Laporan HPT Kopi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan penghasil devisa

negara dan sumber pendapatan petani. Luas areal perkebunan kopi Indonesia

1.235.802 ha dengan produksi 666.046 ton. Berdasarkan luasan tersebut 96 %

merupakan perkebunan rakyat, yang meliputi kopi Robusta (79,21%) dan sisanya

adalah jenis kopi Arabika. Produktivitas kopi Indonesia yaitu 776 kg/ha,

produktivitas ini masih lebih rendah jika dibandingkan produktivitas potensial

varietas / klon unggul kopi yang mencapai 1,5-2 ton/ha (Ditjenbun, 2014).

Di beberapa perkebunan kopi banyak dikenal gangguan-gangguan

tanaman kopi yang sangat merugikan. Gangguan-gangguan tersebut kebanyakan

disebabkan oleh hama dan penyakit, juga disebabkan keadaan sekeliling yang

pada umumnya menyerang pada akar, batang, ranting, bunga, buah dan daun.

Selain jamur akar, akhir-akhir ini diketahui pula adanya serangan nematoda akar

kopi yang dapat menjadi ancaman penting pertanaman kopi karena dapat turut

menurunkan produktivitas kopi di Indonesia (Deptan, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian dan informasi yang ada, menunjukkan bahwa

serangan nematoda parasit tanaman di Indonesia cenderung meningkat yang dapat

mengarah kepada tingkat kerusakan yang lebih berat Oleh karena itu, perhatian

terhadap nematoda perlu lebih ditingkatkan, agar masalah nematoda yang

mungkin timbul dapat diantisipasi sedini mungkin sehingga kerugian karena

nematoda dapat ditekan menjadi serendah mungkin.Dalam upaya pengelolaan

nematoda tersebut untuk mencapai berhasilnya suatu usaha pertanian di Indonesia


2

perlu terlebih dahulu dikenal nematoda tersebut termasuk gejala serangan dan cara

pengendaliannya (Sinaga, 2015).

Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas produk perkebunan adalah

penggunaan pestisida sintesis yang digunakan dalam pengendalian OPT.

Penggunaan pestisida sintetik dinilai epektif dan hasilnya dapat dilihat dengan

cepat , namun demikian, cara ini tidak dapat dipertahankan, karena dapat

membahayakan manusia dan lingkungan (Swibawa, 2016)

Beberapa OPT penting pada tanaman kopi yaitu penggerek buah kopi

(Hyotenemus hampei),nematoda parasit (Pratylenchus sp,Meloidogyne

sp,Radopholus sp, ) Penggerek ranting (Xylosandrus sp), penggerek batang

cabang atau batang (Zeuzera sp),kutu Dompola (Planncoccus sp),penyakit karat

daun (Hemileia vastatrix),penyakit akar (Rigidophorus lignosus) dan OPT

lainnya. Penggerek buah kopi yang dikenal dengan nama PBKo (Hypothenemus

hampei) sering dijumpai dipertanaman kopi di seluruh Indonesia. Di Jawa Barat

luas serangan PBKo pada tahun 2010 mencapai 1.303,71 ha (Sugiarti 2017).

Di Indonesia, kerusakan tanaman karena nematoda parasit, kurang

disadari baik oleh petani maupun para petugas pertanian yang bekerja di lapangan.

Hal ini mungkin disebabkan oleh gejala serangan nematoda yang sulit diamati

secara visual karena ukuran nematoda yang sangat kecil. Di samping itu, peminat

terhadap nematologi (ilmu yang mempelajari nematoda) sangat terbatas. Di sisi

lain, gejala serangan nematoda berjalan sangat lambat dan tidak spesifik, mirip

atau bercampur dengan gejala kekurangan hara dan air, kerusakan akar dan

pembuluh batang (Mahfud, 2017).


3

Tujuan Praktikum

Untuk mengetahui hama dan penyakit tanaman perkebunan kopi (Coffeea

arabica)

Kegunaan Praktikum

1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti Praktikal Test pada

Praktikum Hama Dan Penyakit Tanaman Perkebunan.

2. Merupakan syarat kelulusan mata kuliah tersebut pada Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

3. Bahan informasi bagi semua pihak yang membutuhkan.


4

TINJAUAN PUSTAKA

Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei)

Klasifikasi dan Biologi Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei) :

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Class : Insecta

Order : Coleoptera,

Family : Curculionidae,

Genus : Hypothenemus,

Species : Hypothenemus hampei

Kumbang betina menggerek ke dalam biji kopi dan bertelur sekitar 31 – 50 butir.

Siklus hidupnya dimulai dari telur, larva, pupa, dan dewasa. Setelah 4

hari telur menetas menjadi larva yang menggerek biji kopi. 15 hari kemudian

larva berubah menjadi kepompong (pupa) di dalam biji. Setelah 7 hari kepompong

berubah menjadi serangga dewasa. Kumbang jantan dan kumbang betina kawin di

dalam buah kopi, kumbang jantan dapat hidup dalam waktu 20 – 87 hari dan

kumbang betina dapat bertahan hidup dalam waktu 157 hari. Kemudian kumbang

betina terbang untuk menggerek buah yang lainnya. Kumbang jantan tidak bisa

terbang sehingga sepanjang hidupnya tetap berada di dalam buah

(Manurung, 2018).

Gejala Serangan

Pada umumnya PBKo menyerang buah dengan endosperma yang telah

mengeras, namun buah yang belum mengeras dapat juga diserang. Buah kopi

yang bijinya masih lunak umumnya hanya digerek untuk mendapatkan makanan
5

dan selanjutnya ditinggalkan. Buah demikian tidak berkembang, warnanya

berubah menjadi kuning kemerahan dan akhirnya gugur. Serangan pada buah

yang bijinya telah mengeras akan berakibat penurunan mutu kopi karena biji

berlubang. Biji kopi yang cacat sangat berpengaruh negatif terhadap susunan

senyawa kimianya, terutama pada kafein dan gula pereduksi. Biji berlubang

merupakan salah satu penyebab utama kerusakan mutu kimia, sedangkan citarasa

kopi dipengaruhi oleh kombinasi komponen-komponen senyawa kimia yang

terkandung dalam biji (Lestari, 2018). Gejala serangan Hypothenemus hampei

dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Gejala serangan Hypothenemus hampei

Pengendalian

Dapat dilakukan dengan menggunakan musuh alami yang menyerang

penggerek buah. Salah satu musuh alami yang digunakan adalah Beauveria

bassiana (Bb) yaitu dengan; (1) memetik buah masak pertama yang terserang,

dikumpulkan, dicampur dengan Bb, dan dibiarkan selama satu malam,

kumbangnya akan keluar dan dilepas sehingga dapat menularkan Bb kepada

pasangannya di kebun; (2) Pemakaian Bb dilakukan pada saat kulit tanduk buah
6

sudah mengeras. Hasil penelitian dengan menggunakan insektisida monokrotofos

150 g/l, metamidofos 200 g/l dan fosfamidon 500 g/l pada tanaman kopi di

kecamatan Modoinding, Sulawesi Utara menunjukkan bahwa jenis-janis

insektisida ini dapat menekan populasi hama bubuk buah kopi (Irianti dkk, 2016).

Pratylenchus coffeae

Klasifikasi dan Biologi Nematoda Pratylenchus coffeae

Kingdom : Animalia

Filum : Nematoda

Ordo : Tylenchida

Family : Pratylenchidae

Genus : Pratylenchus

Spesies : Pratylenchus coffeae

Nematoda Pratylenchus bertubuh kecil (panjangnya kurang dari 1 mm). Apabila

mati karena diperlakukan dengan panas secara berhati-hati, maka tubuhnya sedikit

bengkok pada bagian ventral (Gambar 1). Nematoda tidak mempunyai tandatanda

seksual dimorfisme pada bagian anterior tubuhnya. Bagian kepalanya rendah dan

datar, apabila diamati di bawah mikroskop stereoskopis tampak ujung anterior

tersebut seperti topi hitam yang datar. Stiletnya mempunyai panjang yaitu 20 μm

atau kurang dan mengalami sklerotinisasi sedang, dengan basal knob berbentuk

bulat serta bagian anteriornya berbentuk cekung, dan ekornya tumpul

(Marleni dkk, 2018)

Gejala Serangan

Gejala kerusakan oleh nematoda pada bagian tanaman di atas permukaan

tanah umumnya tidak spesifik. Tanaman tanaman tampak kerdil, pertumbuhan


7

terhambat, ukuran daun dan cabang primer mengecil, daun tua berwarna kuning

yang secara perlahan-lahan akhirnya rontok dan tanaman mati. Akar tanaman kopi

yang terserang oleh P. coffeae warnanya berubah menjadi kuning, selanjutnya

berwarna coklat dan kebanyakan akar lateralnya busuk. Luka yang terjadi pada

akar berakibat merusak seluruh sistem perakaran tanaman kopi Gejala pertama

yang muncul akibat infeksi pada tanaman yang baru dipindah adalah daunnya

menguning, cabang-cabang utamanya sedikit dan tanaman kerdil. Tanaman

berangsur layu yang diikuti oleh kematian. Tanaman yang terserang berat akan

mati sebelum dewasa. Di lapangan, gejala kerusakan tersebut terjadi secara

setempat-setempat yang dapat mengurangi hasil tergantung pada berat ringannya

serangan. P. coffeae (Harni dkk, 2015). Gejala serangan Pratylenchus coffeae

dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. . Gejala serangan Pratylenchus coffeae

Pengendalian

Pengendalian secara biologi dapat menggunakan Pasteuria penetrans,

maupun bakteri saprofit yang berasal rizosfer seperti Bacillus subtilis, Pasteuria

fluorescens, Agrobacterium radiobacter. Demikian juga agen pengendali dari


8

kelompok cendawan seperti Paecilomyces lilacinus, Arthrobotrys oligospora,

Dactilella. Jenis kultivar tertentu yang ditanam juga berpengaruh terhadap

perkembangan nematoda parasit. Kultivar yang resisten akan dapat menekan

perkembangan nematoda parasit tumbuhan, sedangkan pemilihan kultivar yang

rentan akan mendorong perkembangan populasi nematoda. Pengaruh secara tidak

langsung dari penanaman suatu jenis kultivar terhadap perkembangan nematoda

adalah pengaruh eksudat akar yang dihasilkan oleh tanaman yang berpengaruh

terhadap perkembangan nematoda dan mikroorganisme lainnya yang ada di dalam

tanah (Maharani, 2017).

Penggerek Batang Kakao (Zeuzera coffeea)

Klasifikasi dan Biologi Penggerek Batang Kakao (Zeuzera coffeea)

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthopoda

Class : Insekta

Ordo : Lepidoptera

Family : Cossidae

Genus : Zeuzera

Species : Zeuzera coffeea

Larva berwarna merah cerah sampai ungu sawo matang dan panjangnya 3-5 cm.

Stadium larva berkisar antara 81-151 hari. Larva menggerek batang-batang

berkayu dan ranting-ranting tanaman kopi serta pada tanaman yang masih muda

setidaknya 3 bulan dan cabang berdiameter 3 cm. Liang gerekan berukuran

panjang 40-50 cm dan diameter 1-1,2 cm yang melingkari batang dalam kulit
9

sekunder, sehingga bagian atas cabang itu mati dan mudah patah. Serangan hama

ini bias mencapai bagian tengah kayu (Sugiarti, 2017)

Gejala Serangan

Larva dari serangga ini menggerek cabang-cabang tanaman kakao yang

bergaris tengah sekitar 3-5 cm. Larva penggerek menyerang cabang tanaman

kakao dengan cara menggerek batang pada kulit sekunder, sehingga cabang

bagian atas mati atau mudah patah. Serangan pada cabang muda, pada umumnya

hanya menyebabkan hambatan pertumbuhan sementara. Jika Larva itu telah

keluar, batang tersebut tumbuh normal kembali. Serangan hama ini ditandai

dengan adanya kotoran yang membentuk silindrik dan berwarna merah sawo

matang yang dikeluarkan melalui liang gerek. Akibat dari serangan penggerek ini

tanaman kakao kehilangan sebagian dari cabang-cabangnya yang produktif.

Bahkan jika menyerang batang utama yang masih muda dapat mematikan

tanaman budidaya (Wiryadiputra, 2016).Gejala Serangan Zeuzera coffeea dapat

dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Gejala Serangan Zeuzera coffeea

Pengendalian
10

Dengan musuh alami sejenis parasitoid : Bracon zeuzerae, Isosturmia

chatterjeena dan Carceria kockiana. Selain dengan musuh alami, hama ini dapat

juga dikendalikan dengan jamur phatogen serangga Beuveria bossiana. Selain itu

pembersihan merupakan cara bercocok tanam yang paling tua dan cukup efektif

untuk menurunkan populasi hama. Banyak hama yang dapat bertahan hidup atau

berdiapause di sisa-sisa tanaman. Dengan mebersihkan sisa-sisa tanaman tersebut

berarti kita mengurangi laju peningkatan populasi dan ketahanan hidup hama.

Pada prinsipnya teknik sanitasi adalah membersihka lahan dari jenis-jenis

tanaman singgang, tunggul tanaman, atau bagian-bagian tanaman

berbeda (Sese, 2016).

Karat Daun (Hemileia vastatrix)

Klasifikasi dan Biologi Karat Daun (Hemileia vastatrix)

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Class : Insekta

Ordo : Pucciniomycetes

Family : Pucciniales

Genus : Hemileia

Species : Hemileia vastatrix

Hemileia vastratrix termasuk dalam filum Basidomycetes. Basidimycotina

mempunyai bentuk uniseluler dan multiseluler serta dapat bereproduksi secara

generatif dan vegetatif. Cara perkembangbiakan generatif dengan menggunakan

spora seksual, yaitu basidiospora atau sporofida. Cendawan ini memiliki spora

dengan inti haploid sederhana. Spora berkecambah menjadi hifa, yang


11

mengandung inti haploid. Hifa dapat menghasilkan spora haploid lagi atau bersatu

dengan hifa lain membentuk jalinan hifa yang kompleks. Zigot dihasilkan dari dua

hifa yang intinya bersatu. Zigot membelah secara meiosis. Dalam

perkembangbiakannya, spermatia (sel sperma) membuahi hifa khusus penerima

(reseptif) pada spermogonia dan menghasilkan urediospora. Urediospora hialin,

semula bulat tetapi segera memanjang dan bentuknya mirip juring buah jeruk

(Riyanto dkk, 2017).

Gejala Serangan

Gejala awal penyakit karat daun terlihat sebagai bercak berwarna

kuning muda pada permukaan bawah daun yang berubah menjadi kuning tua.

Bercak tersebut pada mulanya berbentuk bulatan kecil bergaris tengah + 0,5 cm.

Selanjutnya bercak-bercak yang berdekatan akan menyatu, sehingga ukurannya

menjadi besar dan bentuknya tidak teratur, diameternya dapat mencapai 5 cm.

pada bercak ini terbentuk tepung yang asalnya berwarna kuning/jingga berubah

menjadi putih karena adanya jamur hiper parasite pada uredospora. Penyakit ini

dapat mengakibatkan daun yang terserang gugur sebelum waktunya (premature).

Serangan yang berat dapat menyebabkan daun rontok, cabang/ranting mati dan

akhirnya tanaman mati. Uredospora merupakan alat penularan dan penyebaran

penyakit karat daun. Uredospora mengadakan infeksi melalui stomata pada daun.

Penularan penyakit melalui media air, angin, peralatan pertanian, dan kontak yang

lain (Sinaga, 2015).Gejala serangan Hemileia vastatrix dapat dilihat pada gambar

4.
12

Gambar 4. Karat Daun (Hemileia vastatrix)

Pengendalian

Pengaturan naungan melalui pemangkasan dilaksanakan sesuai

musim, pada musim kemarau tidak dilakukan pemangkasan, dan menjelang

musim hujan dilakukan pemangkasan, secara tidak Iangsung pemangkasan akan

mengurangi sumber inokulum penyebab penyakit. Pemupukan berimbang yang

sesuai dengan kebutuhan tanaman akan mengurangi intensitas serangan.

Penggunaan varietas resisten; Varietas yang dianjurkan untuk kopi Arabika adalah

Lini S (S 795 dan 1934), USDA (230762 dan 230731), dan BP453A (CIFC 519-

3). Pengendalian secara kimia dilakukan setelah serangan karat daun mencapai

ambang toleransi 20% daun kopi terserang. Aplikasi dilakukan dengan

penggunaan fungisida kontak dan atau sistemik. Pemakaian fungisida sistemik

disarankan tidak lebih dari dua kali setahun. Sedangkan fungisida kontak

digunakan dengan interval 2-3 minggu. Sampai sekarang fungisida kontak yang

berbahan aktif tembaga masih cukup efektif, dan fungisida sistemik dengan bahan

aktif Triademefon (Wiryadiputra, 2015).


13

Bercak Daun (Mycosphaerella coffeicola)

Klasifikasidan Biologi Bercak Daun (Mycosphaerella coffeicola)

Kingdom : Fungi

Filum : Stramenophiles

Kelas : Oomycetes

Ordo : Capnodiales

Famili : Mycosphaerellaceae

Genus : Mycosphaerella

Spesies : Mycosphaerella coffeicola

enyakit ini disebabkan oleh jamur Mycosphaerella coffeicola atau

jamur Cercospora coffeicola. Penyakit ini dapat menyerang ketika tanaman kopi

masih dalam tahap pembibitan sampai tanaman dewasa. Penyakit ini biasanya

banyak muncul pada tanaman yang kurang pemeliharaannya. Faktor lingkungan

yang mendukug dalam penyebaran penyakit ini adalah kelembaban dan pola

tanam yang kurang baik.Pada umumnya, penyebaran penyakit bercak daun ini

terjadi karena spora terbawa oleh angin dan air hujan. Di samping itu, penggunaan

alat-alat pertanian yang bersentuhan dengan penyakit dan tidak disucikan segera

juga turut andil dalam menyebarkan penyakit ini (Ernawati, 2018).

Gejala Serangan

Serangan pada daun ditandai dengan munculnya bercak-bercak berwarna

kuning yang dikelilingi halo/lingkaran pada daun yang berpenyakit. Bercak-

bercak ini memiliki ukuran yang tidak beraturan dan timbul secara acak.

Sedangkan pada buah kopi, serangan penyakit ini ditandai dengan timbulnya

bercak-bercak berwarna cokelat pada permukaan buah kopi. Biasanya sisi buah
14

yang paling banyak mendapatkan sinar matahari lebih rentan terhadap penyakit

bercak daun ini. Lama kelamaan buah yang berpenyakit tersebut akan mengalami

pembusukan sampai ke biji kopi sehingga kualitasnya menurun drastic (Lestari,

2018) Gejala serangan Mycosphaerella coffeicola dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Gejala serangan Mycosphaerella coffeicola

Pengendalian

Pengendalian penyakit bercak daun dapat dilakukan dengan menggunakan

metode kultur teknis dan kimiawi. Pengendalian secara kultur teknis di antaranya

memberi naungan yang cukup, pemupukan berimbang, dan pengurangan

kelembaban kebun kopi. Pola perawatan terhadap tanaman kopi seperti

pemangkasan dan pembersihan gulma juga bisa mengatasi serangan penyakit ini.

Secara kimiawi, pengendalian dari penyakit bercak daun biasanya memanfaatkan

fungisida yang sesuai. Di antaranya yaitu Bavistin 50 WP 0,2 %, Cupravit OB 21

0,35%, Dithane M 45 80 WP 0,2%, dan Delsene MX 200 0,2%. Perhatikan bahwa

penggunaan fungisida-fungisida tersebut harus sesuai dengan saran dan petunjuk

yang dianjurkan(Hulupi, 2018).


15

BAHAN DAN ALAT

Tempat dan Waktu

Praktikum Hama dan Penyakit Tanaman Perkebunan dilaksanakan di

laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Sumatera Utara Jl. Kapten Mukhtar Basri no. 4, Medan Timur,

Medan.

Waktu Praktikum Hama dan Penyakit Tanaman dilaksanakan pada hari

Jumat, dari bulan Oktober hingga Desember pada pukul 10.00 wib s/d selesai.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada Praktikum Hama dan Penyakit Tanaman

ialah Hypothenemus hampei, Pratylenchus coffeae, Zeuzera coffeea, Hemileia

vastatrix, Mycosphaerella coffeicola.

Alat yang di gunakan pada Praktikum Hama dan Penyakit Tanaman ialah

topless, pinset, jarring, karet, plastic.

Metode Praktikum

1. Dicari hama dan penyakit tanaman kopi Hypothenemus hampei,

Pratylenchus coffeae, Zeuzera coffeea, Hemileia vastatrix,

Mycosphaerella coffeicola.

2. Diamati gejala kerusakan dan didokumentasikan.

3. Hama yang telah ditangkap dimasukkan ke dalam topless dan diberi

lubang udara untuk tempat keluar masuknya udara

4. Hama dan penyakit yang didapat dibawah ke laboratorium dan diamati

morfologi dan biologi.

5. Untuk penyakit diinokulasikan dalam media PDA dan diidentifikasi

dengan mikroskop.
16

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tabel 1. Hasil Gejala Kerusakan Hama Kakao (Theobroma cacao L.)

No. Jenis Hama dan Penyakit Gejala Kerusakan

1 Hypothenemus hampei Lubang atau bekas gerekan

pada ujung buah

2 Pratylenchus coffeae Daun menguning dan

tanaman kerdil

3 Zeuzera coffee Gerekan berwarna sawo

matang pada cabang tanaman

4 Hemileia vastatrix Terdapatnya bubuk seperti

tepung jika dipegang

5 Mycosphaerella coffeicola Bercak kuning disertai

adanya lingkaran

Pembahasan

Serangan Hypothenemus hampei umumnya terdapat lubang atau bekas

gerekan pada ujung buah, demikian yang di sampaikan (Lestari, 2018) yang

menyatakan bahwa Pada umumnya PBKo menyerang buah dengan endosperma

yang telah mengeras, namun buah yang belum mengeras dapat juga diserang.

Buah kopi yang bijinya masih lunak umumnya hanya digerek untuk mendapatkan

makanan dan selanjutnya ditinggalkan. Buah demikian tidak berkembang,

warnanya berubah menjadi kuning kemerahan dan akhirnya gugur. Serangan pada

buah yang bijinya telah mengeras akan berakibat penurunan mutu kopi karena biji
17

berlubang. Biji kopi yang cacat sangat berpengaruh negatif terhadap susunan

senyawa kimianya, terutama pada kafein dan gula pereduksi.

Gejala dari Pratylenchus coffeaeyaitu tanaman menjadi kerdil serta daun

menguning seperti yang disampaikan (Harni dkk, 2018) yang menyatakan bahwa

Gejala kerusakan oleh nematoda pada bagian tanaman di atas permukaan tanah

umumnya tidak spesifik. Tanaman tanaman tampak kerdil, pertumbuhan

terhambat, ukuran daun dan cabang primer mengecil, daun tua berwarna kuning

yang secara perlahan-lahan akhirnya rontok dan tanaman mati. Akar tanaman kopi

yang terserang oleh P. coffeae warnanya berubah menjadi kuning, selanjutnya

berwarna coklat dan kebanyakan akar lateralnya busuk. Luka yang terjadi pada

akar berakibat merusak seluruh sistem perakaran tanaman kopi Gejala pertama

yang muncul akibat infeksi pada tanaman yang baru dipindah adalah daunnya

menguning, cabang-cabang utamanya sedikit dan tanaman kerdil. Tanaman

berangsur layu yang diikuti oleh kematian.

Hama penggerek batang coklat (Zeuzera coffee) menyebabkan batang

dan cabang tanaman kakao mengalami gerekan seperti yang dijelaskan (Anshary

dan Pasaru, 2018) yang menyatakan bahwa Larva penggerek menyerang cabang

tanaman kakao dengan cara menggerek batang pada kulit sekunder, sehingga

cabang bagian atas mati atau mudah patah. Serangan pada cabang muda, pada

umumnya hanya menyebabkan hambatan pertumbuhan sementara. Jika Larva itu

telah keluar, batang tersebut tumbuh normal kembali. Serangan hama ini ditandai

dengan adanya kotoran yang membentuk silindrik dan berwarna merah sawo

matang yang dikeluarkan melalui liang gerek. Akibat dari serangan penggerek ini

tanaman kakao kehilangan sebagian dari cabang-cabangnya yang produktif.


18

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa :

1. Hama dan penyakit tanaman kopi Hypothenemus hampei, Pratylenchus

coffeae, Zeuzera coffeea, Hemileia vastatrix, Mycosphaerella coffeicola.

2. Menanam klon-klon yang relatif resisten Varietas yang dianjurkan untuk

kopi Arabika adalah Lini S (S 795 dan 1934), USDA (230762 dan

230731), dan BP453A (CIFC 519-3). Pengendalian secara kimia dilakukan

setelah serangan karat daun mencapai ambang toleransi 20% daun kopi

terserang

3. Agen pengendali dari kelompok cendawan seperti Paecilomyces lilacinus,

Arthrobotrys oligospora, Dactilella.

Saran

Sebaiknya dalam melakukan praktikum, praktikan lebih memperhatikan

guna pemahaman yang lebih mendalam. Dan sebaiknya hama yang digunakan

lebih khusus pada tanaman perkebunan.


19

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pertanian. 2017. Musuh Alami, Hama dan Penyakit Tanaman Kopi.
Direktorat Perlindungan Perkebunan, Direktorat Jenderal Bina Produksi
Perkebunan, Jakarta: Departemen Pertanian.
Dirjen Perkebunan. 2014. Statistik Perkebunan Indonesia 2013-2015. Direktorat
Jendral Perkebunan: Jakarta
Ernawati R., W Arief & Slameto. 2008. Teknologi Budidaya Kopi Poliklonal.
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Harni, R. Dkk. 2015. Ketahanan Induk Kopi Liberika Terhadap Penyakit Karat
Daun (Hemileia vastatrix) di Kepulauan Meranti. J.TIDP 2 (1) 35-42
Hulupi, R. 2018. Penggunaan Bahan TanamanTahan Dalam Mengendalikan
Hama-Penyakit. Kumpulan Materi Pelatihan Pengelolaan Organisme
Penganggu Tanaman Kopi. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. Jember, 12
hlm.
Irianti, T. P. A., F.X. Wagiman dan M. Toekido. 2016. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Patogenitas Beauveria bassiana terhadap Bubuk Buah
Kopi (Hypothenemus hampei). J. Argosains 14(3):285-296.
Lestari, P. dan Purnomo. 2018. Intensitas Serangan Hama Penggerek Batang
Kakao di Perkebunan Rakyat Cipadang, Gedongtataan, Pesawaran.
Program Studi Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas
Lampung
Marleni, N. I.G. Swebawa dan T. N. Aeny. 2018. EFIKASI Beauveria bassiana
PADA PENGGEREK BUAH KOPI (Hypothenemus hampei) DARI
SUMBERJAYA. J. Agrotek Tropika., Vol. 1, No. 3: 294 – 29. ISSN
2337-4993 1.
Maharani, J. S. 2017. Keteradian Penyakit Tersebab Jamur pada Hama Penggerek
Buah Kopi (PBKo) Dipertanaman Kopi Agroforestri. Skripsi. Fakultas
Pertanian Universitas Lampung. Lampung.
Mahfud, M.C., L.Rosmahani., D. Rachmawati., Handoko., dan Sarwono. 2017.
Kajian Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) Pada Tanaman Kopi.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian/ Pengkajian Teknologi Pertanian
Mendukung Ketahanan Pangan Berwawasan Agribisnis, Malang 8- 9
Agustus 2017. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi
Pertanian, Bogor. 507-518.
Manurung V. 2018. Penggunaan Brocap Trap Untuk Pengendalian Penggerek
Buah Kopi Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) Pada
Tanaman Kopi. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Medan.
20

Prat, A.W. & Haneda, N.F. 2019. Studi mekanisme toleransi leda (Eucaliptus
deglupta Blume) terhadap hama penggerek batang (Zeuzera coffeae)
untuk menunjang pemuliaan jenis. Jurnal Manajemen Hutan
Tropika,5(1), 47-55.
Riyanto, S. Nasamsir dan A. Meiln. 2017. TINGKAT SERANGAN HAMA
UTAMA DAN PRODUKSI KOPI LIBERIKA TUNGKAL KOMPOSIT
(Coffea sp.) DI KECAMATAN BETARA KABUPATEN TANJUNG
JABUNG BARAT. Jurnal Media Pertanian Vol. 2 No. 1. ISSN 2503 –
1279
Sese, L.M., A. Nuriaty dan S. P. Annie. 2011. Aplikasi Konsep Pengendalian
Hama Terpadu untuk Pengendalian Hama Penggerek Buah Kopi
(Hypothenemus hampei). J. Fitomedika 7(3):162-166.
Sinaga, K.M. D. Bhakti dan M. I. Pinem. 2015. Uji Ketinggian dan Tipe
Perangkap untuk Mengendalikan Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus
hampei Ferr.) (Coleoptera : Scolytidae) di Desa Pearung Kabupaten
Humbang Hasundutan. Jurnal Online Agroekoteaknologi . Vol.3, No.3 :
829 – 836. ISSN No. 2337- 6597.
Susilo AW. 2008. Ketahanan Tanaman Kopi (Coffea sp.) terhadap Hama
Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.). Review Penelitian
Kopi dan Kakao 24(1):1-14.
Sugiarti, L. 2017. Analisis tingkat keparahan penyakit karat daun pada tanaman
kopi arabika di kebun percobaan fakultas pertanian universitas winaya
mukti tanjungsari. Jagros Vol. 1 No. 2 Juni 2017 ISSN 2548-7752
Swibawa, I G. dan H. Sudarsono. 2016. Serangan hama bubuk buah kopi
(Hypothenemus hampei, Coleoptera; Scolytidae) pada Sistem
Agroforestri Sederhana vs Agroforestri Kompleks di Lampung.
Prosiding Seminar Sains dan Teknologi IV. Lampung.
Wiryadiputra S. 2016. Uji Terap Pengendalian Hama Bubuk Buah Kopi
Menggunakan Jamur Beauveria di Sulawesi Selatan. Warta Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia 12(2):125-129.
Wiryadiputra, S. 2017. Pengelolaan Hama Terpadu Pada Hama Penggerek Buah
Kopi, Hypothenemus hampei (Ferr.) dengan Komponen Utama pada
Penggunaan Perangkap Brocap Trap. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia Jember, Jawa Timur.p.2-9.
Wiryadiputra S. 2015. Keefektifan insektisida cyantraniliprole terhadap hama
penggerek buah kopi (Hypothenemus hampei) pada kopi arabika. Jurnal
Pelita Perkebunan No 28 Vol (2) Hal 100-110

Anda mungkin juga menyukai

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy