Buat Script
Buat Script
22010216140020
PSKG 2016
Metode apa yang dapat digunakan untuk menentukan jenis kelamin dan usia tulang
dengan kondisi tersisa gigi pada rahang bawah.
Atlas perkembangan gigi dan tulang alveolar untuk perkiraan usia yang terbaru
yaitu diterbitkan oleh AlQahtani et al. 2010, berjudul “The London Atlas of
Human Tooth Development and Eruption”. Rasio dari wanita dan pria hampir
sama. Pada atlas-atlas lainnya data bagan tidak membedakan antara pria dan
wanita. Pada atlas ini terdapat 31 diagram yang menggambarkan perkembangan
gigi semenjak 30 minggu kandungan sampai 23,5 tahun. Delapan diagram
diantaranya hanya mendeskripsikan perkembangan gigi molar tiga dimulai dari
usia 16,5 tahun. Tidak seperti Ubelaker yang mendefinisikan erupsi gigi sebagai
point in time saat keluarnya gigi dari tulang alveolar. Data AlQahtani didapat
dari sumber-sumber kontemporer, pengaruh lingkungan modern sekarang ini
dapat terefleksikan pada hasil atlasnya. Oleh sebab itu, atlas AlQahtani ini
merupakan atlas yang lebih baik dan lebih berguna untuk perkiraan usia
dibanding atlas lainnya.
Teknik atlas lainnya yang juga sering dipakai adalah teknik oleh Moorress et al
1963. Teknik ini mengevaluasi resorpsi gigi sulung pada gigi kaninus
mandibula, molar pertama, molar kedua. Empat tahap resorpsi gigi
dideskripsikan sebagai ¼ resorption, ½ resorption, ¾ resorption, dan eksfoliasi.
Estimasi rerata usia beserta standar deviasinya disediakan dengan tahapan gigi
individual dalam bentuk tabular untuk pria dan wanita. Data ini memberikan
informasi berguna untuk anak usia 5 sampai 12 tahun.
Dikarenakan penyelesaian proses maturasi gigi memakan waktu lebih lama dari
erupsi gigi ataupun resorbsi gigi sulung, teknik yang melibatkan maturasi gigi
menjadi lebih berguna. Dua teknik sistem staging yang paling umum digunakan
adalah Moorrees et al, dan Demirjian et. al. Artikel Moorrees et al. yang
berjudul “Age Variation of Formation Stages For Ten Permanent Teeth”
menyediakan informasi penilaian usia kronologis gigi permanen posterior
mandibula (C-M3) dan tahap perkembangan lanjutkan gigi permanen insisif
maksila dan mandibula (I1 dan I2). Data perkembangan gigi sulung mandibula
telah dipublikasikan lebih awal. Incremental Stages perkembangan gigi
permainan dapat dilihat dibawah ini beserta dengan deskripsi tertulisnya.
Scoring Technique untuk estimasi usia yang paling sering digunakan dan dianggap
sebagai gold standard adalah teknik Demirjian. Demirjian et al mendeskripsikan delapan tahap
perkembangan gigi dari pembentukan mahkota sampai penutupan apeks akar dari tujuh gigi
permanen mandibular sebelah kiri (tidak termasuk gigi molar tiga). Tahapan dari setiap gigi
kemudian dikonversi menjadi score, dan skor dari setiap gigi pada individu dijumlahkan dan
kemudian dihitung sehingga ditemukan estimasi usia dentalnya.
Berikut adalah tahapan estimasi usia dental menggunakan metode Demirjian et al.
1. Setiap gigi dengan teliti dinilai dan dicocokan terhadap 8 tahap perkembangan dengan
mengikuti definisi mengikuti definisi kriteria setiap tahap dan membandingkan dengan
ilustrasi dan gambaran radiografis menurut metode Demirjian et al.
2. Tahap perkembangan setiap gigi kemudian dikonversi menjadi skor
3. Skor yang telah dibuat untuk setiap gigi kemudian dijumlahkan semuanya, hasil
penjumlahan merupakan dental maturity score
4. Dental maturity score pada setiap sampel kemudia dikonversikan menjadi dental age
dengan membandingkan mereka dengan tabel yang tersedia terpisah antara laki-laki
dan perempuan.
5. Perbedaan nilai pada setiap sampel dihitung dengan mengurangi umur kronologi
dengan umur dental (nilai positif dan negatif mengindikasikan overestimation dan
underestimation, secara berurutan).
Metode scoring lainnya ditemukan oleh Nolla pada tahun 1960. Nolla mengevaluasi tahap
mineralisasi pada gigi permanen dalam 10 tahap. Metode ini dapat digunakan untuk menilai
perkembangan setiap gigi pada rahang maksila dan mandibula. Foto radiograf pasien
dicocokan dengan gambaran komparatif yang diberikan oleh Nolla. Setelah seluruh gigi
diberi skor, nilai tersebut kemudian dijumlahkan pada kedua rahang, kemudian jumlahnya
dibandingkan dengan tabel untuk estimasi dental.
o Maples
Maples mempublikasikan studi yang mengevaluasi gigi yang dipotong dari
subjek dari klinik di florida dan kemudian dinilai berdasarkan 5 dari 6
kriteria Gustafson menggunakan 7 stage system yang diciptakan Johanson.
Resorpsi akar dianggap tidak memiliki korelasi signifikan dalam estimasi
usia. Maples menemukan bahwa resesi gingiva sulit dinilai pada masa post
mortem akibat kerusakan jaringan lunak dan juga menyimpulkan bahwa
atrisi bervariasi antara berbagai budaya karena perbedaan dietary habit.
Oleh sebab itu, Maples melakukan pengukuran kedua, kali ini menggunakan
variabel yang paling statically significant, yaotu root transparancy dan
secondary dentin.
o Lamendin et al
Lamendin membatasi variabel estimasi usia menjadi root transparency dan
periodontal recession membutuhkan tiga pengukuran fisik dari aspek labial
gigi. Resesi periodontal ditentukan dengan mengukur, dalam mm, jarak
maksimum antara CEJ dan garis perlekatan jaringan lunak, transparansi
akar merupakan jarak dari apeks akar ke ketinggian maksimum
transparency sepanjang permukaan akar, dan tinggi akar dihitung dari CEJ
sampai apeks akar
o Kvaal et al
Metode ini dapat memakan biaya dan juga dilarang untuk alasan agama,
etik, dan kultural. Metode ini menyediakan metode radiograf non-invasif
untuk evaluasi perubahan progresif pada ukuran pulpa akibat aposisi dentin
sekunder. Idealnya, pemilihan gigi dilakukan berdasarkan dua syarat
1. Giginya harus berada pada fungsi normal oklusi
2. Gigi harus bebas dari segala potensi menifestasi trauma seperti
restorasi, karies aktif, erosi, abrasi, dan abnormal atrisi.
Gigi berakar tunggal tidak berotasi adalah gigi yang dipakai. Lebar pulpa
dipakai sebagai indikator karena beberapa studi mengindikasikan lebar
pulpa indikator lebih baik daripada panjang pulpa. Untuk mengantisipasi
megnfikasi dan kesalahan angulasi, rasio panjang pulpa pada bagian akar
dan gigi, serta lebar pada pulpa akar pada level 3 berbeda digunakan dalam
evaluasi. Ilustrasi dibawah menggambarkan pengukuran yang dibutuhkan
dan lokasinya.
Referensi
Abdul Gafar Parinduri. Identifikasi Tulang Belulang. 2018. Departemen Forensik
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. E-ISSN: 2614-5219
Nur Nafi’iyah, Retno Wardhani. Sistem Identifikasi Jenis Kelamin Manusia Berdasarkan
Foto Panoramik. Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 2016.
ISBN 978-602-14917-2-0
Kaur M, Mago J, Kaur J, Sahota MK. Age Estimation in Forensic Odontology. World J
Pharm Med Res. 2016;2(5):260-5