Keadilan Dalam Bisnis

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KEADILAN DALAM BISNIS

FILSAFAT BISNIS

Disusun oleh :
Firnanda Dwi Aprilia / 21042010043

Dosen pembimbing :
Dr. Acep Samsudin, M.M, M.A

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA

TIMUR FAKULTAS ILMU SOSIAL & ILMU POLITIK PROGRAM

STUDI ADMINISTRASI BISNIS 2021

0
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Keadilan Dalam
Berbisnis" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat Bisnis. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang bagaimana konsep keadilan
dalam berbisnis bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Acep Samsudim, M.M, M.A
selaku Dosen mata kuliah Filsafat Bisnis dimana tugas yang telah diberikan ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 1


DAFTAR ISI...................................................................................................................... 2
BAB 1 ................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 3
BAB 2 ................................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 4
2.1 Konsep keadilan ...................................................................................................... 4
2.2 Macam macam keadilan......................................................................................... 7
2.3 Sumber sumber keadilan........................................................................................ 8
2.4 Keadilan dalam perspektif agama ......................................................................... 9
2.5 Keadilan dalam perspektif negara ...................................................................... 10
2.6 Keadilan dalam perspektif bisnis ........................................................................ 11
BAB 3 ............................................................................................................................. 113
PENUTUP ........................................................................................................................ 13
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 14

2
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kaitan dengan keterlibatan sosial, tanggung jawab sosial perusahaan
berkaitan langsung dengan penciptaan atau perbaikan kondisi sosial ekonomi yang
semakin sejahtera dan merata. Tidak hanya dalam pengertian bahwa terwujudnya
keadilan akan menciptakan stabilitas sosial yang akan menunjang kegiatan bisnis,
melainkan juga dalam pengertian bahwa sejauh prinsip keadilan dijalankan akan
lahir wajah bisnis yang lebih baik dan etis. Tidak mengherankan bahwa hingga
sekarang keadilan selalu menjadi salah satu topic penting dalam etika bisnis.
Masalah keadilan berkaitan secara timbal balik dengan kegiatan bisnis, khususnya
bisnis yang baik dan etis. Terwujudnya keadilan masyarakat, akan melahirkan
kondisi yang baik dan kondusif bagi kelangsungan bisnis. Praktik bisnis yang baik,
etis, dan adil akan mewujudkan keadilan dalam masyarakat. Sebaliknya
ketidakadilan yang merajalela akan menimbulkan gejolak sosial yang meresahkan
para pelaku bisnis. Dalam kaitan dengan keterlibatan sosial, tanggung jawab sosial
perusahaan berkaitan langsung dengan penciptaan atau perbaikan kondisi sosial
ekonomi yang semakin sejahtera dan merata. Tidak hanya dalam pengertian bahwa
terwujudnya keadilan akan menciptakan stabilitas sosial yang akan menunjang
kegiatan bisnis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Konsep keadilan
2. Macam macam keadilan
3. Sumber sumber keadilan
4. Keadilan dalam persepektif agama
5. Keadilan dalam perspektif negara
6. Keadilan dalam perspektif bisnis

3
BAB 2

PEMBAHASAN
2.1 Konsep keadilan
Keadilan merupakan sesuatu yang abstrak berada dalam dunia sollen tumbuh secara
filsafati dalam alam hayal manusia, namun tidak bisa diingkari bahwa semua orang
mendambakan keadilan. Di dalam Ilmu hukum keadilan itu merupakan ide dan
tujuan hukum namun secara pasti dan gramatikal keadilan itu tidak dapat
didefinisikan oleh ilmu hukum, oleh karenanya keadilan harus dikaji dari sudut
pandang teoritik dan filosofis. Atas dasar hal tersebut dalam tulisan yang singkat
ini akan dibahas mengenai keadilan secara konseptual yang ditinjau dari sudut
kajian filosofis yang pembahasannya difokuskan pada konsep keadilan menurut
pemikiran klasik dan konsep keadilan menurut pemikiran zaman modern

a. Konsep keadilan menurut pemikiran klasik


Teori-teori yang mengkaji masalah keadilan secara mendalam telah
dilakukan sejak zaman Yunani kuno. Konsep keadilan pada masa itu,berasal
dari pemikiran tentang sikap atau perilaku manusia terhadap sesamanya dan
terhadap alam lingkungannya, pemikiran tersebut dilakukan oleh kalangan
filosof. f. Inti dari berbagai pemikiran filsafat itu terdiri dari berbagai obyek yang
dapat dibagi kedalam dua golongan. Pertama objek materia dan objek forma.
Salah satu diantara teori keadilan adalah teori keadilan dari Plato yang
menekankan pada harmoni atau keselarasan. Plato mendefinisikan keadilan
sebagai “the supreme virtue of the good state”, sedang orang yang adil
adalah “the self diciplined man whose passions are controlled by reasson”.
Bagi Plato keadilan tidak dihubungkan secara langsung dengan hukum.
Baginya keadilan dan tata hukum merupakan substansi umum dari suatu
masyarakat yang membuat dan menjaga kesatuannya. Dalam konsep Plato
tentang keadilan dikenal adanya keadilan individual dan keadilan dalam
negara. Untuk menemukan pengertian yang benar mengenai keadilan
individual, terlebih dahulu harus ditemukan sifat-sifat dasar dari keadilan
itu dalam negara. Konsepsi keadilan Plato yang demikian ini dirumuskan

4
dalam ungkapan “giving each man his due” yaitu memberikan kepada setiap
orang apa yang menjadi haknya. Untuk itu hukum perlu ditegakkan dan
Undangundang perlu dibuat. Dalam kaitannya dengan hukum, obyek
materianya adalah masalah nilai keadilan sebagai inti dari asas perlindungan
hukum, sedangkan obyek formanya adalah sudut pandang normatif yuridis
dengan maksud menemukan prinsip dasar yang dapat diterapkan untuk
menyelesaikan masalah yang timbul di bidang penggunaan nilai keadilan
dimaksud. Dari ungkapan di atas, terlihat dengan jelas Plato memandang
suatu masalah yang memerlukan pengaturan dengan undang-undang harus
mencerminkan rasa keadilan. Pembahasan yang lebih rinci mengenai
konsep keadilan dikemukakan olehAristoteles. Jika Plato menekankan
teorinya pada keharmonisan atau keselarasan, Aristoteles menekankan
teorinya pada perimbangan atau proporsi. Menurutnya di dalam negara
segala sesuatunya harus diarahkan pada cita-cita yang mulia yaitu kebaikan
dan kebaikan itu harus terlihat lewat keadilan dan kebenaran. Teori keadilan
Aristoteles berdasar pada prinsip persamaan. Dalam versi modern teori itu
dirumuskan dengan ungkapan bahwa keadilan terlaksana bila hal-hal yang
sama diperlukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama diperlakukan
secara tidak sama. Aristoteles membedakan keadilan menjadi keadilan
distributif dan keadilan komutatif. Keadilan distributif adalah keadilan yang
menuntut bahwa setiap orang mendapat apa yang menjadi haknya, jadi
sifatnya proporsional. Di sini yang dinilai adil adalah apabila setiap orang
mendapatkan apa yang menjadi haknya secara proporsional. Keadilan
distributif berkenaan dengan penentuan hak dan pembagian hak yang adil
dalam hubungan antara masyarakat dengan negara, dalam arti apa yang
seharusnya diberikan oleh negara kepada warganya.Sebaliknya keadilan
komutatif menyangkut mengenai masalah penentuan hak yang adil di antara
beberapa manusia pribadi yang setara, baik diantara manusia pribadi fisik
maupun antara pribadi non fisik. Dari konstruksi konsep keadilan
Aristoteles tersebut, dapat ditarik benang merah bahwa keadilan distributif
merupakan tugas dari pemerintah kepada warganya untuk menentukan apa

5
yang dapat dituntut oleh warga negara dalam negaranya. Konstruksi
keadilan yang demikian ini membebankan kewajiban bagi pembentuk
Undang-undang untuk memperhatikannya dalam merumuskan konsep
keadilan kedalam suatu Undang-undang.
b. Konsep keadilan menurut pemikiran zaman modern
Konsep keadilan pada jaman modern diwarnai dengan berkembangnya
pemikiran-pemikiran tentang kebebasan, antara lain munculnya aliran
liberalisme yaitu suatu aliran yang tumbuh di dunia barat pada awal abab
ke-XVII Masehi. Aliran ini mendasarkan diri pada nilai-nilai dalam ajaran
etika dari mazhab Stoa khususnya individualisme, sanksi moral dan
penggunaan akal. Dalam bidang politik dianut konsepsi tentang
pemerintahan demokrasi yang dapat menjamin tercapainya kebebasan.
Tradisi liberalisme sangat menekankan kemerdekaan individu. Dalam
konteks kebebasan tersebut, di dalam konsepsi liberalisme terkandung cita
toleransi dan kebebasan hati nurani. Bagi kaum liberalis keadilan adalah
ketertiban dari kebebasan atau bahkan realisasi dari kebebasan itu sendiri.
Teori keadilan kaum liberalis dibangun di atas dua keyakinan. Pertama,
manusia menurut sifat dasarnya adalah makhluk moral. Kedua, ada aturan-
aturan yang berdiri sendiri yang harus dipatuhi manusia untuk mewujudkan
dirinya sebagai pelaku moral. Berdasarkan hal ini keadilan dipahami
sebagai suatu ketertiban rasional yang di dalamnya hukum alamiah ditaati
dan sifat dasar manusia diwujudkan. Berbeda dengan kaum liberal,
penganut utilitarianisme menolak digunakannya ide hukum alam dan suara
akal dalam teori mereka. Konsep keadilan pada aliran ini didasarkan pada
asas kemanfaatan dan kepentingan manusia. Keadilan mempunyai ciri
sebagai suatu kebajikan yang sepenuhnya ditentukan oleh kemanfaatannya,
yaitu kemampuannya menghasilkan kesenangan yang terbesar bagi orang
banyak. Berbeda dengan kaum liberal, penganut utilitarianisme menolak
digunakannya ide hukum alam dan suara akal dalam teori mereka. Konsep
keadilan pada aliran ini didasarkan pada asas kemanfaatan dan kepentingan
manusia. Keadilan mempunyai ciri sebagai suatu kebajikan yang

6
sepenuhnya ditentukan oleh kemanfaatannya, yaitu kemampuannya
menghasilkan kesenangan yang terbesar bagi orang banyak.

2.2 Macam macam keadilan


Jenis keadilan menurut Aristoteles adalah sebagai berikut

Keadilan komunikatif

Keadilan ini menunjukkan bahwa keadilan menurut Aristoteles dideskripsikan


sebagai bentuk perlakuan dari seseorang atau satu pihak kepada orang lain tanpa
melihat jasa-jasa yang diberikan oleh seseorang tersebut sebelumnya. Contoh
penerapan teori ini dapat kita lihat pada pemberian sanksi sesuai hukum yang
berlaku kepada pejabat yang terbukti melakukan tindakan korupsi. Meskipun
pejabat tersebut telah memiliki jasa yang besar untuk perkembangan masyarakat, ia
tetap dijatuhi hukuman yang setimpal karena kesalahannya.

Keadilan distributif

Keadilan menurut Aristoteles dijelaskan sebagai perlakuan yang diberikan atau


diterapkan untuk seseorang karena jasa yang telah diberikan. Contoh penerapan
keadilan distributif dapat dilihat dari pemberian Nobel Peace Prize kepada orang-
orang yang telah berjasa demi kedamaian dunia.

Keadilan kodrat alam

Aristoteles menggambarkan keadilan sebagai perlakuan yang diberikan terhadap


seseorang yang mana perlakuan tersebut disesuaikan dengan hukum alam. Salah
satu contoh teori keadilan kodrat alam dapat kita lihat dari hukum tabur-tuai, di
mana terdapat ungkapan “apa yang kamu tabur, itu yang kamu tuai”, artinya jika
kita melakukan hal yang baik kepada orang lain, kita pun akan menerima hal yang
baik pula. Atau jika kita membantu orang lain saat kesulitan, kita pun akan dibantu
oleh orang lain juga saat kita mengalami kesulitan.

Keadilan konvensional

7
Menurut Aristoteles adalah bentuk keadilan yang terjadi ketika seseorang telah
mematuhi peraturan. Pada teori keadilan konvensional, peraturan yang dimaksud
merujuk pada peraturan perundang-undangan. Contoh bentuk keadilan
konvensional adalah pemberian perlindungan yang didapat oleh warga negara yang
mematuhi peraturan dan sanksi yang didapat jika peraturan tersebut dilanggar.

Keadilan perbaikan

Di sini, keadilan menurut Aristoteles digambarkan sebagai keadilan yang


diterapkan ketika seseorang mencemarkan nama baik orang lain. Salah satu contoh
kecil dari bentuk keadilan ini adalah permintaan maaf yang diterima seseorang dari
orang lain karena namanya telah dicemarkan.

2.3 Sumber sumber keadilan


Gagasan plato tentang keadilan ditransformasikan oleh Agustinus menjadi suatu
konsepsi yang religius. Bagi Agustinus hakekat keadilan ialah adanya relasi yang
tepat dan benar antara manusia dengan Tuhan, oleh sebab itu keadilan adalah suatu
yang paling hakiki dalam bernegara dan keadilan itu hanya dapat terlaksana dalam
kerajaan Ilahi yang merupakan gudang dari keadilan. Tuhan adalah sumber
keadilan yang sesungguhnya, oleh sebab itu apabila seseorang memiliki hubungan
yang baik dan benar dengan Tuhan maka ia akan dipenuhi oleh kebenaran dan
keadilan. Konsep keadilan yang bersifat religius dari Agustinus kemudian diperluas
oleh Thomas Aquinas. Jika dalam konsepsi Agustinus keadilan hanya diperoleh
dalam kerajaan Ilalhi yang perwujudannya di muka bumi dijalankan oleh Gereja,
maka Thomas Aquinas mengakui adanya persekutuan lain di samping gereja yang
bertugas memajukan keadilan yakni negara. oleh karena itu Thomas Aquinas
membedakan keadilan kepada keadilan Ilahi dan keadilan manusiawi, namun tidak
boleh ada pertentangan antara kekuasaan gereja dan kekuasaan duniawi. Dengan
demikian konsep keadilan yang ditetapkan oleh ajaran agama, sepenuhnya sesuai
dengan suara akal manusia sebagaimana terdapat dalam hukum alam. Sahnya
hukum selalu digantungkan pada kesesuaiannya dengan hukum atau keadilan
alamiah.

8
Selain itu Dilihat dari sumbernya keadilan dapat diklasifikasikan menjadi dua;
keadilan positif dan keadilan revelasional. Keadilan positif adalah konsep-konsep
produk manusia yang dirumuskan berdasarkan kepentingan-kepentingan individual
maupun kepentingan kolektif mereka. Skala skala keadilan dalam hal ini
berkembang melalui persetujuan-persetujuan diam-diam maupun tindakan formal
singkatnya, keadilan jenis ini merupakan produk interaksi antara harapan-harapan
dan kondisi yang ada. Sedangkan keadilan revelasional adalah keadilan yang
bersumber dari Tuhan yang disebut dengan keadilan Ilahi. Keadilan ini dianggap
berlaku bagi seluruh manusia, terutama bagi pemeluk agama yang taat. (Majid
Khadduri, 1999:1).

2.4 Keadilan dalam perspektif agama


Awal kemunculan agama Islam diabad pertengahan membawa pengaruh yang
sangat besar terhadap perubahan tatanan kehidupan masyarakat. Dimana Islam
sangatlah menjunjung tinggi nilai keadilan. Nilai keadilan yang diterapkan dalam
setiap aspek kehidupan. Keadilan merupakan suatu ciri utama dalam ajaran
Islam.setiap orang muslim akan memperoleh hak dan kewajibannya secara sama.
Berdasarkan pada hakekat manusia yang derajatnya sama antara satu mukmin
dengan mukmin yang lain. Dan yang membedakan hanyalah tingkat ketakwaan dari
setiap mukmin tersebut. Hak dan kewajiban yang sama-sama digadang-gadang oleh
setiap manusia memiliki makna yang berbeda-beda. Sehingga suatu konsepsi
keadilan dalam menentukan hak dan kewajiban manusia sangatlah berpengaruh.
Dimana dengan tegaknya suatu keadilan akan membuat setiap orang merasa aman
dan nyaman. Keadilan dalam hal ini tersurat dalam landasan hukum Islam baik yang
tertera di dalam Al-Qur‟an maupun dalam Al-Hadist. Keadilan merupakan tujuan
dari salah satu prinsip dasar dalam Islam. Keadilan sekaligus merupakan pilar
terpenting dalam ekonomi Islam. Penegakkan keadialan telah ditekankan oleh
Alquran sebagai misi utama para Nabi yang telah diutus Allah, termasuk
penegakkan keadilan ekonomi dan penghapusan kesenjangan pendapatan. Islam
menjadikan antara keimanan dan keadilan tidak terpisah. Orang yang imannya

9
benar dan berfungsi dengan baik akan selalu berlaku adil terhadap sesamanya. Hal
ini tergamabar dengan sangat jelas dalam Alquran. Keadilan adalah perbuatan yang
paling takwa atau keinsyafan ketuhanan dalam diri manusia. Sehingga orang yang
adila adalah orang yang bertaqwa.

2.5 Keadilan dalam perspektif negara


Sesuai dengan pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (UUD 1945) alinea pertama yang menyatakan, “Bahwa sesungguhnya
kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di
atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-
keadilan”. Penjajahan yang mengakibatkan terampasnya kemerdekaan sebagai hak
fundamental tersebut, menurut mereka, merupakan perbuatan yang tidak sesuai
dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan. Dengan demikian maka terbangunlah
tekad yang bulat untuk berjuang menghapuskan penjajahan di dunia, yang lebih
khusus lagi adalah penjajahan yang terjadi di bumi persada nusantara sebagai
tempat dan sumber kehidupan mereka sejak semula ada. Dalam melaksanakan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, manusia tak bisa terlepas dari
kewajiban melaksanakan hukum. Tingginya peranan hukum dalam mengatur
kehidupan masyarakat menjadikan hukum sebagai acuan dalam aplikasi kedaulatan
hukum. Dalam penyelenggaraan pemerintahan sebuah negara, hukum memegang
peranan krusial dalam menjamin penyelenggaraan negara yang berkeadilan.
Keadilan merupakan ukuran dalam menentukan kesepakatan mengenai kebenaran
dan kesalahan yang berlaku di masyarakat dalam sebuah negara. Hukum memiliki
kekuasaan penuh dalam mengatur aplikasi keadilan dalam penyelenggaraan negara.
Artinya, suatu pemerintahan dalam negara didasarkan atas hukum dan menjunjung
tinggi hukum sebagai dasar bersikap dan berperilaku. Keadilan sosial merupakan
tampilan lain dari keadilan. Seperti juga hukum, konsep mengenai keadilan telah
dikemukakan oleh banyak ahli sesuai sudut pandang masing-masing, namun
substansinya adalah mengenai sikap moral yang benar terkait dengan hubungan
antar manusia dalam kehidupan bersama di dalam masyarakat atau negara.

10
2.6 Keadilan dalam perspektif bisnis
Keadilan dalam bisnis adalah suatu hal yang harus dipatuhi oleh para perusahaan.

Dalam kaitan dengan keterlibatan sosial, tanggung jawab sosial perusahaan


berkaitan langsung dengan penciptaan atau perbaikan kondisi sosial ekonomi yang
semakin sejahtera dan merata. Tidak hanya dalam pengertian bahwa terwujudnya
keadilan akan menciptakan stabilitas sosial yang akan menunjang kegiatan bisnis,
melainkan juga dalam pengertian bahwa sejauh prinsip keadilan dijalankan akan
lahir wajah bisnis yang lebih baik dan etis. Keadilan menurut John Raws (Priyono,
1993: 35), adalah ukuran yang harus diberikan untuk mencapai keseimbangan
antara kepentingan pribadi dan kepentingan bersama. Ada tiga prinsip keadilan
yaitu : (1) kebebasan yang sama yang sebesar-besarnya,(2) perbedaan, (3)
persamaan yang adil atas kesempatan.

Secara etimologi, bisnis berarti keadaan dimana seseorang atau sekelompok


orangsibuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan. Kata “bisnis”
sendiri memiliki tiga penggunaan, tergantung skupnya penggunaan singular kata
bisnis dapat merujuk pada badan usaha, yaitu kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan
ekonomis yang bertujuan mencari laba atau keuntungan. Dalam ilmu ekonomi,
bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau
bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara historis kata bisnis dari bahasa
Inggris business, dari kata dasar busy yang berarti "sibuk"dalam konteks individu,
komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan
pekerjaan yang mendatangkan keuntungan.

Kaitannya dengan lingkup tanggung jawab sosial perusahaan, terlihat jelas pada
akhirnya tanggung jawab sosial perusahaan mempunyai kaitan erat dengan
penegakan keadilan dalam masyarakat maupun bisnis. Keadilan pada umumnya
adalah keadaan atau situasi dimana setiap orang memperoleh apa yang menjadi
haknya dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dari kekayaan kita
bersama. Dengan demikian berarti keadilan adalah keseimbangan antara hak dan
kewajiban. Berbuat adil berarti menghargai dan menjungjung tinggi harkat dan

11
martabat manusia, sebaliknya berbuat tidak adil berarti menginjak injak harkat dan
martabat manusia

12
BAB 3

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keadilan merupakan situasi di mana setiap orang memperoleh apa yang menjadi
haknya dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dari kekayaan kita besama.
Dengan demikian berarti keadilan adalah keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Berbuat adil berarti menghargai dan menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia, sebaliknya berbuat tidak adil berarti menginjak-injak harkat dan martabat
manusia.

Di dalam melaksanakan keadilan, terutama dalam keadilan dalam bisnis,


terwujudnya keadilan dalam tiap individu pelaku bisnis, akan melahirkan kondisi
yang baik dan kondusif bagi kelangsungan bisnis. Praktik bisnis yang baik, etis, dan
adil akan mewujudkan keadilan dlm masyarakat. Sebaliknya ketidakadilan yang
merajalela akan menimbulkan gejolak sosial yang meresahkan para pelaku bisnis.

13
DAFTAR PUSTAKA
https://customslawyer.wordpress.com/2014/06/21/keadilan-dalam-perspektif-islam/

https://www.pa-purworejo.go.id/berita/artikel-peradilan/180-konsep-keadilan-
menurut-al-quran

https://www.academia.edu/37567982/KEADILAN_DALAM_BISNIS

https://www.scribd.com/doc/301200745/Pengertian-Keadilan-Menurut-Definisi-Para-
Ahli-docx

https://jurnal.uns.ac.id/yustisia/article/view/11106

https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mimbar/article/view/78/1553

14

Anda mungkin juga menyukai

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy