Histerektomi Makalah
Histerektomi Makalah
Histerektomi Makalah
HISTEREKTOMI
Oleh:
NOVELIN INRIANI S.KH
1602101020092
BANDA ACEH
2017
Dosen Pembimbing
( drh.Razali Daud, MP )
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur penulis ucapkan ke hadirt Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-NYA sehingga makalah ini telah selesai disusun. Makalah
dengan judul “Histerectomy” ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah
koasistensi di lab klinik Bedah di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala,
Banda Aceh.
Dengan selesainya penulisan makalah ini tak lupa penulis ucapkan terima kasih yang
tak berhingga kepada Yth. Bapak drh. Amiruddin, M.p. sebagai dosen yang telah banyak
membuka wawasan penulis pada bidang ini.
Namun demikian, penulis menyadari bahwa masukan dari pembaca sekalian sangat
berarti bagi kensempurnaan penulisan di masa yang akan datang. Sekecil apapun,semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR 1
DARTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN
2.1. Histerektomi 2
2.2. Keuntungan dan Kerugian Histerektomi 5
2.3. Organ Genetalia Feminina 8
2.4. Uterus 9
BAB IV PEMBAHASAN 8
BAB V KESIMPULAN 10
DAFTAR PUSTAKA 11
PROTOKOL BEDAH 11
LAMPIRAN GAMBAR 11
BAB I
PENDAHULUAN
2.1. Histerektomi
Pengertian operasi ceasar saat ini adalah mengeluarkan fetrus dengan tindakan
laparohsiterotomi. Kata caesar berasal dari Bahasa Latin “caesaro” yang berarti saya
memotong. Mungkin pula diilhami oleh legenda kelahiran Julius Caesar dengan cara
ini. Histerektomi merupakan suatu tindakan bedah untuk membuang uterus dengan
tujuan untuk sterilisasi ataupun untuk penanganan suatu penyakit pada uterus demi
keselamatan individu tersebut. Sedangkan histerotomi merupakan penyayatan dari pada
uterus tanpa adanya pembuangan dari uterus individu tersebut (Arthur 1975).
1. Terjadinya obesitas
2. Hilangnya potensi breed dan nilai genetik.
2.3. Uterus
Uterus merupakan organ muskular berongga pada mamalia betina, tempat normal
tertanamnya telur yang telah dibuahi dan tempat pemeliharaan embrio dan janin yang
sedang berkembang (Dorland, 2002). Uterus memiliki struktur otot yang cukup kuat,
bagian luarnya ditutupi oleh peritoneum sedangkan rongga dalamnya dilapisi oleh
mukosa rahim. Uterus umumnya terletak dorsal dari vesica urinaria (Partodiharjo,
1980). Uterus pada anjing tergolong tipe bipartus yang mempunyai satu corpus, dua
cornua, dan satu septum. Uterus pada anjing mempunyai corpus uteri yang pendek (2-3
cm) dan cornua uteri yang panjang (12-15 cm) menjulur ke anterior membentuk huruf
V (Sisso dan Grossman, 1961).
anastesi yang dapat menginduksi jalannya anastesi. Premedikasi dilakukan beberapa saat
sebelum anastesi dilakukan. Tujuan premedikasi adalah untuk mengurangi rasa takut,
amnesia, induksi anastesi lancar dan mudah mengurangi keadaan gawat anastesi saat
operasi seperti hipersalivasi, bradikardia, dan muntah (Ibrahim, 2000). Dosis pemberian
disertai ataupun tanpa disertai hilangnya kesadaran. Biasanya anestesi dibutuhkan pada
tindakan-tindakan yang berkaitan dengan pembedahan, karena dalam waktu yang tertentu
harus dapat dipastikan hewan tidak dapat merasakan nyeri sehingga tidak menimbulkan
Obat-obatan anestetika yang diberikan pada hewan akan membuat hewan tersebut
tidak peka terhadap rasa sakit sehingga hewan menjadi tenang, dengan demikian
Hewan Percobaan
Hewan yang akan digunakan adalah anjing lokal betina (Canis domesticus) sekitar 2
bulan dengan berat badan kira-kira 3 kg.
Setelah selesai menjalani operasi maka daerah sekitar operasi dibersihkan dengan
Iodium Tintur 3%. Selanjutnya anjing dirawat dengan perhatian yang lebih khusus dengan
memberikan lingkungan yang sehat dan bersih serta makanan yang bergizi dan mudah
dicerna serta anjing diusahakan untuk tidak banyak bergerak. Kemudian hewan diberikan
antibiotic (amoxicilin), anti inflamasi (dexametason) dan vitamin C diberikan selama lima
hari berturut-turut. Bekas luka operasi diberikan Gentamisin 0,1% untuk mencegah adanya
infeksi dan dipasang elizabeth colar untuk melindungi jahitan supaya kering, tidak ada
kontaminasi dan tidak digigit sehingga jahitan tidak lepas. Luka jahitan diperiksa setiap
hari dan diolesi gentamycin. Setelah luka operasi kering, jahitan dibuka dan diolesi dengan
iodine tincture 3%. Adapun resep obat yang diberikan yaitu ;
R/ Amoxicilin 60 mg
Dexametason 0.6 mg
Vitamin C 2 tab
m.f.pulv dtd da in Caps No. X
S. 2 dd Caps 1
Paraf
Pro : Anjing
Pemilik : Novelin Inriani
BAB IV PEMBAHASAN
Telah dilakukan operasi Histerektomi pada seekor anjing betina local (Canis domestika)
bernana lucky, berumur ±4 Bulan dengan berat bada 5,9 kg dan berwarna cream. Sebelum
dilakukan operasi dilakukan pemeriksaan darah dan proses operasi berlangsung dengan
baik dari awal hingga berakhirnya operasi, hewan kembali ke kondisi normal dan bekas
operasi dapat menyatu kembali. Hewan dimandikan dan dipuasakan makan selama 12 jam
dan puasa minum 2 jam sebelum operasi sedangkan untuk anjing muda puasa selama 8
jam untuk makan dan 4 jam untuk minum sudah memadai (Fossum, 2002). Adapun tujuan
dari puasa tersebut adalah untuk mengosongkan isi lambung sehingga pada saat operasi
dapat mencegah terjadinya muntah. Lambung yang terisi penuh dapat menyebabkan
muntah sehingga menimbulkan terjadinya aspirasi yang dikhawatirkan berakibat
slikpneumonia, selain itu lambung yang penuh akan mengurangi pergerakan diafragma
sehingga mengganggu respirasi (Sardjana dkk., 2004). Sebelum operasi dilakukan, alat-
alat operasi disterilkan yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme. Melalui
sterilisasi, semua mikroorganisme akan mati, termasuk endospora yang mempunyai
lapisan pelindung sehingga sukar dibunuh melalui cara lain. Efektivitas sterilisasi
tergantung kepada jumlah dan jenis mikroorganisme serta jumlah dan jenis kontaminasi
oleh zat lain (yang melindungi mikroorganisme tersebut) serta ada tidaknya tempat-tempat
perlindungan mikroorganisme pada alat (misalnya pada alta yang bergigi) (Ibrahim, 2000).
Histerektomi selain untuk tindakan sterilisasi juga dilakukan apabila adanya penyakit
seperti pyometra, metritis salpingitis, trauma, tumor pada uterus. Banyak hal yang harus
diperhatikan sebelum operasi dilakukan yaitu preparasi hewan, pembiusan,
pencukuran/pembersihan daerah sayatan. Preparasi hewan dilakukan untuk memastikan
hewan benar-benar dalam kondisi sehat dan layak untuk dilakukan operasi. Pemeriksaan
meliputi umur hewan, suhu, frekuensi nafas, frekuensi jantung, dan berat badan untuk
menentukan dosis obat bius.
Kira-kira 10 menit sebelum di anestesi terlebih dahulu diberikan obat premedikasi yang
digunakan adalah injeksi Atropine Sulfat 0,25 % dengan dosis 0,04 mg/kg BB dengan
10
berat badan 5,9 kg sehingga volume obat yang diberikan 0,94 ml secara subkutan. Tujuan
premedikasi adalah untuk mengurangi jumlah anestesia umum yang diperlukan dan
meningkatkan batas keamanan, mengurangi rasa takut, menenangkan pasien dan
membantu terciptanya keadaan bebas cekaman sehingga mempermudah pemberian
anestesia, mengurangi sekresi kelenjar saliva dan kelenjar selaput lendir saluran
pernafasan, mengurangi pergerakan lambung dan usus serta mencegah muntah ketika
pasien dalam keadaan tidak sadar, menghambat refleks vaso-vagal sehingga mencegah
perlambatan dan henti denyut jantung, mengurangi rasa sakit selama masa pemulihan.
Menurut Sardjana, dkk (2004), atropine sulfat merupakan antikolinergik yang paling
sering digunakan, dengan fungsi utama mengurangi sekresi kelenjar saliva, mencegah
bradikardi serta mengurangi motilitas gastrointestinal. Pemberian Atropine Sulfat akan
berefek penekanan terhadap sekresi air liur dan mukus bronkus, dilatasi pupil, gangguan
akomodasi dan penghambatan nervus vagus terhadap jantung, juga menghambat peristaltik
usus dan sekresi kelenjar lambung (Brander et al, 1991).
Pembiusan dilakukan dengan menggunakan anestesi umum yaitu Ketamin dan Xylazine.
Ketamin merupakan jenis obat anestesi yang dapat digunakan pada hampir semua jenis
hewan (Hall dan Clarke, 1983). Ketamin dapat menimbulkan efek yang membahayakan,
yaitu takikardia, hipersalivasi, meningkatkan ketegangan otot, nyeri pada tempat
penyuntikan, dan bila berlebihan dosis akan menyebabkan pemulihan berjalan lamban dan
bahkan membahanyakan (Jones et al., 1997). Efek samping yang tidak diharapkan dari
suatu pembiusan itu dapat diatasi dengan mengkombinasikan obat-obatan dan mengambil
kelebihan masing-masing sifat yang diharapkan (Sardjana dan Kusumawati, 2004).
Kombinasi yang paling sering digunakan untuk ketamin adalah xylazine (Sektiari dan
Misaco, 2001). Kedua obat ini merupakan agen kombinasi yang saling melengkapi antara
efek analgesik dan relaksasi otot, ketamin memberikan efek analgesik sedangkan xylazine
menyebabkan relaksasi otot yang baik (Walter, 1985). Penggunaan xylazine dapat
mengurangi sekresi saliva dan peningkatan tekanan darah yang diakibatkan oleh
penggunaan ketamin (Warren, 1983). Penggunaan kombinasi ketaminxylazine sebagai
anestesi umum juga mempunyai banyak keuntungan, antara lain : mudah dalam
pemberian, ekonomis, induksinya cepat begitu pula dengan pemulihannya, mempunyai
pengaruh relaksasi yang baik dan jarang menimbulkan komplikasi klinis (Benson et
al.,1985).
11
Pada kasus ini menggunakan anastesi umum kombinasi ketamin dengan dosis 10-40
mg/kg BB dan xylazin dengan dosis 1-3 mg/kg BB secara intra muscular. Sebelumnya
Selama berlangsung stadium anastesi, cardiolog memonitor frekuensi denyut jantung dan
pernafasan setiap 3 menit sekali sampai pembedahan selesai. Dosis ketamin untuk
anesthesi umum pada saat operasi menggunakan dosis optimum 25 mg/kgBB, dosis yang
digunakan adalah 1,47 ml pemberian secara intra muskular. Begitupun Dosis Xylazine
yang digunakan, menggunakan dosis optimum 2,5 mg/kgBB, dosis yang di gunakan 0,73
ml pemberian secara intra muskular.
Setelah hewan benar-benar teranestesi baru dilakukan penyayatan pada daerah abdomen
yang direbahkan dengan posisi dorsal recumbency yang di mulai dari kulit sampai
menembus lapisan peritoneum. Penyayatan dilakukan pada bagian midline atau linea alba
sepanjang ± 5 cm. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya pendarahan. Karena
pada daerah linea alba merupakan daerah yang miskin akan pembuluh darah. Pada saat
penyatan lapisan peritoneum hendaknya dibantu dengan dua jari untuk menghindari
tersayat atau tergunting organ viseral. Setelah organ uterus didapat, maka dikeluarkan dari
rongga abdomen dan di klem menggunakan duck klem agar tidak kembali kedalam rongga
abdomen. Selanjutnya dilakukan ligasi arteri uterina dan arteri ovarica untuk menghindari
keluarnya darah. peritoneum di jahit dengan pola simple interupted, musculus dan fascia
dijahit dengan pola simple continuous, dan kulit dijahit dengan pola subcuticular. Daerah
jahitan dibersihkan, dan oleskan salap gentamicyin serta injeksi penicillin streptomicin
secara intramuskular. Pasca operasi hewan diterapi dengan menggunakan obat anti-
inflamasi, antibiotic dan vitamin sebagai obat suportif untuk mempercepat proses
penyembuhan luka. Penggunaan antiinflamasi ditujukan untuk mengurangi efek
peradangan yang terjadi pada masa penyembuhan luka. Pemberian antibiotic ditujukan
untuk mecegah terjadinya infeksi oleh mikroorganisme melalui luka bekas jahitan operasi.
Selain itu juga luka jahitan diolesi dengan gentamicyn salep setiap hari selama 5 hari.
Pertautan tepi luka yang telah dijahit sebenarnya langsung terjadi sebagai respon untuk
mengembalikan tubuh pada keadaan normal, dimana terjadi regenerasi jaringan yang telah
mengalami kerusakan (Darma, 1997). Pada hari ke 6 sampai ke 7 luka mengering. Luka
12
operasi ditangani secara tepat akan menyatu dengan sempurna antara 7-14 hari (walker,
1980). Pada hari ke 5 pasca operasi luka sudah terlihat mengering.
13
BAB V KESIMPULAN
Histerektomi pada anjing merupakan pembedahan untuk membuang uterus dengan tujuan
keselamatan induknya yang disebakan oleh adanya distokia yang berkepanjangan dan
anaknya masih hidup, hiperplastik endometritis atau pyometra, maserasi fetus, emfisema
fetus, dan tumor pada uterus serta untuk tindakan sterilisasi.Pelaksanaan histerektomi
dilaksanakan melalui pendekatan garis median perut (linea alba). Keberhasilan
histerektomi tidak saja ditentukan oleh keterampilan operator dalam melakukan operasi
tetapi alat-alat dan perlengkapan operasi yang dipakai harus steril.
Pemilihan anastetika Pada kasus ini menggunakan anastesi umum kombinasi ketamin
dengan dosis 10-40 mg/kg BB dan xylazin dengan dosis 1-3 mg/kg BB secara intra
muscular. Sebelumnya Selama berlangsung stadium anastesi, cardiolog memonitor
frekuensi denyut jantung dan pernafasan setiap 3 menit sekali sampai pembedahan selesai.
Dosis ketamin untuk anesthesi umum pada saat operasi menggunakan dosis optimum 25
mg/kgBB, dosis yang digunakan adalah 1,47 ml pemberian secara intra muskular.
Begitupun Dosis Xylazine yang digunakan, menggunakan dosis optimum 2,5 mg/kgBB,
dosis yang di gunakan 0,73 ml pemberian secara intra muskular. untuk mencapai anastesia
bedah dipakai Ketamin yang dengan dosis 7-25 mg/kg BB secara intra muskular.
premedikasi yang digunakan adalah injeksi Atropine Sulfat 0,25 % dengan dosis 0,04
mg/kg BB dengan berat badan 5,9 kg sehingga volume obat yang diberikan 0,94 ml secara
subkutan.
. Untuk mempercepat proses penyembuhan dari anjing yang dihisterektomi perlu mendapat
perhatian lebih khusus dengan memberikan lingkungan yang sehat dan makanan yang
bergizi serta antibiotik untuk mencegah adanya infeksi sekunder.
14
DAFTAR PUSTAKA
Arthur, G.H. 1975. Veterinary Reproduction and Obstetrics. 4th Ed. The Language Book
Society and Bailliere Tindal. London Athur, G.H., D.E. Noakes, and H. Pearson. 1982.
Veterinary Reproduction and Obstetrics. 5th Ed. The Language Book Society and Bailliere
Tindal, London. Bobak dan Jensen. 2003. Maternity Nursing. 4ed. Year Book, Inc. Mosby
Budiarsa.I.N, 1985. Histerektomi Pada Anjing. Fakultas Kedokteran Hewan Institut
Pertanian Bogor. Skripsi. Bogor. Brander, G.C. and Pugh, D.M. 1991. Veterinary Applied
Pharmacology and Therapeutics 4th edition. The English Language Book Society and
Bailleri Tyndall. London. Benson, G. J., J. C. Thurmon., W. J. Tranquilli., and C. W.
Smith. 1985. Cardiopulmonary Effects of an Intravenous Infusion of Quaifenesin,
Ketamine, and Xylazine In Dog. Am. J. Vet. Res. Vol. 46 (9) : 1896-1898 D.E. Noakes
and H. Pearson. 1982. Veterinary Reproduction and Obstetrics. 5th Ed. The Language
800k Society and Bailliere Tindal. London. Dorland, W.A.N. 2002. Kamus Kedokteran
Dorland. Terjemahan Huriawati Hartato. Edisi Pertama. EGC, Jakarta. Darma, A. 1997.
Ilmu Bedah. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta Dharma. 2013.
http://dharmams.blogspot.com/2013/05/ovariohisterectomy-oh.html Douglas, S. (2003).
Small Animal Surgery.2th ed. J.B. Lippincolt Company, Philadelphia. Fossum, T.W. 2002.
Small Animal Surgery. 2nd ed. Mosby. USA. Hickey, M dan Lumsden, M.A. 2000.
Complete Womens Helath. Hammersmith. London Hardjopranjoto, S. 1993. Ilmu
Kemajiran pada Ternak. Airlangga University Press, Surabaya. Hall, L. W and K. W.
Clarke. 1983. Veterinary Anaesthesia 9th. Ed. Bailliere Tindall. London. 58, 60, 308.
Ibrahim, R. 2000. Pengantar Ilmu Bedah Umum Veteriner. Syiah kuala University Press,
Banda Aceh. Jones, L. M., N. H, Booth, and L. E. McDonald. 1997. Veterinary
Pharmacology and Therapeutics. Oxford and IBH Pub. Co. New Delhi. Pp292- 365.
Komang, WS. 2011. Bedah Veteriner. Unair Press. Surabaya Mayer, K., J.V. Lecroix, and
H.P. Hoskina. 1959. Canine Surgery. American Veterinary Publications Inc. Santa
Barbara, California. Roberts, S.J. 1971. Veterinary Obstetric and Genital Diseeses
(Theriogenology). Tors. Indie. Sisso, S. and I.D. Grossman. 1961. The Anatomy of The
Domestic Animals. 4th Ed. W.B Saunders, Philadelphia. Sektiari, B dan M. Y. Wiwik.
2001. Pengaruh Premedikasi Acepromazine Terhadap Tekanan Intraokuler pada Anjing
yang di Anestesi Ketamin HCl. Media Kedokteran Hewan. 17 (3) : 120-122. Sardjana, I
Komang Wirasa, dan Kusumawati, D. 2004. Anastesi Veteriner Jilid 1. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta. Tilley, L.P. and F.W.K. Smith, (1997). The 5 Minute
Veterinery Consult. Canine and Feline.Lippincolt William and Wilkins. Baltimore,
Maryland
14
15
PROTOKOL BEDAH
Nama Pemilik : Muh Sunardi Idrus Nama Hewan : Lucky Jenis Kelamin : Betina
Umur : : ±4 bulan Berat badan : 5.9 kg
Premedikasi Penyuntikan Atropin Sulfat dengan Dosis 0,04mg/Kg (IM), sediaan obat 0,25
mg, dosis yang digunakan : 0,94 ml.
1. Anestesi Jenis Anestesi Sediaan/Konsentrasi Dosis (IM) Dosis digunakan Ketamin 100
25 mg/Kg BB 1,47 ml Xylazine 20 2,5 mg/kg BB 0,73 ml
Meja operasi 2 Pencukuran bulu pada daerah operasi. Scalpel/pisau cukur 3 Desinfeksi
daerah yang akan dioperasi. Iodin tincture 3% 4 Pemasangan kain drapping. Dook steril
5 Lakukan incisi kulit dan jaringan subkutan lewat kaudal , yaitu tepat dibelakang
umbilikus kearah kaudal lebih kurang 5-6 cm. Scalpel 6 Bagian kanan dan kiri linia alba
dijepit dengan Allis Forceps Allis Forceps
Dibuat irisan sampai fasia, muskulus dan peritoneum yang dibantu dengan jari telunjuk
dan jari tengah. Gunting lurus tumpul
Keluarkan uterus yang mengalami kerusakan, (selalu dibasahi dengan NaCl fisiologis)
Sisihkan isi uterus ke cranial dan ke caudal pada bagian yang akan dipotong. Kemudian
pada kedua sisi dijepit dengan klem
Ligasi pembuluh darah yang mensuplai darah pada bagian uterus yang akan dipotong,
kemudian uterus, penggantung uterus dipotong.
11
Darah dibersihkan, kemudian bagian yang tertinggal dimasukkan kembali pada posisi
semula.
Operator
16
13
Peritoneum dijahit dengan pola simple interrupted menggunakan benang silk, muskulus
dan fascia dijahit dengan pola simple continous menggunakan benang cat gut, dan kulit
dijahit dengan pola simple interrupted menggunakan silk.
14
Bekas incisi yang telah dijahit dibersihkan, desinfeksi serta hewan disuntikan antibiotik
dan obat Suportif.
Perawatan Pasca Operasi 1. Pasien ditempatkan dalam kandang yang bersih dan dijaga
agar bekas luka operasi tidak digigit ataupun digaruk oleh hewan, diberi makan dan
minum 2x sehari 2. Pemberian obat-obatan dilakukan selama 5 hari 2 kali sehari 3. Jahitan
dibuka setelah luka operasi kering dan luka operasi dibersihkan dengan menggunakan
iodine tincture 3% serta diolesi salap gentamicin Obat-obat yang diberikan sebagai berikut:
Nama Pasien : Lucky Nama Pemilik: Muh Sunardi Idrus Alamat Pemilik : Darussalam
NIM : 1602101020094 Signalement :Ras Anjing Lokal, jenis kelamin betina,
warna cream, umur ±4 bulan, berat badan 5,9 kg
1. Keadaan umum :
a. Gizi : Ideal
b. Tempramen : Jinak
c. Habitus : Normal
3. Kulit dan bulu : Turgor kulit baik dan rambut tidak kusam
18
b. Jamur :-
- Protozoa :-
- Bakteri :-
2. BDP
- Netrofil :-
- Eosinofil :
19
- Basofil :-
- Limfosic :-
- Monosit :-
- Staff :-
3. Hb : 6,4 g/dl.
4. Ht :-
Petugas/Pemeriksa,
20
Lampiran
20
20