DBD Rumah Tangga
DBD Rumah Tangga
DBD Rumah Tangga
OLEH:
CITRA MELDA CRISTINA SITORUS
NIM.P00933016065
Pendidikan
1. SD (2004-2010) :SD Negeri 173361 Nagatimbul
2. SMP (2010-2013) :SMP Negeri 1 Lumban Lobu
3. SMA (2013-2016) : SMA Negeri 1 Lumban Julu
4. Akademik (2016-2019) : Politeknik Kemenkes Medan
Jurusan Kesehatan
Lingkungan Kabanjahe
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Puji Syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa karna berkat dan
karunia dan rahmat-Nya,sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
terselesaikan. Karya Tulis ILmiah ini berjudul “ Gambaran Pengetahuan
,Sikap Dan Tindakan Ibu Rumah Tangga Terhadap Pencegahan
Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Desa Aji Jahe Kabupaten Karo
2019 “ penyusunan Karya TUlis Ilmiah ini dimaksudkan sebaga isalah
satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan studi D-III Politeknik
Kesehatan Medan Jurusan Kesehatan Lingkungan Kabanjahe.
Sehubungan dengan penyelesaian penelitian sampa idengan
tersusunnya KaryaTulis Ilmiah ini, penulis menyampaikan penghargaan
dan ucapan terimakasih yang setulus –tulusnya kepada;
Disadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih kurang sempurna maka dari
itu penulis mohon maaf yang sebesar besarnya.
Akhirnya kata penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
memberikan bantuan dan pengarahan ,bimbingan dan kritikan dalam
penyelesaian Karya TulisI lmiah , dari semua pihak sangat diharapkan
guna penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.Semoga Karya Tulis ini dapat
bermamfaat.
Kabupaten karo adalah salah satu daerah yang endemis dan juga daerah
yang tidak bebas jentik.Pada tahun 2017 dilaporkan bahwa jumlah seluruh
kasus DBD di kabupaten karo sebanyak 38 kasus dengan angka kematian
aatau insidance rate(IR) sebesar 9,4/100.000 penduduk ,sedangkan angka
kematian atau case fatality rute (CFR)sebesar 5,3%.pada tahun 2017
jumlah kasus tertinggi kasus DBD terjadi di puskesmas merek yakni
sebanyak 28 orang kasus dengan CFR 7,1%.berturut –turut antara lain
puskesmas Kabanjahe sebanyak 5 kasus dengan CFR 0% dan Puskesmas
Barusjahe sebanyak 4 kasus dengan CFR 0%.pada tahun 2017 kasus DBD
hanya terdapat di 4 Puskesmas yaitu Puskesmas Kabanjahe
,Merek,Barusjahe dan Kutabuluh,dan 15 puskesmas lainya tidak terdapat
DBD.
Berdasarkan data dari bidan desa yang dipuskesmas Aji Jahe Kab.Karo
bahwa orang yang terkena gejala DBD ada 30 orang ,dan 1 orang yang
sudah meninggal. Kasus DBD ini dimulai dari bulan januari sampai bulan
mei tahun 2019.Gejala DBD yang ada didesa Aji Jahe menyerang dimulai
anak-anak yang berusia 2 tahun,dewasa dan orang tua .hal tersebut
disampaikan oleh bidan desa .
Dari beberapa faktor lingkungan yang ada di desa aji jahe berastagi
peneliti ingin meneliti lebih lanjut mengenai beberapa tindakan ibu rumah
tangga dan masyarakat yang berhungan dengan kejadian demam berdarah
yang meliputi kebiasaan menggantungkan pakaian, ada tidak container,
ketersediaan tutup container, dan perlakuan terhadap container, adalah bak
mandi, ember, dispenser, tampungan air pada belakang kulkas, drum, pot
bunga, tutup ember sehingga dapat membantu dalam menurunkan jumlah
kesakitan dan kematian akibat penyakit DBD serta membantu masyarakat
untuk lebih memperhatikan tindakan apa saja yang bisa menjadi penyebab
penularan penyakit DBD. Bila di antara tempat atau barang bekas itu berisi
telur hibernasi maka dalam waktu singkat akan menetas menjadi larva
Aedes aegypti yang dalam waktu (9-12 hari) menjadi nyamuk dewasa
(Supartha, 2008).
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian diatas,maka penulis memutuskan masalah sebagai
berikut:“ “Bagaimana gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan
ibu rumah tangga tentang kejadian Deman Berdarah Dengue(DBD)
Di desa Aji Jahe Kabupaten Karo tahun 2019”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan penelitian
adalah sebagai berikut:Mengetahui pengetahuan, sikap, dan
tindakanibu terhadap kejadian DBD didesa Aji Jahe Kabupaten karo
tahun 2019.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan mengenai DBD pada ibu
rumah tangga DBD didesa Aji Jahe Kabupaten karo tahun 2019.
b. Untuk mengetahui gambaran sikap mengenai DBD pada ibu rumah
tangga DBD didesa Aji Jahe Kabupaten karo tahun 2019.
c. Untuk mengetahui gambaran tindakan mengenai DBD pada ibu rumah
tangga DBD didesa Aji Jahe Kabupaten karo tahun 2019.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Instansi Puskesmas dan Dinas Kesehatan Sebagai informasi dan
bahan pertimbangan dalam pemecahan masalah pada program
kesehatan bidang penyakit menular, khususnya masalah pencegahan
penyakit DBD agar dapat dijadikan sebagai monitoring dan evaluasi
program pemberantasan penyakit menular (P2M)
2. Bagi masyarakat Sebagai dasar pengetahuan,sikap dan pemikiran
tindakan ibu rumah tangga didesa Aji Jahe menjadi informasi dalam
upaya pencegahan dan pemberantasan DBD.
3. Bagi peneliti lain Menambah pengetahuan dan pengalaman khusus
dalam melakukan penelitian ilmiah terhadap beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya peningkatan kasus DBD.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Nyamuk
Dengan isektisida (fogging)
dewasa
FISIK
PNS JentikBIOLOGI
nyamuk
BIOLOGI KIMIA
b. Tanpa Insektisida
Cara yang paling penting dalam pengendalian vektor adalah
penatalaksanaan lingkungan dengan suatu pandangan untuk mencegah
atau mengurangi perkembangan vektor dan kontak manusia-vektor-
patogen. Pemberantasan terhadap jentik (larva) Aedesaegypti yang dikenal
dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), dilakukan dengan
cara :
1. Kimia
Cara memberantas jentik (larva) Aedes aegypti dengan
menggunakan insektisida pembasmi jentik (larvasida) ini dikenal
dengan istilah abatesasi. Formulasi temephos yang digunakan
ialah granules (sand granules). Dosis yang digunakan 1 ppm
atau 10 gr (± 1 sendok makan rata) residu 3 bulan. Selain itu
dapat digunakan pula Bacillusthuringlensis var, israeliensis (btl)
atau golongan insect growth regulator (Depkes RI,1992).
2. Biologi
Intervensi yang didasarkan pada pengenalan organisme
pemangsa, parasit, yang bersaing dengan atau cara penurunan
jumlah Aedes aegypti masih menjadi percobaan, dan informasi
tentang keampuhannya didasarkan pada hasil operasi lapangan
yang berskala kecil. Cara yang bisa digunakan adalah dengan
memelihara :
a) Ikan gambusia affinis dan poicilia reticulate sebagai predator
(pemakan larva nyamuk)
b) Mesocyclop aspericornis sebagai predator larva stadium 1
c) Larva toxorhynchites sp. Sebagai predator larva stadium
instar 1,2,3 larva Aedes
d) Endotoksin bacillus thuringienis var. israelensis serotip H-14
sebagai biolarva terhadap Aedes dan Anopheles.
e) Hormon yang dapat menghambat perkembangan nyamuk
atau insect Growth Regulator (IGR) seperti pyriproxyfen.
Pyriproxyfen ini dapat menghambat perkembangan nyamuk
Aedes. Kerugian dari tindakan pengendalian biologis mencakup
mahalnya pemeliharaan organisme, kesulitan dalam penerapan
dan produksinya serta keterbatasan penggunaannya pada tempat-
tempat yang mengandung air dimana suhu, pH, dan polusi
organik dapat melebihi kebutuhan sempit agen, juga fakta bahwa
pengendalian biologis ini hanya efektif terhadap tahap imatur
dari nyamuk vektor (WHO,1999)
3. Fisik
Manajemen lingkungan mencakup semua yang dapat mencegah
atau meminimalkan perkembangbiakan vektor sehingga kontak
antara manusia dan vektor berkurang. Badan Kesehatan Dunia
(WHO) telah menetapkan tiga jenis manajemen lingkungan
yakni :
Modifikasi Lingkungan : pengubahan fisik habitat
larva yang tahan lama
Manipulasi lingkungan: pengubahan sementara habitat
vektor yang memerlukan pengaturan wadah yang
“penting” dan yang “tidak penting” ; serta manajemen
atau pemusnahan tempat perkembangbiakan alami
nyamuk.
Perubahan habitasi atau perilaku manusia : upaya
untuk mengurangi kontak antara manusia dan vektor.
Di Indonesia metode ini lebih dikenal sebagai metode
Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue
(PSN-DBD) atau 3M (Menutup tempat penampungan air,
Mengubur Barang-barang bekas,Menguras bak mandi), (WHO,
2004). Adapun titik fokus dalam Manajemen lingkungan adalah:
a) Modifikasi Lingkungan
• Perbaikan persediaan air
• Tanki atau reservoir diatas atau bawah tanah harus anti
nyamuk
b) Manipulasi Lingkungan
• Drainase instalasi persediaan air Tumpah/bocornya air
dalam bangunan pelindung, dari pipa distribusi dan sumber
air lainnya menyebabkan air tergenang dan dapat menjadi
habitat yang penting untuk larva Aedes aegypti jika
tindakan pencegahan tidak dilakukan.
• Penyimpanan air rumah tangga Sumber utama
perkembangbiakan Aedes aegypti adalah wadah
penyimpanan air untuk kebutuhan rumah tangga yang
mencakup gentong air dari tanah liat, keramik, dan wadah
yang berukuran kecil untuk menampung air bersih atau air
hujan. Wadah penyimpanan harus ditutup dengan tutup
yang pas dan rapat yang harus ditempatkan kembali dengan
benar setelah mengambil air.
• Pot/vas bunga dan jebakan semut Benda-benda tersebut
harus dilubangi untuk saluran air keluar. Tindakan lainnya,
bunga harus ditempatkan diatas wadah yang berisi pasir dan
air.Bunga tersebut harus diganti dan dibuang setiap minggu
dan vas digosok serta dibersihkan sebelum pakai kembali.
J. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keberadaan NyamukAedes
aegpty
1. Faktor Individu (perilaku)
Peran ahli psikologi pendidikan dalam Notoadmodjo (2007), perilaku
dibagi menjadi perilaku dalam bentuk operasional menjadi :
a. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan itu dengan diketahuinya situasi atau rangsangan dari
luar. Menurut Notoadmojo (2007), pengetahuan adalahpengindraan
terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan manusia terjadi melalui
panca indra manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan dimana pengetahuan pengaruh kesehatan akan
berpengaruh pada perilaku sebagai hasil jangka menengah dan
pendidikan kesehatan, perilaku kesehatan akan berpengaruh pada
peningkatan indikator kesehatan masyarakat sebagai hasil
pendidikan (Notoadmodjo, 2007). Perilaku yang disarnkan pada
pengetahuan akan lebih bertahan yang tidak didasrkan pada
pengetahuan (Notoadmodjo, 2007).
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur
dari subyek penelitian dan respon (Notoadmodjo,2007).
Pengukiran pengetahuan menurut Notoadmodjo (2003), dapat
dikategoikan :
Baik, apabila sujek mampu menjawab dengan benar 76-
100
% dari semua pertanyaan
Cukup, apabila subjek mampu menjawab dengan benar
60-75% dari semua pertanyaan
Buruk, apabila subjek mampu menjawab pertanyaan
<60% dari semua pertanyaan.
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, seperti
penelitian Bethem(2002), seseorang yang memiliki pengetahuan
baik mengenai penyakit DBD akan melakukan upaya pencegahan
penyakit DBD dibandingkan orang yang tidak memiliki
pengetahuan. Sejalan penelitian Hairi (2003) pengetahuan yang
baik dengan DBD memiliki hubungan yang signifikan dengan
sikap seseorang terkait pengontrolan nyamuk Aedes aegpty.
a. Faktor Pendididikan
Tujuan pendidikan adalah untuk mengubah perilaku individu,
kelompokdanmasyarakat menuju hal-hal yang positif secara
terencana melalui proses belajar. Perubahan perilaku mencakup
tiga ranah perilaku, yakni pengetahuan, sikap, dan keterampilan
melalui proses pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 1993).
Makin tinggi pendidikan seseorang, maka makin tinggi pula
pemahaman seseorang tentang pencegahan dan pengobatan
penyakit (Syaflimaidesi, 2003).Pendidikan merupakan faktor
penentu dalam mengubah pengetahuan dan sikap seseorang.
Masyarakat yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi
akan lebih mudah untuk diberi penyuluhan/ pengarahan, bimbingan
dan pembinaan ( Ahmad, 1994).
Pembangunan di bidang pendidikan meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman terhadap kesehatan. Konsep sehat dan sakit
menjadi mantap yang mempengaruhi persepsi / pandangan cara
hidup dan upaya seseorang untuk dapat meningkatkan derajat
kesehatannya. Dengan demikian pemberantapan Aedes dirasakan
sebagai suatu kebutuhan yang dilestarikan hasilnya sehingga upaya
untuk menyehatkan diri dan lingkungannya akan mereka
laksanakan secara spontan. Hal ini akan menjadi suatu kebiasaan,
sikap dan perilaku seseorang untuk hidup sehat. (Sukana 1993).
Pendidikan kesehatan mempunyai peranan yang penting untuk
mengubah perilaku masyarakat agar searah dengan tujuan
pelaksanaan PSN DBD, sehingga menimbulkan perilaku positif
dari masyarakat terhadap program pemberantasan sarang nyamuk
yang bersifat non insektisida yang efektif yaitu dengan melakukan
pembersihan sarang nyamuk (lza 2001).Menurut Mandriwati dari
hasil penelitian peningkatan peran serta keluarga dalam PSN DBD
di Denpasar pendidikan yang tinggi hasil petaksanaan PSN
baik.sedangkan pendidikan rendah hasil pelaksanaan PSN DBD
kurang baik (Mandriwati, 2001).
b. Factor Ekonomi
Faktor ekonomi merupakan faktor yang juga ikut menentukan
timbulnya DBD, sebagai contoh di daerah yang sulit akan air,
dimana untuk kebutuhan hidup sehari hari air harus dibeli, maka
pekerjaan untuk menguras bak mandi, tempayan seminggu sekali
sangat memberatkan kehidupan mereka (Sukana 1993).
Ekonomi merupakan suatu indikator keberhasilan keluarga.Apabila
tingkat keluarga sudah baik, masyarakat cenderung untuk
memperhatikan kesehatan dirinya maupun keluarga dirinya
maupun keluarga agar tidak sakit.Apabila tingkat ekonomi kurang
memadai masyarakat cenderung untuk memperhatikan kebutuhan
sehari-hari untuk bertahan hidup dan sering mengabaikan
kesehaan.Menurut Mandriwati dalam penelitian meningkatkan
peran serta masyarakat dalam PSN DBD di Denpasar, ekonomi
keluarga berpengaruh terhadap upaya pelaksanaan PSN DBD
(Mandriwati, 2001)
3. Factor Linkungan
a) Suhu dan kelembapan
Menurut Michael (2006) dalam Kemenkes RI (2010),perubahan
iklim dapat menyebabkan perubahan suhu, kelembapan, curah
hujan, arah udara sehingga berpengaruh terhadap ekosistem
daratan dan lautan serta kesehatan terutama pada
perkembangbiakan vector penyakit seperti nyamuk Aedes aegpty
dan lainnya. Hampir sama dengan penyataan Achmadi(2011),
bahwa suhu lingkungan dan kelembaban akan mempengaruhi
bionomic nyamuk seperti perilaku mengigit, perilaku perkawinan,
lama menetas telur dan sebagainya.
Nyamuk dapat bertahan hidup pada suhu rendah, tetapi
metabolismenya menurun atau bahkan berhenti bila suhunya turun
sampai dibawah suhu kritis.Pada suhu yang lebih tinggi dari 35
0C juga dapat mengalami perubahan dalam arti lebih lambatnya
proses-proses fisologis.Adapun rata-rata suhu optimum untuk
pertumbuhan nyamuk adalah 25 0C -27 0C.pertumbuhan nyamuk
akan terhenti sama sekali bila suhu kurang 100C atau 40 0C.
Menurut Iskandar (1985) dalam Nugranigsih (2010), nyamuk
pada umumnya akan meletakkan telurnya pada temperatur udara
sekitar 20 0C – 300C. toleransi terhadap suhu tergantung pada
spesies nyamuk. Suasana, etal (2011), suhu optimum untuk
pertumbuhan nyamuk Aedes aegpty berkisar antara 250C – 270C
dan pertumbuhan akan terhenti pada suhu kurang dari 10 0C atau
diatas 400C.
b) Kelembapan
Kelembapan udara yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan
keadaan rumah menjadi basah dan lembab yang memungkinkan
berkembangbiaknya kuman atau bakteri penyebab
penyakit.Kelembaban udara berkisar 70%-90% merupakan
kelembaban yang sangat optimal untuk proses embriosasi dan
ketahanan hidup nyamuk (Suegito,2006)
c. Kontainer
Adanya keberadaan tempat penampungan air (TPA)/breeding
place akan menciptakan peluang bagi nyamukAedes aegpty untuk
berkembang biak. Hal ini dikarenakan sebagian besar siklus hidup
nyamuk (telur, larva, pupa) terjadi di dalam air.Nyamuk yang
berkembangbiak disekitar rumah akan lebih mudah
dalam menjangkau manusia (host), dengan hal lain kebradaan
tempat penampungan air disekitar rumah akan meningkatkan
angka kejadian DBD (Rahman, 2012 ; Nugraningsih, 2010).
Hal ini sejalan dengan Brunkard, et al, (2004), faktor-faktor yang
sangat penting pada kejadian penyakit DBD adalah keberadaan
habitat larva. Keberadaan container/ tempat penampungan air
berpotensi untuk perkembangbiakan vector dalam kontak dengan
manusia sebagai hospes. Tingkat endemitas penyakit DBD
dipengaruhi oleh keberadaan larva nyamuk Aedes aegpty pada
container/tempat penampungan air terutama yang digunakan
untuk kebutuhan manusia, (Barrera, et al, 2011).
Keberadaan container sangat berperan dalam kepadatan vector
nyamuk Aedes aegpty karena dengan semakin banyak container
akan semakin banyak pula tempat perindukan nyamuk ,sehungga
populasi nyamuk Aedes aegpty semakin padat. Hal ini
mengakibatkan resiko terinfeksi virus Dengue akan semakin
tinggi
dengan periode penyebaran yang cepat sehinga terjadinya KLB
DBD.
a) Letak container
Lokasi penempatan container dan tipe pemukiman ternyata
memiliki peranan yang penting terhadap perkembangbiakan
nyamuk Aedesaegpty.Berdasarkan peneliian yang pernah
dilakukan di kabupaten OKU, diketahui bahwa nyamuk Aedes
aegpty lebih menyukai container yang terletak di dalam rumah
dibandingkan dii luar rumah.Hal ini disebabkan karena kondisi
rumah yang gelap ini membrikan rasa aman dan tenang bagi
nyamuk untuk bertelur yang diletakkan lebih banyaj dan jentik
yang terbentuk lebih banyak pula
b) Keberadaan tutup container
Menutup container merupakan alah satu kegiatan pemberantasan
sarang nyamuk (PSN). Berdasarkan penelitian yang pernah
dilakukan di penajam, diperiksa 340 TPA dengan 207 dalam
keadaan etrbuka dan 133 dalam keadaan tertutup. Dari 207 TPA
yang terbuka ditemukan sebanyak 86 positif jentik, sedangkan 121
lainnya tidak ditemukan jentik. Sedangkan dari 133 TPA yang
tertutup terdapat 1 yang positif jentik.Hal ini terjadi karena
penggunaan air di dalam container untuk kebutuhan sehari-hari,
container dibiarkan terbuka selama beberapa waktu, sehingga
memberikan kesempatan nyamuk Aedes aegpty untuk meletakkan
telurnya.
c) Keberadaan air
Nyamuk membutuhkan air untuk berkembangbiak. Apabila tidak
ada air, maka nyamuk Aedes aedgpy tidak akan bias
berkembangbiak dengan baik. Untuk itu keberadaan air dalam
container disini memiliki peranan yang penting.Container dengan
ukuran yang besar seperti bak mandi, drum, dan tempayan,
penyimpanan air lebih lama karena volumenya lebih besar
sehingga masyarakat cenderung malas membersihkan dan
mengganti airnya terutama masyarakat yang tinggal didaerah yang
sulit air.Hal ini dapat terjadi apabila air yang ada didalamnya tidak
oernah dibuang atau diganti, sehingga menjadi tempat
perkembangbiakan nyamukAedes aegpty yang baik.
K. Kerangka Konsep
Pengetahuan
Tindakan
L. Defenisi operasional
Tabel 1.1 defenisi operasinal
M. Cara ukur
1. Pengetahuan
Pengetahuan responden di ukur melalui 10 pertanyaan .jika pertanyaan
di jawab benar oleh responden maka diberi nilai 1, jika responden
menjawab salah maka akan di beri nilai 0. sehingga skor total yang
tertinggi adalah 10.
Selanjutnya di kategorikan atas baik,sedang dan kurang dengan
defenisi sebagai berikut:
a. Baik, apabila responden mengetahui sebagian besar atau seluruh
tentang DBD (skor jawaban responden >75% dari nilai yang
tertinggi yaitu (8-10)
b. Sedang , apabila responden mengetahui sebagian tentang DBD
(skor jawaban responden 40%-75% dari nilai yang tertinggi yaitu
(4-7)
c. Kurang , apabila responden mengetahui sebagian kecil tentang
DBD (skor jawaban responden <40%dari nilai yang tertinggi yaitu
(1-3)
2. Sikap
Sikap responden di ukur melalui 5 pertanyaan dengan mengunakan
skala guttman ,responden yang menjawab benar maka diberi nilai 1,
jika responden menjawab salah maka akan di beri nilai 0. sehingga
skor total yang tertinggi adalah 5.
Selanjutnya di kategorikan atas baik,sedang dan kurang dengan
defenisi sebagai berikut:
a. Baik, apabila skor jawaban responden ≥75% dari nilai tertinggi
yaitu 4-5
b. Kurang , apabila skor jawaban responden <75% dari nilai tertinggi
1-3
3. Tindakan
Tindakan responden di ukur melalui 5 pertanyaan,responden yang
menjawab benar maka diberi nilai 1, jika responden menjawab salah
maka akan di beri nilai 0. sehingga skor total yang tertinggi adalah 5.
Selanjutnya di kategorikan atas baik,sedang dan kurang dengan
defenisi sebagai berikut:
a. Baik, apabila skor jawaban responden ≥75% dari nilai tertinggi
yaitu 4-5
b. Kurang, apabila skor jawaban responden <75% dari nilai
tertinggi 1-3
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan desain penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yakni mengambarkan
pengetahuan ,sikap, dan tindakan ibu rumah tangga mengenai kejadian
DBD yang berkaitan dengan keberadaan penyebaran vektor dan
penyebaran penyakit DBD di Desa aji jahe Kab. Karo Tahun 2019.
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Desa Aji Jahe Kabupaten karo.
2. Waktu
Penelitian ini dilakukan pada Juli tahun 2019.
C. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah
seluruh ibu rumah tangga yang berada di Desa Aji Jahe .sebanyak
350 Ibu rumah tangga .
2. Sampel
3. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik random sampling dengan menggunakan rumus
Slovin.dimana jumlahnya 400KK.
n= ( )
Keterangan :
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
d= presisi
n= ( )
n= ( )
n=
n = 39.7 atau 40
Maka sampel yang diambil dengan menggunakan Rumus Slovin diatas
adalah 40 sampel.
D. Jenis Dan Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer yang diperoleh dari survey ke lokasi di Desa Aji Jahe
untuk kejadian DBD.
- untuk data kejadian DBD diperoleh dari hasil wawancara dengan
kuesioner dan observasi
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari Puskesmas tiga panah maupun data
yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten karo, serta data
yang diperoleh dari Kelurahan aji jahe , yaitu : data kasus
penyakit DBD dari jumlah penduduk dilihat dari usia penderita
dan morbalitas .
E. Teknik Pengambilan Data
a. Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data dimana peneliti mendapatkan keterangan atau
pendirian secara lisan dari seseorang sasaran penelitian
(responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang
tersebut. Jadi data tersebut diperoleh langsung dari responden
melalui suatu percakapan . Dengan melakukan wawancara kepada
responden untuk mengetahui nama responden, ,pendidikan
responden , pekerjaan responden, dan perilaku kesehatan yang
mempengaruhi DBD
b. Observasi dilakukan dengan pengamatan secara langsung terhadap
sampel, responden dan lingkungannya, serta dilakukan pengukuran
terhadap lingkungan tempat tinggal dengan menggunakan lembar
observasi/ pengamatan.
c. Dokumentasi adalah adalah metode pengumpulan data dengan
menggunakan berbagai sumber tulisan yang berkenaan dengan
objek penelitian. Metode ini digunakan untuk mengambil data
tentang sampel penelitian yang berasal dari catatan medik
Puskesmas tiga panah.
d. Instrument pengumpulan data dilakukan dengan Qoesioner dan
checklist
F. Teknik Analisa Data
Data yang diperoleh dalam penelitian kemudian diolah dan
dianalisis menggunakan komputer. Agar analisis penelitian
menghasilkan informasi yang benar, paling tidak ada empat tahapan
dalam pengolahan data yang harus dilalui, yaitu:
1 Editing Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isi
formulir atau kuesioner apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah:
1) Lengkap: semua pertanyaan sudah terisi jawabannya
2) Jelas: jawaban pertanyaan apakah tulisannya cukup jelas terisi
jawabannya
3) Relevan: jawaban yang tertulis apakah relevan dengan
pertanyaannya
4) Konsisten: apakah antara beberapa pertanyaan yang berkaitan isi
jawabannya konsisten
2 Coding
Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi
data berbentuk angka atau bilangan.Kegunaan dari coding adalah
untuk mempermudah pada saat analis data dan juga mempercepat
pada saat entry data.
G. Analisis Data
Analisis Univariat Analisa ini diperlukan untuk mendeskripsikan
dengan menggunakan tabel frekuensi kesehatan dan kejadian DBD di
Aji Jahe Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo tahun 2019.
BAB IV
A. Gambaran Desa
1. Gambaran umum desa aji jahe kecamatan tiga panah kab. Karo
Desa Aji Jahe adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan
Tiga Panah yang memiliki luas wilayah 1000ha dengan ketinggian
1200m diatas permukaan laut.Desa Aji Jahe berjarak dari kantor
bupati kabupaten karo di kabanjahe dan berjarak 7 Km dari kantor
kecamatan tiga panah
Adapun batas-batas di desa Aji Jahe Kecamatan tiga panah
kabupaten karo adalah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Desa Raya
b. Sebelah Timur : Desa Ajimbelang Dan Ajibuhara
c. Sebelah Selatan : Barung Lapar Samura
d. Sebelah Barat : Desa Sumber Mufakat
B. Demografi
Jumlah penduduk pada tahun 2019 adalah sebagai berikutini:
1553 orang
C. Sarana dan prasarana
Desa Aji Jahe Kecamatan Tiga Panah memiliki sarana dan prasarana
a. Prasarana jalan
Desa Aji Jahe kecamatan Tiga panah memiliki jalan di tengah desa
yang terbuat dari aspal sepanjang 2km dari simpang Ujung Aji .
b. Sarana kesehatan
Sarana kesehatan yang terdapat di Desa Aji Jahe Kecamatan Tiga
panah yakni:
-puskesmas :1
c. Sarana ibadah
sarana ibadah yang terdapat di Desa Aji Jahe Kecamatan Tiga Panah
berupa:
- Gereja : 3 Unit
d. Sarana pendidikan
Sarana pendidikan yang ada di Desa Aji Jahe Kecamatan Tiga Panah
yakni:
- Sekolah dasar :1 Unit
- Sekolah menengah pertama : 1 Unit
D. Sosial budaya penduduk
Desa Aji Jahe Kecamatan Tiga Panah moyoritas penduduk adalah suku
karo.minoritas yang lainnya dari suk batak,suku jawa dan ada suku nias .
Ditinjau dari kepercayaan terhadap tuhan yang maha esa ,penduduk
Desa Aji Jahe terdidri dari :
- Kristen
- Islam
E. Organisasi kemasyarakatan
Desa Aji Jahe Kecamata Tiga Panah memiliki organisasikemasyarakatan
berupa karang taruna dan PKK.
F. Hasil penelitian
Dari pengumpulan data yang dilakukan dengan pengisian data koesioner
40 responden tentang Pengetahuan ,Sikap,Dan Tindakan Ibu Rumah
Tangga Terhadap Pencegahan Deman Berdarah Dengue( DBD) di Desa
Aji Jahe Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo
1. Analisa univariat
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Dan Pekerjaan Ibu Rumah
Tangga Di Desa Aji Jahe Kacamatan Tiga Panah Tahun 2019
Pendidikan terakhir Frekuensi Persen%
D1 1 2.5
D3 2 5.0
S1 5 12.5
SD 5 12.5
SMA 12 30.0
SMK 6 15.0
SMP 4 10.0
Tidak sekolah 5 12.5
Pekerjaan
Bidan 1 2.5
Buruh kasar 3 7.5
Guru 2 5.0
Ibu RT 2 5.0
Petani 22 55.0
PNS 2 5.0
Wiraswasta 8 20.0
Total 40 100.0
Dari tabel 4.2dapat dilihat bahwa sebanyak 39 Orang (97.5) telah mengetahui gejala
awal DBD dan sebanyak 33 Orang (82.5) mengetahui cara pencegahan DBD pada
bak mandi .hasil penelitian ini juga menunjukkan masih rendahnya pengetahuan
masyarakat mengenai tempat perkembangan nyamuk yakni sebanyak 28 Orang
(70%) dengan menjawab selokan /parit dan juga pengetahuan tentang penyebab
DBD ada sebanyak 12 Orang (30%) dengan menjawab disebabkanbakteri dan
cacing.
Table 4.3
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga
Tentang Demam Berdarah Dengue(DBD) Di Desa Aji Jahe
Kecamatan Tiga Panah Tahun 2019
Pengetahuan Frekuensi Presentasi
Baik 12 30.0
Cukup 26 65.0
Kurang 2 5.0
Total 40 100.0
Dari tabel diatas 4.3 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan ibu rumah
tangga di Desa Aji Jahe tingkat pengetahuan tentang DBD dilihat
hanya 12 Orang (30%) yang dikategorikan Baik ,sedangkan kategori
Cukup 26 Orang (65%) dan kategori Kurang hanya 2 Orang (5%).
G. Sikap responden
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Dan Presentasi Sikap Responden Tiap Pertanyaan
Sikap Mengenai DBD
No Item pertanyaan Sikap
Benar Salah
Baik 15 37.5
Kurang 25 62.5
Total 40 100.0
Dari tabel 4.6 ,dapat dilihat bahwa ada sebanyak 29 Orang (72.5%) yang
melakukan pencegahan DBD dengan menguras bak mandi sekali seminggu
dan 25 Orang (62.5%) yang melakukan pencegahan DBD dengan menutup
rapat tempat penampungan air di dalam dan diluar rumah . hasil penelitian
ini juga menunjukkan masih rendahnya tindakan ibu rumah tangga tentang
mengubur barang bekas yakni sebanyak 2 Orang (5%) dan juga melipat
kain yang tergantung yakni 17 orang (42.5%) dan juga tentang memakai
kelambu sebanyak 25 Orang (62.5%) yang melakukan pencegahan
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Dan Presentasi Tindakan Responden Mengenai
DBD Di Desa Aji Jahe Kecamatan Tiga Panah Tahun 2019 .
Tindakan Frekuensi Persen %
Baik 2 5.0
kurang 38 95.0
Total 40 100.0
B. Saran
Bagi masyarakat yang ada di Desa Aji Jahe agar sering menghadiri
penyuluhan yang dilakukan oleh pihak kesehatan untuk menambah
wawasan pengetahuan tentang kejadian DBD dan cara pencegahan
penyakit DBD.karna pengetahuan yang dimiliki ibu rumah tangga di
aji jahe dari 40 Orang dengan kategori cukup yaitu 26 Orang
(65%),Untuk sikap ibu rumah tangga tentang pencegahan DBD masih
kategori kurang yakni 25 Orang (62.5) dan untuk tindakan ibu rumah
tangga dalam mencegah DBD masih kurang yakni 38 Orang(95%).
Bagi kepala desa agar lebih sering mengajak masyarakat untuk
megikuti penyuluhan dan melakukan gotong royong untuk
pembersihan lingkungan .
Bagi petugas kesehatan sanitasi yang ada di puskesmas tiga panah
agar melakukan penyuluhan mengenai penularan dan cara pencegahan
Demam Berdarah (DBD)yaitu dengan cara pemberantasan nyamuk
(foogging), jentik-jentik (abate) serta melakukan tindakan 3M
(Menutup,Menguras,dan Mengubur)
DAFTAR PUSTAKA
Dinkes karo. 2017. 2013 Data Angka Kesakitan Dan Angka Kematian
Kejadian Penyakit DBD : Karo
Sikap Responden
No Peryataan Ya tidak
1. Apakah Ibu melakukan pengurasan bak mandi
seminggu sekali ?
2. Apakah Ibu Melipat kain yang tergantung