Makalah Tentang Budidaya Tanaman Hias

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TENTANG BUDIDAYA TANAMAN HIAS

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penulis ingin lebih jauh mendalami dan mengetahui bagaimana cara
membudidayakan tanaman hias euphorbia. Euphorbia adalah merupakan salah satu
famili Euphorbiaceae yang mempunyai lebih dari 2000 spesies. Famili ini tumbuh
tersebar di daerah tropis, mulai dataran rendah hingga dataran tinggi. Tanaman yang
tergolong sukulen dan menyerupai kaktus ini sangat menyukai sinar matahari,
sehingga akan menampilkan bunga yang semarak apabila diletakkan di tempat yang
terbuka dengan penyinaran matahari penuh.
Dalam berbudidaya tanaman hias penentuan lokasi sangat berpengaruh untuk
pertumbuhan tanaman. Tanaman hias yang memerlukan lokasi dingin dan lembab
akan sulit dibudidayakan di daerah dataran rendah dan kering, demikian sebaliknya.
Sarana dan prasarana juga dibutuhkan dalam berbudidaya untuk mendukung
pertumbuhannya. Tanaman hias seperti euphorbia memerlukan lokasi tumbuh pada
kisaran temperatur 4-40 celcius. Dihabitat aslinya tanaman ini tumbuh di lahan
terbuka dan cukup toleran berada di lokasi ternaung.
Pertumbuhan tanaman euphorbia, baik vegetatif (pertumbuhan tunas, daun,
batang dan akar) serta pertumbuhan generatif (pertumbuhan bunga,buah dan biji)
tidak hanya ditentukan oleh faktor genetik, tetapi juga oleh faktor iklim dan
pemeliharaan. Faktor iklim meliputi suhu, cahaya dan kelembaban. Sementara faktor
pemeliharaan meliputi penyiraman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit,
serta pemisahan tanaman (repotting).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah Sejarah dan Asal Usul Euphorbia Milii?
2. Bagaimanakah pembudidayaan Euphorbia Milii?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Sejarah dan Asal Usul Euphorbia Milii.
2. Untuk mengetahui tentang pembudidayaan Euphorbia Milii.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah dan Asal Usul Euphorbia Milii


Euphorbia berasal dari daerah Madagaskar dan kemudian menyebar ke seluruh
dunia, termasuk ke Indonesia. Nama Euphorbia berasal dari nama Euphorbus, seorang
dokter dari Mauritania, Afrika Utara, yang telah berjasa pada rajanya. Meskipun
demikian, beberapa spesies diakui merupakan tanaman asli daerah lain. Misalnya
Euphorbia characias subsp. Wulfenii dari Portugal, Euphorbia griffithii dari
Himalaya, dan Euphorbia marganita dari Amerika Utara. (Purwanto, 2006)
Euphorbus yang membawa euphorbia bersosok unik dan berbunga cantik itu
menyebar ke Cina dan Thailand. Penyebaran tanaman ini tidak lepas dari jasa
pedagang pada zaman kerajaan Sukhothai. Etnis Cina di Thailand meletakkan
euphorbia di depan rumah untuk menghalau roh jahat. Mereka menancapkan dupa
serta mengikat tali merah di bagian pot. Tanaman tersebut dipercaya membawa
keberuntungan, kesuksesan dan kemakmuran. Semakin besar dan banyak bunga,
semakin beruntung dan sukses pula pemiliknya. (Soedijono dan hartono, 2007)
B. Pembudidayaan
1. Pemilihan Pot Tanaman
Pot merupakan wadah media tanam dan tempat tumbuhnya tanaman untuk
budidaya euphorbia di Kebun Benih Hortikultura Tejomantri menggunakan pot
yang berbahan plastik. Untuk penanaman euphorbia sebaiknya dipilih pot yang
berbahan plastik karena sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman ini. Pot
berbahan plastik baik digunakan karena tidak lembab. Sedangkan untuk pot yang
berbahan dari tanah liat mudah menyerap air sehingga lembab. Pot yang dipilih
sebaiknya memiliki lubang untuk mengeluarkan air yang berlebih saat penyiraman
jika tidak ada lubang pengeluaran air dapat menggenang di dalam pot.
Ukuran pot harus disesuaikan dengan sosok tanaman. Semakin besar tanaman,
semakin luas pula perakarannya sehingga dibutuhkan pot yang berukuran lebih
besar. Ukuran pot yang tidak sesuai menyebabkan tanaman terganggu
pertumbuhannya. Pot yang terlalu kecil akan membuat perakaran tanaman tidak
berkembang secara maksimal. Hal ini akan berakibat buruk terhadap pertumbuhan
tanaman secara keseluruhan. Sementara pot yang terlalu besar membuat media
cenderung mengumpul di bagian pinggir karena perakaran belum menyebar.
Selain tidak menarik dipandang mata, boros dalam penggunaan media.
2. Penyiapan Bahan Tanam
Tanaman hias euphorbia dapat dibiakkan melalui pembiakan secara generatif
maupun vegetatif. Pembiakan dengan cara generatif dapat dilakukan dengan
menggunakan biji atau penyilangan. Sedangkan dengan cara pembiakan vegetatif
dapat dilakukan dengan cara setek batang, setek anakan, penyambungan dan
kultur jaringan. Di Kebun Benih Hortikultura Tejomantri bahan tanam diperoleh
dari hasil pembiakan yang dilakukan secara vegetatif. Pembiakan dengan cara
vegetatif dilakukan dengan stek batang dan sambung.
Bahan tanam untuk setek batang diambil dari tanaman induk. Untuk
memperoleh hasil yang baik dalam stek batang, dipilih tanaman yang sehat dan
batangnya setengah tua. Hal ini dikarenakan batang yang terlalu tua sangat sulit
untuk membentuk akar, sedangkan batang yang terlalu muda mempunyai proses
penguapan yang sangat cepat sehingga stek lemah dan akhirnya mati.
Sedangkan bahan tanam untuk sambung dipilih tanaman yang mempunyai
daya adaptif terhadap lingkungan. Tanaman yang digunakan untuk batang atas
yaitu diambil dari jenis hibrida yang mempunyai penampilan menarik. Dalam
pengambilan bahan tanam sebaiknya diambil dari tanaman yang sehat dan
perhatikan karakterisrik batang atas dan bawah.
3. Penyiapan Media Tanam
Media tumbuh merupakan tempat melekatnya perakaran sehingga tanaman
berdiri kokoh. Media tumbuh juga berperan untuk menyimpan air dan hara serta
menjaga kondisi kelembaban. Media tanam merupakan komponen utama ketika
akan bercocoktanam. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan
dengan jenis tanaman yang ingin ditanam. Dalam budidaya tanaman hias,
persiapan media tanam merupakan langkah dasar yang sangat penting. Hal ini
disebabkan karena setiap tanaman hias membutuhkan komposisi media yang
berbeda-beda untuk mendukung perkembangan dan pertumbuhannya.
Dalam memilih media tanam usahakan kering dan porous atau tidak mengikat
air terlalu lama, selain itu memiliki aerasi dan drainase yang baik. Hal tersebut
disebabkan karena air yang tertahan terlalu lama dapat menyebabkan busuk akar.
Berbagai jenis media tumbuh yang digunakan untuk euphorbia umumnya
merupakan campuran dari bahan-bahan yang porous, bahan organik, dan tanah.
Euphorbia termasuk tanaman yang sukulen yang membutuhkan media kering.
Oleh karena itu, diperlukan campuran media tumbuh yang dapat digunakan.
Setiap nursery biasanya menggunakan formula yang berbeda-beda. Beberapa
bahan yang dapat digunakan sebagai campuran antara lain arang sekam, pasir,
serbuk kelapa, pakis, pupuk kandang dan sekam biasa.
Media tanam yang digunakan dalam penanaman euphorbia adalah pasir
malang, arang sekam, dan pupuk kandang masing-masing dengan perbandingan 1
: 2 : 1. Ketiga media tersebut memiliki porositas yang baik karena media tersebut
mengandung pasir malang dan arang sekam sehingga mudah menyerap dan
meloloskan air. Pasir malang merupakan media yang sangat baik bagi
pertumbuhan dan perakaran batang tanaman. Media ini bersifat mudah basah,
tetapi juga cepat mengering kembali. Pasir tidak mengandung unsur hara sehingga
fungsi utamanya adalah membuat campuran media lebih porous. Arang sekam
mudah mengikat air, tidak cepat lapuk dan tidak cepat menggumpal. Media
tersebut cocok untuk tanaman euphorbia karena tanaman tersebut menyukai media
tanam yang tidak terlalu lembab.
Sedangkan pupuk kandang merupakan media tanam sumber unsur-unsur hara,
baik hara makro maupun mikro. Pupuk kandang difungsikan sebagai penyedia
unsur hara. Pupuk organik mengandung zat makanan yang lengkap meskipun
kadarnya tidak setinggi pupuk anorganik. Hal penting yang harus diperhatikan
dalam penggunaan pupuk kandang adalah kematangannya. Pupuk kandang yang
digunakan untuk campuran media di Kebun Benih Hortikultura Tejomantri
menggunakan kotoran kambing. Penggunaan pupuk kandang ini dimaksudkan
untuk lebih menjaga tingkat kelembapan.
4. Perbanyakan Tanaman
Tanaman euphorbia termasuk tanaman yang sangat mudah diperbanyak.
Perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara generatif yaitu dilakukan dengan
penyemaian biji dan perbanyakan secara vegetatif dengan bagian tanaman itu
sendiri. Perbanyakan euphorbia yang sering dilakukan di Kebun Benih
Hortikultura Tejomantri dengan cara vegetatif yaitu melalui stek dan sambung.
Setek (cutting) diartikan sebagai suatu perlakuan pemisahan tanaman, seperti
daun, tunas, batang, dan akar, agar bagian-bagian tersebut membentuk akar atau
tanaman baru (Rukmana, 1997). Setek merupakan cara paling populer yang
dipakai untuk memperbanyak euphorbia. Selain mudah dan cepat, keturunan hasil
setek memiliki keunggulan yang sama dengan induknya. Batang yang akan
disetek dipilih yang cukup besar, sehat dan tua. Batang yang terlalu muda proses
penguapannya sangat cepat, sehingga stek menjadi lemah dan akhirnya mati.
Dalam melakukan perbanyakan dengan cara setek pisau yang digunakan harus
tajam dan steril agar hasil potongan tidak terinfeksi dan didapat permukaan
potongan yang halus. Permukaan potongan yang kasar sulit untuk membentuk
kalus, sedangkan kalus sangat berguna untuk menutupi luka. Potongan hanya
dilakukan sekali dengan arah menyerong atau miring, sehingga menghasilkan
potongan dengan permukaan lebih luas bila dibandingkan dengan pemotongan
arah tegak lurus.
Tahapan perbanyakan dengan setek adalah sebagai berikut :
a. Potong batang sepanjang 15 cm dari pucuk batang utama atau cabang yang
mengganggu. Sisakan 3-4 lembar daun untuk mengurangi penguapan. Alat
untuk memotong sebaiknya berupa pisau yang tajam dan steril agar tanaman
tidak terinfeksi.
b. Setelah dipotong, getah yang keluar dari bekas pemotongan dicuci dengan air
bersih. Bekas luka dila dengan kain atau tisu agar terhindar dari serangan
penyakit.
c. Kering anginkan bahan setek di tempat teduh selama 1-2 jam agar luka bekas
pemotongan menjadi kering. Bahan setek tersebut tidak boleh terkena sinar
matahari dan air hujan.
d. Pada bagian batang yang terpotong dicelupkan atau dioleskan zat perangsang
akar, lalu dikeringkan selama 1-2 jam.
e. Batang setek kemudian ditanam pada media sedalam 3-4 cm. media yang
digunakan merupakan campuran arang sekam, sekam biasa dan pupuk
kandang dengan perbandingan 1 : 1 : 1.
f. Setelah ditanam siram dengan air secukupnya dan merata. Penyiraman jangan
terlalu banyak atau sampai becek untuk menghindari munculnya cendawan
atau bakteri.
g. Kemudian letakkan pot di tempat yang teduh dengan intensitas cahaya
matahari rendah, sekitar 60-70 %.
Sekitar satu minggu kemudian, akar mulai bermunculan. Tanaman yang sudah
terlihat kuat dan sehat bisa dipindahkan ke tempat yang terkena sinar matahari
secara penuh. Keberhasilan dalam pengakaran ditentukan oleh umur tunas
yang di setek. Umur tunas berkaitan dengan ketebalan jaringan kayu (xilem)
dam kambium yang nantinya membentuk kalus dan akar.
Adapun tahapan perbanyakan dengan cara sambung adalah sebagai berikut :
a. Batang bawah dipilih yang berdiameter lebih besar dibanding batang atas.
Dengan menggunakan pisau tajam dan steril, buat sayatan berbentuk huruf V
sedalam 2 cm pada batang bawah.
b. Lakukan hal yang sama pada batang atas dengan bentuk V terbalik. Panjang
batang atas sekitar 3-6 cm.
c. Masukkan batang atas kecelah batang bawah. Upayakan bentuk potongan
sama sehingga dapat melekat dengan erat.
d. Setelah itu, ikat dengan selotip atau tali raffia agar tidak terkena air.

Untuk megurangi penguapan dam mempercepat munculnya tunas, sisakan 2-4


helai daun pada batang atas. Helaian daun tersebut dipotong separuhnya.
Kemudian, bungkus batang atas dengan kantong plastik dan letakkan di tempat
yang teduh. Dengan cara ini tanaman dapat disambung dengan berjenis-jenis
tanaman yang berbeda sehingga terlihat unik. Tanaman yang disambung tersebut
ditempatkan ditempat yang teduh dan disiram setiap harinya untuk menjaga
kelembapannya. Hasil akan terlihat setelah +2 minggu yang ditandai dengan
munculnya tunas daun pada cabang/batang atas, hal ini dapat dikatakan
penyambungan berhasil. Tetapi apabila tidak tumbuh tunas daun, cabang batang
atas membusuk dan mengering, berarti penyambungan gagal. Jika hasil
sambungan dipastikan berhasil maka tali pembalut dilepas.

5. Penanaman
Dalam membudidayakan tanaman hias, terdapat banyak faktor yang
mendukung keberhasilan. Selain memilih bahan tanam dan perawatan yang
intensif. Hal yang perlu diperhatikan adalah tehnik penanaman bahan tanam yang
harus dilakukan dengan benar agar tidak merusak tanaman atau menurunkan
kualitasnya. Sebelum melakukan penanaman perlu diketahui juga adanya hama
dan penyakit dalam media tanam tersebut. Media tanam sebaiknya disiapkan 1-2
hari sebelum penanaman. Media tersebut agar terhindar dari hama dan penyakit
perlu disemprot dahulu dengan fungisida.
Penanaman tanaman euphorbia di Kebun Benih Hortikultura Tejomantri
ditanam dalam pot. Pot yang digunakan disesuaikan dengan ukuran tanaman.
Penanaman dilakukan pada saat pemindahan bibit atau tanaman muda hasil
perbanyakan. Langkah pertama dalam melakukan penanaman yaitu menyiapkan
semua bahan tanam, campuran media dan pot yang akan digunakan. Kemudian
memasukkan media tanam hingga setengah bagian pot. Bibit tanaman yang telah
disiapkan dimasukkan tepat di tengah-tengah pot lalu menimbunnya dengan
media tanam sampai mendekati mulut pot kemudian tanaman baru disiram dengan
air secukupnya. Penyiraman yang berlebihan dapat menimbulkan penyakit busuk
akar.
6. Pemeliharaan Tanaman
a. Penyiraman
Air merupakan komponen penting untuk keberlangsungan hidup
tanaman. Komponen ini berperan penting dalam fotosintesis dan metabolisme
lain, juga sebagai pelarut. Air juga berperan untuk menjaga agar suhu tanaman
tetap stabil dan bersifat mendinginkan bila terjadi peningkatan temperatur saat
siang hari.
Kebutuhan air pada Euphorbia tergantung pada cuaca. Di Kebun Benih
Hortikultura Tejomantri, penyiraman dilakukan rutin 1-2 kali sehari bila cuaca
panas. Sementara bila cuaca hujan, biasa dilakukan 2-3 hari sekali atau
diperiksa media tanamnya, bila masih basah (lembab) tidak perlu disiram.
Pemberian air secara berlebihan mengakibatkan akar tanaman membusuk. Hal
ini terjadi karena media tumbuh menyimpan air dalam waktu lama sehingga
menyebabkan berkembangbiaknya mikroorganisme, seperti cendawan dan
bakteri. Sebaliknya, jika jumlah air telalu sedikit tanaman akan mengalami
dehidrasi (kekurangan cairan). Keadaan ini ditandai dengan batang yang
tampak megerut dan tumbuh merana.
Penyiraman sebaiknya dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 06.00-
07.00 dan sore hari sekitar pukul 16.00-17.00. Penyiraman sebaiknya tidak
dilakukan pada siang hari. Hal ini dikarenakan air akan menguap sebelum
diserap tanaman. Penyiraman dianggap cukup bila air sudah keluar dari lubang
bawah pot. Pengguanaan gembor lebih baik karena air yang keluar lebih halus
dan tidak merusak tanaman. Sebaliknya, seluruh tanaman ikut disiram agar
debu atau kotoran yang menempel hilang terbawa air. Pada awal pembungaan,
penyiraman cukup dilakukan ke tajuk tanaman tanpa perlu menunggu air
keluar dari lubang media tanam. Hal itu disebabkan karena pada masa itu
euphorbia membutuhkan lingkungan kering.
b. Pemupumkan
Pemberian pupuk harus rutin dan tepat dosisnya. Pemberian pupuk
yang berlebihan dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu.
Sebaliknya, jika terlalu sedikit dapat berdampak pada kondisi tanaman merana
bahkan mati. Selama dua minggu setelah penanaman, tanaman hanya disiram
dan tidak diberi pupuk. Hal ini dikarenakan pertumbuhan akar tanaman belum
normal sehingga belum bisa menyerap nutrisi dengan baik. Pupuk yang
digunakan selain pupuk organik yang sudah dicampurkan pada media tanam,
pupuk yang digunakan adalah pupuk NPK. Pupuk NPK termasuk pupuk
majemuk yaitu pupuk yang mengandung dua atau lebih dua hara tanaman.
Pemberian unsur N (Nitrogen) akan memacu pertumbuhan daun dan
batang serta membantu terbentuknya akar, unsur P (Fosfor) merupakan unsur
utama yang mendorong terbentuknya akar serta membantu pembentukan
bunga dan buah, dan unsur K (Kalium) merupakan unsur utama dalam
pembentukan tulang tanaman (penguat tanaman) serta membantu
pembentukan bunga dan buah.
Pupuk NPK diberikan pada tanaman setelah 3 minggu penanaman.
Tanaman diberi pupuk NPK yang di dalamnya mengandung unsur hara
dengan perbandingan 20:20:20, artinya di dalam pupuk tersebut mengandung
unsur N, P, dan K dalam jumlah yang sama. Pemupukan dengan NPK
dilakukan 1 bulan sekali. Pemberian pupuk NPK dapat dilakukan dengan
ditaburkan di atas media dan bisa disemprotkan. Apabila disemprotkan, maka
pupuk tersenut harus dilarutkan telebih dahulu.
c. Menyiangi Gulma
Penyiangan terhadap tanaman pengganggu atau gulma dilakukan secara
manual. Cara manual adalah dengan cara mencabut gulma secara langsung
dengan tangan. Tujuan dari menghilangkan gulma tersebut agar tidak
mengganggu tanaman yang sedang tumbuh berkembang. Penyiangan
dilakukan tergantung ada tidaknya gulma yang tumbuh pada tanaman
euphorbia.
d. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian secara preventif adalah tindakan mencegah tumbuhnya
hama dan penyakit yang menyerang tanaman. Tindakan yang dilakukan adalah
tindakan memisahkan tanaman yang sakit dari tanaman yang sehat, hal ini
dimaksudkan agar tanaman yang sakit diobati sesuai dengan jenis
penyakitnya. Sedangkan untuk cara kuratif yaitu mengobati tanaman yang
telah terserang hama dan penyakit.
Munculnya hama dan penyakit bisa disebabkan karena kurangnya
menjaga kebersihan, maka dari itu tindakan pencegahan yang paling baik
adalah menjaga kebersihan di sekitar lingkungan penanaman. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan untuk mencegah kehadiran hama dan penyakit salah
satunya, gunakan pot berlubang agar air mengalir dengan baik. Hal tersebut
bertujuan agar tidak ada genangan air sehingga dapat mencegah munculnya
penyakit busuk akar. Kelembapan udara harus selalu dijaga, oleh karena itu
pada siang hari semprotkan air dengan sprayer di sekitar tanaman.
Hama yang sering menyerang tanaman euphorbia adalah kutu putih,
thrips, ulat, dan semut. Hama kutu putih umumnya menempel pada daun atau
tangkai bunga, pada musim kemarau. Akibat dari serangan hama kutu putih
mengakibatkan daun berkeriput. Trips adalah serangga berukuran 1-2 mm
yang menempel pada daun-daun muda dan putik bunga. Serangan ini
menyebabkan pertumbuhan euphorbia terhambat, daun pucuk berkeriput, tidak
mau membuka dan berwarna karat. Selain itu bunga akan tumbuh tidak
sempurna dan rontok.
Hama ulat menyerang semua bagian tanaman, mulai dari daun, kuncup
bunga, bunga maupun tunas. Gejalanya adalah adanya bekas gigitan di bagian
tepi dan terdapat kotoran. Untuk hama semut biasanya bersembunyi di
pangkal batang tanaman, di dalam media tanam, atau di bawah pot. Semut
menyerang dan merusak daerah perakaran dan tunas-tunas muda sehingga
mengganggu pertumbuhan tanaman.
e. Repotting/Penggantian Pot
Euphorbia yang ditanam dalam pot dengan media tanam lama-lama
akan kehabisan unsur haranya. Apabila hal ini dibiarkan, maka pertumbuhan
tanaman akan terganggu. Untuk itu diperlukan adanya repotting dengan
disertai pergantian atau penambahan media tanam. Jika tanaman sudah mulai
besar dan tidak sesuai dengan ukuran potnya, tanaman sebaiknya dipindahkan
ke pot yang lebih besar. Tujuannya agar pertumbuhan akar tidak terganggu,
mendapatkan air dan zat hara lebih banyak. Pemindahan tanaman ini dikenal
dengan istilah repotting.
Repotting atau penggantian pot dilakukan di Kebun Benih Hortikultura
Tejomantri setelah euphorbia dirasa sudah tidak sesuai lagi dengan ukuran pot.
Pada repotting juga dilakukan pemupukan dengan NPK. Pemupukan ini
dilakukan 3 bulan sekali, hal ini dilakukan agar tanaman tetap terjaga
pertumbuhannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perbanyakan euphorbia yang umumnya dilakukan adalah perbanyakan vegetatif
dengan cara stek.
2. Dalam perbanyakan vegetatif dengan cara setek getah yang keluar dicuci dengan
air bersih dan dikeringkan, hal ini bertujuan agar terhindar dari serangan penyakit.
3. Tanaman suru baik digunakan untuk batang bawah dalam perbanyakan vegetatif
dengan cara sambung.
4. Tanaman euphorbia di Kebun Benih Hortikultura Tejomantri di tanam dalam pot
plastik / polybag dengan media tanam campuran pasir malang, arang sekam dan
pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 2 : 1.
5. Untuk pengembangan analisis budidaya di Kebun Benih Hortikultura Tejomantri
dapat dikatakan layak untuk dikembangkan karena nilai R/C Rationya lebih dari
1,0. Ratio dari analisis budidaya euphorbia adalah 1,15.
6. Dalam berbudidaya perawatan yang teratur merupakan faktor pendukung
keberhasilan.
7. Penggantian pot dilakukan jika tanaman sudah tidak sesuai dengan ukuran potnya.
B. Saran
1. Dalam membudidayakan tanaman euphorbia mencoba dengan menggunakan cara
perbanyakan generatif dengan harapan dapat memperoleh hasil yang berbeda.
2. Untuk lebih mengoptimalkan hasil budidaya euphorbia perlu adanya peningkatan
pengawasan terhadap tanaman sehingga kualitas euphorbia tetap terjaga dengan
baik.
3. Memperluas pasar sehingga permintaan akan tanaman euphorbia dapat meningkat.
DAFTAR PUSTAKA

Soekartawi, John L. Dillon, J. Brian Hardakek dan A. Soeharjo. 1986. Ilmu Usaha Tani dan
Penelitian untuk Perkembangan Petani Kecil. Jakarta. Universitas Indonesia (UI-Press).

https://infoteratesalju.blogspot.com/2017/10/makalah-budidaya-tanaman-hias.html

Anda mungkin juga menyukai

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy