Laporan HPT Kopi
Laporan HPT Kopi
Laporan HPT Kopi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
negara dan sumber pendapatan petani. Luas areal perkebunan kopi Indonesia
merupakan perkebunan rakyat, yang meliputi kopi Robusta (79,21%) dan sisanya
adalah jenis kopi Arabika. Produktivitas kopi Indonesia yaitu 776 kg/ha,
varietas / klon unggul kopi yang mencapai 1,5-2 ton/ha (Ditjenbun, 2014).
disebabkan oleh hama dan penyakit, juga disebabkan keadaan sekeliling yang
pada umumnya menyerang pada akar, batang, ranting, bunga, buah dan daun.
Selain jamur akar, akhir-akhir ini diketahui pula adanya serangan nematoda akar
kopi yang dapat menjadi ancaman penting pertanaman kopi karena dapat turut
mengarah kepada tingkat kerusakan yang lebih berat Oleh karena itu, perhatian
perlu terlebih dahulu dikenal nematoda tersebut termasuk gejala serangan dan cara
Penggunaan pestisida sintetik dinilai epektif dan hasilnya dapat dilihat dengan
cepat , namun demikian, cara ini tidak dapat dipertahankan, karena dapat
Beberapa OPT penting pada tanaman kopi yaitu penggerek buah kopi
lainnya. Penggerek buah kopi yang dikenal dengan nama PBKo (Hypothenemus
luas serangan PBKo pada tahun 2010 mencapai 1.303,71 ha (Sugiarti 2017).
disadari baik oleh petani maupun para petugas pertanian yang bekerja di lapangan.
Hal ini mungkin disebabkan oleh gejala serangan nematoda yang sulit diamati
secara visual karena ukuran nematoda yang sangat kecil. Di samping itu, peminat
lain, gejala serangan nematoda berjalan sangat lambat dan tidak spesifik, mirip
atau bercampur dengan gejala kekurangan hara dan air, kerusakan akar dan
Tujuan Praktikum
arabica)
Kegunaan Praktikum
1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti Praktikal Test pada
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Coleoptera,
Family : Curculionidae,
Genus : Hypothenemus,
Kumbang betina menggerek ke dalam biji kopi dan bertelur sekitar 31 – 50 butir.
Siklus hidupnya dimulai dari telur, larva, pupa, dan dewasa. Setelah 4
hari telur menetas menjadi larva yang menggerek biji kopi. 15 hari kemudian
larva berubah menjadi kepompong (pupa) di dalam biji. Setelah 7 hari kepompong
berubah menjadi serangga dewasa. Kumbang jantan dan kumbang betina kawin di
dalam buah kopi, kumbang jantan dapat hidup dalam waktu 20 – 87 hari dan
kumbang betina dapat bertahan hidup dalam waktu 157 hari. Kemudian kumbang
betina terbang untuk menggerek buah yang lainnya. Kumbang jantan tidak bisa
(Manurung, 2018).
Gejala Serangan
mengeras, namun buah yang belum mengeras dapat juga diserang. Buah kopi
yang bijinya masih lunak umumnya hanya digerek untuk mendapatkan makanan
5
berubah menjadi kuning kemerahan dan akhirnya gugur. Serangan pada buah
yang bijinya telah mengeras akan berakibat penurunan mutu kopi karena biji
berlubang. Biji kopi yang cacat sangat berpengaruh negatif terhadap susunan
senyawa kimianya, terutama pada kafein dan gula pereduksi. Biji berlubang
merupakan salah satu penyebab utama kerusakan mutu kimia, sedangkan citarasa
Pengendalian
penggerek buah. Salah satu musuh alami yang digunakan adalah Beauveria
bassiana (Bb) yaitu dengan; (1) memetik buah masak pertama yang terserang,
pasangannya di kebun; (2) Pemakaian Bb dilakukan pada saat kulit tanduk buah
6
150 g/l, metamidofos 200 g/l dan fosfamidon 500 g/l pada tanaman kopi di
insektisida ini dapat menekan populasi hama bubuk buah kopi (Irianti dkk, 2016).
Pratylenchus coffeae
Kingdom : Animalia
Filum : Nematoda
Ordo : Tylenchida
Family : Pratylenchidae
Genus : Pratylenchus
mati karena diperlakukan dengan panas secara berhati-hati, maka tubuhnya sedikit
bengkok pada bagian ventral (Gambar 1). Nematoda tidak mempunyai tandatanda
seksual dimorfisme pada bagian anterior tubuhnya. Bagian kepalanya rendah dan
tersebut seperti topi hitam yang datar. Stiletnya mempunyai panjang yaitu 20 μm
atau kurang dan mengalami sklerotinisasi sedang, dengan basal knob berbentuk
Gejala Serangan
terhambat, ukuran daun dan cabang primer mengecil, daun tua berwarna kuning
yang secara perlahan-lahan akhirnya rontok dan tanaman mati. Akar tanaman kopi
berwarna coklat dan kebanyakan akar lateralnya busuk. Luka yang terjadi pada
akar berakibat merusak seluruh sistem perakaran tanaman kopi Gejala pertama
yang muncul akibat infeksi pada tanaman yang baru dipindah adalah daunnya
berangsur layu yang diikuti oleh kematian. Tanaman yang terserang berat akan
Pengendalian
maupun bakteri saprofit yang berasal rizosfer seperti Bacillus subtilis, Pasteuria
adalah pengaruh eksudat akar yang dihasilkan oleh tanaman yang berpengaruh
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthopoda
Class : Insekta
Ordo : Lepidoptera
Family : Cossidae
Genus : Zeuzera
Larva berwarna merah cerah sampai ungu sawo matang dan panjangnya 3-5 cm.
berkayu dan ranting-ranting tanaman kopi serta pada tanaman yang masih muda
panjang 40-50 cm dan diameter 1-1,2 cm yang melingkari batang dalam kulit
9
sekunder, sehingga bagian atas cabang itu mati dan mudah patah. Serangan hama
Gejala Serangan
bergaris tengah sekitar 3-5 cm. Larva penggerek menyerang cabang tanaman
kakao dengan cara menggerek batang pada kulit sekunder, sehingga cabang
bagian atas mati atau mudah patah. Serangan pada cabang muda, pada umumnya
keluar, batang tersebut tumbuh normal kembali. Serangan hama ini ditandai
dengan adanya kotoran yang membentuk silindrik dan berwarna merah sawo
matang yang dikeluarkan melalui liang gerek. Akibat dari serangan penggerek ini
Bahkan jika menyerang batang utama yang masih muda dapat mematikan
Pengendalian
10
chatterjeena dan Carceria kockiana. Selain dengan musuh alami, hama ini dapat
juga dikendalikan dengan jamur phatogen serangga Beuveria bossiana. Selain itu
pembersihan merupakan cara bercocok tanam yang paling tua dan cukup efektif
untuk menurunkan populasi hama. Banyak hama yang dapat bertahan hidup atau
berarti kita mengurangi laju peningkatan populasi dan ketahanan hidup hama.
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insekta
Ordo : Pucciniomycetes
Family : Pucciniales
Genus : Hemileia
spora seksual, yaitu basidiospora atau sporofida. Cendawan ini memiliki spora
mengandung inti haploid. Hifa dapat menghasilkan spora haploid lagi atau bersatu
dengan hifa lain membentuk jalinan hifa yang kompleks. Zigot dihasilkan dari dua
semula bulat tetapi segera memanjang dan bentuknya mirip juring buah jeruk
Gejala Serangan
kuning muda pada permukaan bawah daun yang berubah menjadi kuning tua.
Bercak tersebut pada mulanya berbentuk bulatan kecil bergaris tengah + 0,5 cm.
menjadi besar dan bentuknya tidak teratur, diameternya dapat mencapai 5 cm.
pada bercak ini terbentuk tepung yang asalnya berwarna kuning/jingga berubah
menjadi putih karena adanya jamur hiper parasite pada uredospora. Penyakit ini
Serangan yang berat dapat menyebabkan daun rontok, cabang/ranting mati dan
penyakit karat daun. Uredospora mengadakan infeksi melalui stomata pada daun.
Penularan penyakit melalui media air, angin, peralatan pertanian, dan kontak yang
lain (Sinaga, 2015).Gejala serangan Hemileia vastatrix dapat dilihat pada gambar
4.
12
Pengendalian
Penggunaan varietas resisten; Varietas yang dianjurkan untuk kopi Arabika adalah
Lini S (S 795 dan 1934), USDA (230762 dan 230731), dan BP453A (CIFC 519-
3). Pengendalian secara kimia dilakukan setelah serangan karat daun mencapai
disarankan tidak lebih dari dua kali setahun. Sedangkan fungisida kontak
digunakan dengan interval 2-3 minggu. Sampai sekarang fungisida kontak yang
berbahan aktif tembaga masih cukup efektif, dan fungisida sistemik dengan bahan
Kingdom : Fungi
Filum : Stramenophiles
Kelas : Oomycetes
Ordo : Capnodiales
Famili : Mycosphaerellaceae
Genus : Mycosphaerella
jamur Cercospora coffeicola. Penyakit ini dapat menyerang ketika tanaman kopi
masih dalam tahap pembibitan sampai tanaman dewasa. Penyakit ini biasanya
yang mendukug dalam penyebaran penyakit ini adalah kelembaban dan pola
tanam yang kurang baik.Pada umumnya, penyebaran penyakit bercak daun ini
terjadi karena spora terbawa oleh angin dan air hujan. Di samping itu, penggunaan
alat-alat pertanian yang bersentuhan dengan penyakit dan tidak disucikan segera
Gejala Serangan
bercak ini memiliki ukuran yang tidak beraturan dan timbul secara acak.
Sedangkan pada buah kopi, serangan penyakit ini ditandai dengan timbulnya
bercak-bercak berwarna cokelat pada permukaan buah kopi. Biasanya sisi buah
14
yang paling banyak mendapatkan sinar matahari lebih rentan terhadap penyakit
bercak daun ini. Lama kelamaan buah yang berpenyakit tersebut akan mengalami
Pengendalian
metode kultur teknis dan kimiawi. Pengendalian secara kultur teknis di antaranya
pemangkasan dan pembersihan gulma juga bisa mengatasi serangan penyakit ini.
Muhammadiyah Sumatera Utara Jl. Kapten Mukhtar Basri no. 4, Medan Timur,
Medan.
Jumat, dari bulan Oktober hingga Desember pada pukul 10.00 wib s/d selesai.
Alat yang di gunakan pada Praktikum Hama dan Penyakit Tanaman ialah
Metode Praktikum
Mycosphaerella coffeicola.
dengan mikroskop.
16
Hasil
tanaman kerdil
adanya lingkaran
Pembahasan
gerekan pada ujung buah, demikian yang di sampaikan (Lestari, 2018) yang
yang telah mengeras, namun buah yang belum mengeras dapat juga diserang.
Buah kopi yang bijinya masih lunak umumnya hanya digerek untuk mendapatkan
warnanya berubah menjadi kuning kemerahan dan akhirnya gugur. Serangan pada
buah yang bijinya telah mengeras akan berakibat penurunan mutu kopi karena biji
17
berlubang. Biji kopi yang cacat sangat berpengaruh negatif terhadap susunan
menguning seperti yang disampaikan (Harni dkk, 2018) yang menyatakan bahwa
Gejala kerusakan oleh nematoda pada bagian tanaman di atas permukaan tanah
terhambat, ukuran daun dan cabang primer mengecil, daun tua berwarna kuning
yang secara perlahan-lahan akhirnya rontok dan tanaman mati. Akar tanaman kopi
berwarna coklat dan kebanyakan akar lateralnya busuk. Luka yang terjadi pada
akar berakibat merusak seluruh sistem perakaran tanaman kopi Gejala pertama
yang muncul akibat infeksi pada tanaman yang baru dipindah adalah daunnya
dan cabang tanaman kakao mengalami gerekan seperti yang dijelaskan (Anshary
dan Pasaru, 2018) yang menyatakan bahwa Larva penggerek menyerang cabang
tanaman kakao dengan cara menggerek batang pada kulit sekunder, sehingga
cabang bagian atas mati atau mudah patah. Serangan pada cabang muda, pada
telah keluar, batang tersebut tumbuh normal kembali. Serangan hama ini ditandai
dengan adanya kotoran yang membentuk silindrik dan berwarna merah sawo
matang yang dikeluarkan melalui liang gerek. Akibat dari serangan penggerek ini
Kesimpulan
kopi Arabika adalah Lini S (S 795 dan 1934), USDA (230762 dan
setelah serangan karat daun mencapai ambang toleransi 20% daun kopi
terserang
Saran
guna pemahaman yang lebih mendalam. Dan sebaiknya hama yang digunakan
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pertanian. 2017. Musuh Alami, Hama dan Penyakit Tanaman Kopi.
Direktorat Perlindungan Perkebunan, Direktorat Jenderal Bina Produksi
Perkebunan, Jakarta: Departemen Pertanian.
Dirjen Perkebunan. 2014. Statistik Perkebunan Indonesia 2013-2015. Direktorat
Jendral Perkebunan: Jakarta
Ernawati R., W Arief & Slameto. 2008. Teknologi Budidaya Kopi Poliklonal.
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Harni, R. Dkk. 2015. Ketahanan Induk Kopi Liberika Terhadap Penyakit Karat
Daun (Hemileia vastatrix) di Kepulauan Meranti. J.TIDP 2 (1) 35-42
Hulupi, R. 2018. Penggunaan Bahan TanamanTahan Dalam Mengendalikan
Hama-Penyakit. Kumpulan Materi Pelatihan Pengelolaan Organisme
Penganggu Tanaman Kopi. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. Jember, 12
hlm.
Irianti, T. P. A., F.X. Wagiman dan M. Toekido. 2016. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Patogenitas Beauveria bassiana terhadap Bubuk Buah
Kopi (Hypothenemus hampei). J. Argosains 14(3):285-296.
Lestari, P. dan Purnomo. 2018. Intensitas Serangan Hama Penggerek Batang
Kakao di Perkebunan Rakyat Cipadang, Gedongtataan, Pesawaran.
Program Studi Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas
Lampung
Marleni, N. I.G. Swebawa dan T. N. Aeny. 2018. EFIKASI Beauveria bassiana
PADA PENGGEREK BUAH KOPI (Hypothenemus hampei) DARI
SUMBERJAYA. J. Agrotek Tropika., Vol. 1, No. 3: 294 – 29. ISSN
2337-4993 1.
Maharani, J. S. 2017. Keteradian Penyakit Tersebab Jamur pada Hama Penggerek
Buah Kopi (PBKo) Dipertanaman Kopi Agroforestri. Skripsi. Fakultas
Pertanian Universitas Lampung. Lampung.
Mahfud, M.C., L.Rosmahani., D. Rachmawati., Handoko., dan Sarwono. 2017.
Kajian Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) Pada Tanaman Kopi.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian/ Pengkajian Teknologi Pertanian
Mendukung Ketahanan Pangan Berwawasan Agribisnis, Malang 8- 9
Agustus 2017. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi
Pertanian, Bogor. 507-518.
Manurung V. 2018. Penggunaan Brocap Trap Untuk Pengendalian Penggerek
Buah Kopi Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) Pada
Tanaman Kopi. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Medan.
20
Prat, A.W. & Haneda, N.F. 2019. Studi mekanisme toleransi leda (Eucaliptus
deglupta Blume) terhadap hama penggerek batang (Zeuzera coffeae)
untuk menunjang pemuliaan jenis. Jurnal Manajemen Hutan
Tropika,5(1), 47-55.
Riyanto, S. Nasamsir dan A. Meiln. 2017. TINGKAT SERANGAN HAMA
UTAMA DAN PRODUKSI KOPI LIBERIKA TUNGKAL KOMPOSIT
(Coffea sp.) DI KECAMATAN BETARA KABUPATEN TANJUNG
JABUNG BARAT. Jurnal Media Pertanian Vol. 2 No. 1. ISSN 2503 –
1279
Sese, L.M., A. Nuriaty dan S. P. Annie. 2011. Aplikasi Konsep Pengendalian
Hama Terpadu untuk Pengendalian Hama Penggerek Buah Kopi
(Hypothenemus hampei). J. Fitomedika 7(3):162-166.
Sinaga, K.M. D. Bhakti dan M. I. Pinem. 2015. Uji Ketinggian dan Tipe
Perangkap untuk Mengendalikan Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus
hampei Ferr.) (Coleoptera : Scolytidae) di Desa Pearung Kabupaten
Humbang Hasundutan. Jurnal Online Agroekoteaknologi . Vol.3, No.3 :
829 – 836. ISSN No. 2337- 6597.
Susilo AW. 2008. Ketahanan Tanaman Kopi (Coffea sp.) terhadap Hama
Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.). Review Penelitian
Kopi dan Kakao 24(1):1-14.
Sugiarti, L. 2017. Analisis tingkat keparahan penyakit karat daun pada tanaman
kopi arabika di kebun percobaan fakultas pertanian universitas winaya
mukti tanjungsari. Jagros Vol. 1 No. 2 Juni 2017 ISSN 2548-7752
Swibawa, I G. dan H. Sudarsono. 2016. Serangan hama bubuk buah kopi
(Hypothenemus hampei, Coleoptera; Scolytidae) pada Sistem
Agroforestri Sederhana vs Agroforestri Kompleks di Lampung.
Prosiding Seminar Sains dan Teknologi IV. Lampung.
Wiryadiputra S. 2016. Uji Terap Pengendalian Hama Bubuk Buah Kopi
Menggunakan Jamur Beauveria di Sulawesi Selatan. Warta Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia 12(2):125-129.
Wiryadiputra, S. 2017. Pengelolaan Hama Terpadu Pada Hama Penggerek Buah
Kopi, Hypothenemus hampei (Ferr.) dengan Komponen Utama pada
Penggunaan Perangkap Brocap Trap. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia Jember, Jawa Timur.p.2-9.
Wiryadiputra S. 2015. Keefektifan insektisida cyantraniliprole terhadap hama
penggerek buah kopi (Hypothenemus hampei) pada kopi arabika. Jurnal
Pelita Perkebunan No 28 Vol (2) Hal 100-110