L, t>0
u(0, t) = B, u(L, t) = A. ()
Syarat batas (*) disebut syarat batas tipe Dirichlet tak homogen. Jika A dan
B bernilai nol, maka disebut syarat batas Dirichlet homogen.
(b) Jika diketahui A = B, kita tahu bahwa masalah distribusi suhu dinding akan
simetris terhadap titik tengah dinding, yaitu x = L/2. Jadi di sini kita bisa
memformulasikan masalah distribusi suhu dinding cukup pada domain separo
dinding saja, menjadi
ut = kuxx , pada 0 < x < L/2, t>0
u(0, t) = A,
ux (L/2, t) = 0. ()
Perhatikan perubahan syarat batas di x = L/2! Syarat batas (**) disebut
syarat batas tipe Neumann homogen.
Bab 6
SRP '12
Perhatikan masalah distribusi panas pada lempeng persegi [0, 1][0, 1]. Misalkan u(x, y, t)
menyatakan suhu lempeng di posisi (x, y) saat t. Setelah waktu yang cukup lama, suhu
lempeng telah mencapai kondisi equilibrium, sehingga sudah tidak bergantung lagi pada
waktu t. Dalam kondisi equilibrium, suhu lempeng hanya bergantung pada kondisi batas.
Suhu lempeng saat kondisi equilibrium dinyatakan sebagai fungsi dari x dan y saja,
misal u(x, y). Misalkan tepi kiri kanan lempeng terisolasi, sehingga syarat batasnya
ux (0, y) = ux (1, y) = 0. Sepanjang tepi bawah lempeng suhu dipertahankan nol, jadi
syarat batasnya u(x, 0) = 0. Sepanjang tepi atas lempeng, suhu dipertahankan 1000 , jadi
syarat batasnya u(x, 1) = 1000 . Persamaan diferensial parsial beserta syarat batas yang
sesuai untuk masalah ini adalah
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa persamaan Laplace u = 0 adalah per-
samaan bagi solusi steady persamaan difusi ut = u. Bentuk umum dari persamaan
Laplace adalah
u = 0 pada , (6.0.1)
u = f pada , (6.0.2)
dengan f fungsi sebarang, dikenal sebagai persamaan Poisson. Solusi dari persamaan
Laplace disebut sebagai fungsi harmonik.
38
BAB 6. PERSAMAAN LAPLACE & POISSON 39
lusi persamaan difusi ut = kuxx . Suku-suku tersebut muncul pada solusi dengan
metoda separasi variabel. Hal serupa juga berlaku bagi fungsi-fungsi cos cnt cos nx,
sin cnt cos nx, cos cnt sin nx, sin cnt sin nx, n R yang merupakan solusi persamaan
gelombang utt = c2 uxx .
SRP '12
Persamaan Laplace dan Poisson ditemui pada masalah-masalah seperti
Masalah elektrostatik
Gerak Brown
Soal [Strauss 1.5 no. 4] Perhatikan persamaan Poisson dengan syarat batas tipe Neumann
homogen
{
u = f pada D
u (6.0.3)
n = 0 pada D
a. Apa yang dapat kita tambahkan pada solusi sehingga menghasilkan solusi lain?
(Ketunggalan solusi tidak dipenuhi)
min u(x, y) pada D < u(x, y) < max u(x, y) pada D,kecuali jika u(x, y) = konstan.
Akan ditunjukkan bahwa solusi (6.1.2) adalah tunggal. Misalkan u1 dan u2 adalah masing-
masing solusi (6.1.2). Tuliskan w u1 u2 , maka w memenuhi persamaan Laplace pada
domain D dengan syarat batas tipe Dirichlet homogen:
w = 0 pada D, w = 0 pada D.
0 w(x) 0
SRP '12
Soal: [Strauss 6.1 no. 11] Tunjukkan bahwa persamaan Poisson dengan syarat batas tipe
Neumann berikut
{
u = f pada D
u (6.1.2)
n = g pada D
punya solusi jika dan hanya jika D f dV = D g dS. Petunjuk terapkan teorema
divergensi Gauss pada u = f .
u = 0.
Jika aliran uida bersifat irrotasional ( u = 0, berarti medan vektor u bersifat kon-
servatif. Bagi medan vektor konservatif, dijamin terdapat fungsi skalar (x, y) sehingga
u = . Substitusikan hubungan ini ke dalam persamaan konservasi massa akan meng-
hasilkan
Dengan demikian Laplacian merupakan model bagi situasi sik yang bersifat isotropic,
yang artinya fungsi harmonik tidak memilih arah tertentu. (Bandingkan dengan solusi
persamaan transport aux + but = 0 yang bertranslasi pada arah (a, b)T .) Sifat invar-
ian terhadap rotasi mengilhami penulisan dalam koordinat polar. Uraian mengenai
persamaan Laplace dalam koordinat polar akan disajikan pada Subbab6.3.
SRP '12
Perhatikan persamaan Laplace u = 0 (uxx + uyy = 0). Cari semua polinom homogen
derajat dua berbentuk p(x, y) = ax2 + bxy + cy 2 yang memenuhi persamaan Laplace!
Sketsakan solusi polinom derajat dua yang relatif sederhana.
Cari solusi dari u = 0 pada persegi satuan [0, 1] [0, 1] yang memenuhi syarat batas
u(x, 1) = sin x dan u = 0 pada ketiga sisi lainnya.
Mengingat syarat batasnya, cobalah solusi berbentuk u(x, y) =
a(y) sin x. Sketsa solusinya diberikan pada gambar di samping.
Bandingkan dengan solusi yang diperoleh melalui metoda separasi
variabel
Kerjakan soal-soal Strauss 6.1 no 1-12.
u= g(x)
b
u = f ( y) Du = 0 ux = k ( y)
u y + u = h( x ) a x
Soal-soal:
SRP '12
Perhatikan masalah temperatur steady pada lempeng lingkaran berjari-jari a yang diatur
oleh persamaan Laplace dalam koordinat polar berikut.
1 1
u = r2 u + r u + 2 2 u = 0, pada (r, ) (0, a) (0, 2) (6.3.1)
r r
u(a, ) = h(). (6.3.2)
Perhatikan bahwa di sini h adalah fungsi berperiode 2. Selain itu mengingat (r, ) dan
(r, + 2) adalah dua titik yang sama, maka di sini berlaku syarat batas natural
r2 R + rR
+ = 0.
R
Selanjutnya kita peroleh
r2 R + rR
= =
R
untuk suatu konstanta . Dengan demikian kita peroleh dua buah persamaan diferensial
biasa
r2 R + rR R = 0 (6.3.5)
+ = 0 (6.3.6)
Tunjukkan bahwa solusi (6.3.6) yang memenuhi (6.3.3) hanya menghasilkan pasang nilai
eigen dan fungsi eigen berikut
0 = 0, 0 () = 1 (6.3.7)
2
n = n , n () = An cos n + Bn sin n, (6.3.8)
BAB 6. PERSAMAAN LAPLACE & POISSON 43
SRP '12
untuk n = 0, 1, 2, . Pandang kombinasi linier dari semua bentuk di atas
A0
u(r, ) = + n
n=1 r (An cos n + Bn sin n).
2
Gunakan syarat batas (6.3.2) menghasilkan
A0
h() = + n
n=1 a (An cos n + Bn sin n).
2
Jadi An , Bn adalah koesien deret Fourier dari h(), suatu fungsi berperiode 2
2
1
An = h() cos n d (6.3.11)
an 0
2
1
Bn = h() sin n d (6.3.12)
an 0
untuk n = 0, 1, 2, .
Sehingga solusi (6.3.1,6.3.2) adalah
2 2
1 rn
u(r, ) = h() d + n=1 h()(cos n cos n + sin n sin n)
0 2 an 0
2 { ( r )n }
1
= h() 1 + 2n=1 cos n( ) d
0 a 2
Perhatikan bahwa
( r )n 1
1 + 2n=1 cos n( ) = real()
a 2
a2 r2
() =
a2 2ar cos( ) + r2
Sehingga pada akhirnya kita peroleh rumus Poisson berikut.
a2 r2 2 h()
u(r, ) = d, untuk r a. (6.3.13)
2 0 a 2ar cos( ) + r2
2
Perhatikan bahwa rumus Poisson menyajikan solusi persamaan Laplace (6.3.1) dengan
syarat batas tipe Dirichlet (6.3.2) secara eksplisit. Sayangnya rumus di atas tidak ada
hubungannya dengan persamaan Poisson. Berikut ini rumus Poisson dituliskan secara
geometris:
a2 |x|2 u(x )
u(x) = ds , (6.3.14)
2a |x |=a |x x |2
Ini berarti u(x) merupakan fungsi kontinu pada D = D D. Lebih jauh, u(x) diferensi-
abel tak hingga kali di D.
SRP '12
Teorema 6.3.1. (Mean value property) Misalkan u(x) fungsi harmonik di D yang kontinu
di D, maka nilai dari u di pusat D sama dengan nilai rata-rata dari u pada D.
Dengan menggunakan teorema nilai rata-rata inilah prinsip maksimum versi kuat dibuk-
tikan.
1 1
= r2 + r + 2 2 .
r r
2. Tunjukkan bahwa u(r, ) = a ln |r| + b, dengan a, b konstanta se-
barang, adalah solusi dari u = 0. Fungsi ln |r| dan fungsi kon-
stan yang merupakan solusi dikenal sebagai solusi fundamental.
Kedua solusi ini akan muncul pada formulasi metoda separasi vari-
able pada persamaan Laplace dalam koordinat polar. Perhatikan
bahwa solusi ln |r| tak terdenisi di r = 0, lihat gambar.
3. Tentukan solusi (6.3.1) dan (6.3.2) jika diketahui
{
T0 untuk 0 < <
h() =
T1 untuk < < 2
4. [Kreyszig 11.9 no. 13] (Temperatur pada lempeng setengah lingkaran.) Tentukan
temperatur u pada lempeng {(r, )|r < R, 0 < < }, dimana temperatur pada sep-
anjang tepi bawah adalah 00 dan pada batas setengah lingkaran atas adalah u0 ,
dengan u0 konstanta.
Jika dimisalkan getaran membran simetris secara radial, maka u tak bergantung pada
sehingga simpangan membran tiap saat dinyatakan sebagai u(r, t), dan persamaan
diferensialnya
1 T
utt = c2 (urr + ur ), c2 = , pada domain cakram lingkaran jari-jari R.
r
Jika genderang diikat erat, maka syarat batasnya u(R, t) = 0. Seringkali syarat
awalnya bersifat radial simetri: u(r, 0) = h(r), ut (r, 0) = g(r). Penentuan solusi
deret u(r, t) memerlukan formulasi menggunakan fungsi Bessel [Kreyszig 11.10].
SRP '12
6.4 Formula Green bagi solusi persamaan Laplace
Optional, sumber: Strauss Section 7
u = 0
u = pada 1
u
= pada 2 ,
n
maka solusinya adalah
G
2u(x, y) = () (, x)d + ()G(, x)d.
1 n 2
u = f pada D
u = h pada D,
SRP '12
persamaan Laplace 2D
0 0 0 0
0 24
0 0
0 0 0 0
Terdapat 4 persamaan dengan 4 variabel sehingga solusinya dapat dicari sebagai solusi
SPL biasa sehingga diperoleh
0 0 0 0
0 2 7 24
0 1 2 0
0 0 0 0
Cek bahwa (7.1.1) dipenuhi bagi keempat titik interiornya.
Au = b,
46
BAB 7. METODE BEDA HINGGA BAGI PERSAMAAN LAPLACE 2D 47
dimana
A1212 =
SRP '12
u1 a+d
u2 a
u3 a
u121 = u4 b121 = a+b
.. ..
. .
u12 ??
UN
UNXNY
Ux = 0
D
UW UE
Ny buah Up
U2
U1
UNX US
SRP '12
(n+1) 1 ( (n) (n) (n) (n)
)
ui,j = ui+1,j + ui1,j + ui,j+1 + ui,j1 . (7.2.1)
4
(3) (n)
Dilanjutkan dengan menghitung ui,j , i, j dan seterusnya untuk ui,j , i, j untuk n =
4, 5, . Dua kriteria yang biasa digunakan untuk menghentikan iterasi adalah
(n+1) (n)
max |ui,j ui,j | <
i,j
Perhatikan bahwa persamaan (7.2.1) tak lain adalah persamaan beda bagi persamaan di-
fusi 2 D : ut = uxx + uyy (center dierence bagi uxx dan uyy serta forward dierence
bagi ut , dengan x = y, t = 41 (x)2 ). Buktikan!
Metode Jacobi konvergen secara lambat. Metode iterasi konvergen jika matriks A memenuhi
dominan diagonal:
|aii | |aij | , i = 1, ...., n.
j=1,j=i