Nur Lela

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN MAGANG

GAMBARAN PELAKSANAAN PROGRAM TOOLBOX MEETING DI PT.


MOTIVE MULIA PLANT BOJONEGARA, SERANG, BANTEN TAHUN
2018

Disusun Oleh:

Leny Rahmawati (2015-31-036)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

2018
LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : Leny Rahmawati


NIM : 2015 31 036
Fakultas : Ilmu-Ilmu Kesehatan
Program Studi : Kesehatan Masyarakat
Peminatan : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Judul Laporan : “Gambaran Pelaksanaan Program Toolbox
Meeting Di PT. Motive Mulia Plant Bojonegara, Serang,
Banten Tahun 2018”

Jakarta, Oktober 2018


Menyetujui,
Dosen Pembimbing Pembimbing Lapangan

Mayumi Nitami., SKM, M.KM Fedry Adriyatna, SKM

i
KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta senantiasa
memberikan kesehatan jasmani dan rohani, sehingga sampai saat ini penulis dapat
menyelesaikan penyusunan Laporan Magang dengan lancar dan tentunya tepat
waktu dengan judul “Gambaran Pelaksanaan Program Toolbox Meeting Di PT.
Motive Mulia Plant Bojonegara, Serang, Banten Tahun 2018”

Laporan ini berisi tentang program ToolBox Meeting di PT. Motive Mulia
dengan metode IPO (Input, Proses, Output) maka secara jelas di sampaikan bahwa
selama penulis melakukan magang dan observasi selama 22 hari kerja telah runtut
dijelaskan secara sistematis. Banyak pelajaran serta pengalaman yang penulis
dapatkan selama magang, tentang dunia kerja yang sesungguhnya khususnya divisi
SHE. Dan tentu tak luput penulis ucapkan rasa syukur dan terimakasih terhadap
pihak-pihak yang membantu dan membimbing penulis untuk dapat menyelesaikan
laporan magang ini dengan lancar dan tepat. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada :

1. Dr. Aprilita Rina Yanti Eff,. M. Biomed. Apt. selaku Dekan Fakultas Ilmu-
Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul.

2. Ibu Putri Handayani. SKM., M.KKK selaku Ketua Program Studi


Kesehatan Masayarakat Universitas Esa Unggul.

3. Ibu Mayumi Nitami, SKM., M.KM. selaku Pembimbing Akademik


Magang.

4. Para dosen dan staff Sekretariat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas


Esa Unggul.

5. Bapak Junaidi bagian HRD. PT. Motive Mulia.

6. Bapak Fedry Adriyatna, SKM selaku kepala SHE dan juga pembimbing
lapangan di PT. Motive Mulia.

ii
7. Seluruh staff dan pekerja pada semua departemen yang ada di PT. Motive
Mulia yang telah membantu dalam memberikan data untuk menyelesaikan
laporan magang ini.

8. Kedua Orang Tuaku. Alm. Bapak Muslimin dan Ibunda tercinta Ibu
Sukrayezi yang tak henti-hentinya memberi semangat dan dukungan moril
dan materil yang tak terhingga. Serta doa yang terpanjat darinya dalam
lantunan permohonan kepada Allah SWT. Sehingga penulis dapat dengan
lancar dan mudah menyelesaikan laporan dengan tepat waktu.

9. Kakak, adik serta Keluarga Besar yang secara tidak langsung terus
mengingatkan dan menyemangati untuk maju menggampai impian.

10. Terimakasih kepada Sayyid Akbar yang tak henti-hentinya memberikan


semangat dan dorongan dalam menyelesaikan Laporan Magang ini.

11. Teman-teman seperjuangan mahasiswa Kesehatan Masyarakat angkatan


2015.

12. Teman-teman kelompok magang Universitas Esa Unggul yaitu Niken Ayu
Saraswati dan Nidya Putri Utami.

Pepatah mengatakan “Tak ada gading yang tak retak”. Penulis selalu
mengingat itu maka berharap saran dan kritik yang membangun dapat penulis
terima agar dapat memberbaiki penulisan dalam penyusunan laporan ini dan untuk
menulis berkiutnya dimasa mendatang.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat menjadi bacaan yang menarik dan
tentunya bermanfaat bagi kita sesama. Umumnya kepada teman-teman Fakultas
Ilmu Kesehatan dan Jurusan Kesehatan Masyarakat khususnya mahasiswa
peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

Jakarta, 10 Oktober 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii

BAB I: PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan Magang 3
1.3. Manfaat Magang 4

BAB II: KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP


2.1. Kerangka Teori 6
2.1.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja 6
2.1.2. Kriteria Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 7
2.1.3. Promosi Keselamatan dan Kesehatan 10
2.1.4. Pengertian ToolBox Meeting 12
2.1.5. Tujuan ToolBox Meeting 14
2.1.6. Pelaksana ToolBox Meeting 14
2.1.7. Tata Cara Pelaksanaan ToolBox Meeting 14
2.2. Kerangka Konsep 16

BAB III: PROSES MAGANG


3.1. Tahap Persiapan 17
3.2. Tahap Pelaksanaan 17
3.3. Tahap Pelaporan 19

BAB IV: HASIL


4.1. Gambaran Umum PT. Motive Mulia 20

iv
4.1.1. Sejarah PT. Motive Mulia 20
4.1.2. Visi dan Misi 20
4.1.3. Nilai-Nilai Perusahaan 21
4.2. Gambaran Umum Unit K3 PT. Motive Mulia Plant Bojonegara, Serang,
Banten Tahun 2018 22
4.2.1. Struktur Organisasi 22
4.2.2. Program Kerja K3 22
4.3. Gambaran Input Pelaksanaan Program ToolBox Meeting di PT. Motive Mulia
Plant Bojonegara, Serang, Banten Tahun 2018 23
4.3.1. Sumber Daya Manusia 23
4.3.2. Sarana Dan Prasarana 24
4.3.3. Metode 24
4.3.4. Anggaran 26
4.4. Gambaran Proses Pelaksanaan Program ToolBox Meeting di PT. Motive
Mulia Plant Bojonegara, Serang, Banten Tahun 2018 26
4.4.1. Perencanaan 26
4.4.2. Pelaksanaan 27
4.4.3. Evaluasi 28
4.5. Gambaran Output Pelaksanaan Program ToolBox Meeting di PT. Motive
Mulia Plant Bojonegara, Serang, Banten Tahun 2018 28

BAB V: PEMBAHASAN
5.1. Gambaran Input Pelaksanaan Program ToolBox Meeting di PT. Motive Mulia
Plant Bojonegara, Serang, Banten Tahun 2018 30
5.1.1. Sumber Daya Manusia 30
5.1.2. Sarana Dan Prasarana 31
5.1.3. Metode 32
5.1.4. Anggaran 33
5.2. Gambaran Proses Pelaksanaan Program ToolBox Meeting di PT. Motive
Mulia Plant Bojonegara, Serang, Banten Tahun 2018 34
5.2.1. Perencanaan 34
5.2.2. Pelaksanaan 35

v
5.2.3. Evaluasi 37
5.3. Gambaran Output Pelaksanaan Program ToolBox Meeting di PT. Motive
Mulia Plant Bojonegara, Serang, Banten Tahun 2018 38

BAB VI: KESIMPULAN DAN SARAN


6.1. Kesimpulan 40
6.2. Saran 41

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Daftar sarana dan prasarana yang digunakan 24

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep 16

Gambar 4.1 Struktur organisasi PT. Motive Mulia Plant

Bojonegara 22

Gambar 4.2 Pelaksanaan ToolBox Meeting 28

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan instrumen yang
memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup dan masyarakat
sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. K3 bertujuan mencegah,
mengurangi, bahkan menihilkan resiko kecelakaan kerja (zero accident).
Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak
biaya (cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk
investasi jangka panjang yang memberikan keuntungan yang berlimpah
pada masa yang akan datang. Keselamatan kerja merupakan spesialisasi
ilmu kesehatan beserta prakteknya yang bertujuan agar para pekerja atau
masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik
fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif dan kuratif terhadap
penyakit/gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan
lingkungan serta terhadap penyakit umum (Suma’mur, 2006).
Menurut International Labour Organization (ILO) yaitu organisasi
buruh interasional, setiap tahun terjadi sebanyak 337 juta kecelakaan kerja
di berbagai negara yang mengakibatkan sekitar 3 juta orang pekerja
kehilangan nyawa. Angka kecelakaan kerja di Indonesia termasuk dalam
kategori yang tinggi (International Labour Organization, 2013). Sedangkan
menurut Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial dan Ketenagakerjaan
angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tinggi, hingga akhir tahun 2015
telah terjadi kecelakaan kerja sebanyak 10.182 kasus. Sementara itu untuk
kasus kecelakaan berat yang mengakibatkan kematian tercatat sebanyak
2.375 kasus dari total jumlah kecelakaan kerja (Badan Penyelenggaraan
Jaminan Sosial, 2016).
Menurut Suma’mur (2009) kecelakaan kerja yang terjadi
disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor manusia; yang merupakan

1
2

penyebab kecelakaan meliputi aturan kerja, kemampuan pekerja (usia,


masa kerja atau pengalaman, kurangnya kecakapan dan lambatnya
mengambil keputusan), disiplin kerja, perbuatan-perbuatan yang
mendatangkan kecelakaan, ketidakcocokan fisik dan mental serta faktor
mekanik dan lingkungan; letak mesin, tidak dilengkapi dengan alat
pelindung, alat pelindung tidak digunakan, alat-alat kerja yang telah rusak.
Menurut Ramli (2010), kerugian akibat kecelakaan kerja dapat
dikategorikan atas dua kerugian yaitu kerugian langsung dimana kerugian
akibat kecelakaan yang lagsung dirasakan dan membawa dampak terhadap
organisasi atau perusahaan seperti tingginya biaya pengobatan dan
kompensasi kecelakaan dan kerusakan sarana produksi serta kerugian tidak
langsung yang meliputi kerugian jam kerja yang hilang akibat kecelakaan
jumlahnya cukup besar yang mempengaruhi produktivitas, perusahaan
tidak bisa berproduksi sementara waktu sehingga kehilangan peluang untuk
mendapatkan keuntungan dan dapat menimbulkan dampak sosial bagi
keluarga korban yang terkait langsung maupun lingkungan sosial
sekitarnya.
Menurut Rijuna (2006), Program K3 adalah suatu sistem yang
dirancang untuk menjamin keselamatan baik pada semua personel ditempat
kerja agar tidak menderita luka maupun menyebabkan penyakit ditempat
kerja dengan mematuhi atau taat pada hukum dan aturan K3. Program
keselamatan dan kesehatan kerja akan memperbaiki angka kecelakaan
kerja salah satunya melalui promosi K3 dilingkungan kerja. Menurut
George (1998), Safety Promotion atau promosi K3 adalah suatu upaya
untuk mendorong dan menguatkan kesadaran dan perilaku pekerja tentang
K3 sehingga dapat melindungi pekerja. Dalam menciptakan lingkungan
kerja yang sehat dan aman, terdapat beberapa upaya yang dilakukan salah
satunya adalah ToolBox Meeting. ToolBox Meeting adalah suatu cara untuk
mengingatkan pekerja kembali akan bahaya kesehatan maupun
keselamatan ditempat kerja yang dikomunikasikan langsung kepada
seluruh pekerja sebelum memulai bekerja, bertujuan untuk meningkatkan
keselamatan melalui promosi K3 pada pekerja yang di komunikasikan
3

seminggu sekali pada dengan mengingatkan pekerja mengenai masalah


prosedur, peralatan dan bahan yang digunakan di tempat kerja.
PT. Motive Mulia adalah Perseroan Terbatas yang didirikan tahun
2003, yang kemudian diakuisisi oleh PT. CEMINDO GEMILANG –
SEMEN MERAH PUTIH yang berstatus sebagai anak perusahaan yang
berfokus menyediakan beton siap pakai dan beton pracetak (precast)
dengan merek dagang Merah Putih Beton. Beton Pracetak atau Precast
Concetrate adalah beton yang dibuat dengan berbagai ukuran dan bentuk
tertentu untuk mempercepat dan mempermudah proses konstruksi gedung
maupun infrastruktur. Selain memproduksi beton siap pakai, saat ini PT.
Motive Mulia telah melakukan beberapa pengembangan produk beton
seperti U-Ditch, Box Culvert, Facade, Panel Pagar, Mini Pile dan Tangga
yang telah memiliki 2 workshop berlokasi di Cikarang dan Bojonegara,
Banten. Hingga Agustus 2018 telah tercatat 1 orang mengalami kecelakaan
kerja, untuk itu masih terus di perlukannya ToolBox Meeting ini secara
rutin agar kecelakaan dapat di minimalisir di PT. Motive Mulia.
Berdasarkan latar belakang di atas dalam rangkaian program K3L
yang dilakukan oleh SHE di PT. Motive Mulia Plant Bojonegara, Serang,
Banten salah satunya dengan melaksanakan program promosi K3 yaitu
program ToolBox Meeting. Program tersebut dalam pelaksanaannya sangat
penting untuk mengontrol dan mengevaluasi kinerja pekerja yang
diharapkan dapat mengurangi angka kecelakaan kerja. Oleh karena itu,
penulis tertarik ingin mengetahui serta mengangkat judul “Gambaran
Pelaksanaan Program ToolBox Meeting di PT. Motive Mulia Plant
Bojonegara, Serang, Banten Tahun 2018”

1.2. Tujuan Magang


1.2.1. Tujuan Umum
Mengetahui Gambaran Pelaksanaan Program Toolbox Meeting
di PT. Motive Mulia Plant Bojonegara, Serang, Banten Tahun 2018.
4

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran umum di PT. Motive Mulia Plant


Bojonegara, Serang, Banten Tahun 2018.
2. Mengetahui gambaran umum unit K3 Program Toolbox Meeting
di PT. Motive Mulia Plant Bojonegara, Serang, Banten Tahun
2018.
3. Mengetahui gambaran Input (Sumber Daya, Sarana dan
Prasarana, Metode dan Anggaran) Pelaksanaa Program Toolbox
Meeting di PT. Motive Mulia Plant Bojonegara, Serang, Banten
Tahun 2018.
4. Mengetahui gambaran Proses (Perencanaan, Pelaksanaan,
Evaluasi) Pelaksanaan Program Toolbox Meeting di PT. Motive
Mulia Plant Bojonegara, Serang, Banten 2018.
5. Mengetahui gambaran Output (Tercapainya Zero Accident)
Pelaksanaan Program Toolbox Meeting di PT. Motive Mulia
Plant Bojonegara, Serang, Banten Tahun 2018.

1.3. Manfaat Magang


1.3.1. Bagi Mahasiswa
1. Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman kerja mengenai
dunia kesehatan dan keselamatan kerja khususnya di PT. Motive
Mulia Plant Bojonegara, Serang, Banten.
2. Dapat mengaplikasikan teori dan ilmu yang diperoleh selama
bangku perkuliahan.
3. Dapat ikut berpartisipasi menjadi bagian dari SHE yang bersifat
sementara selama magang berlangsung di PT. Motive Mulia
Plant Bojonegara, Serang, Banten.
1.3.2. Bagi Fakultas
1. Terbinanya suatu jaringan kerjasama dengan PT. Motive Mulia
Plant Bojonegara, Serang, Banten dalam upaya meningkatkan
keterkaitan dan kesepadanan antara substansi akademik dengan
5

pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia yang


dibutuhkan dalam pengemabangan kesehatan
2. Dapat memberikan informasi, pengetahuan dan bacaan ilmiah
terutama dalam bidang kesehatan dan keselamatan kerja dengan
mengetahui gambaran Toolbox Meeting di PT. Motive Mulia
Plant Bojonegara, Serang, Banten.
1.3.3. Bagi PT. Motive Mulia
1. Dapat menjalin hubungan yang baik dengan lembaga
pendidikan khususnya Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
Universitas Esa Unggul
2. Perusahaan tempat magang dapat melakukan pertimbangan atas
masukan-masukan yang diberikan sebagai perbaikan lebih
lanjut khususnya pada program Toolbox Meeting di PT. Motive
Mulia Plant Bojonegara, Serang, Banten.
BAB II

KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

2.1. Kerangka Teori


2.1.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1. Definisi Keselamatan Kerja
Keselamatan Kerja merupakan spesialisasi ilmu
kesehatan beserta prakteknya yang bertujuan agar para
pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat
kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun
sosial dengan usaha preventif dan kuratif terhadap
penyakit/gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor
pekerjaan dan lingkungan serta terhadap penyakit umum
(Suma’mur, 2006).
2. Definisi Kesehatan Kerja
Hartatik (2014) mengemukakan bahwa Kesehatan
Kerja merupakan suatu kondisi kesehatan yang bertujuan
agar pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-
tingginya, baik jasmani, rohani, maupun sosial, dengan
usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau
gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan
lingkungan kerja maupun penyakit umum.
3. Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menurut Mangkunegara (2009), Keselamatan dan
kesehatan kerja adalah upaya untuk menjamin dan menjaga
kesehatan serta keutuhan jasmani dan rohani para tenaga
kerja khususnya manusia untuk menuju masyarakat yang
adil dan makmur. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No 50 Tahun 2012 Pasal 1 Tentang
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya

6
7

disingkat menjadi K3 adalah segala kegiatan untuk menjamin


dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja.
4. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Mangkunegara (2009) menyatakan bahwa K3
memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah:
1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan
kesehatan kerja, baik secara fisik, sosial, maupun
psikologis.
2. Agar setiap perlengkapan daan peralatan kerja digunakan
sebaikbaiknya.
3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
4. Ada jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan gizi pegawai.
5. Meningkatan kegairahan, keserasian kerja dan partisipasi
kerja.
6. Terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
lingkungan atau kondisi kerja.
7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam
bekerja.
2.1.2. Kriteria Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Suatu kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
yang baik disyaratkan memenuhi kriteria berikut (Ramli, 2013) :
1. Sesuai dengan sifat dan skala risiko Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) organisasi. Kebijakan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah
pewujudan dari visi dan misi suatu organisasi, sehingga
harus disesuaikan dengan sifat dan skala organisasi.
Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) tentu
berbeda antara suatu organisasi dengan organisasi
lainnya, tergantung sifat dan skala risiko Kesehatan dan
8

Keselamatan Kerja (K3) yang dihadapi, serta strategi


bisnis organisasi.
2. Mencakup komitmen untuk peningkatan berkelanjutan.
Dalam kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
harus tersirat adanya komitmen untuk peningkatan
berkelanjutan. Aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) tidak statis, karena berkembang sejalan dengan
teknologi, operasi dan proses produksi. Karena itu,
kinerja Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus
terus menerus ditingkatkan selama organisasi beroperasi.
Komitmen untuk peningkatan berkelanjutan akan
memberikan dorongan bagi semua unsur dalam
organisasi untuk terus menerus meningkatkan Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3) dalam organisasi.
3. Termasuk adanya komitmen untuk sekurangnya
memenuhi perundangan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) yang berlaku dan persyaratan lainnya yang
diacu organisasi. Hal ini berarti bahwa manajemen akan
mendukung pemenuhan semua persyaratan dan norma
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), baik yang
disyaratkan dalam perundangan maupun petunjuk
praktis atau standar yang berlaku bagi aktivitasnya.
4. Didokumentasikan, diimplementasikan dan dipelihara.
Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus
didokumentasikan artinya bukan hanya dalam bentuk
ungkapan lisan atau pernyataan manajemen, tetapi dibuat
tertulis sehingga dapat diketahui dan dibaca oleh semua
pihak berkepentingan. Disamping itu kebijakan tersebut
harus diimplementasikan, bukan sekedar pajangan atau
bagian dari manual Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3). Salah satu bentuk implementasinya adalah dengan
menggunakan kebijakan Kesehatan dan Keselamatan
9

Kerja (K3) sebagai acuan dalam setiap kebijakan


organisasi, pengembangan strategi bisnis dan rencana
kerja organisasi. Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) juga dipelihara, artinya selalu disempurnakan
sesuai dengan perkembangan, tuntutan dan kemajuan
organisasi.
5. Dikomunikasikan kepada seluruh pekerja dengan
maksud agar pekerja memahami maksud dan tujuan
kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3),
kewajiban serta peran semua pihak dalam Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3). Komunikasi kebijakan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dapat dilakukan
melalui berbagai cara atau media, misalnya ditempatkan
di lokasilokasi kerja, dimasukkan dalam buku saku
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), website
organisasi atau bahan pembinaan dan pelatihan.
6. Tersedia bagi pihak lain yang terkait. Kebijakan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) juga harus
diketahui oleh pihak lain yang terkait dengan bisnis atau
aktivitas organisasi seperti konsumen, pemasok, instansi
pemerintah, mitra bisnis, pemodal, atau masyarakat
sekitar. Dengan mengetahui kebijakan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) tersebut, mereka dapat
mengantisipasi, mendukung atau mengapresiasi
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) organisasi.
Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus
dapat diakses misalnya melalui situs organisasi.
7. Ditinjau ulang secara berkala untuk memastikan bahwa
masih relevan dan sesuai bagi organisasi. Kebijakan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) bersifat dinamis
dan harus selalu disesuaikan dengan kondisi baik internal
maupun eksternal organisasi. Karena itu harus ditinjau
10

secara berkala apakah masih relevan dengan kondisi


organisasi.
2.1.3. Promosi Keselamatan dan Kesehatan
1. Definisi Promosi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Kegiatan promosi K3 ini dapat dilakukan dengan
cara mengadakan pelatihan untuk tenaga kerja, komunikasi
yang baik dan kegiatan kampanye K3 dalam rangka
memperingati Bulan K3 Nasional (BK3N). Dengan
diadakanya kegiatan promosi K3 secara rutin maka
kecelakaan kerja dapat dicegah (Direktorat Pengawas Norma
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 2007).
Promosi kesehatan menurut Kholid (2012), adalah
upaya pemberdayaan masyarakat untuk memelihara,
meningkatkan, dan melindungi kesehatan diri dan
lingkungannya. Memberdayakan adalah upaya untuk
membangun daya atau mengembangkan kemandirian yang
diakukan dengan menimbulkan kesadaran, kemampuan,
serta dengan mengembangkan iklim yang mendukung
kemandirian. Dengan demikian, promosi kesehatan
merupakan upaya memengaruhi masyarakat agar
menghentikan perilaku berisiko tinggi dan menggantikannya
dengan perilaku yang aman atau paling tidak berisiko
rendah.
2. Definisi Program Promosi K3
Menurut Rijuna (2006), Program K3 adalah suatu
sistem yang dirancang untuk menjamin keselamatan baik
pada semua personel ditempat kerja agar tidak menderita
luka maupun menyebabkan penyakit ditempat kerja dengan
mematuhi atau taat pada hukum dan aturan K3. Program
keselamatan dan kesehatan kerja akan memperbaiki angka
kecelakaan kerja salah satunya melalui promosi K3
dilingkungan kerja.
11

Schuler dan Jackson (1999) mengatakan, apabila


perusahaan dapat melaksanakan program keselamatan dan
kesehatan kerja dengan baik, maka perusahaan akan dapat
memperoleh manfaat antara lain; Meningkatkan
produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang
hilang, meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang
lebih komitmen, menurunnya biaya-biaya kesehatan dan
asuransi, tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran
langsung yang lebih rendah karena menurunnya pengajuan
klaim, fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai
akibat dari partisipasi dan ras kepemilikan, rasio seleksi
tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatkan citra
perusahaan serta perusahaan dapat meningkatkan
keuntungannya secara substansial.
Program K3 merupakan suatu rencana kerja dan
pelaksanaan prosedur yang memfasilitasi pelaksanaan
keselamatan kerja dan proses pengendalian resiko dan
paparan bahaya termasuk kesalahan manusia dalam tindakan
tidak aman, meliputi (Ramli, 2010):
1. Membuat program untuk mendeteksi,
mengkoreksi, mengontrol kondisi berbahaya,
lingkungan beracun dan bahaya-bahaya
kesehatan.
2. Membuat prosedur keamanan.
3. Menindaklanjuti program kesehatan untuk
pembelian dan pemasangan peralatan baru dan
untuk pembelian dan penyimpanan bahan
berbahaya.
4. Pemeliharaan sistem pencatatan kecelakaan agar
tetap waspada.
5. Pelatihan K3 untuk semua level manajemen.
6. Rapat bulanan P2K3.
12

7. Tetap menginformasikan perkembangan yang


terjadi di bidang K3 seperti alat pelindung diri,
standar keselamatan yang baru.
8. Pembagian pernyataan kebijakan organisasi.

Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja bersifat


spesifik artinya program keselamatan dan kesehatan kerja
tidak bisa dibuat, ditiru atau dikembangkan semaunya. Suatu
program keselamatan dan kesehatan kerja dibuat
berdasarkan kondisi dan kebutuhan nyata di tempat kerja
sesuai dengan potensi bahaya sifat kegiatan, kultur,
kemampuan financial, dan lainnya. Program keselamatan
dan kesehatan kerja harus dirancang spesifik untuk masing-
masing perusahaan sehingga tidak bisa sekedar meniru atau
mengikuti arahan dan pedoman dari pihak lain (Ramli,
2010).

2.1.4. Pengertian ToolBox Meeting


Sosialisasi K3 sebagai salah satu bagian dari kampanye K3
yang merupakan salah satu bentuk pendidikan atau pelatihan. Meski
cara ini terbatas nilainya dalam merangsang dan menggairahkan
orang untuk bekerja dengan aman tetapi cara ini masih dipakai
secara luas di berbagai negara (Lubis, 2000).
Menurut Infrastructure Health & Safety Association’s Safety
Talks (2016), bahwa ToolBox Meeting atau Safety Talk adalah
sebuah cara untuk mengingatkan pekerja bahwa keselamatan dan
kesehatan kerja bagian yang sangat penting dalam pekerjaan.
ToolBox Meeting atau Safety Talk merupakan pertemuan yang
dilakukan rutin antara pekerja dengan supervisor untuk
membicarakan hal-hal mengenai K3.
Menurut Depnaker RI (2012), Informasi yang perlu
dikomunikasikan meliputi:
a. Persyaratan eksternal atau peraturan perundangan-
undangan dan internal atau indikator kinerja K3.
13

b. Izin kerja.
c. Hasil identifikasi, penilaian, dan pengendalian risiko
serta sumber bahaya yang meliputi keadaan mesin-
mesin, pesawat-pesawat, alat kerja, peralatan
lainnya, bahan-bahan, lingkungan kerja, sifat
pekerjaan, cara kerja, dan proses produksi.
d. Kegiatan pelatihan K3.
e. Kegiatan inspeksi, kalibrasi dan pemeliharaan.
f. Pemantauan data.
g. Hasil pengkajian kecelakaan, insiden, keluhan dan
tindak lanjut.
h. Identifikasi produk termasuk komposisinya.
i. Informasi mengenai pemasok dan kontraktor.
j. Audit dan peninjauan ulang SMK3.

ToolBox Meeting atau Safety talk sebaiknya dilaksanakan


pada setiap akan memulai pelaksanaan pekerjaan dan pergantian
shift, yang dipimpin oleh orang yang mengerti di bagian safety pada
tiap area atau departemen wajib melaksanakan Pelaksanaan ToolBox
Meeting atau Safety talk dan harus diperhatikan seperti:
a. Diawali dengan pendahuluan singkat yang menarik.
b. Dilaksanakan oleh semua regu kerja setiap awal shift.
c. Dihadiri oleh semua orang yang akan bekerja di shift
tersebut.
d. Topik yang disampaikan sesuai dengan kondisi
lapangan.
e. Pelaksanaan ToolBox Meeting atau safety talk
langsung di lokasi kerja.
f. Menyampaikannya dengan kata-kata yang mudah
dimengerti.
g. Estimasi waktu penyampaian kurang dari 15 menit.
14

h. Mengulangi pesan-pesan safety dan memberikan


ringkasan disetiap akhir ToolBox Meeting atau Safety
talk.
2.1.5. Tujuan ToolBox Meeting
Menurut Dealy Enguire (2013), tujuan utama ToolBox
Meeting atau safety talk adalah untuk mengingatkan tenaga kerja
akan potensi-potensi bahaya di tempat kerja dan membantu tenaga
kerja untuk mengenali dan mengendalikan bahaya tersebut.

2.1.6. Pelaksana ToolBox Meeting


Menurut Silalahi (2011), ToolBox Meeting dapat dilakukan oleh:
1. Supervisor/Foreman.
2. Safety officer/Safety manager.
3. Anggota Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
4. Ketua regu atau sesama pekerja.

2.1.7. Tata Cara Pelaksanaan ToolBox Meeting


Menurut Dealy Enguire (2013) tata cara dalam melaksanakan
ToolBox Meeting atau Safety Talk yaitu:
1. Siapkan (Prepare)
Memikirkan, menulis, membaca, mendengarkan dan
mempraktekkan apa yang akan dikatakan. Dilakukan sesuai
dengan kondisi dan lokasi pekerjaan.
2. Tepat (Pinpoint)
Fokus terhadap safety dan pekerjaan. Meperkenalkan
subyek dengan jelas agar pekerja tahu apa yang penting bagi
mereka dan menjelaskan bagaimana mengontrol atau
mencegah bahaya.
15

3. Personalisasi (Personalize)
Berbicara langsung ke masing-masing personil
dengan menggunakan bahasa yang sesederhana mungkin agar
mudah dipahami dan juga tercipta keakraban dengan pekerja.
4. Gambaran (Picturize)
Mempraktekkan apa yang harus disampaikan, jika
memungkinkan menggunakan alat yang nyata, peralatan
material dan jobsite.
5. Mengarahkan (Prescribe)
Meminta pekerja menunjukan apa yang telah mereka
pelajari kemudian mengarahkan dengan tepat
16

2.2. Kerangka Konsep

Input Proses Output


1. Sumber daya
2. Sarana dan
1. Perencanaan Tercapainya
Prasarana (Toa,
ToolBox Zero Accident
Form
Meeting
Kehadiran
2. Pelaksanaan
ToolBox
ToolBox
Meeting,
Meeting
Halaman depan
3. Evaluasi
Warehouse)
(Pelaporan)
3. Metode
(Prosedur)
4. Anggaran

Gambar 2.1

Kerangka Konsep
BAB III

PROSES MAGANG

3.1. Tahap Persiapan


Persiapan teknis yang dilakukan penulis dalam proses magang yaitu,
mendengarkan sosialisasi magang yang diberikan sebelumnya oleh Bu
Gisely Vionalita. Kemudian penulis mengisi form pada buku panduan
magang yang tersedia dengan mengisi kolom judul dan nama dosen
pembimbing. Setelah itu penulis mengajukan surat permohonan magang
yang ditujukan untuk perusahaan yang telah penulis pilih. Proses
pembuatan surat sampai dinyatakan telah diterima kurang lebih 1 bulan.
Kemudian melakukan survei ke tempat lokasi dan berdiskusi mengenai
topik atau program yang ada di PT. Motive Mulia dengan SHE yang akan
menjadi pembimbing lapangan, kemudian melakukan konsul kembali
dengan dosen pembimbing pada awal bimbingan pertama.
Setelah dinyatakan diterima pada perusahaan tempat magang yang
penulis pilih sesuai dengan topik yang telah disepakati sebelumnya,
kemudian penulis melakukan persyaratan administrasi berupa surat
perizinan kepada instansi yang akan dijadikan sebagai lokasi magang serta
melakukan presentasi Proposal Magang pada HRD (Human Resource
Departement). Kemudian dilanjutkan dengan proses magang dan
penyusunan laporan akhir magang.

3.2. Tahap Pelaksanaan


Pada hari pertama penulis melakukan perkenalan kesemua
Departemen yang ada di PT. Motive Mulia Plant Bojonegara yaitu PPIC
(Planning, Production, Inventory and Control), Departemen Production,
Departemen Quality Assurance, Departemen Quality Control, Departemen
Warehouse, HRD (Human Resources Departement) dan lain-lain. Serta
penulis diberikan Induction yang berisi bahaya serta resiko yang ada di area
PT. Motive Mulia Plant Bojonegara, Serang kemudian penulis

17
18

diperkenankan berkeliling area yang didampingi oleh HSE (Fedry


Adriyatna, SKM.) sekaligus membicarakan rencana pengambilan program
yang telah disepakati di awal dan pelaksanaan magang yang dilaksanakan
yaitu dari tanggal 30 Juli sampai dengan 30 Agustus 2018. Setiap harinya
penulis datang sesuai kesepakatan dan ketentuan di PT. Motive Mulia yaitu
pukul 07:00 WIB sampai dengan 16:00 WIB.
Dalam kegiatan ini penulis melakukan peninjauan, pengamatan dan
observasi secara langsung ke lapangan. Untuk menambah pengetahuan
penulis, maka penulis diikut sertakan dalam melakukan kegiatan-kegiatan
atau program-program kerja yang sedang dilaksanakan oleh SHE di PT
Motive Mulia. Selain itu, penulis dapat mencari informasi serta data
pendukung mengenai topik program yang dipilih yang ada di lapangan
serta berkonsultasi dengan pembimbing lapangan.
Selama minggu pertama, kami di izinkan untuk mengikuti proses
safety induction kepada pekerja baru dan melakukan inspeksi awal sebagai
bentuk pengenalan lingkungan dan proses kerja. Pada area precast di PT.
Motive Mulia terdapat 3 tempat yaitu warehouse untuk menyimpan
kebutuhan alat serta material, workshop merupakan tempat untuk
memproduksi beton dan stock yard merupakan tempat untuk penjemuran
serta proses finishing beton. Pada minggu kedua, kami di izinkan pula
untuk mengikuti jalannya Toolbox Meeting yang dilaksanakan pada jam
07:00 WIB di hari selasa sebelum pekerjaan dimulai. Pelaksanaan Toolbox
Meeting ini sekaligus merupakan penggambaran untuk penulis, dimana
pada kegiatan Toolbox Meeting ini berisikan pemberian materi mengenai
sumber daya manusia, proses produksi, prosedur, hambatan serta dampak,
target dan indikator keberhasilan dari program Toolbox Meeting yang telah
dilakukan sebelumnya. Pada minggu ketiga, penulis melakukan kegiatan
pada program K3 yang berjalan seperti Inspeksi dan Toolbox Meeting. Pada
minggu keempat, penulis di ajak oleh SHE ke lokasi agregat. Agregat
adalah tempat untuk menghasilkan salah satu bahan campuran beton
contohnya seperti batu krikil dan skrining (abu batu). Pada minggu kelima,
19

penulis mengikuti proses produksi seperti biasa dan melakukan


pengamatan seputar kondisi di lingkungan kerja.
Selain melakukan seluruh rangkaian kegiatan diatas, pada tiap
minggunya penulis tidak lupa dengan kewajiban penulis sebagai
mahasiswa magang untuk menyususn laporan oleh karena itu mulai pada
minggu ketiga selain membantu dan melakukan tugas dan tanggung jawab
yang diberikan oleh SHE kepada penulis, mereka pun memberian waktu
kepada kami untuk mengobservasi lapangan dan diberikan data-data terkait
K3L dan profil perusahaan yang butuhkan dalam penyusunan laporan
magang.

3.3. Tahap Pelaporan


Pada tahap ini penulis wajib membuat laporan akhir magang yang
kemudian di konsultasikan ke pembimbing lapangan dan dosen
pembimbing untuk selanjutnya setelah laporan magang selesai dan telah
disetujui dan ditanda tangani oleh dosen pembimbing, kemudian laporan
tersebut akan diserahkan kepada ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat dan dosen pembimbing lapangan di PT. Motive Mulia Plant
Bojonegara, Serang.
BAB IV

HASIL

4.1. Gambaran Umum PT. Motive Mulia


4.1.1. Sejarah PT. Motive Mulia
PT. Motive Mulia adalah badan usaha perseroan terbatas
yang didirikan tahun 2003 semula merupakan perusahaan yang
berbisnis Transportasi. Pada Bulan Agustus Tahun 2013 diakuisisi
oleh PT Cemindo Gemilang – Semen Merah Putih berstatus sebagai
anak perusahaan dengan nama PT Motive Mulia – Merah Putih
Beton – Ganda Group.
Merah Putih Beton adalah produk beton ready mix dari PT.
Motive Mulia-Merah Putih Beton dapat digunakan untuk berbagai
macam konstruksi seperti industri, komersial dan juga untuk
infrastruktur yang mencakup pembangunan gedung-gedung, pabrik,
perumahan, jalan raya, jalan tol serta pembangunan lainnya.
PT. Motive Mulia bisnis utamanya adalah produksi beton
siap pakai dengan merek dagang Merah Putih Beton. Saat ini Merah
Putih Beton telah memiliki 2 Workshop yang berlokasi di Cikarang
dan Bojonegara, Banten. Adapun jenis precast (beton pracetak)
yang kami produksi yaitu; U-Ditch, Tangga, Panel Pagar, Facade,
Mini Pile, Box Culvert.

4.1.2. Visi dan Misi


1. Visi
Menjadi perusahaan beton dan bahan konstruksi
yang terbaik di Indonesia.
2. Misi
Menghasilkan beton dan bahan konstruksi yang
berkualitas dan ramah lingkungan serta berorientasi kepada
kepuasan pelanggan.

20
21

4.1.3. Nilai-Nilai Perusahaan


1. Sinergi
Sinergi merupakan suatu upaya untuk membangun
dan memastikan hubungan kerjasama yang produktif serta
kemitraan yang harmonis melalui kegiatan secara kolaborasi
dengan komunikasi yang baik sehingga akan menghasilkan
loyalitas yang tinggi.
2. Integrasi
Integrasi merupakan suatu sistem yang mengalami
pembauran hingga menjadi satu kesatuan yang utuh dengan
begitu diperlukannya kepercayaan, tanggung jawab serta
kepatuhan dari semua pihak terkait.
3. Pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan rasio yang
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
mempertahankan posisi ekonominya dari tahun ke tahun
melalui kegiatan yang sustainabilitas sehingga akan
menghasilkan kemakmuran serta keharmonisan.
4. Selaras
Selaras merupakan kesamaan antar semua unsur
pendukung agar menghasilkan keterpaduan yang utuh
melalui kreativitas, rasa ingin tahu yang tinggi serta
kesempatan untuk berkembang.
5. Semangat
Semangat memiliki peranan penting dalam
mendapatkan profesionalisme kerja yang bagus, dengan
motivasi yang baik maka didapatkan peningkatan secara
terus menerus.
22

4.2. Gambaran Umum Unit K3 PT. Motive Mulia Plant Bojonegara,


Serang, Banten, Tahun 2018.
4.2.1. Struktur Organisasi

Gambar 4.1
Struktur organisasi PT. Motive Mulia Plant Bojonegara

4.2.2. Program Kerja K3


PT. Motive Mulia memiliki 3 program kerja K3 untuk
memastikan budaya K3 berlangsung di lingkungan perusahaan agar
tercipta lingkungan kerja yang aman, nyaman dan produktif.
Program tersebut diantaranya adalah; Safety Induction, Inspection,
ToolBox Meeting. Safety Induction adalah upaya untuk menunjukan
dan menjelaskan pada setiap tenaga kerja baru tentang kondisi-
kondisi dan bahaya-bahaya yang dapat timbul di tempat kerja,
semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan di
tempat kerja, alat-alat pelindung diri yang bersangkutan serta cara-
cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaan.
Inspection merupakan metode terbaik untuk menemukan
permasalahan dan mengevaluasi resikonya sebelum kecelakaan atau
kerugian terjadi, biasanya banyak dilakukan oleh perusahaan baik
dengan resiko kecil maupun tinggi.
ToolBox Meeting merupakan suatu cara untuk mengingatkan
pekerja kembali akan bahaya kesehatan maupun keselamatan
ditempat kerja yang dikomunikasikan langsung kepada seluruh
23

pekerja sebelum memulai bekerja, bertujuan untuk meningkatkan


keselamatan melalui promosi K3 pada pekerja. Sedangkan menurut
SOP “MM-MPB-SHE-16 – ToolBox Meeting” ToolBox Meeting
adalah kegiatan implementasi K3L atau kegiatan operasional yang
dilakukan oleh Deparment SHE dalam rangka menyampaikan
Informasi informasi terkait K3L kepada karyawan yang dilakukan
pada awal shift kerja sebelum karyawan beraktivitas yang di
komunikasikan seminggu sekali di hari selasa pada pukul 07:00 -
07:30 WIB.

4.3. Gambaran Input Pelaksanaan Program ToolBox Meeting di PT.


Motive Mulia Plant Bojonegara, Serang, Banten, Tahun 2018.
4.3.1. Sumber Daya Manusia
Sumber daya yang dimaksud penulis adalah petugas safety
yang melakukan prosedur pemberian informasi K3 melalui kegiatan
ToolBox Meeting. Petugas safety yang melalukan ToolBox Meeting
ini berjumlah satu orang sekaligus bertanggung jawab sebagai SPV
SHE. Diketahui, pendidikan terakhir SPV SHE yaitu merupakan
lulusan S1 Kesehatan Masyarakat dengan Peminatan Kesehatan
Lingkungan dan memiliki sertifikat pelatihan K3 Umum.
Adapun tugas dari SHE di PT. Motive Mulia adalah dengan
bertanggungjawab menyediakan/memberikan saran manajerial
maupun teknis kepada semua departement, kontraktor dan
subcontractor dalam hal; Identifikasi, pematuhan, pemantauan dan
evaluasi program-program K3L yang berkaitan dengan kebijakan-
kebijakan K3L perusahaan serta memastikan bahwa setiap
departement, kontraktor dan subcontractor memenuhi tanggung
jawab serta tanggung gugat mereka dalam hal-hal yang berkenaan
dengan kebijakan K3L perusahaan.
Berdasarkan observasi lapangan, jumlah petugas safety yang
hanya 1 orang tentu masih menyulitkan dalam proses penyampaian
materi dalam kegiatan ToolBox Meeting, tentu saja belum
24

memenuhi syarat dalam pelaksanaan kegiatan mengingat jumlah


pekerja yang berjumlah lebih dari 100 orang dan memiliki tingkat
risiko kecelakaan yang tinggi.
4.3.2. Sarana dan Prasarana
Untuk menunjang kegiatan ToolBox Meeting diperlukan alat
agar dapat memperlancar jalannya kegiatan. Adapun sarana dan
prasarana yang dibutuhkan yaitu Toa atau pengeras suara, Form
ToolBox Meeting yang berisikan absensi dan kelengkapan APD
yang dipakai pekerja serta pulpen dan clipboard. Dan halaman
depan Office merupakan titik kumpul pelaksanaan ToolBox Meeting.
Berdasarkan hasil observasi penulis, toa yang digunakan
sudah cukup terdengar sampai barisan belakang pekerja. Kemudian
form ToolBox Meeting pun kehadirannya sudah cukup efektif untuk
mengontrol pekerja yang jarang mengikuti kegiatan ToolBox
Meeting dan mengontrol kelengkapan penggunaan APD pada
pekerjanya. Kemudian halaman depan Office pun dapat menampung
pekerja dengan jumlah yang banyak.
Tabel 4.1
Daftar sarana dan prasarana yang digunakan
No Unit Jumlah Kualitas
1 Toa atau Pengeras Suara 1 Baik
2 Form ToolBox Meeting 3 Baik
3 Pulpen 2 Baik
4 Clipboard atau papan jalan 1 Baik
5 Halaman Depan Office 1 Baik

4.3.3. Metode
Prosedur ini bertujuan untuk menyebarluaskan informasi-
informasi mengenai K3. Sasaran dari program ini yaitu seluruh
pekerja disemua unit/departemen. Media yang digunakan untuk
menyampaikan informasi K3 melalui sosialisasi ToolBox Meeting
setiap selasa pagi atau awal shift. Adapun pelaksanaan ToolBox
25

Meeting menggunakan komunikasi lisan yaitu petugas safety


langsung memberikan informasi kepada semua pekerja. Isi dari
ToolBox Meeting yang diberikan seputar Insiden yang baru terjadi,
insiden di Job Site lain, Tugas/pekerjaan beresiko tinggi yang
dilakukan, dan Informasi umum keselamatan kerja yang
berhubungan dengan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang telah
dibuat.

Uraian Prosedur:

1. Topik-topik bagi semua pembicaraan “Toolbox Meeting


awal shift” tentang kegiatan operasional, pekerjaan dan juga
panduan topik ditentukan dan diberikan oleh SPV SHE.
2. Topik-topik bagi semua pembicaraan ‘Toolbox Meeting awal
shift’’ tentang kegiatan operasional didasarkan pada :
a. Insiden yang baru terjadi,
b. Insiden di Job Site lain,
c. Tugas/pekerjaan beresiko tinggi yang dilakukan, dan
d. Informasi umum keselamatan kerja yang
berhubungan dengan pekerjaan.
3. SPV SHE mengumpulkan semua karyawan di area kerjanya
di setiap permulaan shift dan mendiskusikan topik
pembicaraan ‘Toolbox Meeting awal shift’’ dengan mereka.
4. Seluruh SPV departemen harus mengikuti kegiatan ini untuk
memastikan aktifitas ini dilakukan secara efektif dan
memberikan arahan pada Pengawas Lapangan/Foreman
mengenai pemilihan topik yang hendak dibicarakan.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis terlihat
bahwa metode atau cara penyampaian materi yang sama setiap
minggunya berpotensi dapat membuat pekerja malas mendengarkan
isi materi sehingga berpengaruh pada kehadiran pekerja pada saat
ToolBox Meeting. Namun kegiatan ToolBox Meeting yang
dilakukan sudah mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dengan
nama prosedur “MM-MPB-SHE-16 – ToolBox Meeting”.
26

4.3.4. Anggaran
Kegiatan-kegiatan mengenai K3 apabila membutuhkan
sarana dan prasarana dapat membuat form pengajuan barang yang
nantinya biaya yang diperlukan untuk menunjang sarana dan
prasarana kegiatan seperti printer, kertas HVS, Toa atau pengeras
suara, Alat Tulis Kantor maupun Alat Pelindung Diri yang
dibutuhkan akan dikirm dari kantor pusat.
Berdasarkan observasi penulis dilapangan, pada beberapa
program termasuk ToolBox Meeting pelaksanaan programnya sudah
berjalan dengan baik, namun untuk anggaran mengenai APD sulit
untuk dicairkan dari kantor pusat. Ini mengapa masih banyaknya
pekerja yang memakai APD tidak sesuai dengan kegunaanya,
contohnya masih banyak pekerja yang menggunakan sepatu biasa
bukan safety shoes, meskipun pengadaan barang terus dilakukan
oleh SPV SHE namun untuk pendanaan sulit untuk dikeluarkan dari
kantor pusat.

4.4. Gambaran Proses Pelaksanaan Program ToolBox Meeting di PT.


Motive Mulia Plant Bojonegara, Serang, Banten, Tahun 2018.
4.4.1. Perencanaan
Dalam meminimalisir kecelakaan akibat kerja ataupun
penyakit akibat kerja maka perlunya penyebarluasan informasi-
informasi mengenai K3 yang dapat diterima pekerja, salah satu cara
penyebarluasan informasi-informasi K3 pada saat ToolBox Meeting.
ToolBox Meeting adalah suatu cara untuk mengingatkan
pekerja kembali akan bahaya kesehatan maupun keselamatan
ditempat kerja yang dikomunikasikan langsung kepada seluruh
pekerja sebelum memulai bekerja, bertujuan untuk meningkatkan
keselamatan melalui promosi K3 pada pekerja yang di
komunikasikan seminggu sekali pada hari selasa pukul 07:00 WIB
dengan durasi sekitar tiga puluh menit yang membahas mengenai
27

masalah prosedur, peralatan dan bahan yang digunakan di tempat


kerja ataupun keluhan-keluhan yang dirasakan pekerja.
Adapun sasaran pada ToolBox Meeting yaitu kepada seluruh
pekerja di seluruh departemen yang ada di PT. Motive Mulia dengan
Target yang ingin dicapai sejak awal yaitu tidak adanya accident
fatal dan near miss accident.
Berdasarkan observasi yang penulis lakukan, untuk
perencanaan isi materi yang disamapaikan sudah cukup efektif
untuk diterima pekerja, karena penyampaian isi materinya
menggunakan bahasa yang pekerja gunakan sehari-hari.
4.4.2. Pelaksanaan
Pelaksanaan penyebarluasan informasi-informasi K3
dilakukan sebagai tindakan pencegahan untuk mengurangi kejadian
yang menyebabkan accident pada pekerja. ToolBox Meeting ini
dilakukan pada setiap hari selasa pukul 07:00 WIB berdurasi kurang
lebih tiga puluh menit dan bertempat di halaman depan Office
karena lokasi tersebut memiliki cukup ruang untuk menampung
pekerja dalam jumlah banyak.
Pada pukul 07:00 WIB petugas safety menyalakan sirine dari
toa sebagai pertanda akan dimulainya ToolBox Meeting, biasanya
sirine dibunyikan sebanyak 3 kali untuk menegaskan pekerja.
Kemudian sebelum dimulai, pekerja melakukan peregangan dengan
memijat punggung dan pundak teman di depan ataupun belakangnya
secara bergantian. Pada saat kegiatan dimulai, dilakukan pembacaan
doa kemudian petugas safety memberikan sambutan dan masuk
kepada isi materi yaitu seputar temuan-temuan mengenai kendala
maupun kecelakaan yang belum lama terjadi di tempat kerja tersebut
tidak lupa petugas safety mengingatkan mengenai bahaya-bahaya
yang ada di tempat kerja agar pekerja dapat terhindar dari
kecelakaan ditempat kerja ataupun penyakit di tempat kerja. Setelah
pemberian materi kemudian di tutup dengan pembacaan doa dan yel-
yel atau jargon yang digunakan di PT. Motive Mulia.
28

Pada kondisi dilapangan yang penulis rasakan, pada kegiatan


ToolBox Meeting ini masih mengalami kendala yaitu masih
kurangnya partisipasi pekerja dalam kehadiran baik pekerja yang
malas mengikuti kegiatan ToolBox Meeting ataupun pekerja yang
datang terlambat sehingga kegiatan yang berjalan menjadi kurang
efektif, ini dikarenakan tidak adanya kebijakan atau peraturan
tertulis mengenai keharusan untuk mengikuti ToolBox Meeting.

Gambar 4.2
Pelaksanaan ToolBox Meeting
4.4.3. Evaluasi
Ketika telah selesai kegiatan ToolBox Meeting, kemudian
Form ToolBox Meeting di simpan dalam binder khusus untuk
program ToolBox Meeting, tujuannya selain sebagai pelaporan juga
untuk memantau keikutsertaan setiap pekerja.
Berdasarkan hasil observasi penulis, sistem penyimpanan
Form ToolBox Meeting sudah baik, ini akan memudahkan petugas
safety ketika ada kecelakaan dan menganalisis perilaku maupun
pengetahuan pekerja berdasarkan keikutsertaan ToolBox Meeting.

4.5. Gambaran Output Pelaksanaan Program ToolBox Meeting di PT.


Motive Mulia Plant Bojonegara, Serang, Banten, Tahun 2018.
Output yang dihasilkan pelaksanaan ToolBox Meeting di PT. Motive
Mulia belum tercapai. Indikator keberhasilan dari pelaksanaan ToolBox
Meeting yaitu meningkatnya kesadaran dan kepedulian mengenai
29

keselamatan dan kesehatan kerja sehingga tercapainya zero accident.


Berdasarkan laporan kejadian kecelakaan dari tahun 2017 sampai Agustus
2018 terjadi kecelakaan sebanyak 1 kasus.
Berdasarkan observasi lapangan, didapatkan bahwa masih adanya
kecelakaan kerja sehingga pencapaian pelaksanaan ToolBox Meeting untuk
terciptanya zero accident belum dapat terpenuhi, dikarenakan belum
adanya peningkatan kesadaran pekerja mengenai keselamatan kerja yag
didapatkan dari kegiatan ToolBox Meeting. Perilaku pekerja yang tidak
aman juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kecelakaan kerja,
karena dilapangan banyak pekerja yang bekerja tidak sesuai dengan
prosedur. Misalnya pekerja bagian produksi yang bekerja tidak
menggunakan APD seperti safety helmet.
BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Gambaran Input Pelaksanaan Program ToolBox Meeting di PT.


Motive Mulia Plant Bojonegara, Serang, Banten, Tahun 2018.
5.1.1. Sumber Daya Manusia
PT. Motive Mulia memiliki 1 orang yang bertanggung jawab
sebagai SPV SHE, ini belum sesuai dengan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja no 4 tahun 1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan
Kerja pasal 2 ayat 1 dan 2 yang berbunyi:
“(1) Setiap tempat kerja dengan kriteria tertentu pengusaha
atau pengurus wajib membentuk P2K3” dan “(2) Tempat kerja
dimaksud ayat (1) ialah: a. tempat kerja dimana pengusaha atau
pengurus mempekerjakan 100 orang atau lebih; b. tempat kerja
dimana pengusaha atau pengurus mempekerjakan kurang dari 100
orang, akan tetapi menggunakan bahan, proses dan instalasi yang
mempunyai risiko yang besar akan terjadinya peledakan, kebakaran,
keracunan dan penyinaran radioaktif.”
Oleh karena jumlah tenaga kerja yang ada di PT. Motive
Mulia sudah lebih dari 100 maka dari itu SPV SHE berhak
membentuk Panitia Pembina Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(P2K3). Hal ini dimaksudkan agar proses dalam semua kegiatan K3
dapat terkoordinir dengan baik dalam mencegah terjadinya
kecelakaan kerja yang nantinya akan meningkatkan citra perusahaan
sebagai perusahaan yang terbebas dari kecelakaan (zero accident).
Diketahui, pendidikan terakhir SPV SHE yaitu merupakan
lulusan S1 Kesehatan Masyarakat dengan Peminatan Kesehatan
Lingkungan dan memiliki sertifikat pelatihan K3 Umum. Ini sudah
sesuai dalam pasal 5 ayat 2 peraturan menteri tenaga kerja No 4

30
31

tahun 1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan


Kerja serta tata cara penunjukan ahli keselamatan kerja bahwa:
“Permohonan penunjukan Ahli Keselamatan Kerja
sebagaimana dimaksud ayat (1) harus bermaterai cukup dan
dilampirkan: a. Daftar riwayat hidup calon Ahli Keselamatan Kerja;
b. Surat keterangan pengalaman kerja; c. Surat keterangan berbadan
sehat dari dokter; d. Surat pernyataan bekerja penuh di perusahaan
yang bersangkutan; e. Foto copy ijasah atau STTB terakhir; f.
Sertifikat pendidikan khusus yang diselenggarakan oleh
Departemen Tenaga Kerja atau Badan atau Lembaga Pendidikan
yang diakui Departemen Tenaga Kerja”.
Dikarenakan SPV SHE memiliki sertifikasi Ahli K3 Umum,
maka ini sudah sesuai dengan peraturan yang sudah dijelaskan
sebelumnya terutama pada point f.
5.1.2. Sarana dan Prasarana
Disamping tersedianya tenaga ahli K3, perusahaan juga
perlu menyediakan dana serta sarana dan prasarana yang memadai
untuk menunjang kegiatan K3. Banyak anggapan bahwa K3
merupakan pemborosan karna tidak memberikan sumbangan nyata
terhadap proses produksi. Namun bila dikaji secara mendalam, K3
justru memberikan kontribusi untuk peningkatan produktivitas dan
efisiensi dalam perusahaan melalui pencegahan kecelakaan dan
kerugian yang tidak diinginkan. Kerugian akibat kecelakaan kerja
sangat besar bahkan dapat menimbulkan total loss (Ramli, 2013).
Dalam pelaksanaan program ToolBox Meeting, sarana dan
prasarana yang diperlukan yaitu; alat tulis seperti pulpen dan
clipboard, form ToolBox Meeting, toa dan halaman depan office.
Nantinya form ToolBox Meeting akan dikaji kepada semua pekerja
mengenai APD yang digunakannya, adapun setelahnya SPV SHE
akan membuat form pengajuan barang (APD) untuk pekerja. Pada
pelaksanaannya pun Toa yang digunakan sudah baik sehingga isi
materi yang disampaikan dapat terdengar oleh pekerja sampai baris
32

belakang. Begitupun dengan halaman depan Office yang sangat luas


memungkinkan menampung pekerja dalam jumlah banyak.
5.1.3. Metode
Berdasarkan observasi lapangan, prosedur dalam
pelaksanaan ToolBox Meeting sudah berjalan dengan baik dan
mengikuti prosedur yang berlaku diperusahaan dengan nama
prosedur “MM-MPB-SHE-16 – ToolBox Meeting”. Ini sejalan
dengan Peraturan Pemerintah No 50 tahun 2012 yang berbunyi:
“Prosedur Informasi K3 harus menjamin pemenuhan
kebutuhan untuk mengkomunikasikan hasil dari sistem manajemen,
temuan audit dan tinjauan ulang manajemen dikomunikasikan pada
semua pihak dalam perusahaan yang bertanggung jawab dan
memiliki andil dalam kinerja perusahaan, melakukan identifikasi
dan menerima Informasi K3 dari luar perusahaan dan menjamin
bahwa Informasi K3 yang terkait dikomunikasikan kepada orang-
orang di luar perusahaan yang membutuhkan”.
Adapun Isi dari ToolBox Meeting yang diberikan seputar
Insiden yang baru terjadi, insiden di Job Site lain, Tugas/pekerjaan
beresiko tinggi yang dilakukan, dan Informasi umum keselamatan
kerja yang berhubungan dengan pekerjaan yang bertujuan untuk
menambah pengetahuan dan kesadaran pekerja akan keselamatan
kerja dan ikut serta dalam sistem kegiatan secara terus menerus.
Disamping itu pelaksanaan “ToolBox Meeting diawal shift” berguna
untuk memantau jam kerja dan kehadiran karyawan serta serah
terima pekerjaan antar shift.
Berdasaran observasi lapangan yang dilakukan penulis,
prosedur yang digunakan dalam ToolBox Meeting ini sudah cukup
efektif namun penyampaian isi materi terkadang terkesan sama dan
menjadi monoton yang akan memungkinkan pekerja malas untuk
mendengarkan dan hadir dalam kegiatan ToolBox Meeting. Adapun
saran dan masukan yang dapat penulis berikan yaitu dengan
mengubah cara penyampaian materi seperti menggunakan bantuan
33

orang lain sebagai peraga terutama dalam penggunaan APD yang


benar, memberikan hadiah berupa uang atau semacamnya jika dapat
menjawab pertanyaan seputar materi yang telah disampaikan.
Sehingga kedepannya pekerja akan lebih semangat untuk mengikuti
kegiatan ToolBox Meeting.
5.1.4. Anggaran
Anggaran yang dapat diberikan dari kantor pusat biasanya
disesuaikan dengan permintaan SHE, ini sejalan dengan peraturan
pemerintah no 50 tahun 2012 yang berbunyi:
“Perusahaan harus mengalokasikan anggaran untuk
pelaksanaan K3 secara menyeluruh antara lain untuk: (1)
keberlangsungan organisasi K3, (2) pelatihan SDM dalam
mewujudkan kompetensi kerja dan (3) pengadaan prasarana dan
sarana K3 termasuk alat evakuasi, peralatan pengendalian, peralatan
pelindung diri”.
Meskipun sejalan, namun pada angka (3) terkait anggaran
untuk peralatan perlindungan diri masih terjadi berbagai kendala
antara pihak SHE maupun kantor pusat sehingga ketersediaannya
baru dapat digunakan ketika APD sudah sampai. Ini akan
mengganggu proses kerja pada pekerja itu sendiri apabila personal
protective equipment pada dirinya sendiri tidak dapat dipenuhi
dengan baik, tidak jarang banyak pekerja yang masih mengunakan
sepatu biasa bukan safety shoes maupun masker untuk pengendara
motor (buff) sebagai safety mask.
Ini terkait bedanya pendapat antara pihak kantor pusat
dengan bagian SHE. Berdasarkan hasil wawancara dengan SPV
SHE, menurut kantor pusat pembelian APD dalam jumlah banyak
merupakan suatu pemborosan, ini mengapa meskipun SPV SHE
selalu mengirimkan form pengajuan APD tetapi pendanaan sulit
turun. Padahal jika dilihat dengan seksama, apabila kebutuhan akan
keselamatan pekerja dapat terpenuhi akan berdampak dengan
produktivitas pekerja itu sendiri yang nantinya akan meningkatkan
34

provit bagi perusahaan sekaligus menjaga keberlangsungan


keselamatan pada setiap pekerja. Hal ini bila tidak ditangani dengan
segera akan menimbulkan kerugian yang cukup besar terlebih jika
pekerja mengalami kecelakaan dan berakibat fatal pada
keberlangsungan proses produksi karena akan dilakukan
penghentian proses produksi sementara untuk keperluan investigasi.
Saran yang dapat dilakukan sebaiknya dari pihak SHE
dengan kantor pusat sama-sama membangun komitmen selain
berorientasi pada kepuasan pelanggan, perusahaan juga harus
berorientasi pada keselamatan dan kesehatan pekerja sehingga
nantinya Alat Pelindung Diri yang digunakan sebagai penunjang
kerja dapat membuat pekerjanya terhindar dari bahaya ataupun
resiko. Ini sejalan dengan Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No 8 tahun 2010 tentang Alat Pelindung Diri pasal 2
yang berbunyi:
“(1) Pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja/buruh
di tempat kerja, (2) APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar yang
berlaku, (3) APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
diberikan oleh pengusaha secara cuma-cuma”.

5.2. Gambaran Proses Pelaksanaan Program ToolBox Meeting di PT.


Motive Mulia Plant Bojonegara, Serang, Banten, Tahun 2018.
5.2.1. Perencanaan
Berdasarkan observasi lapangan, perencanaan yang
direncanakan petugas safety sudah berjalan akan tetapi tidak
memiliki target untuk jangka panjang. Menurut OHSAS 18001
target harus ditinjau secara berkala menurut jangka waktu tertentu
dan disesuaiakan seperlunya untuk menjamin tercapainya target K3
organisasi.
Penerapan peraturan yang disepakati antara pekerja dengan
pihak safety belum optimal karna jika melanggar tidak dikenakan
35

denda atau sanksi, oleh sebab itu masih saja banyak pekerja yang
melanggarnya dengan tidak mengikuti kegiatan ToolBox Meeting.
Diharapkan dengan diberlakukannya suatu sanksi atau denda bagi
pekerja yang tidak mengikuti kegiatan nantinya akan memiliki rasa
tanggung jawab untuk mengikuti kegiatan ToolBox Meeting.
Menurut Kristianto (2007), komitmen merupakan landasan
utama konsep penerapan sistem Manajemen K3, secara umum isi
dari komitmen tersebut adalah landasan keberhasilan program K3
yang merupakan pernyataan sikap dan dukungan manajemen
terhadap program K3 dalam perusahaannya serta mengikat semua
pihak terkait (stakeholder), meliputi manajemen, karyawan,
pemegang saham, pelanggan dan masyarakat luas.
Isi atau materi dari ToolBox Meeting yang diberikan seputar
Insiden yang baru terjadi, insiden di Job Site lain, Tugas/pekerjaan
beresiko tinggi yang dilakukan, dan Informasi umum keselamatan
kerja yang berhubungan dengan pekerjaan. Ini sejalan dengan
Peraturan Pemerintah No 50 tahun 2012, yaitu:
“Dalam menunjukkan komitmennya terhadap K3,
pengusaha dan/atau pengurus harus melakukan konsultasi, motivasi
dan kesadaran dengan melibatkan pekerja/buruh maupun pihak lain
yang terkait di dalam penerapan, pengembangan dan pemeliharaan
SMK3, sehingga semua pihak merasa ikut memiliki dan merasakan
hasilnya. Dalam melakukan konsultasi, motivasi dan kesadaran
SMK3, pengusaha dan/atau pengurus harus memberi pemahaman
kepada tenaga kerja atau pekerja/buruh tentang bahaya fisik, kimia,
ergonomi, radiasi, biologi, dan psikologi yang mungkin dapat
menciderai dan melukai pada saat bekerja, serta pemahaman sumber
bahaya tersebut. Pemahaman tersebut bertujuan untuk mengenali
dan mencegah tindakan yang mengarah terjadinya insiden.”
5.2.2. Pelaksanaan
Berdasarkan observasi penulis, kegiatan ToolBox Meeting
dilakukan setiap selasa pukul 07:00 WIB dengan berdurasi kurang
36

lebih 30 menit. Sebelum kegiatan dimulai biasanya petugas safety


akan membunyikan sirine melalui Toa sebanyak 3 kali untuk
memberitahukan pekerja bahwa kegiatan ToolBox Meeting akan
dimulai. Pada saat itupun pekerja akan berbaris. Sebelum memulai
kegiatan pekerja melakukan peregangan dengan memijat pundak
ataupun punggung teman yang ada di depan ataupun dibelakangnya.
Setelah itu masuk kepada materi ToolBox Meeting yang
disampaikan, yaitu: Insiden yang baru terjadi, insiden di Job Site
lain, tugas/pekerjaan beresiko tinggi yang dilakukan, dan Informasi
umum keselamatan kerja yang berhubungan dengan pekerjaan.
Kegiatan pemberian Informasi sudah sesuai prosedur perusahaan.
Ini pun sejalan dengan Peraturan Pemerintah No 50 tahun 2012,
yang berbunyi:
“Prosedur Informasi K3 harus menjamin pemenuhan
kebutuhan untuk mengkomunikasikan hasil dari sistem manajemen,
temuan audit dan tinjauan ulang manajemen dikomunikasikan pada
semua pihak dalam perusahaan yang bertanggung jawab dan
memiliki andil dalam kinerja perusahaan, melakukan identifikasi
dan menerima Informasi K3 dari luar perusahaan dan menjamin
bahwa Informasi K3 yang terkait dikomunikasikan kepada orang-
orang di luar perusahaan yang membutuhkan”
Adapun kendala yang dihadapi saat pelaksanaan ToolBox
Meeting yaitu masih banyak pekerja yang tidak ikut dalam kegiatan
ini. Hal ini dikarenakan kurangnya minat atau dorongan dari diri
pekerja itu sendiri. Menurut Suryabrata (2002), minat adalah suatu
rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas
tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan
akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu hal diluar
dirinya. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin besar
minatnya. Dampak dari kendala tersebut yaitu tidak sampainya
Informasi-Informasi mengenai keselamatan kepada pekerja.
37

Dengan demikian perusahaan disarankan membangun minat


pekerja untuk mengikuti kegiatan ToolBox Meeting dengan cara
membuat reward untuk pekerja yang ikut kegiatan dan sanksi tegas
kepada pekerja yang tidak ikut ToolBox Meeting. Namun pada
kenyataannya, berdasarkan hasil wawancara dengan SPV SHE
sebenarnya kegiatan reward ini pernah dilakukan dengan
memberikan Kaos. penilaian dilakukan pada setiap team di unit
produksi berdasarkan team dengan area kerja terbersih dan
penggunaan APD terbaik, namun balik lagi terjadi kendala pada saat
pendanaan sehingga kegiatan reward tersebut sampai sekarang
belum dilanjutkan kembali. Perusahaan pun dapat memberikan
acara Team Building untuk melihat sisi lain pekerja yang biasanya
tidak muncul di tempat kerja, memperkuat komunikasi,
menumbuhkan motivasi dan semangat kolaborasi serta
mengembalikan kembali semangat pekerja.

5.2.3. Evaluasi
Pada saat observasi, penulis melihat kegiatan evaluasi
dilakukan dengan cara pelaporan. Pelaporan yang di maksud yaitu
ketika form ToolBox Meeting telah di catat oleh pekerja yang
mengikuti kegiatan ToolBox Meeting. Nantinya form tersebut akan
di arsipkan dalam binder. Tujuan penyimpanan form ToolBox
Meeting ini apabila ada suatu kecelakaan dapat di lihat kembali
keikutsertaan pekerja itu pada kegiatan ToolBox Meeting yang akan
berdampak kepada penyampaian informasi dan perilaku yang
diterimanya kemudian. Atau sebagai salah satu masukan kepada
petugas safety untuk memilih APD apa saja yang harus dibuatkan
form pemesanan barang kepada kantor pusat.
kesesuaian terdapat pada Peraturan Pemerintah No. 50 tahun
2012 bagian Kelima tentang Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3
Pasal 14 ayat 5 dan 6 berbunyi : “Ayat (5) Hasil pemantauan dan
evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan
untuk melakukan tindakan perbaikan, dan Ayat (6) Pelaksanaan
38

pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan/atau standar.”

5.3. Gambaran Output Pelaksanaan Program ToolBox Meeting di PT.


Motive Mulia Plant Bojonegara, Serang, Banten, Tahun 2018.
Berdasarkan hasil observasi, penulis dapatkan data bahwa masih
terdapat angka kecelakaan kerja sehingga pencapaian pelaksanaan ToolBox
Meeting untuk terciptanya zero accident belum dapat terpenuhi,
dikarenakan belum adanya peningkatan kesadaran pekerja mengenai
keselamatan kerja yang didapatkan dari kegiatan ToolBox Meeting.
Menurut Sunny (2008) cara mengembangkan kesadaran diri dapat
dilakukan dengan cara analisis diri, dimana mengrefleksikan diri (pikiran
dan perasaan). Refleksi ini meliputi perilaku (motivasi, pola berpikir, pola
tindakan dan pola interaksi dalam relasi dengan orang lain), kepribadian
(kondisi karakter atau temperamen diri yang relatif stabil sebagai hasil
bentukan faktor sosial, budaya dan lingkungan sosial), sikap (cara respon
terhadap stimulus objek luar tertentu), persepsi (suatu proses menyerap
Informasi dengan panca indera kita kemudian memberikan pemaknaan).
Perilaku pekerja yang tidak aman juga menjadi salah satu faktor
yang menyebabkan kecelakaan kerja, dilapangan banyak pekerja yang
bekerja tidak sesuai dengan prosedur atau ketentuan yang berlaku
diperusahaan. Misalnya pekerja bagian finishing yang bekerja tidak
menggunakan safety mask namun menggunakan buff untuk pengendara
motor. Menurut Bird (1990), tindakan tidak aman (unsafe act) adalah suatu
tindakan seseorang yang menyimpang dari prosedur atau cara yang wajar
atau benar menurut persetujuan bersama sehingga tindakan tersebut
mengandung bahaya, misalnya melakukan pekerjaan tanpa wewenang,
gagal dalam memberi peringatan, gagal dalam mengamankan, bekerja
dengan kecepatan bahaya, menghilangkan alat pengaman, tidak
menggunakan alat pelindung diri, serta bekerja dibawah pengaruh alkohol
dan obat-obatan.
39

Dampak dari kendala tersebut yaitu belum tercapainya zero


accident. Dengan demikian perusahaan disarankan membuat evaluasi
kegiatan yaitu dengan membuat Pre dan Post-Test kegiatan yang dilakukan
setiap 1 bulan sekali pada kegiatan ToolBox Meeting untuk mengetahui
tingkat pengetahuan pekerja akan kesadaran keselamatan sehingga dapat
merubah pola fikir, sikap dan perilakunya untuk bekerja aman dan
perusahaan disarankan meningkatkan pengawasan kepada pekerja yang
bekerja tidak aman serta menerapkan sanksi kepada pekerja.
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil magang yang telah dilaksanakan selama 22 hari
di PT. Motive Mulia dapat disimpulkan bahwa :
1. PT. Motive Mulia bisnis utamanya adalah produksi beton siap pakai
dengan merek dagang Merah Putih Beton. Adapun jenis precast
(beton pracetak) yang diproduksi yaitu; U-Ditch, Tangga, Panel
Pagar, Facade, Mini Pile, Box Culvert.
2. Pada unit SHE terdapat seorang SPV SHE yang bernama Bpk.
Fedry Adriyatna, SKM yang sekaligus bertaggung jawab pada
beberapa program K3.
3. Gambaran input pada program ToolBox Meeting meliputi: sumber
daya, sarana dan prasarana, metode serta anggaran. Sumber daya
yang dimiliki PT. Motive Mulia pada unit SHE hanya berjumlah 1
(satu) orang. Sarana dan prasarana yang ada pada pelaksanaan
ToolBox Meeting sudah efektif dan dalam kondisi baik. Metode
yang digunakan pada kegiatan ToolBox Meeting sudah berjalan
sesuai prosedur yang berlaku. Anggaran dalam pelaksanaan
program masih belum baik terlebih pada saat pengajuan APD ke
kentor pusat.
4. Gambaran proses pada program ToolBox Meeting meliputi:
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pada tahap perencanaan
materi yang disampaikan sudah sesuai dengan prosedur dan mudah
di mengerti pekerja karena menggunakan bahasa sehari-hari.
Pelaksanaan program ToolBox Meeting sudah berjalan dengan baik
namun minat pekerja untuk mengikutinya masih kurang. Evaluasi,
pada evaluasi ini kegiatan yang dilakukan yaitu pelaporan dan
penyimpanan form ToolBox Meeting dan sudah dilakukan dengan
baik.

40
41

5. Gambaran Output pelaksanaan ToolBox Meeting untuk terciptanya


zero accident belum dapat terpenuhi, dikarenakan didapatkan data
bahwa masih ada angka kecelakaan kerja.
6.2. Saran
Adapu saran yang dapat penulis berikan yaitu:
1. Sebaiknya PT. Motive Mulia menambah petugas safety sesuai
dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja no 4 tahun 1987 tentang
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja Serta Tata Cara
Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.
2. Sebaiknya dari pihak SHE dengan kantor pusat sama-sama
membangun komitmen selain berorientasi pada kepuasan
pelanggan, perusahaan juga harus berorientasi pada keselamatan
dan kesehatan pekerja sehingga nantinya Alat Pelindung Diri yang
digunakan sebagai penunjang kerja agar terhindar dari bahaya
ataupun resiko sesuai dengan Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi no 8 tahun 2010 tentang Alat Pelindung Diri pasal 2.
3. Perusahaan disarankan menentukan target jangka panjang dan
perusahaan disarankan membuat sanksi terhadap pekerja yang tidak
mengikuti ToolBox Meeting berupa pemotongan gaji atau
dipulangkan dari tempat kerjanya.
4. Sebaiknya perusahaan mengubah cara penyampaian materi seperti
menggunakan bantuan orang lain sebagai peraga terutama dalam
penggunaan APD yang benar, memberikan hadiah berupa uang atau
semacamnya jika dapat menjawab pertanyaan seputar materi yang
telah disampaikan.
5. Dalam memperbaiki masalah kehadiran pada saat ToolBox
Meeting, sebaiknya dibuatkan reward seperti pemberian hadiah
atau kenaikan gaji serta punishment seperti pemotongan gaji. Serta
disarankan bagi perusahaan untuk membuat Team Building untuk
membangun kembali semangat kerja pekerjanya.
6. perusahaan disarankan membuat evaluasi kegiatan yaitu dengan
membuat Pre dan Post-Test kegiatan yang dilakukan setiap 1 bulan
42

sekali pada kegiatan ToolBox Meeting untuk mengetahui tingkat


pengetahuan pekerja akan kesadaran keselamatan sehingga dapat
merubah pola fikir, sikap, dan perilakunya untuk bekerja aman dan
perusahaan disarankan meningkatkan pengawasan kepada pekerja
yang bekerja tidak aman serta menerapkan sanksi kepada pekerja.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial. (2016). Jumlah Kecelakaan Kerja Di


Indonesia Masih Tinggi. Retrieved from
http://bpjsketenagakerjaan.go.id/berita/5769/jumlah-kecelakaan-kerja-di-
indonesiamasih-inggi.html

Bird Jr, E. F. (1990). Practical Loss Control Leadership. Georgia: Loganvile.


Dealy Enguire, F. (2013). Pengaruh Safety Talk terhadap Peningkatan
Pengetahuan pada Karyawan bagian Pengelasan PT. INKA Madiun.
niversitas Sebelas Maret.

Departemen Tenaga Kerja Dan Transmigrasi. (1987). Peraturan Menteri Tenaga


Kerja Republik Indonesia Nomor 04 Tahun 1987 Tentang Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Serta Tata Cara Penunjukan Ahli
Keselamatan Kerja.
Departemen Tenaga Kerja Dan Transmigrasi. (2010). Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2010 Tentang
Alat Pelindung Diri.
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. (2012). Peraturan Pemerintah
Nomor 50 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Jakarta: Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia.

Direktorat Pengawas Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja. (2007). Himpunan


Peraturan Perundang-undangan Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta:
Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia.

George, L. G. (1998). Safety Health Environtment Management “Pracitioners


Guide”. International Risk Management Institute, Inc.

Hartatik, I. (2014). Buku Praktis Mengembangkan SDM. Yogyakarta: Laksana.

Infrastructure Health & Safety Association’s Safety Talks. (2016). Safety Talks.

International Labour Organization. (2013). Statistics and Databases. Retrieved


from http://ilo.org/global/statisticsand-databases/lang-en/index.htm
Kholid, A. (2012). Promosi Kesehatan: Dengan Pendekatan Teori Perilaku,
Media, dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers.

Kristianto, D. (2007). Peningkatan Kinerja Berbasis pada Komitmen Organisasi


dengan Strategi dan Inovasi. Jakarta: Rajawali Press
Lubis, H. . (2000). Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Dengan Kecelakaan
Kerja Pada Pengemudi Angkotan Kota (Kopata) Di Purwokerto. Universitas
Indonesia.

Mangkunegara, A. P. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.


Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ramli, S. (2010). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS


180001. Jakarta: Dian Rakyat.

Ramli, S. (2013). Smart Safety : Panduan Penerapan SMK3 yang Efektif. Jakarta:
Dian Rakyat.

Rijuna, D. (2006). Pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja


karyawan pada PT. Ecogreen Oleochemicals Medan Plant. Universitas
Sumatera Utara.

Schuler, R. S. dan S. E. J. (1999). Manajemen Sumber Daya Manusia: Menghadapi


Abad Ke-21. Jakarta: Erlangga.

Silalahi, B. N. . (2011). Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta:


PT. Pustaka Binaman Pressindo.

Suma’mur. (2006). Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta.

Suma’mur. (2009). Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: CV.


Sagung Seto.

Sunny. (2008). Pentingnya Kesadaran Diri. Jakarta: CV. Sagung Seto.


Suryabrata, S. (2002). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Grafindo Perkasa
Rajawali
LAMPIRAN
STRUKTUR ORGANISASI PT. MOTIVE MULIA PLANT BOJONEGARA, SERANG

Project
Manager /
Precast Plant
Quality Quality SHE
Production Delivery/Logistic
Assurance Control Warehouse
Head Superintendent (Fedry Adriyatna,
Head Supervisor
SKM)

Production Production QA Team Delivery Warehouse


QC Team Supervisor
Superintendent Supervisor Electrical Mechanical Supervisor
Supervisor Supervisor
Delivery Warehouse
Production Production Team Team
Foreman Foreman Electrical Mechanical
Team Team
Production Production
Team Team
Dokumentasi:

Anda mungkin juga menyukai

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy