Bullying

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak

dan masa dewasa. Dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi,

sosial, fisik dan psikis.Remaja juga merupakan tahapan perkembangan yang harus

dilewati dengan berbagai kesulitan. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian

jati diri dimana remaja banyak melakukan interaksi dengan lingkungan sosialnya

dan sekolah merupakan salah satu tempat yang terdekat dari remaja untuk

bersosialisasi sehingga remaja banyak menghabiskan waktu di sekolah, mulai dari

memahami pelajaran yang diberikan guru sampai memenuhi kebutuhan

bersosialisai dengan teman-teman. Namun sekolah dapat menjadi lingkungan

yang menimbulkan masalah emosi dan perilaku pada remaja. Salah satu

permasalahan tersebut adalah terjadinya tindak kekerasan di sekolah atau School

Bullying, baik yang dilakukan oleh guru terhadap siswa maupun siswa terhadap

siswa lainnya.

Bullying merupakan perilaku dengan karakteristik melakukan tindakan yang

merugikan orang lain secara sadar dan dilakukan secara berulang-ulang dengan

penyalahgunaan kekuasaan secara sistematis. Perilaku bullying di lingkungan

sekolah dapat menciptakan suasana lingkungan yang kurang mendukung terhadap

perkembangan siswa, baik dalam bidang akademik maupun bidang sosial.

Perilaku bullying dapat menyakiti siswa, sehingga mereka merasa tidak

diinginkan dan ditolak oleh lingkungannya. Hal ini sangat menyedihkan,

1
mengingat anak seharusnya mendapatkan keamanan dan kenyamanan

dilingkungan sekolahnya. Undang-Undang Perlindungan anak No. 23 Th. 2002

tantang perlindungan anak, bab III menganai hak dan kewajiban anak menyatakan

bahwa setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi

sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapatkan perlindungan

dari kekerasan dan deskriminasi.

Korban yang di-bully biasanya anak yang pendiam, berasal dari keluarga

yang kurang mampu, memiliki cacat fisik, anak korban broken home (perceraian

orang tua), dan anak yang susah bergaul dengan teman sekitarnya. Selain itu,

bullying terjadi karena adanya tradisi senioritas seperti senior yang lebih

menguasai lingkungan di sekolah sehingga junior harus menuruti dan mengikuti

peraturaan atau perintah dari senior. Yogyakarta merupakan kota terbesar

terjadinya bullying di Indonesia, dimana Yogyakarta merupakan kota pelajar

maka tidak asing lagi banyak terjadi kasus school bullying.

Tindakan bullying yang dialami anak-anak akan berdampak jangka panjang

dan akan menjadi mimpi buruk yang tidak akan pernah hilang dari ingatan

korban. Dampak yang dialami korban bullying biasanya mengalami masalah

kesehatan mental, perasaan tidak aman, takut pergi kesekolah, merasa terisolasi,

perasaan harga diri yang rendah, depresi atau stres yang dapat berakhir dengan

bunuh diri.

Seharusnya sekolah dapat menjadi lingkungan yang suportif bagi

perkembangan remaja di mana pengembangan dan aktualisasi potensi siswa dapat

optimal dan diharapkan dapat memberikan pendidikan dan pengarahan etika,

2
moral, serta spritual kepada anak didik agar dapat menjadi penerus bangsa.

Dengan adanya interaksi sosial dengan teman sebaya di sekolah akan membentuk

konformitas serta diharapkan dapat menghindari kecenderungan perilaku bullying.

B. Identifikasi Masalah

1. Penyebab bullying di lingkungan sekolah.

2. Dampak terjadinya bullying di sekolah.

3. Cara dan siapa yang dapat mencegah bullying di sekolah.

4. Bentuk perilaku bullying.

5. Korban dan pelaku perilaku bullying.

6. Perilaku bullying tidak boleh terjadi di sekolah.

C. Rumusan Masalah

1. Apa sajakah dampak dan penyebab bullying di sekolah?

2. Bagaimanacara mencegah dan siapa saja yang dapat mencegah prilaku

bullying?

3. Siapa saja korban dan pelaku didalam prilaku bullying?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan karya ilmiah secara umum adalah sebagai penunjang dan

melengkapi persyaratan nilai praktek mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas XI

semester II Penulisan Karya Tulis Ilmiah.

Sedangkan tujuan khusus pembuatan laporan ini adalah :

3
1. Untuk mengetahui dampak dan penyebab bullying di sekolah.

2. Agar mengerticara mencegah dan siapa saja yang dapat mencegah prilaku

bullying.

3. Untuk mengetahui siapa saja korban dan pelaku didalam prilaku bullying.

E. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam pengembangan ilmu

Psikologi terutama Psikologi Sosial dan Psikologi Pendidikan.

2. Manfaat Praktis

 Bagi sekolah dan guru

Diharapkan penelitian ini dapat membuka informasi tentang masalah

konformitas dan bullying agar pihak sekolah meningkatkan kesadaran dan

perhatian terhadap siswa berupa pengembangan konsep tentang masalah dan

penanganan bullying antar kelas atau siswa serta memberikan konseling

tentang bahaya perilaku bullying yang diakibatkan oleh pengaruh teman

sebaya. Dengan demikian pihak sekolah mampu menciptakan kondisi

sekolah yang kondusif agar para tercipta konformitas yang positif serta

siswa merasa tenang, nyaman, aman di sekolah.

 Bagi siswa

4
Diharapakan dapat memberikan sumbangan informasi mengenai

keterkaitan antara konformitas dengan kecenderungan perilaku bullying

sehingga dalam pergaulan dengan kelompoknya semua siswa mampu

menampilkan sikap dan perilaku yang baik dan tidak melakukan perbuatan-

perbuatan yang mengarah pada perilaku bullying.

 Bagi orang tua

Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang dampak bullying.

Sehingga orangtua dapat lebih memberikan dorongan positif kepada anak

dan agar anak terhindar dari kecenderungan perilaku bullying. Dengan

demikian orang tua dapat memberikan masukan atau petunjuk mengenai

cara-cara berhubungan dengan teman sebaya salah satunya dengan

mendorong remaja untuk lebih bertoleransi dan dapat bertahan terhadap

tekanan dari teman sebaya sehingga remaja dapat membangun hubungan

yang positif dengan teman sebaya dan dapat terhindar dari kecenderungan

melakukan tindakan bullying.

5
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pegertian Bullying

Menurut Alexander (dikutip Sejiwa, 2008.10 dalam Widiharto 2008.3)

menjelaskan bahwa bullying adalah masalah kesehatan publik yang perlu

mendapatkan perhatian karena orang-orang yang menjadi

korban bullyingkemungkinan akan menderita depresi dan kurang percaya diri.

Penelitian-penelitian juga menunjukkan bahwa peserta didik yang menjadi

korban bullyingakan mengalami kesulitan dalam bergaul.

Bullying berasal dari bahasa Inggris (bully) yang berarti menggertak atau

mengganggu. banyak definisi tentang bullying ini, terutama yang terjadi dalam

konteks lain ( tempat kerja, masyrakat. komunitas virtual),Riauskina, Djuwita, dan

Soesetio (2001).

Bullying secara sederahan diartikan sebagai penggunaan kekuasaan atau

kekuatan untuk menyakiti seseorang atau kelompok sehingga korban merasa

tertekan, trauma dan tidak berdaya (Suryanto, 2007.1 dalam Widiharto.2)

Menurut Coloroso (2006: 44-45) yang mengemukakan bahwa bullying akan

selalu melibatkan unsur seperti; ketidakseimbangan kekuatan (imbalance

power), keinginan untuk mencederai (desire to hurt), ancaman agresi lebih

lanjut,dan teror. Unsur keempat ini muncul ketika ekskalasi bullying semakin

meningkat. Bullying adalah kekerasan sistematik yang digunakan untuk

mengintimidasi dan memelihara dominasi. Teror bukan hanya sebuah cara untuk

mencapai bullying tapi juga sebagai tujuan bullying.

6
Banyak para ahli yang mengemukakan pendapatnya

mengenai bullying. Seperti pendapat Olweus (1993) dalam pikiran rakyat, 5 Juli

2007: “Bullying can consist of any action that is used to hurt another child

repeatedly and without cause”. Bullying merupakan perilaku yang ditujukan untuk

melukai siswa lain secara terus-menerus dan tanpa sebab. Sedangkan menurut

Rigby (2005; dalam Anesty, 2009) merumuskan bahwa “bullying” merupakan

sebuah hasrat untuk menyakiti. Hasrat ini diperlihatkan dalam aksi, menyebabkan

seseorang menderita. Aksi ini dilakukan secara langsung oleh seseorang atau

sekelompok orang yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab, biasanya berulang

dan dilakukan dengan perasaan senang (Retno Astuti, 2008: 3).

Beberapa ahli meragukan pengertian-pengertian di atas

bahwa bullying hanya sekedar keinginan untuk menyakiti orang lain, mereka

memandang bahwa “keinginan untuk menyakiti seseorang” dan “benar-be nar

menyakiti seseorang” merupakan dua hal yang jelas berbeda. Oleh karena itu

beberapa ahli psikologi menambahkan bahwa bullying merupakan sesuatu yang

dilakukan bukan sekedar dipikirkan oleh pelakunya, keinginan untuk menyakiti

orang lain dalam bullying selalu diikuti oleh tindakan negatif.

Unsur ketidakseimbangan kekuatan dari bullying juga diperdebatkan

sebagai sesuatu yang terikat secara situasional (Rigby, 2002:34). Karena

ketidakseimbangan kekuatan sewaktu-waktu bisa saja berubah saat korban

memperoleh keterampilan untuk mempertahankan diri dan pelaku kehilangan para

pendukungnya. Ketidakseimbangan kekuatan yang nyata terlihat saat beberapa

bentuk bullying terjadi, seperti pengucilan, penyebaran rumor, dan sarkasme yang

7
menyakitkan dari sekelompok orang terhadap satu orang. Oleh karena itu,

ketidakseimbangan kekuatan dalam bullying merupakan hal yang nyata apabila

ketidakseimbangan itu sendiri terikat oleh suatu konteks dan mengalir atau

berkelanjutan selama periode waktu yang lama.

B. Bentuk - Bentuk Bullying

1. Penindasan fisik

Bentuk penindasan ini dilakukan dengan kontak secara fisik yang

menyebabkan sakit fisik, luka, cedera, atau penderitaan fisik lainnya. Contoh

bentuk tindakan bullying fisik yaitu memukul, , menendang san lain sebagainya.

2. Penindasan Psikologis

Bentuk penindasan ini menyebabkan trauma psikologis, ketakutan, depresi,

kecemasan, stres dan juga kegalauan/gusar bagi penerima bullying.

C. Macam – Macam Bullying

1. Bullying Secara Verbal

Jenis tindakan yang dilakukan pada bullying ini yaitu berupa julukan nama,

celaan, fitnah, kritikan kejam, penghinaan, pernyataan-pernyataan yang bernuansa

ajakan seksual atau pelecehan seksual, terror, surat-surat yang mengintimidasi,

gosip dan sebagainya. Bullying dalam bentuk verbal merupakan salah satu jenis

bullying yang paling mudah dilakukan dan bullying ini akan menjadi awal dari

perilaku bullying lainnya.

8
2. Bullying Secara Fisik

Jenis bullying ini berupa memukuli, menendang, menampar, mencekik,

menggigit, mencakar, meludahi, dan merusak serta menghancurkan barang milik

anak yang ditindas. Bullying jenis ini merupakan jenis bullying yang paling

tampak dan mudah diidentifikasi, namun kejadian bullying secara fisik tidak

sebanyak bullying bentuk lain. Remaja yang kerap melakukan bullying dalam

bentuk fisik kerap yaitu remaja yang paling bermasalah dan cenderung akan

beralih pada tindakan kriminal yang lebih lanjut.

3. Bullying Secara Relasional

Jenis bullying ini merupakan jenis bullying berupa pelemahan harga diri

korban secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan atau penghindaran.

Perilaku ini dapat mencakup sikap yang tersembunyi seperti pandangan agresif,

lirikan mata, helaan nafas, cibiran, tawa mengejek dan bahasa tubuh yang

mengejek.

Perilaku bullying jenis ini cenderung yang paling sulit dideteksi dari luar.

Bullying secara relasional mencapai puncak kekuatan pada awal masa remaja,

karena saat tersebut terjadi perubahan fisik, mental emosional dan seksual remaja

serta mencoba mengetahui diri dan menyesuaikan diri dengan teman sebaya.

4. Bullying Elektronik

9
Bullying jenis ini merupakan bentuk perilaku bullying yang dilakukan

pelaku melalui sarana elektronik seperti komputer, handphone, internet, website,

chatting room, e-mail, SMS dan lain sebagainya. Bullying ini biasanya ditujukan

untuk meneror korban dengan tulisan, animasi, gambar dan rekaman video atau

film yang bersifat mengintimidasi, menyakiti atau menyudutkan. Bullying jenis

ini biasanya dilakukan oleh kelompok remaja yang telah mempunyai pemahaman

yang cukup baik pada sarana teknologi informasi dan media elektronik lainnya.

D. Faktor yang Bisa Mempengaruhi Remaja Melakukan Bullying

Berikut ini beberapa faktor yang dapat mempengaruhi remaja melakukan bullying

dikalangan para remaja yaitu:

1. Kurangnya perhatian dan pendidikan agama oleh keluarga

Orang tua adalah tokoh percontohan oleh anak-anak termasuk didalam

aspek kehidupan sehari-hari tetapi didalam soal keagamaan hal itu seakan-akan

terabaikan. Sehingga akan lahir generasi baru yang bertindak tidak sesuai ajaran

agama dan bersikap materialistik.

2. Pengaruh lingkungan yang tidak baik

Kebanyakan remaja yang tinggal di kota besar menjalankan kehidupan yang

individualistik dan materialistik. Sehingga kadang kala didalam mengejar

kemewahan tersebut mereka sanggup berbuat apa saja tanpa menghiraukan hal itu

bertentangan dengan agama atau tidak, baik atau buruk.

3. Tekanan psikologi yang dialami remaja

10
Beberapa remaja mengalami tekanan psikologi ketika di rumah diakibarkan

adanya perceraian atau pertengkaran orang tua yang menyebabkan si anak tidak

betah di rumah dan menyebabkan dia mencari pelampiasan.

4. Gagal dalam studi/pendidikan

Remaja yang gagal dalam pendidikan atau tidak mendapat pendidikan,

mempunyai waktu senggang yang banyak, jika waktu itu tidak dimanfaatkan

sebaik-baiknya, bisa menjadi hal yang buruk ketika dia berkenalan dengan hal-hal

yang tidak baik untuk mengisi kekosongan waktunya.

5. Peranan Media Massa

Remaja adalah kelompok atau golongan yang mudah dipengaruhi, karena

remaja sedang mencari identitas diri sehingga mereka dengan mudah untuk

meniru atau mencontoh apa yang dia lihat, seperti pada film atau berita yang

sifatnya kekerasan, dan sebagainya.

6. Perkembangan teknologi modern

Dengan perkembangan teknologi modern saat ini seperti mengakses

informasi dengan cepat, mudah dan tanpa batas juga memudahkan remaja untuk

mendapatkan hiburan yang tidak sesuai dengan mereka.

11
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

Penelitian ini kami lakukan dengan cara:

1. Teknik Pengumpulan Data

Yaitu dengan mengumpulkan referensi dari berbagai sumber.

2. Teknik Analisis Data

Yaitu menganalisis lebih lanjut data yang telah dikumpilkan dari berbagai

sumber dengan deskripsi kualitatif (prosedur penelitian menggunakan data

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau pelaku).

3. Teknik Pengumpul Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian adalah teknik

tidak langsung, artinya peneliti mengumpulkan data melalui catatan-catatan

pribadi atau hasil karya seseorang, teknik ini disebut juga sebagai studi

dokumenter.

4. Teknik Triangulasi

Teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain

di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap

data itu. Teknik triangulasi yang akan dilakukan yakni dengan jalan

memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya secara teoritik .

5. Diskusi Teman Sejawat

Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atu hasil

akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat.

12
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Apa sajakah dampak dan penyebab bullying di sekolah?

1. Dampak Negatif

Korban bullying lebih berisiko mengalami berbagai masalah, baik secara

fisik maupun mental. Adapun masalah yang mungkin terjadi pada korban bullying

antara lain:

 Munculnya berbagai masalah mental seperti depresi, kegelisahan, dan

masalah tidur. Masalah tersebut kemungkinan akan terbawa hingga korban

dewasa.

 Keluhan kesehatan fisik, seperti sakit kepala, sakit perut, dan ketegangan

otot.

 Rasa tidak aman saat berada di lingkungan sekolah.

 Penurunan semangat belajar dan prestasi akademis.

 Dalam kasus yang cukup langka, korban bullying mungkin akan

menunjukkan sifat kekerasan.

2. Dampak Positif

Korban bullying cenderung akan:

 Lebih kuat dan tegar menghadapi masalah.

 Termotivasi untuk menunjukkan potensinya agar tidak direndahkan lagi.

 Termotivasi untuk berintrospeksi diri.

13
3. Penyebab Terjadinya Bullying

 Hubungan Keluarga

Anak akan meniru berbagai nilai dan perilaku anggota keluarga yang

ia lihat sehari-hari sehingga menjadi nilai dan perilaku yang ia anut (hasil

dari imitasi) , jika anak dibesarkan dalam keluarga yang menoleransi

kekerasan atau bullying, maka ia mempelajari bahwa bullying adalah suatu

perilaku yang bisa diterima dalam membina suatu hubungan atau dalam

mencapai apa yang diinginkannya sehingga kemudian ia meniru perilaku

bullying tersebut.

 Teman Sebaya

Salah satu faktor besar dari perilaku bullying pada remaja disebabkan

oleh adanya teman sebaya yang memberikan pengaruh negatif dengan cara

menyebarkan ide (baik secara aktif maupun pasif) bahwa bullying bukanlah

suatu masalah besar dan merupakan suatu hal yang wajar untuk dilakukan.

Berkenaan dengan faktor teman sebaya dan lingkungan sosial,

terdapat beberapa penyebab pelaku bullying melakukan tindakan bullying

adalah:

 Kecemasan dan perasaan inferior dari seorang pelaku.

 Persaingan yang tidak relistis.

 Perasaan dendam yang muncul karena permusuhan atau juga karena

pelaku bullying pernah menjadi korban bullying sebelumnya.

14
 Ketidak mampuan menangani emosi secara positif

 Pengaruh Media

Survey yang dilakukan kompas (2006) memperlihatkan bahwa 56,9%

anak meniru adegan-adegan film yang ditontonnya, umumnya mereka

meniru geraknya (64%) dan kata-katanya (43%).

Melalui pelatihan yang diselenggarakan oleh Yayasan Sejiwa (2007),

terangkum beberapa pendapat orang tua tentang alasan anak-anak menjadi

pelaku bullying, di antaranya:

 Karena mereka pernah menjadi korban bullying.

 Ingin menjunjukkan eksistensi diri.

 Ingin diakui.

 Pengaruh tayangan TV yang negatif.

 Senioritas.

 Menutupi kekurangan diri.

 Mencari perhatian.

 Balas dendam.

 Iseng.

 Sering mendapat perlakuan kasar dari pihak lain.

 Ingin terkenal.

 Ikut – ikutan.

15
B. Bagaimana Cara Mencegah dan Siapa Saja yang Dapat Mencegah

Perilaku Bullying ?

1. Pencegahan yang Harus Dilakukan oleh Orang Tua

 Menerapkan hidup disiplin dan bertanggung jawab.

 Selalu berkomunikasi dengan anak sehingga anak tidak merasa canggung

untuk membicarakan hal-hal buruk yang dialaminya.

 Merangkul bukan memarahi ketika anak sedang mengalami masalah.

 Tidak berbicara hal kasar kepada anak.

2. Pencegahan yang Harus Dilakukan oleh Sekolah

 Membekali para guru dan pelatih lewat pelatihan seminar tentang mencegah

bully.

 Memberikan penyuluhan bagaimana bullying sangat berdampak buruk dan

merugikan lingkungan sekolah yang dihadiri oleh para murid.

 Membuat poster tentang pencegahan bullying.

Dengan menempuh langkah- langkah tersebut, sekolah dapat mencegah

bullying melalui informasi-informasi yang disebarkan secara terstruktur dan juga

secara berkala akan mendorong masyarakat untuk lebih peka lagi dalam

menyikapi perilaku bullying dan tindakan pem-bullyan pasti akan terus berkurang.

16
3. Pencegahan yang Harus Dilakukan oleh Diri Sendiri

 Buktikan kalau kita itu lebih hebat dari mereka.Sesungguhnya, jika kita

memiliki kelebihan, kita bisa membuktikan kalau kita lebih hebat dari

mereka.

 Usaha bangkit dari diri sendiri. Sebab jika kita tidak mencari cara untuk

bangkit dari bullying tersebut, kita akan terus dikekang oleh orang yang

menyakiti diri kita.

 Berani melaporkannya ke orang tua atau guru. Jika kita dibully, lebih baik

minta bantuan kepada orang tua atau guru. Agar kita bisa terbuka apa yang

terjadi dengan diri kita.

 Berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar diberi kesabaran dalam

menghadapi masalah.

C. Siapa Saja Korban dan Pelaku Bullying?

1. Karakteristik Korban Bullying

Berikut adalah ciri – ciri anak yang menjadi korban bullying:

 Sulit berteman.

 Pemalu.

 Memiliki keluarga yang terlalu melindungi.

 Dari suku tertentu.

 Cacat atau keterbatasan lainnya.

 Berasal dari keluarga yang kurang mampu.

 Anak yang merupakan korban broken home.

17
Anak yang menjadi korban biasanya merasa malu, takut, tidak nyaman.

Sehingga untuk membuat ia kembali mampu menjalani kegiatannya sehari-hari

seperti biasa, ia harus dibekali dengan “tools” yang membuat ia yakin bahwa ia

akan mendapatkan pertolongan. Ia harus tahu dan percaya bahwa guru kelas dan

temannya akan membantu, misalnya. Atau ia kemudian mendapatkan teman

selama jam istirahat atau kegiatan di luar kelas. Rasa percaya dirinya kembali

dipupuk dengan memusatkan perhatian pada hal-hal yang menjadi kelebihan dan

potensinya.

Yang terakhir ini biasanya berjalan dengan sendirinya jika rasa aman sudah

kembali dimilki. Bullying terjadi ketika seseorang merasa teraniaya, takut,

terintimidasi, oleh tindakan seseorang baik secara verbal, fisik atau mental. Ia

takut bila perilaku tersebut akan terjadi lagi, dan ia merasa tak berdaya

mencegahnya.

2. Karakteristik Pelaku Bullying

Berikut merupakan beberapa karakteristik pelaku bullying yang sering

ditemui di lingkungan anak anak :

 Bersikap agresif, terutama pada mereka yang lebih muda usianya, atau lebih

kecil atau mereka yang tidak berdaya (binatang, tanaman, mainan).

 Tidak menampilkan emosi negatifnya pada orang yang lebih tua/ lebih besar

badannya atau lebih berkuasa, namun terlihattidak senang.

 Melakukan tindakan agresif yang berbeda ketika tidak bersama orang lain

(diketahui dari laporan guru, pengasuh, atau teman-teman).

18
 Ada laporan dari guru, pengasuh, atau teman-temannya bahwa ia melakukan

tindakan agresif pada mereka yang lebih lemah .

 Seseorang yang pernah mengalami bullying mungkin menjadi

pelaku bullying.

19
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bullying dalam pendidikan sebenarnya sudah lama ada dalam bentuk

kekerasan fisik, verbal dan psikologis, kekerasan yang menyakiti seseorang

sehingga menimbulkan penderitaan, kecacatan bahkan sampai kematian.

Bullying dalam bentu verbal seperti ejekan, penghinaan, atau menggosip, bullying

dalam bentuk psikologis sepeti intimidasi, mengucilkan, mendiskriminasikan.

Dampak dari bullying sangat merugikan penderitaaan misalnya anak

mengalami trauma besar dan depresi yang akhirnya bisa menimbulkan gangguan

mental di masa yang akan datang, dan anak tidak mau pergi ke sekolah, hilang

konsentrasi sehingga prestasinya menurun drastis. Pelaku bullying ini bukan

hanya siswa yang merasa lebih kuat atau lebih senior, tapi kenyataannya banyak

dilakukan oleh guru–guru yang mereka tidak menyadari bahwa perlakuannya

menimbulkan penderitaan bagi siswa. Untuk mengatasi masalah konseling sangat

dibutuhkan. Konselor bekerja sama dengan orang tua ,masyarakat, kepoilsian dan

penegak hukunm untuk memberi pengertian kepada para pelajar bahwa bullying

sangat merugikan.

20
B. Saran

1. Bagi sekolah, agar jam pelajaran BK diadakan, karena bimbingan konseling

membantu siswa dalam pengembangan kesadaran, pengembangan diri,

pengambilan keputusan yang mengacu pada perubahan positif pada diri siswa

serta diharapkan sekolah mendukung penuh pelaksanaan bimbingan dan

konseling

2. Bagi guru, hendaknya lebih memperhatikan para siswanya agar tidak

bertambahnya masalah bullying di sekolah tersebut.

3. Bagi orang tua hendaknya lebih memberikan perhatian secara individual

kepada anak-anaknya, terutama dalam bentuk pendekatan, keterbukaan,

arahan, motivasi, dan kasih sayang melalui komunikasi yang harmonis agar

anak lebih berani untuk menceritakan masalah yang sedang di hadapinya.

4. Sudah saatnya kini pemerintah tidak hanya memperbaiki kualitas sistem

pendidikan di Indonesia, dengan merubah kurikulum setiap ada perubahan

Mentri Pendidikan Dasar, Menengah dan Kebudayaan. Akan tetapi perlu

adanya peraturan khusus mengenai tingkah laku siswa, dan pembekalan

terhadap guru mengenai pentingnya pemahaman bullying. Agar kelak diiklim

globalisasi yang ganas, putra-putri Indonesia tidak tumbuh dengan kepribadian

yang minder serta tidak ada lagi berita duka di media massa generasi penerus

bangsa yang gugur sia-sia.

21

Anda mungkin juga menyukai

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy