Makalah Perkembangan Kreativitas

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

(Perkembangan Kreativitas dan Teori Belahan Otak)

ANDINI GITA HERMAWAN


18.06.0.075

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS KEGURUAN dan ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN
BATAM
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, karena dengan taufik
dan hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan tugas makalah dengan pokok bahasan
Perkembangan Kreativitas, dan subpokok bahasan Pengertian Kreativitas, Teori
Belahan Otak, Pendekatan Terhadap Kreativitas, Tahap perkembangan Kognitif,
Tahap-tahap kreativitas, Karakteristik kreativitas, Faktor Pengaruh Kreativitas,
Masalah serta upaya pengembangan Kreatifitas
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan
Peserta Didik yang telah diberikan oleh Dosen mata kuliah yang bersangkutan,
Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Fakuktas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Tahun
2019.
Dalam kesempatan ini pula, kami hendak menyampaikan rasa terima kasih kepada
semua pihak yang membantu kami dalam menyelesaikan tugas kelompok mata
kuliah Pengembangan Pesera Didik dengan pokok bahasan Perkembangan
Kreativitas
 Dalam menyelesaikan laporan ini, penyusun menyadari sepenuhnya, bahwa
masih banyak kekurangan-kekurangan dan masih jauh dari sempurna, akan tetapi
dengan kemampuan yang ada, kami mencoba untuk menyusun sebaik mungkin
dengan harapan dapat memperoleh manfaatnya. Semoga makalah ini bisa
bermanfaat tidak hanya bagi penulis khususnya, tetapi juga dapat bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya.

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………...……………………………………..ii

DAFTAR ISI………………………….……………..………………………………….iii

Bab I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakan………………………………………………………………..1

1.2 Tujuan...........................……………………………………………….…….1

1.3 Metode Pengumpulan Data……..……….……………………...…………...1

Bab II PEMBAHASAN

2.1 Kreativitas dan teori belahan otak………………………………….……….2

2.2 Pengertian Kreativitas………………………………………………...…….2

2.3 pengertian kreativitas menurut Torrance…………………………..…….….3

2.4 Pendekatan kreativitas………………………………………………………3

2.5 Perkembangan Kreativitas……………………………………………….….4

2.6 Tahap-Tahap Kreativitas……………………………………………………5

2.7 Karakteristik Kreativitas……………………………………………………6

2.8 Faktor-Faktor yang memengaruhi kreativitas................................................7

2.9 Masalah yang sering timbul pada anak kreatif………………...………...…9

2.10 Upaya Membantu Perkembangan Kreativas dan implikasinya bagi


pendidikan……………………………………………………………………………....10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………..…………….……11

3.2 Saran …………….………………………………………….………………..…11

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Di dunia ini, telah berkembang benda-benda canggih yang dapat


mempermudah pekerjaan dan kehidupan kita. Sebagai contoh ialah
smartphone, benda tersebut menjadi sorotan dunia karna benda tersebut
sangatlah simple dan serbaguna. Smartphone tersebut tercipta pemikiran-
pemikiran kreativ dari produsen smartphone tersebut. Produsen tersebut
mempunyai pemikiran kreativ yang ia tuangkan dalam aspek teknologi
untuk mempermudah pekerjaan kita. Dan masih banyak contoh
kreativitas-kreativitas dalam aspek lainnya.

Kreativitas merupakan suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu


yang baru untuk memecahkan masalah dengan ide ide kreatif baik
merupakan gagasan atau kerja nyata yang berbeda dengan sebelumnya.
Pada dasarnya setiap manusia diberikan organ tubuh berupa otak yang
berfungsi untuk mencerna ide-ide yang bertujuan untuk menyelesaikan
masalah dan mengembangkan gagasan yang sudah ada.

Dalam hal ini perlu adanya pengembangan kreativitas pada diri manusia
agar dapat mengembangkan suatu gagasan yang inovatif untuk
menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah yang dapat terjadi kapan
saja.

1.2 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah memenuhi tugas dari dosen mata
kuliah Pengembangan peserta didik yang berjudul Perkembangan
Kreativitas yang meberikan informasi tentang pengertian, karakter, tahap-
tahap, masalah serta upaya dalam perkembangan kreativitas, Sekaligus
menambah pengetahuan pembaca tentang perkembangan kreativitas

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kreativitas dan Teori Belahan Otak


Perkembangan kreativitas sangat erat kaitannya dengan
perkembangan kognitif individu karena kreativitas merupakan perwujudan
dari pekerjaan otak. Clark (1988) dan Gowan (1989) melalui teori belahan
otak mengatakan bahwa otak manusia secara fungsinya terbagi menjadi 2
belahan, yaitu belahan otak kiri dan belahan otak kanan. Fungsi belahan
otak sebelah kiri adalah untuk melakukan pekerjaan yang bersifat ilmiah
adapun fungsi sebelah kanan adalah berkenaan dengan kegiatan-kegiatan
nonlinier,kreatif,mencipta.
Lahirnya kreativitas dalam bentuk gagasan maupun karya nyata
merupakan perpaduan fungsi dari kedua belahan otak tersebut. Masukan
dari lingkungan berupa informasi melalui fungsi belahan otak kiri untuk
kemudian “dierami” pada belahan otak kanan,dan di sinilah proses
subminimal berlangsung.

Fungsi belahan otak kiri dan belahan otak kanan

N Belahan otak kiri Belahan otak kanan


O
1 Math, history, language Self, elaborates and increases variables
2 Vebal,limit sensory, input Nonverbal perception and
expressiveness
3 Sequential, measurable Spatial
4 Analityc Intuitive
5 Comperative Holistic
6 Relational Integrative
7 Referential Nonreferential
8 Linier Gestalt
9 Logical Imagery
10 Digital Better at depth perception, facial
recognition
11 Scientific, technological Mystical, humanistic

2.2 Pengertian Kreativitas


Barron(1982:253) mendefinisikan bahwa kreativitas adalah kemampuan
untuk menciptakan sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru disini bukan berarti
harus sama sekali baru, tetapi dapat juga sebagai kombinnasi dari unsur-unsur
yang telah ada sebelumnya .sedangakan (Utami Munandar, 1992: 47)
mendefinisikan kreativitas sebagai berikut. “kreativitas adalah kemampuan

2
yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir
serta kemampuan untuk mengolaborasi suatu gagasan”
Jadi yang dimaksud dengan kreativitas adalah ciri-ciri khas yang dimiliki
oleh individu yang menandai adanya kemampuan untuk menciptakan sesuatu
yang sama sekali baru atau kombinasi dari karya-karya yang telah ada
sebelumnya, menjadi suatu karya baru yang dilakukan melalui interaksi dengan
lingkungannya untuk menghadapi permasalahan, dan mencari alternatif
pemecahannya melalui cara-cara berpikir divergen

2.3 Pengertian Kreativitas Menurut Torrance

Seorang ahli yang sangat menekankan pentingnya dukungan faktor


lingkungan bagi berkembangnya kreativitas adalah Torrance (1981: 47). Ia
mengatakan bahwa agar potensi kreatif individu dapat diwujudkan, diperlukan
kekuatan-kekuatan pendorong dari luar yang didasari oleh potensi dalam diri
individu itu sendiri. Menurut Torrance (1981: 48), kreativitas itu bukan semata-
mata merupakan bakat kreatif atau kemampuan kreatif yang dibawa sejak lahir,
melainkan merupakan hasil dari hubungan interaktif dan dialektis antara
potensi kreatif individu dengan proses belajar dan pengalaman dari
lingkungannya.
Torrence (1981: 47) medefinisikan kreativitas itu sebagai proses
kemampuan memahamikesenjanga-kesenjangan-kesenjangan atau hambatan-
hambatan dalam hidupnya, merumuskan hipotesis-hipotesis baru, dan
mengomunikasikan hasil-hasilnya, serta sedapat mungkin memodifikasi dan
menguji hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan. Untuk dapat melakukan
semua itu diperlukan adanya dorongan dari lingkungan yang didasari oleh
potensi kreatif yang telah ada dalam dirinya. Dengan demikian, terjadi saling
menunjang antara faktor lingkungan dengan potensi kreatif yang telah dimiliki
sehingga dapat mempercepat berkembangnya kreativitas pada individu yang
bersangkutan.

2.4 Pendekatan Terhadap Kreativitas

Pendekatan dalam studi kreativitas dapat dibedakan menjadi dua jenis,


yaitu pendekatan psikologis dan pendekatan sosiologis (Torrance, 1981; Dedi
Supriadi, 1989). Pendekatan psikologis lebih melihat kreativitas dari segi
kekuatan yang ada dalam diri individu sebagai faktor-faktor yang menentukan
kreativitas. Salah satu pendekatan psikologis yang digunakan untuk
menjelaskan kreativitas adalah pendekatan holistik.
Clark (1988) menggunakan pendekatan holistic untuk menjelaskan konsep
kreativitas dengan berdasarkan pada fungsi-fungsi berpikir, merasa,

3
mengindra, dan intuisi. Clark menganggap bahwa kreativitas itu mencakup
sintesis dari fungsi-fungsi thinking, feeling, sensing, dan intuiting.
Thinking merupakan berpikir rasional dan dapat diukur serta
dikembangkan melalui latihan-latihan yang dilakukan secara sadar dan
sengaja. Feeling menunjuk pada suatu tingkat kesadaran yang melibatkan
segi emosional. Sensing menunjuk pada suatu keadaan ketika dengan
bakat yang ada diciptakan suatu produk baru yang dapat dilihat atau
didengar oleh orang lain. Intuiting menuntut adanya suatu tingkat
kesadaran yang tinggi yang dihasilkan dengan cara membayangkan,
berfantasi, dan melakukan terobosan ke daerah prasadr dan tak sadar.
Pendekatan sosiologis berasumsi bahwa kreativitas individu merupakan
hasil dari proses interaksi sosial, di mana individu dengan segala potensi
dan disposisi kepribadiannya dipengaruhi oleh lingkungan sosial tempat
individu itu berada, yang meliputi ekonomi, politik, kebudayaan, dan
peranan keluarga.
Upaya mempelajari kreativitas dengan menggunakan pendekatan
sosiologis, pertama-tama dilakukan oleh Kroeber pada tahun 1914 yang
kemudian dilaporkan dalam sebuah karyanya yang berjudul Configuration
of Culture (Dedi Supriadi, 1989: 84). Dalam menganalisisnya, Kroeber
menggunakan tiga konfigurasi, yaitu waktu, ruang, dan derajat prestasi
suatu peradaban. Berdasarkan analisis yang dilakukan, Kroeber
mengambil suatu kesimpulan bahwa munculnya orang-orang kreatif tinggi
dalam sejarah merupakan refleksi dari pola perkembangan nilai-nilai
sosial.
Penelitian yang dilakukan oleh Gray pada tahun 1958, 1961, dan 1966,
kembali menekankan dominannya peranan sosial dalam perkembangan
kreativitas (Dedi Supriadi, 1989: 85). Dengan focus perkembangan
kebudayaan Barat, Gray menemukan bahwa faktor-faktor ekonomi, sosial,
politik, dan peranan keluarga yang kondusif menentukan dinamika dan
irama perkembangan kreativitas. Penelitian Naroll dan kawan-kawan
(1971) yang dilakukan di India, Cina, Jepang, dan Negara-negara Islam
menunjukkan bahwa ada periode-periode tertentu dalam setiap
perkembangan kebudayaan yang dapat mendorong berkembangnya
kreativitas secara maksimal sehingga dapat muncul orang-orang kreatif.
Sebaliknya, ada juga periode-periode tertentu yang justru mengekang
berkembangnya kreativitas.
Arieti (1976) mengemukakan beberapa faktor sosiologis yang kondusif
bagi perkembangan kreativitas, yaitu
1. Tersedianya sarana-sarana kebudayaan,
2. Keterbukaan terhadap keragaman cara berpikir,
3. Adanya keleluasaan bagi berbagai media kebudayaan,
4. Adanya toleransi terhadap pandangan-pandangan yang divergen, dan

4
5. Adanya penghargaan yang memadai terhadap orang-orang yang
berprestasi.

2.5 Perkembangan Kreativitas


 Perkembangan kreativitas merupakan perkembangan proses
kognitif, maka kreativitas dapat ditinjau melalui proses perkembangan
kognitif berdasarkan teori yang diajukan oleh Jean Piaget yang dikutip
dari(Mohammad Ali, 2012). Menurut Jean Piaget ada empat tahap
perkembangan kognitif, yakni sebagai berikut:

1. Tahap Sensori-metoris
    Tahap ini dialami pada usia 0-2 tahun. Pada tahap ini anak berada dalam
suatu masa pertumbuhan yang ditandai oleh kecenderungan-
kecenderungan sensori-motoris yang amat jelas. Serta pada tahap ini pula
tindakan-tindakan anak masih berupa tindsakan-tindakan fisik yang
bersifat refleksif, pandangannya terhadap obyek masih belum permanen,
belum memiliki konsep tentang ruang dan waktu, belum memiliki konsep
tentang sebab-akibat, bentuk permainannya masih merupakan pengulangan
reflex-refleks, belum memiliki konsep tentang diri ruang dan belum
memiliki kemampuan berbahasa.
2. Tahap Praoperasional
    Tahap ini berlangsung pada usia 2-7 tahun. Tahap ini disebut tahap
intuisi sebab perkembangan kognitifnya memperlihatkan kecenderungan
yang ditandai oleh suasana intuitif. Dalam arti semua perbuatan
rasionalnya tidak didukung oleh pemikiran tetapi oleh unsure perasaan,
kecenderungan alamiah, sikap-sikap yang diperoleh dari orang-orang
bermakna, dan lingkungan sekitarnya.
3. Tahap Operasional Konkrit
Tahap ini berlangsung antara usia 7-11 tahun, pada tahap ini anak mulai
menyesuaikan diri dengan realitas konkrit dan sudah mulai berkembang
rasa ingin tahunya. Mengenai kreativitasnya, menurut Jean Piaget, juga
sudah mulai berkembang. Faktor-faktor yang memungkinkan semakin
berkembangnya kreativitas itu adalah :
1. Anak sudah mulai mampu untuk menampilkan operasi-operasi
mental.
2. Mulai mampu berpikir logis dalam bentuk yang sederhana.
3. Mulai berkembang kemampuan untuk memelihara identitas diri.
4. Konsep tentang ruang sudah semakin meluas.
5. Sudah amat menyadari akan adanya masa malu, masa kini, dan
masa yang akan datang.
6. Sudah mampu mengimajinasikan sesuatu, meskipun biasanya
masih memerlukan bantuan obyek-obyek konkrit.

5
4. Tahap Operasional Formal
    Tahap ini dialami oleh anak pada usia11 tahun ke atas. Pada masa ini
anak telah mampu mewujudkan suatu keseluruhan dalam pekerjaannya
yang merupakan hasil dari berpikir logis.

2.6 Tahap-Tahap Kreativitas

Kerja kreatif meminta menggunakan dan menyeimbangkan tiga


kemampuan -sintetik, analisis dan praktikal- yang semuanya bisa
dikembangkan. Kemampuan sintetik mampu membangkitkan ide baru dan
menarik. Seringkali seorang kreatif memiliki partikel berpikir sintetik yang
bagus menghubungkan antara sesuatu dengan hal lain dengan spontan. Tipikal
kemampuan analisis mempertimbangkan berpikir kritik, keterampilan analisis
dan ide evaluasi. Setiap orang kreatif memiliki ide menganalisis peristiwa baik
dan buruk. Kemampuan mengembangkan analisis pikirannya memungkinkan
mengejar ide jelek menjadi bagus. Menggunakan kemampuan analisis
mengeluarkan implikasi ide kreatif dan test. Kemampuan praktikal ialah
kemampuan menerjemahkan teori ke praktek dan ide-ide abstrak kepada
kecakapan praktikal. Implikasi dari penanaman teori kreatif ialah memiliki ide
yang sangat bagus tetapi mereka tidak bisa menjualnya. Orang kreatif
menggunakan kemampuannya meyakinkan orang lain bahwa idenya bisa
diterapkan.
Dalam proses berlangsungnya kreativitas, maka menurut Graham Wallas
menjelaskan beberapa tahap sebagai berikut;
1. Tahap pertama, yaitu tahap persiapan (preparation). Pada tahap ini ide datang
dan timbul dari berbagai kemungkinan. Namun biasanya ide itu berlangsung
dengan hadirnya suatu keterampilan, keahlian, atau ilmu pengetahuan tertentu
sebagai latar belakang atau sumber dari mana ide itu lahir.
2. Tahap kedua, yaitu Inkubasi (incubation). Dalam pengembangan kreativitas,
pada tahap ini diharapkan hadirnya suatu pemahaman serta kematangan
terhadap ide yang timbul. Berbagai teknik dalam menyegarkan dan
meningkatkan kesadaran itu, seperti meditasi, latihan peningkatan kreativitas,
dapat dilangsungkan untuk memudahkan “perembetan”, perluasan, dan
pendalaman ide.
3. Tahap tiga, yaitu iluminasi (illumination). Pada tahap ini terjadi komunikasi
terhadap hasilnya dengan orang yang signifikan bagi penemu, sehingga hasil
yang telah dicapai dapat lebih disempurnakan lagi.
4. Tahap empat, verfikasi (verification). Perbaikan dari perwujudan hasil
tanggung jawab terhadap hasil menjadi tahap akhir dari proses ini. Dimensi
dari perwujudan  karya kreatif dari proses ini. Dimensi dari perwujudan karya
kreatif untuk diteruskan kepada masyarakat yang lebih luas setelah perbaikan

6
dan penyempurnaan terhadap karyanya itu berlangsung. (Conny R. Semiawan,
1998)

2.7 Karakteristik Kreativitas


Piers (Adam, 1976) mengemukakan bahwa karakteristik kreativitas adalah
sebagai berikut.
1. Memiliki dorongan (drive) yang tinggi.
2. Memiliki keterlibatan yang tinggi.
3. Memiliki rasa ingin tahu yang besar.
4. Memiliki ketekunan yang tinggi.
5. Cenderung tidak puas terhadap kemapanan.
6. Penuh percaya diri.
7. Memiliki kemandirian yang tinggi.
8. Bebas dalam mengambil keputusan.
9. Menerima diri sendiri
10. Senang humor.
11. Memiliki intuisi yang tinggi
12. Cenderung tertarik kepada hal-hal yang kompleks.
13. Toleran terhadap ambiguitas.
14. bersifat sensitif.
Utami Munandar (1992) mengemukakan ciri-ciri kreativitas, antara lain sebagai
berikut.
1. Senang mencari pengalaman baru.
2. Memiliki keasyikan dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit.
3. Memiliki inisiatif.
4. Memiliki ketekunan yang tinggi.
5. Cenderung kritis terhadap orang lain.
6. Berani menyatakan pendapat dan keyakinannya.
7. Selalu ingin tahu.
8. Peka atau perasa.
9. Enerjik dan ulet.
10. Menyukai tugas-tugas yang majemuk.
11. Percaya kepada diri sendiri.
12. Mempunyai rasa humor.
13. Memiliki rasa keindahan.
14. Berwawasan masa depan dan penuh imajinasi.
Clark(1988) mengemukakan karakteristik kreativitas adalah sebagai berikut.
1. Memiliki kedisiplinan diri yang tinggi.
2. Memiliki kemandirian yang tinggi.
3. Cenderung sering menentang otoritas.
4. Memiliki rasa humor.
5. Mampu menentang tekanan kelompok.

7
6. Lebih mampu menyesuaikan diri.
7. Senang berpetualang.
8. Toleran terhadap ambiguitas.
9. Kurang toleran terhadap hal-hal yang membosankan.
10. Menyukai hal-hal yang kompleks.
11. Memiliki kemampuan berpikir divergen yang tinggi.
12. Memiliki memori dan atensi yang baik.
13. Memiliki wawasan yang luas.
14. Mampu berpikir periodik.
15. Memerlukan situasi yang mendukung.
16. Sensitif terhadap lingkungan.
17. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
18. Memiliki nilai estetik yang tinggi.
19. Lebih bebas dalam mengembangkan integrasi peran seks.
Sedangkan Torrance (1981) mengemukakan karakteristik kreativitas sebagai
berikut.
1. Memiliki rasa ingin tahu yang besar.
2. Tekun dan tidak mudah bosan.
3. Percaya diri dan mandiri.
4. Merasa tertantang oleh kemajukan atau kompleksitas.
5. Berani mengambil risiko.
6. Berpikir divergen.

2.8 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas


Kreativitas tidak dapat berkembang secara otomatis, tetapi membutuhkan
rangsangan dari lingkungan. Beberapa ahli mengemukakan faktor-faktor yang
memengaruhi perkembangan kreativitas.
Utami Munandar (1988) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
memengaruhi kreativitas adalah.
1. Usia;
2. Tingkat pendidikan orang tua;
3. Tersedianya fasilitas dan
4. Penggunaan waktu luang.

Clark (1983) mengategorikan faktor-faktor yang memengaruhi kreativitas


dalam dua kelompok, yaitu faktor yang mendukung dan faktor yang
menghambat. Faktor-faktor yang dapat mendukung perkembangan kreativitas
adalah sebagai berikut.
1. Situasi yang menghadirkan ketidaklengkapan serta keterbukaan.
2. Situasi yang memungkinkan dan mendorong timbulnya pertanyaan.
3. Situasi yang dapat mendorong dalam rangka menghasilkan sesuatu.
4. situasi yang mendorong tanggung jawab dan kemandirian.

8
5. situasi yang menekankan inisiatif diri untuk menggali, mengamati,
bertanya, merasa, mengklasifikasikan, mencatat, menerjemahkan,
memperkirakan, menguji hasil perkiraan, dan mengomunikasikan.
6. Kedwibahasaan yang memungkinkan untuk pengembangan potensi
kreativitas secara lebih luas karena akan memberikan pandangan dunia secara
lebih bervariasi, lebih fleksibel dalam menghadapi masalah, dan mampu
mengekspresikan dirinya dengan cara yang berbeda dari umumnya yang
dapat muncul dari pengalaman yang dimilikinya.
7. Posisi kelahiran.
8. Perhatian dari orangtua terhadap minat anaknya, stimulasi dari lingkungan
sekolahnya, dan motivasi diri.

Sedangkan faktor-faktor yang menghambat berkembangnya kreatifitas adalah


sebagai berikut.
1. Adanya kebutuhan akan keberhasilan,ketidakberanian dalam menanggung
risiko, atau upaya mengejar sesuatu yang belum diketahui.
2. Konformitas terhadap teman-teman kelompoknya dan tekanan sosial.
3. Kurang berani dalam melakukan eksplorasi, menggunakan imajinasi, dan
penyelidikan.
4. Stereotip peranseks atau jenis kelamin.
5. Diferensiasi antara bekerja dan bermain.
6. Otoritarianisme.
7. Tidak menghargai terhadap fantasi dan khayalan.
Miller dan Gerard (Adams dan Gullota,1979) mengemukakan adanya pengaruh
keluarga pada perkembangan kreativitas anak dan remaja sebagai berikut.
1. Orang tua yang memberikan rasa aman.
2. Orang tua mempunyai berbagai macam minat pada kegiatan didalam dan
diluar rumah.
3. Orang tua memberikan kepercayaan dan menghargai kemampuan anaknya.
4. Orang tua memberikan otonomi dan kebebasan anak.
5. Orang tua mendorong anak melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya.
Torrance (1981) juga menekankan pentingnya dukungan dan dorongan
dari lingkungan agar individu dapat berkembang kreativitasnya. Menurutnya
salah satu lingkungan yang pertama dan utama yang dapat mendukung atau
menghambat berkembangnya kreativitas adalah lingkungan keluarga, terutama
interaksi dalam keluarga tersebut.
Torrance(1981) mengemukakan lima bentuk interaksi orang tua dengan
anak atau remaja yang dapat mendorong berkembangnya kreativitas yaitu.
1. Menghormati pertanyaan-pertanyaan yang tidak lazim
2. Menghormati gagasan-gagasan imajinatif
3. Menunjukkan kepada anak atau remaja bahwa gagasan yang dikemukakan itu
bernilai

9
4. Memberikan kesempatan kepada anak atau remaja untuk belajar atas
prakarsanya sendiri dan memberikan reward kepadanya
5. Memberikan kesempatan kepada anak atau remaja untuk belajar dan
melakukan kegiatan-kegiatan tanpa suasana penilaian.
Torrance (1981) juga mengemukakan beberapa interaksi antara orang tua
dan anak (remaja) yang dapat menghambat berkembangnya kreativitas, yaitu
1. Terlalu dini untuk mengeliminasi fantasi anak
2. Membatasi rasa ingin tahu anak
3. Terlalu menekankan peran berdasarkan perbedaan jenis kelamin (sexual roles)
4. Terlalu banyak melarang anak
5. Terlalu menekankan kepada anak agar memiliki rasa malu
6. Terlalu menekankan pada keterampilan verbal tertentu;
7. Sering memberikan kritik yang bersifat destruktif.
Jadi menurut Torrance(1981), interaksi antara orang tua dengan anak atau
remaja yang dapat mendorong kreativitas bukanlah interaksi yang
didasarkan atas situasi stimulus respons, melainkan atas dasar hubungan
kehidupan sejati (a living relationship) dan saling tukar
pengalaman(coexperiencing).

2.9 Masalah Yang Sering Timbul Pada Anak Kreatif

Anak-anak kreatif, meskipun memiliki kemampuan atau kelebihan


dibandingkan dengan anak-anak pada umumnya, bukan berarti selalu mulus
dalam perkembangan psikologisnya. Disamping potensi kreatifnya itu jika tidak
mendapatkan penanganan secara baik justru seringkali menimbulkan masalah
pada dirinya. Berkenaan dengan ini. Dedi Supriadi (1994) mengemukakan
sejumlah masalah yang sering timbul atau dialami oleh anak-anak kreatif, yaitu
sebagai berikut.
1. Pilihan karier yang tidak realistis
Anak-anak kreatif sering kali cenderung memiliki pilihan karier
yang tidak realistis, kurang populer, dan tidak lazim. Merka juga memiliki
banyak alternatif dalam menentukan karier yang akan ditempuhnya dan
bahkan cenderung berubah-ubah. Kondisi psikologis seperti ini jika tidak
mendapatkan bimbingan secara baik dapat mengarahkan dirinya kepada
pilihan karier yang kurang tepat. Akibatnya, dapat menimbulkan frustasi
jika pilihannya tidak disadari oleh pemahaman yang cukup mengenai jenis
karier yang akan dipilihnya.
2. Hubungan dengan guru dan teman sebaya
Anak-anak kreatif kadang-kadang mengalami hambatan. Mereka
cenderung kritis, memiliki pendapatnya sendiri, berani mengemukakan
ketidaksetujuannya terhadap pemikiran orang lain tidak mudah percaya,

10
memiliki keinginan yang seringkali berbeda dengan teman-teman pada
umumnya, serta tidak begitu senang untuk melekatkan diri kepada otoritas.
3. Perkembangan yang tidak selaras
Jika lingkungannya tidak dapat mengakomodasi keunggulan
potensi kreatifnya itu, dapat muncul masaalah dalam diri anak-anak kretif.
Masalah yang timbul disebut dengan istilah uneven development
(perkembangan yang tidak selaras) antara kematangan intelektual dengan
perkembangan aspek-aspek emosional dan sosialnya.
4. Tiadanya tokoh-tokoh ideal
Anak-anak kreatif cenderung memiliki tokoh-tokoh orang besar
yang sangat diidealkan dalam hidupnya. Tokoh-tokoh ideal bisa berada
dekat di lingkungan sekitarnya, tetapi dapt juga berada di tempat yang jauh
dan sulit dijangkau. Jika tokoh idealnya berada di tempat yang jauh dan
sulit dijangku. Jika tokoh idealnya berada ditempat yang jauh, anak-anak
kreatif cenderung berusaha untuk dapat menjangkau melalui cara mereka
sendiri. Kelangkaan tokoh ideal karena kelangkaan informasi dapat
mengakibatkan anak-anak kreatif tersesat kepada pilihan tokoh ideal yang
salah.

2.10 Upaya Membantu Perkembangan Kreativitas dan Implikasinya


dalam Pendidikan
Sesungguhnya anak-anak kreatif kedudukannya sama saja dengan anak-
anak biasa lainnya. Namun, karena potensi kreatifnya itu, mereka sangat
memerlukan perhatian khusus di sini bukan berarti mereka harus mendapatkan
perlakuan istimewa, melainkan harus mendapatkan bimbingan sesuai dengan
potensi kreatifnya agar tidak sia-sia. Kelemahan pendidikan selama ini dalam
konteksnya dengan pengembangan potensi kreatif anak, menurut Gowan
(1981),adalah kurangnya perhatian terhadap pengembangan fungsi belahan
otak kanan.
Oleh karena itu, sistem pendidikan hendaknya memperhatikan kurikulum
yang akan diolah menjadi materi yang dapat dikembalikan kepada fungsi-
fungsi pengembangan dari kedua belahan otak manusia tersebut. Terlalu
menekankan pada fungsi satu belahan otak saja menyebabkan fungsi belahan
otak yang lain tidak berkembang secara maksimal.
Sifat relasi bantuan untuk membimbing anak-anak kreatif, menurut Dedi
Supriadi (1994), sebenarnya sama saja dengan relasi untuk anak-anak pada
umumnya. Hanya saja, idealnya para guru dan pembimbing mengetahui
mekanisme proses kreatif dan manifestasi perilaku kreatif. Dalam konteks
relasi dengan anak-anak kreatif ini, Torrance (1977) menamakan relasi bantuan
itu dengan istilah creative relationship yang memiliki karakteristik sebagai
berikut.

11
1. Pembimbing berusaha memahami berusaha memahami pikiran dan
perasaan anak.
2. Pembimbing mendorong anak untuk mengungkapkan gagasan-
gagasannya tanpa mengalami hambatan.
3. Pembimbing lebih menekankan pada proses daripada hasil sehingga
Pembimbing di tuntut mampu memandang permasalahan anak sebagai
bagian dari keseluruhan dinamika perkembangan dirinya.
4. Pembimbing berusaha menciptakan lingkungan yang bersahabat, bebas
dari ancaman, dan suasana saling menghargai.
5. Pembimbing tidak memaksakan pendapat, pandangan, atau nilai-nilai
tertentu kepada anak.
6. Pembimbing berusaha mengeksplorasi segi-segi positif yang dimiliki
anak dan bukan sebaliknya mencari-cari kesalahan anak.
7. Pembimbing berusaha menempatkan aspek berpikir dan perasaan secara
seimbang dalam proses bimbingan.
Supriadi (1994) mengemukakan sejumlah bantuan yang dapat digunakan
untuk membimbing perkembangan anak-anak kreatif, yaitu :
1. Menciptakan rasa aman kepada anak untuk mengekspresikan kreativitasnya
2. Mengakui dan menghargai gagasan-gagasan anak
3. Menjadi pendorong bagi anak untuk mengomunikasikan dan mewujudkan
gagasan-gagasan nya.
4. Membantu anak memahami dalam berpikir dan bersikap, dan bukan malah
menghukumnya
5. Memberikan peluang untuk mengomunikasikan gagasan-gagasannya
6. Memberikan informasi mengenai peluang-peluang yang tersedia.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kreativitas amatlah penting dalam kehidupan, untuk menangani masalah-


masalah yang kan datang dalam kehidupan kita. Kita memang dituntut untuk
untuk berfikir kreatif, maka dari itu kita harus mengembangkan kreativitas kita
dan juga orang lain.

3.2 Saran

Menurut saya, para orang tua maupun guru harus memberikan perhatian
khusus untuk peserta didik dalam hal kreativitas dan juga mengembangkan
kemampuan otak kanan agar seimbang dengan kemampuan otak kiri. Karena
kebanyakan guru dan orangtua lebih memikirkan kemempuan berhitung dari
pada kemampuan berpikir kreatif dari peserta didik yang berakibatkan peserta
didik tidak dapat berpikir kritis dan kreativ di dalam lingkungan sekolah dan di
lingkungan sekolah.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad dan Asrori, Mohammad. 2008.PSIKOLOGI REMAJA:


Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.

Springer, S.P dan Deutsch, 1981

14

Anda mungkin juga menyukai

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy