Praktek Kerja Magang Budidaya Ikan Lele
Praktek Kerja Magang Budidaya Ikan Lele
Praktek Kerja Magang Budidaya Ikan Lele
Oleh :
SUWATIK NADILLAH
NIM. 155080100111007
Oleh :
SUWATIK NADILLAH
NIM. 155080100111007
ii
PRAKTEK KERJA MAGANG
Oleh :
SUWATIK NADILLAH
NIM. 155080100111007
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Jurusan Dosen Pembimbing
iii
HALAMAN PERNYATAAN TELAH MELAKUKAN PKM
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
2. Orang tua dan keluarga saya yang selalu memberikan semangat dan
mendo’akan saya.
4. Bapak Eka, Bapak Dedy, Mas Fauzan, Mas Novan dan Mas Irul selaku
Magang ini.
5. Tim PKM Sidoarjo OCE (karomah, biandi, dzacky, dan kahfi) yang selalu
v
RINGKASAN
. Ikan lele dumbo atau C. gariepinus termasuk salah satu jenis ikan
budidaya air tawar yang cukup banyak diminati masyarakat (Santoso, 1994).
Budidaya lele berkembang pesat karena permintaan pasar yang tinggi,
pemeliharaan padat tebar tinggi dengan sumber air terbatas, teknologi
budidaya yang relatif mudah dipahami oleh masyarakat, pemasarannya relatif
mudah serta modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah (Kuswiyanto, 2008).
Dalam rangka meningkatkan produksi Ikan Lele penyediaan benih yang cukup
merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan kegiatan budidaya.
Kegiatan pembenihan berhubungan dengan kegiatan monitoring kualitas air.
Menurut Lintang et al., (2017), kualitas air merupakan parameter utama dalam
keberhasilan budidaya ikan. Karakteristik fisik dan kimia air sangat mendasar dan
sangat berpengaruh pada ikan. Monitoring kualitas air sangat penting bagi tahap
pemebenihan ikan lele Dumbo (Clarias Gariepinus) karena dapat mempengaruhi
proses pemijahan pada induk ikan yang matang gonad sehingga mampu
menghasilkan telur dan larva yang berkualitas tinggi.
Tujuan dari Praktek Kerja Magang (PKM) ini adalah untuk mendapatkan
pengetahuan serta pengalaman kerja lapang, memantau kualitas air secara rutin
dalam kegiatan Pembenihan Ikan Lele Dumbo (clarias gariepinus) di Farm Fish
Boster Centre, Kota Sidoarjo, Jawa Timur.
Metode yang digunakan dalam Praktek Kerja Magang ini adalah metode
survey dengan teknik pengambilan data, meliputi data primer dan data
sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara observasi lapangan,
serta partisipasi aktif. Sedangkan pengumpulan data sekunder diperoleh dari
studi pustaka. Pengukuran kualitas air dilakukan pada kolam pembenihan ikan
lele Dumbo (Clarias sp). Parameter kualitas air yang diukur meliputi: Parameter
Fisika (suhu), Parameter Kimia (pH, DO (Dissolved Oxygen), Alkalinitas, Nitrat,
dan fosfat) dan Parameter Biologi (Plankton dan SR).
Nilai rata – rata kualitas air di kolam pembenihan milik Farm Fish Boster
Centre adalah sebagai berikut : Parameter Fisika : Suhu ( Pagi : 27,5-28,4oC,
Sore : 28,2-29,6 oC), Parameter Kimia : pH (Pagi : 8-8,5 , Sore : 8-8,3), DO (Pagi
: 4,19-5,2 mg/l, Sore : 3,78-4,94 mg/l), Nitrat : 0,9-1,5 mg/l, Sore : 0,9-1,5 mg/l,
Fosfat : 0.05-0,08 mg/l, Sore : 0.05-0,08 mg/l, Alkalinitas : 99,7-106,9 mg/l Sore :
93,7-109,2 mg/l, Dan dominasi fitoplankton adalah Filum Cyanophyta.
Berdasarkan hasil praktik kerja magang yang dilakukan bahwa pembenihan
ikan lele Dumbo (Clarias sp) di Farm Fish Boster Centre sudah cukup baik
karena sudah memperhatikan aspek SOP (Standart Operasional Perusahaan)
yang telah diteliti sebelumnya. Tahap pengelolaan kualitas air pada kolam
pemeliharaan dengan memberlakukan sistem boster secara teratur. Dan jika
dilihat dari nilai SR, maka dapat disimpulkan bahwa pembenihan ikan lele di
Farm Fish Boster Centre Kota Sidoarjo Jawa Timur sudah tergolong berhasil dan
sukses.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah, karunia serta
ridlo-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal Praktik Kerja Magang (PKM)
dengan judul: “Monitoring Kualitas Air Pembenihan Ikan Lele Dumbo
(Clarias Sp) Pada Kolam Pembenihan di Farm Fish Boster Center
Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur”. Saya mengucapkan terima kasih yang
sebesar- besarnya ibu Ir. Kusriani, MP. selaku dosen pembimbing dan semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini.
Suwatik Nadillah
vii
DAFTAR ISI
viii
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 32
4.1 Biologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus )........................................... 32
4.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus ) ... 32
4.1.2 Siklus Hidup ................................................................................. 34
4.1.3 Habitat .......................................................................................... 35
4.2 Pemeliharaan Induk ....................................................................................... 35
4.2.1 Persiapan Kolam .......................................................................... 35
4.2.2 Pemberian Pakan ......................................................................... 37
4.3 Teknis Pembenihan ....................................................................................... 39
4.3.1 Persiapan Kolam Pemijahan Induk ............................................... 40
4.3.2 Persiapan Kakaban ...................................................................... 41
4.3.3 Persiapan Induk............................................................................ 43
4.3.4 Penebaran Induk dan Pemijahan .................................................. 44
4.3.5 Penetasan Telur ........................................................................... 46
4.3.6 Pemberian Pakan ......................................................................... 47
4.3.7 Pemeliharaan Benih ..................................................................... 49
4.3.8 Penanganan Penyakit................................................................... 49
4.3.9 Pemanenan Benih ........................................................................ 49
4.4 Monitoring Kualitas Air................................................................................... 50
4.4.1 Parameter Fisika .......................................................................... 51
4.4.2 Parameter Kimia ........................................................................... 52
4.4.3 Parameter Biologi ......................................................................... 57
5. PENUTUP ..................................................................................................... 66
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 66
5.2 Saran ..................................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 68
LAMPIRAN........................................................................................................ 72
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kondisi Umum Farm Fish Boster Centre , Kabupaten Sidoarjo ........ 16
Gambar 2. Letak Geografis Kabupaten Kota Sidoarjo ....................................... 16
Gambar 3. Struktur Organisasi Farm Fish Boster Centre ................................... 20
Gambar 4. Sumber air yang di gunakan di Farm Fish Boster Centre ................. 23
Gambar 5. Sistem pergantian air di kolam(Data Primer,2018) ........................... 24
Gambar 6. Ruang kantor (Data Primer,2018) .................................................... 26
Gambar 7. Kolam budidaya (Data Primer,2018) ................................................ 26
Gambar 8. Ruang Pengolahan (Data Primer,2018) ........................................... 27
Gambar 9. Dapur (Data Primer,2018) ................................................................ 27
Gambar 10. Mess Karyawan (Data Primer,2018)............................................... 28
Gambar 11. Ruang Hatchery (Data Primer,2018) .............................................. 28
Gambar 12. Kamar Mandi (Data Primer,2018) ................................................... 29
Gambar 13. Musholla (Data Primer,2018) ......................................................... 29
Gambar 14. Ruang obat dan multivitamin (Data Primer,2018) ........................... 30
Gambar 15. Gazebo (Data Primer,2018) ........................................................... 30
Gambar 16. Gudang pakan (Data Primer,2018) ................................................ 31
Gambar 17. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) ............................................ 32
Gambar 18. Persiapan Kolam Induk (Data Primer,2018) ................................... 36
Gambar 19. Pakan Indukan (Data Primer,2018) ................................................ 37
Gambar 20. Penimbangan Pakan (Data Primer,2018) ....................................... 38
Gambar 21. Persiapan kolam pemijahan dan ruang pembenihan ...................... 41
Gambar 22. Pembersihan dan Pengeringan Kakaban ....................................... 42
Gambar 23. Pemasangan Kakaban (Data Primer,2018) .................................... 42
Gambar 24. Ciri indukan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) ........................... 44
Gambar 25. Proses Pemijahan Induk (Data Primer,2018) ................................. 46
Gambar 26. Penetasan telur (Data Primer,2018) ............................................... 47
Gambar 27. Pakan Pellet PF1000 (Data Primer,2018) ...................................... 48
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
1. PENDAHULUAN
Budidaya ikan lele merupakan salah satu jenis usaha budidaya perikanan
relatif mudah dan modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah serta dapat
Kelautan dan Perikanan, 2007). Budidaya ikan lele dapat dilakukan dengan
pertanian. Menurut Kordi (2005), ikan lele juga dapat dipelihara diberbagai
wadah dan lingkungan perairan mengalir, bak, kolam terpal, kolam tanah, di
apung.
air. Menurut Lintang et al., (2017), kualitas air merupakan parameter utama
dalam keberhasilan budidaya ikan. Karakteristik fisik dan kimia air sangat
mendasar dan sangat berpengaruh pada ikan. Air merupakan salah satu faktor
bertahan hidup sehingga pengelolaan air dalam monitoring kualitas air ini perlu
proses pemijahan pada induk ikan yang matang gonad sehingga mampu
kualitas air yang baik dapat mempengaruhi induk ikan yang akan melaukan
teknik pemijahan dengan baik agar menghasilkan telur dan larva yang baik pula.
Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu ikan ekonomis
penting air tawar yang telah banyak dibudidayakan baik secara tradisional
maupun secara intensif (Muhammad dan Andriyanto, 2013). Ikan lele termasuk
ikan yang tahan terhadap kualitas air yang minim atau kualitas air yang kurang
baik bahkan ikan lele dapat hidup pada kondisi oksigen yang sangat rendah, hal
ini disebabkan karena ikan lele mempunyai alat bantu pernafasan berupa
dalam batas yang luas serta dagingnya berkualitas baik. Oleh karena itu ikan lele
dumbo tergolong spesies ikan yang potensial untuk dibudidayakan (Hastuti dan
Subandiyono, 2014).
Kolam dengan sistem boster dilakukan dengan cara membuka central drain
dalam waktu tertentu. Sehingga kotoran bisa terbuang dan airnya terlihat bersih
kotoran ikan Lele, jadi tidak diwajibkan untuk mengganti air dalam volume besar.
kotoran dengan rutin (Boster, 2015). Bak atau wadah yang terbuat dari fiber
sangat bagus untuk budidaya selain kuat, awet, juga suhu air dalam bak pada
magang yang akan dilakukan di Farm Fish Boster Centre, Kota Sidoarjo, Jawa
2
Timur untuk mengetahui dan menambah informasi mengenai kualitas air pada
pembenihan ikan lele dumbo (clarias gariepinus), selain itu dapat mengetahui
untuk wilayah yang padat penduduk sehingga dapat dijadikan referensi sistem
1.2 Tujuan
Tujuan dari Praktek Kerja Magang (PKM) ini adalah untuk mendapatkan
pengetahuan serta pengalaman kerja lapang, memantau kualitas air secara rutin
dalam kegiatan Pembenihan Ikan Lele Dumbo (clarias gariepinus) di Farm Fish
1.3 Kegunaan
Monitoring Kualitas Air pada Pembenihan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
di Farm Fish Boster Centre Sidoarjo, Jawa Timur adalah sebagai berikut :
Mahasiswa :
pada kolam pembenihan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Mahasiswa dapat
gariepinus).
Masyarakat
lele Dumbo (Clarias gariepinus) serta pengontrolan kualitas air selain itu dapat
3
memberikan wawasan baru terhadap masyarakat tentang metode boster dengan
Pemerintah
Hasil dari laporan ini dapat digunakan sebagai pertimbangan atau acuan
untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai ikan lele Dumbo (Clarias
Praktek kerja magang ini akan dilaksanakan di Farm Fish Boster Centre
di Jalan. Pergudangan Sinar gedangan Blok G-37 Sidoarjo, Jawa Timur pada
4
2. METODE PRAKTIK KERJA MAGANG
Materi pada Praktek Kerja Magang ini adalah Monitoring Kualitas Air
Pembenihan Ikan Lele Dumbo (Clarias Sp) Pada Kolam Fiber di Farm Fish
Boster Centre Kota Sidoarjo, Jawa Timur. Parameter kualitas air pendukung
yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu parameter fisika (Suhu, dan kecerahan
), parameter kimia (Nitrat, Fosfat, alkalinitas, DO dan pH) dan parameter biologi
Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan Praktik Kerja Magang
(PKM) ini terdiri dari alat dan bahan yang digunakan dalam pengukuran
laboratorium. Adapun alat dan bahan Praktik Kerja Magang mengenai Monitoring
Kualitas Air Pembenihan Ikan Lele Dumbo (Clarias Sp) Pada Kolam Pembenihan
di Farm Fish Boster Centre Kota Sidoarjo, Jawa Timur dapat dilihat pada
Lampiran 1.
Metode yang digunakan dalam kegiatan Praktik Kerja Magang (PKM) ini
keadaan suatu subjek atau objek dalam penelitian berdasarkan fakta-fakta yang
fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau lampau. Metode ini
5
atau terjadi pengubahan pada variabel tertentu, karena pada metode ini
Terdapat dua teknik pengambilan data yaitu pengambilan data primer dan data
sedangkan data sekunder meliputi studi pustaka dari laporan terdahulu, jurnal,
dan buku.
aktif. Menurut Wandansari ( 2013), data primer merupakan data yang diperoleh
secara langsung dari sumber pertama yaitu individu atau perseorangan yang
dan eksperimen.
Data yang akan diambil langsung pada Praktek Kerja Magang diperoleh
wawancara, dokumentasi serta partisipasi aktif yang dilakukan pada Farm Fish
Boster Centre.
a. Observasi
manipulasi apapun.
6
Observasi yang dilakukan pada praktik kerja magang ini meliputi
pengamatan bagaimana cara pembenihan yang baik dan pengukuran kualitas air
yang meliputi parameter fisika yaitu suhu, dan kecerahan, parameter kimia yaitu
pH, amoniak, dan nitrit, serta parameter biologi yaitu perhitungan survival rate
b. Wawancara
cara tanya jawab dngan bertatap muka antara pewawancaa dengan informan
pihak Farm Fish Boster Centre kota Sidoarjo, Jawa Timur yang berkaitan dengan
kegiatan budidaya ikan Lele (Clarias sp) meliputi: struktur organisasi Farm Fish
Boster Centre kota Sidoarjo dan hal yang berkaitan dengan tema praktek kerja
magang ini.
c. Partisipasi Aktif
Partisipasi aktif pada Praktik Kerja Magang (PKM) di kolam Fiber untuk
pembenihan ikan lele yaitu ikut serta secara langsung dalam kegiatan yang
7
dilakukan di Farm Fish Boster Centre kota Sidoarjo, Jawa Timur. Adapun
Turut serta dalam semua kegiatan yang dilakukan di Farm Fish Boster
juga data sekunder. Menurut Puspita (2013), data sekunder adalah data yang
diperoleh dari sumber-sumber lain, seperti buku dan bacaan lain, yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti. Pada kegiatan Praktek Kerja Magang
ini setelah dilakukan pengumpulan data primer, data yang didapatkan akan
dianalisis atau dikaji lebih lanjut dengan memanfaatkan acuan literatur yang ada,
seperti buku, jurnal, situs internet serta kepustakaan lainnya serta data yang
didapatkan dari Farm Fish Boster Centre kota Sidoarjo, Jawa Timur.
fisika, kimia, dan biologi yang sesuai untuk pertumbuhan ikan lele. Parameter
kualitas air yang diukur meliputi parameter fisika yaitu suhu dan kecerahan,
parameter kimia yaitu pH, nitrit, dan amoniak, sedangkan parameter biologi
a. Suhu
8
(C). Sebelum dilakukan pengukuran, thermometer di kalibrasi terlebih dahulu
agar data yang diperoleh akurat. Adapun langkah dalam pengukuran suhu
a. pH
Warna yang timbul pada kertas lakmus dicocokkan dengan skala pH yang
terbaca jadi
meter
9
Memasukkan elektroda ke dalam air sampel kemudian mencatat nilai pH
berikut:
Memasukkan ujung hitam pada DO meter ke dalam air yang akan diuji
DO meter.
c. Alkalinitas
Sampel yang telah disaring ditambahkan dengan Methyl Orange (MO) 0,1
orange.
Volume titran yang terpakai (ml) dicatat untuk perhitungan volume total
alkalinitas
VxNx50x1000
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑙𝑘𝑎𝑙𝑖𝑛𝑖𝑡𝑎𝑠 (𝑚𝑔/𝐿) =
V Sampel
Dimana :
10
d. Nitrat
dinginkan
sebanyak 5 ml
warna kuning
410).
e. Fosfat
erlenmeyer
spektrofotometer
11
2.5.3 Parameter Biologi
a. SR
menghitung jumlah ikan yang mati setiap hari, sehingga dapat diketahui ikan
yang hidup, nilai kelulushidupan dapat dihitung dengan rumus (Effendie, 1997)
Nt
𝑆𝑅 = 𝑥 100 %
No
Keterangan :
SR : kelulushidupan (%)
b. Identifikasi Plankton
secara searah
Mengambil sampel dari botol film dengan pipet tetes sebanyak 1 tetes;
12
Menulis ciri-ciri plankton serta jumlah plankton (n) yang di dapat dari
𝑇𝑥𝑉
N = 𝐿𝑥𝑣𝑥𝑃𝑥𝑊 𝑥 𝑛
Keterangan :
𝐻 ′ = ∑ 𝑝𝑖 ln 𝑝𝑖
Dimana :
H’ : Indeks keanekaragaman
Pi : ni/N
13
Kisaran nilai indeks keanekaragaman :
H′ H′
𝐸 = = =
H max ln 𝑠
Dimana :
E : Indeks keseragaman
ni ^
𝐷 =( ) 2
N
Dimana :
D : Indeks dominasi
ni : Jumlah individu ke-i
N : Jumlah total individu
Nilai indeks dominasi berkisar antara 0-1. Apabila nilai indeks dominasi
<0,5 maka tidak ada jenis yang mendominasi, apabila indeks dominasi >0,5
berarti ada jenis tertentu yang mendominasi.
14
3. KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK KERJA MAGANG
banyak pabrik lain yang berdiri dan melakukan kegiatan produksi. Farm Fish
antara 1120 5’ dan 1120 9’ Bujur Timur dan antara 70 3’ dan 70 5’ Lintang Selatan.
Secara teknis lokasi Farm Fish Boster Centre ini berada didataran
sudah bisa menemukan sumber air tawar. Lokasi Farm Fish Boster Centre dekat
dengan 2 pusat kota yaitu kota Sidoarjo dan kota Surabaya, sehingga
hasil panen yang sudah didiversivikasi menjadi olahan. Akses menuju lokasi ini
mudah ditempuh karena dekat dengan pusat transportasi yang ada di Ibu Kota
Jawa Timur, yaitu kurang lebih 6 km dari Bandara Juanda dan kurang lebih 10
km dari terminal bus Bungurasih. Jarak lokasi dengan jalan raya adalah sekitar 1
km. Luas area tanah Farm Fish Boster Centre adalah seluas 1800m2 dengan
15
Gambar 1. Kondisi Umum Farm Fish Boster Centre , Kabupaten Sidoarjo
(Data Primer,2018)
Letak koordinat Kota Sidoarjo sendiri yaitu berada pada posisi 7,3 – 7,5
Lintang Utara (LU) dan 112,5 – 112,9 Bujur Timur (BT). Adapun batas – batas
16
Farm Fish Boster Centre Kota Sidoarjo Centre berada di kawasan
antara Kecamatan Gedangan dan Sedati. Akses menuju kelokasi ini mudah
ditempuh, karena dekat dengan pusat transportasi yang ada di ibukota Provinsi
Jawa Timur, yaitu ± 6 km dari Bandara Juanda dan ± 10 km dari Terminal Bus
dijangkau.
Secara teknis lokasi Farm Fish Boster Centre ini berada di daerah
dataran rendah, sehingga mudah untuk memperoleh sumber air. Karena pada
kedalaman 7 m saja sudah bisa ditemukan sumber air tawar. Selain itu lokasi
dekat dengan 2 pusat kota yaitu kota Sidoarjo dan kota Surabaya, sehingga
mempermudah dalam hal pemasaran hasil panen lele segar maupun hasil panen
Boster Centre didirikan oleh Bapak Eka Jaya Tjioe yang merupakan pimpinan
dari PT. Indosco Dwi Jaya Sakti. Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan
Perikanan (P2MKP) Farm Fish Boster Centre memulai kegiatan budidaya pada
bulan Februari 2013. Unit ini merupakan tempat dilakukannya riset sistem
produk multivitamin dan obat-obatan yang di produksi oleh PT. Indosco Dwi Jaya
Sakti yang diberi nama Boster. Sebelum didirikan Pusat Pelatihan Mandiri
Kelautan dan Perikanan (P2MKP) Farm Fish Boster Centre, PT. Indosco Dwi
17
riset budidaya dan produk multivitamin serta obat-obatan. Kelompok
aplikasi produk multivitamin serta obat-obatan yang telah diproduksi maka PT.
Indosco Dwi Jaya Sakti mendirikan tempat riset yang berada tidak terlalu jauh
sekitar kurang lebih 3 km dengan tempat produksi produk dengan merk Boster.
Tempat riset inilah yang kemudia diberi nama Farm Fish Boster Centre. Tujuan
dari pendirian usaha ini adalah sebagai farm riset dan pengembangan budidaya
ikan lele, serta meningkatkan nilai jual ikan lele dengan cara diversivikasi produk.
Farm Fish Boster Centre ini kemudian ditetapkan menjadi Pusat Pelatihan
Fish Boster Centre dilakukan budidaya ikan lele menggunakan sistem “buang
diproduksi oleh PT. Indosco Dwi Jaya Sakti, sehingga dinamakan Sistem Boster.
Persyaratan budidaya sistem boster adalah : 1) luas kolam paling besar 4x4
meter persegi, 2) jenis kolam harus semen atau beton atau fiber, 3) sistem
Boster. Dengan sistem boster, budidaya lele dapat dilakukan dengan tingkat
kepadatan tinggi, yaitu 1.000 ekor lele per meter kubik pada saat panen. Dilahan
sempit atau terbatas, sistem budidaya ini mudah dan sederhana diterapkan.
18
Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) Farm Fish
Boster Centre memiliki beberapa kegiatan pokok yaitu riset dan produksi
seperti sangkuriang, dumbo, phyton dan sukhoi. Riset yang dilakukan ini saling
kolam pembesaran, apabila benih ikan lele berlebih maka benih akan dijual pada
panennya akan diolah menjadi berbagai macam produk guna meningkatkan hasil
jual ikan lele seperti Fillet, Bakso, Siomay, Crispy, Tofu, Patty, Catty Satay dan
Catty Furai. Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) Farm Fish
Boster Centre menggunakan ikan lele hasil budidayanya sebagai baha baku
Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) Farm Fish Boster Centre diproduksi
Jepang.
Berikut adalah visi dan misi dari Farm Fish Boster Centre :
Visi :
19
Misi :
Farm Fish Boster Centre terus melakukan inovasi produk yang dapat
Demi kelancaran kegatan riset dan produksi ikan lele di Farm Fish Boster
Centre, unit ini dipimpin langsung oleh pemilik PT Indosco Dwi Jaya Sakti.
Pimpinan P2MKP Fish Boster Centre dibantu oleh seorang manajer dan
pelaksanaan kegiatan riset dan produksi di P2MKP Fish Boster Centre, untuk itu
demi kelancaran semua kegiatan, koordinator dibantu oleh tiga orang anggota
Anita Andriani
Advisor
Dedy Hermansyah
Manager
20
Adapun tugas dan tanggung jawab pimpinan beserta staff pada Farm
1. Direktur
2. Advisor
3. Manajer
tim yang terdiri dari orang yang bertanggung jawab untuk berbagi tugas
produk.
4. Teknisi Pembenihan
5. Teknisi pembesaran
6. Bagian Pengolahan
lele.
21
7. Bagian Marketing
kepada konsumen.
3.4 Sarana
Sarana yang dimiliki oleh Farm Fish Boster Centre terdiri dari sarana
budidaya yang meliputi sarana utama dan sarana penunjang untuk kegiatan
sumber air (sumur) yang kemudian dialirkan menuju tandon besar untuk
bak grading, secchi disk dan alat-alat pengukuran kualitas air kolam.
pembungan air, 3 bak pengendapan, 3 bak control dan 2 buah sanyo sebagai
alat pengalir air dari sumur menuju kolam budidaya pada Farm Fish Boster
Centre Sidoarjo.
Keberadaan sumber air yang terdapat di Farm Fish Boster Centre, Kota
Sidoarjo berasal dari sumur bor yang letaknya tidak jauh dari kolam pembesaran.
Sumber air yang terdapat di Farm Fish Boster berjumlah 4 sumber, namun yang
masih dioperasionalkan sementara ada 2 sumber mata air. Air yang berasal dari
sumur bor tersebut selanjutnya dialirkan dan ditampung dalam bak tandon yang
cukup besar. Sumur yang pertama memiliki nilai pH 7,6, sumur kedua memiliki
22
Kedalaman sumur bor tersebut sekitar 7 m dan 15 m. Sumur bor di P2MKP
Fish Boster Centre, memang dibuat tidak terlalu dalam karena dikhawatirkan
apabila terlalu dalam sumber air yang didapat adalah air payau mengingat lokasi
P2MKP Fish Boster Centre berada diwilayah yang menuju kelaut Jawa. Sumber
air tersebut kemudian disedot dengan pompa air bertegangan 125 watt, yang
terjaga. Salah satu cara dalam pengelolaan kualitas air tersebut yaitu dengan
melakukan pergantian air kolam secara berkala. Pergantian air ini bertujuan
untuk membuang bahan-bahan yang tidak bermanfaat dalam kolam agar tidak
menjadi racun yang membahayakan bagi ikan, misalnya seperti sisa-sisa pakan
yang mengendap di dasar kolam maupun sisa kotoran ikan itu sendiri. Apabila
23
perairan tersebut menjadi tinggi dan membahayakan bagi kelangsungan hidup
ikan.
Sistem pergantian air di Farm Fish Boster Centre dilakukan apabila air
pada kolam mulai nampak keruh dan berbau serta kondisi ikan kurang stabil.
Pergantian air dilakukan dengan menguras air 40-50%, namun jika kondisi air
keruh, berbau dan bewarna coklat maka air dikuras hingga 70% lalu ditebarkan
campuran Streff off (1-2 ppm) dan Fish imunovit (1-2 ppm) dengan air
secukupnya. Setelah itu diisi air hingga 80 cm, diberikan bluecoper 1-2 ppm
untuk ikan besar namun disemprotkan untuk ikan kecil. Selain itu pergantian air
dilakukan melalui pembuangan kotoran, yang dilakukan setiap 3 kali sehari yakni
pada pukul 06.00 WIB, 13.00 WIB dan 15.30 WIB. Pembuangan kotoran
sebesar 45o hingga air yang terdapat kotoran dengan ciri-ciri air bewarna merah
keruh keluar lalu ditegakkan kembali. Pembuangan air dilakukan secara rutin
3.5 Prasarana
Lahan dan bangunan yang digunakan untuk mendirikan Farm Fish Boster
24
Gedangan, Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur merupakan aset pribadi
yang dimiliki oleh Bapak Eka Jaya Tjioe. Luas lahan yang dimiliki oleh Farm
Fish Boster Centre yaitu sekitar 1800 m2. Secara keseluruhan, area lahan ini
dibagi menjadi 3 bagian yaitu bagian budidaya pembesaran dengan luas 42 m2,
bagian budidaya pembenihan dengan luas 20 m2, dan bagian pengolahan produk
olahan dengan luas 12 m2 serta fasilitas penunjang lain yang terdiri dari ruangan
manager, mesh pelatihan, tempat obat–obatan, dapur, toilet, dan gudang dengan
luas total yaitu 103 m2. Adapun gambaran prasarana yang dimiliki oleh Farm Fish
Akses jalan menuju lokasi Farm Fish Boster Centre mudah ditempuh
karena dekat dengan pusat transportasi yang ada di Ibukota Provinsi Jawa
Jarak lokasi dengan jalan raya adalah sekitar 1 km. Arah masuk dari jalan raya
menuju lokasi sudah di bangun paving – paving jalan, maka dari itu akses jalan
ke lokasi sudah cukup baik dan bisa dikatakan tidak terjadi hambatan.
tersedianya sarana dan prasarana yang berupa akses jalan dan transportasi
produksi dan distribusi pakan. Selain itu, alat transportasi yang biasa digunakan
oleh Farm Fish Boster Centre untuk kepentingan kegiatan pemasok pakan dan
pendistribusian lele yaitu berupa 2 unit sepeda motor, 8 unit mobil, serta 2 unit
Adapun jumlah fasilitas utama yang dimiliki oleh Farm Fish Boster Centre
25
1. Kantor
Ruang kantor terdiri atas ruang pimpinan, ruang meeting dan toilet.
Ruang Keadaan kantor Farm Fish Boster Centre bersih dan terawat karena
2. Kolam Budidaya
diameter 275 cm dan tinggi 1 m, kolam bis yang terbuat dari beton kecil
sebanyak 8 kolam, 8 kolam bak beton besar untuk indukan dan ikan konsumsi
serta 4 kolam beton untuk bak penampungan benih. Kolam budidaya ini berisi
macam-macam jenis ikan Lele yang akan dibudidayakan oleh Farm Fish Boster
Centre.
26
3. Ruang Pengolahan
segar sebagai produk makanan yang bisa dijualkan kepada pasar dengan harga
yang berisi peralatan dan bahan – bahan yang digunakan untuk proses
pembuatan produk makanan berbahan baku lele. Alat – alat seperti meat grinder
Dapur terdiri dari meja panjang yang terbuat dari keramik yang digunakan
untuk mengolah ikan Lele seperti memfilet daging dan membersihkan kotoran
dalam ikan Lele. Terdapat 2 kompor LPG yang digunakan untuk memasak dan
mengukus olahan. Selain itu terdapat 2 meja kayu dan ± 5 kursi plastik untuk
27
5. Mess
budidaya di Farm Fish Boster Centre dan mahasiswa yang melakukan praktik
magang atau penelitian. Selain itu digunakan sebagai tempat tinggal sebagian
karyawan Farm Fish Boster Centre. Terdapat 2 Mess yang di dalamnya beirisi
.
Gambar 10. Mess Karyawan (Data Primer,2018)
6. Hatchery
Dalam hatchery terdapat beberapa kolam beton yang dilengkapi dengan aerasi.
Benih ikan lele yang sudah sesuai ukuran besar akan dipindahkan ke kolam fiber
pembesaran.
28
7. Kamar Mandi
Farm Fish Boster Centre memiliki 3 kamar mandi. Kamar mandi berada
Farm Fish Boster Centre memiliki mushola yang digunakan untuk tempat
ibadah agama islam oleh para pekerja dan tamu perusahaan. Terdapat 1
Multivitamin dan obat – obatan dilektakkan pada ruangan khusus. Hal ini
budidaya pun terdapat kegiatan pengolahan ikan lele menjadi produk makanan
yang higienis. Multivitamin dan obat – obatan yang sering dipakai ditempatkan
29
Gambar 14. Ruang obat dan multivitamin (Data Primer,2018)
10. Gazebo
Gudang pakan ini digunakan sebagai tempat stock pakan mulai dari pakan
benih sampai lele siap panen. Luas gudang pakan yaitu ± 4 m2Bagian dasar
gudang pakan sudah dilengkapi dengan pallet/alas yang terbuat dari kayu.
Tujuannya yaitu agar sak-sak pakan tidak bersentuhan langsung dengan lantai,
30
Gambar 16. Gudang pakan (Data Primer,2018)
12. Kelas
budidaya oleh Farm Fish Boster Centre. Di dalam ruang kelas telah terdapat LCD
proyektor, layar dan meja serta kursi untuk para tamu pelatihan.
Sepeda Motor
Mobil Marketing
Mobil Box
Wifi
Printer
Komputer
31
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Phylum : Chordata
Class : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Ikan lele dumbo merupakan ikan lele pendatang baru, ikan lele hasil
persilangan antara ikan lele asli Taiwan (Clarias fuscus) dengan ikan lele yang
berasal dari afrikan (Clarias gariepinus Bur.). Hasil persilangan ini kemudian
diintroduksikan ke Indonesia pada tahun 1986. Kata dumbo berasal dari kata
jumbo, karena memiliki ukuran tubuh yang cepat besar, melebihi ukuran ikan lele
32
Ikan lele dumbo memiliki bentuk tubuh yang memanjang, bagian kepala
yang gepeng atau pipih, batok kepala umumnya keras dan meruncing ke
belakang. Berbeda dengan jenis ikan lainnya, ikan lele dumbo seluruh bagian
tubuhnya mulai dari ujung moncong mulut hingga bagian ekornya tidak dilapisi
oleh sisik dan sangat licin. Tubuhnya yang licin dikarenakan memiliki lender yang
melapisi permukaan tubuhnya. Ciri morfologis lainnya yang dimiliki oleh lele
dumbo yaitu sungutnya yang berada disekitar mulut berjumlah delapan buah
atau empat pasang terdiri dari sungut nasal dua buah, sungut mandibular luar
dua buah, mandibular dalam dua buah, serta sungut maxilar dua buah. Selain
1997).
ikan lele dumbo memiliki bentuk tubuh yang memanjang, bentuk kepala pipih dan
sebagai alat peraba ikan mempunyai alat olfactory yang terletak berdekatan
dengan sungut hidung, penglihatannya kurang berfungsi dengan baik. Ikan lele
dumbo memiliki lima sirip yaitu sirip ekor, sirip punggung, sirip dada, sirip perut,
dan sirip dubur. Pada sirip dada jari-jarinya mengeras yang berfungsi sebagai
yang terletak di insang bagian atas. Sedangkan menurut Hernowo et al., (1999),
dalam bukunya menjelaskan bahwa ciri-cri ikan lele dumbo yaitu adalah kepala
pipih, simetris dan dari kepala sampai punggung berwarna coklat kehitaman,
mulut lebar dan tidak bergerigi, bagian badan bulat dan memipih ke arah ekor,
memiliki patil.
33
Secara umum ikan lele dumbo memiliki tubuh memanjang dan licin,
berlendir, tidak memiliki sisik, dan bersungut atau berkumis. Kepalanya panjang
hampir mencapai seperempat dari panjang tubuhnya, kepala ikan lele dumbo
yang membuat ikan lele mampu bertahan dengan ketersedian oksigen terlarut
yang terbatas.
Dumbo (Clarias sp.) mengalami beberapa fase kehidupan yaitu telur, larva, post
larva, benih, dewasa dan induk. Telur Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.) yang normal
berbentuk bulat dan berwarna kuning tua atau agak kecoklatan. Fase telur dilalui
selama 30-36 jam dan menetas menjadi larva. Fase larva ini berlangsung lebih
pendek pada suhu air 25-300C. Fase larva hingga post larva dilalui selama 48-72
jam atau kurang lebih 5 hari. Pada fase post larva, ukuran benih berkisar antar
10-12 cm, sedangkan fase benih hingga dewasa atau ikan ukuran konsumsi
dapat dilalui selama 6-8 minggu. Fase dewasa menjadi induk atau matang gonad
Menurut Mahyuddin (2010), jika tidak terjadi masalah indukan Ikan Lele
Dumbo (Clarias sp.) akan menghasilkan telur 24 jam setelah pembuahan. Telur
dipengaruhi oleh suhu air, dimana suhu air yang tinggi membuat telur menjadi
semakin cepat menetas. Larva yang berumur satu sampai tiga hari belum
memerlukan makanan dari luar karena kuning telur masih tersedia. Fase larva
biasanya berkisar antara 13 sampai 15 hari. Setelah itu larva akan berkembang
menjadi benih dengan ukuran 1-4 cm. Pada usaha pembenihan, biasanya pada
34
4.1.3 Habitat
dataran rendah hingga sedikit payau. Di alam, ikan lele hidup di sungai-sungai
yang arusnya mengalir secara perlahan atau lambat, kolam, danau, waduk, rawa,
serta genangan air tawar lainnya. Ikan ini lebih menyukai perairan yang tenang,
tepian dangkal dan terlindung, ikan lele memiliki kebiasaan membuat atau
adalah pemeliharaan induk supaya diperoleh hasil benih yang memiliki kualitas
antara jantan dan betina, dimana untuk indukan ikan lele jantan memiliki kode F1
sedangkan untuk indukan betina memiliki kode F2 yang terbuat dari fiber dengan
volume 4,333 m3, diameter kolam fiber 275 cm dan tinggi kolam 1 meter,
memiliki jumlah ikan 21 ekor ikan dengan kepadatan 5 ekor/m 3 . Tahap awal dari
yang akan digunakan dibersihkan terlebih dahulu dengan menutup pintu masuk
air dan membuka outlet central drain karena akan mempermudah proses
didalam kolam dengan menyikat dasar dan dinding kolam menggunakan sikat
sampai kolam tersebut bersih dari lumut. Pada tahap pembersihan kolam pihak
35
boster memberikan antiseptic tambahan untuk sterilisasi dan membunuh bakteri
maupun jamur yaitu Blue Copper, dimana obat tersebut merupakan produk
buatan sendiri yang telah dipasarkan secara luas untuk membantu dalam proses
budidaya ikan. Dosis yang digunakan yaitu 1 tutup botol. Setelah itu air dibuang
dengan membuka central drain dan dibilas dengan air bersih sampai benar-
benar bersih, setelah itu kolam dikeringkan selama satu hari sampai benar-benar
selanjutnya yang harus dilakukan adalah pengisian air dengan menutup outlet
central drain dan membuka inlet sampai air dengan ketinggian kolam 30 cm.
Tujuan dari persiapan kolam yaitu untuk meningkatkan kualitas lingkungan atau
bluecopper dengan 1 tutup botol. Tahap terakhir yaitu pembuatan pipa saringan
kotoran. Pembuata pipa saringan dibutuhkan pipa sesuai dengan ukuran saluran
lebih kecil dari ukuran ikan yang ditebar. Pipa dilubangi menggunakan bor. Pipa
saringan siap dipasang dalam kolam pembenihan. Tujuan dari pembuatan pipa
36
Menurut Andriyanto et al., (2012), persiapan kolam merupakan hal yang
air bebas bahan pencemar, tersedianya saluran air masuk dan keluar,
baik, maka perlu diperhatikan jenis dan jumlah pakan yang diberikan. Pakan
yang diberikan berupa pakan buatan pabrik yaitu pakan pellet KAE yang di
produksi oleh JAPFA PT SURI TANI PEMUKA. Dalam usaha untuk memenuhi
kebutuhan asumsi kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan indukan ikan lele maka
Boster Protec Plus 5gr/Kg (1 sendok makan) kemudian ditambahakan dengan air
sebanyak 150 ml/kg dan diaduk merata dengan pellet dengan menggunakan
menit, hal tersebut agar pencampuran nutrisi meresap dengan pakan selain itu
agar pakan cepat kering karena apabila pakan masih basah dan diberikan maka
37
Pakan yang telah diangin-anginkan kemudian ditimbang sesuai dengan
pakan ikan yang selanjutnya akan diberikan pada malam hari yaitu pukul 22:00
WIB, pemberian pakan dilakukan pada malam hari karena hal tersebut erat
kaitannya dengan sifat ikan lele yang nocturnal yang aktif dimalam hari, sehingga
dalam pemberian paka akan optimal dan tidak akan banyak yang terbuang.
Seperti yang dijelaskan oleh Hariani dan Kusuma (2017), bahwa kualitas pakan
betina. Pemberian pakan yang baik akan mempengaruhi kualitas telurnya dan
yang bersifat racun di perairan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Pratama et
al., (2016), bahwa penambahan probiotik yang terdapat dalam pakan dapat
ikan lele dumbo akan mendapatkan pakan tambahan berupa pakan alami.
38
4.3 Teknis Pembenihan
Pemijahan secara alami induk lele baik jantan maupun betina tidak disuntik
dengan menggunakan hormon perangsang serta alat dan cara yang digunakan
alat bantu sangat terbatas dan tidak membutuhkan modal yang besar.
tradisional dengan system pemijahan alami, dimana sepasang indukan telah siap
berhasil maka akan memberikan keuntungan yang tinggi karena biaya yang
Farm Fish Boster Centre juga melakukan pemijahan secara semi buatan
dan buatan pada waktu tertentu, seperti saat mendapatkan pesanan dari
konsumen untuk menyediakan benih dalam jumlah besar dengan waktu yang
singkat. Perbedaan antara melakukan pemijahan secara alami, semi buatan dan
39
Table 2. Perbedaan Pemijahan Pemijahan Secara Alami, Semi Buatan dan
Buatan (Mahyuddin, 2014)
Parameter Pemijahan
Alami Semi Buatan Buatan
Campur tangan Dengan bantuan Dilakukan dengan
manusia dan manusia induk lele bantuan tangan
penggunaan alat baik jantan maupun manusia. Induk lele,
betina, disuntik baik jantan maupun
Campur bantu terbatas.
dengan menggunakan betina, disuntik dengan
tangan Induk lele jantan hormon perangsang menggunakan hormon
manusia dan betina tidak untuk pematangan perangsang untuk
disuntik dengan dan ovulasi sel pematangan dan
hormone ovulasi sel.
perangsang.
Sarana dan Dilakukan dengan Induk lele yang sudah Setelah induk lele
prasarana alat dan cara disuntik, baik jantan disuntik, telur dan
sederhana maupun betina sperma dikeluarkan dari
dimasukan ke dalam induk dengan cara di-
bak atau wadah streeping atau diurut.
pemijahan yang Selanjutnya, telur dan
dilengkapi kakaban sperma tersebut
dan dibiarkan ditampung dan
memijah sendiri. dicampurkan dalam
Proses pemijahan dan suatu wadah (mangkok)
pembuahannya sehingga terjadi
berjalan secara alami. pembuahan
Secara Tidak Membutuhkan biaya Membutuhkan biaya
ekonomi membutuhkan lebih untuk pembelian lebih untuk pembelian
biaya yang besar, hormon hormon serta
tetapi produksi mengurangi jumlah
benih lele kurang induk jantan karena
maksimal dimatikan.
pemijahan induk yaitu kolam harus dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran-
kotoran yang ada didalam kolam dengan menyikat bagian dasar dan bagian
dinding kolam dengan menggunakan sikat agar kolam bersih dari lumut. Pada
saat membersihkan bagian kolam Farm Fish Boster Centre memberikan Boster
Blue Copper yang dapat membantu membunuh virus, bakteri maupun jamur
40
kolam dibersihkan kolam kemudian dibilas dengan menggunakan air bersih lalu
dikeringkan selama 1 hari setelah itu kolam diisi air dengan ketingian 30 cm.
tenang dan gelap tanpa cahaya. Menurut Andriyanto et al., (2012), persiapan
air kolam. Seperti yang dijelaskan oleh Ariyati et al., (2015), bahwa kolam
saat induk ikan lele telah lolos seleksi atau telah memenuhi kriteria siap memijah
yang telah diapit dengan menggunakan kayu sebagai tempat peletakan telur-
telur lele yang telah dibuahi. Sebelum diletakkan pada kolam pembenihan
Kakaban yang telah dibersihkan, kemudian dijemur dengan dengan tujuan agar
41
kakaban terbebas dari mikroorganisme yang dapat menyebabkan telur lele yang
selama satu hari. Kolam yang digunakan untuk pemijahan ikan lele dumbo
dasar kolam pembenihan selain itu diatas kakaban juga diletakkan batu bata
untuk menahan kakaban agar tidak berpindah tempat saat terjadi proses
perkawinan mengingat gerakan induk lele yang kuat dan lincah saat memijah.
kolam, sehingga telur yang akan dihasilkan nanti bias tertampung dan menempel
pada kakaban. Seluruh kakaban tempat menempelnya telur ikan lele yang
42
ditetaskan harus terendam air. Oleh karena itu, kakaban tersebut harus dipasang
membedakan antara telur ataupun kotoran yang ada didalam perut indukan.
Kemudian seleksi induk dilakukan dengan menguras air kolam terlebih sampai
indukan terlihat agar mempermudah saat proses penangkapan, setelah air surut
berukuran besar mengingat ukuran tubuh indukan lele yang besar. Indukan ikan
Berikut adalah ciri – ciri indukan ikan lele yang sudah matang gonad di Farm Fish
a. Induk betina
b. Induk jantan
43
Pergerakan lincah
dilakukan untuk memastikan bahwa induk ikan lele yang akan dipijahkan telah
benarbenar siap. Salah satu persyaratan utama yang harus dipenuhi untuk
memijahkan induk ikan lele dengan teknik pemijahan secara alami adalah induk
ikan lele baik jantan maupun betina telah mencapai umur 12 bulan atau 1 tahun.
Saat melakukan seleksi, induk ikan lele ditangkap dengan hati-hati. Cara
penangkapan induk ikan lele yang dapat dilakukan adalah dengan menyurutkan
air kolam, hingga induk-induk ikan lele tersebut berkumpul di kemalir atau
kobakan. Kemudian induk ikan lele tersebut ditangkap menggunakan seser dan
dimasukkan ke dalam ember atau wadah yang telah dipersiapkan. Induk yang
lolos seleksi atau masuk kriteria telah siap memijah dimasukkan dalam kolam
pemijahan.
pemijahan dengan memasukkan induk jantan terlebih dahulu setelah itu induk
betina, bak pemijahan dan diisi air dengan tinggi 25-40 cm. Pemijahan ikan lele
dumbo dapat dilakukan dengan menggunakan tiga cara yaitu pwmijahan alami
44
buatan (inducd breeding). Pemijahan yang dilakukan oleh Farm Fish Boster
indukan ikan lele yang telah matang gonad. Pada kolam yang akan digunakan
yang ditebar memiliki sexs rasio jantan dan betina yaitu 2:1 hal tersebut
dilakukan karena untuk meningkatkan jumlah telur yang terbuahi lebih banyak
daripada yang tidak terbuahi mengingat berat induk betina lebih berat daripada
jantan.
Menurut Pratomo et al., (2017), salah satu factor pembatas utama dal
pengembangan budidaya ikan lele untuk skala massal adalah frekuensi induk
memijah rendah, kualitas dan kuantitas induk yang matang gonad terbatas
dimusimnya dimana pada umumnya proses pemijahan terjadi pada musim hujan.
dalam keadaan gelap dan tenang agar proses pemijahan dapat berlangsung
dengan baik. Indukan ikan lele yang telah dipijahkan selama kurang lebih 30-36
jam kemudian induk jantan dan betina siap diangkat dari kolam pemijahan dan
kemudian dilakukan penimbangan berat akhir dari indukan. Setelah itu indukan
lain yang lebih aman setelah itu air diaerasi untuk menyuplai oksigen untuk
mendukung proses penetasan telur. Bagian inlet dibuka sedikit untuk menambah
oksigen terlarut dari proses difusi udara bebas, centrai drain dipasang penyaring
halus agar telur tidak ikut keluar saat outlet dibuka, outlet dibuka sedikit bartujuan
45
Gambar 25. Proses Pemijahan Induk (Data Primer,2018)
4.3.5 Penetasan Telur
Waktu yang dibutuhkan dalam proses penetasan telur yaitu 24-36 jam.
Selama proses penetasan telur proses aerasi harus tetap terjaga agar tetap
hidup dan pengisisan air harus tetap berjalan hal ini dikarenakan dalam proses
penetaan telur membutuhkan suplai oksigen yang cukup. Walaupun telur sudah
menetas larva belum diberikan pakan karena larva masih memiliki cadangan
hari. Setelah telur berhasil menetas maka kakaban diangkat dan telur yang tidak
terbuahi diangkat dan dipindahkan ke kolam lain hal tersebut bertujuan agar telur
setelah 24-36 jam. Larva yang baru menetas akan melayang disekitar kakaban.
Menurut Khairuman dan Amri (2002), telur akan menetas tergantung dari suhu
perairan dan suhu udara, jika suhu semakin panas (tinggi) telur akan semakin
cepat menetas, begitu pula sebaliknya jika suhu turun atau rendah maka telur
akan lama menetasnya. Kisaran suhuyang baik untuk penetasan telur yaitu 27-
30 0C.
46
Gambar 26. Penetasan telur (Data Primer,2018)
4.3.6 Pemberian Pakan
Pemberian pakan baru dapat dilakukan setelah larva berusia 4-7 hari
yaitu berupa kuning telur yang telah di encerkan dengan menggunakan air.
agar tidak terdapat gumpalan dan kuning telur benar-benar dalam kondisi halus.
Setelah itu cairan kuning telur dimasukan kedalam botol aqua dengan tutupnya
yang telah dilubangi. Tujuan dari lubang kecil-kecil yang ada ditutup botol
tersebut yaitu agar keluarnya cairan kuning telur tidak terlalu banyak, karena
apabila pemberian pakan kuning kuning telur terlalu banyak maka dapat
mengakibatkan air menjadi keruh dan dapat menyebabkan air menjadi bau
sehingga akan merusak kualitas air yang terdapat pada kolam. Disamping
menggunakan pakan kuning telur larva juga diberikan pakan alami yaitu cacing
sutra. Cacing sutera diberikan secara rutin kepada larva, apabila ukuran cacing
lele dumbo karena cacing sutra memiliki nilai gizi yang tinggi mudah diperoleh,
mudah diolah, mudah dicerna, harga relatif murah dan tidak mengandung racun.
Cacing sutera merupakan pakan alami yang paling disukai oleh ikan air tawar.
Cacing sutera sangat baik bagi pertumbuhan ikan air tawar karena kandungan
47
proteinnya tinggi. Kandungan nutrisi cacing sutera yaitu 54,72 % protein, 13,77
Setelah larva berusia 11 hari maka dapat diberikan pakan buatan pabrik
yaitu pellet dengan kode pakan PF1000 yang diproduksi oleh PT. Matahari Sakti.
Pemberian pakan dilakukan dengan frekuensi tiga kali sehari yaitu pagi jam
07.00, sore jam 16.00 dan malam jam 22.00 dengan perbandingan ransum
pakan yaitu 30%, 30%, 40%. Dosis pemberian pakan diperoleh dengan
mengalikan biomassa ikan dengan nilai FR dan SR. Komposisi pakan yang
diproduksi oleh PT. Matahari Sakti yang diperoleh dari kemasan adalah sebagai
berikut:
berumur 3 hari setelah menetas, yaitu berupa pakan alami. Selain itu proses
pergantian air harus dilakukan apabila air sudah terlihat kotor. Hal tersebut
dilakukan untuk menjaga kebersihan kolam serta menjaga kualitas air kolam agar
tetap baik untuk pertumbuhan larva ikan lele. Pendapat tersebut sejalan dengan
yang dijelaskan oleh Lutfiyah et al., (2012), penggunaan pakan untuk proses
pembenihan ikan lele ada dua jenis yaitu berupa cacing dan pakan pabrik yaitu
pellet, pakan bentuk cacing diberikan pada umur 3 hari sejak benih menetas dari
telurnya. Cacing yang diberikan untuk pakan benih berbentuk kecil lembut yang
48
4.3.7 Pemeliharaan Benih
tetap baik, selain itu juga dilakukan pembersihan kolam dengan cara penyifonan
secara rutin di pagi hari dan sore hari. Penyifonan bertujuan untuk membersihkan
menghindari larva ikan yang ikut masuk kedalam selang. Hal ini sesuai dengan
pendapat Lutfiyah et al., (2012), bahwa untuk memelihara kesehatan benih lele
tindakan pencegahan dan pengobatan. Ada beberapa teknis yang penting untuk
dilakukan seperti menjaga kualitas airnya agar tetap baik, melakukan proses
sirkulasi air atau penambahan air bersih dan pengurangan air kotor yang akan
Pengamatan penyakit pada benih ikan lele dapat dilakukan secara visual.
Penyakit yang sering menyerang benih ikan lele yaitu dapt diakibatkan oleh
jamur maupun bakteri pathogen lainnya. Jika benih sudah terserang penyakit
maka dapat diberikan Boster Fish Imunovit yang dapat berperan dalam melawan
penyakit yang dapat disebabkan oleh virus, bakteri maupun jamur. Hal ini sesuai
dengan pendapat Lutfiyah et al., (2012), bahwa untuk menjaga kesehatan benih
ikan lele dumbo diperlukan obar-obatan yang dapat berasal dari tumbuhan atau
menggunakan obat kimiawi dari pabrik yang telah masuk daftar obat anjuran.
Benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) yang akan dipanen harus
memenuhi kriteria yaitu ukurannya harus seragam dan kondisi benih yang sehat
49
dan memiliki pergerakan yang aktif. Pemanenan dapat dilakukan setelah benih
terlebih dahulu kurang lebih selama 12 jam. Cara pemanenan benih yaitu
dengan menurunkan tinggi air dan hanya menyisakan sedikit air dalam kolam
sesuai dengan kriteria yang diinginkan, maka selanjutnya dihitung benih ikan lele
sebanyak 2 kali sehingga kita dapat mengestimasi jumlah benih ikan lele dalam 1
kg benih terdapat berapa ekor. Setelah itu benih dimasukkan kedalam kantong
packing yang sebelumnya telah diisi dengan menggunkan air dan Boster Stress
Off agar benih ikan lele tidak mengalami stress karena proses pengangkutan.
tingkat kanibalisme dan untuk menyeragamkan ukuran benih ikan lele. Grading
benih ikan lele melalui 3 tahap sampai berumur 21 hari. Benih di grading
berdasarkan ukuran jual yang diinginkan oleh konsumen. Benih ikan lele dijaring
dengan jaring yang lembut. Benih ditampung dalam hapa, dan dipulihkan
Monitoring air pada dasarnya adalah pemantauan kualitas air agar selalu
berada dalam kondisi optimal yang dibutuhkan dalam budidaya lele. Pengelolaan
air sangat penting untuk mengurangi atau mencegah risiko terserang berbagai
macam penyakit. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Andriyanto et al., (2012),
bahwa kualitas air yang baik mutlak diperlukan dalam pemeliharaan benih untuk
mendapatkan pertumbuhan dan sintasan benih yang tinggi. Agar kualitas air
50
tetap baik sebaiknya aliran air masuk dan keluar kolam pemeliharaan terjaga
air adalah perubahan lingkungan serta proses biologis yang ada didalamnya
fisika dan kimia. Hasil pengukuran parameter kualitas air yaitu suhu, pH, DO,
pengukuran dilakukan setiap pagi dan sore hari setiap seminggu sekali dalam
satu minggu. Hasil yang diperoleh dari pengukuran suhu pada kolam
pembenihan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) yang disajikan pada tabel 4.
Dari tabel tersebut terlihat bahwa fluktuasi suhu yang terjadi pada kolam
pembenihan ikan lele tidak terlalu drastis. Dari hasil pengukuran tersebut dapat
51
kita ketahui bahwa untuk pagi hari nilai tertinggi terdapat pada minggu pertama
yaitu 28,4OC sedangkan untuk siang hari terdapat di minggu keempat sebesar
29,6OC. Walau demikian kisaran suhu yang diperoleh masih berada dalam batas
yang normal.
Sunarma (2004), dimana toleransi terhadap lingkungan Ikan Lele (Clarias sp.)
menyebabkan nafsu makan dan juga sistem imun menurun. Oleh karena itu
manajeman kualitas air untuk menjaga suhu optimum dengan melakukan solusi
dilakukan setiap pagi dan sore hari setiap seminggu sekali dalam satu minggu.
Hasil yang diperoleh dari pengukuran pH pada kolam pembenihan ikan lele
Dari tabel tersebut terlihat bahwa fluktuasi suhu yang terjadi pada kolam
pembenihan ikan lele tidak terlalu drastis. Nilai pH tertinggi pagi hari terjadi pada
minggu kedua dan ketiga dengan nilai 8,5, sedangkan nilai terendah terdapat
diminggu pertama dan keempat. Untuk pengukuran pada sore hari niali tertinggi
terdapat diminggu pertama, kedua dan kelima dengan nilai 8,3. Pengukuran pH
52
menggunakan pH meter hasilnya keseluruhan bernilai 8. Perubahan rentang pH
selama proses pembenihan masih dalam kondisi yang mampu untuk ditoleransi
oleh benih ikan lele. pH kolam pembenihan selalu dalam kondisi yang baik
air tawar adalah antara 6,8-8,5. pH yang sangat rendah menyebabkan kelarutan
logam-logam dalam air semakin besar, yang bersifat toksik bagi organisme air.
dilakukan setiap pagi dan sore hari setiap seminggu sekali dalam satu minggu.
Hasil yang diperoleh dari pengukuran DO pada kolam pembenihan ikan lele
53
Dari grafik tersebut terlihat bahwa fluktuasi DO yang terjadi pada kolam
pembenihan ikan lele tidak terlalu drastis. Dari hasil tersebut dapat dapat kita
ketahui bahwa nilai DO tertinggi dipagi hari terdapat di minggu kedua dengan
nilai 5,2 ppm sedangkan disiang hari terdapat di minggu pertama dengan nilai
4,94 ppm. Walau demikian nilai DO masih tetap berada di batas normal untuk
kegiatan budidaya.
optimal dalam usaha pembenihan ikan adalah 5 ppm. Pada kolam pembenihan
ikan dengan konsentrasi oksigen kurang dari 3 ppm akan berbahaya bagi benih
ikan. Konsentrasi oksigen yang rendah pada kolam dapat ditingkatkan dengan
pembenihan ikan, konsentrasi oksigen yang terlarut dalam kolam akan berkurang
karena oksigen digunakan untuk pernafasan ikan dan reaksi kimia lainnya
c. Alkalinitas
pengukuran dilakukan setiap pagi dan sore hari setiap seminggu sekali dalam
satu minggu. Hasil yang diperoleh dari pengukuran Alakalinitas pada kolam
pembenihan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) yang disajikan pada tabel 7.
Dari tabel tersebut dapat kita ketahui bahwa nilai alkalinitas tertinggi
dipagi hari terdapat pada minggu pertama dengan nilai 106,9 ppm sedangkan
nilai alkalinitas tertinggi di siang hari terdapat di minggu ketiga dengan nilai 109,2
54
ppm. Nilai alkalinitas yang diperoleh masih berada pada batas normal yang tidak
Alkalinitas total air umumnya berasal dari ion karbonat dan bikarbonat. Klasifikasi
alkalinitas air untuk perikanan yaitu alkalinitas antara 0-10 ppm termasuk sangat
rendah (sangat asam), 10-50 ppm termasuk rendah, 50-200 ppm termasuk
sedang dan > 200 ppm termasuk tinggi (sangat alkalin). Perairan yang memiliki
disimpulkan bahwa dengan nilai alkalinitas yang berada dikisaran 100 ppm
d. Nitrat
nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat sangat mudah larut
dalam air dan bersifat stabil. Pengukuran nitrat pada kolam pembenihan
dilakukan sebanyak sekali dalam satu minggu. Hasil yang diperoleh dari
pengukuran Nitrat pada kolam pembenihan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus)
55
memiliki dampak positif, namun pada tingkatan tertentu juga dapat menimbulkan
berbahaya yang lebih umum dikenal dengan istilah Harmful Algal Blooms atau
e. Fosfat
Sisa metabolisme dan sisa pakan yang mengendap didasar kolam dapat
yang dapat menurunkan kadar oksigen terlarut pada perairan. kandungan fosfat
mengakibatkan kematian pada ikan (Lestari et al., 2015). Semakin tinggi proses
semakin menurun pula kadar fosfat. Hasil yang diperoleh dari pengukuran Fosfat
pada kolam pembenihan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) yang disajikan
pada tabel 8.
nafsu makan yang tinggi sehingga buangan metabolit semakin banyak sehingga
konsentrasi fosfat akan meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Hernawati
56
dan Suantika (2007) yang menyatakan bahwa peningkatan nafsu makan ikan
kesuburan perairan yang cukup subur berdasarkan kadar fosfat berkisar antara
0,0021 – 0,050 mg/l. Sedangkan perairan yang subur berkisar antara 0,051 –
0,100 mg/l. Kandungan fosfat secara alamiah berasal dari perairan itu sendiri
4.4.3.1 Plankton
dari genus synura 5. Rotifera, terdiri dari genus monostyla. Hal ini sesuai dengan
57
a. Kelimpahan Plankton
Table 10. Data Hasil Kelimpahan Zooplankton di Kolam Pembenihan Ikan Lele
(ind/L)
kelimpahan fitoplankton tertinggi yang terdapat pada kolam pembenihan ikan lele
diperoleh hasil pada spesies Spirulina platensis yaitu sebesar 2395 sel/ml.
58
45 sel/ml. Kelimpahan zooplankton yang diperoleh yaitu filum rotifer sebesar 1
ind/L.
penyebaran yang luas serta memegang peranan penting dalam rantai makanan
al. (2003) dalam Widigdo dan wardiatno (2013), beberapa genus dari kelompok
heterocysta yang mampu mengikat nitrogen bebas dari udara (fiksasi nitrogen),
sehingga jenis ini dapat bertahan hidup dalam perairan yang memiliki konsentrasi
kelimpahan sedang. Hal ini sesuai dengan purnamasari (2016) yang menyatakan
rendah yaitu berkisar 0-2.000, mesotrofik yaitu perairan yang memiliki nilai
memiliki nilai kelimpahan yang tinggi yaitu >15.000.. Jumlah jenis dan
adalah fitoplankton. Selain itu, parameter fisika-kimia perairan seperti suhu, pH,
perkembangan zooplankton.
59
b. Kelimpahan Relatif
Chlorophyta
32%
41%
Cyanobacteria
Cyanophyta
25%
Ochrophyta
pembenihan bahwa dari hasil pengamatan jenis fitoplankton yang memiliki nilai
kelimpahan relatif tertinggi yaitu Filum cyanophyta dengan nilai 41% sedangan
nilai kelimpahan relatif terendah yaitu Filum Ochrophyta dengan nilai 2%.
perairan yang subur akan tetapi nilai kelimpahannya berbeda karena dipengaruhi
pergerakan masa air (Malik dan Saiful,2015). Selain itu ketersediaan nutrien
60
fitoplankton. Menurut Widiana (2012), kehidupan fitoplankton dalam perairan
dipangaruhi oleh kondisi dari beberapa faktor fisika kimia perairan. Adapun faktor
Kelimpahan Relatif
Zooplankton
rotifera
100%
zooplankton hanya terdapat pada filum Rotifera dengan nilai 100%, hal tersebut
satu jenis yaitu filum rotifera spesies monostyla lunaris. Rotifera merupakan jenis
plankton yang sering dimanfaatkan sebagai pakan bagi larva ikan sehingga
lambat sehingga mudah ditangkap oleh larva ikan, mudah dicerna oleh larva
dilihat dari siklus hidupnya, tidak menghasilkan racun atau zat lain yang dapat
membahayakan kehidupan larva serta memiliki nilai gizi yang paling baik untuk
61
c. Indeks Diversitas (H’)
Farm Fish Boster Centre Kabupaten Sidoarjo yakni sebesar 1,362. Sedangkan
untuk nilai diversitas zooplankton memiliki nilai sebesar 0,341. Berdasarkan nilai
diversitas tersebut, kolam pembenihan ikan lele di farm Boster Centre masih
nilai H’< 1 maka keanekaragaman kecil dan kestabilan komunitas rendah atau
dinyatakan tidak stabil, dan nilai H’ berkisar antara 1-3 maka untuk nilai
tergolong dalam kisaran sedang dan kestabilan komunitas sedang. Akan tetapi
nilai indeks diversitas zooplankton menunjukkan nilai yang rendah yaitu sebesar
dimakanoleh larva ikan lele, mengingat bahwa larva ikan lele bersifat omnivore
nilainya juga antara 0-1, apabla indeks keseragaman tinggi (mendekati 1), maka
62
dalam perairan tersebut tidak terjadinya dominasi jenis fitoplankton tertentu.
memiliki nilai keseragaman yang rendah. Hal ini sejalan dengan pendapat (Sari
et al., 2013), bahwa nilai indeks keseragaman berkisar antara 0-1. Apabila dalam
sebaran individu antar jenis yang merata. Akan tetapi saat nilai keseragaman
mendekati 0 menunjukkan bahwa sebaran individu antar jenis tidak merata atau
yang mendominasi spesies lainnya (Yuliana et al., 2012). ). Nilai indeks dominasi
fitoplankton yang didapatkan pada kolam pembenihan ikan lele dumbo dapat
Table 11. Nilai Indeks Dominasi Fitoplankton pada Kolam Pembenihan Ikan Lele
Dumbo
Chlorophyta 0,03
Cyanobacteria 0,07
Cyanophyta 0,20
Ochrophyta 0,00
63
Table 12. Nilai Indeks Dominasi Zooplankton pada Kolam Pembenihan Ikan Lele
Dumbo
Rotifera 0,00
plankton pada kolam pembenihan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) di Farm
Fish Boster Centre Kabupaten Sidoarjo yakni untuk filum Chlorophyta sebesar
0,03, filum Cyanobacteria sebesar 0,07 filum Cyanophyta sebesar 0,20, filum
Ochrophyta sebesar 0,00 dan filum Rotifera sebesar 0,00. Dari hasil tersebut
kisaran yang sesuai sehingga tidak terjadi kompetisi, semua spesies meiliki
peluang yang sama untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Hal ini
lingungan yang cukup prima dan tidak terjadi tekanan ekologis (stress) terhadap
dominansi (D) berkisar antara 0 hingga 1, dimana bila nilai D semakin mendekati
angka 1 maka semakin besar peranan atau dominansi suatu jenis dalam satu
komunitas, sedangkan bila nilai dominansi (D) mendekati angka 0 maka tidak
terdapat jenis yang mendominasi jenis yang lain, hal ini menunjukkan bahwa
struktur komunitas dalam keadaan yang stabil. Jadi berdasarkan studi literature
jenis yang lain, karena indeks dominai mendekati 0. Menurut Aziz et al., (2015),
64
Cyanophyta di perairan dipengaruhi oleh masuknya kandungan nutrisi untuk
antara jumlah ikan hidup pada akhir suatu pemeliharaan dan jumlah ikan hidup
pada saat awal tebar. Nilai SR dikatakan tinggi, jika jumlah ikan yang hidup
faktor yaitu kepadatan populai dan kualitas air. Menurut Muchlisin et al, (2003),
tersebut sesuai dengan yang disampaikan oleh Hermawan et al., (2014), bahwa
oleh banyak faktor salah satunya adalah asupan nutrisi yang baik yang sesuai
dengan kondisi tubuh yang dibutuhkan serta kualitas induk yang baik. Dari hasil
sebelum pemijahan dan sesudah pemijahan yaitu 190 g dibagi dengan berat
94,3%, nilai SR yang didapat tergolong tinggi karena tidak kurang dari 50%. Hal
seperti parameter fisika suhu, parameter kimia pH, DO, alkalinitas,nitrat serta
fosfat yang mendukung selama pemeliharaan benih. Hal ini turut didukung dan
sesuai dengan pendapat Sunarma (2004), kelangsungan hidup larva pada Ikan
Lele Sangkuriang (Clarias sp.) mencapai 90-95% begitu juga dengan lele dumbo.
65
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Lele Dumbo (Clarias gariepinus) di Farm Fish Boster Centre, Kabupaten Sidoarjo
Kondisi kualitas air yang meliputi parameter fisika (suhu) serta parameter
kimia (pH, DO, alkalinitas, nitrat dan fosfat) di kolam pembenihan di Farm
dengan kisaran 8 – 8,5, oksigen terlarut (DO) dengan kisaran 3,78 ppm –
5,2 ppm, alkalinitas dengan kisaran 93,7 ppm – 109,2 ppm, nitrat dengan
kisaran 0,9 ppm – 1,5 ppm, dan fosfat dengan kisaran 0,05 ppm – 0,08
ikan lele. Sehingga dengan kondisi kualitas air yang mendukung maka
66
5.2 Saran
Lele Dumbo (Clarias gariepinus) di Farm Fish Boster Centre, Kabupaten Sidoarjo
lebih efisien serta penanganan kualitas air dan pencegahan hama dan
Sumber air yang digunakan untuk budidaya baik untuk persiapan atau
pembesaran telah terbebas dari bibit penyakit/virus yang masuk dari luar
operasional
67
DAFTAR PUSTAKA
Amril, A., Refilda dan B. Arifin. 2013. Analisis pH, BOD, COD, Logam (Pb, Cu,
Cd, Fe, dan Zn) pada Drainase Fakultas MIPA dan Fakultas Farmasi
UNAND. Jurnal Kimia Unand. 2 (1): 26-33.
Amril, A., Refilda dan B. Arifin. 2013. Analisis pH, BOD, COD, Logam (Pb, Cu,
Cd, Fe, dan Zn) pada Drainase Fakultas MIPA dan Fakultas Farmasi
UNAND. Jurnal Kimia Unand. 2 (1): 26-33.
Andriyanto, S., E. Tahapari dan I. Insan. 2012. Pendederan Ikan Patin Di Kolam
Outdoor Untuk Menghasilkan Benih Siap Tebar Di Waduk Malahayu,
Brebes, Jawa Tengah. Media Akuakultur.7(1) :20-25
Araoye, P.A. 2009. The Seasonal Variation of pH and Dissolved Oxygen (DO)
Concentration in Asa Lake Ilorin, Nigeria. International Journal of
Phsyical Science. 4 (5): 271-274.
Ariyati, R.W dan D. Chilmawati dan Sarjito. 2015. Ibm Kelompok Pembenihan
Lele Di Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali. INFO. Edisi XVII No 1:
45-61
68
Hermawan, T. E. S.A., A. Sudaryono dan S. B. Prayitno. 2014. PENGARUH
PADAT TEBAR BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
KELULUSHIDUPAN BENIH LELE (Clarias gariepinus) DALAM MEDIA
BIOFLOK. Jurnal of Aquaculture Management and Technology. 3(3) :
35-42.
Hermawati, W. S. A., R. Kusdarwati, S. Sigit dan A. S. Mubarak. 2009. Pengaruh
Konsentrasi Kadmium Terhadap Perubahan Warna dan Persentase
Jenis Kelamin Jantan Anakan Daphnia magna. Jurnal Ilmiah Perikanan
dan Kelautan. 1 (1): 43-50.
Hernawati dan G Suantika. 2007. Penggunaan Sistem Resirkulasi dalam
Pendederan Benih Ikan Gurami. DiSainTek 1: 1-14
Hernowo dan Suyanto, SR. 1999. Budidaya Ikan Lele. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Hidayat, D., R. Elvyra dan Fitmawati. 2015. Keanekaragaman Plankton Di
Danau Simbad Desa Pulau Birandang Kecamatan Kampar Timur
Kabupaten Kampar Provinsi Riau. JOM FMIPA. 2(1) : 115-129.
Khairuman dan K. Amri. 2002. Budidaya Lele Dumbo secara intensif. Agro Media
Pustaka. Jakarta.
Lestari, N. A. A., R. Diantari dan E. Efendi. 2015. Penurunan Fosfat Pada System
Resirkulasi Dengan Penambahan Filter Yang Berbeda. Jurnal rekayasa
dan teknologi budidaya perairan. 3(2): 367-374
69
Mahyuddin, K. 2010. Panduan Lengkap Agribisinis Patin. Penebar Swadaya:
Jakarta. Hlm 13.
Malik, A Dan Saiful. 2015. STUDI KELIMPAHAN DAN SEBARAN
PHYTOPLANKTON SECARA HORIZONTAL (KASUS SUNGAI KURI
LOMPO KABUPATEN MAROS). Jurnal Balik Diwa. 692) : 1-5
Muchlisin, Z. A., Damhoeri, R. Fauziah, Muhammadar dan M. Musman. 2003.
Pengaruh Beberapa Jenis Pakan Alami Terhadap Pertumbuhan dan
Kelulus Hidupan Larva Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Biologi. 3
(2): 105-113
Muchtar, Muswerry. 2012. Distribusi Zat Hara Fosfat, Nitrat dan Oksigen Terlarut
di Perairan Kepulauan Natuna. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan
Tropis.Vol. 4 No. 2: 304 – 317.
Muhammad, W. N dan S. Andriyanto. 2013. MANAJEMEN BUDIDAYA IKAN
LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DI KAMPUNG LELE, KABUPATEN
BOYOLALI, JAWA TENGAH. Media Akuakultur. 8(1). 63-71.
Nujiyanti. 2003. memelihara lele dumbo di kolam taman. Swadaya. Jakarta.
Pakaya, F., L. Aprillia., S. L. Ibrahim. dan M. Khoiron.2016. TEKNIK
PEMBENIHAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus) . Sekolah
Tinggi Perikanan : 1-7
Patty, Simon I. 2014. Karakteristik Fosfat, Nitrat dan Oksigen Terlarut di Perairan
Pulau Gangga dan Pulau Siladen Sumatera Utara. Jurnal Ilmiah Platax
Vol. 2 (2).
Pramono, M. D., E. S. Rahayu dan M. Ferichani. 2017. ANALISIS FAKTOR
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PEMBENIHAN IKAN
LELE DUMBO (Clarias gariepenus) DI KABUPATEN WONOGIRI. 343-
355
Pratama, F. A., N. Afiati dan A. Djunaedi. 2016. The Water Quality Condition of
Probiotic Cultivation Pond and Non-Probiotic Cultivation Pond and Their
Effect on Sangkuriang Catfish Growth (Clarias sp) at Cirebon, West
Java. Journal of Maquares Management of Aquatic Resources. 5(1) :
38-45
Puspita, I. L. 2013. Pengaruh Growth Asset Dan Intrinsic Value Terhadap Harga
Saham Pada Perusahaan Food And Beverage Di bursa efek indonesia.
Jurnal Riset Akuntansi dan Manajemen. 2(2). 105 – 112.
Rachmatun. S, Dra dan Suyanto. 2007. Budidaya Ikan Lele (Edisi Revisi).
Penebar Swadaya. Jakarta
Rahmat, P. S. 2009. PENELITIAN KUALITATIF. EQUILIBRIUM. 5(9). 1-8.
Rasidi., I. N. Radiarta Dan Erlania. 2014. Hubungan Komunitas Plankton Dengan
Kondisi Kualitas Air Perairan Di Reluk Gerupuk, Lombok, Tengah, Nusa
Tenggara Barat. Inovasi Teknologi Akuakultur. 521-527
Risamasu, F.J.L dan H.B. Prayitno. 2011. Kajian Zat Hara Fosfat, Nitrit, Nitrat
dan Silikat di Perairan Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan. Ilmu
Kelautan.
70
Rumanti, M., S. Rudiyanti dan M. N. Suparjo. 2014. HUBUNGAN ANTARA
KANDUNGAN NITRAT DAN FOSFAT DENGAN KELIMPAHAN
FITOPLANKTON DI SUNGAI BREMI KABUPATEN PEKALONGAN.
Journal of Maquares Management of Aquatic Resources.3(1) : 168-176
Sammana, I.A. 2006. Keberadaan Unsur Hara Dalam Media Air Laut Bersubstrat
Zeocrete Pada Tingkat Konsentrasi Berbeda. [Skripsi]. Manajemen
Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Santoso, B. 1997. Lele Dumbo dan Lele Lokal. Kanisius. Yogyakarta.
Sari, E. P., F. Y. Khodijah Dan N. William. 2013. Keanekaragaman Plankton Di
Kawasan Perairan Teluk Bakau : 36-44
Satyani, D dan B. Priono. 2012. PENGGUNAAN BERBAGAI WADAH UNTUK
PEMBUDIDAYAAN IKAN HIAS AIR TAWAR. Media Akuakultur. 7(1) :
14-19.
Standar Nasional Indonesia (SNI). 2005. Air dan Limbah – Bagian 23: Cara Uji
Suhu dengan Termometer.
Standar Nasional Indonesia (SNI). 2005. Air dan Limbah – Bagian 31: Cara Uji
kadar fosfat dengan spektrofotometer.
Sunarma, A. 2004. Peningkatan Produktivitas Usaha Lele Sangkuriang (Clarias
sp.). Sangkuriang-LUPT04. 1:2
Sutisna, D. H. dan R. Sutarmanto. 1995. Pembenihan Ikan Air Tawar. Kanisius.
Yogyakarta. Hal 54.
Tarkus, A., S. Hasibuan dan N. A. Pamukas. 2010. Type and Abundance of
Phytoplanktons and Absorptions of Ammonia on African Catfish (Clarias
gariepenus)Cultivation, Differences of Stoking Density With Bioflok.
Fisheries and Marine Science Faculty Riau University: 1-11
71
LAMPIRAN
72
No Parameter Kualitas Alat Fungsi
air
aquades
Spatula untuk
menghomogenkan
larutan dengan sampel
Spektrofotometer untuk mengatur kadar
nitrat berdasarkan
panjang gelombang
Fosfat Beaker glass sebagai wadah larutan
250ml sementara
Pipet tetes untuk mengambil
larutan dalam skala
kecil
Gelas ukur 50 ml untuk mengukur air
sampel
Erlenmeyer 50 ml wadah untuk
homogenkan air
sampel dengan larutan
Cuvet sebagai tempat larutan
terakhir
Spektrofotometer untuk mengetahui nilai
phospat berdasarkan
panjang gelombang
Rak cuvet tempat meletakkan
cuvet
3. Parameter Plankton Botol film sebagai wadah air
Biologi sampel plankton
Plankton net untuk mengambil atau
menyaring sampel
plankton
Ember 5 L untuk mengambil air
sampel ke plankton net
Pipet tetes untuk mengambil
larutan dalam skala
kecil
Mikroskop untuk mengamati objek
binokuler yang berukuran
mikroskopis
73
No Parameter Kualitas Alat Fungsi
air
Buku Prescott, sebagai acuan atau
Davis, Shirrota pedoman dalam
mengidentifikasi dan
mengklasifikasi
plankton yang diamati
74
Lampiran 2. Denah Lokasi Farm Fish Boster Centre Sidoarjo
75
Lampiran 3. Peta Lokasi Farm Fish Boster Centre Sidoarjo
76
Lampiran 4. Data Hasil Pengamatan Kualitas Air
Table 13. Nilai Pengukuran Kualitas Air Kolam Pembenihan Ikan Lele Dumbo
(Clarias garepinus) di Farm Fish Boster Centre Sidoarjo
Minggu
Parameter waktu
1 2 3 4 5
Pagi 28,4 27,8 27,5 28,3 28,1
Suhu (oC)
Sore 29,3 28,3 28,3 29,6 28,2
Pagi 8 8,5 8,5 8 8,2
Ph
Sore 8,3 8,3 8 8,2 8,3
Pagi 4,67 5,2 4,4 4,25 4,19
DO (mg/L)
Sore 4,94 4,15 4,27 4,09 3,78
Alkalinitas Pagi 106,9 102,1 100,1 99,7 102,1
(mg/L) Sore 105,7 96,1 109,2 93,7 104,5
Pagi 0,9 1 1,4 1,3 1,5
Nitrat (mg/L)
Sore 1,1 0,9 1,5 1,3 1,4
Pagi 0,06 0,05 0,06 0,08 0,07
Fosfat (mg/L)
Sore 0,05 0,06 0,05 0,07 0,08
77
Table 14. Hasil Pengamatan Fitoplankton Kolam Pembenihan Ikan Lele Dumbo (Clarias garepinus) di Farm Fish Boster Centre
Sidoarjo (sel/ml)
Table 15. Hasil Pengamatan Zooplankton Kolam Pembenihan Ikan Lele Dumbo (Clarias garepinus) di Farm Fish Boster Centre
Sidoarjo (ind/L)
78
Lampiran.5. Parameter Biologi Ikan
Tahap Pemijahan
a. Bobot awal induk betina ikan lele dumbo (Clarias sp) = 2,61 kg
sebagai berikut:
= Bobot awal induk betina (kg) – Bobot induk betina sesudah memijah (kg)
=2,6 kg – 2,4 kg
=0,2 kg
=200 gram
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑘 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑚𝑒𝑚𝑖𝑗𝑎ℎ − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑘 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑒𝑚𝑖𝑗𝑎ℎ
Fekunditas =
𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟
2610−2420
=
0,00256
79
Lampiran 6. Dokumentasi Praktek Kerja Magang (PKM)
NO DOKUMENTASI KETERANGAN
Kolam untuk kegiatan pembesaran
80
NO DOKUMENTASI KETERANGAN
Proses penimbangan pakan
Pemberian pakan
81
NO DOKUMENTASI KETERANGAN
Proses pengeringan kakaban
10
11
12
13
Pengangkatan kakaban
14
82
NO DOKUMENTASI KETERANGAN
Pemberian pakan kuning telur
15
16
17
18
83
NO DOKUMENTASI KETERANGAN
Sortir benih untuk memisahkan
ukuran benih
19
20
84
Lampiran 7. Pengukuran kualitas air
NO DOKUMENTASI KETERANGAN
1 Pengukuran suhu
2 Pengukuran pH
4 Pengukuran nitrat
85
5 Pengambilan sampel plankton
86
Lampiran 8. Hasil pengamatan parameter biologi (identifikasi plankton)
1 Kingdom : plantae
Phylum : chlorophyta
Class : chlorophyceae
Ordo : sphaeropleales
Family : radiococcaceae
Genus : eutetramorus
Spesies : eutetramorus
globasus (Google image,
2018)
2 Kingdom : plantae
Phylum : chlorophyta
Class : trebouxiophyceae
Ordo : chlorellales
Family : chlorellaceae
Genus : micractinium
Spesies : micractinium
pusillum fres
(Google image,
2018)
3 Kingdom : plantae
Phylum : chlorophyta
Class : chlorophyceae
Ordo : sphaeropleales
Family : scenedesmaceae
Genus : scenedesmus (Google image,
Spesies : scenedesmus 2018)
abundans
4 Kingdom : eubacteria
Phylum : cyanobacteria
Class : cyanophyceae
Ordo : nostocales
Family
:aphanizomenonaceae
Genus : nodularia
Spesies : nodularia (Google image,
hawaiiensis 2018)
5 Kingdom : eubacteria
Phylum : cyanobacteria
Class : cyanophyceae
Ordo : synechococales
Family :
merismopediaceae
Genus : synechocystis
Spesies : synechocystis (Google image,
aquatilis 2018)
87
No Foto Pengamatan Klasifikasi Gambar Literatur
6 Kingdom : plantae
Phylum : cyanophyta
Class : cyanophyceae
Ordo : oscillatoriales
Family : oscillatoriacea
Genus : spirulina
Spesies : spirulina platensis (Google image,
2018)
7 Kingdom : chromista
Phylum : ochrophyta
Class : synurophyceae
Ordo : synurales
Family : synuraceae
Genus : synura
Spesies : synura uvella (Google image,
2018)
8. Kingdom : Animalia
Filum : rotifer
Class : monogonanta
Ordo : ploimida
Family : lecanidae
Genus : monostyla
Spesies :monostyla lunaris
(Google image,
2018)
88
Lampiran 9. Sertifikat Peserta PKM
89