CBR Raja Eli Martin Silalahi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 41

Critical Book Report

TECHNOPRENEURSHIP

Oleh:

NAMA: RAJA ELI MARTIN SILALAHI

NIM: 7173343024

KELAS: PENDIDIKAN BISNIS B REGULER

FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI

PRODI PENDIDIKAN TATA NIAGA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


Penulis bernama Raja Eli Martin Silalahi lahir di
PematangSiantar,22 November 1999.Penulis merupakan alumni
SMA SWASTA PELITA PEMATANGSIANTAR,penulis juga
pernah belajar di SD RK BUDI MULIA 2 PEMATANGSIANTAR
dan SMP NEGERI 12 PEMATANGSIANTAR,dan sekarang
melanjutkan pendidikan di Universitas Negeri Medan Program Studi
Bisnis

Demikian riwayat hidup penulis untuk sekedar diketahui.


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Critical Book Report mata kuliah
Technopreneurship dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.

Saya sangat berharap Critical Book Report ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai perkembangan Bisnis. Saya juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam Critical Book Report ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik,saran dan usulan demi
perbaikan Critical Book Report ini yang telah saya buat dimasa yang akan datang. Oleh karna
itu, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga Critical Book Report sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohom maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenaan.

Medan, Mei 2020

Raja Eli Martin Silalahi


Ringkasan Buku Utama

Bab I
Pendahuluan

1.1 Perbedaaan Negara Maju dengan Negara Berkembang


Ada perbedaan antara negara maju dengan negara yang belum maju maupunberkembang. Negara
maju mengembangkan strategi bersaingnya melaluikeunggulan teknologi yang dimilikinya. Mereka
“terpaksa” mampu menguasaiteknologi karena rendahnya kuantitas Sumber Daya Alamnya (SDA).Fokus
negara yang maju teknologinya adalah pada penguasaan R&D teknologi,Desain Produk, dan Pemasaran,
sedangkan manufaktur yang melibatkanpermasalahan buruh mereka subkontrakkan kenegara
berkembang.Basis pengembangan ekonomi negara maju adalah berbasis Pengetahuan(Knowledge based
Economic), sehingga mereka cenderung mencari partner –partner yang SDA nya melimpah, tetapi
Knowledge – nya rendah.
Pendidikan pada negara maju ternyata mendasarkan basisnya pada kemampuananak bangsa untuk
mandiri dan berinovasi berbasiskan penciptaan teknologi sebagaikeunggulan bersaingnya yang disebut
dengan pendidikan berbasis enterpreneurshipataupun
Technopreneurship.
1.2 Perbedaan antara Enterpreneurship dan Technopreneurship
Ada sedikit perbedaan antara enterpreneur dengan technopreneur, meskipunesensinya adalah sama.
Seseorang disebut ” Enterpreneur Sukses ” adalah apabila secara ekonomi ia mampu memberikan nilai
tambah ekonomis bagi komoditas yangdijualnya, sehingga mampu menciptakan kesejahteraan bagi dirinya.
Dengan demikian, maka mereka yang digolongkan sebagai enterpreneur
suksesadalah termasuk pensuplai produk bagi kebutuhan pasar pemerintah (suplierpemerintah), pensuplai
kebutuhan pasar masyarakat (pedagang), ataupunpengusaha yang bergerak di sektor jasa yang sifat
persaingan pasarnya daricenderung monopolistik hingga persaingan bebas (komoditi). Pendidikan
dankeahlian bagi mereka bukanlah hal yang utama dalam mengembangkan bisnisnya,tetapi unsur jaringan,
lobi, dan pemilihan demografi pasar sasaran lebih menentukankesuksesannya.
Berbeda dengan enterpreneur diatas, maka ada enterpreneur yang mendasarkan ke” enterpreneuran -
nya ” berdasarkan keahlian yang berbasis pendidikan danpelatihan yang didapatkannya di bangku perkuliahan
ataupun percobaan pribadi.Mereka menggunakan teknologi sebagai unsur utama
pengembangan produksuksesnya, bukan sekedar jaringan, lobi, dan pemilihan pasar secara
demografis.Mereka ini disebut sebagai technopreneur, yaitu ” enterpreneur moderen ” yangberbasis
teknologi. Inovasi dan kreativitas sangat mendominasi mereka untukmenghasilkan produk
unggulan sebagai dasar dari pembangunan ekonomi bangsaberbasis pengetahuan (Knowledge Based
Economic).
Webster Dictionary (2005) membedakan definisi enterpreneur dengan technopreneur dalam
bidangnya yang lebih spesifik kearah teknologi tinggi. Bila enterpreneurdidefinisikan sebagai seseorang yang
mengorganisasikan, memanajemen, danmengambil resiko dari suatu bisnis atau suatu perusahaan, maka
Webster Dictionarymendefinisikan Technopreneur sebagai seorang entrepreneur  dimana
bisnisnyamelibatkan teknologi tinggi.
Technopreneurship sudah seharusnya didorong pengembangannya oleh pemerintah.Hanya dengan
bertambahnya jumlah mereka inilah, maka bangsa Indonesia akanmampu menjadi bangsa yang ”berdaya
saing” pada tataran persaingan global. Technopreneur tidak sekedar ” menjual ” barang komoditas ataupun
barang industriyang persaingan pasarnya relatif sangat ketat. Mereka menjual produk inovatif yangmampu
menjadi substitusi maupun komplemen dalam kemajuan peradabanmanusia.
Bab II
Hakekat Technopreneurship
 
2.1 Kepribadian Technopreneur
` McClelland mengajukan konsep need for achievement   (selanjutnya disingkat N-Ach)yang
diartikan sebagai virus kepribadian yang menyebabkan seseorang ingin selaluberbuat lebih baik dan terus
maju, selalu berpikir untuk berbuat yang lebih baik, danmemiliki tujuan yang realistik dengan mengambil
resiko yang yang benar-benar telahdiperhitungkan.Seseorang yang memiliki N-Ach tinggi biasanya lebih
menyukai situasi-situasi kerjayang dapat mereka ketahui apakah akan mengalami peningkatan/kemajuan
atautidak, uang bagi mereka bukanlah tujuan.
McClelland memberikan gambaran tentanghal itu sebagai berikut :“ Agaknya mengherankan
bila ditinjau dari sudut teori ekonomi dan perniagaanAmerika tradisional bahwa yang mendorong
enterpreneur mengadakan kegiatanbukanlah harapan untuk memperoleh keuntungan, orang yang kecil
keinginannyauntuk berprestasilah yang membutuhkan perangsang uang agar dapat bekerja lebihkeras. Orang
yang keinginan berprestasinya tinggi akan bekerja lebih keras dalamkeadaan bagaimana pun, asalkan ada
kesempatan untuk mencapai sesuatu. 

2.2. Karakter Pembentuk Technopreneur
Spirit dan karakter Technopreneur dibentuk oleh 3 (tiga) komponen utamapembentuk,
yaitu Intrapersonal, Interpersonal, dan Extrapersonal. Interpersonal danInterpersonal adalah
merupakan komponen dari faktor Soft Skill, sedangkanExtrapersonal adalah berhubungan dengan
kemampuan untuk mampumemberdayakan kedua komponen soft skill tersebut agar mampu
diimplementasikansecara lebih meluas dampaknya.

2.3. Manfaat Pengembangan Technopreneur
Singapura adalah salah satu contoh negara yang berhasil dalam membuat kebijakanmenumbuhkan
basis technopreneurnya. Empat puluh lima tahun yang lalu (era 1960an), Singapura adalah negara kecil
di Asia yang miskin.Dua puluh tahun kemudian, pemerintah mulai berkampanye untuk
menarikperusahaan MNC berteknologi tinggi, dengan insentif pajak, tenaga kerja terdidik,dan program
infrastruktur yang mengagumkan. Dimotori oleh kebijakan investasibesar – besaran oleh pemerintah yang
diambil dari tabungan pensiun wajib, proyekinfrastruktur bernama ” Singapore One
” bernilai ratusan juta dollar, telahmenghubungkan setiap rumah, sekolah, dan kantor ke Internet pada
akhir 1999. Dannegara kecil Singapura ini telah melakukan investasi di bidang tekologi informasi disekolah
– sekolah dengan nilai yang lebih besar daripada negara manapun.
Contoh lainnya tentang pentingnya peran pemerintah dalam mendorong Technopreneurship adalah
sejarah negara kecil di Eropa, yaitu Finlandia dalammembangun ekonominya yang berbasis pengetahuan dan
teknologi.

2.4. Kurikulum Berbasis Kompetensi Berorientasi Technopreneur
Mengingat bahwa Technopreneur adalah merupakan solusi untuk meningkatkandaya saing bangsa
sebagaimana diamanatkan dalam HELTS (Higher EducationLong Term Strategy), maka sudah
seharusnya muatan Technopreneur ini dimasukkan dalam kurikulum Pendidikan Tinggi. Masuknya
muatan Technopreneur dalam kurikulum Pendidikan Tinggi ini dapat berupa mata kuliah dengan
SKStersendiri maupun dengan penguatan berikutnya dalam bentuk “hidden curriculum”dan project akhir.
2.5.Peranan Pemerintah dan Perguruan Tinggi Dalam Mengembangkan
SpiritTechnopreneur.
Pemerintah sebagai regulator diharapkan mempunyai peran untuk menumbuhkandan mendukung
kultur Technopreneur dalam aktivitas pemerintahan, sebagaimanayang dilakukan oleh negara Finlandia,
Taiwan, dan Singapura pada contoh Bab1sebelumnya. Pemerintah dalam hal ini adalah penentu Grand
Strategy tentang ”Hendak Kemana Knowledge Based Economic (KBE) Indonesia ini akan diarahkanuntuk
mencapai daya saing ”. Sedangkan Perguruan Tinggi harus mampumenterjemahkan Grand Strategy tersebut
kedalam Renstra dan Renop yang tepat,termasuk penciptaan kultur akademis yang mendukung
berkembangnya spirittechnopreneur. Sebagai contoh, kultur yang ditanamkan oleh Perguruan Tinggi
diSingapore adalah :
1. Membangun pendidikan technopreneur sebagai topik yang tidak diujikan dandikayakan sebagai
aktivitas ekstra kurikuler.
2. Memasukkan proyek bisnis kedalam kurikulum, misalkan mahasiswadilibatkan dalam proyek kajian
kebijakan ekonomis pemerintah.
Bab III
Technopreneurship dan Daya Saing Bangsa
3.1. Indonesia dan Negara Lain
Apabila ada orang yang mengatakan bahwa Singapura adalah negara yang palingmaju dalam
penguasaan teknologi dan peningkatan kualitas hidup penduduknya diAsia Tenggara mungkin tidak banyak
orang yang meragukan pernyataan tersebut.Negara dengan luas wilayah tidak lebih dari seperdua-ratus Pulau
Jawa ini begitulincah, gesit dan sangat cepat memposisikandirinya sebagai negara yang mampu bangkit,maju
dan berkembang menjadi “raksasa” duniatidak terkendala oleh kecilnya luas wilayah dan“miskin”-
nya sumberdaya alam. 
Bisa kitabayangkan, ketika Singapura memperolehkemerdekaan pada tahun 1965 dari Inggris,masa
depan ekonomi Singapura dapatdikatakan suram, tidak banyak yang dapat
diharapkan. Infrastruktur relatif sangattertinggal, angka pengangguran tinggi dan perdagangan
Internasional sangatterbatas. Tetapi ternyata tidak demikian, karena dalam waktu beberapa
dekade sajakebijakan perdagangan bebas Singapura yang dipadukan dengan pengendalianfiskal yang ketat
menjadikan Singapura sebagai salah satu negara yang paling cepatpertumbuhan
ekonominya di dunia. Ekonomi Singapura yang berorientasi padapasar ekspor telah memacu sektor
manufakturdan keuangan mengambil alih perananmengatasi keterbatasan luas wilayah
dankekayaan alam. Pelabuhan-pelabuhanSingapura menjadi salah satu pelabuhan yangpaling sibuk di dunia.
pertumbuhan ekonomi Singapura umumnya telah mengungguli pertumbuhanekonomi
dunia. Angka infrasi selalu berada di bawah rata-rata angka inflasi duniadengan surplus budget
yang sangat besar. Karena pertumbuhan ekonomi yangfenomenal inilah kemudian Singapura dikenal sebagai
salah satu macan Asia ( the Asia’s Four Tigers) bersama-sama dengan Hong Kong, Korea Selatan, dan
Taiwan.Kebijakan fiskal yang canggih dan jalinan kerjasama perdagangan dengan  partner yang sangat
beragam menjadikan Singapura sebagai negara yang tidak banyakterpengaruh oleh krisis ekonomi yang
melanda kawasan Asia Tenggara pada tahun1997. Pada tahun 2002, gross domestic product  (GDP)
Singapura adalah sekitarUSD 87 milyar atau setara dengan pendapatan per kapita senilai USD 20,890
yangmendudukan Singapura berada diantara negara-negara dengan GDP tertinggi didunia.

3.2. Mengapa Berorientasi Technopreneurship?


Jika kita lakukan survey sederhana kepada mahasiswa di kelas yang kita asuhdengan mengajukan
pertanyaan ”Siapa yang nanti kalau sudah lulus bercita-citamenjadi pegawai negeri?” atau ”Siapa yang nanti
kalau sudah lulus bercita-citamenjadi pegawai swasta?”, maka bisa jadi sebagian besar mahasiswa di
kelastersebut akan mengangkat tangannya sebagai tanda bahwa mereka memangbercita-cita menjadi pegawai
baik di instansi pemerintah maupun di swasta.Kecenderungan seperti ini memang tidak mengherankan karena
pilihan menjadipegawai itu memang telah tertanam sejak kecil. 

Demikian pun dengan cita-cita paraorang tua mahasiswa itu, kecenderungannya tidak jauh berbeda
dengan cita-citamahasiswa itu sendiri. Kondisi demikian wajar saja terjadi karena para orangtuatentu sangat
menghendaki putra putrinya kelak menjadi orang yang sukses yangsalah satu kunci sukses itu adalah apabila
putra putri mereka dapat menempuhpendidikan di sekolah-sekolah unggulan atau di bidang-bidang studi
yang”menjanjikan”. Hal ini ditempuh dengan maksud agar setelah lulus mereka dapatmudah mendapat
pekerjaan dengan tingkat penghasilan yang layak .
Lantas, apa yang salah dengan pilihan menjadi pegawai setelah menyelesaikan studidi
Perguruan Tinggi? Tidak ada yang salah memang bahkan pilihan itu dapatdikategorikan
sebagai pilihan paling praktis, paling mudah, paling murah, dan palingaman dari segi resiko
baik bagi lulusan maupun bagi Perguruan Tinggi. Bukankahbagi seorang lulusan yang ingin
mencari pekerjaan, upaya yang harus ditempuhnyahanyalah menulis lamaran sebanyak yang
dia mau dan mampu, menunggu jawaban.
Bab IV
Mengembangkan Pendidikan Berorientasi TechnopreneurshipDi Perguruan Tinggi

Mengembangkan pendidikan berorientasi Technopreneur pada Pendidikan Tinggiadalah syarat


mutlak untuk menciptakan daya saing bangsa. PendidikanTechnopreneur adalah merupakan bagian dari
peningkatan kualifikasi PerguruanTinggi sebagaimana konsep HELTS (Higher Education Long Term
Strategy) 2003–2010, dengan 3 (tiga) segitiga tujuan strategis, yaitu : Otonomi dan KesehatanOrganisasi
untuk meningkatkan daya Saing. Otonomi adalah kemampuan PerguruanTinggi untuk mandiri dalam
menyokong kegiatannya. Apabila Perguruan Tinggidituntut mandiri, maka seharusnya lulusannya sebagai
output dari institusi yangmandiri juga harus mampu mandiri. Pilihan yang tepat untuk otonom, baik
bagiinstitusi maupun output lulusannya, adalah dengan mengembangkan
pendidikanTechnopreneur.Pendidikan berorientasi Technopreneur sangat tepat dikembangkan di
PerguruanTinggi mengingat bahwa Technopreneur berbeda dengan Enterpreneur yangbisadikembangkan di
kursus – kursus singkat. Webster Dictionary (2005) membedakandefinisi teknopreneur dibandingkan
enterpreneur dalam hal penggunaan
teknologitinggi. Bila enterpreneur didefinisikan sebagai seseorang yang mengorganisasikan,memanajeme
n, dan mengambil resiko dari suatu bisnis atau suatu perusahaan,maka Teknopreneur didefinisikan
sebagai seorang entrepreneur yang dalambisnisnya melibatkan teknologi tinggi. Penggunaan teknologi tinggi
yang berbasisriset inilah yang menjadi keunggulan Perguruan Tinggi untuk
mengembangkanTechnopreneurship.
Bab V
Mengembangkan Ide Technopreneurship

Memilih produk yang  profitable, merupakan langkah pertama dan utama bagiTechnopreneur
untuk menuju kesuksesan dalam mendirikan usaha baru(menghasilkan produk baru maupun produk yang
inovatif). Sudah banyak contohnyata yang telah membuktikan hal tersebut. Bahkan, Murphy1  ,
setelah melakukanstudi tentang keberhasilan dan kegagalan bisnis, menyimpulkan bahwa "kunci emasuntuk
sukses" adalah "melakukan bisnis yang tepat pada saat yang tepat". Hal inimenunjukan bahwa penentuan
jenis produk (barang maupun jasa) yang akandiproduksi haruslah "tepat" (menguntungkan/profitable) dan
dihasilkan pada "saatyang tepat" (saat konsumen membutuhkan). Dengan demikian, langkah pentinguntuk
mencapai kesuksesan telah kita pahami.Namun demikian, ada pendapat sederhana yang menyatakan bahwa
"mencapaisukses tidaklah mudah". Hal ini terlihat dari sedikitnya ide-ide yang mampumenghasilkan
kesuksesan bagi pendirian usaha baru. Bahkan, ketika suatu produkbaru (misalnya produk inovasi) yang
diperkenalkan oleh perusahaan yang sudahmapan pun, masih sering mengalami kegagalan. Majalah
Business Week 2, dalamsuatu diskusi yang dilakukan oleh A.T. Kearney, Inc..
Sebelum membahas metode untuk mendapatkan ide-ide usaha, mungkin kita perlumenguji beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi agar suatu produk menjadisukses dalam usaha baru yang akan kita dirikan.
Persyaratan yang pertama danterpenting adalah bahwa usaha baru tersebut haruslah mampu bersaing di
pasaryang ada sehingga dapat bertahan. Kedua, berusaha mencari ide yang memenuhikriteria-kriteria
berikut ini :
1. Produk memenuhi kebutuhan yang belum terlayani.
Kriteria ini muncul karena :
a) Kebanyakan orang, tidak mengerti tentang cara pembuatan produk untukmemenuhi kebutuhan yang ada.
b) Adanya kebutuhan yang belum disadari.
c) Adanya kebutuhan yang belum muncul.
Banyak produk dan jasa yang termasuk dalam salah satu dari ketiga sebabmunculnya kriteria
tersebut. Sebagai contoh, kebutuhan terhadap laptop telahlama ada, meskipun mulanya sangat kecil. Namun
seiring dengan kemajuanteknologi yang mempercanggihnya, kebutuhan tersebut semakin lama
semakinmeningkat bahkan nilai penjualan laptop tersebut melebihi estimasi produsennya.Ini terjadi karena
produsen mengetahui proses pembuatannya sehinggamenghasilkan laptop yang lebih canggih dan semakin
ringan untuk memenuhikebutuhan bisnis dan ilmiah.
Hal yang sama terjadi pula pada kebutuhan yangberkaitan dengan kesehatan dan kedokteran. Operasi
plastik, semakindibutuhkan ketika kita sadar akan pentingnya penampilan diri. Sebaliknya, kursipijat otomatis,
merupakan produk yang dihasilkan akibat adanya kebutuhan yangsebelumnya belum muncul di masyarakat.
Kesadaran tersebut sengajadimunculkan agar supaya muncul kebutuhan. Singkatnya, baik
pengembanganproduk maupun pengembangan pasar/konsumen, harus dilakukan bersama-sama. Hal ini
akan memunculkan profit yang besar.
2. Produk memenuhi kebutuhan pasar dimana permintaan melebihi suplai.
Hal ini berarti bahwa produk yang akan dihasilkan, harus berkompetisi denganproduk sejenis di pasar
yang sama dimana produsen yang sudah adasebelumnya tidak mampu mencukupi kebutuhan yang ada. Jadi,
kita merupakanpemain baru yang akan mengisi kelangkaan barang dipasar tersebut. Meskipundemikian,
sebelum mengambil keputusan untuk mendirikan usaha baru, kitaharus selalu memahami dengan benar
alasan  terjadinya kelanggkaan barangtersebut. Jangan sampai kita mendirikan usaha baru
yang disebabkan adanyakelangkaan yang bersifat jangka pendek dan temporal sehingga tidak
menguntungkandalam jangka menengah atau panjang.
Bab VI
Perencanaan Pemasaran Efektif dan Teknik Penjualan

6.1.1 Strategi Pemasaran Efektif


Dalam menjaga ketahanan usaha dan kelangsungannya, wirausaha harus
memperhatikan salah satu faktor penting dalam hal pengelolaannya. Satu diantaranya adalah
adanya strategi pemasaran yang tepat. Memiliki perencanaan pemasaran akan menentukan
maju mundurnya suatu usaha. Startegi pemasaran memberikan perluasan sehingga usaha
menjadi lebih mudah dan terukur, target-taget yang diharapkan selama setahun bahkan
menjadi 5 tahun dapat berhasil dengan baik.

6.1.1 Defenisis dan ruang lingkup perencanaan pemasaran


Perencanaan pemasaran adalah suatu proses analisis terhadap situasi lingkungan bisnis
dimana seorang wirausaha melakukan pemantauan terhadap peluang, tantangan, kekuatan,
dan kelemahan perusahaan, setelah itu dilakukan langkah-langkah strategis untuk
memenagkan pasar.

6.1.2 Mengenal konsep-konsep pemasaran


Ada lima konsep yang berkembang, yaitu konsep prouksi, konsep produk, konsep
penjualan, konsep pemasaran, dan konsep sosial. Evolusi yang terdapat dalam pengembangan
kehidupan manajemen pemasaran ialah :

A.Konsep produksi
Konsep produksi bertitik tolak dari anggapan bahwa konsumen ingin produk yang
berharga murah dan mudah didapatkan. Produsen yang menganut konsep ini akan membuat
produksi secara masal, menekankanbiaya dengan efisiensi tinggi, sehingga harga pokok
pabrik bisa ditekankan dan harga jual lebih rendah dari pesaing.
B. Konsep produk
Pada saat barang masih langka di pasar, produsen memusatkan perhatian pada teknis
pembuatan produk saja. Produsen belum memperhatikan selera konsumen. Produsen hanya
membuat barang to please on self, hanya bagaimana menuruti bagaimana selera produsen
sendiri.

C. Konsep penjualan
Disini produsen membuat barang, kemudian menjual barang itu dengan berbagai
teknik promosi. Hal penting disini adalah adanya kegiatan promosi secara maksimal.

D. Konsep pemasaran
Disini produsen tidak sekadar membuat barang dan tidak pula melancarkan promosi.
Akan tetapi, produsen memusatkan perhatian pada selera konsumen. Produsen
memperhatikan needs dan wants dari konsumen.

E. Konsep pemasaran berwawasan social


Tingkat orientasi pada rasa tanggung jawab sosial dan kemanusiaan. Banyak kritik
dan sorotan dari luar perusahaan, baik yang datang dan pemerintah maupun dari masyarakat
melalui lembaga konsumen.

6.1.3 Utamakan pelanggan


Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dunia bisnis sangat
memperhatikan pelanggannya. Lebih dari 35 tahun yang lalu peter drucker telah menyatakan
bahwa tugas utama perusahaan adalah untuk menciptakan pelanggan. Pada saat ini
perusahaan saling bersaing memperebutkan pelanggan.

6.1.4 Strategi pemasaran

Strategi perusahaan adalah pola keputusan dalam perusahaan yang menentukan


sasaran, maksud, atau tujuan yang menghasilkan kebijakan utama dan merencanakan agar
mencapai tujuan serta merinci jangkauan bisnis yang akan dicapai tujuan serta merinci
jangkauan bisnis yang akan dicapai oleh perusahaan. Setelah mengetahui rumusan strategi
perusahaan secara umum, selanjutnya akan kita lihat pengertian strategi pemasaran. Definisis
strategi pemasaran adalah memilih dan menganalisis pasar sasaran yang merupakan suatu
kelompok orang yang ingin dicapai oleh perusahaan dan menciptakan suatu bauran
pemasaran yang cocok dan yang dapat memuaskan pasar sasaran tersebut.
4.1.5 Merencanakan Strategi Marketing
Setelah pengusaha mengerti dan memahami konsumennya, perlu diciptakan strategi
marketing yang tepat menurut langkah berikut :
A. Teliti situasi marketing saat ini
Situasi marketing saat ini sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, tingkat
persaingan, serta analisis kekuatan dan dan kelemahan. Dalam pengalaman masa lalu,
mungkin saja terjadi masa-masa penurunan penjualan, penurunan harga, pengurungan
pegawai, dsb.

B. Analisis Lingkungan Eksternal


Lingkungan eksternal yag mempengaruhi bisnis adalah kondisi ekonomi makro,
tingkat bunga, inflasi, pengangguran, pendapatan perkapita. Lingkungan alam, berkurangnya
pasokan bahan baku, keadaan musim, banjir, hujan, dan sosial.

C. Analisa peluang dan arahkan untuk mencapai peluang


Bisnis yang sukses adalah yang selalu memperhatikan peluang yang ada. Peluang
tersebut dapat diklasifikasikan, seperti bagaimana menjual produk lebih banyak pada pasar
baru, bagaimana membuat produk baru untuk pasar yang ada, dan bagaimana membuat
produk baru untuk pasar baru.

D. Desain strategi marketing


Marketing strategy ini dapat dikembangan dengan mempertimbangan hal-hal seperti :
1. Membuat segmentasi pasar, apakah berdasarkan demografi, geografi, psyhograpic,
geodermographis, behavoour, usage.
2. Pilih atau tetapkan terget market bisnis anda.
3. Buat positioning produk, apa yang istimewa, dan spesifik dari produk bisnis ada.
4. Kembangkan bauran pemasaran yang akan digunakan yang mencakup strategi
produk.
6.1.6 Marketing mix = bauran pemasaran

Para pengusaha yang kreatif akan selalu menciptakan kombinasi yang terbaik dari
elemen 7P yang menjadi komponen marketing mix. Mereka harus menciptakan dari
masing-masing elemen P yang mana yang paling baik, dan paling banyak digunakan dalam
strategi pemasarannya.
Elemen 7P ini terdiri atas 4P tradisional dan 3P lagi sebagai tambahan untuk
pemasaran jasa. Empat P tradisional berlaku untuk pemasaran barang. Rinciannya sebagai
berikut :

PI = Product
Product adalah merupakan titik sentral dari kegiatan marketing semua kegiatan
marketing lainnya digunakan untuk menunjang pemasaran produk. Satu hal yang perlu
diingat ialah bagaimanapun hebatnya usaha promosi distribusi dan harga yang baik jika
tidak diikuti oleh produk yang bermutu dan disenangi oleh konsumen.

P2 = Price
Masalah kebijaksanan harga turut menentukan keberhasilan pemasaran produk.
Kebijaksanaan harga dapat dilakukan pada level lembaga, yaitu kebijaksanaan harga oleh
produsen, grosir, dan retailer. Harga disini bukan berarti harga yang murah saja ataupun
harga tinggi tetapi yang dimaksudkan adalah harga yang tepat.

P3=Place (saluran distribusi)


Sebelum produsen memasarkan produknya, harus sudah ada perencanaan tentang
pola distribusi yang akan dilakukan. Disini penting sekali perantara dan pemilihan saluran
distribusinya. Perantara ini sangat penting karena karena dalam segala hal mereka
berhubungan dengan konsumen.

P4=Promotion
Antara promosi dan produk tidak dapat dipisahkan. Ini dua sejoli yang saling
berangkulan untuk suksesnya pemasaran. Disini harus ada keseimbangan antara produk baik,
sesuai dengan selera konsumen yang dibarengi dengan teknik promosi.

P5=People
Adalah unsur orang/ manusia yang melayani terutama dalam perusahaan yang
menjual jasa. Termasuk kedalam P5 ini unsur pimpinan yang mengambil keputusan, dan
unsur karyawan yang melayani konsumen. Kayawan perlu diberi pengarahan dan pelatihan
agar dapat melayani konsumen sebaik-baiknya.

P6 = Pyhsical Evidence
Artinya, bukti fisik yang dimiliki oleh perusahaan jasa. Misalnya, untuk penjualan
jasa transportasi, konsumen akan memperhatikan kondisi mobil yang digunakan, untuk jasa
hotel konsumen akan melihat tampilan hotel, kamar, dan berbagai fasilitas yang terdapat
didalamnya.

P7=Proces
Bagaimana proses dilakukan sampai jasa yang diminta oleh bagaimana diterima
secara memuaskan. Apakah cukup puas menerima jasa, cepat layanannya, bersih, rapi,
akurat,tepat waktu dan sebagainya.
Ketujuh P ini perlu dikombinasikan sesuai dengan keadaan komoditas yang
diusahakan. Kombinasi mana yang akan digunakan saat bergantung pada keahlihan tim
marketing dengan mempertimbangkan koditi, pimpinan serta pengalaman masa lalu.

6.2 Strategi Penjualan yang baik


Seperti apakah penjual yang baik ? secara sederhana , “baik” adalah ukuran kuantitaif
bergubungan langsung dengan profit. Penjual yang baik adalah penjual yang paling berhasil
membuktikan profit terbesar dalam sebuah bisnis. Untuk meraihnya diperlakukan terbesar
dalah sebuah bisnis. Untuk meraihnya diperlukan sejumlah “syarat dasar”, baru kemudian
memahaminya “tekniknya”.

6.2.1 Syarat dasar penjual yang baik


Ada sejumah syarat dasar untuk mencapai penjual yag baik. syarat-syarat itu terbagi
atas syarat mental dan syarat intelektual. Syarat mental adalah kondisi-kondisi mental
seseorang yang menunjang kemampuannya dalam melakukan kegiatan penjualan. Kondisi
mental ini cukup penting banyak orang yang berpengetahuan (intelek), tetapi karena
lemahnya mental sebagai penjual hanya bisa berteori, merencanakan, member saran, dan
menjadi konsultan tanpa (berani) melakukan penjualan.

6.2.1.1 Syarat mental


Mental adalah wahana peransang aksi. Dalam situasi genting karena kekuatan
mentalnya, seorang yang mungkin belum pernah berenang berani terjun ke kolam, sungai,
danau, bahkan laut. Sebagai yang pertama, apa yang dilakukannya mendorong orang lain
mengikuti dan mendukungnya.

• Yakin
Yakin merupakan landasaran melangkah dan berbuat. Tanpa keyakinan, seseorang
sulit tampil dengan optimal. Ia akan tergangu oleh keraguannya, apapun yang ia ragukan.
Mungkin ia ragu pada kemampuannya.
• Responsif Kreatif
Pakar penjualan dalam mengedukasi peminat dan praktik maupun studi pemasaran amat
antusias menjelaskan ilmunya. Mereka tanpa sadar selalu mengembangkan diri sebagai
bidang ilmu yan paling responsif terhadap perubahan lingkungan bisnis yang sangat dinamis.

• Aktif
Seorang penjual, bukanlah penjaga pintu lintasan kereta api dengan kewaspadan
terbatas hanya pada lalu lintas kereta yang menjadi tugasnya. Penjual adalah, pengamat
bermata elang yang mengawasi semua situasi seluas kemampuannya memandang, pemikir
yang visioner sejauh kemampuannya berimajinasi dengan kearifan yangsanggup menyelami
perasaan calon pembeli.
6.2.1.2 Syarat intelektual
Intelektualitas atau kecerdasan adalah potensi yang melekat dalam diri seseorang.
Intelektualitas sebagai ”kemampuan dasar” manusia tidak ada kaitannya dengan tingkat
pendidikan. Karenanya, dalam dunia bisnis, anda bisa mendapati fakta bahwa seorang
pemilik sebuah perusahaan yang tidak berpendidikan tinggi tetapi punya anak buah sarjana.

• Kecerdasan indrawi
Ini merupakan pengembangan kemampuan panca indera, terutama indra penglihatan. Indra
utama ini sangat penting untuk menguatkan aktivitas penjualan.

• Kecerdasan intuitif
Kerap memaknai membiarkannya terjadi atas apa saja. Ia merupakan kemampuan
menggunakan kebijakan dalam diri yang kerap dikaburkan oleh ego atau sikap reatif
berlebihan dari pikiran yang kritis.
Bab VII
Kewrirausahaan dan Kepemimpinan

7.1.Pengantar
Bibit-bibit wirausaha kini barang kali memilikik semangat serta kemampuan teknis
yang memadai. Namun kedua hal ini tidak mencukupi. Bekal lain yang mesti dimiliki
diantarannya adalah kedisiplinan dan kepemimpinan.

7.2. Peran kepemimpinan dalam kewirausahaan


Orang-orang yang memiliki kualitas leadpreneurship yang tinggi adalah mereka yang
mampu mengubah sumber daya yang tadinya bernilai rendah menjadi sumber daya yang
bernilai tinggi melalui pengambilan risiko-risiko yang terukur serta kepemimpinan yang
efektif.
7.3 Kepribadian seorang leadpreneur
Kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang leadpreneur dapat dikelompokkan
kedalam SUCCED, yaitu :
• Self Confident
Seorang leadpreneur harus memiliki kepercayaan diri yang tinggi ( self confident). Ia harus
mengenali dirinya sendiri serta yakin akan pengetahuan, keterampilan, serta visi yang
dimilikinya dalam rangka membantu mewujudkan cita-cita dirinya dan juga organisasi.
• Untilize
Seorang leadpreneur harus pula membekali dirinya dengan kemampuan memanfaatkan
(utilize) secara optimal segala potensi serta sumber daya yang diiliki, seperti kekuatan
pribadi, sumber daya manusia, finansia, infrastruktur, dan sebagainya demi tercapainya
visi, misi, tujuan, serta sasaran perusahaan.
• Cashflow Spirit
Seorang leadpreneur harus mengoptimalkan usahanya guna menghasilkan arus kas yang
maksimal, bukan hanya mengejar laba semata. Arus dalam jumah yang memadai sangat
penting guna membiayai kelancaran aktivitas operasional dan investasi perusahaan.
• Charismatic
Biasanya seorang leadpreneur adalah seorang yang kharismatic yang dapat mempesona
orang lain. Hal ini bukan berarti seorang leadpreneur identik dengan kemampuannya
untuk berbicara dengan berapi-api.
• Energetic
Disampi karisma, leadpreneur adalah seorang yang antusias, selalu penuh dengan
semangat setiap kali melakukan sebuah pekerjaan serta memiliki stamina.
• Empathic
Empathic berarti kemampuan mengidentifikasi serta memahami situasi, perasaan, serta
motif yang dimiliki oleh orang lain.
• Drive
Drive adalah kemampuan menggerakka orang lain untuk secara bersama-sama berjuang
mewujudkan mimpi serta mencapai tujuan organisasi.
7.4 Karakteristik kepemimpinan leadpreneur
Seorang leadpreneur juga memiliki karakter kepemimpinan yang tercakup dalam
istiah LEAD, yaitu Live the vision Encourage, Arrenge, Direction.
Live the vision berarti efektivitas kemepimpinan yang dimiliki oleh seorang leadpreneur
berawa dari visiyang menarik, menantang, serta dapat dipercaya, yang mampu disampaikan
secara jelas untuk kemudian “dibagi” secara bersama dengan para karyawan sehingga
menjadi kekuatan pendorong agar perusahaan bisa terus berkembang dan maju.
7.5 Budaya leadpreneur
Kemampuan kewirausahaan serta kepemimpinan yang dimiiki tidak akan berarti
tanpa adanya dukungan budaya yang sesuai, yang dapat membantu meningkatkan kinerja
perusahaan serta memberikan nilai tambah bagi para stakholder-nya.
7.6 Strategi pengembangan enterpreneurship
Pengembangan kewirausahaan di kawasan asia fasifik dipandang sangat penting karena basis
bisnis dan kemampuan wirausaha suatu ekonomi merupaka faktor-faktor produksi yang
pertama. Jumlah dan kualitas orang dengan kemampuan wirausaha merupakan kunci untuk
memaksimalkan efisiensi penggunaan fator-faktor pengembangan daya saing ekonomi.
Ringkasan Buku Pembanding

BAB I
PENGANTAR TECHNOPRENEURSHIP

Apa itu Technopreneurship

Istilah “Technopreneurship” saat ini sedang banyak diperbincangkan di berbagai


media, baik media sosial, media massa, maupun media elektronik. Technopreneurship
dianggap sebagai salah satu konsep yang merupakan turunan dari “Entrepreneurship”, yang
sama-sama memiliki prinsip mencari keuntungan sebanyak mungkin namun lebih
menitikberatkan pada suatu bisnis yang mengaplikasikan suatu teknologi tertentu, bukan
sekedar replikasi dari bisnis lain semata. Sebelum memahami konsep technopreneurship,
perlu didalami terlebih dahulu apa itu entrepreneurship.Menurut Drucker (1996),
entrepreneurship didefinisikan sebagai aktivitas yang secara konsisten dilakukan guna
mengkonversi ide-ide yang bagus menjadi kegiatan usaha yang menguntungkan. Menurut
Suparno et al. (2008), entrepreneurship adalah proses mengorganisasikan dan mengelola
risiko untuk sebuah bisnis baru. Seorang entrepreneur melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Mengidentifikasidanmengevaluasipeluang pasar.
2. Menemukan solusi-solusi untuk mengisi peluang pasar tersebut.
3. Memperoleh sumberdaya yang diperlukan (uang, orang, dan peralatan) untuk
menjalankan bisnis
4. Mengelola sumberdaya dari tahap awal (start-up) ke fase bertahan (survival) dan fase
pengembangan (ekspansi).
5. Mengelola risiko-risiko yang berhubungan dengan bisnisnya.
Berdasarkan penjabaran diatas dapat diketahui bahwa teknologi merupakan bagian
dari solusi yang diperlukan untuk memenuhi peluang. Jadi teknologi hanya salah satu dari
lima aspek entrepreneurship yang diperlukan. Tugas-tugas lain yang harus dilakukan oleh
seorang entrepreneur juga sangat penting. Bahkan, seringkali seorang ilmuan atau pakar
teknologi tidak memahami aspek-aspek lain tersebut. Jadi teknologi bukan segalanya dalam
technopreneurship.
Menurut Posadas (2007), istilah technopreneurship dalam cakupan yang lebih luas,
yakni sebagai wirausaha di bidang teknologi yang mencakup teknolo-gi semikonduktor
sampai ke asesoris kom-puter pribadi (PC). Definisi lain menurut Hartono (2011)
menyatakan bahwa tech-nopreneurship adalah sebuah kolaborasi antara penerapan teknologi
sebagai in-strumen serta jiwa usaha mandiri sebagai kebutuhan. Technopreneurship adalah
suatu karakter integral antara kompeten-si penerapan teknologi serta spirit mem-bangun
usaha. Dengan menjadi seorang technopreneur kita dapat turut berkontri-busi meningkatkan
taraf hidup masyarakat Indonesia dengan menghasilkan lapangan pekerjaan dan membangun
perekonomian sekaligus teknologi Indonesia.

Menjadi Seorang Technopreneurship


1. TEKNOLOGI
Teknologi memegang peranan penting dalam perkembangan dunia modern seperti
saat ini, kemunculan teknologi baru secara terus menerus dan penerapan teknologi yang
semakin banyak dan menyebar membutuhkan inovasi yang berkelanjutan agar penggunaan
teknologi dapat tepat guna dan mencapai sasarannya. Pembelajaran tentang teknologi
membutuhkan dukungan dari sumber daya manusia, dalam hal ini bisa dipelajari di
universitas atau perguruan tinggi dan perlu adanya
kerja praktek yang dilakukan secara rutin. Teknologi merupakan cara untuk mengolah
sesuatu agar terjadi efisiensi biaya dan waktu sehingga dapat menghasilkan produk yang
berkualitas dengan memperhatikan kebutuhan pasar, solusi untuk permasalahan,
perkembangan aplikasi, perbaikan efektivitas dan efisiensi produksi serta modernisasi.
Seorang technopreneur tak pernah hanya cukup mempelajari satu atau dua teknologi saja,
melainkan harus peka terhadap inovasi teknologi dan dibutuhkan ide kreatif untuk
mendukungnya.

2. ENTREPRENEURSHIP
Entrepreneurship adalah proses dalam mengorganisasikan dan mengelola resiko untuk
sebuah bisnis dengan mengidentifikasi dan mengevaluasi pasar, menemukan solusi-solusi
untuk mengisi peluang pasar, mengelola sumber daya yang diperlukan, dan mengelola risiko
yang berhubungan dengan bisnisnya.Untuk mengembangkan jiwa entrepreneurship
dibutuhkan beberapa tahapan :- Internallization, adalah tahapan penanaman jiwa
entrepreneurship melalui konstruksi pengetahuan tentang jiwa entrepreneurial serta medan
dalam usaha. Dalam tahap ini lebih menekankan tentang kewirausahaan dan pengenalan
tentang urgensinya.- Paradigm Alteration, yang berarti perubahan paradigma umum. Pola
pikir pragmatis dan instan harus diubah dengan memberikan pemahaman bahwa unit usaha
riil sangat diperlukan untuk menstimulus perkembangan perekonomian negara dan jiwa
entrepreneurship berperan penting dalam membangun usaha tersebut.

Landasan Technopreneurship
1) Berangkat Dari Kebutuhan MasyarakatKebutuhan masyarakat adalah peluang
bisnis. Terlebih jika ada kebutuhan masyarakat yang belum bisa dipenuhi oleh pihak
manapun di dunia ini. Hampir seluruh produk berbasis teknologi yang sangat terkenal dan
banyak dibeli saat ini adalah yang berangkat dari kebutuhan masyarakat. Mobil, motor,
telepon seluler, televisi, internet, provider seluler, social media, beragam produk elektronik,
hingga beragam gadget berawal dari kebutuhan masyarakat.
2) Perkaya Diri Dengan Ide dan InspirasiIde dan inspirasi merupakan awal timbulnya
suatu ide bisnis. Di era yang sangat kompetitif ini, diperlukan suatu ide yang brilian untuk
memulai bisnis dan mempertahankannya. Produk yang kita hasilkan tidak perlu baru, tetapi
harus inovatif dengan memodifikasi sesuatu yang sudah ada dan menjadikan fungsinya jauh
lebih baik atau beragam. Ide dan inspirasi memang terkadang dapat datang dengan
sendirinya, namun cara terbaik adalah dengan mendatangkan ide dan inspirasi itu sendiri.
3) Rencanakan Dengan Matang dan Lakukan Dengan CepatSeorang technopreneur
harus mampu menganalisis pasar, mendesain suatu produk, membuat strategi pemasaran,
menentukan harga dan target pasar, menyusun struktur organisasi, serta memegang tanggung
jawab terhadap seluruh proses bisnis.
4) Tambahkan Value Pada ProdukProduk yang kita hasilkan bisa saja sama persis
dengan wirausahawan lain. Tetapi ada satu hal yang membuat suatu produk tertentu lebih
disukai dan lebih laris dibandingkan produk lainnya yang serupa, yaitu nilai (value). Value
yang kita dapat tambahkan kepada produk kita tentunya beragam dan sesuai dengan inovasi
dan kreativitas masing-masing technopreneur. Perlu diingat, value yang dijelaskan di sini
bukanlah mengenai harga (price) melainkan suatu nilai tambah
BAB II
MENENTUKAN PELUANG USAHA

A.Pendahuluan
Kewirausahaan dalam perspektif ekonomi dapat dijelaskan dari aspek peluang.
Sebagaimana beberapa ahli mendefinisikan kewirausahaan sebagai tanggapan yang dilakukan
seseorang terhadap peluang-peluang usaha yang diwujudkan dalam berbagai tindakan dengan
berdirinya sebuah unit usaha sebagai suatu hasil dari tindakannya. Dalam perspektif sosiologi
kemampuan menemukan peluang sangat tergantung pada interaksi antar-manusia untuk
memperoleh dan mengakses informasi yang dibutuhkan terkait dengan luang yang ada .

Sedangkan dalam perspektif psikologi kemampuan seseorang dalam menemukan dan


memanfaatkan peluang sangat tergantung dari karakter kepribadian yang dimilikinya.
Jelas kiranya bahwa salah satu faktor keberhasilan seorang wirausahawan adalah
kemampuannya dalam jeli melihat peluang dan memanfaatkannya sebelum dimanfaatkan
oleh orang lain. Kemampuan melihat peluang adalah modal dalam memunculkan ide awal
untuk berwirausaha. Tidak semua orang mampu melihat peluang apalagi memanfaatkannya,
demikian halnya kemampuan melihat peluang tidaklah sama antar setiap orang. Seseorang
yang telah mengenal potensi diri yang dimilikinya lebih cenderung memiliki kemampuan
untuk melihat dan memanfaatkan peluang peluang yang ada.

B. Menemukan Peluang Usaha


Peluang usaha bersumber dari adanya kebutuhan dari individu atau masyarakat. Oleh
karena itu jika ingin mulai mewujudkan berwirausaha, hendaknya terlebih dahulu menjawab
pertanyaan” “Apakah yang menjadi kebutuhan masyarakat atau kebanyakan anggota
masyarakat saat ini atau di masa yang akan datang?”. Untuk memahami kebutuhan
masyarakat diperlukan suatu diagnosa terhadap lingkungan usaha secara keseluruhan, yang
meliputi faktor ekonomi, politik, pasar, persaingan, pemasok, teknologi, sosial dan geografi.
Lingkungan usaha

Senantiasa berubah setiap saat, bahkan perubahannya cukup pesat dan


seiring dengan itu terjadi pula perubahan kebutuhan masyarakat. Untuk menemukan peluang
usaha yang prospektif seharusnya kita sebagai wirausahawan senantiasa mencari informasi
yang 55 terkait dengan perubahan lingkungan dan kebutuhan masyarakat. Sumber informasi
dapat diperoleh dari instansi/lembaga pemerintah, media massa, pasar atau mungkin melalui
wawancara dengan konsumen. Jadi, peluang senantiasa ada karena perubahan-perubahan
terus berlangsung baik di tingkat individu, maupun ditingkat masyarakat.
Kemampuan kita melihat peluang sangat tergantung dari informasi yang kita peroleh
tentang faktor lingkungan usaha. Berangkat dari pertanyaan di atas dengan memanfaatkan
potensi diri kita, maka dalam menemukan peluang usaha yang cocok, kita dapat
menggunakan dua pendekatan, yaitu:
a. Pendekatan in-side-out (dari dalam ke luar) bahwa keberhasilan akan dapat diraih dengan
memenuhi kebutuhan yang ada saat ini.
b. Pendekatan out-side-in (dari luar ke dalam) bahwa keberhasilan akan dapat diraih dengan
menciptakan kebutuhan
BAB III
MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN BERORIENTASI TECHNOPRENEURSHIPDI
PERGURUAN TINGGI

Pendidikan Technopreneur adalah merupakan bagian dari peningkatan kualifikasi


Perguruan Tinggi sebagaimana konsep HELTS (HigherEducation Long Term Strategy)
2003– 2010, dengan 3 (tiga) segitiga tujuan strategis, yaitu : Otonomi dan Kesehatan
Organisasi untuk meningkatkan daya Saing. Otonomi adalah kemampuan Perguruan Tinggi
untuk mandiri dalam menyokong kegiatannya. Apabila Perguruan Tinggi dituntut mandiri,
maka seharusnya lulusannya sebagai output dari institusi yang mandiri juga harus mampu
mandiri. Pilihan yang tepat untuk otonom, baik bagi institusi maupun output lulusannya,
adalah dengan mengembangkan pendidikan Technopreneur.
Pendidikan berorientasi Technopreneur sangat tepat dikembangkan di
PerguruanTinggi mengingat bahwa Technopreneur berbeda dengan
Enterpreneuryangbisadikembangkan di kursus – kursus singkat. WebsterDictionary (2005)
membedakan definisi teknopreneur dibandingkan enterpreneur dalam hal penggunaan
teknologi tinggi. Bila enterpreneur didefinisikan sebagai seseorang yang mengorganisasikan,
memanajemen, dan mengambil resiko dari suatu bisnis atau suatu perusahaan, maka
Teknopreneur didefinisikan sebagai seorang entrepreneur yang dalam bisnisnya melibatkan
teknologi tinggi. Penggunaan teknologi tinggi yang berbasis riset inilah yang menjadi
keunggulan Perguruan Tinggi untuk mengembangkan Technopreneurship.
Untuk mampu menuju kearah tersebut, maka definisi pencapaian
pengakuankualifikasi suatu Perguruan Tinggi, misalkan pengakuan Internasional, dalam
Rencana Strategis (Renstra) - nya haruslah menyeimbangkan antara pengajaran, penelitian,
dan komersialisasinya. Dengan cara demikian, maka dari sisi pengajaran akan selalu
dikembangkan kurikulum dan materi yang merupakan kebutuhan riil dunia industri yang
relatif bergerak lebih cepat karena ketatnya tingkat kompetisi, sedangkan dari sisi penelitian
maka anggaran riset internal akan lebih banyak dialokasikan untuk menambah anggaran riset
eksternal dari pihak yang membutuhkan hasil riset terapan. Bila kondisi tersebut dapat
dicapai, maka diharapkan akan terjadi penciptaan kultur Technopreneurship.
MENGEMBANGKAN IDE TECHNOPRENEURSHIP
Persyaratan yang pertama danterpenting adalah bahwa usaha baru tersebut haruslah mampu
bersaing di pasaryang ada sehingga dapat bertahan. Kedua, berusaha mencari ide yang
memenuhikriteria-kriteria berikut ini :
1. Produk Memenuhi Kebutuhan Yang Belum Terlayani, Kriteria ini muncul karena:
a) Kebanyakan orang, tidak mengerti tentang cara pembuatan produk untukmemenuhi
kebutuhan yang ada.
b) Adanya kebutuhan yang belum disadari.
c) Adanya kebutuhan yang belum muncul.

2. Produk Memenuhi Kebutuhan Pasar Dimana Permintaan Melebihi Suplai.


Hal ini berarti bahwa produk yang akan dihasilkan, harus berkompetisi dengan produk
sejenis di pasar yang sama dimana produsen yang sudah ada sebelumnya tidak mampu
mencukupi kebutuhan yang ada. Jadi, kita merupakan pemain baru yang akan mengisi
kelangkaan barang dipasar tersebut. Meskipun demikian, sebelum mengambil keputusan
untuk mendirikan usaha baru, kita harus selalu memahami dengan benar alasan terjadinya
kelanggkaan barang tersebut. Jangan sampai kita mendirikan usaha baru yang disebabkan
adanya kelangkaan yang bersifat jangka pendek dan temporal sehingga tidak menguntungkan
dalam jangka menengah atau panjang.

3. Produk Lebih Unggul Dari Produk Sejenis Yang Sudah Ada.


Pembuatan atau pemilihan produk baru dengan pertimbangan bahwa pemilihan produk yang
digunakan lebih unggul dari produk sejenis yang sudah ada dapat dilakukan dengan cara :
a. Peningkatan desain. Harga lebih murah
Bab IV Studi Kelayakan Usaha

4.1 Pentingnya Studi Kelayakan Usaha

Studi kelayakan usaha/bisnis (BussinerFeasibility Study) atau disebut juga analisis


proyek bisnis ialah suatu penelitian tentang layak tidaknya suatu bisnis dilaksanakan dengan
menguntungkan secara terus menerus.

Studi kelayakan bisnis pada prinsipnya bisa digunakan antara lain : Untuk merintas
usaha baru, untuk mengembangkan usaha yang sudah ada, dan untuk memilih jenis usaha
atau investasi/proyek yang paling menguntungkan. Adapun pihak yang merelukan
kepentingan dengan studi kelayakan usaha diantaranya : Pihak Wirausaha (pemilik
perusahaan), investor/ penyandang dana, masyarakat dan pemerintah.

Dalam studi analisis kelayakan bisnis ada beberapa kreteria yang dijadikan
aspek penilaian/evaluasi diantaranya :

Aspek pemasaran, komponen yang dianalisis: kebutuhan dan keinginan konsumen,


segmen pasar, target, nilai tambah, masa hidup produk, struktur pasar, persaingan dan strategi
pesaing. Aspek produksi/operasi, yang dianalisis: Lokasi operasi, volume operasi, mesin dan
peralatan, bahan baku dan bahan penolong, tenaga kerja, lay-out. Aspek manajemen, yang
dianalisis: Kepemilikan, organisasi, tim manajemen dan karyawan, keuangan dan ekonomi.
Aspek keuangan, yang dianalisis: Kebutuhan dana, proyeksi neraca, proyeksi rugi laba, dan
proyeksi aliran kas.

4. 2 Format Business Plan (Format Rencana Usaha)

1. Gambar dan Design menarik. Gambar dan design cover depan proposal harus dapat
mewakilkan jenis dan karakter dari usaha yang tercerminkan dari design dan warna
yang sesuai.
2. Logo/Lambang Usaha. Digunakan untuk mempermudah dan membedakan usaha
kita di mata konsumen dalam mengingatkan usaha kita dibandingkan dengan
pesaing dan nama usaha yang sama.
3. Informatif ( nama, alamat, contact no ). Berisi informasi nama usaha, domisili /
alamat tempat usaha serta nomor telepon yang dapat dihubungi apabila calon
investor ataupun konsumen ingin menghubungi.
4.3 Aspek Pemasaran

o Segmen Pasar, merupakan gambaran umum dari konsumen


usaha kita.
o Target Pasar, merupakan sasaran khusus bagi konsumen potensial dari usaha
kita.
o Positioning, adalah bagaimana kita menempatkan usaha kita diantara pesaing
usaha yang sejenis.

Permintaan

1. Perkiraan/prediksi jumlah permintaan konsumen terhadap produk.


2. Proyeksikan permintaan konsumen dalam beberapa periode/tahun mendatang seperti
kenaikan x % per tahun sesuai kenaikan jumlah penduduk

4.3 Aspek Organisasi dan Manajemen

1. Organisasi

a. Nama Perusahaan/Usaha.
b. Nama Pemilik/Pimpinan.
c. Alamat kantor dan tempat usaha.
d. Bentuk badan hukum, kalo berbentuk badan hukum.
e. Struktur organisasi
f. Jabatan, jumlah staf, uraian tugas, dan Penggajian.

4.4 Aspek Produksi

Produk. Perencanaan yang perlu dilakukan menyangkut produk (output), terutama pada usaha
manufaktur dan industri pengolahan adalah:

a. Dimensi produk. Dimensi produk berkenaan dengan sifat dan ciri-ciri produk yang
meliputi bentuk, ukuran, warna serta fungsinya.
b. Nilai/manfaat produk. Manfaat yang dapat ditawarkan oleh produk dapat dibagi
dalam 5 tingkatan, yaitu:
a. Manfaat inti (core benefit): adalah manfaat yang diberikan untuk pemenuhan
terhadap kebutuhan utama konsumen, misalnya kebutuhan berbicara jarak
jauh.
b. Manfaat dasar (basic benefit): adalah manfaat dasar yang diberikan untuk
memecahkan masalah kebutuhan utama, misalnya telepon.
c. Manfaat yang diharapkan (expected benefit): adalah manfaat yang diharapkan
lebih dari sekedar pemenuhan kebutuhan dasar, misalnya telepon yang dapat
dibawa-bawa (HP).
d. Manfaat di atas harapan (augmented benefit): adalah manfaat yang dapat
diberikan lebih dari yangdiharapankan oleh konsumen, misalnya HP yang
dapat digunakan untuk SMS.
e. Manfaat potensial (potential benefit): adalah semua manfaat yang mungkin
dapat diberikan lebih dari sekedar augmented benefit, misalnya HP yang dapat
digunakan sebagai lampu senter, kamera, video recorder, video calling, fax,
internet, dsb.

4.5 Aspek Keuangan

Strategi sumber pendanaan usaha. Salah satu komponen yang mendukung


pembangunan nasional ada-ah tersedianya lembaga intermediasi yang mempunyai fungsi
meng-impun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya.

4.6 Analisa Kelayakan Usaha.

investasi digunakan untuk mengukur nilai uang atau tingkat pengembalian dari
investasi yang ditanamkan dalam suatu usaha pada masa yang akan datang. Hal ini sangat
penting dilakukan sebelum implementasi investasi yang sering mempertaruhkan dana yang
sangat besar. Dengan melakukan berbagai macam simulasi tersebut, akan diketahui besarnya
faktor-faktor resiko yang akan dihadapi, dan yang mempengaruhi layak atau tidaknya suatu
rencana investasi.

Metode PBP merupakan alat ukur yang sangat sederhana, mudah dimengerti dan berfungsi
sebagai tahapan paling awal bagi penilaian suatu investasi. Model ini umum digunakan untuk
pemilihan alter- natif-alternatif usaha yang mempunyai resiko tinggi, karena modal yang
telah ditanamkan harus segera dapat diterima kembali secepat mungkin.

Pada saat menyajikan rencana usaha kepada para investor maupun para kreditor, hal-hal yang
perlu diperhatikan oleh perusahaan/pengusaha adalah sebagai berikut :

1. Usahakan rencana bisnis yang disusun tidak terlalu tebal tetapi lengkap, artinya
mencakup berbagai informasi yang dibutuhkan oleh evaluator baik dari piahk
investor maupun kreditor untuk melakukan pengambilan keputusan
2. Penampilan rencana bisnis harus dibuat menarik karena investor dan kreditor akan
memperoleh kesan pertama terhadap perusahaan yang sedang mencari pendanaan
dari penampilan rencana bisnis yang diajukan kepada mereka.
3. Sampul depan rencana bisnis harus memuat nama perusahaan, alamat, nomor telpon
perusahaan, dan bulan serta tahun rencana bisnis dikeluarkan. Rencana bisnis yang
baik harus mencantumkan ringkasan eksekutif (executive summary)
4. Penyusunan rencana bisnis harus diorganisasikan dengan baik.

BAB V

Peluang Usaha

3.1. Pengantar

Kesabaran dan ketekunan kita menggeluti usaha yang kita mulai adalah kunci sukses
dalam meraihnya. Artinya, butuh proses jika kita menginginkan usaha yang kita bangun
menjadi sukses dan profitable, bias asaja ada yang membutuhkan waktu yang relatif singkat
mewujudkannya, dan ada pula yang relatif lama terealisasinya.

3.2. Ide Atau Gagasan Usaha

Unruk memulai atau merintis usaha, modal utama yang harus dimili adalah sebuah ide
atau gagasan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merintis usaha baru, yaitu:

1. Bidang usaha dan jenis usaha yang akan dirintis


2. Bentuk dan kepemilikan usaha yang akan dirintis
3. Tempat usaha yang akan dipilih
4. Organisasi usaha yang akan digunakan
5. Jaminan usaha yang akan mungkin diperoleh
6. Lingkungan usaha yang akan berpengaruh
7. Memperhatikan diri pribadi

3.3. Ide Kewirausahaan

Nilai suatu barang atau produk dapat diciptakan melalui:

 Inovasi keberhsilan wirausaha yang dapat dicapai apabila wirausaha menggunakan


proses, produk, dan jasa-jasa inovasi sebagai alat untuk menggali perubahan.
 Mengubah tantangan menjadi peluang
 Menciptakan permintaan melalui penemuan baru (market driven)

Sebuah ide bisa menjadi peluang dan ada beberapa cara untuk melakukannya, yaitu:

a. Ide dapat digerakkan secara internal melalui perubahan cara-cara atau metode yang
lebih baik untuk dapat memenuhi kepuasan pelanggan.
b. Ide dapat dihasilkan dalam bentuk produk dan jasa baru
c. Ide dapat dihasilkan dalam bentuk modifikasi, bagaimana pekerjaan dilakukan atau
dimodifikasi cara melakukannya pada suatu pekerjaan.

3.4. Sumber-Sumber Potensi Peluang

Proses penjaringan ide disebut screening yang merupakan suatu cara terbaik untuk
menuangkan ide potensial menjadi produk atau jasa rill. Adapun langkah-langkah
penjaringan ide dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Menciptakan produk baru yang berbeda


b. Mengamati pintu peluang
c. Analisis produk dan proses produksi secara mendalam
d. Menaksir biaya awal
e. Memperhitungkan resiko yang mungkin terjadi.

Sumber ide biasanya berkaitan dengan hal-hal atau kegiatan yang menyangkut individu ,
organisasi atau lembaga yang ada hubungannya dengan usaha dan bisnis.

1) Inspirasi
2) Bidang usaha yang sudah ada
3) Konsumen
4) Pemerintah pusat dan daerah
5) Saluran distribusi
6) Penelitian dan pengembangan
7) Pengalaman pekerjaan dan keterampilan
8) Membeli sistem yang sudah jadi (waralaba/ franchise system)
9) Minat dan hobbi

3.5. Mengenali Peluang Usaha

a) Pengalaman Hidup
b) Ikatan sosial
c) Perubahan teknologi
d) Perubahan politik dan kebijakan
e) Perubahan demografi
f) Institusi pendidikan
g) Akses informasi
h) Kepribadian
i) Motivasi

3.6. Kunci Sukses memulai Usaha

1) Modal
Sesuaikan kondisi keuangan dengan sasaran usaha yang akan kita buka. Jangan
terjebak dengan penggunaan uang pribadi yang di campurkan dengan uang
perusahaan.
2) Skill
Membuka usaha dengan keahlian yang kita miliki merupakan kunci awal suksesnya
usaha tersebut.
3) Lokasi
Pilih lokasi usaha yang strategis, mudah dijangkau, dan ramai pengunjung. Lokasi
usaha mempengaruhi animo konsumen untuk mampir/belanja.
4) Promosi
Anda perlu memperkenalkan usaha yang baru dibuka melalui promosi atau
pemasaran, minimal dengan didesain yang menarik.
5) Brand
Brand usaha meliputi logo dan nama usaha merupakan salah satu daya tarik calon
konsumen untuk mampir atau bergabung dengan perusahaan kita.
6) Membangun sistem
Bangun sistem usaha yang baik sejak awal, meliputi manajemen usaha, organisasi
dan pengolahan financial.
7) Karyawan
Dlaam merekrut karyawan, akan lebih baik jika telah memiliki keahlian sesuai
dengan bidang usaha yang kita buka.
8) Keberanian
Dengan keberanian semua langkah dimulai. Seorang wirausaha harus punya
keberanian menghadapi tantangan dan resiko.
BAB VI

Perencanaan Pemasaran Efektif dan Teknik Penjualan

4.1. Strategi Pemasaran Efektif

Strategi pemasaran memberikan perluasan sehingga usaha menjadi lebih mudah dan
terukur, target-target yang diharapkan selama satu tahun bahkan sampai 5 tahun dapat
berhasil dengan baik.

Defenisi dan Ruang Lingkup Perencanaan Pemasaran

Perencanaan pemasaran adalah suatu proses analisis terhadap situasi lingkungan


bisnis di mana seorang wirausaha melakukan pemantauan terhadap peluang, tantangan,
kekuatan dan kelemahan perusahaan. Strategi yang tetap dan efektif untuk merebut pangsa
pasar tertentu jadi inti kegiatan meliputi :

1. Analisis situasi lingkungan dan peluang pasar


2. Menentukan sasaran pemasaran
3. Menetapkan strategi pemasaran
4. Menyusun taktik dan rencana aksi

Tujuan setiap pemasaran ialah menimbulkan kepuasan bagi konsumen. Jika konsumen
puas terhadap barang atau terhadap pelayanan toko tersebut, maka konsumen akan
melakukan pembelian uang. Jika konsumen tidak puas maka dia tidak akan melakukan
pembelian ulang.

Mengenal Konsep-Konsep Pemasaran

A. Konsep Produksi (Production Concept)


Konsep produksi bertitik tolak dari anggapan bahwa konsumen ingin produk yang
berharga murah dan mudah didapatkan.
B. Konsep Produk (Product concept)
Pada saat barang masih langka di pasar, produsen memusatkan perhatian pada
teknis pembuatan produk saja.
C. Konsep Penjualan (selling concept)
Produsen membuat barang, kemudian menjual barang itu dengan berbagai teknik
promosi.
D. Konsep Pasar (Marketing concept)
Produsen tidak hanya membuat barang tidak pula asal melancarkan promosi.
Akan tetapi produsen memusatkan perhatian pada selera konsumen.
E. Konsep Pemasaran Berwawasan Sosial (social concept responsibility)
Tingkat orientasi pada rasa tanggung jawab sosial dan kemanusiaan. Banyaknya
kritik dan sorotan dari luar perusahaan, baik yang datang dan pemerintah maupun
dari masyarakat melalui lembaga konsumen.

Strategi Pemasaran

Strategi perusahaan adalah pola keputusan dalam perusahaan yang menentukan


sasaran, maksud, atau tujuan yang menghasilkan kebijaksanaan utama dan merencanakan
agar mencapai tujuan serta merinci jangkauan bisnis yang akan di capai oleh perusahaan.

Defenisi strategi pemasaran adalah memilih dan menganalisis pasar sasaran yang
merupakan suatu kelompok orang yang ingin di capai oleh perusahaan dan menciptakan suatu
bauran pemasaran yang cocok dan yang dapat memuaskan pasar tersebut.

Merencanakan strategi marketing

a) Teliti situasi marketing saat ini


Situasi marketing saat ini sangat di pengaruhi oleh pengalam masa lalu, tingkat
persaingan, serta analisis kekuatan dan kelemahan.
b) Analisis Lingkungan Eksternal
Lingkungan eksternal yang mempengaruhi bisnis adalah kondisi ekonomi makro,
tingkat bunga, inflasi, pengangguran, pendapatan perkapita.
c) Analisa peluang dan arahkan untuk mencapai peluang
Bisnis yang sukses adalah yang selalu memperhatikan peluang yang ada.
d) Desain strategi marketing

4.2. Strategi Penjualan Yang Baik

Baik adalah ukuran kuantitatif berhubungan langsung dengan profit. Penjual yang
baik adalah penjual yang paling berhasil membukukan profit terbesar dalam sebuah bisnis.

4.3.Syarat Mental

Mental adalah wahana perangsang aksi. Dalam menopang kemampuannya, berikut


syarat mental seorang penjual :

 Yakin
Yakin merupakan landasan melangkah dan berbuat. Tanpa keyakinan seseorang sulit
tampil dengan optimal.
 Responsif – Kreatif
Dikatakan responsif karena teknologi yang berkembang pesat, persaingan yang
semakin ketat, konsumen yang semakin kritis, telah mempengaruhi stretegi menjual.
 Aktif

4.4. Syarat Intelektual

Intelektualitas atau kecerdasan adalah potensi yang melekat dalam diri seseorang.
Intelektualitas sebagai “ kemampuan dasar” manusia tidak ada kaitannya dengan tingkat
pendidikan.

 Kecerdasan Indrawi
Pengembangan kemampuan panca indera, terutama indra penglihatan. Indra utama ini
amat penting untuk menguatkan aktivitas penjualan.
 Kecerdasan Intuitif
Kemampuan menggunakan kebijakan dalam diri yng kerap dikaburkan oleh ego atau
sikap reaktif berlebihan dari pikiran yang kritis.
 Kecerdasan Logis
Ini terkait dengan anggapan berbagai hal selalu ada formulanya. Hal itu berlangsung
hampir selalu tetap.
 Kecerdasan Verbal
Merupakan kemampuan berkomunikasi dengan kata-kata. Dalam konteks penjualan,
diyakini bahwa ada hubungan kuat antara kosa kata dengan penghasilan.
 Kecerdasan Spasial
Merupakan kemampuan menilai jarak dan waktu. Dalam konteks penjualan,
kecerdasan spasial terkait dengan kemampuan seseorang penjual menilai jarak dan
waktu sehingga pelanggan menerimanya.
 Kecerdasan Personal
Kemamampuan mengelola diri sendiri. Setiap manusia menurut sebuah riset, mampu
menerima 40 ribu pikiran setiap hari, baik pikiran positif maupun negatif.
 Kecerdasan Musikal
Hidup anda terasa nikmat bersama music, apapun wujudnya, bahkan sekedar
bersenandung atau bersiul, atau ,menikmati pertunjukan music.
 Kecerdasan Pikiran-Tubuh
Bahasa tubuh anda akan mencerminkan itu dalam aktivitas penjualan yang sedang
anda jalankan.
BAB VII
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
Suatu perusahaan membutuhkan sumber daya manusia untuk dipekerjakan sebagai
karyawan yang merupakan salah satu elemen utama yang harus ditata kelola dengan baik
demi mendukung upaya pencapaian target-target perusahaan yang telah direncanakan.

1.1 Proses Penerimaan Tenaga Kerja

Kesepakatan antara tenaga kerja dan perusahaan lebih baik dinyatakan dinyatakan
tertulis dalam kontrak kerja. Dalam kontrak kerja, karyawan dapat mengetahui syarat-syarat
kerja, hak dan kewajiban bagi pekerja dan pemberi kerja/pengusaha yang sesuai dengan
Undang-undang ketenagakerjaan yang berlaku di Indonesia, juga dapat mengetahui status
kerja, apakah berstatus karyawan tetap atau karyawan kontrak. Perusahaan dalam merekrut
tenaga kerja perlu memastikan status tenaga kerja. Biasanya pekerja baru diberi masa
percobaan yang durasinya bisa 1, 3, atau 6 bulan. Kinerja karyawan baru akan dievaluasi
untuk status kepegawaiannya. DalamUU Nomor 13/2003 tentangKetenagakerjaan, ada dua
jenis perjanjiankerja, yaitu Perjanjian kerja untuk waktu tertentu (PKWT) dan Perjanjian
kerja untuk waktu tidak tertentu (PKWTT).

Tujuan Pengelolaan Tenaga Kerja : adalah pencapaian prestasi yang memuaskan


(Simon, 1960). Simon tidak menggunakan frase “prestasi maksimum”. Penggunaan kata
“maksimum” kadang kala menyesatkan. Maksimum hanya mengarah kepada hasil tetapi
tidak kepada usaha untuk mendapatkan hasil tersebut. Sebaliknya, dengan kata
“memuaskan”, berarti prestasi yang memungkinkan perusahaan agar dapat bertahan dalam
situasi dan kondisi bisnis yang penuh persaingan.

1.2 Prinsip-prinsip Pengelolaan Karyawan

Berikut akan disajikan 6 (enam)prinsip pengelolaan karyawan yang baik,berlaku luas,


dan dapat dipergunakan pada situasi dan kondisi yang beraneka ragam, yaitu Cocokkan
karyawan dengan pekerjaan, Definisikan tanggung jawab karyawan secara jelas, etapkan
standar prestas, Komunikasi dan keterlibatan karyawan, Mengadakan pendidikan dan
latihan, Penghargaan atas prestasi kerja,
1.3 Rancangan Kerja

Rancangan kerja merupakan pokok bahasan yang kompleks. Untuk menelusurinya,


terlebih dahulu diperlukan pemahaman yang menyeluruh mengenai variabel teknis dan
variabel sosial (karyawan). Apabila salah satu variabel ini tidak diperhatikan, maka akan
terjadi dis-equilibrium dalam pekerjaan. Pekerjaan menjadi membosankan atau pekerjaan
tidak memanfaatkan kelebihan teknologi yang tersedia. Tujuan diadakannya rancangan kerja
adalah untuk menemukan pekerjaan yang dapat memenuhi persyaratan sosial dan
persyaratanan teknis sekaligus. Pendekatan ini mengarah pada pengembangan kerja yang
tidak semata-mata mencerminkan tingkat teknologi yang paling ekonomis dengan
menempatkan manusia sebagai mesin.Lebih jauh, pandangan ini harus mempertimbangkan
biaya-biaya yang mungkin timbul sebagai akibat tingginya tingkat perputaran karyawan,
absen, dan kejenuhan dalam bekerja.

1.4 Pengukuran Kerja


Teknik pengukuran kerja yang diterapkan merupakan tekhnik yang benar-benar dapat
menjawab kebutuhan perusahaan, agar berbagai macam manfaat dapat diperoleh. teknik
pengukuran kerja dapat digunakan untuk beberapa tujuan yaitu mengevaluasi prestasi
kerja, merencanakan kebutuhan karyawan, menentukan kapasitas yang tersedia,
menentukan harga produk, membandingkan metode kerja, menentukan upah insentif,
mempermudah penjadwalan.
1.5 Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja
Beberapa hal yang berkenaan denganKEWAJIBAN tenaga kerja adalah :

• Jam kerja yang ditentukan


• Jenis pekerjaan yang ditawarkan
• Aturan-aturan perusahaan.
Sedangkan HAK tenaga kerja yang telah diatur Undang-Undang meliputi :

• Gaji pokok
• Tunjangan jabatan/kesehatan/hari raya
• Uang makan/transport/cuti
• Lembur/insentif/bonus
• PPh21/tunjangan lain
• BPJS ketenagakerjaan dan kesehatan
• Iuran pensiuan/THT/pesangon
Yang termasuk dalam komponen upah berdasarkan Surat Edaran MenteriTenaga Kerja
Republik Indonesia No. SE-07/MEN/1990 Tahun 1990 tentangPengelompokan Komponen
Upah Dan Pendapatan Non Upah, yaitu Upah Pokok, Tunjangan Tetap, Tunjangan Tidak
Tetap, Fasilitas, Bonus, Tunjangan Hari Raya (THR), dan Gratifikasi.

BAB 8. ANALISA BIAYA DAN KEUANGAN


Bisnis memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari konsumen dengan mendapatkan
keuntungan dalam prosesnya. Obyek Pemenuhan kebutuhan dari konsumen ialah berupa
barang dan jasa yang diproduksi oleh bisnis. barang dan jasa yang diproduksi bisnis ini
merupakan hasil dari proses yang dilakukan oleh bisnis dengan memanfaatkan sumber daya
yang dimiliki oleh bisnis. Sumber daya yang terdapat di dalam bisnis diantaranya ialah :

• Sumber daya tenaga kerja


• Sumber daya bahan
• Sumber daya Modal
8.1Analisa Biaya
Dalam memahami biaya pendekatan yang biasa dipakai ialah analisa biaya, dimana
analisa biaya bisa diartikan sebagai metode untuk mengetahui jumlah total biaya didalam
bisnis. analisa bisnis yang dilakukan di bisnis memiliki beberapa manfaat yaitu mampu
menentukan harga produk yang sesuai, sebagai panduan dalam mengendalikan biaya, sebagai
panduan dalam perencanaan.

8.2 Klasifikasi Biaya


Dalam memahami biaya kita harus memahami klasifikasi biaya yang didasarkan pada
karakteristik biaya tersebut. biaya dapat diklasifikasikan berdasarkan obyek dan perilaku
biayanya. adapun klasifikasi biaya dibagi menjadi biaya berdasarkan obyek biayanya, biaya
berdasarkan perilakunya.

8.3 Biaya Produksi


Perusahaan melakukan produksi barang ataupun jasa dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan konsumen. Komponen biaya produksi antar perusahaan akan berbeda-beda
karena setiap perusahaan memmiliki keunikan tersendiri. terdapat tiga komponen biaya
berdasarkan obyeknya yaitu Biaya bahan baku langsung, biaya Tenaga kerja langsung, dan
biaya overhead pabrik. Otomatis jika kita buat persamaan maka biaya produksi bisa dibuat
persamaaan:

Biaya Bahan Baku Langsung + Biaya Tenaga Kerja Langsung + Biaya Overhead Pabrik =
Biaya Produksi

8.4 Pengelolaan Keuangan


Bisnis yang profit tidaklah sama dengan bisnis yang memilki uang hal ini karena
penerimaan dari perusahaan bisa dilakukan secara tidak tunai ( pembeli memiliki Piutang)
pada satu sisi pengeluaran juga bisa dilakukan secara tunai ( kita berhutang ke penjual). Oleh
karenanya pemahaman mengenai profit saja menjadi kurang karena kita juga harus
memahami pengelolaan uang yang tersedia. Untuk mengelola hal diatas diperlukan
pengelolaan keuangan. Pengelolaan keuangan berarti mengatur keluar dan masuknya uang di
perusahaan.Sesuai yang sudah kita pelajari di atas didalam membuat perencanaan profit maka
yang diperlukan oleh bisnis ialah :

 Menghitung perencanaan penjualan ( Pendapatan) pada perencanaan penjualan ini


beberapa pengambilankeputusan yang harus diambil ialah Berapakah harga yang
ditetapkan, Berapakah jumlah barang Yang terjual
 Membuat perencanaan biaya: pada perencanaan biaya maka perusahaan perlu
menentukan dan mengidentifikasi biaya-biaya berikut Biaya bahan baku langsung,
Biaya tenaga kerja langsung, Biaya overhead pabrik, Biaya lain- lain
 Menghitung selisih antara perencanaan penjualan dan perencanaan biaya
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kelebihan Dan Kelemahan Buku Utama & Pembanding

1. Buku utama sudah ber-ISBN


2. Memiliki identitas buku yang lengkap
3. Materi yang dipaparkan banyak menggunakan teori-teori ataupun pendapat para ahli
4. Materi yan disampaikan mendalami tentang enterpreneurship
5. Pada buku pembanding masih adanya bagian-bagian yang harusnya tulis miring

Anda mungkin juga menyukai

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy