Kel2-Langkah Menjadi Guru Profesional

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

LANGKAH-LANGKAH MENJADI GURU PROFESIONAL

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas spte yang diampu oleh
Prof. Dr . H . Mukhidin . S.T .M.Pd

Disusun oleh :
Achmad Ramdhani (1808350)
Diastuti Nurmalasari (1804691)
Fikri Nasrullah (1800601)
Panji Rusmawan (1806028)
Rachmalia Dwi Latifah (1804016)
Rifki Zaelani (1804386)
Syahidah Muthiah (1806602)
Viery Wiguna R (1806685)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO - A


FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Langkah-langkah menjadi Guru Profesional”. Tujuan
penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Strategi
Pembelajaran Teknik Elektro.
Tentu saja saat melakukan suatu kegiatan tidak sepenuhnya dapat berjalan
lancar termasuk dalampenyusunan makalah ini. Penyusun menyadari bahwa dalam
makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penyusun meminta maaf
kepada pembaca, penyusun mengharapkan saran dan kritik dari pembaca supaya
karya tulis ini menjadi lebih baik.

Bandung, Novenber 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR ............................................................................................... i


BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 1
1.3 Tujuan.................................................................................................... 2
1.4 Manfaat .................................................................................................. 2
BAB 2 PEMBAHASAN ......................................................................................... 3
2.1 Memilih Materi Perkuliahan ................................................................. 3
2.2 Menentukan Pokok Bahasan ................................................................. 3
2.3 Menentukan Kompetensi Pembelajaran ................................................ 3
2.4 Pembahasan Materi ............................................................................... 4
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 16
3.2 Saran .................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Praktikum dasar teknik elektro merupakan salah satu materi fundamental
dan materi yang sesuai untuk mahasiswa yang bergelut di bidang teknik
kelektroan. karena kita sebagai pendidik dituntut untuk memberikan materi
yang sesuai dengan kapasitas peserta didik. Materi ini mencakup dasar – dasar
keilmuan bagi mahasiswa teknik elektro sebagai bekal di dunia kerja nanti.
Selain memilih materi pembelajaran. kita sebagai pendidik, harus pandai
dalam menentukan pokok bahasan. Untuk itu, didalam materi pembelajaran ini
kami menentukan pokok bahasan yaitu instalasi listrik sederhana. pokok
bahasan ini di rasa akan memberikan pembakalan bagi peserta didik, khususnya
para mahasiswa agar mengetahui cara dan kinerja baik pemasang ataupun
pengoperasian serta aturan – aturan dalam instalasi listrik tersebut
Oleh karena itu, kami berpandangan bahwasanya materi ini cocok serta
dapat diterapkan dengan baik pada pembelajaran untuk peserta didik. Dalam era
revolusi industry 4.0 bagi siswa maupun mahasiswa yang bergelut pada bidang
Teknik elektro dasar instalasi listrik sudah seharusnya dikuasai dengan baik.
Oleh karena itu, kami penyusun ingin menyusun pokok bahasan untuk
pembelajaran Instalasi listrik sederhana yang dapat diterapkan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang ditulis maka penyusun dapat
mengambil beberapa rumusan masalah, yaitu:
1. Apa pokok bahasan yang tepat untuk pembelajaran Instalasi listrik
sederhana?
2. Pada era Revolusi industry 4.0 apakah perlu pembelajaran Instalasi listrik
diajarkan pada siswa maupun mahasiswa yang tidak mendalami kelistrikan?
3. Apa saja kompetensi pembelajaran yang dapat ditentukan untuk menguasai
instalasi listrik sederhana?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang ditulis maka penyusun dapat
menyimpulkan tujuan yang harus dicari, yaitu:
1. Untuk mengetahui pokok bahasan yang tepat untuk pembelajaran instalasi
listrik sederhana
2. Untuk apakah perlu instalasi listrik sederhana diajarkan pada orang yang
tidak mendalami kelistrikan
3. Untuk mengetahui kompetensi pembelajaran yang dapat ditentukan untuk
menguasai instalasi listrik sederhana

1.4 Manfaat
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun mengharapkan manfaat yang
akan diambil, diantaranya:
1.4.1 Manfaat Teoritis
Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penyusun.
1.4.2 Manfaat Praktis
Mengaplikasikan wawasan dan pengetahuan tersebut untuk
pembelajaran instalasi listrik sederhana

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Memilih Materi Perkuliahan
Dalam dunia pedagogik, seorang pengajar profesional dituntut untuk
memberikan pembelajaran sesuai dengan kapasitasnya. Selain itu materi
pembelajarannya pun harus jelas dan relevan. Maka dari itu seorang guru
profesional harus menjadikan muridnya lebih baik. Dengan cara meninkatkan
ketrampilannya. Untuk aspek pembelajarannya ada materi dan praktikum tetapi
kami akan meningkatkan praktikum karena kami ingin meningkatkan keterampilan
siswanya.
Dalam kesempatan ini kami sebagai mahasiswa Pendidikan Teknik Elektro
memilih Praktikum Teknik Dasar Teknik Elektro karena bagi kami pemebelajaran
ini cukup dengan kapasitas kami sebagai mahasiswa karena agar bisa mngenal dan
menigkatkan keterampilan siswa tersebut.
2.2 Menentukan Pokok Bahasan
Setelah menetapkan materi yang akan diberikan kepada peserta didik, seorang
pengajar profesional akan menentukan urutan pokok bahasan yang disampaikan
pada setiap pertemuannya. Selain menentukan urutan pokok bahasan, seorang
pengajar juga harus menentukan cakupan ruang lingkup materi yang akan dibahas
agar sesuai dengan pokok bahasan yang telah ditentukan. Cakupan atau ruang
lingkup materi tersebut harus ditentukan agar kita sebagai pengajar dapat
mengetahui sejauh mana materi yang akan dipelajari oleh murid, apakah materi
tersebut terlalu banyak, kurang atau cukup. Sehingga materi yang disampaikan
sesuai dengan kompetesi dasar yang ingin dicapai.
Setelah menentukan instalasi listrik sederhana sebagai materi pembelajaran.
Kami telah menetapkan ada tiga pokok bahasan yang akan disampaikan, yakni :
standarisasi dan peraturan, peralatan instalasi listrik dan praktik, serta instalasi
listrik rumah tunggal (Domestik).
2.3 Menentukan Kompetensi Pembelajaran
Kompetensi adalah kemampuan untuk melaksanakan satu tugas, peran atau
tugas, kemampuan mengintegrasikan pengetahuan, ketrampilan-
ketrampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi, dan kemampuan untuk
membangun pengetahuan dan keterampilan yang didasarkan pada
pengalaman dan pembelajaran yang dilakukan.Oleh karena itu, kami
menetapkan beberapa kompetensi pembelajaran yang terdapat dalam materi
dan pokok bahasan yang sesuai dengan materi tersebut, yaitu:
2.3.1 Mahasiswa dapat menjelaskan peraturan dan persyaratan instalasi
listrik
2.3.2 Mahasiswa dapat menjelaskan sistem dan teknik pemasangan
instalasi listrik domestik (rumah tinggal) dengan baik dan benar
2.3.3 Mahasiswa dapat melaksanakan pemasangan instalasi listrik rumah
tinggal dengan baik dan benar melalui praktik pemasangan instalasi listrik di
lab.
2.4.Pembahasan Materi
2.4.1. Standarisasi dan peraturan instalasi listrik
1) Definisi Instalasi Listrik
Instalasi listrik adalah susunan perlengkapan listrik yang
berhubungan yang satu dengan yang lain, serta memiliki ciri
terkoordinasi, untuk memenuhi satu atau sejumlah tujuan tertentu.
2) Standarisasi
Tujuan standarisasi ialah untuk mencapai keseragaman, antara lain
mengenai:
a. Ukuran, bentuk dan mutu barang;
b. Cara menggambar dan cara kerja.
Dengan makin rumitnya konstruksi dan makin meningkatnya
jumlah dan jenis barang yang dihasilkan, standarisasi menjadi suatu
keharusan.
Standarisasi membatasi jumlah jenis bahan dan barang, sehingga
mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan. Standarisasi juga
mengurangi pekerjaan tangan maupun pekerjaan otak. Dengan
tercapainya standarisasi, mesin-mesin dan alat-alat dapat
dipergunakan secara lebih baik dan efisien, sehingga dapat
menurunkan harga pokok dan meningkatkan mutu.
Dua organisasi international yang bergerak di bidang standarisasi
ialah:
a.International Electrotechnical Commission” (IEC) untuk bidang
teknik listrik
b.International Organization for Standardization” (ISO) untuk bidang-
bidang lainnya
Di Indonesia saat ini sudah terbentuk Badan Standarisasi
Nasional(BSN)
3) Peraturan
Pemasangan instalasi listrik terikat pada peraturan-peraturan. Tujuan
peraturan- peraturan ini adalah:
a. Pengamanan manusia dan barang;
b. Penyediaan tenaga listrik yang aman dan efisien.
Dapat diperkirakan bahwa kebanyakan orang tidak akhli di bidang
listrik. Supaya listrik dapat digunakan dengan seaman mungkin, maka
syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan sangat ketat.
Peraturan instalasi listrik terdapat dalam buku “Persyaratan Umum
Instalasi Listrik 2000” disingkat PUIL 2000. Buku ini diterbitkan oleh
YAYASAN PUIL. Di samping PUIL 2000, harus juga diperhatikan
peraturan-peraturan lain yang ada hubungannya dengan instalasi
listrik, yaitu:
a.Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja,
beserta Peraturan Pelaksanaannya;
b.Undang-undang Nomor 15 tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan;
c.Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
d.Undang-undang Nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi;
e.Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah;
f.Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi;
g.Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1989 tentang Penyediaan dan
Pemanfaatan Tenaga Listrik;
h.Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 1993 tentang Analisa
Mengenai Dampak Lingkungan;
i.Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1995 tentang Usaha
Penunjang Tenaga Listrik;
j.Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor
01.P/40/M.PE/1990 tentang Instalasi Ketenagalistrikan;
k.Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor
02.P/0322/M.PE/1995 tentang Standarisasi, Sertifikasi dan Akreditasi
Dalam Lingkungan Pertambangan dan Energi.

PUIL TAHUN 2000


(SNI.04.0225.2000)
1. Riwawat Puil
PIL (Peraturan Instalasi Listrik) digunakan pertama kali sebagai
pedoman beberapa instalasi yang berkaitan dengan listrik adalah
AVE (Algemene Voorschriften Voor Electrische Sterkstroom
Instalaties).
Tahun 1967 AVE diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dan
diterbitkan sebagai Norma Indonesia NIG, yang kemudian
dikenal sebagai peraturan umum instalasi listrik (PUIL 1964).
Tahun 1977 disempurnakan pada penerbitan kedua (PUIL 1977)
dan penerbitan ketiga (PUIL 1987).
Istilah “Peraturan” pada PUIL 1964, 1977 dan 1987 berubah
menjadi “Persyaratan” pada PUIL 2000 dengan maksud : selain
isinya mengandung kewajiban mematuhi ketentuan dan
sanksinya, juga mengandung rekomendasi/persyaratan teknis
yang dapat dijadikan pedoman pelaksanaan.
MAKSUD DAN RUANG LINGKUP
Maksudnya :
PUIL ialah agar perusahaan instalasi listrik terselenggara dengan
baik, untuk menjamin keselamatan manusia dari bahaya kejut
listrik, keamanan instalasi listrik beserta perlengkapannya,
keamanan gedung beserta isinya dari kebakaran akibat listrik, dan
perlindungan lingkungan.
Ruanglingkup:
PUIL ini berlaku untuk semua perusahaan instalasi tegangan
rendah arus bolak-balik 1000V, arus searah 1500V dan tegangan
menengah 35kV dalam bangunan dan sekitarnya baik
perancangan, pemasangan, pemeriksaan dan pengujian,
pelayanan, pemeliharaan maupun pengawasan dengan
memperhatikan ketentuan yang berlaku.
2. PUIL ini tidak berlaku
Bagian instalasi listrik dengan tegangan rendah yang hanya
digunakan untuk menyalurkan berita dengan isyarat.
Baigan instalasi listrik yang digunakan untuk keperluan
telekomunikasi dan pelayanan kereta rel listrik.
Instalasi listrik dibawah tanah dalam tambang.
Instalasi listrik dengan tegangan rendah yang tidak melebihi 25V
dan daya tidak melebihi 100 watt.
STANDARISASI KELISTRIKAN
SII : Standar Industri Indonesia
SPLN : Standar Perum Listrik Negara
LMK : Lembaga Masalah Kelistrikan
IEC : International Electrotechical Commission
VOE : Verband Deutscher Electrotechniker
DIN : Deutshe Industrial Norm
ICEA : Insulated Cable Engineers Association
ASTM : Amirican Society For Testing Material
NEMA : National Electrical Manufacture Association
BS : British Standar
JIS : Japanese Industrial Standards
NF : Norme Franque
3. Tujuan dan Ketentuan Umum Instalasi Listrik
3.1.Tujuan
- Instalasi listrik dapat diperasikan dengan baik
- Terjamin keselamatan manusia
- Terjamin keamanan instalasi listrik beserta perlengkapan
- Terjamin keamanan gedung dan isinya dari kebakaran akibat
listrik
- Tercapai tujuan pencahayaan yaitu terwujudnya interior yang
efisien dan nyaman
3.2.Ketentuan Umum
- Setiap instalasi harus ada rencana instalasi yang disetujui
- Instalasi listrik harus dirancang dipasang dan dipelihara
sehingga tidak menimbulkan bahaya kebakaran
- Perlengkapan dan kelengkapan listrik yang dipasang harus
memenuhi standar.
4. Ketentuan Kabel
 Harus sesuai SNI
 Kabel yang dipilih dan dipasang haruslah memiliki ukuran
yang memenuhi persyaratan sesuai dengan beban sebagaimana
tersebut dalam rancangan instalasi.
 Kabel yang akan dipasang harus dipilih sedemikian rupa
sehingga jumlah dan warna intinya sesuai dengan rancangan
instalasi dan persyaraan PUIL 2000 yaitu :
a. Warna biru untuk netral
b. Warna loreng untk penghantar pembumian
c. Warna merah untuk fase R
d. Warna kuning untuk fase S
e. Warna hitam untuk fase T
Biasanya untuk grounding warna kuning dan hijau
4) Pengujian Peralatan Listrik
Semua peralatan listrik yang akan dipergunakan untuk instalasi
harus memenuhi ketentuan-ketentuan PUIL 2000. Di Indonesia
peralatan listrik diuji oleh suatu lembaga dari Perusahaan Umum
Lisrtik Negara, yaitu Pusat Penyelidikan Masalah Kelistrikan,
disingkat LMK
2.4.2. Peralatan instalasi listrik dan cara pemasangannya
5) Definisi Peralatan Instalasi Listrik
Pekerjaan yang berhubungan dengan listrik juga membutuhkan
peralatan. Peralatan instalasi listrik adalah alat-alat yang bisa
digunakan untuk pemasangan listrik dengan aman dan rapi. Alat-alat
ini penting untuk memastikan keamanan pemasangan maupun
penggunaan listrik.
6) Peralatan Instalasi Listrik
Penting mengetahui nama peralatan untuk instalasi listrik dan
fungsinya. Baik itu untuk pengetahuan keamanan dan keselematan
penggunaan maupun untuk mempelajari tentang instalasi kelistrikan.
Karena seyogianya instalasi listrik tidak hanya membutuhkan banyak
peralatan, namun perlu dilakukan oleh orang yang mengerti.
Pemasangan ini melibatkan keselematan karena banyak alat yang
riskan untuk ditangani. Mulai dari menyiapkan alat-alat yang
berkualitas, membuat sambungan, memasang di tempat yang tepat,
hingga melakukan pengujian hasil instalasi
Di bawah ini adalah nama peralatan yang biasa digunakan untuk
instalasi listrik dan fungsinya.
a) Bargainser
Fungsi bargainser pada instalasi listrik adalah untuk membatasi
daya listrik, mengukur penggunaan daya, dan memutuskan aliran
listik. Untuk pembatasannya, biasanya disesuaikan dengan
kontrak pemasangan.
Alat ini memiliki tiga komponen utama, yaitu.
 Miniature Circuit Breaker (MCB)
Miniature Circuit Breaker merupakan komponen bargainser
yang berfungsi untuk memutuskan arus listrik. Misalnya
ketika terjadi pemakaian daya listrik yang berlebihan dan
ketika terjadi hubungan singkat dari peralatan listrik.
 kWh meter
kWh meter merupakan komponen bargainser yang berfungsi
untuk mengukur penggunaan listrik dengan satuan kWh.
kWh ini adalah kilowatt dikali waktu, yaitu jam (hour). jadi
bukan kilowatt per jam.
 Spin control
Spin control merupakan komponen bargainser yang berputar
ketika daya listrik sedang digunakan. Komponen ini berputar
semakin cepat jika daya listrik yang digunakan semakin
besar, lalu semakin lambat jika listrik yang digunakan
berkurang.
Bargainser ini mempunyai tiga bagian kabel, yaitu kabel fasa,
kabel netral, dan kabel ground. Bargainser yang lazim ditemui
dibagi menjadi dua kategori yaitu Analog dan Digital.
b) Sekring
Sekring adalah alat pengaman listrik yang fungsinya untuk
memutuskan aliran listrik.,yaitu ketika terjadi kelebihan daya
listrik dan hubungan arus pendek. Komponen utamanya adalah
kawat yang bisa putus ketika terlalu banyak arus yang mengalir
melewatinya. Sehingga secara otomatis sekring memutuskan
aliran listrik dan tidak menyebabkan kerusakan pada komponen
yang lainnya.
c) Sakelar
Sakelar adalah alat yang fungsinya untuk menghidupkan dan
mematikan aliran listrik. Pada dasarnya, sakelar merupakan alat
penyambung aliran listrik ketika dipakai (on) dan pemutus aliran
listrik ketika tidak dipakai (off).
d) Stopkontak
Stopkontak adalah tempat untuk menghubungkan arus dengan
peralatan listrik. Alat ini memiliki lubang yang merupakan tempat
di mana steker dimasukkan. Stopkontak umumnya memiliki 2
jenis, yaitu inbow dan outbow. Inbow adalah stopkontak yang
bisa ditanam ke dalam dinding. Sedangkan outbow adalah stop
kontak yang dipasang di bagian luar dinding.
e) Steker
Steker adalah penghubung peralatan listrik ke sumber listrik.
Misalnya steker ini dimasukkan ke lubang stopkontak untuk
menyalakan peralatan listrik seperti lampu, radio, televisi, dll.
f) Kabel
Kabel adalah alat yang fungsinya sebagai penghantar listrik.
Kabel terdiri dari isolator dan konduktor. Isolator merupakan
bahan yang digunakan untuk membungkus kabel, biasanya dibuat
dari termoplastik atau polimer termoset. Sedangkan konduktor
dibuat dari bahan tembaga atau aluminium.
g) Fiting
Fiting adalah tempat untuk meletakkan lampu. Alat ini bisa
digunakan untuk menghubungkan lampu dengan jaringan
listrik. Fiting memiliki beberapa bentuk cara pemakaian,
misalnya ada yang ditempel, lalu ada yang digantung, dan ada
juga yang dihubungkan ke stopkontak.
h) Klem kabel
Klem kabel adalah alat penjepit kabel yang biasanya memiliki
bentuk setengah lingkaran. Alat ini memiliki beragam ukuran
yang dapat disesuaikan untuk merapikan kabel, yaitu dengan
memakunya di kayu plafon.
i) Twist-on wire connector
Twist-on wire connector yaitu penyambung kawat putar. Alat ini
memiliki bentuk yang menyerupai kerucut dengan beragam
pilihan yang bisa dipilih. Twist-on wire connector ini dapat
dipakai untuk menutup sambungan kabel pada instalasi peralatan
listrik.
j) Pipa
Fungsi pipa pada instalasi peralatan listrik adalah untuk
melindungi pemasangan kawat penghantar. Dengan pemasangan
pipa ini, bisa mendapatkan bentuk instalasi yang aman dan rapi.
7) Cara Pemasangan
Syarat dan pemasangan kabel, lampu, stop kontak, saklar, PHB,
saluran utama, MCB dan yang lain yang diatur dalam PUIL dalam
instalasi rumah tangga
a) Kabel
 Sebagai penghantar digunakan kabel berisolasi ganda
(misalnya NYM) yang terdiri atas dua atau tiga inti tembaga
pejal dengan penampang tiap intinya minimum 1,5 mm2.
 Kabel dicabangkan dalam kotak pencabangan dengan
penyambungan yang baik.
 Kabel lampu tidak boleh lebih kecil dari 0,5mm2.
 Kabel Listrik berpenghantar tembaga dan berisolasi PVC
yang terpasang secara permanen di dalam rumah harus
dengan ukuran minimal 2,5 mm2, berapapun jumlah daya
listrik yang terpasang dan hanya boleh dialiri
listrik maksimal 10 A
b) Lampu
 Armatur penerangan, fiting lampu, lampu, dan roset harus
dibuat sedemikian rupa sehingga semua bagian yang
bertegangan dan bagian yang terbuat dari logam, pada waktu
pemasangan atau penggantian lampu, atau dalam keadaan
lampu terpasang, teramankan dengan baik dari kemungkinan
sentuhan.
 Pada lampu tangan, sangkar pelindung, kait penggantung dan
bagian lain yang terbuat dari logam harus diisolasi terhadap
fiting lampunya.
 Armatur penerangan harus terisolasi dari bagian lampu dan
fiting lampu yang bertegangan.
 Armatur penerangan harus terisolasi dari penggantung dan
pengukuhnya yang terbuat dari logam, kecuali apabila
pemindahan tegangan pada bagian ini praktis tidak akan
menimbulkan bahaya.
 Armatur penerangan di tempat lembab, basah, sangat panas,
atau yang mengandung bahan korosi, harus terbuat dari
bahan yang memenuhi syarat bagi pemasangan di tempat itu
dan harus dipasang sedemikian rupa sehingga air tidak dapat
masuk atau berkumpul dalam jalur penghantar, fiting lampu,
atau bagian listrik lainnya.
 Seluruh bagian luar fiting lampu yang dipasang dalam ruang
berdebu, lembab, sangat panas, berisi bahan mudah terbakar,
atau mengandung bahan korosi, harus terbuat dari bahan
porselin atau bahan isolasi lain yang sederajat. Terlepas dari
keadaan ruang seperti disebutkan di atas, bagian luar fiting
lampu yang bertegangan lebih dari 300 V ke bumi, harus
selalu terbuat dari bahan porselin atau bahan isolasi lain yang
sederajat.
 Armatur penerangan yang dipasang dekat atau di atas bahan
yang mudah terbakar harus dibuat, dipasang atau terlindung
sedemikian rupa sehingga bagian yang bersuhu lebih dari 90
tidak berhubungan dengan bahan yang mudah terbakar itu.
 Lampu dalam ruang yang mengandung bahan atau debu yang
mudah terbakar atau meledak harus dipasang dalam armatur
penerangan yang kedap debu.
 Lampu untuk penerangan luar dan dalam ruang dengan air
tetes harus kedap tetesan atau dipasang dalam armatur
penerangan yang kedap tetesan.
 Tutup roset dan kotak sambung untuk armatur lampu harus
mempunyai cukup ruangan sehingga kabel dengan terminal
penghubungnya dapat dipasang dengan baik.
 Tiap kotak sambung harus dilengkapi dengan penutup,
kecuali jika sudah tertutup oleh kap armatur, fiting lampu,
kotak kontak, roset, atau gawai yang sejenis.
 Bagian dinding atau langit-langit yang terbuat dari bahan
mudah terbakar dan berada di antara sisi kap armatur dan
kotak sambung harus ditutup dengan bahan yang tidak dapat
terbakar.
 Perkawatan pada atau di dalam armatur harus terpasang
dengan rapi. Diameter kawat harus minimum 0,75 mm2 dan
sedemikian rupa sehingga kabel bebas dari gaya tarik dan
kerusakan mekanik yang mungkin terjadi. Perkawatan yang
berlebihan harus dihindarkan. Kabel harus dipasang
sedemikian rupa sehingga bebas dari pengaruh suhu yang
melebihi kemampuannya.
 Armatur harus terbuat dari logam, atau bahan lain yang
diizinkan dan dibuat sedemikian rupa sehingga terjamin
kekuatan dan kekokohan mekaniknya. Pipa dan tempat
masuknya harus dibuat sedemikian rupa sehingga kabel
dapat dengan mudah dipasang dan dikeluarkan tanpa ada
kemungkinan terjadinya kerusakan pada bahan isolasi atau
putusnya hubungan kabel.
 Konstruksi rumah armatur yang tertanam tidak boleh
menggunakan solder.
 Lampu randah dan lampu lantai boleh dihubungkan dengan
kabel berselubung karet yang diizinkan bila pengawatannya
ditempatkan bebas dari panas lampu.
c) Stop kontak
 Tinggi pemasangan ± 150 cm di atas lantai, apabila kurang
dari 150 cm harus dilengkapi tutup.
 Mudah dicapai tangan.
 Di pasang sedemikian rupa, sehingga penghantar netralnya
berada disebelah kanan atau di sebelah bawah.
d) Saklar
 Tinggi pemasangan ± 150 cm di atas lantai.
 Dekat dengan pintu dan mudah dicapai tangan/sesuai kondisi
tempat.
 Arah posisi kontak (tuas) saklar seragam bila pemasangan
lebih dari satu.
e) PHB
 PHB harus ditata dan dipasang sedemikian rupa sehingga
terlihat rapi dan teratur, dan harus ditempatkan dalam ruang
yang cukup leluasa.
 PHB harus ditata dan dipasang sedemikian rupa sehingga
pemeliharaan dan pelayanan mudah dan aman, dan bagian
yang penting mudah dicapai.
 Semua komponen yang pada waktu kerja memerlukan
pelayanan, seperti instrumen ukur, tombol dan sakelar, harus
dapat dilayani dengan mudah dan aman dari depan tanpa
bantuan tangga, meja atau perkakas yang tidak lazim lainnya.
 Penyambungan saluran masuk dan saluran keluar pada PHB
harus menggunakan terminal sehingga penyambungannya
dengan komponen dapat dilakukan dengan mudah, teratur
dan aman. Ketentuan ini tidak berlaku bila komponen
tersebut letaknya dekat saluran keluar atau saluran masuk.
 Terminal kabel kendali harus ditempatkan terpisah dari
terminal saluran daya.
 Semua mur baut dan komponen yang terbuat dari logam dan
berfungsi sebagai penghantar, harus dilapisi logam pencegah
karat untuk menjamin kontak listrik yang baik.
 Ruang bebas pada PHB tegangan rendah, lebarnya harus
sekurang-kurangnya 0,75 m, sedangkan tingginya harus
sekurang-kurangnya 2 m.
 Posisinya setelah KWH Meter PLN
 Jika rumah sederhana dengan daya 450 VA, umumnya
menggunakan PHB sederhana, dimana komponen PHB
hanya berupa 1 buah fuse/ sikring atau bisa juga MCB
(Miniatur Circuit Breaker),
 Jika rumah besar dengan daya 2.200 VA keatas, biasanya
menggunakan PHB Lengkap, dimana masing – masing MCB
melayani jenis beban yang berbeda.
f) Saluran utama
 Warna penghantar :
Fase : hitam atau merah
Netral : biru
PE : kuning strip hijau
 Penampang penghantar saluran utama (buntutan)minimal 4
mm² dan sirkit akhir (line) minimal 2,5 mm²
g) MCB
 Memiliki ketahanan arus hubung pendek paling tidak sama
besar dengan arus hubung pendek yang mungkin terjadi
dalam sirkit yang diamankan.
 MCB yang dipasang memiliki standar SNI

2.4.3. Pemasangan instalasi listrik rumah tinggal (domestik) dan praktik


Instalasi listrik rumah tinggal adalah suatu sistem/rangkaian yang
digunakan untuk menyalurkan daya listrik ke lampu atau alat -alat listrik
yang lain sebagai penunjang aktifitas rumah tangga sehari-hari. Instalasi
listrik pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu instalasi pencahayaan listrik
dan instalasi daya listrik. Instalasi pencahayaan listrik adalah seluruh
instalasi yang digunakan untuk memberikan daya listrik pada lampu.
Instalasi daya listrik adalah instalasi yang digunakan untuk menjalankan
alat-alat elektrik selain lampu seperti mesin cuci, setrika, televisi, dan lain-
lain.
Pemasangan instalasi listrik di rumah tinggal tidak dilakukan sembarang
karena berhubungan dengan keselamatan jiwa dan kenyamanan. Sebelum
dilakukan pemasangan suatu instalasi listrik, terlebih dahulu haruslah dibuat
gambar-gambar rencana berdasarkan denah bangunan yang akan ditempati.
Hal-hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah syarat pekerjaan,
pelaksanaan, material yang digunakan, waktu yang dibutuhkan dan lain-lain
sebagainya.
Untuk pemasangan suatu instalasi listrik rumah tinggal lebih dahulu
harus dibuat gambar-gambar rencananya berdasarkan denah bangunan,
dimana instalasinya akan dipasang. Gambar-gambarnya harus jelas, mudah
dibaca dan dimengerti. Gambar denah bangunannya biasanya
disederhanakan. Dinding-dindingnya digambar dengan garis tunggal agar
tipis, saluran-saluran listriknya karena lebih penting maka digambar lebih
tebal. Supaya gambarnya rapi harus dipilih tebal garis yang tepat. Gambar-
gambar yang biasanya diperlukan yaitu seperti berikut.
a. Gambar Situasi
Gambar situasi diperlukan untuk menyatakan letak bangunan yang akan
dipasang instalasinya, serta rencana penyambungan dengan jaringan
PLN. Keterngan ini diperlukan oleh PLN untuk memudahkan
menetukan kemungkinan penyambungan serta pembiayaanya. Gambar
instalasinya meliputi hal-hal berikut:
1. Rencana penempatan semua peralatan listrik yang akan dipasang
seperti titik lampu, sakelar, stop kontak
2. Rencana penyambungan peralatan listrik dengan alat pelayanannya.
seperti lampu dan sakelarnya, motor dan pengasutnya
3. Data teknis penting dari setiap peralatan listrik yang akan dipasang

b. Gambar diagram garis tunggal,

Diagram garistunggal biasanya disebut digram perencanaan instalasi


listrik, sedangkan diagram garis ganda disebut diagram pelaksanaan.
Diagram garis tunggal diterapkan padai nstalasi rumah sederhana
maupun instalasi gedung-gedung sederhana hingga gedung
besar/bertingkat dan juga pada diagram panel bagi dan rekapitulasi
beban. Diagram garis tunggal ini meliputi:
1. Diagram perlengkapan hubung bagi dengan keterangan mengenai
ukuran/daya nominal setiap komponen
2. Keterangan mengenai beban yang terpasang dan pembaginya
3. Ukuran dan jenis hantaran yang akan digunakan
4. Sistem pentanahannya
c. Gambar Perincian dan Keterangan yang Diperlukan
Gambar ini memuat beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Perkiraan ukuran fisik perlengkapan hubung bagi
2. Cara pemasangan alat-alat listrik
3. Cara pemasangan kabel
4. Cara kerja instalasi kontrol, (jika ada)

Pengawasan dan Tanggung Jawab


Dalam pemasangan instalasi listrik, biasanya rawan terhadap terjadinya
kecelakaan akibat adanya sentuh langsung dengan penghantar beraliran arus
atau kesalahan dalam prosedur pemasangan instalasi. Oleh karena itu perlu
diperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan bahaya listrik serta tindakan
keselamatan kerja. Pengawasan pemasangan instalasi listrik, tanggung
jawab pelaksana, dan pelaksanaan pekerjaan telah ditentukan sebagai
berikut.
1. Setiap pemasangan listrik harus mendapat izin dari instansi yang
berwenang, umunya dari cabang PLN setempat.
2. Penanggung jawab pekerjaan instalasi haruslah orang yang memiliki
ilmu pengetahuan tentang instalasi listrik dan memiliki ijin dari instansi
yang berwenang.
3. Pekerjaan pemasangan instalasi listrik harus diawasi oleh seorang
pengawas yang ahli dan memiliki pengetahuan tentang listrik,
berpengalaman dalam pemasangan instalasi listrik, bertanggung jawab
atas keselamatan pekerjanya.
4. Pekerjaan pemasangan instalasi listrik harus dilakukan oleh orang-orang
yang berpengalaman tentang listrik.
5. Pemasangan instalasi listrik yang selesai dikerjakan harus dilaporkan
secara tertulis kepada PLN setempat untuk diperiksa dan diuji.
6. Setelah dinyatakan baik secara tertulis dan sebelum diserahkan kepada
pemilik, instalasinya harus dicoba dengan tegangan dan arus kerja penuh
dengan waktu yang cukup lama. Semua peralatan yang telah terpasang
harus dicoba.
7. Perencana suatu instalasi listrik bertanggung jawab atas rencana yang
telah dibuatnya.
8. Pelaksana pekerjaan instalasi listrik bertanggung jawab atas
pekerjaannya selama batas waktu tertentu. Jika terjadi kecelakaan
karena kesalahan pemasangan ia bertanggung jawab atas kecelakaan
tersebut.

Dalam pembuatan instalasi pencahayaan listrik dan instalasi daya listrik


selain faktor estetika juga harus memenuhi syarat-syarat teknis. Syarat
pertama adalah aman bagi manusia, hewan, dan barang yang ada dalam
rumah. Kedua, material yang dipasang harus memenuhi standar kualitas.
Keiga penghantar arus (kabel) yang digunakan harus berdiameter sesuai
dengan kuat arus yang mengalir.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Disaat kita membangun sebuah bangunan, gedung ataupun rumah, kita selalu
melibatkan sebuah instalasi listrik untuk kebutuhan dari gedung tersebut, instalasi
listrik ini dirancang sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan sumber listrik di
sebuah bangunan yang telah dibuat, saat merancang instlasi listrik kita tidak boleh
seenaknya membuat rancangan instalasi, tetapi harus dengan cara prosedur dengan
baik dan benar, agar instalasi berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan.
Dengan adanya pembelajaran instlasi listrik ini, kita dapat memahami dengan baik
dan benar bagaimana membaca serta membuat rangkaian instalasi listrik disebuah
bangunan.

3.2 Saran

Setelah menyampaikan materi yang dibuat dalam makalah ini, penulis


mengharapkan makalah ini dapat berguna bagi pembaca, jika pembaca ingin
meneruskan makalah ini penulis mengharapkan makalah ini bisa digunakan sebagai
bahan acuan ataupun referensi bagi sipenulis yang akan melakukan penelitian
dalam bidang yang sama.
DAFTAR PUSTAKA

LIPI, Persyaratan Umum Instalasi Listrik Indonesia Tahun 2000 (PUIL 2000)

Perusahaan Listrik Negara, 2010. Buku 3 Standra Konstruksi Jaringan Tegangan


Rendah Tenaga Listrik

Ratnata, I Wayan. 2011. Diktat Mata Kuliah Dasar-Dasar Instalasi Listrik 2000.
Bandung: Tidak diterbitkan

Undang Undang Republik Indonesia 1945

Van. Harten, E. Setiawan. 1991. Instalasi Listrik Arus Kuat Jilid 2. Bandung:
Binacipta

Anda mungkin juga menyukai

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy