Praktek Kerja Magang Budidaya Ikan Lele

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 101

MONITORING KUALITAS AIR PEMBENIHAN IKAN LELE DUMBO

(Clarias sp) PADA KOLAM PEMBENIHAN DI FARM FISH BOSTER


CENTRE KABUPATEN SIDOARJO JAWA TIMUR

PRAKTEK KERJA MAGANG

Oleh :

SUWATIK NADILLAH
NIM. 155080100111007

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
MONITORING KUALITAS AIR PEMBENIHAN IKAN LELE DUMBO
(Clarias sp) PADA KOLAM PEMBENIHAN DI FARM FISH BOSTER
CENTRE KABUPATEN SIDOARJO JAWA TIMUR

PRAKTEK KERJA MAGANG

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan


di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya

Oleh :

SUWATIK NADILLAH
NIM. 155080100111007

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018

ii
PRAKTEK KERJA MAGANG

MONITORING KUALITAS AIR PEMBENIHAN IKAN LELE DUMBO


(Clarias sp) PADA KOLAM PEMBENIHAN DI FARM FISH BOSTER
CENTRE KABUPATEN SIDOARJO JAWA TIMUR

Oleh :

SUWATIK NADILLAH
NIM. 155080100111007

telah dipertahankan didepan penguji


pada tangga 1 Oktober 2018
dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Jurusan Dosen Pembimbing

(Dr. Ir. M. Firdaus, MP) ( Ir. Kusriani, MP)


NIP. 19680919 200501 1 001 NIP. 19560417 198403 2 001
Tanggal : Tanggal :

iii
HALAMAN PERNYATAAN TELAH MELAKUKAN PKM

iv
UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT, yang tiada henti memberikan kemudahan dan kelancaran

dalam pelaksanaan PKM (Praktek Kerja Magang) ini.

2. Orang tua dan keluarga saya yang selalu memberikan semangat dan

mendo’akan saya.

3. Ir. Kusriani, MP selaku dosen pembimbing atas bimbingan, nasehat serta

pengetahuan yang telah diberikan..

4. Bapak Eka, Bapak Dedy, Mas Fauzan, Mas Novan dan Mas Irul selaku

pengelola dan pembimbing lapang di Farm Fish Boster Centre yang

sudah banyak membantu penulis dalam memberikan informasi serta yang

telah membimbing dan mengarahkan dalam kegiatan Praktek Kerja

Magang ini.

5. Tim PKM Sidoarjo OCE (karomah, biandi, dzacky, dan kahfi) yang selalu

kompak dan saling membantu dalam pelaksanaan Praktek Kerja Magang.

6. Teman-teman MSP angkatan 2015 yang selalu memberikan semangat

dan sukses buat kita semua.

v
RINGKASAN

SUWATIK NADILLAH. Praktek Kerja Magang (PKM) tentang Monitoring Kualitas


Air Pembenihan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) di Farm Fish Boster
Centre Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur (dibawah bimbingan Ir. Kusriani, MP).

. Ikan lele dumbo atau C. gariepinus termasuk salah satu jenis ikan
budidaya air tawar yang cukup banyak diminati masyarakat (Santoso, 1994).
Budidaya lele berkembang pesat karena permintaan pasar yang tinggi,
pemeliharaan padat tebar tinggi dengan sumber air terbatas, teknologi
budidaya yang relatif mudah dipahami oleh masyarakat, pemasarannya relatif
mudah serta modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah (Kuswiyanto, 2008).
Dalam rangka meningkatkan produksi Ikan Lele penyediaan benih yang cukup
merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan kegiatan budidaya.
Kegiatan pembenihan berhubungan dengan kegiatan monitoring kualitas air.
Menurut Lintang et al., (2017), kualitas air merupakan parameter utama dalam
keberhasilan budidaya ikan. Karakteristik fisik dan kimia air sangat mendasar dan
sangat berpengaruh pada ikan. Monitoring kualitas air sangat penting bagi tahap
pemebenihan ikan lele Dumbo (Clarias Gariepinus) karena dapat mempengaruhi
proses pemijahan pada induk ikan yang matang gonad sehingga mampu
menghasilkan telur dan larva yang berkualitas tinggi.
Tujuan dari Praktek Kerja Magang (PKM) ini adalah untuk mendapatkan
pengetahuan serta pengalaman kerja lapang, memantau kualitas air secara rutin
dalam kegiatan Pembenihan Ikan Lele Dumbo (clarias gariepinus) di Farm Fish
Boster Centre, Kota Sidoarjo, Jawa Timur.
Metode yang digunakan dalam Praktek Kerja Magang ini adalah metode
survey dengan teknik pengambilan data, meliputi data primer dan data
sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara observasi lapangan,
serta partisipasi aktif. Sedangkan pengumpulan data sekunder diperoleh dari
studi pustaka. Pengukuran kualitas air dilakukan pada kolam pembenihan ikan
lele Dumbo (Clarias sp). Parameter kualitas air yang diukur meliputi: Parameter
Fisika (suhu), Parameter Kimia (pH, DO (Dissolved Oxygen), Alkalinitas, Nitrat,
dan fosfat) dan Parameter Biologi (Plankton dan SR).
Nilai rata – rata kualitas air di kolam pembenihan milik Farm Fish Boster
Centre adalah sebagai berikut : Parameter Fisika : Suhu ( Pagi : 27,5-28,4oC,
Sore : 28,2-29,6 oC), Parameter Kimia : pH (Pagi : 8-8,5 , Sore : 8-8,3), DO (Pagi
: 4,19-5,2 mg/l, Sore : 3,78-4,94 mg/l), Nitrat : 0,9-1,5 mg/l, Sore : 0,9-1,5 mg/l,
Fosfat : 0.05-0,08 mg/l, Sore : 0.05-0,08 mg/l, Alkalinitas : 99,7-106,9 mg/l Sore :
93,7-109,2 mg/l, Dan dominasi fitoplankton adalah Filum Cyanophyta.
Berdasarkan hasil praktik kerja magang yang dilakukan bahwa pembenihan
ikan lele Dumbo (Clarias sp) di Farm Fish Boster Centre sudah cukup baik
karena sudah memperhatikan aspek SOP (Standart Operasional Perusahaan)
yang telah diteliti sebelumnya. Tahap pengelolaan kualitas air pada kolam
pemeliharaan dengan memberlakukan sistem boster secara teratur. Dan jika
dilihat dari nilai SR, maka dapat disimpulkan bahwa pembenihan ikan lele di
Farm Fish Boster Centre Kota Sidoarjo Jawa Timur sudah tergolong berhasil dan
sukses.

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah, karunia serta
ridlo-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal Praktik Kerja Magang (PKM)
dengan judul: “Monitoring Kualitas Air Pembenihan Ikan Lele Dumbo
(Clarias Sp) Pada Kolam Pembenihan di Farm Fish Boster Center
Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur”. Saya mengucapkan terima kasih yang
sebesar- besarnya ibu Ir. Kusriani, MP. selaku dosen pembimbing dan semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar


pada proposal ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
dapat membangun saya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan
untuk penyempurnaan laporan selanjutnya, agar tulisan ini dapat bermanfaat
bagi kita semua, demikian penulis sampaikan terima kasih.

Malang, 15 April 2018

Suwatik Nadillah

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN TELAH MELAKUKAN PKM ................................... iv


UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................... v
RINGKASAN ...................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xii
1. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Tujuan ................................................................................................................ 3
1.3 Kegunaan .......................................................................................................... 3
1.4 Tempat dan Waktu ........................................................................................... 4
2. METODE PRAKTIK KERJA MAGANG ....................................................... 5
2.1 Materi Kerja Magang ....................................................................................... 5
2.2 Alat dan Bahan ................................................................................................. 5
2.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................................ 5
2.4 Teknik Pengambilan Data ............................................................................... 6
2.4.1 Data Primer .................................................................................... 6
2.4.2 Data Sekunder ............................................................................... 8
2.5.1 Parameter Fisika ............................................................................ 8
2.5.2 Parameter Kimia ............................................................................. 9
2.5.3 Parameter Biologi ......................................................................... 12
3. KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK KERJA MAGANG .......................... 15
3.1 Lokasi dan Keadaan Sekitar Praktek Kerja Magang ................................ 15
3.1.1 Letak Geografis ............................................................................ 16
3.1.2 Sejarah Berdirinya Farm Fish Boster Centre Sidoarjo................... 17
3.2 Visi dan Misi Perusahaan.............................................................................. 19
3.3 Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja........................................................ 20
3.4 Sarana.............................................................................................................. 22
3.4.1 Sumber Air ................................................................................... 22
3.4.2 Sistem Pengairan ......................................................................... 23
3.5 Prasarana ........................................................................................................ 24
3.5.1 Akses Jalan dan Transportasi .......................................................... 25
3.5.2 Fasilitas yang Dimiliki ....................................................................... 25

viii
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 32
4.1 Biologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus )........................................... 32
4.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus ) ... 32
4.1.2 Siklus Hidup ................................................................................. 34
4.1.3 Habitat .......................................................................................... 35
4.2 Pemeliharaan Induk ....................................................................................... 35
4.2.1 Persiapan Kolam .......................................................................... 35
4.2.2 Pemberian Pakan ......................................................................... 37
4.3 Teknis Pembenihan ....................................................................................... 39
4.3.1 Persiapan Kolam Pemijahan Induk ............................................... 40
4.3.2 Persiapan Kakaban ...................................................................... 41
4.3.3 Persiapan Induk............................................................................ 43
4.3.4 Penebaran Induk dan Pemijahan .................................................. 44
4.3.5 Penetasan Telur ........................................................................... 46
4.3.6 Pemberian Pakan ......................................................................... 47
4.3.7 Pemeliharaan Benih ..................................................................... 49
4.3.8 Penanganan Penyakit................................................................... 49
4.3.9 Pemanenan Benih ........................................................................ 49
4.4 Monitoring Kualitas Air................................................................................... 50
4.4.1 Parameter Fisika .......................................................................... 51
4.4.2 Parameter Kimia ........................................................................... 52
4.4.3 Parameter Biologi ......................................................................... 57
5. PENUTUP ..................................................................................................... 66
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 66
5.2 Saran ..................................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 68
LAMPIRAN........................................................................................................ 72

ix
DAFTAR TABEL

Table 1. Jadwal Pelaksanaan Praktik kerja Magang ............................................ 4


Table 2. Perbedaan Pemijahan.......................................................................... 40
Table 3. Hasil Pengukuran Suhu ....................................................................... 51
Table 4. Hasil Pengukuran pH ........................................................................... 52
Table 5. Hasil Pengukuran DO .......................................................................... 53
Table 6. Pengukuran Alkalinitas......................................................................... 54
Table 7. Hasil Pengukuran Nitrat ....................................................................... 55
Table 8. Hasil Pengukuran Fosfat ...................................................................... 56
Table 9.Data Hasil Kelimpahan Fitoplankton ..................................................... 58
Table 10. Data Hasil Kelimpahan Zooplankton .................................................. 58
Table 11. Nilai Indeks Dominasi Fitoplankton .................................................... 63
Table 12. Nilai Indeks Dominasi Zooplankton .................................................... 64
Table 13. Nilai Pengukuran Kualitas Air ............................................................. 77
Table 14. Hasil Pengamatan Fitoplankton.......................................................... 78
Table 15. Hasil Pengamatan Zooplankton ......................................................... 78

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kondisi Umum Farm Fish Boster Centre , Kabupaten Sidoarjo ........ 16
Gambar 2. Letak Geografis Kabupaten Kota Sidoarjo ....................................... 16
Gambar 3. Struktur Organisasi Farm Fish Boster Centre ................................... 20
Gambar 4. Sumber air yang di gunakan di Farm Fish Boster Centre ................. 23
Gambar 5. Sistem pergantian air di kolam(Data Primer,2018) ........................... 24
Gambar 6. Ruang kantor (Data Primer,2018) .................................................... 26
Gambar 7. Kolam budidaya (Data Primer,2018) ................................................ 26
Gambar 8. Ruang Pengolahan (Data Primer,2018) ........................................... 27
Gambar 9. Dapur (Data Primer,2018) ................................................................ 27
Gambar 10. Mess Karyawan (Data Primer,2018)............................................... 28
Gambar 11. Ruang Hatchery (Data Primer,2018) .............................................. 28
Gambar 12. Kamar Mandi (Data Primer,2018) ................................................... 29
Gambar 13. Musholla (Data Primer,2018) ......................................................... 29
Gambar 14. Ruang obat dan multivitamin (Data Primer,2018) ........................... 30
Gambar 15. Gazebo (Data Primer,2018) ........................................................... 30
Gambar 16. Gudang pakan (Data Primer,2018) ................................................ 31
Gambar 17. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) ............................................ 32
Gambar 18. Persiapan Kolam Induk (Data Primer,2018) ................................... 36
Gambar 19. Pakan Indukan (Data Primer,2018) ................................................ 37
Gambar 20. Penimbangan Pakan (Data Primer,2018) ....................................... 38
Gambar 21. Persiapan kolam pemijahan dan ruang pembenihan ...................... 41
Gambar 22. Pembersihan dan Pengeringan Kakaban ....................................... 42
Gambar 23. Pemasangan Kakaban (Data Primer,2018) .................................... 42
Gambar 24. Ciri indukan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) ........................... 44
Gambar 25. Proses Pemijahan Induk (Data Primer,2018) ................................. 46
Gambar 26. Penetasan telur (Data Primer,2018) ............................................... 47
Gambar 27. Pakan Pellet PF1000 (Data Primer,2018) ...................................... 48

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Alat dan bahan yang digunakan ..................................................... 72


Lampiran 2. Denah Lokasi Farm Fish Boster Centre Sidoarjo............................ 75
Lampiran 3. Peta Lokasi Farm Fish Boster Centre Sidoarjo ............................... 76
Lampiran 4. Data Hasil Pengamatan Kualitas Air............................................... 77
Lampiran 5. Dokumentasi Praktek Kerja Magang (PKM) ................................... 79
Lampiran 6. Pengukuran kualitas air .................................................................. 85
Lampiran 7. Hasil pengamatan parameter biologi (identifikasi plankton) ............ 87
Lampiran 8. Sertifikat Peserta PKM ................................................................... 89

xii
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Budidaya ikan lele merupakan salah satu jenis usaha budidaya perikanan

yang semakin berkembang. Budidaya ikan lele berkembang pesat dikarenakan

teknologi budidaya yang relatif mudah dikuasai oleh masyarakat, pemasarannya

relatif mudah dan modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah serta dapat

dibudidayakan dilahan sempit dengan padat tebar yang tinggi (Departemen

Kelautan dan Perikanan, 2007). Budidaya ikan lele dapat dilakukan dengan

memanfaatkan lahan kritis yang tidak dapat dimanfaatkan misalnya lahan

pertanian. Menurut Kordi (2005), ikan lele juga dapat dipelihara diberbagai

wadah dan lingkungan perairan mengalir, bak, kolam terpal, kolam tanah, di

sawah, di bawah kandang ayam (mina-ayam), keramba, dan keramba jaring

apung.

Kegiatan pembenihan berhubungan dengan kegiatan monitoring kualitas

air. Menurut Lintang et al., (2017), kualitas air merupakan parameter utama

dalam keberhasilan budidaya ikan. Karakteristik fisik dan kimia air sangat

mendasar dan sangat berpengaruh pada ikan. Air merupakan salah satu faktor

abiotik yang keberadaannya mempengaruhi kemampuan organisme untuk

bertahan hidup sehingga pengelolaan air dalam monitoring kualitas air ini perlu

dilakukan pengontrolan. Monitoring kualitas air sangat penting bagi tahap

pemebenihan ikan lele Dumbo (Clarias Gariepinus) karena dapat mempengaruhi

proses pemijahan pada induk ikan yang matang gonad sehingga mampu

menghasilkan telur dan larva yang berkualitas tingggi. Adanya monitoring

kualitas air yang baik dapat mempengaruhi induk ikan yang akan melaukan

teknik pemijahan dengan baik agar menghasilkan telur dan larva yang baik pula.
Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu ikan ekonomis

penting air tawar yang telah banyak dibudidayakan baik secara tradisional

maupun secara intensif (Muhammad dan Andriyanto, 2013). Ikan lele termasuk

ikan yang tahan terhadap kualitas air yang minim atau kualitas air yang kurang

baik bahkan ikan lele dapat hidup pada kondisi oksigen yang sangat rendah, hal

ini disebabkan karena ikan lele mempunyai alat bantu pernafasan berupa

arborescant yang dapat mengambil oksigen langsung dari udara (Augusta,

2016). Ikan Clarias gariepinus mempunyai pertumbuhan yang cepat, resisten

terhadap penyakit, memlikiki kemampuan toleransi terhadap pameter lingkungan

dalam batas yang luas serta dagingnya berkualitas baik. Oleh karena itu ikan lele

dumbo tergolong spesies ikan yang potensial untuk dibudidayakan (Hastuti dan

Subandiyono, 2014).

Kolam dengan sistem boster dilakukan dengan cara membuka central drain

dalam waktu tertentu. Sehingga kotoran bisa terbuang dan airnya terlihat bersih

setelah itu bisa menutupnya kembali. Aktivitas utamanya adalah membuang

kotoran ikan Lele, jadi tidak diwajibkan untuk mengganti air dalam volume besar.

Manajemen yang diterapkan pada sistem boster, peternak harus membuang

kotoran dengan rutin (Boster, 2015). Bak atau wadah yang terbuat dari fiber

sangat bagus untuk budidaya selain kuat, awet, juga suhu air dalam bak pada

umumnya relatif stabil. Dengan demikian sangat mendukung kehidupan ikan

yang dipelihara (Satyani dan Priono, 2012). Teknik budidaya dengan

menggunakan sistem boster dapat mengatasi permasalahan penggunaan lahan

yang semakin berkurang, dengan budidaya boster dapat memanfaatkan lahan

sempit khususnya pada wilayah perkotaan sehingga permasalahan tata guna

lahan untuk budidaya dapat teratasi.

Berdasarkan uraian sebelumnya penulis akan melakukan praktek kerja

magang yang akan dilakukan di Farm Fish Boster Centre, Kota Sidoarjo, Jawa

2
Timur untuk mengetahui dan menambah informasi mengenai kualitas air pada

pembenihan ikan lele dumbo (clarias gariepinus), selain itu dapat mengetahui

kegiatan budidaya yang semakin modern dengan memanfaatkan lahan sempit

untuk wilayah yang padat penduduk sehingga dapat dijadikan referensi sistem

budidaya dengan memanfaatkan segala potensi sumberdaya yang tersedia.

1.2 Tujuan

Tujuan dari Praktek Kerja Magang (PKM) ini adalah untuk mendapatkan

pengetahuan serta pengalaman kerja lapang, memantau kualitas air secara rutin

dalam kegiatan Pembenihan Ikan Lele Dumbo (clarias gariepinus) di Farm Fish

Boster Centre, Kota Sidoarjo, Jawa Timur.

1.3 Kegunaan

Kegunaan dari kegiatan Praktek Kerja Magang (PKM) mengenai

Monitoring Kualitas Air pada Pembenihan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

di Farm Fish Boster Centre Sidoarjo, Jawa Timur adalah sebagai berikut :

 Mahasiswa :

Mahasiswa dapat memahami kondisi lapang, dapat menganalisis dan

keterampilan memberi solusi permasalahan yang timbul mengenai kualitas air

pada kolam pembenihan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Mahasiswa dapat

memahami secara langsung teknik pembenihan Ikan Lele Dumbo (Clarias

gariepinus) hingga proses pemanenan. Selain itu untuk mengetahui

pengontrolan kualitas air di kolam pembenihan ikan lele Dumbo (Clarias

gariepinus).

 Masyarakat

Untuk memberikan informasi tentang proses dan fase pembenihan ikan

lele Dumbo (Clarias gariepinus) serta pengontrolan kualitas air selain itu dapat

3
memberikan wawasan baru terhadap masyarakat tentang metode boster dengan

memanfaatkan lahan yang sempit.

 Pemerintah

Sebagai bahan pertimbangan untuk sumber informasi dan rujukan dalam

membuat kebijakan terkait pengelolaan lingkungan pada budidaya ikan lele

Dumbo (Clarias gariepinus) yang berkelanjutan serta peningkatan dan

pelestarian kualitas air ikan lele Dumbo (Clarias gariepinus).

 Lembaga Perguruan Tinggi

Hasil dari laporan ini dapat digunakan sebagai pertimbangan atau acuan

untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai ikan lele Dumbo (Clarias

gariepinus) serta dapat dijadikan sebagai informasi tambahan mengenai kualitas

air sehingga dapat digunakan untuk kegiatan pengelolaan sumberdaya perairan.

1.4 Tempat dan Waktu

Praktek kerja magang ini akan dilaksanakan di Farm Fish Boster Centre

di Jalan. Pergudangan Sinar gedangan Blok G-37 Sidoarjo, Jawa Timur pada

tanggal 2 Juli – 16 Agustus 2018 dengan perincian waktu sebagai berikut :

Table 1. Jadwal Pelaksanaan Praktik kerja Magang

No. Kegiatan Maret April Juli Agustus


1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Survey
Lokasi
2 Pembuatan
Proposal
3 Pelaksanaan
PKM
4 Penyusunan
Laporan

4
2. METODE PRAKTIK KERJA MAGANG

2.1 Materi Kerja Magang

Materi pada Praktek Kerja Magang ini adalah Monitoring Kualitas Air

Pembenihan Ikan Lele Dumbo (Clarias Sp) Pada Kolam Fiber di Farm Fish

Boster Centre Kota Sidoarjo, Jawa Timur. Parameter kualitas air pendukung

yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu parameter fisika (Suhu, dan kecerahan

), parameter kimia (Nitrat, Fosfat, alkalinitas, DO dan pH) dan parameter biologi

(Plankton dan SR).

2.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan Praktik Kerja Magang

(PKM) ini terdiri dari alat dan bahan yang digunakan dalam pengukuran

parameter fisika, parameter kimia dan parameter biologi di lapangan maupun di

laboratorium. Adapun alat dan bahan Praktik Kerja Magang mengenai Monitoring

Kualitas Air Pembenihan Ikan Lele Dumbo (Clarias Sp) Pada Kolam Pembenihan

di Farm Fish Boster Centre Kota Sidoarjo, Jawa Timur dapat dilihat pada

Lampiran 1.

2.3 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam kegiatan Praktik Kerja Magang (PKM) ini

adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan sebuah prosedur untuk

memecahkan masalah yang diselidiki untuk menggambarkan atau menganalisa

keadaan suatu subjek atau objek dalam penelitian berdasarkan fakta-fakta yang

timbul dari sebuah pengamatan. Menurut Hamdi (2014), penelitian deskriptif

merupakan suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan fenomena-

fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau lampau. Metode ini

dapat mendeskripsikan sesuatu keadaan saja, tetapi bisa juga mendeskripsikan

keadaan dalam tahapan perkembangannya. Metode ini tidak dapat dimanipulasi

5
atau terjadi pengubahan pada variabel tertentu, karena pada metode ini

menggambarkan suatu kondisi sesungguhnya.

2.4 Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data pada kegiatan Praktik Kerja Magang (PKM)

inidilakukan untuk mendapatkan informasi dalam upaya mencapai tujuan.

Terdapat dua teknik pengambilan data yaitu pengambilan data primer dan data

sekunder. Data primer meliputi observasi, wawancara, dan partisipasi aktif,

sedangkan data sekunder meliputi studi pustaka dari laporan terdahulu, jurnal,

dan buku.

2.4.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari

sumbernya, baik dengan melakukan observasi, wawancara maupun partisipasi

aktif. Menurut Wandansari ( 2013), data primer merupakan data yang diperoleh

secara langsung dari sumber pertama yaitu individu atau perseorangan yang

membutuhkan pengelolaan lebih lanjut seperti hasil wawancara, kegiatan survey

dan eksperimen.

Data yang akan diambil langsung pada Praktek Kerja Magang diperoleh

dengan melakukan pengamatan dan pencatatan dari hasil observasi,

wawancara, dokumentasi serta partisipasi aktif yang dilakukan pada Farm Fish

Boster Centre.

a. Observasi

Pengambilan data pada kegiatan Praktik Kerja Magang (PKM) dapat

dilakukan dengan cara observasi. Menurut Hasanah (2016), observasi

merupakan salah satu kegiatan ilmiah empiris yang mendasarkan fakta-fakta

lapangan maupun teks, melalui pengalaman panca indra tanpa menggunakan

manipulasi apapun.

6
Observasi yang dilakukan pada praktik kerja magang ini meliputi

pengamatan bagaimana cara pembenihan yang baik dan pengukuran kualitas air

yang meliputi parameter fisika yaitu suhu, dan kecerahan, parameter kimia yaitu

pH, amoniak, dan nitrit, serta parameter biologi yaitu perhitungan survival rate

(SR), dan Feed Conversion Ratio (FCR).

b. Wawancara

Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap

informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya.teknik wawancara yang

digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara

mendalam adalah proses meperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan

cara tanya jawab dngan bertatap muka antara pewawancaa dengan informan

atau orang yang diwawancarai dengan atau menggunakan pedoman (guide)

wawancara (Rahmat, 2009).

Pada Praktek Kerja Magang ini, wawancara dilakukan agar mendapatkan

informasi secara langsung dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada

pihak Farm Fish Boster Centre kota Sidoarjo, Jawa Timur yang berkaitan dengan

kegiatan budidaya ikan Lele (Clarias sp) meliputi: struktur organisasi Farm Fish

Boster Centre kota Sidoarjo dan hal yang berkaitan dengan tema praktek kerja

magang ini.

c. Partisipasi Aktif

Partisipasi aktif merupakan salah satu metode mengumpulkan data yang

dapat digunakan untuk mendapatkan data penelitian melalui pengamatan dan

penginderaan dimana keberadaan peneliti dapat terlibat secara aktif maupun

tidak aktif (Djaelani, 2013).

Partisipasi aktif pada Praktik Kerja Magang (PKM) di kolam Fiber untuk

pembenihan ikan lele yaitu ikut serta secara langsung dalam kegiatan yang

7
dilakukan di Farm Fish Boster Centre kota Sidoarjo, Jawa Timur. Adapun

kegiatan partisipasi aktif pada Praktek Kerja Magang (PKM) yaitu :

 Melakukan pengukuran kualias air kolam pembenihan ikan lele Dumbo

(Clarias gariepinus ) dan menganalisanya dalam laboratorium.

 Turut serta dalam semua kegiatan yang dilakukan di Farm Fish Boster

Centre kota Sidoarjo, Jawa Timur.

2.4.2 Data Sekunder

Selain menggunakan data primer dalam pengumpulan data digunakan

juga data sekunder. Menurut Puspita (2013), data sekunder adalah data yang

diperoleh dari sumber-sumber lain, seperti buku dan bacaan lain, yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti. Pada kegiatan Praktek Kerja Magang

ini setelah dilakukan pengumpulan data primer, data yang didapatkan akan

dianalisis atau dikaji lebih lanjut dengan memanfaatkan acuan literatur yang ada,

seperti buku, jurnal, situs internet serta kepustakaan lainnya serta data yang

didapatkan dari Farm Fish Boster Centre kota Sidoarjo, Jawa Timur.

2.5 Parameter Kualitas Air

Pengukuran kualitas air pada pembenihan ikan lele dumbo (Clarias

gariepinus) dilakukan untuk mengontrol kualitas air dan menegetahui parameter

fisika, kimia, dan biologi yang sesuai untuk pertumbuhan ikan lele. Parameter

kualitas air yang diukur meliputi parameter fisika yaitu suhu dan kecerahan,

parameter kimia yaitu pH, nitrit, dan amoniak, sedangkan parameter biologi

meliputi FCR dan SR.

2.5.1 Parameter Fisika

a. Suhu

Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) No.06-6989.23-2005,

dalam pengukuran suhu perairan digunakan thermometer raksa dengan skala

8
(C). Sebelum dilakukan pengukuran, thermometer di kalibrasi terlebih dahulu

agar data yang diperoleh akurat. Adapun langkah dalam pengukuran suhu

perairan yaitu thermometer dicelupkan kedalam sampel dan dibiarkan 2 menit

sampai dengan 5 menit sampai menunjukkan nilai yang stabil. Setelah

didapatkan hasil, catat pembacaan skala thermometer tanpa mengangkat lebih

dahulu thermometer dari air.

2.5.2 Parameter Kimia

a. pH

Menurut Mahyuddin (2010), pengukuran pH dapat diukur menggunakan

kertas lakmus atau pH meter. Cara untuk mengukurnya adalah:

 Mencelupkan kertas lakmus ke dalam air.

 Diamkan 2-3 menit.

 Diangkat dan dikibas-kibaskan hingga setengah kering.

 Warna yang timbul pada kertas lakmus dicocokkan dengan skala pH yang

tertera pada pembungkus kertas lakmus tersebut sehingga akan diketahui

nilai pH air yang diukur.

Selain itu, pengukuran pH juga bisa dilakukan menggunakan pH meter.

Menurut Amril et al. (2013), cara pengukurannya adalah:

 pH meter dikalibrasi dengan larutan buffer pH 4 dan 7.

 Tekan tombol cal pada alat pH meter untuk mengkalibrasi.

 Celupkan elektroda ke dalam buffer pH 7 dan tunggu sampai nilai pH

terbaca jadi

 Celupkan elektroda ke dalam buffer pH 4, lalu selesaikan kalibrasi pH

meter

 Elektroda dibilas dengan air destilasi kemudian dikeringkan dengan tisu.

9
 Memasukkan elektroda ke dalam air sampel kemudian mencatat nilai pH

meter yang dibaca pada alat.

b. Oksigen Terlarut (DO)

Menurut Hermawati et al. (2009), kandungan oksigen terlarut dapat diukur

menggunakan alat DO meter. Adapun cara pengukurannya adalah sebagai

berikut:

 DO meter dikalibrasi terlebih dahulu sampai menunjukkan angka nol

 Memasukkan ujung hitam pada DO meter ke dalam air yang akan diuji

 Membiarkan selama kurang lebih 3 menit.

 Mencatat hasil pengukuran DO sesuai dengan angka yang tertera pada

DO meter.

c. Alkalinitas

Menurut Bintoro dan Abidin (2013), Kandungan alkalinitas di perairan

dapat diukur dengan cara sebagai berikut :

 Sampel yang telah disaring ditambahkan dengan Methyl Orange (MO) 0,1

% sampai berwarna kuning

 Kemudian Titrasi dengan larutan. H2 SO4 0.02 N hingga terbentuk warna

orange.

 Volume titran yang terpakai (ml) dicatat untuk perhitungan volume total

alkalinitas

VxNx50x1000
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑙𝑘𝑎𝑙𝑖𝑛𝑖𝑡𝑎𝑠 (𝑚𝑔/𝐿) =
V Sampel

Dimana :

V = Volume Titran H2 SO4 (mL)

N = Normalitas Titran H2 SO4

Vsample = Volume Sample (mL)

10
d. Nitrat

Cara pengukuran Nitrat berdasarkan Haryadi, (1992) sebagai berikut :

 disaring air sampel 12,5 ml dengan kertas saring

 dimasukkan ke dalam cawan porselen

 diuapkan diatas hotplate sampai berbentuk kerak dan

dinginkan

 ditambahkan 0,2 ml asam fenol disulfonik

 diaduk dengan spatula dan encerkan dengan aquades

sebanyak 5 ml

 ditambahkan NH4OH dengan cara diteteskan sampai

warna kuning

 diencerkan dengan aquades 12,5 ml

 dimasukkan dalam cuvet pada alat spektrofotometer,

baca dan catat serapan masuknya (panjang gelombang

410).

e. Fosfat

Menurut SNI (2005), prosedur pengukuran Phospat adalah sebagai berikut :

 Menyaring 25 ml sampel dan menuangkan kedalam

erlenmeyer

 Menambahkan 2 ml amonium molybdat

 Menambahkan 5 tetes SnCl2 dan dihomogenkan

 Diukur absorbsinya dengan spektrofotometer pada

panjang 690 nm. Mencatat hasil yang tertera pada

spektrofotometer

11
2.5.3 Parameter Biologi

a. SR

Nilai kelulushidupan (Survival rate / SR ) dapat dietahui dengan

menghitung jumlah ikan yang mati setiap hari, sehingga dapat diketahui ikan

yang hidup, nilai kelulushidupan dapat dihitung dengan rumus (Effendie, 1997)

dalam hermawan et al., (2014).

Nt
𝑆𝑅 = 𝑥 100 %
No

Keterangan :

SR : kelulushidupan (%)

No : Jumlah ikan awal Penelitian (ekor)

Nt : Jumlah ikan akhir penelitian (ekor)

b. Identifikasi Plankton

Menurut Herawati & Kusriani (2005), prosedur identifikasi plankton

adalah sebagai berikut:

 Mengambil obyek glass dan cover glass;

 Mencuci dengan aquadest

 Mengeringkan dengan tissue, cara mengeringkannya dengan mengusap

secara searah

 Mengambil botol film yang berisi sampel plankton

 Mengambil sampel dari botol film dengan pipet tetes sebanyak 1 tetes;

 Meneteskan pada obyek glass dan menutup dengan cover glass,

dengan sudut kemiringan 45 derajad saat menutup

 Mengamati di bawah mikroskop dimulai dengan perbesaran terkecil

sampai terlihat gambar organisme pada bidang pandang

12
 Menulis ciri-ciri plankton serta jumlah plankton (n) yang di dapat dari

masing - masing bidang pandang

 Mengidentifikasi dengan bantuan buku identifikasi Prescott dan Davis.

c. Perhitungan Kelimpahan Plankton

Menurut Bloom (1989) dalam Febriawan (2015), penentuan kelimpahan

plankton dapat dilakukmenggunakan metode “Lackey Drop” dengan satuan

individu/liter. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut :

𝑇𝑥𝑉
N = 𝐿𝑥𝑣𝑥𝑃𝑥𝑊 𝑥 𝑛

Keterangan :

N = Jumlah plankton (individu/liter).

T = Luas cover glass (20 x 20 mm2).

V = Volume kosentrat plankton dalam botol penampung.

L = Luas lapang pandang dalam mikroskop (mm2).

v = Volume kosentrat plankton dibawah cover glass (ml).

P = Jumlah lapang pandang (5).

W = Volume air yang tersaring dengan plankton net (Liter).

n = Jumlah plankton yang ada dalam lapang pandang.

d. Indeks Diversitas (H’)

Hidayat (2005), menyebutkan untuk mengetahui keanekaragaman

fitoplankton digunakan persamaan indeks Shannon-Wiener yaitu sebagai berikut:

𝐻 ′ = ∑ 𝑝𝑖 ln 𝑝𝑖

Dimana :

H’ : Indeks keanekaragaman

Pi : ni/N

ni : Jumlah individu jenis ke-i

N : Jumlah total individu

13
Kisaran nilai indeks keanekaragaman :

H’ <1 : Komunitas biota tidak stabil

1<H’<3 : Stabilitas komunitas biota sedang

H’>3 : Stabilitas komunitas biota dalam kondisi prima (stabil)

e. Indeks Keseragaman (E)

Hidayat (2005), menyebutkan, indeks keseragaman digunakan untuk

menunjukkan sebaran fitoplankton dalam suatu komunitas. Indeks keseragaman

dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

H′ H′
𝐸 = = =
H max ln 𝑠

Dimana :

E : Indeks keseragaman

H’ : Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener

H max : Indeks keanekaragaman maksimum

ln s : Indeks keanekaragaman maksimum

s : Jumlah genus yang ditemukan

f. Indeks Dominasi (D)

Hidayat (2005), menyebutkan, untuk mengetahui adanya dominasi jenis

tertentu di perairan dapat digunakan indeks dominasi Simpson dengan rumus :

ni ^
𝐷 =( ) 2
N

Dimana :
D : Indeks dominasi
ni : Jumlah individu ke-i
N : Jumlah total individu

Nilai indeks dominasi berkisar antara 0-1. Apabila nilai indeks dominasi
<0,5 maka tidak ada jenis yang mendominasi, apabila indeks dominasi >0,5
berarti ada jenis tertentu yang mendominasi.

14
3. KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK KERJA MAGANG

3.1 Lokasi dan Keadaan Sekitar Praktek Kerja Magang

Praktik Kerja Magang (PKM) di laksanakan di Fish Boster Centre,

Pergudangan Sinar Gedangan, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Sidoarjo,

Provinsi Jawa Timur. Pada kawasan Pergudangan Sinar Gedangan terdapat

banyak pabrik lain yang berdiri dan melakukan kegiatan produksi. Farm Fish

Boster Centre terdapat di Kabupaten Sidoarjo dan secara astronomis terletak di

antara 1120 5’ dan 1120 9’ Bujur Timur dan antara 70 3’ dan 70 5’ Lintang Selatan.

Batas-batas lokasi Farm Fish Boster Centre adalah sebagai berikut:

a) Sebelah Utara : Pabrik Alumunium

b) Sebelah Timur : Pabrik Ice Tube

c) Sebelah Selatan : Desa Gemurung

d) Sebelah Barat : Perumahan Vaalencia

Secara teknis lokasi Farm Fish Boster Centre ini berada didataran

rendah, sehingga mundah untuk memperoleh sumber air pada kedalaman 7 m

sudah bisa menemukan sumber air tawar. Lokasi Farm Fish Boster Centre dekat

dengan 2 pusat kota yaitu kota Sidoarjo dan kota Surabaya, sehingga

mempermudah dalam melakukan pemasaran hasil panen lele segar maupun

hasil panen yang sudah didiversivikasi menjadi olahan. Akses menuju lokasi ini

mudah ditempuh karena dekat dengan pusat transportasi yang ada di Ibu Kota

Jawa Timur, yaitu kurang lebih 6 km dari Bandara Juanda dan kurang lebih 10

km dari terminal bus Bungurasih. Jarak lokasi dengan jalan raya adalah sekitar 1

km. Luas area tanah Farm Fish Boster Centre adalah seluas 1800m2 dengan

luas bangunan seluas 1200 m2.

15
Gambar 1. Kondisi Umum Farm Fish Boster Centre , Kabupaten Sidoarjo
(Data Primer,2018)

3.1.1 Letak Geografis

Letak koordinat Kota Sidoarjo sendiri yaitu berada pada posisi 7,3 – 7,5

Lintang Utara (LU) dan 112,5 – 112,9 Bujur Timur (BT). Adapun batas – batas

wilayah kabupaten Sidoarjo adalah sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik

 Sebelah Timur : Selat Madura

 Sebelah Barat : Kabupaten Mojokerto

 Sebelah Selatan : Kabupaten Pasuruan

Gambar 2. Letak Geografis Kabupaten Kota Sidoarjo

16
Farm Fish Boster Centre Kota Sidoarjo Centre berada di kawasan

Pergudangan dan Perindustrian Sinar Gedangan Blok G37, Kecamatan

Gedangan, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Kompleks pergudangan dan

perindustrian ini berada di Jalan Raya Gedangan-Sedati, tepatnya diperbatasan

antara Kecamatan Gedangan dan Sedati. Akses menuju kelokasi ini mudah

ditempuh, karena dekat dengan pusat transportasi yang ada di ibukota Provinsi

Jawa Timur, yaitu ± 6 km dari Bandara Juanda dan ± 10 km dari Terminal Bus

Bungurasih sehingga akses menuju ke P2MKP Fish Boster Centre mudah

dijangkau.

Secara teknis lokasi Farm Fish Boster Centre ini berada di daerah

dataran rendah, sehingga mudah untuk memperoleh sumber air. Karena pada

kedalaman 7 m saja sudah bisa ditemukan sumber air tawar. Selain itu lokasi

dekat dengan 2 pusat kota yaitu kota Sidoarjo dan kota Surabaya, sehingga

mempermudah dalam hal pemasaran hasil panen lele segar maupun hasil panen

yang sudah didiversikan menjadi beberapa produk olahan.

3.1.2 Sejarah Berdirinya Farm Fish Boster Centre Sidoarjo

Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) Farm Fish

Boster Centre didirikan oleh Bapak Eka Jaya Tjioe yang merupakan pimpinan

dari PT. Indosco Dwi Jaya Sakti. Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan

Perikanan (P2MKP) Farm Fish Boster Centre memulai kegiatan budidaya pada

bulan Februari 2013. Unit ini merupakan tempat dilakukannya riset sistem

budidaya boster karena proses budidaya dilakukan dengan mengaplikasikan

produk multivitamin dan obat-obatan yang di produksi oleh PT. Indosco Dwi Jaya

Sakti yang diberi nama Boster. Sebelum didirikan Pusat Pelatihan Mandiri

Kelautan dan Perikanan (P2MKP) Farm Fish Boster Centre, PT. Indosco Dwi

Jaya Sakti menggunakan kolam kelompok pembudidaya binaan sebagai tempat

17
riset budidaya dan produk multivitamin serta obat-obatan. Kelompok

pembudidaya binaan ini tersebar diberbagai daerah seperti di Sidoarjo,

Surabaya, Pasuruan, Banyuwangi dan daerah lainnya di Jawa Timur. Untuk

efisiensi waktu dan mempermudah untuk monitoring sistem budidaya dan

aplikasi produk multivitamin serta obat-obatan yang telah diproduksi maka PT.

Indosco Dwi Jaya Sakti mendirikan tempat riset yang berada tidak terlalu jauh

sekitar kurang lebih 3 km dengan tempat produksi produk dengan merk Boster.

Tempat riset inilah yang kemudia diberi nama Farm Fish Boster Centre. Tujuan

dari pendirian usaha ini adalah sebagai farm riset dan pengembangan budidaya

ikan lele, serta meningkatkan nilai jual ikan lele dengan cara diversivikasi produk.

Farm Fish Boster Centre ini kemudian ditetapkan menjadi Pusat Pelatihan

Mandiri Kelautan dan Perikanan pada tanggal 30 April 2014 dengan

dikeluarkanya surat keputusan Kepala Badan Pengembangan Sumber daya

Manusia Kealutan dan Perikanan Nomor 42/Kep-BPSDMKP/2014 tentang

penetapan Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan.

Dalam Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) Farm

Fish Boster Centre dilakukan budidaya ikan lele menggunakan sistem “buang

kotoran” dengan mengaplikasikan produk multivitamin daan obat-obatan yang

diproduksi oleh PT. Indosco Dwi Jaya Sakti, sehingga dinamakan Sistem Boster.

Persyaratan budidaya sistem boster adalah : 1) luas kolam paling besar 4x4

meter persegi, 2) jenis kolam harus semen atau beton atau fiber, 3) sistem

pembuangan air berupa central drain (saluran pembuangan ditengah) dan 4)

mengikuti Standart Operational Procedure (SOP) dengan menggunakan produk

Boster. Dengan sistem boster, budidaya lele dapat dilakukan dengan tingkat

kepadatan tinggi, yaitu 1.000 ekor lele per meter kubik pada saat panen. Dilahan

sempit atau terbatas, sistem budidaya ini mudah dan sederhana diterapkan.

18
Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) Farm Fish

Boster Centre memiliki beberapa kegiatan pokok yaitu riset dan produksi

dibidang pembenihan, pembesaran dan pengolahan berbagai jenis ikan lele

seperti sangkuriang, dumbo, phyton dan sukhoi. Riset yang dilakukan ini saling

berkesinambungan, jadi hasil dari kegiatan pembenihan yang dilakukan

dihatchery sistem indoor, selanjutnya benih ikan dibesarkan sendiri dikolam-

kolam pembesaran, apabila benih ikan lele berlebih maka benih akan dijual pada

pembudidaya-pembudidaya bianaan yang membutuhkan. Kemudian hasil

panennya akan diolah menjadi berbagai macam produk guna meningkatkan hasil

jual ikan lele seperti Fillet, Bakso, Siomay, Crispy, Tofu, Patty, Catty Satay dan

Catty Furai. Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) Farm Fish

Boster Centre menggunakan ikan lele hasil budidayanya sebagai baha baku

produk olahannya, dimaksudkan agar kualitas bahan baku terjamin kualitasnya

karena sudah dikontrol sejak pemilihan induknya. Produk Pusat Pelatihan

Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) Farm Fish Boster Centre diproduksi

berdasarkan jumlah pesanan yang diterima. Distribusi produk skala nasional

sudah mencapai daerah Jakarta, Surabaya, Bali, Sidoarjo dan Bandung.

Sedangkan distribusi skala internasional sudah mencapai Singapura dan

Jepang.

3.2 Visi dan Misi Perusahaan

Berikut adalah visi dan misi dari Farm Fish Boster Centre :

Visi :

 Menyediakan beragam produk yang aman dan berkualitas

 Mendukung program Dinas Perikanan dan Kelautan untuk mensukseskan

slogan “ Ayo Makan Ikan Agar Sehat dan Cerdas”.

19
Misi :

 Farm Fish Boster Centre terus melakukan inovasi produk yang dapat

dinikmati oleh siapa saja.

3.3 Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja

Demi kelancaran kegatan riset dan produksi ikan lele di Farm Fish Boster

Centre, unit ini dipimpin langsung oleh pemilik PT Indosco Dwi Jaya Sakti.

Pimpinan P2MKP Fish Boster Centre dibantu oleh seorang manajer dan

koordinator. Koordinator inilah yang mempunyai tanggung jawab dalam

pelaksanaan kegiatan riset dan produksi di P2MKP Fish Boster Centre, untuk itu

demi kelancaran semua kegiatan, koordinator dibantu oleh tiga orang anggota

yang masing-masing bertanggung jawab pada kegiatan pembenihan,

pembesaran dan pengolahan.

Eka Jaya Tjioe


Pimpinan

Anita Andriani
Advisor

Dedy Hermansyah
Manager

Irul Novan Arif Fauzan


Teknisi Teknisi Bagian Bagian
Pembenihan Pembesaran Pengolahan Marketing

Gambar 3. Struktur Organisasi Farm Fish Boster Centre

20
Adapun tugas dan tanggung jawab pimpinan beserta staff pada Farm

Fish Boster Centre adalah sebagai berikut :

1. Direktur

Memimpin perusahaan dengan menerbitkan kebijakan-kebijakan

perusahaan, memimpin seluruh aktivitas perusahaan sesuai dengan garis

kebijakan, bertanggung jawab atas kelangsungan hidup dan kemajuan

perusahaan serta menjalin kerja sama dengan bawahannya.

2. Advisor

Bertanggung jawab sebagai penasehat manager dalam keberlangsungan

perusahaan baik untuk keperluan budidaya maupun dalam hal

pengolahan produk yang dihasilkan.

3. Manajer

Mengkoordinasikan segala kegiatan agar terstruktur sesuai dengan

prosedur yang ditetapkan oleh perusahaan, memberikan keputusan yang

diperlukan dalam kegiatan budidaya maupun pengolahan produk,

Mengelompokkan unit dan tugas dalam struktur organisasi, membentuk

tim yang terdiri dari orang yang bertanggung jawab untuk berbagi tugas

baik dalam kegiatan budidaya maupun dalam kegiatan pengolahan

produk.

4. Teknisi Pembenihan

Bertanggung jawab terhadap jalannya proses pembenihan ikan lele.

5. Teknisi pembesaran

Bertanggung jawab terhadap jalannya proses pembesaran ikan lele

6. Bagian Pengolahan

Bertanggung jawab terhadap jalannya proses pengolahan produk ikan

lele.

21
7. Bagian Marketing

Bertanggung jawab terhadap jalannya proses distribusi penjualan produk

kepada konsumen.

3.4 Sarana

Sarana yang dimiliki oleh Farm Fish Boster Centre terdiri dari sarana

budidaya yang meliputi sarana utama dan sarana penunjang untuk kegiatan

pembesaran ikan lele. Adapun sarana utamanya antara lain menggunakan 3

sumber air (sumur) yang kemudian dialirkan menuju tandon besar untuk

dilakukan pengendapan air sebelum digunakan, kolam induk, serta kolam

penampungan. Sedangkan sarana penunjang kegiatan pembesaran meliputi

ketersediaan alat-alat operasional pembesaran seperti jaring, seser, bak besar,

bak grading, secchi disk dan alat-alat pengukuran kualitas air kolam.

Sebagai sarana utama, area kolam budidaya dibagi menjadi beberapa

bagian diantaranya yaitu : 15 kolam fiber pembesaran, 5 bak penampungan

pembungan air, 3 bak pengendapan, 3 bak control dan 2 buah sanyo sebagai

alat pengalir air dari sumur menuju kolam budidaya pada Farm Fish Boster

Centre Sidoarjo.

3.4.1 Sumber Air

Keberadaan sumber air yang terdapat di Farm Fish Boster Centre, Kota

Sidoarjo berasal dari sumur bor yang letaknya tidak jauh dari kolam pembesaran.

Sumber air yang terdapat di Farm Fish Boster berjumlah 4 sumber, namun yang

masih dioperasionalkan sementara ada 2 sumber mata air. Air yang berasal dari

sumur bor tersebut selanjutnya dialirkan dan ditampung dalam bak tandon yang

cukup besar. Sumur yang pertama memiliki nilai pH 7,6, sumur kedua memiliki

nilai pH 7,6. Kedua sumur tersebut memiliki nilai pH yang netral.

22
Kedalaman sumur bor tersebut sekitar 7 m dan 15 m. Sumur bor di P2MKP

Fish Boster Centre, memang dibuat tidak terlalu dalam karena dikhawatirkan

apabila terlalu dalam sumber air yang didapat adalah air payau mengingat lokasi

P2MKP Fish Boster Centre berada diwilayah yang menuju kelaut Jawa. Sumber

air tersebut kemudian disedot dengan pompa air bertegangan 125 watt, yang

mampu mengalirkan air dengan debit 30 liter/menit.

Gambar 4. Sumber air yang di gunakan di Farm Fish Boster Centre


(Data Primer,2018)

3.4.2 Sistem Pengairan

Pengelolaan dan pengontrolan kualitas air merupakan suatu hal yang

sangat penting dan perlu diperhatikan dalam melakukan kegiatan budidaya,

khususnya dalam kegiatan pembenihan. Kondisi ikan yang masih rentan

terhadap serangan penyakit menuntut agar kondisi lingkungan airnya tetap

terjaga. Salah satu cara dalam pengelolaan kualitas air tersebut yaitu dengan

melakukan pergantian air kolam secara berkala. Pergantian air ini bertujuan

untuk membuang bahan-bahan yang tidak bermanfaat dalam kolam agar tidak

menjadi racun yang membahayakan bagi ikan, misalnya seperti sisa-sisa pakan

yang mengendap di dasar kolam maupun sisa kotoran ikan itu sendiri. Apabila

bahan-bahan tersebut terlalu banyak menumpuk di dasar kolam dan

terdekomposisi oleh bakteri, maka akan menyebabkan kadar amonia dalam

23
perairan tersebut menjadi tinggi dan membahayakan bagi kelangsungan hidup

ikan.

Sistem pergantian air di Farm Fish Boster Centre dilakukan apabila air

pada kolam mulai nampak keruh dan berbau serta kondisi ikan kurang stabil.

Pergantian air dilakukan dengan menguras air 40-50%, namun jika kondisi air

keruh, berbau dan bewarna coklat maka air dikuras hingga 70% lalu ditebarkan

campuran Streff off (1-2 ppm) dan Fish imunovit (1-2 ppm) dengan air

secukupnya. Setelah itu diisi air hingga 80 cm, diberikan bluecoper 1-2 ppm

untuk ikan besar namun disemprotkan untuk ikan kecil. Selain itu pergantian air

dilakukan melalui pembuangan kotoran, yang dilakukan setiap 3 kali sehari yakni

pada pukul 06.00 WIB, 13.00 WIB dan 15.30 WIB. Pembuangan kotoran

dilakukan dengan menurunkan pipa pembuangan kesamping kanan atau kiri

sebesar 45o hingga air yang terdapat kotoran dengan ciri-ciri air bewarna merah

keruh keluar lalu ditegakkan kembali. Pembuangan air dilakukan secara rutin

untuk menjaga kebersihan air pada kolam

Gambar 5. Sistem pergantian air di kolam(Data Primer,2018)

3.5 Prasarana

Lahan dan bangunan yang digunakan untuk mendirikan Farm Fish Boster

Centre di wilayah Pergudangan Sinar Gedangan Blok G37, Kecamatan

24
Gedangan, Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur merupakan aset pribadi

yang dimiliki oleh Bapak Eka Jaya Tjioe. Luas lahan yang dimiliki oleh Farm

Fish Boster Centre yaitu sekitar 1800 m2. Secara keseluruhan, area lahan ini

dibagi menjadi 3 bagian yaitu bagian budidaya pembesaran dengan luas 42 m2,

bagian budidaya pembenihan dengan luas 20 m2, dan bagian pengolahan produk

olahan dengan luas 12 m2 serta fasilitas penunjang lain yang terdiri dari ruangan

manager, mesh pelatihan, tempat obat–obatan, dapur, toilet, dan gudang dengan

luas total yaitu 103 m2. Adapun gambaran prasarana yang dimiliki oleh Farm Fish

Boster Centre ini dapat dilihat pada lampiran.

3.5.1 Akses Jalan dan Transportasi

Akses jalan menuju lokasi Farm Fish Boster Centre mudah ditempuh

karena dekat dengan pusat transportasi yang ada di Ibukota Provinsi Jawa

Timur, yaitu 6 km dari Bandara Juanda dan 10 km dari Terminal Bungurasih.

Jarak lokasi dengan jalan raya adalah sekitar 1 km. Arah masuk dari jalan raya

menuju lokasi sudah di bangun paving – paving jalan, maka dari itu akses jalan

ke lokasi sudah cukup baik dan bisa dikatakan tidak terjadi hambatan.

Dalam kegiatan usaha pembesaran ikan Lele Phyton (Clarias sp),

tersedianya sarana dan prasarana yang berupa akses jalan dan transportasi

yang baik akan sangat dibutuhkan demi menunjang kelancaran kegiatan

produksi dan distribusi pakan. Selain itu, alat transportasi yang biasa digunakan

oleh Farm Fish Boster Centre untuk kepentingan kegiatan pemasok pakan dan

pendistribusian lele yaitu berupa 2 unit sepeda motor, 8 unit mobil, serta 2 unit

mobil box milik Farm Fish Boster Centre.

3.5.2 Fasilitas yang Dimiliki

Adapun jumlah fasilitas utama yang dimiliki oleh Farm Fish Boster Centre

Kota Sidoarjo, yaitu :

25
1. Kantor

Ruang kantor terdiri atas ruang pimpinan, ruang meeting dan toilet.

Ruang Keadaan kantor Farm Fish Boster Centre bersih dan terawat karena

ruangan ini dibersihkan setiap pagi dan sore oleh pegawai.

Gambar 6. Ruang kantor (Data Primer,2018)

2. Kolam Budidaya

Kolam budidaya terdiri dari kolam fiber sebanyak 15 kolam memiliki

diameter 275 cm dan tinggi 1 m, kolam bis yang terbuat dari beton kecil

sebanyak 8 kolam, 8 kolam bak beton besar untuk indukan dan ikan konsumsi

serta 4 kolam beton untuk bak penampungan benih. Kolam budidaya ini berisi

macam-macam jenis ikan Lele yang akan dibudidayakan oleh Farm Fish Boster

Centre.

Gambar 7. Kolam budidaya (Data Primer,2018)

26
3. Ruang Pengolahan

Ruang pengolahan digunakan sebagai tempat untuk mengolah ikan lele

segar sebagai produk makanan yang bisa dijualkan kepada pasar dengan harga

yang terjangkau oleh masyarakat. Dalam ruang pengolahan terdapat etalase

yang berisi peralatan dan bahan – bahan yang digunakan untuk proses

pembuatan produk makanan berbahan baku lele. Alat – alat seperti meat grinder

dan dough mixer diletakkan di dalam ruang pengolahan dengan penyimpanan

yang benar agar tetap steril.

Gambar 8. Ruang Pengolahan (Data Primer,2018)


4. Dapur

Dapur terdiri dari meja panjang yang terbuat dari keramik yang digunakan

untuk mengolah ikan Lele seperti memfilet daging dan membersihkan kotoran

dalam ikan Lele. Terdapat 2 kompor LPG yang digunakan untuk memasak dan

mengukus olahan. Selain itu terdapat 2 meja kayu dan ± 5 kursi plastik untuk

mempermudah karyawan dalam melakukan proses pembuatan produk.

Gambar 9. Dapur (Data Primer,2018)

27
5. Mess

Mess ini digunakan sebagai tempat istirahat untuk peserta pelatihan

budidaya di Farm Fish Boster Centre dan mahasiswa yang melakukan praktik

magang atau penelitian. Selain itu digunakan sebagai tempat tinggal sebagian

karyawan Farm Fish Boster Centre. Terdapat 2 Mess yang di dalamnya beirisi

tempat tidur, bantal, guling, lemari dan AC.

.
Gambar 10. Mess Karyawan (Data Primer,2018)
6. Hatchery

Hatchery merupakan tempat untuk pemijahan dan pembenihan ikan lele.

Dalam hatchery terdapat beberapa kolam beton yang dilengkapi dengan aerasi.

Benih ikan lele yang sudah sesuai ukuran besar akan dipindahkan ke kolam fiber

pembesaran.

Gambar 11. Ruang Hatchery (Data Primer,2018)

28
7. Kamar Mandi

Farm Fish Boster Centre memiliki 3 kamar mandi. Kamar mandi berada

tersebar di dalam kantor, dan 2 lainnya berada di halaman samping mushola.

Gambar 12. Kamar Mandi (Data Primer,2018)


8. Mushola

Farm Fish Boster Centre memiliki mushola yang digunakan untuk tempat

ibadah agama islam oleh para pekerja dan tamu perusahaan. Terdapat 1

Mushola yang berukuran 3 x 3 m2.

Gambar 13. Musholla (Data Primer,2018)


9. Ruang Produk dan Obat – Obatan

Multivitamin dan obat – obatan dilektakkan pada ruangan khusus. Hal ini

bertujuan untuk menjaga multivitamin dan obat – obatan agar tidak

mengkontaminasi bahan – bahan lain. Mengingat terdapat kegiatan selain

budidaya pun terdapat kegiatan pengolahan ikan lele menjadi produk makanan

yang higienis. Multivitamin dan obat – obatan yang sering dipakai ditempatkan

pada rak khusus agar mudah dalam pengambilan.

29
Gambar 14. Ruang obat dan multivitamin (Data Primer,2018)
10. Gazebo

Terdapat gazebo berukuran 2 x 4 m di belakang kolam pembesaran.

Gazebo digunakan untuk tempat berdiskusi, tempat bersantai, dan tempat

singgah para tamu Farm Fish Boster Centre.

Gambar 15. Gazebo (Data Primer,2018)


11. Gudang Pakan

Gudang pakan ini digunakan sebagai tempat stock pakan mulai dari pakan

benih sampai lele siap panen. Luas gudang pakan yaitu ± 4 m2Bagian dasar

gudang pakan sudah dilengkapi dengan pallet/alas yang terbuat dari kayu.

Tujuannya yaitu agar sak-sak pakan tidak bersentuhan langsung dengan lantai,

dikhawatirkan apabila lantai basah, bisa merembes ke pakan sehingga

menyebabkan pakan mudah berjamur.

30
Gambar 16. Gudang pakan (Data Primer,2018)

12. Kelas

Kelas yang tersedia digunakan untuk memberikan materi pelatihan

budidaya oleh Farm Fish Boster Centre. Di dalam ruang kelas telah terdapat LCD

proyektor, layar dan meja serta kursi untuk para tamu pelatihan.

Adapun jumlah fasilitas pendukung yang dimiliki di Farm Fish Boster

Centre Sidoarjo, yaitu :

 Sepeda Motor

 Mobil Marketing

 Mobil Box

 Wifi

 Printer

 Komputer

31
4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Biologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus )

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam biologi Ikan Lele Dumbo

(Clarias gariepinus) sebagai berikut:

4.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus )

Menurut Santoso (1997), dalam bukunya menjelaskan bahwa klasifikasi

dari lele dumbo adalah sebagai berikut :

Phylum : Chordata

Class : Pisces

Sub class : Teleostei

Ordo : Ostariophysi

Famili : Clariidae

Genus : Clarias

Spesies : Clarias gariepinus

Gambar 17. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

Ikan lele dumbo merupakan ikan lele pendatang baru, ikan lele hasil

persilangan antara ikan lele asli Taiwan (Clarias fuscus) dengan ikan lele yang

berasal dari afrikan (Clarias gariepinus Bur.). Hasil persilangan ini kemudian

diintroduksikan ke Indonesia pada tahun 1986. Kata dumbo berasal dari kata

jumbo, karena memiliki ukuran tubuh yang cepat besar, melebihi ukuran ikan lele

local dan Ikan lele sangkuriang (Khairuman dan Amri, 2002).

32
Ikan lele dumbo memiliki bentuk tubuh yang memanjang, bagian kepala

yang gepeng atau pipih, batok kepala umumnya keras dan meruncing ke

belakang. Berbeda dengan jenis ikan lainnya, ikan lele dumbo seluruh bagian

tubuhnya mulai dari ujung moncong mulut hingga bagian ekornya tidak dilapisi

oleh sisik dan sangat licin. Tubuhnya yang licin dikarenakan memiliki lender yang

melapisi permukaan tubuhnya. Ciri morfologis lainnya yang dimiliki oleh lele

dumbo yaitu sungutnya yang berada disekitar mulut berjumlah delapan buah

atau empat pasang terdiri dari sungut nasal dua buah, sungut mandibular luar

dua buah, mandibular dalam dua buah, serta sungut maxilar dua buah. Selain

mengenal makanan dengan indera penciumannya, lele dumbo juga dapat

mengenal dan menemukan makanannya dengan cara rabaan (tentakel) dengan

menggerak-gerakkan salah satu sungutnya terutama mandibular (Santoso,

1997).

Sedangkan menurut Najiyati (1992), dalam bukunya menjelaskan bahwa

ikan lele dumbo memiliki bentuk tubuh yang memanjang, bentuk kepala pipih dan

tidak bersisik, mempunyai sungut yang memanjang terletak disekitar kepala

sebagai alat peraba ikan mempunyai alat olfactory yang terletak berdekatan

dengan sungut hidung, penglihatannya kurang berfungsi dengan baik. Ikan lele

dumbo memiliki lima sirip yaitu sirip ekor, sirip punggung, sirip dada, sirip perut,

dan sirip dubur. Pada sirip dada jari-jarinya mengeras yang berfungsi sebagai

patil yang merupakan perlindungan dari bahaya. Selain bernafas dengan

menggunakan insang juga memiliki alat pernafasan tambahan yaitu arborencent

yang terletak di insang bagian atas. Sedangkan menurut Hernowo et al., (1999),

dalam bukunya menjelaskan bahwa ciri-cri ikan lele dumbo yaitu adalah kepala

pipih, simetris dan dari kepala sampai punggung berwarna coklat kehitaman,

mulut lebar dan tidak bergerigi, bagian badan bulat dan memipih ke arah ekor,

memiliki patil.

33
Secara umum ikan lele dumbo memiliki tubuh memanjang dan licin,

berlendir, tidak memiliki sisik, dan bersungut atau berkumis. Kepalanya panjang

hampir mencapai seperempat dari panjang tubuhnya, kepala ikan lele dumbo

pipih kebawah (depressed). Memiliki alat pernafasan tambahan yaitu arborencent

yang membuat ikan lele mampu bertahan dengan ketersedian oksigen terlarut

yang terbatas.

4.1.2 Siklus Hidup

Menurut Sunarma (2004), dalam perkembangan hidupnya Ikan Lele

Dumbo (Clarias sp.) mengalami beberapa fase kehidupan yaitu telur, larva, post

larva, benih, dewasa dan induk. Telur Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.) yang normal

berbentuk bulat dan berwarna kuning tua atau agak kecoklatan. Fase telur dilalui

selama 30-36 jam dan menetas menjadi larva. Fase larva ini berlangsung lebih

pendek pada suhu air 25-300C. Fase larva hingga post larva dilalui selama 48-72

jam atau kurang lebih 5 hari. Pada fase post larva, ukuran benih berkisar antar

10-12 cm, sedangkan fase benih hingga dewasa atau ikan ukuran konsumsi

dapat dilalui selama 6-8 minggu. Fase dewasa menjadi induk atau matang gonad

pertama 4-5 bulan.

Menurut Mahyuddin (2010), jika tidak terjadi masalah indukan Ikan Lele

Dumbo (Clarias sp.) akan menghasilkan telur 24 jam setelah pembuahan. Telur

yang terbuahi secara sempurna berwarna kuning muda transparan. Telur

kemudian akan menetas menghasilkan larva. Lamanya telur menetas sangat

dipengaruhi oleh suhu air, dimana suhu air yang tinggi membuat telur menjadi

semakin cepat menetas. Larva yang berumur satu sampai tiga hari belum

memerlukan makanan dari luar karena kuning telur masih tersedia. Fase larva

biasanya berkisar antara 13 sampai 15 hari. Setelah itu larva akan berkembang

menjadi benih dengan ukuran 1-4 cm. Pada usaha pembenihan, biasanya pada

fase benih ini akan dilakukannya pernyotiran berdasarkan ukuran benih.

34
4.1.3 Habitat

Habitat atau lingkungan hidup lele banyak ditemukan di perairan tawar, di

dataran rendah hingga sedikit payau. Di alam, ikan lele hidup di sungai-sungai

yang arusnya mengalir secara perlahan atau lambat, kolam, danau, waduk, rawa,

serta genangan air tawar lainnya. Ikan ini lebih menyukai perairan yang tenang,

tepian dangkal dan terlindung, ikan lele memiliki kebiasaan membuat atau

menempati lubang-lubang di tepi sungai atau kolam (Rachmatun, 2007).

4.2 Pemeliharaan Induk

Tahap awal dalam pembenihan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus)

adalah pemeliharaan induk supaya diperoleh hasil benih yang memiliki kualitas

yang unggul. Adapun yang diperlukan dalam pemeliharaan induk adalah:

4.2.1 Persiapan Kolam

Kolam yang digunakan dalam pemeliharaan indukan ikan lele terpisah

antara jantan dan betina, dimana untuk indukan ikan lele jantan memiliki kode F1

sedangkan untuk indukan betina memiliki kode F2 yang terbuat dari fiber dengan

volume 4,333 m3, diameter kolam fiber 275 cm dan tinggi kolam 1 meter,

memiliki jumlah ikan 21 ekor ikan dengan kepadatan 5 ekor/m 3 . Tahap awal dari

persiapan kolam indukan yaitu pengeringan dan pembersihan kolam. Kolam

yang akan digunakan dibersihkan terlebih dahulu dengan menutup pintu masuk

air dan membuka outlet central drain karena akan mempermudah proses

pembuangan kotoran. Sistem central drain akan mengumpulkan kotoran ikan

ditengah sehingga akan mempermudah dalam proses pembuangan kotoran

karena kotoran akan menumpuk ditengah central drain.

Setelah kolam fiber airnya surut, bersihkan semua kotoran yangada

didalam kolam dengan menyikat dasar dan dinding kolam menggunakan sikat

sampai kolam tersebut bersih dari lumut. Pada tahap pembersihan kolam pihak

35
boster memberikan antiseptic tambahan untuk sterilisasi dan membunuh bakteri

maupun jamur yaitu Blue Copper, dimana obat tersebut merupakan produk

buatan sendiri yang telah dipasarkan secara luas untuk membantu dalam proses

budidaya ikan. Dosis yang digunakan yaitu 1 tutup botol. Setelah itu air dibuang

dengan membuka central drain dan dibilas dengan air bersih sampai benar-

benar bersih, setelah itu kolam dikeringkan selama satu hari sampai benar-benar

kering, pengeringan berfungsi untuk membunuh hama dan penyakit. Tahap

selanjutnya yang harus dilakukan adalah pengisian air dengan menutup outlet

central drain dan membuka inlet sampai air dengan ketinggian kolam 30 cm.

Tujuan dari persiapan kolam yaitu untuk meningkatkan kualitas lingkungan atau

daya dukung kolam dan produktivitas kolam.

Gambar 18. Persiapan Kolam Induk (Data Primer,2018)

Tahap selanjutnya yang harus dilakukan yaitu perendaman kolam, untuk

perendamaan kolam dilakukan selama 24 jam dengan menggunakan Boster

bluecopper dengan 1 tutup botol. Tahap terakhir yaitu pembuatan pipa saringan

kotoran. Pembuata pipa saringan dibutuhkan pipa sesuai dengan ukuran saluran

pembuangan, lalu dipotong pipa dengan ketinggian 15 cm . Lubang pipa dibuat

lebih kecil dari ukuran ikan yang ditebar. Pipa dilubangi menggunakan bor. Pipa

saringan siap dipasang dalam kolam pembenihan. Tujuan dari pembuatan pipa

tersebut yaitu untuk mempermudah dalam proses pembuangan kotoran.

36
Menurut Andriyanto et al., (2012), persiapan kolam merupakan hal yang

perlu diperhatikan, karena dapat berpengaruh terhadap kegiatan budidaya.

Persiapan-persiapan tersebut mencakup beberapa aspek diantaranya: sumber

air bebas bahan pencemar, tersedianya saluran air masuk dan keluar,

pembuangan kotoran,pengeringan, dan pengisian air kolam.

4.2.2 Pemberian Pakan

Agar dapat menghasilkan indukan lele dumbo (Clarias gariepinus) yang

baik, maka perlu diperhatikan jenis dan jumlah pakan yang diberikan. Pakan

yang diberikan berupa pakan buatan pabrik yaitu pakan pellet KAE yang di

produksi oleh JAPFA PT SURI TANI PEMUKA. Dalam usaha untuk memenuhi

kebutuhan asumsi kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan indukan ikan lele maka

dilakukan pencampuran pakan dengan suplemen pakan indukan lele dengan

produk suplemen olahan boster sendiri yaitu dengan menggunakan Boster

Progol 5gr/Kg (1 sendok makan), Boster vitamin E 5gr/Kg (1 sendok makan),

Boster Protec Plus 5gr/Kg (1 sendok makan) kemudian ditambahakan dengan air

sebanyak 150 ml/kg dan diaduk merata dengan pellet dengan menggunakan

sendok, kemudian pakan yang sudah tercampu diangin-anginkan selama 10-15

menit, hal tersebut agar pencampuran nutrisi meresap dengan pakan selain itu

agar pakan cepat kering karena apabila pakan masih basah dan diberikan maka

ikan lele tidak akan mau memakannya.

Gambar 19. Pakan Indukan (Data Primer,2018)

37
Pakan yang telah diangin-anginkan kemudian ditimbang sesuai dengan

kebutuhan dimana untuk kolam indukan membutuhkan 2 Kg pakan untuk 4

kolam indukan. Pakan yang telah ditimbang kemudian dimasukkan kedalam

tong/ wadah pakan yang bertujuan untuk mempermudah dalam pemberian

pakan ke kolam indukan.

Gambar 20. Penimbangan Pakan (Data Primer,2018)

Komposisi pencampuran pakan tersebut dicampurkan kepada pellet

pakan ikan yang selanjutnya akan diberikan pada malam hari yaitu pukul 22:00

WIB, pemberian pakan dilakukan pada malam hari karena hal tersebut erat

kaitannya dengan sifat ikan lele yang nocturnal yang aktif dimalam hari, sehingga

dalam pemberian paka akan optimal dan tidak akan banyak yang terbuang.

Seperti yang dijelaskan oleh Hariani dan Kusuma (2017), bahwa kualitas pakan

indukan akan mempengaruhi kecepatan pematangan gonad induk ikan lele

betina. Pemberian pakan yang baik akan mempengaruhi kualitas telurnya dan

telur akan lebih cepat matang.

Pemberian pakan dengan penambahan probiotik memiliki beberapa

keunggulan diantaranya dapat mempercepat proses penguraian limbah organic

yang bersifat racun di perairan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Pratama et

al., (2016), bahwa penambahan probiotik yang terdapat dalam pakan dapat

mempercepat pertumbuhan fitoplankton, unsur hara dalam perairan dan

mengurangi kandungan racun pada perairan. Dengan menggunakan probiotik

ikan lele dumbo akan mendapatkan pakan tambahan berupa pakan alami.

38
4.3 Teknis Pembenihan

Proses pembenihan atau teknik pembenihan yang dilakukan oleh Farm

Fish Boster Centre lebih sering dilakukan dengan menggunakan teknik

pemijahan secara alami, hal tersebut dikarenakan keterbatasan personal.

Pemijahan secara alami induk lele baik jantan maupun betina tidak disuntik

dengan menggunakan hormon perangsang serta alat dan cara yang digunakan

sederhana. Selain itu, keterlibatan campur tangan manusia serta penggunaan

alat bantu sangat terbatas dan tidak membutuhkan modal yang besar.

Menurut Karneta (2014), pola usaha pembenihan ikan lele secara

tradisional dengan system pemijahan alami, dimana sepasang indukan telah siap

pijah akan ditempatkan pada kolam pemijahan, tanpa menggunakan campur

tangan manusia. Pada pemijahan secara alami tanpa menggunakan bantuan

hormone untuk mempercepat proses pemijahan, sehingga apabila teknik ini

berhasil maka akan memberikan keuntungan yang tinggi karena biaya yang

dikeluarkan dalam kegiatan pembenihan sangat kecil.

Farm Fish Boster Centre juga melakukan pemijahan secara semi buatan

dan buatan pada waktu tertentu, seperti saat mendapatkan pesanan dari

konsumen untuk menyediakan benih dalam jumlah besar dengan waktu yang

singkat. Perbedaan antara melakukan pemijahan secara alami, semi buatan dan

buatan disajikan pada tabel. 2

39
Table 2. Perbedaan Pemijahan Pemijahan Secara Alami, Semi Buatan dan
Buatan (Mahyuddin, 2014)
Parameter Pemijahan
Alami Semi Buatan Buatan
Campur tangan Dengan bantuan Dilakukan dengan
manusia dan manusia induk lele bantuan tangan
penggunaan alat baik jantan maupun manusia. Induk lele,
betina, disuntik baik jantan maupun
Campur bantu terbatas.
dengan menggunakan betina, disuntik dengan
tangan Induk lele jantan hormon perangsang menggunakan hormon
manusia dan betina tidak untuk pematangan perangsang untuk
disuntik dengan dan ovulasi sel pematangan dan
hormone ovulasi sel.
perangsang.
Sarana dan Dilakukan dengan Induk lele yang sudah Setelah induk lele
prasarana alat dan cara disuntik, baik jantan disuntik, telur dan
sederhana maupun betina sperma dikeluarkan dari
dimasukan ke dalam induk dengan cara di-
bak atau wadah streeping atau diurut.
pemijahan yang Selanjutnya, telur dan
dilengkapi kakaban sperma tersebut
dan dibiarkan ditampung dan
memijah sendiri. dicampurkan dalam
Proses pemijahan dan suatu wadah (mangkok)
pembuahannya sehingga terjadi
berjalan secara alami. pembuahan
Secara Tidak Membutuhkan biaya Membutuhkan biaya
ekonomi membutuhkan lebih untuk pembelian lebih untuk pembelian
biaya yang besar, hormon hormon serta
tetapi produksi mengurangi jumlah
benih lele kurang induk jantan karena
maksimal dimatikan.

4.3.1 Persiapan Kolam Pemijahan Induk

Langkah pertama yang harus dilakukan dalam persiapan kolam

pemijahan induk yaitu kolam harus dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran-

kotoran yang ada didalam kolam dengan menyikat bagian dasar dan bagian

dinding kolam dengan menggunakan sikat agar kolam bersih dari lumut. Pada

saat membersihkan bagian kolam Farm Fish Boster Centre memberikan Boster

Blue Copper yang dapat membantu membunuh virus, bakteri maupun jamur

sehingga kolam benar-benar terbebas dari pathogen yang merugikan. Setelah

40
kolam dibersihkan kolam kemudian dibilas dengan menggunakan air bersih lalu

dikeringkan selama 1 hari setelah itu kolam diisi air dengan ketingian 30 cm.

Kolam pemijahan ditempatkan pada ruangan yang berbeda dengan

kolam pembesaran hal tersebut dikarenakan menyesuaikan dengan tingkah laku

ikan lele saat melakukan pemijahan membutuhkan suasana lingkungan yang

tenang dan gelap tanpa cahaya. Menurut Andriyanto et al., (2012), persiapan

kolam merupakan hal yang perlu diperhatikan, karena dapat berpengaruh

terhadap keberhasilan budidaya. Persiapan-persiapan tersebut mencakup

beberapa aspek diantaranya: sumber air bebas bahan pencemar, tersedianya

saluran air masuk dan keluar, pembuangan kotoran,pengeringan, dan pengisian

air kolam. Seperti yang dijelaskan oleh Ariyati et al., (2015), bahwa kolam

pemijahan harus dipersiapkan sebelum melakukan seleksi induk, sehingga pada

saat induk ikan lele telah lolos seleksi atau telah memenuhi kriteria siap memijah

bisa langsung dimasukkan ke dalam kolam pemijahan.

Gambar 21. Persiapan kolam pemijahan dan ruang pembenihan


(Data Primer,2018)
4.3.2 Persiapan Kakaban

Kakaban yang digunakan untuk melakukan pemijahan terbuat dari ijuk

yang telah diapit dengan menggunakan kayu sebagai tempat peletakan telur-

telur lele yang telah dibuahi. Sebelum diletakkan pada kolam pembenihan

kakaban dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan larutan Blue Copper.

Kakaban yang telah dibersihkan, kemudian dijemur dengan dengan tujuan agar

41
kakaban terbebas dari mikroorganisme yang dapat menyebabkan telur lele yang

melekat dalam kakaban gagal menetas. Proses penjemuran kakaban dilakukan

selama satu hari. Kolam yang digunakan untuk pemijahan ikan lele dumbo

(Clarias sp.) adalah kolam beton.

Gambar 22. Pembersihan dan Pengeringan Kakaban


(Data Primer,2018)
Setelah kakaban dikeringkan, maka kakaban siap diletakkan didalam

kolam pemijahan dengan jumlah 4 buah kakaban. Kakaban diletakkan diatas

batu bata sebagai penyanggaagar kakaban tidak menempel secara langsung di

dasar kolam pembenihan selain itu diatas kakaban juga diletakkan batu bata

untuk menahan kakaban agar tidak berpindah tempat saat terjadi proses

perkawinan mengingat gerakan induk lele yang kuat dan lincah saat memijah.

Gambar 23. Pemasangan Kakaban (Data Primer,2018)

Menurut Ariyati et al., (2015), bahwa kakaban diletakkan didasar kolam

pemijahan, kakaban terbuat dari kasa/ waringyang menutupi seluruh dasar

kolam, sehingga telur yang akan dihasilkan nanti bias tertampung dan menempel

pada kakaban. Seluruh kakaban tempat menempelnya telur ikan lele yang

42
ditetaskan harus terendam air. Oleh karena itu, kakaban tersebut harus dipasang

di dasar kolam dengan pemberat.

4.3.3 Persiapan Induk

Dalam proses persiapan induk sangat menentukan keberhasilan dari

proses pemijahan. Indukan dipersiapkan dengan diseleksi terlebih dahulu.

Sebelum diseleksi indukan dipuasakan selama 6 jam, tujuan dari perlakuan

tersebut yaitu untuk menghindari stress selain itu untuk mempermudah

membedakan antara telur ataupun kotoran yang ada didalam perut indukan.

Kemudian seleksi induk dilakukan dengan menguras air kolam terlebih sampai

indukan terlihat agar mempermudah saat proses penangkapan, setelah air surut

maka proses penangkapan induk dilakukan dengan menggunakan jaring

berukuran besar mengingat ukuran tubuh indukan lele yang besar. Indukan ikan

lele yang tertangkap diseleksi secara visual.

Berikut adalah ciri – ciri indukan ikan lele yang sudah matang gonad di Farm Fish

Boster Centre yaitu :

a. Induk betina

 Kelamin lembut atau datar berwarna kemerahan

 Jika diurut tampak keluar beberapa telur

 Umur ikan berkisar minimal 8 bulan

 Berat rata-rata 7 ons – 2 kg

 Diameter telur yang baik 0,5 – 1 mm

 Gerakan lamban dan jinak dan tidak cacat

b. Induk jantan

 Kelamin tampak runcing

 Kelamin tampak memar kemerahan

 Berat rata-rata 7 ons- 2 kg

43
 Pergerakan lincah

 Terdapat perubahan warna tubuh menjadi coklat kemerahan

Gambar 24. Ciri indukan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus)


(Data Primer,2018)
Menurut Ariyati et al., (2015), pemilihan atau seleksi induk ikan lele perlu

dilakukan untuk memastikan bahwa induk ikan lele yang akan dipijahkan telah

benarbenar siap. Salah satu persyaratan utama yang harus dipenuhi untuk

memijahkan induk ikan lele dengan teknik pemijahan secara alami adalah induk

ikan lele baik jantan maupun betina telah mencapai umur 12 bulan atau 1 tahun.

Saat melakukan seleksi, induk ikan lele ditangkap dengan hati-hati. Cara

penangkapan induk ikan lele yang dapat dilakukan adalah dengan menyurutkan

air kolam, hingga induk-induk ikan lele tersebut berkumpul di kemalir atau

kobakan. Kemudian induk ikan lele tersebut ditangkap menggunakan seser dan

dimasukkan ke dalam ember atau wadah yang telah dipersiapkan. Induk yang

lolos seleksi atau masuk kriteria telah siap memijah dimasukkan dalam kolam

pemijahan.

4.3.4 Penebaran Induk dan Pemijahan

Setelah diperoleh indukan yang sesuai maka indukan dimasukkan ke bak

pemijahan dengan memasukkan induk jantan terlebih dahulu setelah itu induk

betina, bak pemijahan dan diisi air dengan tinggi 25-40 cm. Pemijahan ikan lele

dumbo dapat dilakukan dengan menggunakan tiga cara yaitu pwmijahan alami

(natural spawning), pemijahan semi alami (induced spawning) dan pemijahan

44
buatan (inducd breeding). Pemijahan yang dilakukan oleh Farm Fish Boster

Centre adalah pemijahan secara alami tanpa melakukan penyuntikan pada

indukan ikan lele yang telah matang gonad. Pada kolam yang akan digunakan

untuk pemijahan disediakan kakaban sebanyak empat buah kakaban. Indukan

yang ditebar memiliki sexs rasio jantan dan betina yaitu 2:1 hal tersebut

dilakukan karena untuk meningkatkan jumlah telur yang terbuahi lebih banyak

daripada yang tidak terbuahi mengingat berat induk betina lebih berat daripada

jantan.

Menurut Pratomo et al., (2017), salah satu factor pembatas utama dal

pengembangan budidaya ikan lele untuk skala massal adalah frekuensi induk

memijah rendah, kualitas dan kuantitas induk yang matang gonad terbatas

sehingga benih yang dihasilkan tidak berkesinambungan. Frekuensi induk

memijah yang rendah dikarenakan proses pemijahan yang tidak dilakukan

dimusimnya dimana pada umumnya proses pemijahan terjadi pada musim hujan.

Suasana kolam pemijahan berada di dalam ruangan dan dikondisikan

dalam keadaan gelap dan tenang agar proses pemijahan dapat berlangsung

dengan baik. Indukan ikan lele yang telah dipijahkan selama kurang lebih 30-36

jam kemudian induk jantan dan betina siap diangkat dari kolam pemijahan dan

kemudian dilakukan penimbangan berat akhir dari indukan. Setelah itu indukan

dikembalikan ke kolam indukan. Kakaban diangkat dan dipindahkan ke kolam

lain yang lebih aman setelah itu air diaerasi untuk menyuplai oksigen untuk

mendukung proses penetasan telur. Bagian inlet dibuka sedikit untuk menambah

oksigen terlarut dari proses difusi udara bebas, centrai drain dipasang penyaring

halus agar telur tidak ikut keluar saat outlet dibuka, outlet dibuka sedikit bartujuan

untuk menjaga sirkulasi air agar kondisi air tetap terjaga.

45
Gambar 25. Proses Pemijahan Induk (Data Primer,2018)
4.3.5 Penetasan Telur

Waktu yang dibutuhkan dalam proses penetasan telur yaitu 24-36 jam.

Selama proses penetasan telur proses aerasi harus tetap terjaga agar tetap

hidup dan pengisisan air harus tetap berjalan hal ini dikarenakan dalam proses

penetaan telur membutuhkan suplai oksigen yang cukup. Walaupun telur sudah

menetas larva belum diberikan pakan karena larva masih memiliki cadangan

makanan dari kuning telurnya cadangan makanan tersebut bertahan selama 3

hari. Setelah telur berhasil menetas maka kakaban diangkat dan telur yang tidak

terbuahi diangkat dan dipindahkan ke kolam lain hal tersebut bertujuan agar telur

yang bonor (jelek) tidak merusak telur yang telah menetas.

Nujiyanti (2003) menyatakan bahwa telur akan menetas menjadi larva

setelah 24-36 jam. Larva yang baru menetas akan melayang disekitar kakaban.

Menurut Khairuman dan Amri (2002), telur akan menetas tergantung dari suhu

perairan dan suhu udara, jika suhu semakin panas (tinggi) telur akan semakin

cepat menetas, begitu pula sebaliknya jika suhu turun atau rendah maka telur

akan lama menetasnya. Kisaran suhuyang baik untuk penetasan telur yaitu 27-

30 0C.

46
Gambar 26. Penetasan telur (Data Primer,2018)
4.3.6 Pemberian Pakan

Pemberian pakan baru dapat dilakukan setelah larva berusia 4-7 hari

yaitu berupa kuning telur yang telah di encerkan dengan menggunakan air.

Dalam pembuatannya kuning telur diencerkan dengan air kemudian disaring

agar tidak terdapat gumpalan dan kuning telur benar-benar dalam kondisi halus.

Setelah itu cairan kuning telur dimasukan kedalam botol aqua dengan tutupnya

yang telah dilubangi. Tujuan dari lubang kecil-kecil yang ada ditutup botol

tersebut yaitu agar keluarnya cairan kuning telur tidak terlalu banyak, karena

apabila pemberian pakan kuning kuning telur terlalu banyak maka dapat

mengakibatkan air menjadi keruh dan dapat menyebabkan air menjadi bau

sehingga akan merusak kualitas air yang terdapat pada kolam. Disamping

menggunakan pakan kuning telur larva juga diberikan pakan alami yaitu cacing

sutra. Cacing sutera diberikan secara rutin kepada larva, apabila ukuran cacing

terlalu besar maka dapat dipotong-potong.

Penggunaan cacing sutra sebagai pakan alami dalam pembenihan ikan

lele dumbo karena cacing sutra memiliki nilai gizi yang tinggi mudah diperoleh,

mudah diolah, mudah dicerna, harga relatif murah dan tidak mengandung racun.

Cacing sutera merupakan pakan alami yang paling disukai oleh ikan air tawar.

Cacing sutera sangat baik bagi pertumbuhan ikan air tawar karena kandungan

47
proteinnya tinggi. Kandungan nutrisi cacing sutera yaitu 54,72 % protein, 13,77

% lemak, 22,25 % karbohidrat (Buwono, 2000 dalam Pramono et al., 2017 )

Setelah larva berusia 11 hari maka dapat diberikan pakan buatan pabrik

yaitu pellet dengan kode pakan PF1000 yang diproduksi oleh PT. Matahari Sakti.

Pemberian pakan dilakukan dengan frekuensi tiga kali sehari yaitu pagi jam

07.00, sore jam 16.00 dan malam jam 22.00 dengan perbandingan ransum

pakan yaitu 30%, 30%, 40%. Dosis pemberian pakan diperoleh dengan

mengalikan biomassa ikan dengan nilai FR dan SR. Komposisi pakan yang

diproduksi oleh PT. Matahari Sakti yang diperoleh dari kemasan adalah sebagai

berikut:

Gambar 27. Pakan Pellet PF1000 (Data Primer,2018)


Menurut pakaya et al., (2016), pemberian pakan dilakukan setelah larva

berumur 3 hari setelah menetas, yaitu berupa pakan alami. Selain itu proses

pergantian air harus dilakukan apabila air sudah terlihat kotor. Hal tersebut

dilakukan untuk menjaga kebersihan kolam serta menjaga kualitas air kolam agar

tetap baik untuk pertumbuhan larva ikan lele. Pendapat tersebut sejalan dengan

yang dijelaskan oleh Lutfiyah et al., (2012), penggunaan pakan untuk proses

pembenihan ikan lele ada dua jenis yaitu berupa cacing dan pakan pabrik yaitu

pellet, pakan bentuk cacing diberikan pada umur 3 hari sejak benih menetas dari

telurnya. Cacing yang diberikan untuk pakan benih berbentuk kecil lembut yang

dinamakan cacing sutra.

48
4.3.7 Pemeliharaan Benih

Pemeliharaan benih dilakukan dengan cara menjaga kualitas airnya agar

tetap baik, selain itu juga dilakukan pembersihan kolam dengan cara penyifonan

secara rutin di pagi hari dan sore hari. Penyifonan bertujuan untuk membersihkan

sisa makanan dan juga kotoran. Penyifonan dilakukan dengan menggunakan

selang kecil yang panjang.Penyifonan dilakukan secara bertahap karena untuk

menghindari larva ikan yang ikut masuk kedalam selang. Hal ini sesuai dengan

pendapat Lutfiyah et al., (2012), bahwa untuk memelihara kesehatan benih lele

dumbo diperlukan langkah-langkah yang bersifat preventif dan kuratif yaitu

tindakan pencegahan dan pengobatan. Ada beberapa teknis yang penting untuk

dilakukan seperti menjaga kualitas airnya agar tetap baik, melakukan proses

sirkulasi air atau penambahan air bersih dan pengurangan air kotor yang akan

berdampak pada penambahan oksigen terlarut, selain itu perlu dilakukannya

penyortiran ukuran benih agar seragam.

4.3.8 Penanganan Penyakit

Pengamatan penyakit pada benih ikan lele dapat dilakukan secara visual.

Penyakit yang sering menyerang benih ikan lele yaitu dapt diakibatkan oleh

jamur maupun bakteri pathogen lainnya. Jika benih sudah terserang penyakit

maka dapat diberikan Boster Fish Imunovit yang dapat berperan dalam melawan

infeksi dengan meningkatkan antibodi untuk mencegah dan mengatasi serangan

penyakit yang dapat disebabkan oleh virus, bakteri maupun jamur. Hal ini sesuai

dengan pendapat Lutfiyah et al., (2012), bahwa untuk menjaga kesehatan benih

ikan lele dumbo diperlukan obar-obatan yang dapat berasal dari tumbuhan atau

menggunakan obat kimiawi dari pabrik yang telah masuk daftar obat anjuran.

4.3.9 Pemanenan Benih

Benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) yang akan dipanen harus

memenuhi kriteria yaitu ukurannya harus seragam dan kondisi benih yang sehat

49
dan memiliki pergerakan yang aktif. Pemanenan dapat dilakukan setelah benih

berukuran 5 cm. Sebelum dilakukan pemanenan benih ikan lele dipuasakan

terlebih dahulu kurang lebih selama 12 jam. Cara pemanenan benih yaitu

dengan menurunkan tinggi air dan hanya menyisakan sedikit air dalam kolam

agar proses penangkapan mudah dilakukan. Setelah didapatkan benih yang

sesuai dengan kriteria yang diinginkan, maka selanjutnya dihitung benih ikan lele

dengan menggunakan teknik sampling. Benih ditimbang sebanyak 0,5 kg

sebanyak 2 kali sehingga kita dapat mengestimasi jumlah benih ikan lele dalam 1

kg benih terdapat berapa ekor. Setelah itu benih dimasukkan kedalam kantong

packing yang sebelumnya telah diisi dengan menggunkan air dan Boster Stress

Off agar benih ikan lele tidak mengalami stress karena proses pengangkutan.

Menurut Dahlan et al., (2016) bahwa sebelum dilakukan pemanenan

terlebih dahulu dilakukan proses grading. Grading bertujuan untuk mengurangi

tingkat kanibalisme dan untuk menyeragamkan ukuran benih ikan lele. Grading

benih ikan lele melalui 3 tahap sampai berumur 21 hari. Benih di grading

berdasarkan ukuran jual yang diinginkan oleh konsumen. Benih ikan lele dijaring

dengan jaring yang lembut. Benih ditampung dalam hapa, dan dipulihkan

kesehatnnya (36 jam sebelum dikirim) dengan pemberian multivitamin. Sebelum

dikirim dipuasakan selama 12 jam sebelum pengiriman. Benih kemudian di

paking dan siap untuk dikirim.

4.4 Monitoring Kualitas Air

Monitoring air pada dasarnya adalah pemantauan kualitas air agar selalu

berada dalam kondisi optimal yang dibutuhkan dalam budidaya lele. Pengelolaan

air sangat penting untuk mengurangi atau mencegah risiko terserang berbagai

macam penyakit. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Andriyanto et al., (2012),

bahwa kualitas air yang baik mutlak diperlukan dalam pemeliharaan benih untuk

mendapatkan pertumbuhan dan sintasan benih yang tinggi. Agar kualitas air

50
tetap baik sebaiknya aliran air masuk dan keluar kolam pemeliharaan terjaga

dengan baik walaupun aliran air tersebut tidak begitu besar.

Parameter kualitas air suatu perairan tidaklah tetap sepanjang waktu,

tetapi sangat dinamis. Faktor yang mempengaruhi perubahan parameter kualitas

air adalah perubahan lingkungan serta proses biologis yang ada didalamnya

seperti proses respirasi dan ekresi hasil-hasil metabolisme. Sebaiknya dilakukan

pemantauan secara berkala terhadap semua parameter kualitas air yang

mempengaruhi lele yang dibudidayakan serta memahami faktor-faktor yang

mempengaruhi parameter tersebut. Parameter kualitas air meliputi parameter

fisika dan kimia. Hasil pengukuran parameter kualitas air yaitu suhu, pH, DO,

alkalinitas, nitrat, fosfat dan parameter biologi. Parameter-parameter tersebut

akan mempengaruhi proses metabolisme tubuh ikan lele, seperti pertumbuhan

ikan lele, proses pencernaan, dan keaktifan dalam mencari makan.

4.4.1 Parameter Fisika


a. Suhu

Pada kegiatan Praktek Kerja Magang di Farm Fish Boster Centre

pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan thermometer digital dan

pengukuran dilakukan setiap pagi dan sore hari setiap seminggu sekali dalam

satu minggu. Hasil yang diperoleh dari pengukuran suhu pada kolam

pembenihan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) yang disajikan pada tabel 4.

Table 3. Hasil Pengukuran Suhu di Kolam Pembenihan

Pengamatan Ke-(Minggu ) 08.00 WIB 16.00 WIB


1 28,40C 29,30C
2 27,80C 28,30C
3 27,50C 28,30C
4 28,30C 29,60C
5 28,10C 28,20C

Dari tabel tersebut terlihat bahwa fluktuasi suhu yang terjadi pada kolam

pembenihan ikan lele tidak terlalu drastis. Dari hasil pengukuran tersebut dapat

51
kita ketahui bahwa untuk pagi hari nilai tertinggi terdapat pada minggu pertama

yaitu 28,4OC sedangkan untuk siang hari terdapat di minggu keempat sebesar

29,6OC. Walau demikian kisaran suhu yang diperoleh masih berada dalam batas

yang normal.

Hasil pengamatan selama pemeliharaan tersebut linier dengan pendapat

Sunarma (2004), dimana toleransi terhadap lingkungan Ikan Lele (Clarias sp.)

berkisar antara 220C-340C. Suhu yang mengalami penurunan dapat

menyebabkan nafsu makan dan juga sistem imun menurun. Oleh karena itu

manajeman kualitas air untuk menjaga suhu optimum dengan melakukan solusi

yaitu penggantian air dan pemberian sistem sirkulasi.

4.4.2 Parameter Kimia


a. pH

Pada kegiatan Praktek Kerja Magang di Farm Fish Boster Centre

pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter dan pengukuran

dilakukan setiap pagi dan sore hari setiap seminggu sekali dalam satu minggu.

Hasil yang diperoleh dari pengukuran pH pada kolam pembenihan ikan lele

dumbo (Clarias gariepinus) yang disajikan pada tabel 5.

Table 4. Hasil Pengukuran pH di Kolam Pembenihan

Pengamatan Ke-(Minggu ) 08.00 WIB 16.00 WIB


1 8 8,3
2 8,5 8,3
3 8,5 8
4 8 8,2
5 8,2 8,3

Dari tabel tersebut terlihat bahwa fluktuasi suhu yang terjadi pada kolam

pembenihan ikan lele tidak terlalu drastis. Nilai pH tertinggi pagi hari terjadi pada

minggu kedua dan ketiga dengan nilai 8,5, sedangkan nilai terendah terdapat

diminggu pertama dan keempat. Untuk pengukuran pada sore hari niali tertinggi

terdapat diminggu pertama, kedua dan kelima dengan nilai 8,3. Pengukuran pH

52
menggunakan pH meter hasilnya keseluruhan bernilai 8. Perubahan rentang pH

selama proses pembenihan masih dalam kondisi yang mampu untuk ditoleransi

oleh benih ikan lele. pH kolam pembenihan selalu dalam kondisi yang baik

karena air yang digunakan pada kolam pembenihan selalu dilakukan

penggantian air setiap hari sekali.

Menurut Tatangindatu et al. (2013), pH yang ideal untuk kehidupan biota

air tawar adalah antara 6,8-8,5. pH yang sangat rendah menyebabkan kelarutan

logam-logam dalam air semakin besar, yang bersifat toksik bagi organisme air.

Sebaliknya, pH yang tinggi dapat meningkatkan konsentrasi amoniak yang dapat

bersifat toksik bagi organisme air. Menurut Araoye (2009), menurunnya pH

meningkatkan aktivitas mikroba untuk menguraikan bahan organik sehingga O 2

menurun dan CO2 meningkat. Nilai pH dipengaruhi oleh aktivitas biologis

misalnya fotosintesis dan respirasi organisme, serta keberadaan ion-ion dalam

perairan tersebut. Perubahan pH akan sangat memengaruhi pertumbuhan dan

aktivitas biologis (Aziz et al., 2015).

b. Dissolved Oxygen (DO)

Pada kegiatan Praktek Kerja Magang di Farm Fish Boster Centre

pengukuran DO dilakukan dengan menggunakan DO meter dan pengukuran

dilakukan setiap pagi dan sore hari setiap seminggu sekali dalam satu minggu.

Hasil yang diperoleh dari pengukuran DO pada kolam pembenihan ikan lele

dumbo (Clarias gariepinus) yang disajikan pada tabel 6.

Table 5. Hasil Pengukuran DO di Kolam Pembenihan

Pengamatan Ke-(Minggu ) 08.00 WIB 16.00 WIB


1 4,67 mg/l 4,94 mg/l
2 5,2 mg/l 4,15 mg/l
3 4,4 mg/l 4,27 mg/l
4 4,25 mg/l 4,09 mg/l
5 4,19 mg/l 3,78 mg/l

53
Dari grafik tersebut terlihat bahwa fluktuasi DO yang terjadi pada kolam

pembenihan ikan lele tidak terlalu drastis. Dari hasil tersebut dapat dapat kita

ketahui bahwa nilai DO tertinggi dipagi hari terdapat di minggu kedua dengan

nilai 5,2 ppm sedangkan disiang hari terdapat di minggu pertama dengan nilai

4,94 ppm. Walau demikian nilai DO masih tetap berada di batas normal untuk

kegiatan budidaya.

Menurut Sutisna dan Sutarmanto (1995), konsentrasi oksigen yang

optimal dalam usaha pembenihan ikan adalah 5 ppm. Pada kolam pembenihan

ikan dengan konsentrasi oksigen kurang dari 3 ppm akan berbahaya bagi benih

ikan. Konsentrasi oksigen yang rendah pada kolam dapat ditingkatkan dengan

menggunakan aerator ataupun dengan pemasangan kincir. Dalam usaha

pembenihan ikan, konsentrasi oksigen yang terlarut dalam kolam akan berkurang

karena oksigen digunakan untuk pernafasan ikan dan reaksi kimia lainnya

c. Alkalinitas

Pada kegiatan Praktek Kerja Magang di Farm Fish Boster Centre

pengukuran Alkalinitas dilakukan dengan menggunakan alkalinity test dan

pengukuran dilakukan setiap pagi dan sore hari setiap seminggu sekali dalam

satu minggu. Hasil yang diperoleh dari pengukuran Alakalinitas pada kolam

pembenihan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) yang disajikan pada tabel 7.

Table 6. Pengukuran Alkalinitas di Kolam Pembenihan

Pengamatan Ke-(Minggu ) 08.00 WIB 16.00 WIB


1 106,9 mg/l 105,7 mg/l
2 102,1 mg/l 96,1 mg/l
3 100,1 mg/l 109,2 mg/l
4 99,7 mg/l 93,7 mg/l
5 102,1 mg/l 104,5 mg/l

Dari tabel tersebut dapat kita ketahui bahwa nilai alkalinitas tertinggi

dipagi hari terdapat pada minggu pertama dengan nilai 106,9 ppm sedangkan

nilai alkalinitas tertinggi di siang hari terdapat di minggu ketiga dengan nilai 109,2

54
ppm. Nilai alkalinitas yang diperoleh masih berada pada batas normal yang tidak

berbahaya dalam kegiatan pembenihan.

Menurut Triyatmo (2003), alkalinitas suatu perairan menunujukkan

kandungan basa yang bersenyawa dengan ion karbonat dan bikarbonat.

Alkalinitas total air umumnya berasal dari ion karbonat dan bikarbonat. Klasifikasi

alkalinitas air untuk perikanan yaitu alkalinitas antara 0-10 ppm termasuk sangat

rendah (sangat asam), 10-50 ppm termasuk rendah, 50-200 ppm termasuk

sedang dan > 200 ppm termasuk tinggi (sangat alkalin). Perairan yang memiliki

nilai alkalinitas rendah dianggap secara biologis kurang produktif. Dapat

disimpulkan bahwa dengan nilai alkalinitas yang berada dikisaran 100 ppm

masih tergolong sedang dan baik untuk kegiatan budidaya ikan.

d. Nitrat

Nitrat merupakan bentuk utama nitrogen di perairan dan merupakan

nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat sangat mudah larut

dalam air dan bersifat stabil. Pengukuran nitrat pada kolam pembenihan

dilakukan sebanyak sekali dalam satu minggu. Hasil yang diperoleh dari

pengukuran Nitrat pada kolam pembenihan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus)

yang disajikan pada tabel 8.

Table 7. Hasil Pengukuran Nitrat di Kolam Pembenihan

Pengamatan Ke-(Minggu ) 08.00 WIB 16.00 WIB


1 0,9 1,1
2 1 0,9
3 1,4 1,5
4 1,3 1,3
5 1,5 1,4

Kisaran nitrat tersebut Andarias (1991) dalam Sammana (2006) yang

menyebutkan bahwa kisaran nitrat 0,9–3,5 mg/l merupakan konsentrasi optimum

untuk pertumbuhan alga. Rendahnya kadar nitrat ada hubungannya dengan

kelimpahan fitoplankton yang tinggi. Pengkayaan zat hara di lingkungan perairan

55
memiliki dampak positif, namun pada tingkatan tertentu juga dapat menimbulkan

dampak negatif. Dampak positifnya adalah terjadi peningkatan produksi

fitoplankton dan total produksi sedangkan dampak negatifnya adalah terjadinya

penurunan kandungan oksigen di perairan, penurunan biodiversitas dan

terkadang memperbesar potensi muncul dan berkembangnya jenis fitoplankton

berbahaya yang lebih umum dikenal dengan istilah Harmful Algal Blooms atau

HABs (Risamasu dan Prayitno, 2011).

e. Fosfat
Sisa metabolisme dan sisa pakan yang mengendap didasar kolam dapat

menyebabkan meningkatnya konsentrasi fosfat sehingga perairan menjadi keruh

yang dapat menurunkan kadar oksigen terlarut pada perairan. kandungan fosfat

yang tinggi dapat mengganggu proses metabolisme bahkan dapat

mengakibatkan kematian pada ikan (Lestari et al., 2015). Semakin tinggi proses

fotoautropik yang diikuti dengan tingginya kelimpahan klorofil (fitoplankton), maka

semakin menurun pula kadar fosfat. Hasil yang diperoleh dari pengukuran Fosfat

pada kolam pembenihan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) yang disajikan

pada tabel 8.

Table 8. Hasil Pengukuran Fosfat di Kolam Pembenihan

Pengamatan Ke-(Minggu ) 08.00 WIB 16.00 WIB


1 0,06 0,05
2 0,05 0,06
3 0,06 0,05
4 0,08 0,07
5 0,07 0,08

Hasil pengukuran fosfat pada kolam pembenihan menunjukkan bahwa

terjadinya peningkatan kadar fosfat hal tersebut dikarenakan benih memiliki

nafsu makan yang tinggi sehingga buangan metabolit semakin banyak sehingga

kadar oksigen terlarut akan cenderung mengalami penurunan sehingga

konsentrasi fosfat akan meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Hernawati

56
dan Suantika (2007) yang menyatakan bahwa peningkatan nafsu makan ikan

dapat menyebabkan buangan metabolit meningkat kemudian terjadinyanya

penumpukan feses yang mengakibatkan menurunnya oksigen terlarut sehingga

konsentrasi fosfat pun meningkat. Menurut Patty (2014), klasifikasi tingkat

kesuburan perairan yang cukup subur berdasarkan kadar fosfat berkisar antara

0,0021 – 0,050 mg/l. Sedangkan perairan yang subur berkisar antara 0,051 –

0,100 mg/l. Kandungan fosfat secara alamiah berasal dari perairan itu sendiri

yaitu melalui proses-proses penguraian, pelapukan atau dekomposisi tumbuh-

tumbuhan dan sisa-sisa organisme mati.

4.4.3 Parameter Biologi

4.4.3.1 Plankton

Menurut Hidayat (2013), plankton merupakan komponen biotik yang

menentukan kehidupan perairan. Plankton dibagai menjadi dua kelompok besar

yaitu fitoplankyon dan zooplankton. Terdapat perbedaan antara keduanya diman

fitoplankton bersifat tumbuhan yang dapat menghasilkan pakanya sendiri

sedangkan zooplankton yang bersifat hewan. Plankton adalah semua kumpulan

organisme baik hewan maupun tumbuhan yang berukuran mikroskopis dan

hidupnya melayang mengikuti arus dan pergerakannya relative pasif.

Berdasarkan pengamatan tersebut jenis plankton yang ditemukan terdiri

dari 5 filum yaitu: 1. Chlorophyta, terdiri dari genus eutetramorus, micractinium

dan scenedesmus, 2. Cyanobacteria, terdiri dari genus nodularia, dan

synechocystis 3. Cyanophyta, terdiri dari genus Spirulina 4. Ochrophyta, terdiri

dari genus synura 5. Rotifera, terdiri dari genus monostyla. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Darmawan (2014), fitoplankton yang banyak ditemukan di kolam

pembesaran ikan lele adalah filum Bacillariophyta, Chlorophyta dan Cyanophyta.

57
a. Kelimpahan Plankton

Hasil yang diperoleh dalam pengamatan secara mikroskopis yang telah

dilakukan didapatkan kelimpahan fitoplankton yang disajikan pada tabel 9.

Table 9.Data Hasil Kelimpahan Fitoplankton di Kolam Pembenihan Ikan Lele


(sel/ml)

Minggu ke- Rata-


Filum Spesies Jumlah rata KR
2 4
Eutetramorus
569 778 1347 673
globasus
Scenedesmus
Chlorophyta 15 90 105 52 31 %
abundans
Micractinium
30 52 82 41
pusillum fres
Nodularia
703 464 1167 584
hawaiiensis
Cyanobacteria 25 %
Synechocystis
90 165 254 127
aquatilis
Cyanophyta Spirulina
1257 1137 2395 1197 42 %
platensis
Ochrophyta synura uvella 15 30 45 22 2%
Jumlah 2679 2716 5395 2698 100 %

Hasil yang diperoleh dalam pengamatan secara mikroskopis yang telah

dilakukan didapatkan kelimpahan zooplankton yang disajikan pada tabel 11.

Table 10. Data Hasil Kelimpahan Zooplankton di Kolam Pembenihan Ikan Lele
(ind/L)

Minggu ke- Rata-


Filum Spesies Jumlah KR
2 4 rata
Monostyla
Rotifera 1 1 2 1 100 %
lunaris

Berdasarkan perhitungan kelimpahan plankton pada tabel diatas,

kelimpahan fitoplankton tertinggi yang terdapat pada kolam pembenihan ikan lele

dumbo (Clarias gariepinus) di Farm Fish Boster Centre Kabupaten Sidoarjo

diperoleh hasil pada spesies Spirulina platensis yaitu sebesar 2395 sel/ml.

sedangkan untuk kelimpahan fitoplankton terendah yaitu synura uvella sebesar

58
45 sel/ml. Kelimpahan zooplankton yang diperoleh yaitu filum rotifer sebesar 1

ind/L.

Menurut Yuliana (2007) dalam Tarkus et al., (2010) di perairan tawar,

khususnya danau dan waduk fitoplankton yang dominan dan mempunyai

penyebaran yang luas serta memegang peranan penting dalam rantai makanan

adalah Bacillariophyceae, Cyanophyceae dan Chlorophyceae. Menurut Edhy et

al. (2003) dalam Widigdo dan wardiatno (2013), beberapa genus dari kelompok

Cyanophyceae yang berbentuk benang memiliki sel khusus yang disebut

heterocysta yang mampu mengikat nitrogen bebas dari udara (fiksasi nitrogen),

sehingga jenis ini dapat bertahan hidup dalam perairan yang memiliki konsentrasi

nitrogen yang rendah sementara jenis lain tidak dapat melakukannya

Hasil perhitungan kelimpahan fitoplankton berkisar antara 5395 ind/ml

yang artinya kelimpahan dengan kisaran tersebut termasuk dalam kategori

kelimpahan sedang. Hal ini sesuai dengan purnamasari (2016) yang menyatakan

bahwa. berdasarkan kelimpahannya, kesuburan perairan plankton dapat

dikategorikan sebagai oligotropik yaitu perairan yang memiliki nilai kelimpahan

rendah yaitu berkisar 0-2.000, mesotrofik yaitu perairan yang memiliki nilai

kelimpahan sedang berkisar 2.000-15.000, dan eutrofik yaitu perairan yang

memiliki nilai kelimpahan yang tinggi yaitu >15.000.. Jumlah jenis dan

kelimpahan zooplankton lebih rendah dibandingkan dengan fitoplankton. Hal ini

berkaitan dengan fungsi fitoplankton sebagai produsen primer dalam rantai

makanan, zooplankton akan memangsa fitoplankton sebagai pakan alami.

Menurut Yuliana (2014), faktor yang sangat mempengaruhi keberadaan

zooplankton di perairan adalah makanan. Makanan utama bagi zooplankton

adalah fitoplankton. Selain itu, parameter fisika-kimia perairan seperti suhu, pH,

dan oksigen terlarut juga sangat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan zooplankton.

59
b. Kelimpahan Relatif

Adapun hasil perhitungan kelimpahan relatif fitoplankton pada kolam

pembenihan adalah sebagai berikut.

Kelimpahan Relatif Fitoplankton


2%

Chlorophyta

32%
41%
Cyanobacteria

Cyanophyta
25%
Ochrophyta

Gambar 28. Komposisi Fitoplankton pada Kolam Pembenihan Ikan Lele


Dumbo (Clarias gariepinus)

Kelimpahan fitoplankton dapat dilihat pada Gambar 28 pada kolam

pembenihan bahwa dari hasil pengamatan jenis fitoplankton yang memiliki nilai

kelimpahan relatif tertinggi yaitu Filum cyanophyta dengan nilai 41% sedangan

nilai kelimpahan relatif terendah yaitu Filum Ochrophyta dengan nilai 2%.

Berdasarkan kelimpahan relatif fitoplankton pada kolam pembenihan tergolong

perairan yang subur akan tetapi nilai kelimpahannya berbeda karena dipengaruhi

oleh kondisi fisika-kimia perairan sangat berpengaruh terhadap kondisi ekologis

perairan. Perbedaan distribusi ini terjadi karena adanya perbedaan daya

adaptasi serta derajat penyebaran di tiap jenis plankton.

Kondisi suatu perairan akan mempengaruhi pola penyebaran atau

distribusi phytoplankton baik secara horizontal maupun vertikal. Distribusi

fitoplankton secara horizontal lebih banyak dipengaruhi faktor fisik berupa

pergerakan masa air (Malik dan Saiful,2015). Selain itu ketersediaan nutrien

pada setiap perairan yang berbeda menyebabkan perbedaan kelimpahan

60
fitoplankton. Menurut Widiana (2012), kehidupan fitoplankton dalam perairan

dipangaruhi oleh kondisi dari beberapa faktor fisika kimia perairan. Adapun faktor

fisika kimia yang cenderung mempengaruhi kehidupan fitoplankton adalah: suhu,

kecepatan arus, CO2 bebas, pH dan DO

Kelimpahan relatif untuk zooplankton pada kolam pembenihan ikan lele

dumbo dapat dilihat pada gambar 29.

Kelimpahan Relatif
Zooplankton

rotifera

100%

Gambar 29. Komposisi Zooplankton pada Kolam Pembenihan Ikan Lele


Dumbo (Clarias gariepinus)

Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa nilai kelimpahan

zooplankton hanya terdapat pada filum Rotifera dengan nilai 100%, hal tersebut

dikarenakan pada saat pengamatan jenis zooplankton yang ditemukan hanya

satu jenis yaitu filum rotifera spesies monostyla lunaris. Rotifera merupakan jenis

plankton yang sering dimanfaatkan sebagai pakan bagi larva ikan sehingga

dengan terdapatnya rotifer dalam kolam pembenihan maka mengindikasikan

bahwa perairan tersebut mendukung untuk kegiatan pembenihan .

Rotifer mempunyai kelebihan lain yaitu memiliki gerakan yang sangat

lambat sehingga mudah ditangkap oleh larva ikan, mudah dicerna oleh larva

ikan, mudah dikultur massal, pertumbuhan dan perkembangannya sangat cepat

dilihat dari siklus hidupnya, tidak menghasilkan racun atau zat lain yang dapat

membahayakan kehidupan larva serta memiliki nilai gizi yang paling baik untuk

pertumbuhan larva (Kaligis, 2015).

61
c. Indeks Diversitas (H’)

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa nilai Indeks Diversitas

fitoplankton pada kolam pembenihan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) di

Farm Fish Boster Centre Kabupaten Sidoarjo yakni sebesar 1,362. Sedangkan

untuk nilai diversitas zooplankton memiliki nilai sebesar 0,341. Berdasarkan nilai

diversitas tersebut, kolam pembenihan ikan lele di farm Boster Centre masih

mendukung untuk dilakukan kegiatan budidaya yang berkelanjutan karena

memiliki nilai keanekaragaman (H’>1).

Menururt Basmi (2000) dalam Hidayat (2015), menyatakan bahwa bila

nilai H’< 1 maka keanekaragaman kecil dan kestabilan komunitas rendah atau

dinyatakan tidak stabil, dan nilai H’ berkisar antara 1-3 maka untuk nilai

keanekaragaman sedang dan kestabilan komunitas sedang, tetapi apabila nilai

H’>3 sehingga keanekaragaman tinggi dan kestabilan komunitas tinggi.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai indeks diversitas fitoplankton

tergolong dalam kisaran sedang dan kestabilan komunitas sedang. Akan tetapi

nilai indeks diversitas zooplankton menunjukkan nilai yang rendah yaitu sebesar

0,341 hal tersebut terjadi dapat dikarenakan zooplankton telah banyak

dimakanoleh larva ikan lele, mengingat bahwa larva ikan lele bersifat omnivore

saat dalam fase larva.

d. Indeks Keseragaman (E)

Indeks keseragaman merupakan kebalikan dari indeks dominasi yang

nilainya juga antara 0-1, apabla indeks keseragaman tinggi (mendekati 1), maka

didalam perairan tidak ada yang mendominasi (Rasidi et al., 2014).

Hasil perhitungan nilai indeks keseragaman fitoplankton yang diperoleh

yaitu sebesar 0,65 berdasarkan kisaran indeks keseragaman dapat disimpulkan

bahwa kolam pembenihan di farm boster centre memiliki tingkat keseragaman

yang relatif tinggi. Keseragaman yang relatif tinggi mengindikasikan bahwa

62
dalam perairan tersebut tidak terjadinya dominasi jenis fitoplankton tertentu.

Sedangkan nilai indeks keseragaman zooplankton yang diperoleh yaitu 0,00

berdasarkan kisaran indeks keseragaman mengindikasikan bahwa zooplankton

memiliki nilai keseragaman yang rendah. Hal ini sejalan dengan pendapat (Sari

et al., 2013), bahwa nilai indeks keseragaman berkisar antara 0-1. Apabila dalam

perairan memiliki nilai indeks keseragaman yang mendekati 1 maka memiliki

sebaran individu antar jenis yang merata. Akan tetapi saat nilai keseragaman

mendekati 0 menunjukkan bahwa sebaran individu antar jenis tidak merata atau

ada jenis tertentu yang mendominasi.

Sehingga dapat diketahui bahwa fitoplankton yang terdapat pada kolam

pembenihan di farm fish boster centre sidoarjo lebih seragam penyebarannya

dibandingkan dengan tingkat keseragaman yang terdapat pada zooplankton.

e. Indeks Dominasi (D)

Indeks dominasi dapat menggambarkan ada tidaknya spesies tertentu

yang mendominasi spesies lainnya (Yuliana et al., 2012). ). Nilai indeks dominasi

fitoplankton yang didapatkan pada kolam pembenihan ikan lele dumbo dapat

dilihat pada tabel 14.

Table 11. Nilai Indeks Dominasi Fitoplankton pada Kolam Pembenihan Ikan Lele
Dumbo

Filum Indeks Dominasi (D)

Chlorophyta 0,03

Cyanobacteria 0,07

Cyanophyta 0,20

Ochrophyta 0,00

Nilai indeks dominasi zooplankton yang didapatkan pada kolam

pembenihan ikan lele dumbo dapat dilihat pada tabel 15.

63
Table 12. Nilai Indeks Dominasi Zooplankton pada Kolam Pembenihan Ikan Lele
Dumbo

Filum Indeks Dominasi (D)

Rotifera 0,00

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa nilai Indeks Dominasi

plankton pada kolam pembenihan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) di Farm

Fish Boster Centre Kabupaten Sidoarjo yakni untuk filum Chlorophyta sebesar

0,03, filum Cyanobacteria sebesar 0,07 filum Cyanophyta sebesar 0,20, filum

Ochrophyta sebesar 0,00 dan filum Rotifera sebesar 0,00. Dari hasil tersebut

menunjukkan bahwa tidak terdapatnya spesies yang secara ekstrim

mendominasi spesies lainnya. Parameter-parameetr fisika-kimia air berada pada

kisaran yang sesuai sehingga tidak terjadi kompetisi, semua spesies meiliki

peluang yang sama untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Hal ini

menunjukkan bahwa kondisi struktur komunitas dala keadaan stabil, kondisi

lingungan yang cukup prima dan tidak terjadi tekanan ekologis (stress) terhadap

biota pada habitatnya.

Menurut Krebs (1989) dalam Hidayat (2015), menyatakan bahwa nilai

dominansi (D) berkisar antara 0 hingga 1, dimana bila nilai D semakin mendekati

angka 1 maka semakin besar peranan atau dominansi suatu jenis dalam satu

komunitas, sedangkan bila nilai dominansi (D) mendekati angka 0 maka tidak

terdapat jenis yang mendominasi jenis yang lain, hal ini menunjukkan bahwa

struktur komunitas dalam keadaan yang stabil. Jadi berdasarkan studi literature

tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat jenis plankton yang mendominasi

jenis yang lain, karena indeks dominai mendekati 0. Menurut Aziz et al., (2015),

meyebutkan bahwa fitoplankton yang mendominasi pada tambak pemeliharaan

ikan lele adalah jenis blue-green algae (Cyanophyta). Pertumbuhan fitoplankton

64
Cyanophyta di perairan dipengaruhi oleh masuknya kandungan nutrisi untuk

pertumbuhan fitoplankton seperti nitrat, fosfor, dan bahan organic.

4.4.3.2 Survival Rate

Kelulushidupan atau kelangsungan hidup (SR) merupakan perbandingan

antara jumlah ikan hidup pada akhir suatu pemeliharaan dan jumlah ikan hidup

pada saat awal tebar. Nilai SR dikatakan tinggi, jika jumlah ikan yang hidup

banyak saat dipanen dan yang mati sedikit.

Keberhasilan tinggi rendahnya nilai SR dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu kepadatan populai dan kualitas air. Menurut Muchlisin et al, (2003),

kelulushidupan, jumlah individu pada akhir penelitian dibagi jumlah individu

diawal penelitian lalu di prosentasekan sehingga diketahui hasilnya. Pernyataan

tersebut sesuai dengan yang disampaikan oleh Hermawan et al., (2014), bahwa

kelulushidupan merupakan jumlah organisme yang hidup pada akhir periode

dengan jumlah yang hidup di awal periode. Dimana SR sangatlah dipengaruhi

oleh banyak faktor salah satunya adalah asupan nutrisi yang baik yang sesuai

dengan kondisi tubuh yang dibutuhkan serta kualitas induk yang baik. Dari hasil

perhitungan fekunditas sebesar 74.219 butir (selisih berat indukan betina

sebelum pemijahan dan sesudah pemijahan yaitu 190 g dibagi dengan berat

rata-rata 5 sampel etlur yaitu sebesar 0,00256 g).

Berdasarkan perhitungn SR selama 38 hari diperoleh nilai SR sebesar

94,3%, nilai SR yang didapat tergolong tinggi karena tidak kurang dari 50%. Hal

tersebut dikarenakan pada kondisi pemeliharaan kualitas air sangat diperhatikan

seperti parameter fisika suhu, parameter kimia pH, DO, alkalinitas,nitrat serta

fosfat yang mendukung selama pemeliharaan benih. Hal ini turut didukung dan

sesuai dengan pendapat Sunarma (2004), kelangsungan hidup larva pada Ikan

Lele Sangkuriang (Clarias sp.) mencapai 90-95% begitu juga dengan lele dumbo.

65
5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil PKM tentang Monitoring Kualitas Air Pembenihan Ikan

Lele Dumbo (Clarias gariepinus) di Farm Fish Boster Centre, Kabupaten Sidoarjo

Jawa Timur dapat disimpulkan sebagai berikut :

 Kondisi kualitas air yang meliputi parameter fisika (suhu) serta parameter

kimia (pH, DO, alkalinitas, nitrat dan fosfat) di kolam pembenihan di Farm

Fish Boster Centre Kabupaten Sidoarjo masih tergolong cukup baik

dalam mendukung kegiatan pembenihan. Hasil yang diperoleh pada

kolam pembenihan yaitu, suhu dengan kisaran 27,5oC – 29,6oC, pH

dengan kisaran 8 – 8,5, oksigen terlarut (DO) dengan kisaran 3,78 ppm –

5,2 ppm, alkalinitas dengan kisaran 93,7 ppm – 109,2 ppm, nitrat dengan

kisaran 0,9 ppm – 1,5 ppm, dan fosfat dengan kisaran 0,05 ppm – 0,08

ppm. Sedangkan untuk plankton yang mendominasi yaitu filum

cyanophyta spesies Spirulina platensis

 Berdasarkan dari jumlah kelimpahan plankton dan keragaman plankton

yang ada di kolam pembenihan tersebut mengindikasikan bahwa perairan

tersebut masih tergolong bagus untuk dilakukan kegiatan pembenihan

ikan lele. Sehingga dengan kondisi kualitas air yang mendukung maka

pertumbuhan benih yang dibudidayakan akan berkembang dengan baik.

Saat pertumbuhan dapat berlangsung dengan baik akan ditunjang

dengannilai SR (kelulushidupan) benih yang tinggi yaitu sebesar 94,3%.

 Tahap pembenihan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) di Farm Fish

Boster Centre meliputi pemeliharaan induk, pemijahan, penetasan telur,

pemeliharaan larva dan benih.

66
5.2 Saran

Berdasarkan hasil PKM tentang Monitoring Kualitas Air Pembenihan Ikan

Lele Dumbo (Clarias gariepinus) di Farm Fish Boster Centre, Kabupaten Sidoarjo

Jawa Timur dapat disarankan sebagai berikut :

 Agar lebih memperhatikan faktor-faktor teknis lebih diperdalam guna

meningkatkan kemampuan dalam perbenihan. Faktor-faktor teknis ini

diantaranya : pemilihan induk yang produktif, pemanfaatan pakan yang

lebih efisien serta penanganan kualitas air dan pencegahan hama dan

penyakit yang ada.

 Sumber air yang digunakan untuk budidaya baik untuk persiapan atau

pembesaran telah terbebas dari bibit penyakit/virus yang masuk dari luar

melalui air. Sebaiknya menggunakan air sumur yang sudah di kondisikan

dlam kolam tertentu.

 Mengadakan kegiatan budidaya casut sehingga mengurangi biaya

operasional

67
DAFTAR PUSTAKA

Amril, A., Refilda dan B. Arifin. 2013. Analisis pH, BOD, COD, Logam (Pb, Cu,
Cd, Fe, dan Zn) pada Drainase Fakultas MIPA dan Fakultas Farmasi
UNAND. Jurnal Kimia Unand. 2 (1): 26-33.
Amril, A., Refilda dan B. Arifin. 2013. Analisis pH, BOD, COD, Logam (Pb, Cu,
Cd, Fe, dan Zn) pada Drainase Fakultas MIPA dan Fakultas Farmasi
UNAND. Jurnal Kimia Unand. 2 (1): 26-33.
Andriyanto, S., E. Tahapari dan I. Insan. 2012. Pendederan Ikan Patin Di Kolam
Outdoor Untuk Menghasilkan Benih Siap Tebar Di Waduk Malahayu,
Brebes, Jawa Tengah. Media Akuakultur.7(1) :20-25

Araoye, P.A. 2009. The Seasonal Variation of pH and Dissolved Oxygen (DO)
Concentration in Asa Lake Ilorin, Nigeria. International Journal of
Phsyical Science. 4 (5): 271-274.
Ariyati, R.W dan D. Chilmawati dan Sarjito. 2015. Ibm Kelompok Pembenihan
Lele Di Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali. INFO. Edisi XVII No 1:
45-61

Augusta, T. S. 2016. Dinamika Perubahan Kualitas Air Terhadap Pertumbuhan


Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) yang Dipelihara di Kolam Tanah.
Jurnal Ilmu Hewani Tropika. 5(1) : 41-44.
Aziz, R., K. Nirmala., R. Affandi dan T. Prihadi.2015. Growth Of Off-Flavours-
Caused Phytoplankton In Milkfish Culture Fertilized With Different N:P.
Jurnal Akuakultur Indonesi. 14(1) : 58-68.

Bintaro, A dan M. Abidin. 2013. PENGUKURAN TOTAL ALKALINITAS DI


PERAIRAN ESTUARI SUNGAI INDRAGIRI PROVINSI RIAU. BTL. 1
(11): 11-14

Dahlan., B. Handoyo., S. Mulyana., N. Sahnawi dan Syofan. 2016. Pembenihan


Ikan Lele Skala Massal Dengan “Clear Water System”Di BLUPPB
Karawang. Aquaculture for business and food security. 1(1): 14-22

Febriawan, G. 2015. Penentuan Status Trofik Waduk Selorejo Berdasarkan


Saprobic Index (SI) dan Trophic State Index (TSI) dari Carlson (1977)
Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur. Skripsi.
Universitas Brawijaya:Malang.
Hamdi, A. S. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam Pendidikan.
Deepublish. Yogyakarta. 171 hlm.
Haryadi, S., Suryadiputra dan B. Widigdo.1992. Limnologi Metode Kualitas Air.
Institut Pertanian Bogor. Bogor
Hasanah, H. 2016. TEKNIK-TEKNIK OBSERVASI. Jurnal at-Taqaddum. 8(1). 21-
46.
Hastuti, S dan Subandiyono. 2014. Performa Produksi Ikan Lele Dumbo (Clarias
gariepinus, Burch) Yang Dipelihara Dengan Teknologi Biofloc. Jurnal
Saintek Perikanan. 10(1) : 37-42.

68
Hermawan, T. E. S.A., A. Sudaryono dan S. B. Prayitno. 2014. PENGARUH
PADAT TEBAR BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
KELULUSHIDUPAN BENIH LELE (Clarias gariepinus) DALAM MEDIA
BIOFLOK. Jurnal of Aquaculture Management and Technology. 3(3) :
35-42.
Hermawati, W. S. A., R. Kusdarwati, S. Sigit dan A. S. Mubarak. 2009. Pengaruh
Konsentrasi Kadmium Terhadap Perubahan Warna dan Persentase
Jenis Kelamin Jantan Anakan Daphnia magna. Jurnal Ilmiah Perikanan
dan Kelautan. 1 (1): 43-50.
Hernawati dan G Suantika. 2007. Penggunaan Sistem Resirkulasi dalam
Pendederan Benih Ikan Gurami. DiSainTek 1: 1-14
Hernowo dan Suyanto, SR. 1999. Budidaya Ikan Lele. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Hidayat, D., R. Elvyra dan Fitmawati. 2015. Keanekaragaman Plankton Di
Danau Simbad Desa Pulau Birandang Kecamatan Kampar Timur
Kabupaten Kampar Provinsi Riau. JOM FMIPA. 2(1) : 115-129.

Hidayat, M. 2013. KEANEKARAGAMAN PLANKTON DI WADUK KEULILING


KECAMATAN KUTA COT GLIE KABUPATEN ACEH BESAR. Jurnal
Biotik. 1(2): 67-136

Indaryanto, F. R. 2015. Kedalaman Secchi Disk Dengan Kombinasi Warna


Hitamputih Yang Berbeda Di Waduk Ciwaka. Jurnal Perikanan dan
Kelautan. 5(2) : 11-14.
Iswanto. 2015. Analisis kesuburan perairan berdasarkan keanekaragaman
plankton, nitrat, Fosfat di sungai jali dan sungai lereng desa keburuhan,
Purworejo. Journal Akuatik 4(3) : 84-90.
Kaligis, E.Y. 2015. KUALITAS AIR DAN PERTUMBUHAN POPULASI ROTIFER
Brachionus Rotundiformis STRAIN TUMPAAN PADA PAKAN
BERBEDA. Jurnal LPPM Bidang Sains Dan Teknologi. 2(2) : 42-48
Karneta, R. 2014. Analisis Usaha Budidaya Ikan Lele (Clarias Sp) Pada Lahan
Rawa Di Sumatera Selatan. Prosiding seminar nasional: 309-318.

Khairuman dan K. Amri. 2002. Budidaya Lele Dumbo secara intensif. Agro Media
Pustaka. Jakarta.
Lestari, N. A. A., R. Diantari dan E. Efendi. 2015. Penurunan Fosfat Pada System
Resirkulasi Dengan Penambahan Filter Yang Berbeda. Jurnal rekayasa
dan teknologi budidaya perairan. 3(2): 367-374

Lintang, E., Firdaus dan I. Nurcahyani. 2017. SISTEM MONITORING KUALITAS


AIR PADA KOLAM IKAN BERBASIS WIRELESS SENSOR NETWORK
MENGGUNAKAN KOMUNIKASI ZIGBEE. Prosiding SNATIF. 145 –
152.
Lutfiyah., Karyadi dan S. Suratiningsih. 2012. BUSINESS FEASIBILITY
ANALYSIS SEEDING DUMBO FISH CATFISH (Clariasgariepinus)
NGEMPLAK LOR VILLAGE MARGOYOSODISTRICT PATI.
AGROMEDIA. 30(2) : 23-34.

69
Mahyuddin, K. 2010. Panduan Lengkap Agribisinis Patin. Penebar Swadaya:
Jakarta. Hlm 13.
Malik, A Dan Saiful. 2015. STUDI KELIMPAHAN DAN SEBARAN
PHYTOPLANKTON SECARA HORIZONTAL (KASUS SUNGAI KURI
LOMPO KABUPATEN MAROS). Jurnal Balik Diwa. 692) : 1-5
Muchlisin, Z. A., Damhoeri, R. Fauziah, Muhammadar dan M. Musman. 2003.
Pengaruh Beberapa Jenis Pakan Alami Terhadap Pertumbuhan dan
Kelulus Hidupan Larva Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Biologi. 3
(2): 105-113
Muchtar, Muswerry. 2012. Distribusi Zat Hara Fosfat, Nitrat dan Oksigen Terlarut
di Perairan Kepulauan Natuna. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan
Tropis.Vol. 4 No. 2: 304 – 317.
Muhammad, W. N dan S. Andriyanto. 2013. MANAJEMEN BUDIDAYA IKAN
LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DI KAMPUNG LELE, KABUPATEN
BOYOLALI, JAWA TENGAH. Media Akuakultur. 8(1). 63-71.
Nujiyanti. 2003. memelihara lele dumbo di kolam taman. Swadaya. Jakarta.
Pakaya, F., L. Aprillia., S. L. Ibrahim. dan M. Khoiron.2016. TEKNIK
PEMBENIHAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus) . Sekolah
Tinggi Perikanan : 1-7

Patty, Simon I. 2014. Karakteristik Fosfat, Nitrat dan Oksigen Terlarut di Perairan
Pulau Gangga dan Pulau Siladen Sumatera Utara. Jurnal Ilmiah Platax
Vol. 2 (2).
Pramono, M. D., E. S. Rahayu dan M. Ferichani. 2017. ANALISIS FAKTOR
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN
LELE DUMBO (Clarias gariepenus) DI KABUPATEN WONOGIRI. 343-
355

Pratama, F. A., N. Afiati dan A. Djunaedi. 2016. The Water Quality Condition of
Probiotic Cultivation Pond and Non-Probiotic Cultivation Pond and Their
Effect on Sangkuriang Catfish Growth (Clarias sp) at Cirebon, West
Java. Journal of Maquares Management of Aquatic Resources. 5(1) :
38-45

Puspita, I. L. 2013. Pengaruh Growth Asset Dan Intrinsic Value Terhadap Harga
Saham Pada Perusahaan Food And Beverage Di bursa efek indonesia.
Jurnal Riset Akuntansi dan Manajemen. 2(2). 105 – 112.
Rachmatun. S, Dra dan Suyanto. 2007. Budidaya Ikan Lele (Edisi Revisi).
Penebar Swadaya. Jakarta
Rahmat, P. S. 2009. PENELITIAN KUALITATIF. EQUILIBRIUM. 5(9). 1-8.
Rasidi., I. N. Radiarta Dan Erlania. 2014. Hubungan Komunitas Plankton Dengan
Kondisi Kualitas Air Perairan Di Reluk Gerupuk, Lombok, Tengah, Nusa
Tenggara Barat. Inovasi Teknologi Akuakultur. 521-527
Risamasu, F.J.L dan H.B. Prayitno. 2011. Kajian Zat Hara Fosfat, Nitrit, Nitrat
dan Silikat di Perairan Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan. Ilmu
Kelautan.

70
Rumanti, M., S. Rudiyanti dan M. N. Suparjo. 2014. HUBUNGAN ANTARA
KANDUNGAN NITRAT DAN FOSFAT DENGAN KELIMPAHAN
FITOPLANKTON DI SUNGAI BREMI KABUPATEN PEKALONGAN.
Journal of Maquares Management of Aquatic Resources.3(1) : 168-176

Sammana, I.A. 2006. Keberadaan Unsur Hara Dalam Media Air Laut Bersubstrat
Zeocrete Pada Tingkat Konsentrasi Berbeda. [Skripsi]. Manajemen
Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Santoso, B. 1997. Lele Dumbo dan Lele Lokal. Kanisius. Yogyakarta.
Sari, E. P., F. Y. Khodijah Dan N. William. 2013. Keanekaragaman Plankton Di
Kawasan Perairan Teluk Bakau : 36-44
Satyani, D dan B. Priono. 2012. PENGGUNAAN BERBAGAI WADAH UNTUK
PEMBUDIDAYAAN IKAN HIAS AIR TAWAR. Media Akuakultur. 7(1) :
14-19.
Standar Nasional Indonesia (SNI). 2005. Air dan Limbah – Bagian 23: Cara Uji
Suhu dengan Termometer.
Standar Nasional Indonesia (SNI). 2005. Air dan Limbah – Bagian 31: Cara Uji
kadar fosfat dengan spektrofotometer.
Sunarma, A. 2004. Peningkatan Produktivitas Usaha Lele Sangkuriang (Clarias
sp.). Sangkuriang-LUPT04. 1:2
Sutisna, D. H. dan R. Sutarmanto. 1995. Pembenihan Ikan Air Tawar. Kanisius.
Yogyakarta. Hal 54.
Tarkus, A., S. Hasibuan dan N. A. Pamukas. 2010. Type and Abundance of
Phytoplanktons and Absorptions of Ammonia on African Catfish (Clarias
gariepenus)Cultivation, Differences of Stoking Density With Bioflok.
Fisheries and Marine Science Faculty Riau University: 1-11

Tatangindatu, F., O. Kalesaran., dan R. Rompas. 2013. Studi Parameter Fisika


Kimia Air pada Areal Budidaya Ikan di Danau Tondano, Desa Paleloan,
Kabupaten Minahasa. Jurnal Budidaya Perairan, 1(2): 8-19.
Triyatmo, B. 2003. Zeolit Mempertahankan Kualitas Air Dan Meningkatkan
Pertumbuhan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus ). Jurnal perikanan
UGM. 5(1): 1-7

Wandansari, N. D. 2013. PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PPH PASAL 21


PADA PT. ARTHA PRIMA FINANCE KOTAMOBAGU. Jurnal EMBA. 1
(3) : 558-566.
Yuliana., E. M. Adiwilaga., E. Harris Dan N. T.Pratiwi. 2012. Hubungan Antara
Kelimpahan Fitoplankton Dengan Parameter Fisik-Kimiawi Perairan Di
Teluk Jakarta. Jurnal Akuatika. 3(2): 169-179

71
LAMPIRAN

Lampiran 1. Alat dan bahan yang digunakan

a. Alat – alat yang digunakan dalam PKM ini antara lain :

No Parameter Kualitas Alat Fungsi


air
1. Parameter Suhu Termometer Hg Berfungsi untuk
Fisika mengukur suhu di
kolam.

Kecerahan Secchi disk Untuk mengukur


kecerahan kolam
Penggaris Utnuk mengukur
panjang d1 dan d2
Tali tampar Sebagai alat bantu
memegang secchi disk
2. Parameter pH Kotak Standar sebagai indikator
Kimia pH pembanding nilai pH
yang diperoleh
Stopwatch untuk menghitung
waktu
Nitrat Hot plate untuk memanaskan air
sampel
Gelas ukur 25 untuk tempat air
mL sampel
Cawan porselen untuk wadah
menguapkan sampel
zat hingga diperoleh
kristal
Pipet tetes untuk wadah
menguapkan sampel
zat hingga diperoleh
kristal
Pipet volume 10 untuk mengambil
mL larutan NH4OH dengan
bantuan bola hisap
Bola hisap untuk membantu
dalam pengambilan
larutan
Cuvet sebagai tempat untuk
menyimpan larutan
Rak cuvet sebagai tempat untuk
meletakkan cuvet
Washing bottle sebagai wadah

72
No Parameter Kualitas Alat Fungsi
air
aquades
Spatula untuk
menghomogenkan
larutan dengan sampel
Spektrofotometer untuk mengatur kadar
nitrat berdasarkan
panjang gelombang
Fosfat Beaker glass sebagai wadah larutan
250ml sementara
Pipet tetes untuk mengambil
larutan dalam skala
kecil
Gelas ukur 50 ml untuk mengukur air
sampel
Erlenmeyer 50 ml wadah untuk
homogenkan air
sampel dengan larutan
Cuvet sebagai tempat larutan
terakhir
Spektrofotometer untuk mengetahui nilai
phospat berdasarkan
panjang gelombang
Rak cuvet tempat meletakkan
cuvet
3. Parameter Plankton Botol film sebagai wadah air
Biologi sampel plankton
Plankton net untuk mengambil atau
menyaring sampel
plankton
Ember 5 L untuk mengambil air
sampel ke plankton net
Pipet tetes untuk mengambil
larutan dalam skala
kecil
Mikroskop untuk mengamati objek
binokuler yang berukuran
mikroskopis

Objek glass sebagai tempat objek


saat pengamatan di
bawah mikroskop
Cover glass sebagai penutup objek
glass

73
No Parameter Kualitas Alat Fungsi
air
Buku Prescott, sebagai acuan atau
Davis, Shirrota pedoman dalam
mengidentifikasi dan
mengklasifikasi
plankton yang diamati

b. Bahan yang digunakan dalam PKM ini adalah :

No Parameter Kualitas Bahan Fungsi


air
1. Parameter Suhu Air kolam sebagai sampel yang
fisika diukur suhunya
Kecerahan Air kolam sebagai sampel yang
diukur kecerahannya
2. Parameetr pH Air kolam sebagai sampel yang
kimia diukur pH
pH papper untuk mengukur pH air
kolam
kertas label untuk menandai botol air
mineral
Nitrat Air kolam sebagai sampel yang
diukur nitratnya
Asam fenol untuk melarutkan kerak
disulfonik nitrat dicawan porselen
NH4OH untuk melarutkan kerak
lemak dan suplay H+
Aquades sebagai pelarut
Kertas label untuk memberi tanda
pada cuvet agar tidak
tertukar
Kertas saring untuk menyaring sampel
(nitrat)
Fosfat Air kolam sebagai sampel yang
diukur fosfatnya
SnCl2 sebagai indikator warna
biru
Amonium mengikat phospat dan
molybdate membentuk amonium
fosfomolybdate
Kertas label untuk memberi tanda
pada cuvet agar tidak
tertukar
3. Parameter Plankton Air kolam sebagai sampel yang
Biologi akan diamati
planktonnya
Lugol sebagai bahan
preservasi atau
pengawet plankton

74
Lampiran 2. Denah Lokasi Farm Fish Boster Centre Sidoarjo

75
Lampiran 3. Peta Lokasi Farm Fish Boster Centre Sidoarjo

76
Lampiran 4. Data Hasil Pengamatan Kualitas Air

Table 13. Nilai Pengukuran Kualitas Air Kolam Pembenihan Ikan Lele Dumbo
(Clarias garepinus) di Farm Fish Boster Centre Sidoarjo

Minggu
Parameter waktu
1 2 3 4 5
Pagi 28,4 27,8 27,5 28,3 28,1
Suhu (oC)
Sore 29,3 28,3 28,3 29,6 28,2
Pagi 8 8,5 8,5 8 8,2
Ph
Sore 8,3 8,3 8 8,2 8,3
Pagi 4,67 5,2 4,4 4,25 4,19
DO (mg/L)
Sore 4,94 4,15 4,27 4,09 3,78
Alkalinitas Pagi 106,9 102,1 100,1 99,7 102,1
(mg/L) Sore 105,7 96,1 109,2 93,7 104,5
Pagi 0,9 1 1,4 1,3 1,5
Nitrat (mg/L)
Sore 1,1 0,9 1,5 1,3 1,4
Pagi 0,06 0,05 0,06 0,08 0,07
Fosfat (mg/L)
Sore 0,05 0,06 0,05 0,07 0,08

77
Table 14. Hasil Pengamatan Fitoplankton Kolam Pembenihan Ikan Lele Dumbo (Clarias garepinus) di Farm Fish Boster Centre
Sidoarjo (sel/ml)

Minggu ke- Rata-


Filum Spesies Jumlah KR H’ E D
2 4 rata
Eutetramorus
569 778 1347 673
globasus
Scenedesmus
Chlorophyta 15 90 105 52 31 % 0,70 0,03
abundans
Micractinium
30 52 82 41
pusillum fres
Nodularia 1,362
703 464 1167 584
hawaiiensis
Cyanobacteria 25 % 0,70 0,07
Synechocystis
90 165 254 127
aquatilis
Cyanophyta Spirulina 42 % 0,00 0,20
1257 1137 2395 1197
platensis
Ochrophyta synura uvella 15 30 45 22 2% 0,00 0,00
Jumlah 2679 2716 5395 2698 100 %

Table 15. Hasil Pengamatan Zooplankton Kolam Pembenihan Ikan Lele Dumbo (Clarias garepinus) di Farm Fish Boster Centre
Sidoarjo (ind/L)

Minggu ke- Rata-


Filum Spesies Jumlah rata KR H’ E D
2 4
Rotifera Monostyla lunaris 1 1 2 1 100 % 0,341 0,00 0,00

78
Lampiran.5. Parameter Biologi Ikan

Perhitungan fekunditas induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus)

Tahap Pemijahan

a. Bobot awal induk betina ikan lele dumbo (Clarias sp) = 2,61 kg

b. Bobot sesudah pemijahan iikan lele dumbo (Clarias sp) = 2,42 kg

c. Gonad yang dihasilkan atau berat telur dapat menggunakan rumus

sebagai berikut:

= Bobot awal induk betina (kg) – Bobot induk betina sesudah memijah (kg)
=2,6 kg – 2,4 kg
=0,2 kg
=200 gram
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑘 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑚𝑒𝑚𝑖𝑗𝑎ℎ − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑘 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑒𝑚𝑖𝑗𝑎ℎ
Fekunditas =
𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟
2610−2420
=
0,00256

=74.219 butir telur

Tingkat kelulushidupan (SR)


Diketahui :
Nt : 82 ekor
No: 87 ekor
Perhitungan :
𝑁𝑡
SR = x 100 %
𝑁𝑜
82
= x 100 %
87
= 94,3 %

79
Lampiran 6. Dokumentasi Praktek Kerja Magang (PKM)

NO DOKUMENTASI KETERANGAN
Kolam untuk kegiatan pembesaran

Persiapan kolam indukan dengan


membersihkan bagian kolam terlebih
dahulu

Pengisian air kolam indukan

Proses penangkapan induk jantan


dan betina

Proses seleksi induk yang sudah


matang gonad

80
NO DOKUMENTASI KETERANGAN
Proses penimbangan pakan

Pemberian pakan

Persiapan kolam pemijahan dengan


membersihkan bagian dalam kolam

Proses pembersihan kakaban dari


bakteri dan jamur

81
NO DOKUMENTASI KETERANGAN
Proses pengeringan kakaban

10

Proses pemasangan kakaban dan


pemberian aerasi di kolam pemijahan

11

Proses pemijahan induk

12

Penetasan telur ikan

13

Pengangkatan kakaban

14

82
NO DOKUMENTASI KETERANGAN
Pemberian pakan kuning telur

15

Pemberian pakan cacing sutra

16

Proses penyiponan kotoran dan sisa


feses

17

Pemberian pakan pellet PF1000

18

83
NO DOKUMENTASI KETERANGAN
Sortir benih untuk memisahkan
ukuran benih

19

Persiapan packing benih

20

84
Lampiran 7. Pengukuran kualitas air

NO DOKUMENTASI KETERANGAN
1 Pengukuran suhu

2 Pengukuran pH

3 Pengukuran oksigen terlarut (DO)

4 Pengukuran nitrat

85
5 Pengambilan sampel plankton

86
Lampiran 8. Hasil pengamatan parameter biologi (identifikasi plankton)

No Foto Pengamatan Klasifikasi Gambar Literatur

1 Kingdom : plantae
Phylum : chlorophyta
Class : chlorophyceae
Ordo : sphaeropleales
Family : radiococcaceae
Genus : eutetramorus
Spesies : eutetramorus
globasus (Google image,
2018)

2 Kingdom : plantae
Phylum : chlorophyta
Class : trebouxiophyceae
Ordo : chlorellales
Family : chlorellaceae
Genus : micractinium
Spesies : micractinium
pusillum fres
(Google image,
2018)
3 Kingdom : plantae
Phylum : chlorophyta
Class : chlorophyceae
Ordo : sphaeropleales
Family : scenedesmaceae
Genus : scenedesmus (Google image,
Spesies : scenedesmus 2018)
abundans
4 Kingdom : eubacteria
Phylum : cyanobacteria
Class : cyanophyceae
Ordo : nostocales
Family
:aphanizomenonaceae
Genus : nodularia
Spesies : nodularia (Google image,
hawaiiensis 2018)

5 Kingdom : eubacteria
Phylum : cyanobacteria
Class : cyanophyceae
Ordo : synechococales
Family :
merismopediaceae
Genus : synechocystis
Spesies : synechocystis (Google image,
aquatilis 2018)

87
No Foto Pengamatan Klasifikasi Gambar Literatur

6 Kingdom : plantae
Phylum : cyanophyta
Class : cyanophyceae
Ordo : oscillatoriales
Family : oscillatoriacea
Genus : spirulina
Spesies : spirulina platensis (Google image,
2018)
7 Kingdom : chromista
Phylum : ochrophyta
Class : synurophyceae
Ordo : synurales
Family : synuraceae
Genus : synura
Spesies : synura uvella (Google image,
2018)
8. Kingdom : Animalia
Filum : rotifer
Class : monogonanta
Ordo : ploimida
Family : lecanidae
Genus : monostyla
Spesies :monostyla lunaris
(Google image,
2018)

88
Lampiran 9. Sertifikat Peserta PKM

89

Anda mungkin juga menyukai

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy