Laporan Sementara Uji Vigor Benih
Laporan Sementara Uji Vigor Benih
Laporan Sementara Uji Vigor Benih
TEKNOLOGI BENIH
“UJI VIGOR BENIH”
Di Susun Oleh :
SHAFA TASYA KAMILA RACHMADANI
19025010099
GOLONGAN C1
1.2 Tujuan
Praktikum bertujuan agar mahasiswa mampu melakukan pengujian vigor
benih dengan batu bata dan mampu menghitung dan melakukan identifikasi
kemampuan tumbuh benih yang diuji.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Benih merupakan simbol dari suatu pemuliaan, yang merupakan inti dari
kehidupan di alam semesta dan yang paling penting adalah kegunaanya sebagai
penyambung dari kehidupan tanaman. Benih adalah biji tanaman yang digunakan
untuk tujuan penanaman. Pada konteks agronomi, benih dituntut untuk bermutu
tinggi sebab benih harus mampu menghasilkan tanaman yang berproduksi
maksimum dengan sarana peralatan serta teknologi yang maju (Sutopo, 2010).
Ketentuan dan syarat-syarat tertentu untuk memproduksi benih bermutu
yang harus mengacu pada suatu standar. Standar metode pengujian mutu benih
dianut produsen benih di Indonesia saat ini mengacu pada ketentuan Internasional
Seed Testing Association (ISTA). Penseragaman standar mutu dimaksudkan agar
mutu suatu benih yang diedarkan dan digunakan untuk penanaman bisa terjamin.
Dengan demikian, kemurnian dan mutu benih dari varietas unggul dapat terjaga
(Morla et al., 2011).
Benih kacang hijau merupakan salah satu komoditas aneka kacang yang
rentan terhadap serangan hama gudang selama penyimpanan. Hama gudang yang
sering menyerang biji kacang hijau hingga terjadi kerusakan dan penyusutan bobot
adalah Callosobruchus chinensis L. (Coleoptera: Bruchidae). Kerugian yang
ditimbulkan oleh hama C. chinensis L. mencapai 70% (Gunawan, 2015), dan dapat
menghancurkan cadangan makanan utama yang menyebabkan penurunan viabilitas
dan vigor benih yang signifikan karena menghambat perkecambahan dan
menghasilkan bibit yang abnormal (Sumaidi, 2011).
Visiabilitas suboptimum atau vigor diartikan sebagai kemampuan benih
untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang sub optimal (Sutopo, 2012).
Menurut Sadjad (2013) visiabilitas suboptimum atau vigor merupakan suatu
kemampuan benih untuk tumbuh menjadi tanaman yang berproduksi normal dalam
keadaan lingkungan yang suboptimum dan beproduksi tinggi dalam keadaan
optimum atau mampu disimpan dalam kondisi simpan yang suboptimum dan tahan
simpan lama dalam kondisi yang optimum.
Vigor dipisahkan antara vigor genetik dan vigor fisiologi. Vigor genetik
adalah vigor benih dari galur genetik yang berbeda-beda sedang vigor fisiologi
adalah vigor yang dapat dibedakan dalam galur genetik yang sama. Vigor fisiologi
dapat dilihat antara lain dari indikasi tumbuh akar dari plumula atau koleptilnya,
ketahanan terhadap serangan penyakit dan warna kotiledon dalam efeknya terhadap
Tetrazolium Test (Semsilomba, 2015).
Tanaman yang memiliki tingkat vigor yang tinggi dapat dilihat dari
performansi fenotipis kecambah atau bibitnya. Vigor benih pada kekuatan tumbuh
dalam suasana kering dapat menjadi landasan kemampuan tanaman tersebut untuk
tumbuh bersaing dengan tumbuhan pengganggu ataupun tanaman lainnya dalam
pola tanam tumpang sari. Vigor benih yang tinggi dicirikan antara lain tahan
disimpan lama, tahan terhadap serangan hama penyakit, cepat, dan merata
tumbuhnya serta mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan
berproduksi baik dalam keadaan lingkungan tumbuh yang sub optimal (Sadjad,
2013).
Menurut Sutopo (2014) rendahnya vigor pada benih dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, yaitu:
1. Genetis
Ada kultivar-kultivar tertentu yang lebih peka terhadap lingkungan yang
kurang menguntungkan, ataupun tidak mampu untuk tumbuh cepat dibandingkan
kultivar lainnya.
2. Fisiologis
Kondisi fisiologis dari benih yang dapat menyebabkan rendahnya vigor
adalah kurang masaknya benih pada saat panen dan kemunduran benih selama
penyimpan.
3. Morfologis
Dalam mutu kultivar biasanya terjadi peristiwa bahwa benih-benih yang
lebih kecil menghasilkan bibit yang kurang memiliki kekuatan tumbuh
dibandingkan dengan benih besar.
4. Sitologis
Kemunduran benih yang disebabkan antara lain oleh abrasi kromosom.
5. Mekanis
Kerusakan mekanis yang terjadi pada benih baik pada saat panen ataupun
penyimpanan seringpila mengakibatkan rendahnya vigor pada benih.
6. Mikroba
Mikroorganisme seperti cendawan dan bakteri yang terbawa oleh benih
akan lebih berbahaya bagi benih pada kondisi penyimpanan yang tidak memenuhi
syarat ataupun kondisi lapangan yang memungkinkan berkembangnya patogen-
patogen tersebut. Hal ini akan mengakibatkan penurunan vigor benih.
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
1 27 Maret 2021
2 28 Maret 2021
3 29 Maret 2021
5 31 Maret 2021
6 01 April 2021
7 02 April 2021
4.2 Pembahasan
Negara Indonesia adalah negara agraris yang begitu melimpah akan
kekayaan alam dengan kondisi iklim yang sangat mendukung bagi pengembangan
budidaya tanaman. Namun demikian, petani juga menyadari bahwa kondisi iklim
dan cara bercocok tanam saja belum menjadi jaminan bahwa tanaman dapat
berproduksi secara optimal dan kegiatan usaha tani yang dilakukan akan berhasil.
Bagi petani sebagai langkah awal di dalam usaha pembudidayaan tanaman perlu
adanya penyiapan benih dengan kualitas yang baik. Wacana tentang kualitas benih
berkaitan erat dengan viabilitas dan vigor benih (Lesilolo et al., 2013).
Tingginya nilai visiabilitas didukung dengan tingginya nilai kecepatan
tumbuh. Semakin menurunnya nilai kecepatan tumbuh atau laju vigor,
mengindikasikan bahwa vigor benih telah mengalami penurunan. Keempat ulangan
yang telah diuji memiliki nilai persentase vigor >80%. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa benih kacang hijau yang digunakan memiliki vigor yang
baik sehingga pertumbuhan dan perkembangannya mampu menghasilkan kualitas
produk hasil pertanian yang baik pula. Ulangan 1 memiliki persentase vigor sebesar
92%. Ulangan 2 memiliki persentase vigor sebesar 96%. Ulangan 3 memiliki
persentase vigor sebesar 92%. Ulangan terakhir memiliki persentase vigor sebesar
84%.
Benih dengan vigoritas tinggi akan mampu berproduksi normal pada
kondisi sub optimum dan di atas kondisi normal, memiliki kemampuan tumbuh
serempak dan cepat, serta lebih tahan untuk disimpan dalam kondisi yang tidak
ideal. Menurut Lesilolo, et al. (2013) kecepatan tumbuh mengindikasikan vigor
kekuatan tumbuh benih karena benih yang cepat tumbuh lebih mampu menghadapi
kondisi lapang yang suboptimal. Menurut Paramita (2018) salah satu standar
kelulusan lot benih jagung adalah daya berkecambah minimal 80%, sehingga jika
daya berkecambah benih kurang dari standar tersebut tidak dapat dikatakan sebagai
benih.
Vigor dicerminkan oleh vigor kekuatan tumbuh dan daya simpan benih.
Kedua nilai fisiologis ini memungkinkan benih tersebut untuk tumbuh menjadi
normal meskipun keadaan biofisik di lapangan produksi sub optimum. Tingkat
vigor tinggi dapat dilihat dari penampilan kecambah yang tahan terhadap berbagai
faktor pembatas yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya. Sadjad
(2019) menyatakan bahwa ketahanan terhadap faktor pembatas juga dipengaruhi
oleh mutu genetis yang dicerminkan oleh varietas.
Peningkatan mutu benih memerlukan usaha produksi benih antara lain
dilakukan di daerah dengan kondisi alam yang sesuai pertumbuhan tanaman.
Kondisi alam yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman dapat dibagi ke dalam
faktor lingkungan dan faktor sarana produksi yang diberikan oleh manusia
(Mugnisyah dan Setiawan, 2015). Pengujian kualitas benih sangat penting karena
dengan terujinya kualitas benih dapat memberikan jaminan kepada petani dan
masyarakat untuk mendapatkan benih dengan kualitas yang baik sesuai dengan
Standar Nasional Indonesia (SNI) dan tentunya dapat menghindari petani dari
berbagai kerugian yang ditimbulkan (Lesilolo et al., 2013).
Hasil pengamatan uji daya vigor ini, menggunakan biji kacang hijau
sebanyak 100 biji sebanyak 4 ulangan menggunakan media pasir dan pecahan batu
bata di atasnya sebagai substrat, setiap ulangan terisi sebanyak 25 biji kacang hijau,
dengan disirami hanya secukupnya sampai basah saja. Pengamatan dilakukan di
rumah mahasiswa, dan diamati selama 7 hari. Berdasarkan pengamatan yang telah
dilakukan mendapatkan hasil pada ulangan pertama yang diamati selama 7 hari, biji
yang mampu tumbuh dengan baik ada sebanya 23 biji, pada ulangan ke dua
sebanyak 25 biji, ulangan ke tiga sebanyak 23 biji, dan ulangan ke empat sebanyak
21 biji.
Kegiatan penambahan pecahan batu bata dalam media tanamnya seringkali
dikenal dengan istilah matriconditioning. Menurut (Muslihin, 2011) perlakuan
matriconditioning memiliki fase imbibisi yang lebih lama. Proses imbibisi ke dalam
benih lebih terkontol karena bahan matriconditioning memiliki daya pegang air
yang baik. Sehingga perlakuan matriconditioning meningkatkan presentase
kecambah benih yang telah mengelami penurunan mutu benih lebih baik. Menurut
Pangaribuan dan Puspita (2013). Menyatakan bahwa batu bata memiliki
keunggulan di antaranya mudah didapat, murah dan memiliki daya serap yang
tinggi. Daya serap yang tinggi disebabkan oleh besarnya kadar pori pada batu bata
(batu bata tidak padat). Semakin kecil ukurannya, kemampuan daya serap batu bata
terhadap air semakin baik.
Menurut (Ruliyansyah Agus, 2011) Terganggunya struktur membran akan
menyebkan berbagai perubahan metabolik. Hal ini dapat dikurangi dengan cara
mengimbibisi benih terlebih dahulu pada konsentrasi yang mengurangi laju
penyerapan air, sehinga dapat mendukung kecepatan berkecambah benih. Dengan
demikian perlakuan matriconditioning dapat meningkatkan kecepatan
berkecambah kedelai yang telah mengalami deteriorasi lebih baik. Menurut Rouhi
dkk (2011) perlakuan invigorasi matriconditioning memiliki daya pegang air yang
tinggi sehingga mampu melepaskan air untuk proses imbibisi secara perlahan sesuai
kebutuhan benih untuk menambah tinggi kecambahnya. Perbedaan pengaruh
perlakuan matriconditioning terhadap tinggi kecambah, karena pada perlakuan
matriconditioning benih setelah diberi perlakuan mengalami proses imbibisi yang
lebih terkontol sehingga air ataupun cairan masuk ke dalam benih berlangsung
secara perlahan sampai terjadi keseimbangan. Imbibisi yang terkontrol ini
memungkinkan benih mengoptimalkan faktor internalnya untuk memulai
perkecambahan benih seperti pemulihan integritas membran.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum mengenai uji vigor benih yang telah dilaksanakan
dapat diperoleh kesimpulan adalah sebagai berikut.
1. Setiap benih mempunyai pertumbuhan yang berbeda walaupun spesiesnya
seragam.
2. Peningkatan mutu benih memerlukan usaha produksi benih antara lain
dilakukan di daerah dengan kondisi alam yang sesuai pertumbuhan tanaman
3. Visiabilitas benih dicerminkan oleh vigor kekuatan tumbuh dan daya simpan
benih.
4. Keempat ulangan yang dilakukan dalam uji vigor benih mengindikasikan
bahwa benih kacang hijau yang diuji memiliki vigor tinggi sehingga
pertumbuhan dan perkembangannya memiliki rata-rata harian yang terbilang
cukup baik.
DAFTAR PUSTAKA
• Ulangan 2
(1.0+2.6+3.16+4.2+5.0+6.0+7.0)
1) LV =
24
(0+12+48+8+0+0+0)
=
24
68
= = 2,83
24
18
2) NP = =6
3
24
3) MCD = =4
6
4) NV = 6 x 4 = 24
(100)(0+6+16+2+0+0+0)
5) CV =
(1.0+2.6+3.16+4.2+5.0+6.0+7.0)
100 .24
=
68
2400
= = 35,29
68
0 6 16 2 0 0 0
6) IV = + + + + + +
1 2 3 4 5 6 7
0+3780+6720+630+0+0+0
=
1260
11130
= = 8,83
1260
24
7) DV = x 100% = 96%
25
• Ulangan 3
(1.0+2.5+3.18+4.0+5.0+6.0+7.0)
1) LV =
23
(0+10+54+0+0+0+0)
=
23
64
= = 2,78
23
18
2) NP = =6
3
23
3) MCD = = 3,83
6
4) NV = 6 x 3,83 = 23
(100)(0+5+18+0+0+0+0)
5) CV =
(1.0+2.5+3.18+4.0+5.0+6.0+7.0)
100 .23
=
64
2300
= = 35,93
64
0 5 18 0 0 0 0
6) IV = + + + + + +
1 2 3 4 5 6 7
0+3150+7560+0+0+0+0
=
1260
10710
= = 8,5
1260
23
7) DV = x 100% = 92%
25
• Ulangan 4
(1.0+2.4+3.17+4.0+5.0+6.0+7.0)
1) LV =
21
(0+8+51+0+0+0+0)
=
21
59
= = 2,80
21
17
2) NP = = 5,6
3
21
3) MCD = = 3,75
5,6
4) NV = 5,6 x 3,75 = 21
(100)(0+4+17+0+0+0+0)
5) CV =
(1.0+2.4+3.17+4.0+5.0+6.0+7.0)
100 .21
=
59
2100
= = 35,59
59
0 4 17 0 0 0 0
6) IV = + + + + + +
1 2 3 4 5 6 7
0+2520+7140+0+0+0+0
=
1260
9660
= = 7,67
1260
21
7) DV = x 100% = 84%
25