Sejarah Hukum Islam Di Malaysia
Sejarah Hukum Islam Di Malaysia
Sejarah Hukum Islam Di Malaysia
AQIQAH
Di Susun Oleh:
Syukur alhamdulillah segala puji hanya milik Allah SWT. yang pada
akhirnya karena berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Hukum Islam Di Malaysia.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas bagi
para pembaca. Dan kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan.
Untuk itu, kepada dosen pengampu mata kuliah ini kami meminta masukkannya
demi perbaikan penyusunan makalah selanjutnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI.........................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 4
BAB II................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 5
A. Sejarah Hukum Islam di Malaysia ...................................................................... 5
B. Hukum Islam di Malaysia Saat Masa Kerajaan dan Masa Sekarang ............. 7
C. Hukum Yang Berjalan di Masa kini ................................................................. 11
BAB III ............................................................................................................................. 13
PENUTUP ........................................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Sejarah Hukum Islam di Malaysia
2. Hukum Islam Saat di Kerajaan dan Masa Sekarang
3. Hukum yang berjalan di masa kini.
1
Dedy Ismatullah, Sejarah Sosial Hukum Islam (Bandung: Tsabita. 2008), cet. ke-1, hlm. 23.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2
Ensiklopedi Umum (Jakarta: Kanisius. 1973), hlm. 57.
5
Upaya melaksanakan hukum Islam se-lain bidang ibadah dan kekeluargaan
(perka-winan, perceraian, kewarisan) di Negara-ne-gara Asia Tenggara saat ini
merupakan fe-nomena cultural umat yang latar belakang-nya dapat dilihat dari
berbagai segi. Diantara-nya ialah bahwa hukum Islam telah menjadi hukum yang
hidup dalam masyarakat yang beragama Islam di Asia Tenggara, termasuk juga
Negara Malaysia.
(1). Periode Melayu, (2). Periode Penjajahan Inggris, dan (3). Periode
Kemerdekaan.7 Pada periode Melayu, telah dihasilkan bebe-rapa pokok hukum
serta terjemahannya. Seperti kodifikasi hukum yang termuat dal-am Prasasti
Trengganu yang ditulis dalam aksara Jawi, tahun 1303 M. Risalah hukum
Qanun atau Buku Hukum Singkat Malaka yang memuat empat pokok
hukum: yaitu (1). Hukum pemilikan Malaka (the malaca Law Proper), (2).
Hukum Maritim, (3). Hukum Ke-luarga Islam, dan (4). Hukum kewajiban-
kewajiban orang Islam.
3
Ibid. hlm. 98.
6
beberapa sarjana Me-layu yang menulis ulasan atau terjemahan karya ulama-
ulama abad pertengahan seper-ti, Syekh Daud bin Idris yang menulis kitab Furu
al-Masail wa Ushl al-Masil yang bera-sal dari fatwa Ramli, serta sebuah
risalah mengenai perkawinan yang merupakan kom-pilasi dari kitab Minhaj al-
Thalibn, Fath al-Wahhab karya Zakaria al-Ansari dan kitab Tuhfah karya Ibn
Hajar. Kitab tersebut, dike-mudian hari menjadi buku teks bagi sarjana dan
praktisi hukum Islam.
Respon sultan dan rakyat Malaka yang antusias terhadap kedatangan Islam,
pada gilirannya turut pula mengangkat posisi Malaka sebagai pusat kegiatan
berdakwah. Selain rakyat Malaka menyebarkan dakwah keluar negeri, banyak
pula orang luar yang datang ke Malaka untuk menuntut ilmu. Sunan Bonang dan
Sunan Kalijaga, dua ulama terkenal di pulau Jawa menamatkan pengajiannya di
Malaka. Peran Malaka yang begitu penting dalam upaya Islamisasi makin
berkembang setelah sultan Muzzafar Shah yang berkuasa sekitar tahun 1450
menyatakan Islam sebagai agama resmi kerajaan Malaka, sultan Muzzafar shah
juga telah menyusun perundang-undangan di negerinya yang sebagian isinya di
warnai oleh ajaran Islam, yang mana undang-undang tersebut dikenal dengan
7
nama Hukum kanun Malaka. Hukum kanun Malaka tersebut menjadi kitab
sumber hukum dalam menangani beberapa pekara hukum di kesultanan Malaka.
Dengan demikian , Malaka dapat dianggap sebagai kerajaan Melayu pertama yang
menyusun perundangan yang mempunyai unsur-unsur syariah Islam.
Hukum kanun Malaka pada fase berikutnya banyak memberikan pengaruh
pada Undang-undang negara-negara Melayu lainnya. Karena Undang-undang ini
kemudian menjadi acuan dalam penulisan sejumlah kitab hukum di negeri-negeri
Melayu lainnya, seperti kitab Hukum Pahang, UU Sembilan Puluh Sembilan
Perak, Buku Hukum Kedah dari 1650-1784 dan buku Hukum Kedah 1789.
Sehingga dapat dibayangkan bahwa undang-undang Melayu lainnya juga sarat
dengan unsur syariah Islam.
Periode Penjajahan Inggris. Pada periode ini, posisi Hukum Islam sebagai
dasar negara pun berubah. Administrasi hukum Islam dibatasi pada hukum
keluarga dan beberapa masalah tentang pelanggaran aga-ma, sementara yang
terkait dengan hukum kepemilikan dan wasiat, maka hukum Inggris lah yang
diberlakukan. Selama pendudukan Inggris, kekuasaan legislasi berada pada De-
wan Negeri dan Dewan Federal yang dikua-sai oleh pegawai Inggris, meskipun
ras Mela-yu dan yang lain memiliki wakil-wakilnya dalam dewan tersebut. Meski,
kebanyakan hukum yang diundangkan oleh Dewan Nega-ra atau Federal,
menyangkut persoalan admi-nistrasi dan tidak mempengaruhi substansi hukum
Islam, namun demikian yurisdiksi dan kekuasaan pengadilan Syariah menjadi
ter-batas, sementara Pengadilan Sipil menjadi semakin kuat dan lebih tinggi
kedudukannya.4
4
Sudirman Tebba, Perkembangan Mutakhir Hukum Islam di Asia Tenggara Studi Kasus
Hukum Keluarga dan Pengkodifikasiannya (Cet. I; Bandung: t.p., 1993), hlm. 103.
8
hu-kum Islam dibeberapa negara bagian, khu-susnya untuk menjelaskan,
mengubah dan mengkodifikasikannya.
Hal ini diawali dari sebuah konferensi nasional yang diadakan di Kedah
untuk mem-bicarakan hukum Islam, khususnya yang berkaitan dengan masalah
hukum pidana. Sebagai lanjutan dari konferensi ini, dibentuk sebuah komite yang
terdiri dari ahli hukum Islam dan anggota bantuan hukum untuk
mempertimbangkan berbagai amandemen. Dalam pada itu pula, komite yang
dibentuk itu dikirim ke berbagai negara Islam untuk mempelajari hukum Islam
dan penerapannya dinegara-negara tersebut. Selain hukum ke-luarga dan pidana,
mereka juga mempelajari hukum acara perdata dan pidana.5
5
Ibid. hlm. 105.
9
Sebagai hasilnya, beberapa UU telah di-tetapkan akhir-akhir ini, diantara UU
itu ada-lah:
Kitab kuning karya ulama mazhab Syafii memiliki peran yang sangat
besar dalam transmisi hukum Islam, bukan hanya dikomu-nitas kerajaan, tapi juga
di tengah masya rakat Malaysia. Melalui kitab kuning, hukum Islam berhasil
mempengaruhi persepsi ma-syarakat. Tidak sedikit persepsi kaidah sosial,
ekonomi lebih jelas lagi pada praktek keaga-maan yang dibangun berdasarkan
pada pola pandang yang ada dalam kitab kuning karya ulama-ulama mazhab,
khususnya Syafii.
10
Dalam perjalanan dan perkembangan hukum Islam selan-jutnya, hukum
Islam yang berlaku di Malaysia dapat dibagi menjadi dua kategori. Pertama,
hukum Islam yang berlaku secara formal. Hukum Islam dalam kategori pertama
ini masuk pada wilayah hukum negara bagian, baik sebagai bahan bakunya
maupun sebagai materinya. Hukum Islam kategori pertama menjadikan hukum
Islam sebagai hukum positip. Kedua, hukum Islam yang berlaku normatif. Hukum
Islam kate-gori kedua ini adalah hukum Islam yang menyangkut praktek
keagamaan individu. Seperti sholat, puasa dan ibadah-ibadah indi-vidu lainnya.
Secara umum, Malaysia memiliki tiga kelompok etnis: Melayu, Cina, dan
India. 58 persen populasi beretnis Melayu, 28 persen Cina, dan 7 persen India.
Terdapat pula kelompok penduduk asli (aborigin), yang merupakan 2 persen dari
populasi (dengan persentase yang lebih tinggi di daerah Malaysia Barat). Bahasa
resmi Malaysia adalah Bahasa Melayu. Berbagai dialek Cina juga digunakan,
6
Artikel, Asy-Syariah Vol. 16, No. 3, Desember 2014, hlm 193.
11
diantaranya Cantonese, Mandarin, Hokkien, Hakka, Hainanese, dan Foochow.
Bahasa India yang digunakan diantaranya adalah bahasa Tamil, Malayalam, dan
Punjabi. Banyak bahasa penduduk asli juga dugunkan, khususnya bahasa Iban dan
Kadazan dari penduduk asli Malaysia Timur. Sebagian besar penduduk memiliki
kemampuan berbahasa Inggris. Tingkat melek huruf sebesar 84 persen. Agama
Sebagian besar penduduk Malaysia beragama Islam. Penduduk keturunan India
sebagian besar beragama Hindu walaupun terdapat sekelompok kecil pengikut
Sikh. Penduduk Cina sebagian besar beragama Buddha, Konfusianisme, atau
Taoisme. Terdapat juga beberapa kelompok yang beragama Kristen.
7
www. Gats_shmh. Diakses pada tanggal 12 desember 2017.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
13
DAFTAR PUSTAKA
Dedy Ismatullah, Sejarah Sosial Hukum Islam, cet. ke-1. Bandung: Tsabita. 2008.
Ensiklopedi Umum. Jakarta: Kanisius. 1973.
Sudirman Tebba, Perkembangan Mutakhir Hukum Islam di Asia Tenggara Studi
Kasus Hukum Keluarga dan Pengkodifikasiannya Cet. I; Bandung: t.p., 1993.
Artikel, Asy-Syariah Vol. 16, No. 3, Desember 2014.
www. Gats_shmh. Diakses pada tanggal 12 desember 2017.
14