Melon

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 18

Nama: Deva Surya Murti

NPM: 19025010154

Kelas: Agroteknologi D

Pengelolaan Kesehatan Tanaman Melon Secara Sistemik

PERSIAPAN PKT

Pengumpulan Informasi

Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu jenis buah yang banyak
digemari masyarakat. Selain untuk dikonsumsi sebagai buah, melon juga banyak digunakan
sebagai bahan industri makanan dan kosmetik. Rasanya yang manis dan aromanya yang harum
menjadi daya tarik buah ini. Melon juga kaya akan vitamin A dan C, rendah kalori, tidak
mengandung lemak maupun kolestrol, dan merupakan sumber potassium sehingga baik untuk
dikonsumsi sehari-hari (Sobir dan Siregar, 2010). Melon mulai dikembangkan di Indonesia
pada tahun 1980-an di daerah Cisarua (Bogor, Jawa Barat) dan Kalianda (Lampung). Tetapi,
dalam perkembangannya, melon juga banyak ditanam di Jawa Tengah dan Jawa Timur, bahkan
di wilayah lain di Indonesia. Budidaya melon semakin diminati petani karena permintaan yang
tinggi dan harga yang relatif stabil. Selain itu, melon yang ditanam di daerah tropis memiliki
umur yang cukup pendek (75 – 120 hari) sehingga relatif cepat dipanen.

Keunggulan-keunggulan buah melon tersebut menjadikan melon sebagai salah satu


komoditas hortikultura yang menjanjikan. Data ekspor menunjukkan bahwa melon berada pada
urutan kelima komoditas buah-buahan penghasil devisa. Selain itu, berdasarkan data
Departemen Pertanian (2004), konsumsi buah melon di Indonesia diperkirakan akan meningkat
hingga mencapai 1,34-1,5 kg/ kapita/ tahun. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka banyak
dilakukan penelitian dan pengembangan tentang melon. Pengembangan melon di Indonesia
cukup membuahkan hasil. Hal ini didasarkan pada data produksi melon yang meningkat hingga
2 kali lipat dari 56.883ton pada tahun 2000 menjadi 103.840ton pada tahun 2011 dan kembali
meningkat menjadi 125,447 ton pada tahun 2012 (Ditjen Hortikultura Kementrian Pertanian,
2013).

Menurut Soedarya (2010) tanaman melon termasuk dalam kelas tanaman biji berkeping
dua. Tanaman melon diklasifikasikan dalam :

Kingdom: Plantae,

Subkingdom: Tracheobionta,

Superdivisio: Spermatophyta,

Divisio: Magnoliophyta/Spermatophyta,

Subdivisi: Angiospermae,

Kelas: Magnoliopsida/Dicotyledoneae,

Subkelas: Dilleniidae,

Ordo: Violales,

Familia: Cucurbitaceae,

Genus: Cucumis,

Spesies: Cucumis melo L.

Morfologi Tanaman Melon

Menurut Soedarya (2010), morfologi tanaman melon sebagai berikut :

1. Akar

Tanaman melon termasuk tanaman semusim yang tumbuh merambat, tanaman melon
mempunyai akar tunggang yang dipenuhi akar-akar serabut pada ujungnya. Akar tanaman
melon menyebar namu dangkal. Akar-akar cabang dan rambut-rambut akar banyak terdapat di
permukaan tanah semakin ke dalam akar-akar tersebut semakin berkurang. Tanaman melon
membentuk ujung akar yang menembus kedalam tanah sedalam 45-90 cm. Akar horizontal
cepat berkembang didalam tanah, menyebar dengan kedalaman 20-30 cm.

2. Batang

Menurut Soedarya (2010), tanaman melon yang tumbuh liar biasanya memiliki
percabangan yang sangat banyak. Batang tanaman berwarna hijau muda, berbentuk segi lima,
berbulu, dan memiliki ruas-ruas sebagai tempat munculnya tunas dan daun. Namun, untuk
tanaman yang dibudidayakan jumlah batangnya dibatasi. Jumlah batang yang terlalu banyak
akan mengurangi kuantitas buah yang dihasilkan.

3. Daun

Tanaman melon termasuk tanaman semusim (annual) yang bersifat menjalar atau
merambat dengan perantaraan alat pemegang berbentuk pilin. Tanaman melon memiliki
bentuk daun agak bulat, bersudut lima buah dengan bagian tepi daun tidak rata (bergerigi).
Ukuran daun memiliki diameter 10-16 cm, bagian permukaan daun berbulu. Susunan
daun berselang-seling dan tumbuh sulur pada setiap ketiak daun yang berfungsi sebagai alat
untuk menjalar. Daun memiliki tangkai yang panjangnya sekitar 10-17 cm ( Rukmana
1994).

4. Bunga

Bunga melon berbentuk seperti lonceng dan berwarna kuning. Bunga ini muncul
disetiap ketiak daun.Umumnya, bunga melon kelamin jantan dan betina tidak dalam satu
bunga. Bunga betina biasanya terletak diketiak daun pertama dan kedua dalam setiap ruas
percabangan. Sementara itu, bunga jantan terbentuk secara berkelompok dan terdapat di setiap
ketiak daun. Menurut Sobir dan Firmansyah (2010), bunga jantan muncul berkelompok
pada ketiak daun, sedangkan bunga betina muncul pada ruas pertama dari setiap cabang
lateral. Lebah madu dan serangga berperan dalam penyerbukan bunga karena serbuk sari
yang dihasilkan bunga melon terlalu berat untuk diterbangkan oleh angin.

5. Buah

Buah melon sangat bervariasi, baik bentuk, warna kulit, warna daging buah maupun
berat atau bobotnya. Bentuk buah melon antara bulat, bulat oval sampai lonjong atau selindris.
Warna kulit buah antara putih susu, putih krem, hijau krem, hijau kekuning-kuningan, hijau
muda, kuning, kuning muda, kuning jingga hingga kombinasi dari warna lainnya. Bahkan ada
yang bergaris-garis, totol-totol, dan juga struktur kulit antara berjala (berjaring), semi berjala
hingga tipis dan halus (Rukmana 1994)

Syarat Tumbuh

Ketinggian Tempat

Ketinggian tempat yang optimal untuk budidaya melon adalah 200 – 900 m dpl. Tetapi,
tanaman melon masih dapat berproduksi dengan baik pada ketinggian 0 – 900 m dpl. Melon
yang ditanam di dataran menengah mempunyai umur panen yang lebih panjang daripada melon
hasil penanaman di dataran rendah. Namun, kualitas buah dari tekstur dan rasa melon di dataran
menengah lebih baik daripada melon dataran rendah. Melon dataran menengah mempunyai
daging buah yang tebal dengan sedikit rongga, meskipun ukuran buahnya tidak sebesar melon
dataran rendah.

Intensitas Sinar Matahari

Intensitas sinar matahari yang diperlukan tanaman melon berkisar antara 10 - 12 jam
sehari. Lokasi penanaman harus diusahakan di daerah terbuka dengan sedikit penguapan. Sinar
matahari membantu proses pembentukan gula (pati) yang menyebabkan ukuran buah melon
menjadi besar dan manis.

Tanah

Pertumbuhan tanaman melon akan optimal jika dibudidayakan pada tanah dengan
kisaran pH 6,0 – 6,8. Tetapi, tanaman melon masih mampu tumbuh dan berproduksi pada pH
5,6 – 7,2. Tanaman melon tidak akan berproduksi optimal jika ditanam pada tanah masam (pH
< 5,6).

Melon mempunyai sistem perakaran yang dangkal sehingga memerlukan tanah yang
gembur, mempunyai lapisan olah yang tebal, berporus (berpasir) dan kaya bahan organik.
Berdasarkan fakta di lapangan, tanaman melon dapat ditanam pada berbagai jenis tanah
terutama tanah andosol, latosol, regosol, dan grumosol, asalkan kekurangan dari sifat-sifat jenis
tanah tersebut dapat dimanipulasi dengan pengapuran, penambahan bahan organik, maupun
pemupukan.

Suhu
Suhu pertumbuhan untuk melon antara 25 – 30oC (Ashari, 2006). Suhu rata-rata
untuk untuk tanaman melon adalah 26oC namun tanaman melon termasuk tanaman yang dapat
beradaptasi sehingga walaupun tidak memenuhi syarat tumbuh melon masih bisa tumbuh dan
menghasilkan (Setiadi, 1999).

Kelembapan Udara dan Angin

Kelembapan udara yang cocok untuk tanaman melon diperkirakan 70 – 80% atau
minimal 60%. Kelembapan yang terlalu tinggi (> 80%) bisa mempengaruhi pertumbuhan
tanaman, mutu buah, dan kondisi tanaman menjadi mudah terserang penyakit (Setiadi, 1999).

Kultivar Tanaman Melon

Jenis buah melon sangat beragam. Namun hanya 3 kultivar yang populer
dibudidayakan, yakni reticalatus, inodorus dan cantalupensis.

Reticalatus. Jenis melon ini merupakan kultivar paling populer. Bentuknya membulat
dengan kulit buah berwarna hijau dan teksturnya berjala, seperti terlapisi jaring. Daging buah
berwarna hijau muda hingga oranye.

Inodorus. Jenis ini memiliki kulit buah yang mulus tidak berjala. Bentuknya membulat
hingga lonjong. Warna kulit buah kuning hingga kuning pucat kehijauan. Warna dagingnya
ada yang hijau, oranye hingga putih. Daging buah tidak beraroma.

Cantalupensis. Jenis ini memiliki kulit buah yang bergelombang seperti labu, atau
disebut berjuring. Daging buah berwarna kuning atau oranye, aromanya sangat kuat. Blewah
termasuk dalam jenis ini.

PELAKSANAAN PKT

Awalnya, budidaya melon diperkenalkan dengan sistem menjalar di tanah seperti


halnya tanaman semangka. Tetapi, tanaman melon sangat peka terhadap penyakit yang
ditularkan lewat tanah sehingga banyak yang rusak atau mati sebelum berbuah. Untuk itu,
petani mulai menerapkan sistem turus agar daun-daun dan buah tidak bersentuhan langsung
dengan tanah. Dengan penanaman sistem turus ini, kualitas buah yang diproduksi jauh lebih
bagus dibandingkan dengan sistem dijalarkan di atas tanah serta memperkecil resiko kegagalan
panen.

1. Pemilihan benih

Tanaman melon untuk budidaya biasanya diperbanyak secara generatif dari biji atau
benih. Luas tanam 1 (satu) hektar dengan populasi 16.000 – 18.000 tanaman, diperlukan 450-
500 gr benih melon. Perhitungan kebutuhan benih didasari dengan pertimbangan bahwa daya
kecambah benih sekitar 90%.

Perlakuan Benih

Benih melon perlu dicuci agar selaput lendir yang menghalangi air dan oksigen ke
dalam benih dapat dihilangkan. Selanjutnya, benih dimasukkan ke dalam plastik yang telah
diberi lubanglubang untuk penirisan kemudian direndam ke dalam larutan PGPR. Perendaman
benih dilakukan dengan PGPR selama 2 jam sebelum disemai. Konsentrasi 3 sendok makan
(10-15 cc) PGPR dalam 200 ml air untuk 1 bungkus (sachet) (sekitar 400 biji) benih melon.
Kemudian langsung disemai dalam media semai

Penyemaian Benih

Pesemaian disungkup menggunakan kain kasa untuk menciptakan suasana hangat agar
segera berkecambah. Benih disemai sedalam 1,5 cm dengan posisi ‘tidur’ dan ujung calon
akarnya menghadap ke bawah. Setelah itu, ditutup dengan campuran abu sekam dan tanah
dengan perbandingan 2:1. Benih disiram setiap pagi hari dengan tekanan air yang tidak terlalu
kuat. Jika cuaca panas, dapat diulangi pada sore hari. Tetapi, jangan menyiram pada sianghari
karena air akan menguap dan menyebabkan benih layu akibat stres. Setelah 10 - 14 hari
disemai, bibit dipindahkan ke lahan.

2. Penyiapan lahan dan penanaman

Sebagai patokan, benih yang siap tanam mempunyai 2 (dua) hingga 3 (tiga) helai daun
sejati (sekitar umur 10 – 14 hari setelah semai). Penanaman benih sebaiknya dilakukan pada
pagi hari sebelum pukul 09:00 atau sore setelah pukul 15:30 untuk menghindari stres karena
sinar matahari.

Lahan untuk budidaya melon sebaiknya dibajak terlebih dahulu untuk


menghaluskan bongkahan tanah. Kemudian bentuk bedengan dengan lebar 100-120 cm, tinggi
30-50 cm, panjang 10-15meter dan jarak antar bedengan 50-60 cm. Setelah itu berikan pupuk
dasar berupa pupuk kompos atau pupuk kandang sebanyak 15-20 ton/hektar. Tambahkan juga
ZA, KCl dan SP-36 masing-masing 375 kg, 375 kg dan 250 kg untuk setiap hektarnya.
Campurkan pupuk tersebut di atas bedengan dan aduk hingga merata dengan tanah bedengan.
Biarkan lahan tersebut selama 2-4 hari.

Bila pH tanah yang akan digunakan untuk budidaya melon kurang dari 5, berikan
dolomit atau kapur pertanian sebanyak 2 ton per hektar. Campurkan dengan tanah bedengan
setidaknya 2-3 hari sebelum pemupukan dasar. Selanjutnya tutup bedengan dengan plastik
mulsa hitam perak. Warna hitam menghadap ke tanah dan warna perak ke bagian luar. Buat
lubang tanam di atas mulsa tersebut. Dalam setiap bedengan terdapat dua baris lubang tanam
dengan jarak antar baris 60 cm dan jarak antar lubang dalam satu baris 50-60 cm. Penutupan
mulsa minimal harus dilakukan 2 hari sebelum penanaman.

Pemasangan Mulsa

Mulsa plastik hitam perak (PHP) (lebar 120 cm) juga baik digunakan untuk menjaga
kelembapan tanah dan dapat mengusir hama seperti Thrips. Bagian plastik berwarna perak
menghadap ke atas sedangkan yang berwarna hitam menghadap ke bawah. Pemasangan mulsa
dilakukan pada saat terik matahari agar mulsa memuai sehingga rapat menutup bedengan dan
tanah dalam keadaan basah. Setelah mulsa terpasang, dilanjutkan dengan pembuatan lubang
tanam pada mulsa menggunakan kaleng susu bekas berdiameter 10 cm yang dipanaskan. Jarak
antar lubang 50 - 60 cm x 70 cm (50 - 60 cm dalam barisan dan 70 cm antarbarisan). Kegiatan
ini dilakukan seminggu sebelum tanam.

3. Pemeliharaan tanaman

a. Pemasangan Ajir

Untuk menghasilkan buah yang bagus, tanaman harus ditopang dengan ajir atau
tongkat dari bilah bambu. Fungsinya agar buah yang dihasilkan tidak bersentuhan dengan
permukaan tanah. Selain itu agar terjadi penetrasi sinar matahari ke seluruh bagian tanaman.
Pemasangan ajir hendaknya dilakukan sebelum tanaman tumbuh besar. Biasanya sebelum
umur tanaman 3 hari terhitung sejak pertama ditanam. Hal ini dimaksudkan agar ajir yang
ditancapkan tidak melukai akar tanaman. Siapkan ajir sepanjang 1,5 meter. Tancapkan ajir
tersebut pada lubang tanam secara menyerong, ujung atasnya condong ke arah dalam
bedengan. Sehingga ajir-ajir tersebut saling bersilangan, membentuk huruf X. Kemudian
siapkan bilah bambu yang lebih panjang dan letakkan secara horisontal diantara silangan ajir-
ajir tersebut, ikat dengan tali rafia. Pemasangan ajir dilakukan sebelum tanam dengan tinggi
150 cm pada setiap lubang tanam. Bagian ajir yang masuk ke dalam tanah sekurang-kurangnya
sedalam 25 cm.

b. Penyiraman

Penyiraman yang teratur sangat diperlukan dalam budidaya melon. Penyiraman


hendaknya dilakukan setiap sore hingga umur tanaman satu minggu. Selanjutnya penyiraman
dilakukan setiap dua hari sekali.Ketika musim hujan drainase harus berfungsi dengan baik.
Jangan biarkan lahan tergenang air. Tanaman melon tidak menghendaki tanah yang terlalu
basah.

Pada masa awal pertumbuhan, pengairan biasanya dilakukan 3 – 4 hari. Walau


dilakukan penggenangan, tetapi tanaman muda masih perlu dibantu dengan cara menyiramkan
air ke lubang tanamnya. Mulai minggu ke-3, pengairan agak dikurangi atau diperpanjang
selang pemberiannya menjadi 5 – 7 hari dengan tujuan untuk merangsang pembentukan bunga.
Pada masa pemeliharaan buah, selang waktu pengairan diperpendek lagi menjadi 3 – 4 hari
karena pada fase pembesaran buah ini tanaman memerlukan banyak air. Pada saat tanaman
mulai membentuk jaring (net), interval pengairan diperpanjang lagi menjadi 5 - 7 hari. Setelah
itu, frekuensi penyiraman dikurangi sejak umur 48 HST (minggu 6 - 7 MST) untuk mencegah
terjadinya pecah buah dan agar pembentukan net lebih teratur.

c. Pemupukan

Pemupukan diberikan sebanyak 3 kali, yaitu 20 hari setelah ditanam, tanaman berusia
40 hari (ketika akan melakukan penjarangan buah) dan pada saat tanaman berusia 60 hari (saat
menginjak proses pematangan). Caranya sebarkan secara merata di atas tanah bedengan pada
pinggiran kiri dan kanannya (10–15 cm). Kemudian tanah dibalik dengan hati-hati supaya tidak
merusak perakaran tanaman, dan agar pupuk tersebut bisa aman terpendam dalam tanah. Untuk
memudahkan dalam pemupukan, dibuat data mengenai rangkaian pemupukan sejak awal. a)
Pupuk kandang/kompos: pupuk dasar=10–20 ton/ha. b) Urea: pupuk dasar=440 kg/ha; pupuk
susulan I=330 kg/ha; pupuk susulan II=220 kg/ha; pupuk susulan III=440 kg/ha. c) TSP: pupuk
dasar=1.200 kg/ha; pupuk susulan I=220 kg/ha; pupuk susulan II=550 kg/ha. d) KCl: pupuk
dasar=330-440 kg/ha; pupuk susulan II=160 kg/ha.

d. Pemangkasan

Pemangkasan yang dilakukan pada tanaman melon bertujuan untuk memelihara cabang
sesuai dengan yang dikehendaki. Tinggi tanaman dibuat rata-rata antara titik ke-20 sampai ke-
25 (bagian ruas, cabang atau buku dari tanaman tersebut). Pemangkasan dilakukan saat cuaca
cerah dan kering, supaya bekas luka tidak diserang jamur. Waktu pemangkasan dilakukan
setiap 10 hari sekali, yang paling awal dipangkas adalah cabang yang dekat dengan tanah dan
sisakan dua helai daun, kemudian cabang-cabang yang tumbuh lalu dipangkas dengan
menyisakan 2 helai daun. Pemangkasan dihentikan, jika ketinggian tanamannya sudah
mencapai pada cabang ke-20 atau 25.

e. Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu

Hama:

Berikut adalah beberapa macam hama tanaman melon yang telah diketahui:

1. Aphids

Gejala: Daun tanaman menggulung, pucuk tanaman menjadi kering akibat cairan daun
diisap hama. Serangan berat ditandai dengan daun mengkerut dan menguning (yellowing).
Hama ini merupakan vektor virus (dicari virus spesifik untuk melon. Daun juga tampak
menghitam karena ditumbuhi cendawan Capnodium sp. (penyebab embun jelaga).

a. Pengendalian Budidaya:

Tidak menggunakan pupuk nitrogen berlebihan

b.vPengendalian Fisik

Pangkas bagian tanaman yang terserang lalu bakar

c. Pengendalian Kimia

Penyemprotan dengan insektisida berbahan aktif tetasipermetain, terutama pada bagian


pucuk tanaman

d. Pengendalian Biologi

Predator: Cicindela aurontela (kumbang macan), Suclineus palives.


Agens hayati: Beauveria bassiana

2. Kepik

Gejala: Daun berlubang akibat aktivitas fisik kumbang (stadia imago). Akar rusak
diserang larva. Pada serangan berat karena larva, mengakibatkan tanaman layu

a. Pengendalian Mekanik

Dilakukan dengan menangkap kepik yang berkeliaran di areal pertanaman melon

b. Pengendalian Kimia

Dilakukan dengan menyemprotkan Azodrin. Dosis yang digunakan berkisar 2 cc/l

3. Lalat Buah

Gejala: Pada buah muda, terdapat bekas tusukan ovipositor. Tetapi, tidak tampak jelas
(sebaiknya menggunakan kaca pembesar). Pada gejala lanjut, buah membusuk. Jika buah
dibelah, biasanya ditemukan larva.

a. Pengendalian Budidaya

Menanam selasih di sekeliling kebun sebagai tanaman perangkap

b. Pengendalian Fisik

Mengumpulkan buah yang terserang kemudian dimusnahkan

c. Pengendalian Kimia

Menggunakan insektisida berbahan aktif dimetoate 400 g/l, sipermetrin 30,36 g/l,
pifronil

d. Pengendalian Mekanik

Membungkus buah dengan kertas/kantong pelastik

Menggunakan perangkap atraktan (bahan pemikat lalat buah) dalam perangkap yang
terbuat dari toples plastik atau botol plastik bekas air minum. Bahan atraktannya berupa metil
eugenol, proteinhidrolisa, selasih, atau dengan pemasangan perangkap kertas berwarna kuning
yang dilumuri perekat

Pengendalian Biologi
Parasitoid: famili Braconidae (Biosteres sp. dan Opius sp.)

Predator: semut (Odontoponera denticulata), semut rang-rang (Oecophyla


smaragdina), laba-laba, kumbang stafilinid (Coleoptera: Staphylinidae), atau cocopet
(Dermaptera).

4. Thrips

Gejala: daun-daun muda atau tunas-tunas baru menjadi keriting, dan bercaknya
kekuningan; tanaman keriting dan kerdil serta tidak dapat membentuk buah secara normal.
Kalau gejala ini timbul harus diwaspadai karena telah tertular virus yang dibawa hama thirps.

a. Pengendalian Fisik

- Memusnahkan sisa-sisa tanaman dan inang lain disekitar tanaman

- Memangkas bagian tanaman yang terserang dan membakarnya

b. Pengendalian Kimia

Menggunakan insektisida berbahan aktif dimetoate 400 g/l, sipermetrin 30,36 g/l, atau
tetasipaermetrin 30 g/l

c. Pengendalian Biologi

Predator : Orius similis

Agens hayati : Paecylomyces sp., Beauveria bassiana

Ulat Daun

Akar dan batang tanaman terpotong. Buah tergerek berlubang-lubang apabila


menyerang buah atau buah rusak parah dan rontok ketika buah yang diserang masih muda (ini
khusus buah melon yang berada di permukaan tanah saja, ulat ini tidak menyerang buah yang
posisinya tidak bersentuhan dengan tanah).

a. Pengendalian Budidaya

Memangkas cabang-cabang sekunder sehingga hanya batang utama yang dipelihara.


Daun yang terserang dan posisinya dekat dengan buah sebaiknya dibuang

b. Pengendalian Kimia
Menyemprotkan insektisida pirethroid sintesis, misalnya Decis 2,5 EC dengan
konsentrasi 0,5-,75 ml/l

c. Pengendalian Mekanik

Menggunakan alat perangkap yang diberi methyl eugenol

d. Pengendalian Biologi

Predator: Broscus punctatus, Chlaenius javanus

Parasitoid telur: Trichogramma spp.

Parasitoid larva: Cotesia congregata, Ctenichneumon panzeri, Gonia bimaculata,


Ichneumon sarcitorius, Macrocentrus collaris

Penyakit:

Berikut adalah beberapa macam penyakit tanaman melon yang telah diketahui:

1. Busuk Pangkal Batang

Penyebab: Cendawan Mycophaerekka melonis (Passerini) Chiu et Walker. Gejala:


pangkal batang seperti tercelup minyak kemudian keluar lendir berwarna merah coklat dan
kemudian tanaman layu dan mati; daun yang terserang akan mengering.

a. Pengendalian Fisik

Mencabut lalu membakar tanaman yang telah terserang penyakit busuk pangkal batang

b. Pengendalian Kimia

Menyemprotkan cairan fungisida sesuai dengan dosis

2. Embun Tepung

Penyebab: Cendawan Pseudoperonospora cubensis, Erysiphe cichoraseaum. Gejala


pertama kali berupa bercak kecil berwarna kuning (plesionekrosis) berbentuk tidak beraturan,
dibatasi oleh tulang daun. Bercak tersebut kemudian membesar dan segera terjadi nekrosis pada
pusatnya. Daun-daun akhirnya mengering dan mati. Permukaan bawah daun yang
menunjukkan gejala plesionekrosis ditutupi oleh kumpulan konidia berwarna hitam, sedangkan
pada bercak nekrosis, kumpulan konidia hanya didapatkan pada pinggir bercak.

a. Pegendalian Fisik

Memangkas daun yang terserang penyakit embun tepung

b. Pengendalian Kimia

Menyemprotkan cairan fungisida sesuai dengan dosis yang telah dianjurkan

3. Layu Bakteri Pseudomonas sp.

Gejala awal berupa bercak kebasahan menyerupai terkena air panas. Bercak
berkembang membentuk sudut, terjadi klorosis (perubahan warna), kemudian mengering
berwarna coklat. Serangan berat menyebar ke seluruh bagian daun, bercak bisa sobek dan
berlubang (perforasi).

a. Pengendalian Budidaya

Memberikan kapur pada saat pemupukan dasar untuk mendapatkan PH tanah normal
(6-7)

b. Pengendalian Kimia

Menyemprot dengan salah satu bakterisida seperti Agrept 20 WP, Agrimycine dan
bakteristatic seperti Kasumin 5/75 WP, Champion 77 WP dan Funguran 80 WP

4. Layu Fusarium sp

Gejala khas menunjukkan layu pada siang hari dan kembali segar pada sore hari (pagi
hari juga segar). Petani sering menduga tanaman kekurangan air dan melakukan penggenangan
lahan (Jogja: dilep), sehingga memperparah dan mempercepat penyebaran patogen. Daun layu
dan menguning. Tanaman yang layu jika dicabut, akan menunjukkan gejala khas yaitu terjadi
busuk kering pada pangkal batang.

a. Pengendalian Budidaya

Memberi kapur pada saat pemupukan dasar untuk mendapatkan PH tanah normal (6-7)
b. Pengendalian Kimia

Menyemprot dengan salah satu jenis fungisida berbahan aktif benomyl seperti Agrosid
50 SD, Banlate, Masalgin 50 WP, Benstar 50 WP, Champion 77 WP, Funguran 80 WP

5. Layu Pangkal Batang

Penyebab: Pseudomonas sp. atau Erwinia carotovora). Gejala: Bagian tanaman (daun,
batang, buah) yang terinfeksi menjadi busuk basah dan mengeluarkan bau yang tidak sedap.
Umumnya, bila busuk menjalar sampai ke buah, maka besar kemungkinan patogennya adalah
Erwinia carotovora, sedangkan jika hanya menyerang daun dan batang saja, maka
kemungkinan patogennya adalah Pseudomonas sp.

a. Pengendalian Fisik

Tanaman yang terserang dimusnahkan/dibakar

b. Pengendalian Kimia

Kocor tanaman dengan beberapa fungisida, seperti Nordox 56 WP, Champion 77 WP,
Funguran 80 WP, Cefka 97 SP, Kasumin 5/75 WP, Cupravit OB 21, Vandozeb 80 WP, Delsen
MX 80 WP, Ridomilgold MZ 4/64 WP, Antila 80 WP, Manzate 200

6. Mosaik

Penyebab: Watermelon Mosaic Virus (WMV) dan Muskmelon Mosaic Virus (MMV).
Gejala: Daun tanaman belang-belang, pucat, dan tulang daun tampak menonjol. Buku Pedoman
Pengelolaan Organisme Pengganggu Tumbuhan Secara Ramah Lingkungan Pada Tanaman
Melon. Pertumbuhan tanaman terganggu dan menjadi kerdil. Tanaman terserang yang mampu
membentuk buah, akan menunjukkan gejala malformasi (perubahan bentuk).

a. Pengendalian Fisik

Mencabut lalu membakar tanaman yang terserang penyakit ini

b. Kultur teknis
Pergiliran tanam dengan tanaman yang bukan inangnya (misalnya jagung, kedelai).
Menanam pacar air (kelompok Refugia) di pinggir lahan (sebagai tanaman barrier), Sanitasi
gulma yang menjadi inang vektor.

7. Virus Kuning

Penyebab: Begomovirus (Bean golden mosaic virus). Gejala : Daun muda (pucuk)
mengalami mosaic kuning atau hijau muda mencolok. Tampak keriting (curling), diikuti
belaian daun menyempit atau cekung. Tanaman tumbuh tidak normal, kerdil dibanding dengan
tanaman sehat.

a. Pengendalian Fisik

- Memangkas daun

- Membakar ditempat yang jauh dari tempat penanaman

e. Pemanenan

Melon siap dipanen setelah berumur 3 bulan. Ciri-ciri melon siap panen untuk jenis
reticalatus antara lain serat jala pada permukaan kulit tampak jelas dan kasar, permukaan kulit
sekitar tangkai terlihat retak-retak, warna kulit hijau kekuningan dan sudah mengeluarkan
aroma.

Buah melon sebaiknya dipetik pada tingkat kematangan 90% atau sekitar 3-7 hari
sebelum matang penuh. Hal ini berguna untuk memberikan waktu lebih pada distribusi.

Pemetikan dilakukan dengan memotong tangkai buah dengan pisau atau gunting.
Tangkai dipotong seperti huruf T, jadi bagian yang dipotong adalah yang mengarah pada daun
bukan pada buah. Pemanenan sebaiknya pada pagi hari sekitar pukul 8-11 dan dilakukan secara
bertahap. Pilih buah yang benar-benar telah siap dipanen.

f. Pasca panen

Tahap Pengumpulan:
Buah-buah melon yang telah dipanen dikumpulkan pada suatu tempat untuk segera
disortir. Saat panen kerusakan buah sebaiknya dihindari akibat terbentur atau cacar fisik
lainnya, karena akan mengurangi harga jual terutama untuk konsumsi pasar swalayan.

Tahap Penyortiran dan Penggolongan :

Melon yang telah dipanen, diangkut dan dikumpulkan di suatu tempat kemudian di
sortasi. Buah yang sehat dan utuh dipisahkan dari buah yang cacat fisik maupun cacat karena
serangan hama dan penyakit. Buah melon yang berkualitas bagus kemudian di lakukan
penggolongan melon berdasarkan tiga kelas.

Kelas M1 yaitu melon berbobot 1,5 kg/lebih jaring berbentuk sempurna.

Kelas M2 yaitu melon berbobot 1–1,5 kg jaringnya terbentuk hanya 70% saja.

Kelas M3 yaitu bobot buahnya bervariasi dengan jaring sedikit atau tidak berbentuk
sama sekali. Hal ini terjadi karena tanaman belum saatnya dipanen tapi telah mati terlebih
dahulu akibat serangan hama.

Tahap Penyimpanan:

Buah melon yang sudah dipetik, tidak boleh ditumpuk satu sama lain, dan buah yang
belum terangkut dapat disimpan dalam gudang penyimpanan. Buah ditata secara rapi dengan
dilapisi jerami kering. Tempat penyimpanan buah harus bersih, kering dan bebas dari hama
seperti kecoa atau tikus. Melon yang sudah terlalu masak jangan disatukan dengan buah yang
setengah masak (mengkal). Bila ada buah yang mulai busuk harus di jauhkan dari tempat
penyimpanan.

Tahap Pengemasan dan Pengangkutan:

Kemasan untuk melon dapat dibuat dari kayu biasa dan banyak memiliki lubang
angin. Cara menyusunnya, bagian dasar kotak diberi jerami kering yang cukup tebal, kemudian
melon diberikan jerami juga di bagian atas buahnya. Sebelum kotak ditutup, buah melon diberi
lapisan jerami lagi.
Selain dari kotak, pengemasan bisa juga menggunakan rajutan benang yang mirip
jala, kemudian dimasukkan dalam kemasan karton. Dalam karton masih dilapisi dengan jerami
kering atau kertas hancuran. Dengan kemasan seperti ini akan lebih terjamin dibanding dengan
menggunakan kotak dari kayu (cara tradisional).

Kendaraan yang digunakan untuk mengangkut buah melon yang akan dibawa ke
pasar tergantung jarak yang ditempuh. Buah yang akan di ekspor biasanya dipak secara khusus
dengan peti kemas yang terbuat dari kayu, karton atau kotak plastik. Di kargo pesawat, peti
kemas melon dimasukkan ke dalam kontainer pendingin agar buah tetap segar jika sampai ke
tempat tujuan

EVALUASI

Dalam pengevaluasian dari penerapan pengelolaan tanaman sehat yaitu tanaman melon
di dapatkan beberapa hasil yang memuaskan.Penerapan pengelolaan sesuai dengan tahap tahap
di awal memberikan dampak positif.Pertama hasil yang didapatkan bisa mencapai potensi
genetic dengan jumlah tanaman menghasilkan 3,5 kg per tanaman dengan rata – rata 1,34-1,5
kg. PKT dilakukan dari tahap persiapan seperti mengumpulkan informasi meliputi pemilihan
bibit, faktor faktor pembatas dan penanggulangannya serta beberapa faktor lain, Tahap
Pelaksanaan meliputi Persiapan bibit berkualitas, pengolahan lahan ,penanaman ,pengairan
,pengelolaan hama penyakit dan gulma secara terpadu,serta pemanenan, penanganan
penyimpanan hasil panen. Dalam konteks tersebut benar benar menghasilkan produksi
tanaman yang maksimal dan sehat dan mencapai genetik penuh.
Daftar Pustaka

Ashari S. 2006. Hortikultura: Aspek Budidaya. Jakarta (ID): Universitas Indonesia Pr.

Departemen Pertanian. 2004. Statistik Hortikultura Tahun 2003 (Angka Tetap). Direktorat
Jenderal Hortikultura. Departemen Pertanian Republik Indonesia. Jakarta.

Direktorat Jenderal Hortikultura. 2013. Statistik Produksi Hortikultura Tahun2012. Jakarta:


Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Perta

Saptayanti, Nelly. Ratnaningrum, Ami Cahyani dan Octavia, Evy. 2015. Buku Pedoman
Pengelolaan Organisme Pengganggu Tumbuhan Secara Ramah Lingkungan Pada
Tanaman Melon. Jakarta, Direktorat Perlindungan Hortikultura

Setiadi. 1999. Bertanam Melon. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sobir dan Firmansyah. 2010. Budidaya Melon Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sobir dan Siregar. 2010. Budidaya Melon Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta

Soedarya, A. 2010. Agribisnis Melon. Bandung (ID): Pustaka Grafika.

Anda mungkin juga menyukai

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy