0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
31 tayangan

Buat Script

Dokumen ini membahas metode untuk menentukan jenis kelamin dan usia berdasarkan tulang rahang dan gigi. Metode ini meliputi penggunaan atlas perkembangan gigi, scoring teknik, dan penilaian perubahan pasca pembentukan pada gigi.

Diunggah oleh

syavergio
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
31 tayangan

Buat Script

Dokumen ini membahas metode untuk menentukan jenis kelamin dan usia berdasarkan tulang rahang dan gigi. Metode ini meliputi penggunaan atlas perkembangan gigi, scoring teknik, dan penilaian perubahan pasca pembentukan pada gigi.

Diunggah oleh

syavergio
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 11

Syavergio Avia Difaputra

22010216140020
PSKG 2016

Metode apa yang dapat digunakan untuk menentukan jenis kelamin dan usia tulang
dengan kondisi tersisa gigi pada rahang bawah.

 Penentuan Jenis Kelamin


Identiikasi jenis kelamin melalui lengkung rahang bawah, rahang pria lebih
besar dari wanita karena gigi geligi wanita jarak mesio distalnya lebih kecil daripada
pria
Identifikasi jenis kelamin melalui tulang rahang. Terdapat berbagai sudut
pandang pada setiap regio dan bentuk serta besar dari rahang pria maupun wanita yang
sangat berbeda. Hal ini dapat digunakan sebagai sarana atau data identifikasi jenis
kelamin melalui tulang rahang.
- Identifikasi jenis kelamin melalui sudut gonion. Sudut gonion pria lebih
kecil dibandingkan sudut gonion wanita
- Identifikasi jenis kelamin melalui tinggi ramus ascendens. Ramus ascendens
pria lebih tinggi dan lebih besar daripada wanita.
- Identifikasi jenis kelamin melalui inter processus. Jarak processus
condyloidues dengan processus coronoideus pada pria lebih jauh
dibandingkan dengan wanita. Dengan kata lain pada pria mempunyai jarak
lebih panjang dibandingkan dengan wanita
- Identifikasi jenis kelamin melalui lebar ramus ascendes. Identifikasi jenis
kelamin melalui ramus ascendens pada pria mempunyai jarak yang lebih
besar dibandingkan dengan wanita
- Identifikasi jenis kelamin melalui tulang menton (dagu). Identifikasi jenis
kelamin melalui tulang menton pria atau tulang dagu pria yang dimaksud
lebih anterior dan lebih besar.
- Identifikasi jenis kelamin melalui Pars Basalis Mandibula. Pada pria, pars
Basalis Mandibula lbeih panjang dibandingkan dengan wanita dalam bidang
horizontal
- Identifikasi jenis kelamin melalui processus coronoideus. Tinggi processus
coronoideus pada pria lebih tinggi dibandingkan dengan wanita dalam
bidang vertikal
- Identifikasi jenis kelamin melalui tebal tulang menton. Tulang menton pria
dalam ukuran pabio lebih tebal dibandingkan dengan wanita, hal ini
kemungkinan masa pertumbuhan dan perkembangan rahang pria lebih lama
dibandingkan dengan wanita. Ukuran ini sangatlah relatif tergantung dari
ras, sub ras, dan hanya dibandingkan sesama etnik-etnik saja
- Identifikasi jenis kelamin melalui lebar dan tebal processus condyloideus.
Bentuk processus condyloideus bermacam-macam baik pria maupun
wanita, tetapi mempunyai tebal dan lebar yang berbeda. Pada pria ukuran
diameter processusnya lebih besar dibandingkan dengan wanita, hal ini
karena ukuran anterior posterior dan latero medio lebih besar dibandingkan
dengan wanita.
 Penentuan Usia
 Metode Estimasi Usia Pada Masa Pembentukan dan Pertumbuhan
o Fetal Dental Age Estimation
American Board of Forensic Odontology merekomenasikan penggunaan bagan
Ubelakar, AlQahtani, dan London atlas interactive application untuk estimasi
usia sebelum kelahiran sampai dewasa muda.

o Child Dental Age Estimation


Meskipun seluruh teknik estimasi usia yang ada harus dipertimbangkan, teknik
estimasi usia yang melibatkan maturasi gigi telah dikembangkan sejak lama dan
secara luas dan telah dianggap sebagai indikator terakurat dalam menentukan
usia pada subadult (sebelum dewasa). Teknik estimasi usia pada anak-anak
dapat dibagi menjadi empat kategori: atlas technique, scoring technique,
quantity parameters based technique, eruption of teeth method/ visual method.
Semua teknik tersebut mengandalkan radiografi untuk mengakses
perkembangan gigi.

Atlas perkembangan gigi dan tulang alveolar untuk perkiraan usia yang terbaru
yaitu diterbitkan oleh AlQahtani et al. 2010, berjudul “The London Atlas of
Human Tooth Development and Eruption”. Rasio dari wanita dan pria hampir
sama. Pada atlas-atlas lainnya data bagan tidak membedakan antara pria dan
wanita. Pada atlas ini terdapat 31 diagram yang menggambarkan perkembangan
gigi semenjak 30 minggu kandungan sampai 23,5 tahun. Delapan diagram
diantaranya hanya mendeskripsikan perkembangan gigi molar tiga dimulai dari
usia 16,5 tahun. Tidak seperti Ubelaker yang mendefinisikan erupsi gigi sebagai
point in time saat keluarnya gigi dari tulang alveolar. Data AlQahtani didapat
dari sumber-sumber kontemporer, pengaruh lingkungan modern sekarang ini
dapat terefleksikan pada hasil atlasnya. Oleh sebab itu, atlas AlQahtani ini
merupakan atlas yang lebih baik dan lebih berguna untuk perkiraan usia
dibanding atlas lainnya.

Teknik atlas lainnya yang juga sering dipakai adalah teknik oleh Moorress et al
1963. Teknik ini mengevaluasi resorpsi gigi sulung pada gigi kaninus
mandibula, molar pertama, molar kedua. Empat tahap resorpsi gigi
dideskripsikan sebagai ¼ resorption, ½ resorption, ¾ resorption, dan eksfoliasi.
Estimasi rerata usia beserta standar deviasinya disediakan dengan tahapan gigi
individual dalam bentuk tabular untuk pria dan wanita. Data ini memberikan
informasi berguna untuk anak usia 5 sampai 12 tahun.
Dikarenakan penyelesaian proses maturasi gigi memakan waktu lebih lama dari
erupsi gigi ataupun resorbsi gigi sulung, teknik yang melibatkan maturasi gigi
menjadi lebih berguna. Dua teknik sistem staging yang paling umum digunakan

adalah Moorrees et al, dan Demirjian et. al. Artikel Moorrees et al. yang
berjudul “Age Variation of Formation Stages For Ten Permanent Teeth”
menyediakan informasi penilaian usia kronologis gigi permanen posterior
mandibula (C-M3) dan tahap perkembangan lanjutkan gigi permanen insisif
maksila dan mandibula (I1 dan I2). Data perkembangan gigi sulung mandibula
telah dipublikasikan lebih awal. Incremental Stages perkembangan gigi
permainan dapat dilihat dibawah ini beserta dengan deskripsi tertulisnya.
Scoring Technique untuk estimasi usia yang paling sering digunakan dan dianggap
sebagai gold standard adalah teknik Demirjian. Demirjian et al mendeskripsikan delapan tahap
perkembangan gigi dari pembentukan mahkota sampai penutupan apeks akar dari tujuh gigi
permanen mandibular sebelah kiri (tidak termasuk gigi molar tiga). Tahapan dari setiap gigi
kemudian dikonversi menjadi score, dan skor dari setiap gigi pada individu dijumlahkan dan
kemudian dihitung sehingga ditemukan estimasi usia dentalnya.
Berikut adalah tahapan estimasi usia dental menggunakan metode Demirjian et al.
1. Setiap gigi dengan teliti dinilai dan dicocokan terhadap 8 tahap perkembangan dengan
mengikuti definisi mengikuti definisi kriteria setiap tahap dan membandingkan dengan
ilustrasi dan gambaran radiografis menurut metode Demirjian et al.
2. Tahap perkembangan setiap gigi kemudian dikonversi menjadi skor

3. Skor yang telah dibuat untuk setiap gigi kemudian dijumlahkan semuanya, hasil
penjumlahan merupakan dental maturity score
4. Dental maturity score pada setiap sampel kemudia dikonversikan menjadi dental age
dengan membandingkan mereka dengan tabel yang tersedia terpisah antara laki-laki
dan perempuan.
5. Perbedaan nilai pada setiap sampel dihitung dengan mengurangi umur kronologi
dengan umur dental (nilai positif dan negatif mengindikasikan overestimation dan
underestimation, secara berurutan).
Metode scoring lainnya ditemukan oleh Nolla pada tahun 1960. Nolla mengevaluasi tahap
mineralisasi pada gigi permanen dalam 10 tahap. Metode ini dapat digunakan untuk menilai
perkembangan setiap gigi pada rahang maksila dan mandibula. Foto radiograf pasien
dicocokan dengan gambaran komparatif yang diberikan oleh Nolla. Setelah seluruh gigi
diberi skor, nilai tersebut kemudian dijumlahkan pada kedua rahang, kemudian jumlahnya
dibandingkan dengan tabel untuk estimasi dental.

o Adolesent Age Estimation


Pada usia remaja, satu-satunya gigi yang masih mengalami pertumbuhan dan
pembentukan adalah gigi molar ketiga. Terdapat beberapa limitasi teknik
penilaian gigi molar ketiga. Molar tiga merupakan gigi yang menjadi indikator
estimasi usia dental yang paling reliabel pada masa remaja dan early childhood,
dan dapat dengan mudah dan secara non-invasif dievaluasi menggunakan
radiograf dental. Cameriere et al (2004) melaporkan bahwa estimasi usia
dengan gigi molar ketiga dikombinasikan dengan rasio area pulpa/gigi molar
kedua memberikan akurasi estimasi usia lebih akurat pada individu usia 28
tahun ke atas.

o Metode Estimasi Usia Pada Masa Post Formation


Studi menilai usia dewasa dengan mengevaluasi enam perubahan pasca
pembentukan yang dapat diobservasi pada gigi manusia, yaitu atrisi,
periodontitis, dentin sekunder, aposisi sementum, resorpsi akar, dan
translusensi akar. Teknik ini memerlukan keenam kriteria tersebut untuk
dievaluasi dan kemudian diberikan skor antara 0-3 tergantung pada derajat
progressive change.
o Johanson Sectioning
Teknik ini merupakan modifikasi Gustafson. Metode ini
merekomendasikan pemeriksaan oklusi gigi dan mencatat jumlah-jumlah
gigi yang ada, lokasinya, dan potential habits. Penggunaan beberapa gigi
berakat satu dari kedua rahang seharusnya dipertimbangkan. Giginya
dipotong dalam bidang buko-lingual menjadi potongan 0,25 mm sepanjang
bagian terlebar dari pulpa gigi. Keenam gigi tersebut kemudian diamati dan
dinilai berdasarkan enam kriteria berdasarkan modified Gustafon 7 stafe
system. Ketika menggunakan beberapa gigi, nilai rata-rata dari setiap
variabel dan dimasukkan ke dalam formula regresi yang secara berbeda
mengukur keenam kriteria, namun tidak memungkinkan untuk perbedaan
gender, rasm dan posisi gigi. Johnason Regression formula menghasilkan
estimasi usia dan dua tingkat error standart deviasi yaitu sekitar 10 tahun
ketika menggunakan beberapa gigi dan 16 tahun saat menggunakan satu
gigi.

o Maples
Maples mempublikasikan studi yang mengevaluasi gigi yang dipotong dari
subjek dari klinik di florida dan kemudian dinilai berdasarkan 5 dari 6
kriteria Gustafson menggunakan 7 stage system yang diciptakan Johanson.
Resorpsi akar dianggap tidak memiliki korelasi signifikan dalam estimasi
usia. Maples menemukan bahwa resesi gingiva sulit dinilai pada masa post
mortem akibat kerusakan jaringan lunak dan juga menyimpulkan bahwa
atrisi bervariasi antara berbagai budaya karena perbedaan dietary habit.
Oleh sebab itu, Maples melakukan pengukuran kedua, kali ini menggunakan
variabel yang paling statically significant, yaotu root transparancy dan
secondary dentin.
o Lamendin et al
Lamendin membatasi variabel estimasi usia menjadi root transparency dan
periodontal recession membutuhkan tiga pengukuran fisik dari aspek labial
gigi. Resesi periodontal ditentukan dengan mengukur, dalam mm, jarak
maksimum antara CEJ dan garis perlekatan jaringan lunak, transparansi
akar merupakan jarak dari apeks akar ke ketinggian maksimum
transparency sepanjang permukaan akar, dan tinggi akar dihitung dari CEJ
sampai apeks akar

o Kvaal et al
Metode ini dapat memakan biaya dan juga dilarang untuk alasan agama,
etik, dan kultural. Metode ini menyediakan metode radiograf non-invasif
untuk evaluasi perubahan progresif pada ukuran pulpa akibat aposisi dentin
sekunder. Idealnya, pemilihan gigi dilakukan berdasarkan dua syarat
1. Giginya harus berada pada fungsi normal oklusi
2. Gigi harus bebas dari segala potensi menifestasi trauma seperti
restorasi, karies aktif, erosi, abrasi, dan abnormal atrisi.
Gigi berakar tunggal tidak berotasi adalah gigi yang dipakai. Lebar pulpa
dipakai sebagai indikator karena beberapa studi mengindikasikan lebar
pulpa indikator lebih baik daripada panjang pulpa. Untuk mengantisipasi
megnfikasi dan kesalahan angulasi, rasio panjang pulpa pada bagian akar
dan gigi, serta lebar pada pulpa akar pada level 3 berbeda digunakan dalam
evaluasi. Ilustrasi dibawah menggambarkan pengukuran yang dibutuhkan
dan lokasinya.

Referensi
Abdul Gafar Parinduri. Identifikasi Tulang Belulang. 2018. Departemen Forensik
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. E-ISSN: 2614-5219

Nur Nafi’iyah, Retno Wardhani. Sistem Identifikasi Jenis Kelamin Manusia Berdasarkan
Foto Panoramik. Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 2016.
ISBN 978-602-14917-2-0

Shruti D Nayak, Renjith George, Amarnath Shenoy, Shivapathasundaram. Age


Estimation in Forensic Dentistry a Review. Vol 3. 2014. International Journal Of
Scientific Research.

Kaur M, Mago J, Kaur J, Sahota MK. Age Estimation in Forensic Odontology. World J
Pharm Med Res. 2016;2(5):260-5

Anda mungkin juga menyukai

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy