Keadilan Dalam Bisnis
Keadilan Dalam Bisnis
Keadilan Dalam Bisnis
FILSAFAT BISNIS
Disusun oleh :
Firnanda Dwi Aprilia / 21042010043
Dosen pembimbing :
Dr. Acep Samsudin, M.M, M.A
0
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Keadilan Dalam
Berbisnis" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat Bisnis. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang bagaimana konsep keadilan
dalam berbisnis bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Acep Samsudim, M.M, M.A
selaku Dosen mata kuliah Filsafat Bisnis dimana tugas yang telah diberikan ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
1
DAFTAR ISI
2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kaitan dengan keterlibatan sosial, tanggung jawab sosial perusahaan
berkaitan langsung dengan penciptaan atau perbaikan kondisi sosial ekonomi yang
semakin sejahtera dan merata. Tidak hanya dalam pengertian bahwa terwujudnya
keadilan akan menciptakan stabilitas sosial yang akan menunjang kegiatan bisnis,
melainkan juga dalam pengertian bahwa sejauh prinsip keadilan dijalankan akan
lahir wajah bisnis yang lebih baik dan etis. Tidak mengherankan bahwa hingga
sekarang keadilan selalu menjadi salah satu topic penting dalam etika bisnis.
Masalah keadilan berkaitan secara timbal balik dengan kegiatan bisnis, khususnya
bisnis yang baik dan etis. Terwujudnya keadilan masyarakat, akan melahirkan
kondisi yang baik dan kondusif bagi kelangsungan bisnis. Praktik bisnis yang baik,
etis, dan adil akan mewujudkan keadilan dalam masyarakat. Sebaliknya
ketidakadilan yang merajalela akan menimbulkan gejolak sosial yang meresahkan
para pelaku bisnis. Dalam kaitan dengan keterlibatan sosial, tanggung jawab sosial
perusahaan berkaitan langsung dengan penciptaan atau perbaikan kondisi sosial
ekonomi yang semakin sejahtera dan merata. Tidak hanya dalam pengertian bahwa
terwujudnya keadilan akan menciptakan stabilitas sosial yang akan menunjang
kegiatan bisnis.
3
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Konsep keadilan
Keadilan merupakan sesuatu yang abstrak berada dalam dunia sollen tumbuh secara
filsafati dalam alam hayal manusia, namun tidak bisa diingkari bahwa semua orang
mendambakan keadilan. Di dalam Ilmu hukum keadilan itu merupakan ide dan
tujuan hukum namun secara pasti dan gramatikal keadilan itu tidak dapat
didefinisikan oleh ilmu hukum, oleh karenanya keadilan harus dikaji dari sudut
pandang teoritik dan filosofis. Atas dasar hal tersebut dalam tulisan yang singkat
ini akan dibahas mengenai keadilan secara konseptual yang ditinjau dari sudut
kajian filosofis yang pembahasannya difokuskan pada konsep keadilan menurut
pemikiran klasik dan konsep keadilan menurut pemikiran zaman modern
4
dalam ungkapan “giving each man his due” yaitu memberikan kepada setiap
orang apa yang menjadi haknya. Untuk itu hukum perlu ditegakkan dan
Undangundang perlu dibuat. Dalam kaitannya dengan hukum, obyek
materianya adalah masalah nilai keadilan sebagai inti dari asas perlindungan
hukum, sedangkan obyek formanya adalah sudut pandang normatif yuridis
dengan maksud menemukan prinsip dasar yang dapat diterapkan untuk
menyelesaikan masalah yang timbul di bidang penggunaan nilai keadilan
dimaksud. Dari ungkapan di atas, terlihat dengan jelas Plato memandang
suatu masalah yang memerlukan pengaturan dengan undang-undang harus
mencerminkan rasa keadilan. Pembahasan yang lebih rinci mengenai
konsep keadilan dikemukakan olehAristoteles. Jika Plato menekankan
teorinya pada keharmonisan atau keselarasan, Aristoteles menekankan
teorinya pada perimbangan atau proporsi. Menurutnya di dalam negara
segala sesuatunya harus diarahkan pada cita-cita yang mulia yaitu kebaikan
dan kebaikan itu harus terlihat lewat keadilan dan kebenaran. Teori keadilan
Aristoteles berdasar pada prinsip persamaan. Dalam versi modern teori itu
dirumuskan dengan ungkapan bahwa keadilan terlaksana bila hal-hal yang
sama diperlukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama diperlakukan
secara tidak sama. Aristoteles membedakan keadilan menjadi keadilan
distributif dan keadilan komutatif. Keadilan distributif adalah keadilan yang
menuntut bahwa setiap orang mendapat apa yang menjadi haknya, jadi
sifatnya proporsional. Di sini yang dinilai adil adalah apabila setiap orang
mendapatkan apa yang menjadi haknya secara proporsional. Keadilan
distributif berkenaan dengan penentuan hak dan pembagian hak yang adil
dalam hubungan antara masyarakat dengan negara, dalam arti apa yang
seharusnya diberikan oleh negara kepada warganya.Sebaliknya keadilan
komutatif menyangkut mengenai masalah penentuan hak yang adil di antara
beberapa manusia pribadi yang setara, baik diantara manusia pribadi fisik
maupun antara pribadi non fisik. Dari konstruksi konsep keadilan
Aristoteles tersebut, dapat ditarik benang merah bahwa keadilan distributif
merupakan tugas dari pemerintah kepada warganya untuk menentukan apa
5
yang dapat dituntut oleh warga negara dalam negaranya. Konstruksi
keadilan yang demikian ini membebankan kewajiban bagi pembentuk
Undang-undang untuk memperhatikannya dalam merumuskan konsep
keadilan kedalam suatu Undang-undang.
b. Konsep keadilan menurut pemikiran zaman modern
Konsep keadilan pada jaman modern diwarnai dengan berkembangnya
pemikiran-pemikiran tentang kebebasan, antara lain munculnya aliran
liberalisme yaitu suatu aliran yang tumbuh di dunia barat pada awal abab
ke-XVII Masehi. Aliran ini mendasarkan diri pada nilai-nilai dalam ajaran
etika dari mazhab Stoa khususnya individualisme, sanksi moral dan
penggunaan akal. Dalam bidang politik dianut konsepsi tentang
pemerintahan demokrasi yang dapat menjamin tercapainya kebebasan.
Tradisi liberalisme sangat menekankan kemerdekaan individu. Dalam
konteks kebebasan tersebut, di dalam konsepsi liberalisme terkandung cita
toleransi dan kebebasan hati nurani. Bagi kaum liberalis keadilan adalah
ketertiban dari kebebasan atau bahkan realisasi dari kebebasan itu sendiri.
Teori keadilan kaum liberalis dibangun di atas dua keyakinan. Pertama,
manusia menurut sifat dasarnya adalah makhluk moral. Kedua, ada aturan-
aturan yang berdiri sendiri yang harus dipatuhi manusia untuk mewujudkan
dirinya sebagai pelaku moral. Berdasarkan hal ini keadilan dipahami
sebagai suatu ketertiban rasional yang di dalamnya hukum alamiah ditaati
dan sifat dasar manusia diwujudkan. Berbeda dengan kaum liberal,
penganut utilitarianisme menolak digunakannya ide hukum alam dan suara
akal dalam teori mereka. Konsep keadilan pada aliran ini didasarkan pada
asas kemanfaatan dan kepentingan manusia. Keadilan mempunyai ciri
sebagai suatu kebajikan yang sepenuhnya ditentukan oleh kemanfaatannya,
yaitu kemampuannya menghasilkan kesenangan yang terbesar bagi orang
banyak. Berbeda dengan kaum liberal, penganut utilitarianisme menolak
digunakannya ide hukum alam dan suara akal dalam teori mereka. Konsep
keadilan pada aliran ini didasarkan pada asas kemanfaatan dan kepentingan
manusia. Keadilan mempunyai ciri sebagai suatu kebajikan yang
6
sepenuhnya ditentukan oleh kemanfaatannya, yaitu kemampuannya
menghasilkan kesenangan yang terbesar bagi orang banyak.
Keadilan komunikatif
Keadilan distributif
Keadilan konvensional
7
Menurut Aristoteles adalah bentuk keadilan yang terjadi ketika seseorang telah
mematuhi peraturan. Pada teori keadilan konvensional, peraturan yang dimaksud
merujuk pada peraturan perundang-undangan. Contoh bentuk keadilan
konvensional adalah pemberian perlindungan yang didapat oleh warga negara yang
mematuhi peraturan dan sanksi yang didapat jika peraturan tersebut dilanggar.
Keadilan perbaikan
8
Selain itu Dilihat dari sumbernya keadilan dapat diklasifikasikan menjadi dua;
keadilan positif dan keadilan revelasional. Keadilan positif adalah konsep-konsep
produk manusia yang dirumuskan berdasarkan kepentingan-kepentingan individual
maupun kepentingan kolektif mereka. Skala skala keadilan dalam hal ini
berkembang melalui persetujuan-persetujuan diam-diam maupun tindakan formal
singkatnya, keadilan jenis ini merupakan produk interaksi antara harapan-harapan
dan kondisi yang ada. Sedangkan keadilan revelasional adalah keadilan yang
bersumber dari Tuhan yang disebut dengan keadilan Ilahi. Keadilan ini dianggap
berlaku bagi seluruh manusia, terutama bagi pemeluk agama yang taat. (Majid
Khadduri, 1999:1).
9
benar dan berfungsi dengan baik akan selalu berlaku adil terhadap sesamanya. Hal
ini tergamabar dengan sangat jelas dalam Alquran. Keadilan adalah perbuatan yang
paling takwa atau keinsyafan ketuhanan dalam diri manusia. Sehingga orang yang
adila adalah orang yang bertaqwa.
10
2.6 Keadilan dalam perspektif bisnis
Keadilan dalam bisnis adalah suatu hal yang harus dipatuhi oleh para perusahaan.
Kaitannya dengan lingkup tanggung jawab sosial perusahaan, terlihat jelas pada
akhirnya tanggung jawab sosial perusahaan mempunyai kaitan erat dengan
penegakan keadilan dalam masyarakat maupun bisnis. Keadilan pada umumnya
adalah keadaan atau situasi dimana setiap orang memperoleh apa yang menjadi
haknya dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dari kekayaan kita
bersama. Dengan demikian berarti keadilan adalah keseimbangan antara hak dan
kewajiban. Berbuat adil berarti menghargai dan menjungjung tinggi harkat dan
11
martabat manusia, sebaliknya berbuat tidak adil berarti menginjak injak harkat dan
martabat manusia
12
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keadilan merupakan situasi di mana setiap orang memperoleh apa yang menjadi
haknya dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dari kekayaan kita besama.
Dengan demikian berarti keadilan adalah keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Berbuat adil berarti menghargai dan menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia, sebaliknya berbuat tidak adil berarti menginjak-injak harkat dan martabat
manusia.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://customslawyer.wordpress.com/2014/06/21/keadilan-dalam-perspektif-islam/
https://www.pa-purworejo.go.id/berita/artikel-peradilan/180-konsep-keadilan-
menurut-al-quran
https://www.academia.edu/37567982/KEADILAN_DALAM_BISNIS
https://www.scribd.com/doc/301200745/Pengertian-Keadilan-Menurut-Definisi-Para-
Ahli-docx
https://jurnal.uns.ac.id/yustisia/article/view/11106
https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mimbar/article/view/78/1553
14