Buku Sejarah Gereja Umum
Buku Sejarah Gereja Umum
Buku Sejarah Gereja Umum
Enklaar
BAB 1
Dunia tempat Gereja mulai timbul ialah kekaisaran Romawi. Luasnya kekaisaran itu dari
selat Gibraltar sampai sungai Efrat dan dari tanah Mesir sampai Inggris. Batasnya di
sebelah utara ialah sungai Rind an Donau, akan tetapi kuasa tentang Romawi dirasai
sampai jauh diluar batas itu. Pusat kekaisaran yang besar itu ialah kota Roma, tempat
kaisar-kaisar bersemayam. Sungguh pun kaisar-kaisar itu nampaknya masih member hak
kepada rakyat untuk turut memerintah Negara itu, seperti ketika Romawi masih suatu
republic (sebelum kaisar sendiri sajalah yang memegang kuasa (Monarkhia mutlak)
Dunia barat tidak pernah mengalami persatuan yang besar itu. Hanya satu bahasa
pergaulan dipakai, yaitu bahasa Yunani, yang pada Zaman itu disebut bahasa Koine,
artinya bahasa umum (bandingkan dengan bahasa Indonesia sekarang). Perjanjian Baru
juga dikarang dalam bahasa Koine itu. Tak ada batas-batas didalam kekaisaran Romawi
itu, yang mungkin merintangi kesatuannya. Dimana-mana terdapat jalan raya yang baik,
yang bukan saja digunakan bagi saudagar-saudagar dan pasukan-pasukan kaisar, tetapi
juga bagi para rasul-rasul dan penginjil-penginjil yang perlu berpergian kemana-mana
untuk mamasyurkan Nama Tuhan.
Perdagangan dan lalu lintas didarat dan dilaut mempererat hubungan antara semua
bagian kerajaan. Ketenteraman dan ketertiban terdapat disemua daerah. Perjalanan-
perjalanan Paulus dan perkembangan Gereja yang pesat itu akan sukar diartikan, jika
tidak mengingat keadaan dunia zaman itu, seperti yang diterangkan tadi.
Sudah tentu kesemuanya itu belum bearti suatu kesatuan batiniah. Sekalipun bangsa-
bangsa di daerah-daerah perbatasan takluk kepada Roma secara politik (umpamanya
orang Kopt di Mesir, orang Siria atau Syam, orang Yahudi, dan sebagainya), tetapi
kebudayaan tinggi, yang menguasai hidup Rohani pusat kekaisaran Romawi itu, kurang
mempengaruhi bangsa-bangsa itu. Mereka masih memelihara sifat dan adatnya sendiri.
Sedangkan negeri-negeri sekitar pusat kekaisaran itupun kurang bersatu secara batiniah.
Semangat Romawi dibagian barat berbeda jauh dengan suasana Yunani, dibagian Timur.
Perbedaan itu juga nyata benar dalam sejarah Gereja, hal mana akan sering kita lihat
dalam kitab ini.
Akibat dari perhubungan dan pencampuran bangsa-bangsa pada zaman itu ialah bangsa-
bangsa itu kehilangan ketenteraman jiwa dan adat yang baik. Kesopanan telah sangat
mundur (baca “Surat Paulus kepada jemaat di Roma” 1:18 dyb). Dahulu penduduk hidup
dengan senang sentosa menurut adat istirahat dan agamanya masing-masing, tetapi
keadaan itu kemudian berubah sama sekali. Dewa-dewa kebangsaan rupaya sudah hilang
kuasanya dalam dunia baru yang luas itu. Dasar-dasar Rohani dari kehidupan manusia
terguncang dan tubuh. Tak mengherankan bahwa pada masa peralihan itu orang dengan
bimbang bertanya pada diri sendiri: Apakah yang harus kuperbuat? Apakah yang boleh
kuharapkan supaya selamat didunia ini dan diakhirat? Oleh karena soal-soal yang
demikian, maka minat orang terhadap perkara-perkara Rohani bertambah besar. Tetapi
Agama Yunani dan Romawi yang menjadi agama Negara yang resmi, tak sanggup
memuaskan kebutuhan Rohani kebanyakan orang. Sebagai ganti agama yang kolot itu
mereka asyik mempelajari agama-agama dari bagian timur kekaisaran, yang baru dikenal
sesudah pasukan-pasukan Romawi mengalahkan negeri-negeri disebelah timur Laut
Tengah (sejak tahun 150 s.M)
Apakah sebabnya timbul perhatian orang terhadap agama-agama yang baru itu? Oleh
sebab pokok utama agama-agama itu ialah kelepasan yang dijanjikan kepada manusia,
yakni kelepasan dari pada segala kesukaran didunia ini. Kehidupan yang penuh kesusahan
dibumi ini pandang sebagai persediaan saja untuk kehidupan yang sempurna dan baka
diakhirat kelak. Tujuan yang indah dan mulia itu harus dikejar dengan beraskese, yakni
bertarak, menahan diri, mematikan bahwa nafsu daging, dan dengan ambil bagian dalam
bermacam-macam tahbisan dan lain-lain upacara rahasia (“misteri”), yang melukiskan
dan mengusahakan kemenangan hidup atas maut. Tambahan pula agama-agama ini
member kepada manusia suatu ilmu kebajikan yang baru, suatu perasaan keamanan dan
perlindungan yang menghiburkan hati, serta pengharapan yang sungguh akan dibebaskan
kelak dari segala kesulitan dan kesengsaraan yang diderita oleh Tubuh dan jiwa dalam
hidup yang Fana ini.
Dari abad yang pertama sampai abad yang ketiga berkembanglah ibadat kepada dewa-
dewa asing itu diseluruh kekaisaran. Dewa-dewa itu antara lain: dewi Isis dan dewa Osiris
dinegeri Mesir, Baal di Siria, dewa Mitras di Persia dan dewa Kybele di Asia kecil. Ilmu
nujum (astrologia) dari Babel tak kurang pula diselidiki, dan agama-agama rahasia
(misteri) dari Yunani pun bertambah besar pengaruhnya.
Segala agama ini mengajarkan, bahwa dunia yang fana dan bersifat sementara ini
berdasarkan dan berbataskan suatu yang lain. Oleh berjenis-jenis latihan askese dan oleh
rupa-rupa penabisan rohani yang bertingkat, maka jiwa dapat mengalahkan kefanaan
sehingga akhirnya dipersatukan dengan keadaan ilahi yang baka, yang sebetulnya menjadi
dasar dan maksud hidup manusia. Tiap-tiap agama membawa manusia kepada
keselamatan itu, meskipun jalanya berbeda-beda. Sebab itu mereka tak mau berbantah-
bantah, melainkan harga- menghargai dan bersabar satu sama lain. Tak mengherankan
bahwa dewa-dewa itu disamakan saja, karena dianggap berbagai nama saja dari suatu zat
ilahi yang am saja. Mencampur-adukkan agama-agama ini disebut sinkretisme.
Jenis agama ini dapat juga disebut Pantheisme dan Dualism. Pantheisme ialah
kepercayaan bahwa semua (= pan), yakni alam dan segala isinya, termasuk manusia juga,
bersifat ilahi. Ilah (theos) itu ada didalam segala sesuatu dan tiap-tiap barang atau
makhluk mengandung zat ilahi yang esa itu. Dengan demikian sudah tentu bahwa ilah itu
tidak berpribadi. Menurut Dualisme, dunia ini berbagi atas dua bagian yang
bertentangan, yakni yang nampak dan yang tidak nampak, zat benda dan roh, tubuh dan
jiwa yang lahiriah yang jahat dan yang batiniah yang baik, dan sebagainya. Memang
Dantheisme dan Dualism itu berlawanan sama sekali dengan Alkitab dan ajaran Gereja
Kristen, sungguhpun pandangan-pandangan kafir itu sangat mempengaruhi, bahkan
memerosotkan hidup dan Theologia Gereja sepanjang segala abad.
Ibadat kepada kaisar adalah salah satu peryataan yang sangat penting dari hidup
keagamaan pada permulaan tarikh Masehi. Kebiasaan ini timbul dari pandangan umum
di timur, yakni bahwa kaisar mengandung khasiat yang mengatasi dunia kodrati (alamiah)
ini, bahkan ia berasal dari pada dunia ilahi. Ia dianggap sebagai Anak Ilah Tuhan.
Demikianlah misalnya perasaan orang terhadap Alexander Agung (Iskandar Zulkarnain),
raja Makedonia yang membawa tentaranya sampai di India (325 s.M), sehingga namanya
masyhur di Asia Timur sampai kini. Kaisar-kaisar ilahi itu menjadi lambing keesaan
kekaisarannya yang sangat luas. Mula-mula mereka hanya disembah sesudah mangkat,
tetapi kemudian Negara menuntut korban bagi kaisar yang masih hidup, dari semua
penduduk negeri, sebagai tanda dan bukti bahwa mereka setia kepada kepala Negara dan
orang-orang yang dapat dipercaya dalam politik. Siapa yang tak mau berbakti kepada
kaisar dianggap musuh Negara. Kita dapat mengerti bahwa tentunan Negara ini menjadi
pokok perselisihan yang besar antara pemerintah Romawi dan Gereja Kristen.
5. ILMU FILSAFAT
Pada waktu Gereja memasuki dunia zaman Hellenisme itu ada juga beberapa golongan
ahli filsafat yang kenamaan, baik di Yunani (lihat Kis 17:18), maupun di Italia dan di lain-
lain negeri. Sungguhpun ajaran mereka kerapkali berlain-lain (umpamanya golongan Stoa
berbeda filsafatnya dengan pengikut-pengikut Epicurus), tetapi pada umumnya tujuannya
sama saja, yakni mereka mau membaharuhi hidup kesusilaan, supaya manusia boleh
mencapai bahagia dan kesenangan batiniah yang di idam-idamkan itu, dengan
mengusahakan kelakuan dan perbuatan yang baik. Yang mengajarkan filsafat moralistis
ini, antara lain ialah: Seneca (guru kaisar Nero), Epictetus dan kaisar Marcus Aurelius
(161-180).
Semenjak abad kedua, filsafat Plato, yang hidup di Yunani 400 tahun sebelum kelahiran
Kristus, asyik juga dipelajari di barat, sehingga pandangan-pandangannya sangat
mempengaruhi hidup Rohani banyak orang yang menaruh minat terhadap soal-soal
agama. Filsafat kafir dari Plato yang indah itu pun dipengaruhi oleh mistik timur, sehingga
ia mengajarkan bahwa jiwa berasal dari dunia ilahi yang terang dan murni, tetapi
sekarang terkurung dalam zat benda yang gelap dan jahat. Dengan beraskese dan
berakstase (yaitu jiwa membubung dan meninggalkan tubuh seketika untuk bernapas dan
bersukaria dalam suasana ilahi; bandingkan Petrus “Rohnya diliputi oleh Kuasa ilahi” Kis
10:10; 11:5; lagi 22:7 dan II Kor 12:2-4), hendaklah manusia berusaha mengembalikan
Rohnya kepada asalnya itu. Jadi filsafat Plato ini juga bersifat moralistis dan Dualistis-
Pantheistis, tak ubahnya dengan kepercayaan rendah dan sederhana dari rakyat yang
kurang terpelajar.
BAB 2
KAUM YAHUDI
Gereja Kristus pertama kali timbul yaitu ditengah bangsa Yahudi dan tujuan
pekabarannya kepada orang Yahudi. Keadaan Kaum Yahudi pada saat itu:
4. Diaspora. Diaspora yaitu perserakan, hal ini terjadi setelah orang Yahudi mengalami
pembuangan di Babel. Mereka berpencar ke daerah Palestina dan dibagian timur, Mesir,
Aexandria, di Laut Tengah dan dikota Roma. Karena mereka sudah berpencar maka
sinagoge-sinagoge (rumah ibadah) ada dimana-mana dan sekali setahun mereka pergi ke
Bait Allah di Yerusalem untuk merayakan pesta besar. Mereka sudah lupa memakai
bahasa Ibrani dan mereka menggunakan bahasa Yunani, itulah alasannya Perjanjian
Lama harus diterjemahkan kedalam bahasa Yunani, kira-kira 200 sM. Terjemahan ini
dikerjakan di Mesir yang di sebut Septuaginta yang berarti 70 ahli bahasa yang
mengarangnya.
5. Pengaruh Yahudi. Banyak orang yang mulai menghargai agamaitu bahkan orang
kafir mulai masuk agama Yahudi dan takluk kepada Tauratdan mereka itu yang disebut
“proselit” yang berarti penganut agama Yahudi. Karena menurut pandangan orang itu
bahwa orang Yahudi sehati, sepakat, mereka menyembah satu Allah (monotheis) dan tidak
memakai patung-patung, kitab kudus tua dan amalnya baik. Orang-orang “proselit” yang
menyambut ajaran Injil menjadi peranara bagi Gereja untuk memasuki dunia Yunani-
Romawi.
BAB 3
1. Keadaan sidang itu. Kelahiran Gereja ialah hari keturunan Roh Kudus pada pesta
Pentakosta. Murid-murid dipenuhi dengan Roh Kristus sehingga mereka berani bersaksi
tentang kelepasan yang dikaruniakan Tuhan kepada dunia. Di mana orang menyambut
Injil dengan percaya kepada Yesus Kristus, di sanalah terbentuklah jemaat-jemaat kecil.
Keadaannya nampaknya seperti mazhab Yahudi saja, karena mula-mula orang Kristen
masih mengunjungi bait Allah dan rumah ibadat serta taat kepada taurat Musa.
Walaupun demikian, nyata juga perbedaan besar antara orang Kristen Yahudi ini dengan
kawan sebabngsanya, karena mereka percaya dan mengajarkan bahwa Yesus dari Nazaret
ialah Mesias yang dijanjikan itu. Dengan demkian taurat, bait Allah dacn sinagoge lambat-
laun kurang penting bagi kaum Kristen.
Permulaan sejarah Gereja dapat kita pelajari dari kitab Kisah Rasul-rasul yang
melukiskan hidup jemaat yang mula-mula itu, yang rukun dan dalam suasana gembira
dan berbahagia. Sudah tentu, kita boleh mengambil contoh dari cinta kasih, kegiatan,
kerajinan dan keberanian jemaat yang pertama itu, tetapi janganlah kita lupa, bahwa
mereka itu tak lain dari manusia yang lemah dan berdosa juga. Ingant saja, Ananias dan
Safira (Kis 5), perselisihan tentang pembagian kepada janda-janda dalam pelayanan
sehari-hari (Kis 6) dan nasehat-nasehat Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus.
Kita maklum, bahwa kesucian/kekudusan jemaat Kristen tidak terdapat dalam dirinya
sendiri, melainkan dalam Tuhannya saja (1 Kor 1:30).
2. Sidang pertama bersifat komunis? Ada orang yang mengatakan bahwa jemaat yang
mula-mula bersifat komunis berhubungan dengan penjualan harta benda yang hasilnya
dibagi-bagikan di antara semua saudara sesuai dengan keperluan masing-masing (Kis 5:4).
Tetapi hal itu bukanlah komunisme, karena pemberian itu tidak diatur dengan resmi, itu
pun tidak di haruskan. Tiada berapa lama lagi maka pangkat syamas diadakan untuk
melayani orang miskin , yakni semua anggota Gereja yang membutuhkan bantuan.
3. Karunia-karunia. Pada masa itu tak sedikit orang Kristen yang diberi Tuhan rupa-rupa
“karunia Roh” atau “karunia oleh Roh Allah” seperti karunia menyembuhkan orang
sakit, mengadakan mujizat, bernubuat dan “karunia untuk berkata-kata dengan bahasa
Roh” (glosolatia), yaitu mengeluarkan bunyi dan bahasa yang tak dapat diartikan oleh
orang banyak, tetapi yang perlu diterangkan maknanya (1 Kor 12:10). Dalam sejarah
Gereja dapat kita lihat, bahwa pada abad-abad kemudian juga orang kadang-kadang
dianugerahi karunia semacam itu, tetapi rupanya bukan maksud Tuhan, supaya tiap-tiap
orang yang percaya dikaruniai demikian. Jangan kita lupa keterangan Paulus tentang hal
ini (1 Kor 14 dan 19).
5. Pertikaian. Kemudian terbitlah perselisihan antara jemaat muda diantara orang kafir
dengan jemaat induk di Yerusalem. Paulus mengutus bahwa hanya iman kepada Yesus
Kristus saja yang membawa orang kepada keselamatan, sehingga orang kafir yang telah
bertobat tak usah lagi memenuhi segala tuntutan taurat, misalnya sunat. Banyak orang
Kristen diantara kaum Yahudi tak setuju dengan pendirian itu. Pada persidangan rasul-
rasul di Yerusalem (Kis 15) hal ini diperbincangkan, sampai ke dua pihak sepakat untuk
membebaskan orang kafir yang masuk Kristen dari syarat-syarat taurat, kecuali empat
hal yang wajib diperhatikan (Kis 15:29).
BAB 4
1. Perkembangan Gereja
2. Organisasi
Mula-mula pemimpin gereja diamanatkan kepada rasul-rasul (yaitu bukan saja saksi
kebangkitan Yesus, tetapi juga utussan-utusan Injil yang mengendarai semua negeri),
pengajar(guru-guru agama, yang menafsirkan Alkitab, seperti ahli-ahli taurat, dalam
agama Yahudi) dan nabi-nabi (yang menerima Karunia Roh yang istimewa). Saudara-
saudara ini bukan di pilih, melainkan dengan sendirinya mereka di hormati dan diakui
kuasanya dalam jemaat karena karunianya yang biasa itu dan mereka tidak terikat pada
satu jemaat saja.
Pengembalaan jemaat beralih dari golongan rasul, pengajar dan nabi, yang
meninggal dunia, dengan demikian pangkat uskup bertambah-tambah penting selaku
gembala jemaat dan pemimpin jemaat. Pada abad ke II jemaat di Asia kecil dan Siria dan
dikepalai oleh seorang Uskup. Presbiter-presbiter merupakan satu badan tetap, yang
memilih uskup serta pembantunya dalam kebaktian dan pemerintahan jemaat.
Pada Perjanjian Baru mengajarkan kepada tiap-tiap orang yang percaya bahwa ia
adalah seorang iman, sehingga untuk menghadap Allah, tak perlu seseorang pengantara,
selain dari pada Yesus Kristus. Saat terbentuk suatu kaum pejabat atau Klerus, segolongan
iman yang mengetahui segala seluk beluk agama Kristen, sehingga dapat menguasai orang
banyak, yaitu anggota Gereja yang biasa, yang bukan Klerus itu berkuasa karena
jabatannya di padang ilahi asalnya, bukan lagi karena pekabaranya dan pekerjaannya
sendiri. Inilah bibit “pemerintahan Imam” atau Hierarkhia dari Gereja Romawi di
kemudian hari.
3. kebaktian
Pada hari pertama suatu minggu, mengapa orang Kristen berkebaktian karena
dihari minggu Tuhan Yesus bangkit, maka jemaat Kristen juga berkumpul pada hari
minggu (dari kata dominggo, artinya Tuhan, bahasa Portugis). Pada zaman itu selalau
mengadakan perjamamuan bersama dalam perkumpulan (Kis 2:26). Jemaat berdoa,
menyanyi dan mendengarkan pembacaan dan penjelasan Alkitab. Pada awalnya sempat
timbul kekacauan (1 Kor 14). Lambat laun kebaktian di langsungkan dengan memakai
tatacara atau liturgi yang lengkap. Bagian pertama terdiri atas doa, nyanyian, pembacaan
Firman Tuhan dan Khotbah. Pemimpin kebaktian (Uskup) mengucapkan syukur atas
roti dan cawan, sebab itu dalam gereja lama Perjamuan itu disebut “eukharistia”
(Pengucap syukur).
Berhubungan dengan sucinya eukharistia itu, tak mungkin lagi perayaan yang
kudus di hubungkan dengan makan bersama baik yang kaya maupun yang miskin akan
menikmati sajian yang ada, dan dipisahkan dengan Perjamuan atau eukharistia yang suci.
Injil menjadi suatu taurat baru. Benar Yesus masih tetap diakui sebagai Anak
Allah, tetapi pekerjaanNya sebagai pembebas berkurang artinya. Segenap hidup Kristen
menjadi suatu perjuangan akan menggenapi segala tuntutan agama yang diajarkan oleh
Yesus, supaya amal dan kebajikan itu kelak diganjari oleh Tuhan. seseorang Kristen
penting melakukan perkabaran Injil namun bukan dalam arti dia tetap dibenarkan
dihadapan mahkamah Tuhan, dosanya yang kecil dapat diampuni di dunia ini sesudah ia
dibaptiskan, asal ia menyatakan penyesalannya yang sungguh-sungguh.
Segala amal patut diganjar. Tak mengherankan, bahwa jemaat mulai membedakan
amal-amal itu menurut harga dan pentingnya. Dosa –dosa pun dibedakan ada yang
dipandang berat, yang membawa kepada maut kekal, karena orang yang melakukannya
kehilangan rahmat dan jangan pula disebut dosa ringan, yang dapat ampuni jika orang
yang bersalah itu mengakui dan menyesal.
Gereaja zaman permulaan abad ke II, isalnya kesaksian Uskup Ignatius dari
Antiokhia didalam surat-suratnya yang bersengat, yang ditulisnya takala ia diantar
keroma untuk menghadap kepengadilan Tinggi (kurang lebih 115). Kebebasan
dikaruniakan Kristus, yang telah menjadi manusia dan menderita sensara karena kita,
itulah pusat dan dasar agama Kristen bagi Ignatius. Di kemudian hari ternyata bagian
timur dari gereja lama suka mementingkan mistik, sedangkan gereja dibarat yang bersifat
lebih aktif, suka menekan kepada amalan dan kebajikan. Tetapi pada abad ke II pada
umumnya moralisme marajalela, baik ditimur maupun dibarat.
Suatu agama dipandang selaku suatu hal yang elok dan menyenagkan alam
pikirannya yang dicarinya alam gereja ialah khasiat sakti dan sukramen yang dengannya
akan menjadi berkat dan untung buat jiwa dan tubuhnya. Sifat orang banyak yang
ternyata pula dalam kitab-kitab apokrif yaitu kitab Injil dan hikayat-hikayat tentang
perbuatan rasul-rasul, yang ditambahkan kepada surat-surat Perjanjian Baru yang diakui
sah dan resmi didalam Gereja. Kitab-kitab apokrif itu (seperti Injil orang Ibrani, Injil
Petrus, Injil Thomas, Kisah Para Rasul, Kisah Petrus dan sebagainnya.
5. Kesimpulan
Dari uraian diatas kita tahu bahwa pada masa sesudah rasul-rasul, sudah tersedia
lengkap dasar gereja Roma dikemudian hari, yakni Hierarkhia, Moralisme, salah paham
tentang sakramen, dan kepercayaan kepada muzijat. Barulah gereja protestan yang
menunjuk kepada jurang perbedaan yang dalam antara berita Perjanjian Baru.
BAB 5
1. Sebab pertikaian itu mula-mula Negara romawi menganggap kaum kristen sebagai
mezbah yahudi, sehingga merekapun bebas melakukan agamanya. Akan tetapi segera
kemudian ternyata bahwa betulnya agama Kristen itu bukan suatu agama kebangsaan
yang di izinkan melainkan agama baru apalagi yang membentuknya ialah seorang yang
mati tersalib oleh pengadilan romawi sendiri. rupanya orang Kristen itu sangat berbahaya
bagi Negara. Kebanyakkan dari mereka adalah bangsa yunani dan romawi dan sesudah
masuk agama Kristen mereka tidak turut lagi beribadah kepada dewa-dewi itu semua
disangkalnya hanya satu allah saja diakuinya itulah sebabnya mereka mendapat nama
sendirian orang yang tidak berdewa.
Kelakuan orang Kristen sangat berbeda dengan orang kafir. Mereka itu menjauhkan diri
dari persundalan sandiwara arena (gelangga tempat pertunjukkan perkelahian antara
binatang atau pahlawan) dan tida urung pula menjabat suatu pangkat ketentaraan. Oleh
karena istimewa itu mereka di curigai ada yang menyangka bahwa orang Kristen
membunuh dan memakan anak-anak kecil dalam perkumpulannya, karena pernah
didengar bahwa mereka makan daging dan minum darah manusia (Yoh 6:53). Ada pula
yang berbisik bahwa tentulah orang kristen itu peracun berhubung dengan cawan yang
dipakainya. Yang lain lagi menuduh jemaat Kristen melakukan pelacuran keluarga, sebab
mereka mendengar tentang cium persaudaraan yaitu semacam ucapan salah satu sama
lain dalam kebaktian. Dengan berkembangnya gereja Kristen, maka persembahan korban
dirumah berhala makin berkurang pendeknya, kaum Kristen sehingga rakyat berseru-
seru lemparkanlh orang Kristen kedepan singa supaya dengan demikian terhapus dosa
mereka terhadap dewa-dewa. Pemerintahan mencurai kesetiaan dan kejujuran kaum
Kristen terhadap Negara mereka tidak mau mempersembahkan korban kepada kaisar.
Itulah bukti bagi pegawai pemerintah, bahwa orang Kristen tak dapat dipercaya selaku
warga Negara. Barangkali mereka adalah anasir politik yang jahat yang kelak hendak
memberontak melawan kaisar.
4. Orang apologet dihadapan mahkamah, orang Kristen yang terdakwa itu tidak diberi
kesempatan untuk membela agamanya dngan uraian yang jelas. Sebab gereja harus
menempuh jalan yang lain untuk mempertahankan diri terhadap kebencian umpat dan
penghinaan oleh kaum kafir itu pada bagian pertama abad ke II beberapa orang Kristen
yang terpelajar mulai mengarang surat pembelaan atau apologia. Para penulis itu sendiri
dinamai apologet. Yang paling terkenal diantaranya ialah yustinus martir yang mati syahid
diroma pada tahun 165. Sebelum bertobat masuk Kristen ia seorang filsuf yang menurut
kebiaasaan zaman itu menjelajahi negeri dengan mengajar dan berkhotbah. Cara bekerja
dilakukan sebagai seorang pekabar injil. Ada dua kitab yang dikarangnya yaitu apologia
dan percakapan dengan tryphon orang yahudi. pada akhir abad itu tampillah tertullianus,
seorang ahli hukum yang alim, dengan kitab apologianya dalam bahasa latin pada abad
kemudian banyaklah ahli theologia Kristen yang berusaha untuk membela kebenaran
gereja dengan karangan mereka. kitab apologia itu biasanya menguraikan tiga pokok
pertama segala fitnah dan tuduhan dibantah. Orang Kristen menimbulkan bahaya bagi
Negara mereka berdoa untuk kaisar segala umpat itu bohong semata-mata dan hidup
mereka sopan dan tidak bercela setelah itu orang apologet mengemukakan pelbagai dalil
yang membuktikan kebenaran agama kisten. Hidup dan kematian yesus telah dinubuatkan
dalam perjanjian lama, kitab kudus yang tua dan mulia itu ajaran injil sesuai dengan
pandangan yang yang terindah dalam filsafat kafir bahkan lebih berharga lagi karena
hidup tinggi dan kebebasan yang hanya diangankan oleh filsaf. Akhirnya orang apologet
menyerang agama kafir menunjukkan kepada kebodohan politdeisme dan percabulan
yang bersangkutan dengannya, filsuf yunani juga belum bebas dari kepercayaan takyul itu
dan segala pikiran mereka yang lebih indah dipungut dari surat musa. Maksud dan
hendak dituju pada apologet itu tidak tercapai oleh karena seteru agama Kristen, tetapi
walaupun demikian opologia itu sangat berfaedah juga karena orang percaya
mempelajarinya serta mempergunakan uraiannya dan pembuktiannya selaku senjata
dalam menangkis segala musuhnya. Dan untuk membela diri apabila disalahkan dan hasil
yang lebih penting lagi ialah bahwa orang apologetlah yang menjadi ahli theologia gereja
yang pertama itu sesudah rasul paulus dan yohanes.
5. Celcus perbantahan secara tertulis dari pihak kafir terhadap sesam agama Kristen
barulah kita temui pada tahun 180 seorang fisuf yang pandai celcus namanya
mengemukakan bermacam-macam tuduhan yang tajam terhadap injil dan pengikut
kristus agama Kristen berasal dari tipu daya yesus bersama muridnya. Celcus sungguh
menaruh syak akan jalan keselamatan yang diajarkan oleh perjanjian baru mustahil Allah
telah menyatakan diri dalam yesus kristus, karena allah yang tak berubah itu tak dapat
turun martabadnya menjadi manusia kemudian celcus dibantah oleh origenes.
BAB 6
1. Wujud gnostik . Salah satu sinkretisme yang dualistis – pantheistis ( lihat bab 1.3) ,
yang berusaha menggabungkan filsafat barat dengan agama timur, ialah gnostik, yakni
ajaran tentang gnostik. Kata gnostik ini berarti “pengetahuan,’’ tetapi disini dimaksudkan
suatu “hikmat tinggi’’ yang berahasia dan tersembunyi tentang asal dan tujuan hidup
manusia. Pada zaman itu dengan giat, sebab akal sanubarinya kurang dipuaskan oleh
agama biasa yang mudah dipahami.
2. Gnostik Kristen. Semangat ini mencoba memasuki Gereja yang mudah itu, sebab
pada hemat banyak anggota, berita Injil itu terlampau sederhana.Hikayat-hikayat yang
terang isinya dan ajaran Gereja yang mudah dimengerti itu kurang digemari. Mereka
mencari suatu hikmat yang lebih dalam, lebih indah dan penuh rahasia. Oleh sebab itu
mereka mulai menafsirkan injil secara alegoris, tetapi dengan demikian “kebodohan salib”
ditukarkannya dengan “hikmat dunia” (1kor 1:18-25).
2. Dunia diciptakan oleh suatu ilah rendah (demiurgos’’ namanya, artinya “pencipta
dunia’’) yang dikenal dari perjanjian lama.
3. Manusia mengandung sebagian kecil dari roh Allah dengan tubuh maya (ajaran
dosentisme untuk membebaskan bagian ilahi yang kecil itu
4. Oleh pengajaran dan teladan Kristus, roh menusia diajak untuk berusaha
melepaskan dirinya dari zat benda dan supaya kembali kepada Allah yang tinggi itu
ajaran dualisme. Dengan perkataan yang lain: Kristus yang membawah segala gnosis yang
tersembunyi. Tetapi gnosis itu hanya dapat dimengerti oleh “orang yang rohani atau orang
bergnosis, yang tahu membaca Alkitab secara alegoris. Hanya mereka itulah yang dapat
membebaskan zat ilahi yang tertanam dalam jiwa pada manusia dan yang terkurung oleh
tubuh jasmani yang fana itu, sehingga akhirnya zat rohani itu dapat di persatukan pula
dengan asalnya, yaitu zat Allah.
4. Sikap Gereja terhadap gnostik. Sungguh besar godaan aliran mistik yang pantheistis
ini kepada Gereja. Seandainya Gereja tidak menyadari bahaya ini dan membiarkan
dirinya dihanyutkan saja oleh arus gnostik yang menarik hati itu, maka tak dapat tidak
Gereja Kristen akan menjadi salah satu saja dari segala agama rahasia yang banyak itu
dan kelak akan hilang lenyap seperti agama-agama yang lain itu. Akan tetapi syukurlah
Gereja terpelihara dari bahaya itu. Dengan jalan bagaimana? Karena Gereja tetap
berpaut kepada kuasa perjanjian lama. Dengan itu Diakuinya bahwa Allah pencipta dunia
tak lain dari pada Allah bapa Yesus Kristus. Hal ini berarti bahwa dunia tak dijadikan
oleh seorang Demiurgos dan segala dosa dan kejahatan dalah kesalahan manusia sendiri,
yang bangkit melawan Tuhanya dan merusakkan ciptaanya yang baik itu.
Sebab itu kebebasan manusia hanya berdasar pada mujizat rahmat Tuhan saja.
Kebangkitan segala daging (makhluk) pun diikrarkan Gereja, pada hal gnostik
menyangkalnya, berhubung dengan zat benda dihinakannya sesuai dengan ajaranya yang
dualistis itu.
Akan tetapi ada juga yang dipelajari gereja dari gnosti itu.Gereja mulai mengerti lagi
bahwa maksud Injil yang terutama ialah kebebasan dan bukan untuk mengemukakan
suatu taurat baru. Tambahan pula, ahli-ahli gnostik merupakan penunjuk jalan bagi
Gereja, sebab mereka mulai memakai istilah-istilah theologia, suatu kanon perjanjian
baru, tafsiran-tafsiran dan pengakuan iman. Segala perkara itu mendorong Gereja
menangkis serangan gnostik dengan senjata yang serupa
itujuga.
BAB 7
1. Hidup Marcion. Maecion ialah seorang kaya di Bandar sinope di pesisir laut hitam, ada
perusahaan perkapalannya di daerah itu. tetapi ia meninggalkan kota itu untuk
menyebarkan ke mana-mana di dalam gereja pandangan-pandangannya yang baru
tentang injil. Akan tetapi gereja menolak ajaranya; pada tahun144 dikucilakan oleh
jemaat roma. Marcion sangat bersemangat dan seorang organisator yang cakap. Ia
membentuk sebuah gereja baru (gereja sendiri), yang berkembang dengan cepat, sehingga
beberapa puluh tahun kemudian hampir sama besarnya dengan gereja “katolik” barulah
pada abad ke-V gereja Marcion berangsur-angsur lenyap, oleh karena perlawanan dari
negara, yang menghendaki satu gereja Kristen. Tokoh marciondengan ajarannya dan
pengaruhnya yang sungguh-sungguh mengancam hereja lama itu perlu kita bicarakan lagi
dengan jelas.
2. Alasannya. Bahwa marcion menginsafi dan menunjukkan dasar-dasar ajaran paulus,
ialah jasanya yang sangat berharga nagi gereja. Ia mengerti bahwa pembenaran manusia
oleh iman, seperti yang diajkan oleh paulus, adalah intisari Injil. Dengan kecewa dan
penuh rasa kesal, Marcion melihat bahwa gereja pada zaman itu sudah melupakan satu-
satunya jalan keselamatan yang benar, sehingga terperosok ke dalam moralisme, yang
menukarkan rahmat Allah dengan amal dan usaha manusia. Sebab itu Marcion berniat
menghidukan pula ajaran palus di dalam gereja.
Selain dari penemuan ini theologianya pun tertentukan oleh pengalamannya sendiri.
hatinya terharu, karena keadaan dnia ini, yang jahat dan kurang sempurna, dan yang
menampilkan rupa-rupa soal yang sukar dijawab. Masa Allah yang mahakuasa, Bapa
yang baik dari Yesus Kristus, telah menciptakan suatu dunia yang demikian? Barangkali
pencipta dunia ini, yaitu Allah perjanjian lama, adalah Allah yang lain yang kurang mulia
dan cakap.
Agaknya Marcion dipengaruhi oleh gnostik yang juga membedakan perjanjian lama dari
baru, Allah Khalik dan Allah penyelamat. Sungguhpun demikian, Marcion buknlah
seorang gnostik, karena ia tidak mencari hikmat rahasiawi selaku jalan kebebasan;
keselamatan manusia diperoleh manusia oleh iman kepada Yesus saja. Apalagi ajaran dan
gerejanya teruntuk bagi segenap umat Kristen, bukan bagi segolongan kecil saja. Marcion
memikirkan dan merencanakan ajarannya sendiri. maksudnya yang terutama ialah untuk
mengeritik tersesatnya jemaat Kristen di hadapa umum, supaya berpaling dari
moralismenya dan kembali kepada Injil Yesus dan theologia Paulus.
3. Ajaran. Menurut Marcion, dunia diciptakan oleh Allah yang menyatakan dirinya di
dalam perjanjian lama. Allah tidak jahat, tetapi renah derajatnya. Ia mau berbuat baik,
tetapi tak sanggup melangsungkannya. Maksudnya ialah untuk memerintah dengan adil,
tetatp justru karena itu ia menjadi keras dan bengis, karena taurat yang elah diberikannya
kepada manusia itu terlalu berat, sehingga mustahillah manusia dapat melakukannya.
Makhlukmenjadi kurang sempurna, sebab khaliknya sendiri kurang sempurna. Tetapi
walaupun demikian, Allah perjanjian lama ini menuntut kegenapan tauratnya seratus
persen, sambil mengenakan hkuman berat atas tiap-tiap pelanggaran, menurut aturan
“mata ganti mata, gigi ganti gigi.” Dengan itu Allah pertama ini tidak dapat ia menjadi
seorang hakim yanglalim dan kurang adil terhadap dunia.
Kesimpulankita sudah memeriksa ajaran marcion itu ialah: sungguh pun marcion berjasa
kepada gereja, sebab yang ditekankannya ialah pembenaran oleh iman, manun sebenarnya
ia kurang mengerti theologia paulus, karena bagi Paulus, Allah perjanjian lama yang
memberi taurat adalah sama saja dengan Allah perjanjian baru, yang mengaruniakan
rahmatNya di dalam Yesus Kristus. Siapa yang memisahkan keduanya, ia merusakkan
Injil.
4. kanon Marcion. Hal merusakkan itu nyata seterang-terangnya dari sikap marcion
terhadap Alkitab. Perjanjian Lama ditolaknya mentah-mentah, dan sama seperti orang
gnostik ia membagi surat-surat tentang Yesus atas kitab-kitab yang sah dan kitab-kitab
sah, dengan memakai kanonnya sendiri. kebanyakan surat-surat itu pun tidak diakuiny,
karena tak sesuai dengan ajarannya. Dari kitab-kitab Injil hanyalah Injil Lukas saja yang
dipilihnya, sebab kurang berbau Yahudi, tetapi riwayat kelahiran Yesus dicoreknya, oleh
sebab dosetismenya. Dan dari surat-surat rasuli hanya surat-surat Paulus saja yang
dipakainya kecuali Timotius dan Totus. Surat-surat yang sedikit, yang dipandang sah oleh
Marcion itu, kemudian dirasa perlu dibersihkan lagi dari segala catat Perjanjian Lama.
Akan tetapi segala usahanya itu tak mungkin berhasil, sebab memang tak mungkin
memisahkan perjanjian baru dari dasarnya, yakni perjanjian lama.
5. Marcion dan Gereja. Gereja katolik belajar dari marcion mengenai beberapa hal yang
penting. Bukan saja gereja mulai menyusun kanonnya sendiri. tetapi terlebih-lebih
theoogianya memperlhatkan dalam karangannya bahwa mereka menginsafi lagi inti Injil,
yakni bahwa bukan kebajikan dan usaha manusia, melainkan Rahmat da keampunan dari
Tuhan. Akan tetpi biarpun demikian, gereja terapaksa jua menolak pandangan-pandangan
Marcion sama sekali. Karena baik gnostik, maupun Marcion mengajarkan suatu jalan
kebebasan yang salah. Menurut Marcion, jiwa harus dibebaskan dar ciptaan yang rendah
dan juga dari pada kuasa khaliknya. Menurut gnostik pula, api ilahi yang tedapat di
dalam manusia, perlu dibebaskan dari dunia jasmani yang jahat. Bertentangan denhan
kedua ajaran yang sesat itu, gereja mempertahankan kesatuan perjanjian lama dan baru,
sera mengajarkan bahwa dunia ini tak lain dari ciptaan Tuhan sendiri, yang akan
diluputkan dari dosa oleh Tuhan itu juga, baik bagian rohaninya maupun bagin
jasmaninya.
1. timbulnya Montanisme. Seorang yang ketiga, yang dialami gereja pada abad ke-II, di
samping serangan-serangan gnostik dan Marcion, adalah serangan dari pihak
Montanisme. Gerakan pembangunan rohani timbul di pendalaman Asia kecil kira-kira
tahun 160. Banyak orang Kristen merasa kecewa, oleh karena kuasa Roh Kudus tidak
menyatakan dirinya lagi dengan hebat dan ajaib di dalam gereja seperti dahulu. Hal
nubuat, ekstase dan glosolalia, sudah hilang lenyap. Kaum Kristen hanya memetingkan
jabatan yang tetap dan organisasinya. Tambahan pula, jemaat tidak lagi merindukan
kedatangan mempelai laki-laki itu, gereja sudah turun derajatnya bagi banyak
anggotanya, karena merasa senang di dunia. Di manakah penghibur menurut Roh, yang
akan menyertai jemaat Tuhan selaku penolong dan penghibur menurut janji Tuhan Yesus
sendiri (Yoh 14:16).
2. Ajaran Dan riwayatnya. Lagu bangunlah montanus bersama-sama dengan dua orang
nabiah: Priscilla dan maximilla. Mereka itu berkata-kata dengan bahasa Roh (glosalia)
dan kadang-kadang berekstase samapi tak sadar lagi bagaikan orang mati. Itulah tanda,
katanya, bahwaRoh penolong sekarang telah datang, dan berkata-kata dengan mulut
mereka. Kedatangan Yesus Kristus kembali sudah hampir; semua orang percaya yang
sejati dianjurkan supaya meninggalkan segala ikatan bumi ini dengan berkumpul di
pepusa, sebuah desa di Asia kecil; maksudnya ialah untuk menantikan Tuhan di sana.
Wajiblah jemaat sejati itu memperhatikan penyataan yang tertinggi dan akhir itu, yang
disampaikan oleh Roh penolong itu menuntut kelakuan yang suci seorang janda (balu
perempuan) dilarang menikah untuk kedua kalinya; jemaat seluruh menahan nafsu tubh
seboleh-bolehnya; pausa harus dilakukan dengan aturan yang keras; mati syahid (martid)
dipandang sebagai suatu keuntungan dan kehormatan; “Darahmu menjadi anak kunci
Firdaus”.
3. Gereja dan Bidat (sekta). Mula-mula gereja merasa sukar menentukan pendiriannya
terhadap sekta montanus. Pada waktu itu untuk pertamakalnya adanya diadakan sdang
uskup-usku, yang disebut sinode, untuk merundingkan baik buruknya gerakan yang baru
itu. tak lama kemudian, kebanyakan uskup menolak montanisme, karena dianggap adalah
ajaran yang sesat.
Montanisme itu hanyalah permlaan dari segala gerakan pembinaan rohani yang banyak
itu di dalam sejarah gereja. Anjurannya supaya hidup di dalam Roh dan kritiknya
terhadap kesuaman kebanyakan anggota jemaat, tentulah penting sekali dan selalu perlu
diperhatikan. Tetapi sungguhpun demikian, gereja wajib melawan asas-asas sekta itu.
keberatannya adalah :
· Salah benar ajaran Montanus bahwa Roh Tuhan mengaruniakan penyataan baru
lagi, yang lebih tinggi dan sempurna dari pada penyataan Tuhan dalam Alkitab. Injil saja
sudah cukup, sehingga tak perlu ditambah lagi
BAB 8
SENJATA-SENJATA GEREJA
1. KEMENANGAN GEREJA
Oleh karena Tuhan tidak meninggalkan Gereja didalam bahaya yang mengancamnya,
maka segala serangan terhadapnya malah mendatangkan kebaikan baginya. Diantara
tahun 150 dan 200 Gereja sanggup menolak segala ajaran yang sesat, dan menginsafi
wujud dan tugasnya .
Kemenangan ini barulah tercapai sesudah pergumulan yang hebat. Gereja terpaksa
melengkapi senjatanya untuk melawan sekta. Senjata itu pula menjadi ciri dan peryataan
yang tegas dari wujud Gereja sendiri. Ketiga senjata itu ialah: a. Kanon dari kitab-kitab
Perjanjian Baru, yang diakui sah di samping Perjanjian Lama; b. Pengakuan Iman untuk
menetapkan ajaran Gereja, dan c. jabatan uskup, selaku pengganti rasul-rasul dan
pembela kebenaran. Demikianlah Gereja membedakan ajarannya yang Injili dari segala
ajaran yang sesat.
2. KANON
Sampai waktu itu Gereja hanya mempunyai sebuah kitab saja, yang menjadi Kanon (yaitu
ukuran atau kaidah) bagi kepercayaan dan kehidupan anggotanya, yakni Perjanjian
Lama. Sudah barang tentu bahwa sanbda Tuhannya, Yesus Kristus, dan segala cerita
secara lisan dan tulisan mengenai Tuhan, sangat berkuasa pula dalam Gereja. Hanya
kuasa itu belum dirumuskan dan ditentukan. Jikalau Gereja melawan sekta-sekta yang
telah mengumpulkan banyak (gnostik) atau sedikit (Marcion) surat-surat kudus yang
menjadi kanonnya, di antaranya banyak yang apokirif, maka tugas Gereja yang pertama
ialah menetapkan sendiri kitab-kitab manakah memuat cerita-cerita yang benar tentang
Tuhannya. Kaidah yang dipakainya dalam menimbang dan memutuskan soal itu, ialah
apakah kitab-kitab yang bersangkutan itu berasal dari rasul-rasul atau tidak? Karena
hanyalah rasul-rasul dengan murid-murid mereka sendiri saja yang dapat dianggap
sebagai saksi yang dapat dipercaya, dan pengarang yang diilhami Roh.
Beralaskan pendirian itu maka pada tahun 150 keempat kitab Injil yang kita kenal, sudah
umum diakui “Kanonik” (yaitu selaras dengan kanon). Demikian pula Surat-surat Rasul
Paulus, dan kitab Kisah Rasul-rasul, sebab ditulis oleh murid dan sahabat Paulus, yakni
Lukas. Diantara segala “Kitab Wahyu” (kitab apokaliptik) yang banyak itu, hanya Wahyu
Yohanes saja yang dipandang sah, meskipun ada juga yang berkeberatan terhadapnya.
Mengenai surat-surat kiriman, hanya secara berangsur-angsur tercapai persetujuan, tetapi
1 Petrus dan 1 dan 2 Yohanes segera dianggap “Rasuli”. Surat kepada orang Ibrani lama
disangsikan dibarat, karena tidak dikarang oleh seorang rasul.
Sebaliknya beberapa kitab yang lain dipandang Kanonik oleh sejumlah jemaat. Yang
dimaksud ialah karangan-karangan “Bapa-bapa Rasuli”. Nama ini dipergunakan bagi
beberapa pengarang pada zaman kemudian sesudah rasul-rasul, yakni Clemens, seorang
presbiler di Roma (tahun 95). Ignatius, “Barnabas”, polykarpus, Papias, Hermas, dan lain-
lain. Tulisan-tulisan Bapa-bapa Rasuli itu, dan juga Kitab “Didache” (“Ajaran keduabelas
rasul”) yang tersiar dan digemari dimana-mana, tidak dimasukkan kedalam Kanon,
karena tidak memenuhi syarat-syarat yang terpapar diatas. Umumnya boleh dikatakan
bahwa Kanon Perjanjian Baru sudah ditetapkan kira-kira pada tahun 200 (secara
definitive pada tahun 380).
Penetapan kanon itu sangat penting, sebab dengan itu gereja menyatakan dengan
berterus-terus, bahwa masa peryataan Tuhan telah diakhiri dengan Perjanjian Baru.
Sebab itu tiap-tiap gerakan atau aliran rohani yang baru, wajib membuktikan bahwa
ajarannya dan tujuannya sesuai dengan kitab-kitab yang termasuk dalam kanon resmi.
(maklum, kata kanon dipakai juga dalam daftar segala kitab yang diakui sah.) Gereja
tunduk kepada kuasa yang lebih tinggi dan lebih tua dari pada kuasanya sendiri, yakni
kuasa Firman Tuhan yang terdapat dalam Alkitab. Dengan demikian sebenarnya tradisi
Gereja sekali-kali tidak boleh mempunyai kuasa sendiri. Dikemudian hari hal itu dipegang
teguh oleh Gereja Prostestan, tetapi kurang diingat oleh Gereja Katolik Roma.
3. PENGAKUAN
Selain dari senjatanya yang utama, yakni Kanon, Gereja membutuhkan suatu senjata lain
lagi untuk melawan sekta, karena tidak cukup bahwa salah satu kitab dibubuhi nama
seorang rasul saja. Sebab kitab Injil dan Kisah rasul dari kaum gnostik juga diberi nama
rasul sebagai pengarangnya. Jadi hanya isi kitab-kitab sajalah yang dapat menentukan
apakah kitab itu boleh dianggap sungguh-sungguh rasuli. Oleh sebab itu perlu suatu
ringkasan iman jemaat, yang akan menjadi kaidah supaya jangan “diombang-ambingkan
oleh rupa-rupa angin pengajaran” (Ef 4:14).
Untunglah sudah terdapat kesimpulan percaya yang demikian. Pengakuan yang terutama
hanyalah mengenai kristus: “Yesus adalah Tuhan” (1 Kor 12:3). Pengakuan yang pendek
ini kemudian ditambahkan dengan keterangan-keterangan lain tentang Kristus, seperti
yang nyata dalam Roma 1:3,4 dan Fil 2:5-11. Berikutnya ialah hal-hal mengenai
keselamatan ditambahkan juga. Akibat perkembangan ini ialah: keduabelas pasal Iman,
yang kita akui sekarang juga. Meskipun bentuknya yang akhir barulah ditetapkan dalam
abad ke-V, akan tetapi sebelum tahun 200 pengakuan itu sudah dipakai jemaat di Roma
sebagai pengakuan orang yang hendak dibaptiskan. Di barat pengakuan baptisan itu
segera dipakai dimana-mana. Kemudian pengakuan baptisan pada khususnya dan
pengakuan jemaat pada umumnya juga disebut “symbol”. Di bagian Timur lama barulah
kemudian ditetapkan pengalimatan pengakuan iman. Akhirnya pengakuan Nicea, yang
muncul pada pertengahan abad ke-IV, umum diikrarkan di timur.
Pengakuan duabelas pasal Iman itu erat hubungannya dengan Alkitab dan selalu
dijelaskan selaku ringkasan dari rasul-rasul sendiri. Sebab itu timbullah nama
“pengakuan rasuli” atau “Apostolicum”. Menurut kata pertama didalam bahasa latin,
yakni “Credo”, artinya: “aku percaya,” maka nama Credo itu pun lazim dipakai. Sungguh
menakjubkan bahwa pengakuan itu mengandung segala perkara iman masehi yang
sungguh penting, sedang yang tidak memuat hal-hal yang sebenarnya diutamakan oleh
kebanyakan anggota jemaat pada zaman itu, yakni: moralisme dan salah paham tentang
sakramen! Keheranan kita juga mengenai susunan kanon: tiada satu pun di antara
tulisan-tulisan yang mencerminkan roh masa itu termasuk kedalamnya; malah sebaliknya
paulus, yang hamper tidak dimengerti lagi waktu itu dialah yang terbesar didalam kanon!
Inilah sesungguhnya suatu bukti yang indah, bahwa Roh kudus telah mengajarkan
didalam gereja abad ke-II itu sesuatu yang jauh mengatasi kesanggupannya sendiri.
Dengan demikian pengakuan Rasuli itu bukan saja menjadi senjata Gereja pada
permulaan sejarahnya, tetapi juga menjadi kesimpulan iman Kristen bagi segala abad
kemudian.
Tetapi disamping kedua senjata tadi masih perlu senjata yang ketiga. Apa sebab? Oleh
karena kedua senjata tadi, yakni kanon dan pengakuan, barulah berkuasa dalam praktek,
kalau ada manusia yang melaksanakannya dan mempertahankannya. Itulah sebabnya
pemimpin-pemimpin Gereja menunjuk jemaat kepada uskupnya yang dipilih dengan jalan
yang sah. Dia sajalah yang sanggup memberi keputusan tentang segala masalah yang
muskil, yang mengharu-birukankan jemaat karena khotbah dan pengajaran semua guru
sekta dan nabi palsu itu.
Pada masa itu segala jemaat dikepalai oleh seorang uskup saja, dan pada umumnya para
uskup tidak tersesat oleh sekta-sekta itu. Dengan demikian timbullah semboyan:
berpeganglah kepada uskupmu, karena dialah yang mengetahui kebenaran! Akan tetapi
lama-kelamaan semboyan ini, yang timbul dari praktek pengembalaan jemaat, barulah
menjadi suatu suruhan ilahi, oleh karena pangkat uskup makin dijunjung tinggi.
Demikianlah pada akhir abad ke-II kita lihat keadaan berikut ini: rasul-rasul telah
mengangkat uskup-uskup sebagai gantinya, dimana tempat, yaitu seorang uskup untuk
tiap-tiap jemaat. (kita sudah maklum bahwa itu tidak benar!) kemudian uskup itu diganti
pula oleh seorang uskup lain, yang juga dipilih dan ditabiskan dengan jalan demikian dan
seterusnya. Sekarang penggantian yang sah itu menjamin penyerahan kebenaran Injili,
yang mula-mula dipunyai rasul-rasul, terus menerus didalam Gereja segala masa. Setiap
kali apabila seorang uskup ditabiskan maka bersama dengan jabatan itu kebenaran Injili
diwarisi dan dimilikinya pula. Ajaran itu dinamai “dogma pewarisan atau suksesi jabatan
rasuli”.
Dengan demikian manusia, yaitu uskup, menerima kuasa yang sama besar dengan kuasa
kanon atau Alkitab, bahkan lebih besar lagi, karena uskuplah yang dianggap berhak dan
berkuasa menjelaskan Alkitab dengan sempurna. Dengan demikian Kristus tidak lagi
sempat menguasai jemaatnya sendiri dengan FirmanNya, karena uskup telah tersisip
diantara Firman Tuhan dan GerejaNya itu. Yang dituntut dari jemaat bukanlah lagi
percaya kepada Kristus , melainkan taat kepada uskup. Mulai pada waktu itu percaya
kepada Kristus, melainkan taat kepada uskup. Mulai pada waktu itu berlakulah dua
macam kuasa didalam Gereja: kuasa Kristus didalam FirmanNya dan kuasa gereja sendiri
di dalam uskupnya. Akhirnya tak dapat tidak harus timbul pemecahan antara kedua
kuasa itu. Pembaharuan gereja (reformasi) memiliki kuasa Firman tuhan, yang kepadanya
segala kuasa lain takluk, padahal gereja Roma mengajarkan bahwa segenap kuasa dan
kebenaran didalam gereja diserahkan oleh Kristus kepada Paus semata-mata.
Bab 9
Kini perlu di terangkan dasar dan keadaan Gereja yang lama, seperti yang mulai Nampak
antara tahun 180 dan 300 M. Bibit pertentangan Timur-Barat di kemudiaan hari sudah
terdapat pada abad ke-III.
b. Babtisan Kristen. Ini pun di artikan salah. Jemaat percaya bahwa dalam air baptisan
terkandung khasiat istimewa, sehingga air itu menyucikan secara magis-realitis; oleh
kuasa ilahi, setan dan pengaruhnya di usir dari badan dan jiwa orang yang di baptiskan
itu. Dengan demikian orang yang baru di lahirkan secara lahiriah-batiniah itu, berdiri
suci-murni di hadapan Tuhan pada hari baptisannya itu. Dampak pandangan itu timbul
reaksi dari jemaat. Ada yang menunda babtisannya sampai menjelang ajalnya, supaya
kesuciannya yang di peroleh dari baptisan itu dapat di perlihatkan lebih gampang sampai
hari matinya.
Keputusan tentang soal ini diambil pada tahun 217 oleh uskup Roma Calixtus, yang
memaklumi dan dia selaku uskup berhak mengampuni dosa percabulan dengan
mengenakan hukuman yang berat kepada yang bersalah. Banyak jemaat di Roma dengan
pandangan itu dan memisahkan diri. Tetapi pendapat Calixtus menang di seluruh
Gereja sehingga membuat kedudukannya semakin di perteguh dan kuasanya bertambah
besar. Ketika tu banyak penganayaan terjadi, dan hal itu belum pernah terjadi
sebelumnya, dan orang-orang yang murtad itu bertobat kembali dan meminta diterima
lagi di jemaat. Cyprianus, uskup Carthago dan Corenelius, uskup Roma berpendapat
bahwa dosa murtad adalah berat dan mengantar kepada maut boleh diampuni juga.
Keputusan ini membuat mereka memisahkan diri dengan menamakan dirinya “orang suci
murni” dan mereka berkembang dengan pesat.
3. Organisasi. Pusat organisasi Gereja adalah oknum Uskup, yang ,mengepalai jemaat
baik mengenai ajaran dan pengakuan, baik dalam kebaktian maupun dalam hal disiplin
dan pemerintahan harian. Seorang uskup yang baru harus dipilih oleh uskup-uskup
berdekatan dan perlu di tahbiskan supaya mewarisi hak dan kuasa rasuli. Makin banyak
pejabat sekeliling wakil Kristus itu disamping presbiter dan diakonos adapula pangkat
diakonos muda, eksorsis( pembuang setan-setan), pembaca Alkitab, dll. Pada tahun 250
barulah diadakan sinode-sinode di daerah.
BAB 10
Theologia apologet tentang kebebasan dunia adalah seperti berikut: Allah menciptakan
Logos di dalam rangkaian waktu, sebagai suatu roh yang berpribadi, dan dengan Logos itu
Allah menciptakan segala sesuatu yang ada. Manusia telah digodai setan-setan, sehingga
jatuh ke dalam jurang kesesatan, percabulan dan politheisme. Sebab itu Logos itu sendiri
turun ke bumi dengan menjelma dalam tubuh manusia, yaitu Yesus, dengan maksud untuk
memulangkan manusia kepada jalan yang baik. Demikianlah Yesus membuka mata
manusia terhadap segala tipu muslihat setan-setan sambil memberitakan ajaran yang
benar tentang Allah dan dunia dan hari kiamat yang akan datang. Lagipula ia mengajar
mereka tentang hidup yang berkenan kepada Tuhan. Manusia berkehendak bebas dan
dapat meluputkan diri dari genggaman setan-setan dengan pertolongan pengajaran dan
teladan Kristus. Teranglah bahwa dalam hal ini Kristus bukanlah lagi penebus dan
juruselamat, melainkan guru dan teladan saja. Peristiwa-peristiwa yang mendatangkan
selamat (kematian dan kebangkitan Kristus dan sebagaianya), kurang dipentingkan dalam
theologia apologet. Apa sebenarnya rahmat Allah itu kurang dipahami. Nampaknya
theologinya injili, tetapi isinya sangat dipengaruhi oleh filsafat kafir yang moralistis dan
rasionalistis. Walaupun demikian, tidak pernah kaum apologet dipandang sebagai orang
penyesat, karena bukanlah mereka itu saja, tetapi jemaatpun kurang mengerti inti Injil
Yesus Kristus. Apalagi kaum apologet itu selalu membela Gereja resmi dan tidak
mengajarkan suatu hikmat yang lain, sebagaimana dinuat oleh golongan gnostik.
2. Irenus. Beberapa waktu kemmudian sesudah timbulnya golongan apologet itu,
bangkitlah seorang ahli theologia yang kembali lagi kepada ajaran Alkitab tentang
penebusan manusia oleh Yesus Kristus. Ahli theologia itu ialah Irenius. Ia berasal dari Asia
Kecil, suatu daerah Gereja yang lebih mengutamakan mistik (ingat Yohanes dan Ignatius)
Irenius menjadi uskup di kota Lyon di negeri Perancis pada tahun 178, karena banyak
orang Asia Kecil telah pindah ke sana. Ajaran yang dipakainya untuk melawan gnostik,
berlainan sekali dengan theologia apologet. Secara garis besar beginilah uraianya: Adam
serta segenap bangsa manusia diciptakan untuk hidup yang baka, tetapi oleh karena
jatuhnya ke dalam dosa maka manusia diikuti dengan kefanaan. Untuk melepaskan
manusia, Allah mengutus, AnkaNya, yaitu Logos, yang masuk ke dalam daging manusia.
Dengan demikian Kristus menghubungkan tabiat manusia dengan kuasa Allah yang kekal.
Kristus adalah Adam yang kedua, yang menggenapi segala tuntutan Allah, yang dilalaikan
Adam yang pertama. Di dalam kebangkitanNya Kristus memberi suatu petaruh dan
jaminan untuk hidup yang baka kepada sekalian orang yang percaya kepada Dia.
Sekarang Roh Kudus memberikan hidup yang kekal itu kepada semua orang yang
percaya, di dalam baptisan dan perjamuan. Jadi pokok utama theologia Ireneus ialah
“mempersatukan di dalam Kristus sebagai kepala segala sesuatu, baik yang di sorga,
maupun yang di bumi” (Ef 1:10). Sorga Allah dan dunia manusia yang tercerai sekian
lama oleh dosa, sekarang dihubungkan dan dipersatukan kembali. Allah menjadi manusia,
agar manusia mendapat kembali keadaan yang baka.
Segala pandangan ini sudah tentu jauh lebih Injili daripada ajaran apologet, karena di sini
oknum Yesus Kristus diutamakan dan dijunjung selaku mukhalis dan penyelamat.
Sungguhpun demikian, pembenaran oleh iman dan salib Kristus kurang tampil di muka
dalam theologia Ireneus, karena pokoknya bukanlah pertentangan antara akibat dosa,
yaitu kefanaan dan akibat rahmat, yakni hidup yang baka. Segala theologia timur
bercorak pandangan Ireneus ini, sehingga sampai kini Hari Raya Kebangkitan Tuhan
Yesus adalah pesta yang termulia di Gereja timur itu.
3. Tertullianus. Ia seorang ahli hukum yang bekerja sebagai advokat di Chartago. Dengan
mengenal Tertullianus dari kitabnya yang banyak itu, yang dikarangnya antara tahun 195
dan 220. Tertullianuslah yang pertama-tama yang memakai pelbagai istilah theologia yang
menjadi lazim semenjak masa itu, misalnya: dosa turunan, tebusan dosa, jasa, dan lagi
rumusan seperti: Allah berzat satu tetapi berpribadi tiga dan Kristus adalah satu pribadi
dengan dua tabiat dan sebagainya. Ia memandang relasi manusia dengan Allah selaku
seorang terdakwa di hadapan hakim. Sebagai seorang apologet Tertullianus mengajar
bahwa Logos adalah suatu zat ilahi yang lebih rendah daripada Allah, padahal Ireneus
berpendapat bahwa Logos juga adalah Allah, sesuai dengan awal Injil Yohanes.
4. Clemens dari Alexandria (200). Filsafat Yunani dan Gnostik berkembang di kota
Alexandria dan sudah lama kaum Kristen yang terpelajar berusaha menyesuaikan
filsafatnya dengan ajaran Alkitab. Clemens adalah seorang ahli theologia. Gereja yang
mencoba melaksanakan penyesuaian itu, supaya agama Kristen juga disambut oleh
golongan kafir yang berpengetahuan tinggi. Muridnya yang tersohor namanya sebagai ahli
theologia yang terbesar di Gereja Lama bagian Timur, ialah Origenes.
5. Origenes (185-254). Ia lahir di Alexandria. Bapanya mati syahid pada tahun 202, waktu
Origenes berumur 17 tahun. Ketika itu sudah nyata kepandaiannya yang luar biasa.
Dengan rajin dan gembira ia menuntut rupa-rupa ilmu dan segera namanya termasyhur di
mana-mana. Origenes mengarang beratus-ratus kitab besar dan kecil (ada yang
mengatakan sampai 6000 karangan), teristimewa kitab tafsiran dan filsafat. Hidupnya
sangat sederhana dan beraskese, bahkan ia mengebiri dirinya menurut Mat 19:12, karena
kata orang, asket daging itulah tempat dosa berdiam, sebab itu lebih baik daging
dimatikan supaya jiwa disucikan dari kejahatan.
Ajaran Origenes adalah begini: Asal dan tujuan segala yang hidup ialah Allah, Bapa abadi,
yang dari kekal melahirkan segala sesuatu yang ada. Yang pertama dilahirkan ialah Logos,
yang ilahi tetapi yang lebih rendah daripada Allah. Logos atau Anak melahirkan Roh
Kudus. Dari Roh itu berpencar segala Roh atau jiwa yang lebih rendah, yang juga
bertabiat ilahi, tetapi berkehendak bebas. Kehendak itu salah dipakainya, ketika mereka
melawan Allah. Cuma satu jiwa saja tetap setia kepada Tuhan. Selaku hukuman maka roh
yang jatuh dalam dosa sekarang sikurung dalam salah satu badan jasmani. Malaikat-
malaikat jatuh sedikit saja, sehingga mendapat badan berupa bintang di langit. Di bawah
malaikat ada dunia dan di bawah dunia terdapat tempat setan-setan yang hidup dalam
kegelapan. Malaikat dan setan berjuang untuk membuat dunia dan manusia. Logos mau
meluputkan dunia, sebab itu ia menghubungkan diriNya dengan satu-satunya jiwa yang
tak jatuh itu, lalu ia menjelma di bumi ini dalam tokoh manusia, yakni Yesus. Yesus
membawa kelepasan bagi semua manusia. Orang sederhana hanya perlu percaya kepada
Yesus selaku penebus, tetapi orang yang berpengatahuan harus memperhatikan
pengajaranNya yang mulia itu dan perlu meniru teladanNya dengan mengusahakan
kebajikanNya dan askese, sehingga lama-kelamaan jiwa manusia itu dipersatukan dengan
logos, bahkan diilahikan. Tetapi pada akhirnya segala sesuatu akan pulang kepada Allah.
Setan-setan pun tidak terkecuali. Inilah ajaran “kebangkitan segala yang ada”, sehingga
akhirnya semuanya dipulihkan menjadi seperti semula. Sesudah itu kejatuhan dan
kebebasan akan dimulai pula dan begitulah terus-menerus berulang-ulang sampai selama-
lamanya.
Dasar sistem Origenes, yaitu tafsiran alegoris, terlalu lemah. Tetapi meskipun demikian,
Gereja zaman itu menghormati Origenes selaku seorang bapa Gereja. Barulah pada tahun
399 Gereja sadar bahwa ajarannya tidaklah sesuai dengan Injil, sehingga theologianya
ditolak dengan resmi. Hasil pengaruh Origenes yang terpenting ialah bahwa pengertian
Logos sebagai suatu zat yang lebih rendah daripada Allah, diterima oleh Gereja Lama
selaku ajaran yang sah dan baik.
BAB 11
Gereja lama belum cukup kita memperhatikan suatu pasal yang tak dapat di
terangkan, sebagaimana orang Kristen menyatakan imamnya di dalam pergaulan mereka
sendiri dan dengan orang kafir. Agama Kristen pada abad-abad pertama terakhir Masehi
itu, baiklah kita melayangkan pandangan kita kepada pendirian kaum Kristen di dalam
hidup sehari-hari di tengah masyarakat zaman itu. Jemaat hanya merupakan suatu
kelompok kecil di tengah dunia yang bukan Kristen dan agamanya masih di hina, nyatalah
dengan terang betapa indah dan istimewa hidupnya. Mereka tidak luput dari pelbagai
macam kesesatan, dosa dan kelemahan, tetapi sekalipun demikian bolehkah kita sebutkan
perkataan Paulus, bahwa “di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang
sesat ini, jemaat Kristen bercahaya seperti bintang-bintang di dunia” (Fil 2 : 15).
1. Derajat kebajikan
Kebajikan kaum Kristen yang suci dan murni jujur berbeda jauh dengan segala kejahatan
itu. Gereja dengan dunia yang bukan Kristen makin kabur, namun perbedaan derajat dan
kebajikan itu tetap Nampak. Tentu ada juga orang kafir, yang berusaha ingin hidup
dengan sopan, tetapi Gereja Kristen ialah satu-satunya persekutuan hidup, yang dengan
pekabaran Injil dan teladannya lama-kelamaan mengangkat rakyat murba kepada tingkat
kesusilaan yang lebih tinggi. Hal ini diakui juga oleh beberapa pujangga kaifr. Tidak
mengherankan, bahwa orang-orang apologet selamanya menunjuk kepada kebajikan
Kristen itu untuk membuktikan kesucian agamanya.
2. Rumah tetangga
Hal nikah dan rumah tangga dijunjung tinggi di dalam jemaat Kristen, meskipun hidup
lajang (tidak kawin) dianggap lebih suci oleh banyak orang. Sebab itu suami-istri diajak
menahan diri seboleh-bolehnya. Nikah kedua sesudah suami-istri meninggal, dipandang
kurang patut. Perkawinan seorang Kristen dengan seorang kafir tidak diperbolehkan,
sungguhpun sering berlaku. Kaum wanita dihormati; juga di dalam hidup jemaat,
kecakapan dan tenaga mereka dipergunakan untuk pelbagai tugas. Suami-istri harus
berkasihan-kasihan dan tidak boleh bercerai. Maksud nikah ialah melahirkan anak. Anak-
anak harus dididik dalam iman Kristen dan wajib menurut segala nasehat orangtuanya.
Rumah tangga Kristen dipandang sebagai suatu persekutuan agama yang erat
pertaliannya.
3. Milik
Milik itu adalah pinjaman dari Allah. Sebab itu milik perseorangan diakui baik, asalkan
anggota jemaat sadar dan ingat, bahwa ia bertanggung jawab selaku hamba Tuhan atas
miliknya itu. Dan sebagai seorang Kristen ia tidak boleh hidup mewah. Pakaian, makanan
dan perabot rumahnya hendaknya sederhana, suapaya jangan harta benda itu menjadi
rintangan bagi hidup rohani. Segala kelebihan baiklah diserahkan kepada yang
berkekurangan. Jemaat merasa malu kalau seorang anggotanya miskin atau lapar, tetapi
sekalipun demikian Gereja zaman itu belum insaf, bahwa jurang perbedaan yang
mendalam antara kemiskinan dan kekayaan di dalam masyarakatnya, harus dianggap
sebagai suatu keadaan sosial yang salah dan buruk benar di hadapan Tuhan dan sesama
manusia. Gereja belum mengerti panggilan dan tugasnya untuk memberantas dan
membasmi segala keadaan yang kurang adil itu demi Injil pengasihan Tuhan.
4. Perbudakan
Orang Kristen pada masa itu memandang perbudakan sebagai suatu perkaya yang biasa
juga. Mereka itupun mempunyai budakan juga. Sebaliknya di tuntut dari tuan-tuan
Kristen, supaya mereka memperlakukan budaknya dengan peri kemanusiaan, sehingga
nasib budak orang Kristen jauh lebih baik dari pada nasib kebanyakan budak orang kafir.
Akan tetapi yang lebih penting lagi ialah di dalam lingkungan jemaat sendiri tak ada
perbedaan antara tuan dan budak melainkan semua bergaul selaku saudara-saudara,
menurut perkataan Paulus, bahwa di dalam jemaat tidak ada hamba atau orang merdeka
karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus (Gal 3:8)
5. Pergaulan umum
Seorang Kristen, yang ingin hidup, untuk menentukan sikapnya terhadap segala hal dalam
pergaulan masyarakat, karena pergaulan itu sangat di pengaruhi oleh agama kafir. Lama-
kelamaan agama dan adat Kristen mulai di perhatikan serta di hargai oleh panglima
mereka. Juga dalam lapangan masyarakat yang lain, sikap orang Kristen berbeda, ada
yang tetap menjauhkan diri sama sekali dari segala hal duniawi, tetapi lebih banyak yang
tidak begitu berkeberatan tentang pergaulan sehari-hari dengan golongan-golongan yang
bukan Kristen. Makin orang Kristen mencampuri masyarakat umum, makin di
perhatikan dan di hormati oranglah adat mereka.
6. Pengalaman
Sidang Kristen zaman itu suka memberi derma dan pertolongan dengan seluas-luas
hatinya. Pemberian jemaat diletakkan diatas meja Tuhan dalam tiap-tiap kebaktian, lalu
dibagi-bagikan oleh syamas-syamas. Yang diberi bantuan ialah golongan pejabat, orang
miskin, janda, piatu, orangtua dan orang hukuman. Saudara-saudara yang datang dari
tempat lain diberi tumpangan. Siapa saja yang berkekurangan dikunjungi dan diberi
pertolongan. Pada tahun 250 jemaat di Roma, yang waktu itu belum banyak anggotanya
yang kaya, memberi sokongan kepada 1500 orang! Pun kepada kaum kafir, gereja
beramal, umpamanya apabila rakyat ditimpa oleh suatu bencana. Demikian pula jemaat
lain diberi pertolongan, kalau mereka mendapat kesukaran atau menderita
penghambatan. Pengalaman kaum Kristen itu umum disaksikan oleh orang kafir, sehingga
mereka mengucapkan: “camkanlah betapa mereka berkasih-kasihan!”
BAB 12
4. Constantius Agung akhirnya tibalah masa yang baik bagi gereja ketika Constantius
merebut tahta sesudah mengalahkan lawannya Maxentius dekat roma pada tahun 312
sehingga ia memerintahkan kekaisaraan romawi bagian barat. Constantius mendapat
penglihatan yakni sebuah salib yang gemilang di udara dengan tulisan menanglah dengan
perantaraan tanda ini. Constantius telah masuk Kristen kira-kira pada tahun 312 ( dia
baru di baptiskan menjelang hari ajalnya tahun 337). Keduanya mengeluarkan edik
(putusan) Milano pada tahun 313 dimana ditetapkan bahwa gereja mendapatkan
kebebasan sepenuhnya. Bahkan segala milik yang dirampas oleh Negara harus
dikembalikan atau dibayar. Mulai saat itu ada perdamaian antara gereja dengan Negara
bahkan kaisar mengharapkan bantuan dan berkat dari pihak gereja untuk keamanan dan
kemajuan Negara. Gereja bertambah kokoh dan penting bahkan diberikan berbagai
keuntungan (umpamanya hak menerima warisan sokongan uang untuk membangun
gedung gereja mengenai penyucian hari minggu) hal ini mulai setelah Constantius
mengalahkan licinius pada tahun 380 gereja diresmikan menjadi gereja oleh kaisar
Theodosius.
BAB 13
GEREJA – NEGARA
1. Dunia Dimasehikan
Constantinus ialah supaya Gereja dan Negara diperhubungkan erat-erat. Sebab itu ia
berusaha membasahi semua Gereja sekta di luar Gereja Katolik, seperti sekta Marcion,
Montanus, Novatianus dan lain-lain. Tetapi agama kafir dibiarkan yang dulu, sebab yakin
bahwa agama itu akan lenyap dengan sendirinya oleh pengaruh agama Kristen. Lain
sekali tindakan ketiga anaknya yang mengantikan dia. Mereka itu menaruh dewa-dewa.
Akan tetapi ternyata bahwa agama kafir belum mati sama sekali. Reaksinya masih kuat.
2. Gereja duniawikan
Bahwa gereja dilindungi oleh kasisar menjadi suatu cobaan yang mengandung bahaya
besar baginya. Pemimpin – pemimpin Gereja sudah takhluk kepada urusan dan perintah
kaisar, karena hal itu membawa untung besar baginya. Bukankah mereka lebih dihormati,
lebih kaya dan berkuasa karenanya? Dulu orang yang mau masuk Kristen memerlukan
keberanian dan iman yang teguh sekarang banyak orang minta dibaptiskan, supaya boleh
dalam masyarakat.
Dunia kodrati (alamiah) masuk gereja (proses ini disebut “sekularisasi”). Buktinya banyak
: kebaktian dan upacara yang makin indah dan megah, jubah pejabat yang berwarna-
warna lilin, kemenyan, gedung-gedung gereja yang besar dan elok, bermacam-macam
arahkan (Prosesi) dan sebagainya. Yang kurang baik lagi, yaitu segala benda suci,
teristimewa sakramen dipandang secara realitas dan kasar. Secara lahiriah Gereja Kristen,
akan tetapi kesalehan anggota-anggota jemaat bercorak kafir. Orang kafir yang masuk
Kristen kehilangan dewa-dewinya yang dapat member pertolongan dalam rupa-rupa
kesulitan. Pengganti dewa-dewi itu sekarang ialah orang-orang kudus. Ibadah pada dewa-
dewi dijadikan ibadah kepada maria selaku “Bunda Allah” yang memelihara dan
melindungi segala orang percaya. Perubahan lagi, yaitu pengakuan dosa dihadapan umum
dalam kebaktian dihentikan, sebab memalukan orang, lalu diganti dengan pengakuan dosa
dihadapan seorang paderi.
3. Organisasi
Gereja harus menjadi pembantu Negara. Untuk itu ada pimpinan yang kuat. Sampai pada
waktu uskup-uskup sama besarnya. Tetapi sekarang kaisar menjadi kepala Gereja. Dialah
hakim dan pengatur undang-undang yang tertinggi. Kaisarlah untuk bersidang selaku
“konsili oikumenis” ( yang pertama di Nicea pada tahun 325). Kaisar menjadi ketua dan ia
menjaga supaya segala keputusan dilaksanakan. Sinode-sinode daerah pun dimasa badan-
badan pengurus dan pelaksana saja.
Dengan semikian gereja negara disusun selaku badan hukum yang berpusat kanistana
kaisar. Dibagian uskup roma memperkokoh kuasanya dan dibagian timur uskup besar
dari kota-kota besar tampil kemuka selaku pemimpin Gereja. Sebenarnya perbantahan
dogmatis dari zaman itu berhubungan rapat dengan persaingan antara Uskup besar
Constantinopel dan Alexandria.
4. Kerahiban
Sudah lama ada anggota jemaat yang mementingkan dan melakukan hal dan akses. Tetapi
kira-kira tahun 300 di Mesir orang mulai mengasingkan diri sama sekali dari masyarakat
yang berdosa, lalu hidup menyindir salaku orang Partapa. Mereka berusaha mematikan
segala hawa nafsu daging, supaya dapat hidup sesaleh-salehnya. Mereka dinamai orang
“eremit” (eremos = pada gurun). Yang terkenal diantara mereka ialah Antonius, mereka
ingin terhidar dari segala pencobaan dunia, tetapi maksud itu tercapai, karena dalam
persaingannya itu pun mereka digoda oleh iblis.
Tidak lama antaranya orang remit berkumpul dalam rumah-rumah Pertapaan atau Biara.
Pada tahun 320 Pachomius mulai mengatur hidup sehari-hari dari orang Pertapa atau
rahib-rahib ini dan peraturannya itu rabih-rabih melepaskan segala kemewahan, milik
dan nikah, agar dengan pertakaran ini mereka dapat menyerahkan dirinya sepenuh-
penuhnya untuk berdoa, merenung, melakukan pelbagi latihan rohani, ibadah dan
pelajaran Alkitab. Sebenarnya mula-mula bergerak dan tujuannya ini tak lain dari suatu
reaksi saja terhadap sekularisasi Gereja, sehingga dunia dibenci dan ditakuti. Tetapi lama-
kelamaan biara-biara itu berfaedah besar bagi masyarakat, sebagai pemelihara hidup
rohani dan selaku pusat kebudayaan, pelajaran, pendidikan dan pengalaman. Pembesar –
pembesar Gereja sendiri, yang hidup ditengah-tengah dunia ini, tahu menghargai dan
mempergunakan kesalahan dan kerajinan rahib-rahib itu.
Ditimur hal mistik dan akses diutamakan dalam biara-biara oleh sebab pengaruh filsafat
kafir yang dualistik. Sebab itu rahib-rahib ditimur bersifat pasif serta mementingkan
pekerjaan merenung dan menyiksa diri.
BAB 14
2. Arius dan Alexander. Pada tahun 318 timbullah perselisihan di Alexandri antar seorang
presbiter, Arius namanya dengan uskupnya Alexander kata arius tak mungkin yesus dapat
disebut “ setengah Allah” apabila kita percaya kepada satu allah saja tentulah yesus allah
juga atau ia bukan allah melainkan makhluk saja. Demikian lah arius mengajarkan bahwa
anak atau logos itu adalah makhluk Tuhan yang sulung dan yang tertinggi derajatnya ia
bukannya dari kekal, melainkan diciptakan di dalam batas-batas zaman, seperti manusia
juga diciptakan. Logos itu telah datang ke bumi ini selaku pengajar dan teladan bagi
segala makhluk yang lain. Dengan rela hati kristus taat sepenuh-penuhnya pada Allah oleh
sebab itu ia diberi kehormatan ilahi. Alexander tidak menerima pandangan itu, karena
apabila hal itu benar, maka itu berarti bahwa Injil ditiadakan. Jikalau kristus tidak lain
dari pada makhluk saja mustahil kedatangan logos dalam dunia ini berarti penyataan
Allah yang benar. Dan mustahil pula logos itu dapat membebaskan manusia.
Alexander juga tidak merasa puas dengan pergataan origenes bahwa logos adalah
setengah allah. Tetapi kesimpulan Alexander lain segali. Logos diartikannya sama seperti
Yohanes dalam pendahuluan Injilnya dan seperti Ireneus, yaitu logos itu bukanlah suatu
zat diantara Allah dan dunia melainkan logos sendiri pun adalah Allah sedari kekal.
Hanya dengan demikianlah ia dapat membebaskan dunia sesudah ia menjadi manusia.
3. Konsili di Nicea. Perselisihan ini merambak dengan segera diseluruh gereja bagian
timur, serta mengharu birukan jemaat dan masyarakat. Sebab itu Contantinus mencari
jalan untuk memperdamaikan kepada belah pihak yang berbantah-bantah itu, supaya
jangan keesaan gereja Negara terganggu untuk mencapai maksud itu kaisar memanggil
suatu konsili oikumenis bersidang di Nicea (di Asia kecil dekat Constantinopel) pada tahun
325 supaya konsili ini memperbincangkan dan memecahkan masalah theologia tentang
nisbah/relasi antara bapak dan anak, yang menjadi pokok pertikaian itu jumlah anggota
konsili Nicea antara 250 dan 300 uskup antaranya lima dari barat kaisar menjadi ketua.
Oleh kaisar dan penasehatnya dianjarkan suatu rumus tentang wujud logos yang dapat
memuaskan hati kebanyakkan anggota arius dengan pengikutnya kalah karena ajaranya
disalahkan dan ia sendiri dipecat dan dibuang. Bagaimana kah bunyi rumus yang diterima
oleh konsili itu? mereka setuju bahwa logos atau anak, “homo-usios” dengan bapa
sebenarnya istilah itu berarti “sezat”atau”sehakekat”tetapi menurut Constantinus rumus
itu hanya menyatakan bahwa logos berhubungan rapat dengan Allah bapa. Maksud kaisar
ialah supaya segala golongan dapat menafsirkan homousios sesuai dengan pikiran masing-
masing dengan itu ketenteraman dan persatuan didalam gereja dan Negara terjamin pula
jadi tetapi pada hakekatnya kesimpulan Nicea itu tak lain dari pada suatu kompromi saja.
Akan tetapi akan nyata bahwa kemudian istilah homousios itu mendapat arti dan isinya
yang sejati tatkala Athanasius mulai mempergunakannya sebagai senjata dalam
perjuangannya melawan pengaruh filsat Yunani dalam theologia Kristen.
4. Perjuangan Athanasius. Dengan konsili Nicea pertikaian tentang relasi antara logos
dengan Allah belum diselesaikan, karena golongan yang berlawanan itu bukan saja
hendak bembenarkan theologinya masing-masing, tetapi juga bersaingan untuk merebut
kuasa didalam gereja Eusebius dari Nikomedia seorang sahabat karib dari Arius dan
pemimpin golongan yang tetap berpegang pada theologia Origenes, menjadi uskup
Constantinopel pada tahun 328 Athanasius menggantikan Alexender selaku uskup
Alexandria. Karena Eusebius serta sahabatnya sampai mengatakan dusta dan umpat
kepada kaisar tentang Athanasius, sehingga pada tahun 335 Athanasius dibuang ke
Trier di negeri Lotharing. Lepas dua tahun ia diizinkan pulang ke Alexandria tetapi
kemudian ia banyak kali lagi dibuang pulang lagi terpaksa lari pulang lagi dibuang pula
dan begitu seterusnya, bertahun-tahun lamanya. Hal itu membuktikan bahwa Athanasius
berjuang dengan sekuat tenaga untuk melawan ajaran sesat dengan kaum Arian yaitu
pengikut Arius ia tidak jemu menjelaskan kepada gereja dengan banyak karangan bahwa
anak itu bukan suatu makhluk dan bukan setengah Allah atau Allah yang kedua,
melainkan suatu zat dengan bapa dalam segala-galanya. Yang terpenting bagi Athanasius,
ialah kebenaran Injil Yakni ketika anak itu masuk ke dunia ini, Allah sendiri datang
menyelamatkan manusia.
Jemaat di roma memihak kepada Athanasius tetapi lawan-lawannya banyak dan berkuasa
pula. Sejak tahun 340 berkali-kali diadakan sinode tentang soal ini. dimasa pemerintahan
Constantinus, anak Constantinus (353-361) timbul kesulitan besar bagi golongan
Athanasius yang ortodoks itu, karena kaisar itu seorang Arian lalu mendesak gereja untuk
menerima dan mengaku rumusnya yaitu bahwa anak menyerupai (homoios) bapa.
Pengikut lain dari Arius mengajarkan bahwa anak itu tidak menyerupai (an-homoios)
bapa, tetapi pendirian mereka itu sebetulnya sama saja, karena keduanya menyangkal
keilahian logos.
Pertikaian theologia yang hebat dan lama ini baru barakhir sesudah Theodosius Agung,
yang anti arian, naik kaisar pada tahun 379. Konsili oikumenis yang kedua, yang diadakan
di Constantinopel pada tahun 381 memutuskan bahwa anak itu homo-usios dengan bapa.
Dengan demikian keputusan Nicea ditetapkan, tetapi dengan pengertian yang lebih terang
dan dalam. Konsili Constantinopel mengakui pula bahwa roh kudus juga sezat dengan
bapa menurut ajaran Athanasius.
Hasil keputusan Nicea dan Constantinopel nampak dengan tegas dalam “pengakuan
Nicea” atau “Nicenum” yang dikalimatkan pada masa itu, yang mengaku tentang kristus
aku percaya kepada satu Tuhan Yesus kristus anak Allah yang tunggal, yang lahir dari
sang bapa sebelum ada segala zaman, Allah dari Allah, terang dari terang. Allah yang
sejati dari Allah yang sejati, diperanakkan, bukan dibuat sehakekat dengan sang bapa
yang dengan perantaranya segala sesuatu dibuat yang telah turun dari sorga untuk kita
manusia dan untuk keselamatan kita.
Ajaran kaum Arian dan lain-lain golongan yang tidak menganut theologia ortodoks
disalahkan di Constantinopel. Pengaruh kaum arian lekas surut dalam gereja hanya di
antara suku-suku jerman yang telah masuk Kristen ajaran arian masih mempertahankan
dirinya beberapa abad lamanya.
5. Ajaran Gereja tentang Allah yang tritunggal. Hasil perjuangan Athanasius ialah bahwa
gereja tetap menyingkirkan roh Yunani dan berita keselamatannya sekarang sudah pasti
bahwa kristus, anak sekali-kali tidak berhubungan logos filsat yunani yang hanya zat
setengah ilahi diantara Allah dan dunia.
BAB 15
1. POKOKNYA
Hasil perbantahan-perbatahan Theologia dalam abad ke-IV itu ialah. Gereja telah
menetapkan pengakuanya tentang keesaan dan kesamaan hakekat Kristus dengan Bapa,
karena Gereja insaf bahwa manusia hanya dapat diselamatkan oleh Kristus apabila ia
sungguh-sungguh Allah. Akan tetapi kebebasan itu bergantung kepada masuknya Allah
yang benar itu kedalam daging dan darah manusia (inkarnasi). Kristus yang sungguh-
sungguh Allah haruslah menjadi sungguh-sungguh manusia pula, jika ia hendak
mengembalikan dunia ini ksepada Tuhan. Dengan demikian terbit lagi soal lain dalam
Gereja lama, ialah: bagaimana hubungan antara tabiat keilahian dan tabiat
kemanusiaanNya?
Perbedaan pikiran tentang masalah ini mengacaukan pikiran banyak orang Kristus 250
tahun lamanya, mulai dari abad ke-V. oleh perselisihan ini Gereja timur pecah dalam
beberapa bagian yang sampai kini belum dipersatukan pula. Perbantahan ini dipengaruhi
pula oleh persaingan antara patriarch-patriarkh Constantinopel dan Alexandria. Sukar
sekali bagi Gereja untuk memutuskan soal ini. Dengan hati-hati Gereja mencari jalan
tengah antara dua ajaran yang bertentangan itu.
2. APOLLINARIS
Pada pertengahan abad ke-IV masalah ini sudah dikemukakan oleh Apollinaris dari
Laodicea. Ia mengajarkan bahwa Kristus telah menjelma dengan beroleh tubuh dan jiwa
manusia, tetapi roh atau “aku” manusia itu diganti oleh Logos ilahi. Ajaran ini ditolak oleh
konsili Constantinopel (381), karena jika demikian tentulah Kristus tidak menjadi manusia
sungguh-sungguh, dan jikalau ia bukan manusia sungguh-sungguh, mustahil kita manusia
dipersatukan pula dengan Allah dan kristus.
Barulah pada tahun 428 masalah ini mulai diuraikan sedalam-dalamnya oleh Nestorius,
Patriakh dari Constantinopel. Ia berkeberatan terhadap gelar “Bunda Allah” bagi Maria,
berhubungan dengan ajarannya tentang kedua tabiat kristus yang bunyinya seperti
berikut: apabila Kristus sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia pula,
maka itu adalah suatu keduaan, bukanlah suatu keesaan. Sebab itu Nestorius
mengajarkan bahwa Yesus seakan-akan menjadi sebuah rumah kudus bagi logos Allah.
Demikian Logos yang kekal itu dan oknum Yesus yang bebas yang dapat diubah itu,
tinggal dua. Ada perbuatan-perbuatan Kristus yang dilakukan oleh Logos (misalnya
mijizat-muzijat), ada lain pula yang hanya mengenai manusia Yesus (misalnya sengsara
dan kematianNya). Sebagaimana Firman mendiami Yesus, tetapi dengan lebih sempurna.
Antara Yesus dan Logos tak ada keesaan hakekat, melainkan hanya keesaan kehendak
yang teguh saja, sebab keduanya berkasih-kasihan. Relasinya boleh dibandingkan dengan
persekutuan suami-istri dalam nikah. Nestorius serta pengikut-pengikutnya, “golongan
Antiokhia” namanya, menitik beratkan kemanusiaan Kristen dan penceraian kedua
tabiatNya. Diri Kristus seolah-olah dibagi dalam dua oknum, yaitu ilahi dan yang insane.
Dengan itu Allah tidak menjadi manusia sungguh-sungguh.
Ajaran ini dilawan oleh Cyrillus, Patriarkh Alexandria, dengan teman-temannya, yaitu
“golongan Alexandria.” Ia mengajarkan keesaan dari kedua tabiat kristus, sambil menitik
beratkan tabiat ilahi. Akibatnya kemanusiaan Kristus kurang diperhatikan oleh Cytillus.
Katanya: Anak Allah menyelubungi dirinya dengan tabiat manusia, sehingga tabiat
manusia yang tak berpribadi itu telah hilang lenyap. Seperti setitik air susu hilang melebur
dalam samudra. Dengan pertolongan uskup roma, Cyrillus menang, pada konseli
oikumenis yang ketiga, yaitu di Efesus pada tahun 431, ajarann Nestorius ditolak oleh
gereja dan Nestorius dibuang.
Pada tahun 448 perselisihan ini mulai berkorban lagi, tatkala seorang sarjana theologia
yang bernama Eutyches mengajarkan bahwa sebenarnya Kristus hanya bertabiat satu
saja. Kemanusiaan Kristus dipengaruhi oleh atau diisi dengan keilahianNya semata-mata,
sehingga kemanusiaan itu Cuma kelihatannya saja meyerupai kemanusiaan kita. Inilah
ajaran “monophysit” (mono= satu; physis= tabiat). Patriarkh Alexandria, Dioscurus
namanya, membantu Eutyches. Pada tahun 449 “Sinode penyamun” di Efesus dipaksa oleh
Dioscurus dengan rahibnya yang bersenjata supaya mengaku monophysitisme dari
Eutyches selaku ajaran ortodoks. Akan tetapi putusan ini tak disetujui oleh uskup Roma,
yaitu Leo I.
Pada Tahun 450 seorang kaisar yang lebih kuat pendiriannya naik takhta di Byzantium
(Constantinopel). Kaisar ini bermaksud melawan kuasa Alexandria yang makin
bertambah itu, supaya mewujudkan persatuan baru dalam Gereja dan kekaisarannya.
Atas ajaran Leo I diundangnya suatu sinode baru, yaitu konseli oikumenis yang keempat
yang dilangsungkan pada tahun 451 di Chalcedon (diseberang selat Constantinopel).
Konseli inilah yang terbesar dalam sejarah Gereja Lama: enam ratus orang uskup
bersidang. Meskipun pengaruh Dioscurus masih sangat kuat, tetapi oleh desakan kaisar
maka akhirnya tercapailah suatu keputusan kompromi (jalan tengah) yang begini
bunyinya: Kristus bukan bertabiat satu (Alexandria) dan bukan bertabiat dua (Antiokhia),
melainkan ia “bertabiat dua dalam satu oknum”. Kedua tabiat ini “tidak bercampur dan
tidak berubah” (melawan Eutyches), dan “tidak terbagi dan tidak terpisah” (melawan
Nestorius). Dengan putusan ini Gereja telah mengaku, bahwa sebenarnya keadaan Yesus
Kristus di bumi ini tinggal satu rahasia yang tak dapat dipahami oleh akal budi manusia.
Perbantahan ini belum berakhir dengan konseli Chalcedon. Gereja dinegeri mesir dan
Siria menolak keputusan Chalcedon, pertama-tama, sebab mereka tak bersetuju secara
theologia, dan kedua karena mereka tak suka takluk lagi kepada titah kaisar dari
constantinopel, berhubung dengan kesadaran kebangsaan yang mulai timbul dimana-
mana.
Gereja dinegeri Persia itulah yang pertama memutuskan perhubungan Gereja dengan
pemimpin-pemimpin Gereja di Constantinopel. Gereja Persia itu mengaku ajaran
Nestorius (duophysit). Dalam abad-abad berikutnya pekabaran-pekabaran injil Nestorian
masuk sampai jauh ke dalam Asia tengah, bahkan sampai ke peking. Demikianlah timbul
di Tiongkok suatu gereja yang besar, yang pengaruhnya besar sekali dalam masyarakat
sekitar tahun 1200. Tetapi kemudian gereja itu lenyap oleh bangsa Mongol yang dalam
abad ke-XIII dating menyerang daerah-daerah itu (bandingkan bab 26.5).
Dalam abad ke-V banyak Gereja yang lain lagi menceraikan diri dari Gereja Katolik,
yakni Gereja Armenia, Siria, mesir (Gereja koptis) dan Abesinia. Semua Gereja ini
memihak kepada theology Cyrillus atau ajaran monophysit. Dalam abad ke-VII, daerah
semua Gereja ini dialahkan oleh orang Islam, sehingga tak dapat berkembang lagi.
Sungguhpun Gereja-gereja ini masih ada sampai kini, tetapi tidak berpengaruh diluar
lingkungannya sendiri.
BAB 16
GEREJA ORTODOKS-TIMUR
Semakin lama semakin nyata perbedaan berbagai hal dalam Gereja Kristen bagian Timur
dan bagian Barat. Bagian Barat mementingkan perbuatan. Oleh sebab itu ajaran yang
diutamakan adalah tentang amal dan jasa, penebusan dosa atau penyesalan ( praktek
penitensia) dan organisasi gereja. Menurutnya keselamatan adalah perbuatan Allah.
Gereja Timur mempertahankan peraturan dan susunan Gereja lama, yaitu uskup lebih
tinggi derajatnya. Gereja Timur menyebut dirinya “Gereja Ortodoks” atau Gereja
“Katolik Gerika”. Gereja ini terdiri dari beberapa Gereja diantaranya di Rusia dan di
Balkan, masing-masing dipimpinb oleh patriakh-patriakh atau sinode-sinode. Di Rusia
kini jumlah anggotanya masih banyak sekali, sekitar 140 juta jiwa. Pada persidangan-
persidangan “gerakan oikumenis” di Eropa Barat sejak tahun 1925, Gereja Ortodoks di
wakili oleh uskup-uskupnya. Disitu nyata betapa indah harta rohani Gereja itu yang
dipeliharanya sampai sekarang ini.
BAB 17
ZAMAN AUGUSTINUS
2. Augustinus (354-430). Seorang bapa Gereja yang jauh lebih besar dari kedua
tokoh tadi ialah Augustinus. Di samping Paulus dialah yang terpenting dalam Gereja
segala abad, kita juga mengetahui pekerjaan theologia Augustinus, pikiran dan perasaan
hatinya oleh kitabnya yang termasyhur itu, yang bernama “Confessiones”, artinya
pengakuan-pengakuan. Dalam kitab ini diceritakannya hidupnya sejak masa mudanya
sampai kepada pertobatannya selaku suatu pengakuan yang terbuka di hadapan Tuhan.
Dengan tidak menyembunyikan apa-apa yang membentangkan segala segala kesalahannya
sambil mengaku salahnya, tetapi terlebih-lebih ia memuji Tuhan karena rahmatNya, yang
olehnya ia akan diampuni dan dibebaskan dari ikatan-ikatan dosanya. Pokok kitab ini
terus dinyatakannya pada permulaan pasal pertama, di mana tertulis: “Engkau telah
menciptakan kami untuk Engkau dan hati kami tidak tenteram sebelum mendapat
ketenteraman di dalam Engkau.”
3. Hidupnya. Augustinus lahir pada tahun 354 di Thagaste (di Afrika Utara).
Waktu Augustinus berumur 16 tahun pergilah ia ke Carthago untuk menuntut ilmu pidato
buat menjadi retor (pengacara, advokat). Ia belajar rajin, lagipula ia sangat pintar, tetapi
ia juga hidup di dalam percabulan. Dua tahun kemudian ia mendapat seorang anak dari
seorang perempuan yang dengannya ia hidup selama 14 tahun. Waktunya umurnya 19
tahun Augustinus mulai sadar setelah membaca sebuah kitab filsafat. Mulailah ia mencari
kebenaran satu-satunya. Tetapi Alkitab belum menarik perhatiaanya, karena kitab kudus
itu kurang mendalam filsafatnya, bahkan kasar isi dan susunannya. Augustinus lebih suka
lebih suka mempelajari ajaran-ajaran kafir, semacam gnostik Persia yang sangat asketis
dan dualistis. Kemudian Augustinus berangkat ke Roma dengan tidak mengindahkan
permintaan Monnica untuk tidak pergi. Tetapi di Roma ia juga tidak mendapatkan
kebenaran yang dikerjakan itu. Ia masih tetap menolak Alkitab dan ia tertawa apabila
membaca sesuatu tentang Tuhan yang menjadi manusia.
5. Perlawanan Augustinus terhadap sekta Donatis. Telah lebih dari satu abad
lamanya terdapat di situ suatu Gereja sekta yang sebenarnya telah lebih besar daripada
Gereja Khatolik. Anggotanya bernama “orang Donatis”, seorang uskup yang hidup pada
permulaan abad ke IV. Pendirian orang Donatis sangat keras dalam hal ini. Pada zaman
Augustinus mereka mencari kekuatannya dalam hal membela kekudusan Gereja, sama
seperti orang Montanis dan pengikut-pengikut Novatianus.
Pelagius ialah seorang rahib dari Britania, yang tinggal di Roma, pada waktu
ia pindah ke Afrika Utara, di mana ia berkenalan dengan Augustinus. Pelagius sangat
keberatan terhadap ucapan Augustinus dalam “confessiones”: “Berilah apa yang Kau
suruhkan, dan suruhkanlah apa yang Kau kehendaki”. Theologianya adalah seperti
berikut: Dosa Adam tidak menghilangkan kehendak bebas manusia. Tiap-tiap manusia
lahir dengan tidak bercacat, sama seperti Adam di Firdaus. Jadi dosa turunan tidak
diakuinya. Duduknya dosa bukannya di dalam tabiat manusia, melainkan dalam
kehendaknya. Tiap kali kalau kehendak manusia bermaksud berbuat jahat , ketika itulah
manusia berdosa. Dosa tidak diwariskan turun temurun, tetapi teladan Adam yang jahat
itu ditiru oleh anak-anaknya. Demikian tiap-tiap manusia mulai berdosa, sebab ia melihat
dan meniru orang sekelilingnya: ibu, bapa, dan saudaranya. Kematian bukanlah akibat
dosa atau hukuman dari Tuhan, tetapi termasuk hukum alam. Keselamatan yang kekal itu
diperoleh manusia selaku pahala karena amal dan kebajikannya yang dilakukan manusia
menurut kehendaknya yang bebas itu. Jadi rahmat tidak dianggapnya sebagai suatu kuasa
rohani daru sorga yang bekerja dalam hati manusia. Ajaran Pelagius ini dotolak oleh
Gereja pertama kalinya di Chartago pada 418 dan akhirnya oleh konsili di Efesus (431),
sebab Nestorius telah menyokong pengikut-pengikut Pelagius.
Dalam kitab ini Augustinus menguraikan juga soal kerajaan 1000 tahun yang
terbaca dalam Wahyu 20. Origenes serta pengikutnya tak percaya akan nubuat itu, tetapi
orang Kristen pada zaman itu berharapkan pada pemerintahan Kristus di bumi selama
1000 tahun, di mana umatnya akan merasakan kesentosaan dan bahagia yang tak
terkatakan. di bumi selama 1000 tahun, di mana umatnya akan merasakan kesentosaan
dan bahagia yang tak terkatakan. di bumi selama 1000 tahun, di mana umatnya akan
merasakan kesentosaan dan bahagia yang tak terkatakan. Tafsiran Augustinus lain sekali,
ia mengajarkan bahwa kerajaan itu sudah mulai dengan kebangkitan Tuhan Yesus dan
dengan kelahiran Gereja. Orang-orang kudus yang duduk di atas takhta dengan
memegang kuasa rohani itu ialah uskup-uskup yang memimpin Gereja beserta dengan
Tuhan (Wah 20:4 dan 6).
BAB 18
Orang kafir biasanya membakar mayat orang matinya dan menyimpan abuhnya
itu dalam tempayan. Tetapi kaum Kristen dan Yahudi tidak menuruti kebiasaan ini,
karena mereka menantikan kebangkitan segala daging (semua makhluk). Sebab itu
mereka membentuk perhimpunan-perhimpunan pekuburan agama menurut adat orang
Romawi, oleh karena perhimpunan yang demikian itu diizinkan dan tidak pernah
diganggu oleh pemerintah. Katakombe ini yang bertingkat tiga sampai enam terdiri dari
kamar-kamar kuburan yang kecil yang dihubungkan oleh lorong-lorong yang sempit,
dalam dinding lorong-lorong itu dipahat puluhan ribu kuburan.
Seringkali orang-orang saleh datang berdoa dimuka kuburan orang syahid (orang
martir) pada hari peringatannya, yakni hari kematiannya, yang tak lain dari pada
kelahirannya dalam kehidupan yang kekal. Beberapa katakombe besar di temui pula pada
abad ke XIX dan sampai kini dapat dikunjungi.
Berbagai-bagai gambar dan lambang Kristen yang terlukis pada dinding atau
loteng kamar-kamr kubur itu, bersaksi kepada kita tentang iman, pengharapan dan cinta
kasih kaum Kristen pada zaman purba itu. Nyatalah bahwa perasaan dan pikiran mereka
tidak pusat pada maut atau kefanaan hidup manusia, melainkan pada kebangkitan, sorga
dan keselamatan yang baka. Diantara gambar-gambar itu kita lihat lukisan taman bunga
yang permai, yakni Firdaus yang baru, dimana orang-orang mati sudah masuk
kedalamnya, beberapa cerita Alkitab yang melukiskan keluputan dan kebinasaan, seperti
Nuh dalam Bahtera. Daniel dalam gua singa, Yunus dimuntahkan ikan besar,
pembangkitan Lazarus, Musa yang memukul bukit batu, 5000 orang diberi makan dan
lain-lain.
2. Basilika
BAB 19
Perpindahan bangsa-bangsa ini akibatnya besar juga bagi Gereja Katolik, karena sebagian
besar dari suku jerman masuk Gereja Arian. Sebab pada abad ke IV orang Got barat
dimasehikan oleh seorang Uskup Arian, Wulfila namanya. Beberapa bagian dari
terjemahan Alkitab kedalam bahasa Got yang disediakan oleh Wulfila itu hingga kini
masih tersimpan. Kemudian bangsa Jerman yang lain pun menganut ajaran arian. Dengan
demikian dibarat terjadilah pertentangan hebat antara penguasa-penguasa baru yang
Arian dengan penduduk asli yang beragama Katolik.
2. Timbulnya kepausan. Ditinjau dari sudut politik, maka masa itu sulit bagi Gereja
Katolik. Tetapi meskipun begitu, pada masa peralihan itulah gereja meletakkan dasar
kuasanya yang dikemudian hari bertambah kokoh dan kuat. Sebab justru di masa itulah
uskup roma mencapai maksudnya yang telah lama dicita-citakannya, yaitu ia mulai
berkuasa atas segala Uskup yang lain serta dengan daerahNya, teristimewa di barat.
Bagaimana jadinya? Tatkala kaisar memindahkan pusat pemerintahan dan tempat
bersemayam mereka ke Byzantium, kota roma tidak berkuasa lagi secara politik. Sebab itu
pada pendapat orang dibarat, gereja katoliklah yang menggantikan Negara, dan uskup
romawilah yang menggantikan kaisar sebagai tokoh yang tertinggi. Terlebih ketika negeri
batar dikalahkan oleh bangsa yang tersebut tadi, orang tak mungkin lagi mengharapkan
pimpinan dan perlindungan kecuali dari Uskup Roma yang berani dan kuat pendirianNya.
Mereka itu segera memakai kesempatan ini untuk memperkuat kedudukanNya. Sedari
abad ke-V itu mereka digelari “Paus” dan menganggap dirinya terpanggil oleh
Tuhan untuk menjadi kepala Gereja selaku “pengganti petrus” (Mat 16:18), bahkan
sebagai “wali Kristus” dibumi ini.
Leo I (tahun 450) dialah yang boleh dikatakan menjadi paus pertama. Sesudah kita
ketahui bahwa Leo I mempengaruhi konsili Calcedon. Ia berani menghadapi Attila, raja
Hun, ketika Italia dimasuki oleh tentara Hun (452). Leo I juga yang menghubungkan erat
segala bagian gereja barat seraya memperluas kuasa dan haknya ke Gallia selatan.
Spanyol dan Afrika Utara.
4. Gregorius Agung. Di italia kuasa arian dari orang Got timur sudah dilumpuhkan
(553) oleh tentara kaisar Byzantium justinianus. Tetapi pada tahun 568 italia dimasuki
oleh bangsa yang lain lagi, yaitu oranng Longorbadia yang sebagian arian dan sebagian
kafir. Untunglah pada akhir abad itu seorang paus naik takhta yang mengemudikan gereja
dengan kuat, yaitu gregorius agung (590-604) yang dahulu menjabat pangkat wali kota
roma. Tidak lama antaranya kaum lingorbadia masuk katolik juga atas desakan gregorius.
Di Spanyol dan di perancis ia memperkokoh kuasanya. Di italia ia memperluas daerah
jemaat roma, sehingga paus menjadi kepala pemerintah dari suatu daerah, kemudian
diperluas lagi menjadi “Negara gereja”.
Paus inilah yang pertama insaf betapa pentingnya pertobatan bangsa jerman yang muda
itu bagi gereja dikemudian hari itulah sebabnya ia menyuruh mengabarkan injil diantara
orang angel dan saks ditanah inggris.
Oleh karena gregorius sendiri dahulu rahib juga, maka hidup dalam rumah biara sangat
dianjurkanNya. Dibarat dalam biara sudah dibaharui oleh Benedictus dari nursia (tahun
525) yang mendirikan Ordo (perkumpulan) rahib yang pertama (Ordo Benedictin),
dengan menuntut tiga janji kemiskinan, kesucian, kesucian kelamin dan ketaatan.
Rahmat Allah terutama diterima dalam perjamuan kudus yang pandang selaku ulangan
yang tidak berdarah dari kurban Kristus di Golgata. Ajaran ini menimbulkan rupa
kepercayaan yang tak lain dari pada suatu macam magi atau jampi. Ganti iman yang
besar, pelbagai macam takhyul tentang malaikat, setan, relikwi, mujizat dan lain-lain
menguasai hati jemaat. Segala perkara tadi mempengaruhi kesalehan Gereja Romawi
sampai sekarang. Walaupun begitu, gereja ini dipakai juga oleh Tuhan sebagai jembatan
antara agama Kristen dengan bangsa jerman karena bagi bangsa itu gereja menjadi
pemimpin, pengatur masyarakat, guru dan pelatih.
5. Serangan Islam. Ketika gereja barat menempuh jalan baru yang menuju kepada
kemajuan besar, gereja timur sama sekali kehilangan kuasa dan pengaruhnya. Mula-mula
bahagian gereja timur itulah yang terpentinng tetapi sesudah agama Islam membanjiri
segala negeri disebelah timur dan selatan laut tengah pada abad ke-VII, maka gereja timur
lekas runtuh karena hidup rohaninnya sudah lama munduh. Hal ini disebabkan oleh
karena gereja itu kurang sadar akan tanggung jawabnya terhadap dunia. gereja barat
meskipun sesat dan beraib, selalu teringat juga akan tugasnnya. Yaitu menyiarkan injil di
antara segala bangsa. Setiap gereja yang hanya mengingat diri sendiri dan melupakan
panggilanNya, yaitu memberitakan Firman Tuhan, lama kelamaan niscaya akan mati.
BAB 20
Gereja barat yang mula-mula sadar akan panggilan untuk mengabarkan injil kepada
segala bangsa. Pangkalan pengutusan injil di Eropa terdapat di Irlandia. Menurut cerita
lama, injil dibawa kenegeri itu oleh seorang bernama Patrick pada tahun 432. Dengan
segera timbullah disana suatu gereja kristen yang berkembang dengan cepat. Banyak
rahib merasa dirinya terpanggil untuk meninggalkan “pulau orang-orang kudus” itu.
mereka membawa injil banyak ke negeri di Eropa, misalnya ketanah inggris, skotlandia,
jerman barat, bahkan sampai kepulau Es. Columba memasehikan skotlandia (563) dan
columbanus (600) mempengaruhi hati banyak orang kafir dieropa barat dengan
khotbahnya yang memanggil kepada pertobatan. Sejak abad ke-V inggris dimasuki oleh
bangsa Angel dan saks yang datang dari denmark dan jerman utara. Gereja kristen kecil
yang berdiri sebagai hasil pekerjaan rahib Irlandia diganggu oleh suku-suku kafir itu.
sebab itu paus Gregorius Agung mengutus 40 rahib benedictin ke inggris pada tahun 596
dipimpin oleh seorang kepala biara (“abt”) yang bernama Augustinus. Rahib-rahib itu
mulai memasehikan bangsa angel dan saks itu.
Pekabaran injil oleh angel dan saks itu pertama-tama ditunjukkan kepada bangsa fris,
yang pada waktu itu mendiami sebagian besar dari negeri belanda. Pada tahun 690
willibrod mendarat dipantai belanda dan enam tahun kemudian ia dilantik oleh paus
menjadi uskup utrecht. Karena pekerjaannya yang berasil baik itu, teristimewa di belanda
tengah dan selatan, willibrord disebut “rasul negeri belanda”. Bonifatius melanjutkan
pekerjaan willibrord. Di negeri jerman ia menyambung pekabaran injil rahib-rahib
Islandia dengan mengorganisasi gereja kristen yang muda itu. tetapi akhirnya ia balik pula
pada pekerjaan yang paling disukainya, yakni pekabaran injil di antara bangsa fris utara,
walaupun ia sudah sangat lanjut umurnya, yaitu hampir delapan puluh tahun. Pekerjaan
itu berhasil juga, tetapi pada tahun 754 penginjilan yang rajin dan setia itu dibunuh dekat
dokkum oleh segerombolan orang kafir.
Suku-suku jerman dimasehikan dengan khotbah, pengajaran, nasehat dan anjuran. Hanya
pada masa pemerintahan karel Agung saja dipakai juga paksaan. Sesudah agama kristen
dipaksakan; siapa bertahan pada agama kafir dihukum mati. Penasehat karel agung yang
bernama Alcuinus, sangat mengeritik metode dan tindakan kaisar itu. orang kristen
jerman tidak bertabiat pemenung seperti orang yunani, dan tidak pula memandang relasi
manusia dengan Allah dalam suasana kehakiman seperti dibuat orang Romawi, tetapi
mereka itu merasa dirinya terikat kepada kristus sebagai rajanya.
Bab 21
1. sebelum Karel Agung. Dasar kebudayaan Kristen di eropa barat diletakkan oleh
kerajaan dan gereja bangsa frank. Raja frank, karel martel, meluputkan eropa barat dari
bahaya islam dengan mengalahkan tentara arab dekat poitiers (baca puace) di perancis
pada tahun 732. Paus-paus pun mengganggap kerajaan frank itu sebagai pembela dan
pelindung gereja. Tatkala orang longobardia berniat menyerang kota roma, paus meminta
pertolongan dari pepin pendek, anak karel martel. Orang longobardia dialahkannya dan
dipaksanya menyerahkan beberapa daerah yang besar kepada paus. Dengan demikian
berdirilah “Negara Gereja” pada tahun 756.
Pada konsili oikumenis yang terakhir di Nicea (787), gereja timur dalam permupakatan
dengan paus menentapkan suatu peraturan untuk menghormati patung-patung, tetapi
putusan itu dilawan keras oleh karel, dan kemudian ditolak pula selaku perkara takhyul
oleh suatu sinode besar di frakfurt (794). Sementara karel ada di roma pada hari Natal
tahun 800 sekonyong-konyong ia dimahkotai oleh paus selaku kaisar. Dengan penobatan
itu dinyatakan bahwa karel menjadi pengganti kaisar-kaisar kekaisaran romawi yang
dahulu. Memang gelar dan pangkat yang baru ini selaras denan cita-cita karel sendiri.
Paling merosotna gereja, negara dan kebudayaan terjadi kira-kira tahun 900. Pimpinan
yang kuat dan saleh tak ada lagi. Di perancis kaum bangsawan merebut kuasa di dalam
gereja dan merampas milik-milik rumah biara. Di jerman :hertog-hertog” melemahkan
kuasa raja. Jabatan paus di roma jatuh ke dalam tangan orang-orang bangsawan, gereja
masih membutuhkan bantuan gereja.
BAB 22
Sejak tahun 870 ada tiga kerajaan di Eropa barat, yaitu: Jerman, Perancis dan Italia.
Jermanlah yang terbesar dan kuat. Kaisarnya, Otto I melawan hertog-hertog, yaitu
pangeran-pangeran asli dari suku-suku di negeri itu yang dipersatukan dalam
kekaisarannya. Takhtanya dan persatuan di negerinya diancam oleh hertog-hertog itu.
Oleh karena itu kaisar otto merendahkan derajat mereka dengan menjadikan mereka
pegawai-pegawai Negara. Sebagai ganti mereka, Otto menaikkan derajat uskup-uskup dan
abt-abt (kepala-kepala biara) dengan menjadikan mereka pemerintahan. Sampai pada
masa Napoleon (1800), uskup-uskup dinegeri Jerman terus merangkap jabatan
pemerintahan. Sejak Otto I, uskup-uskup itu tetap dipilih dan diangkat oleh kaisar. Sudah
barang tentu bahwa dalam pemilihan itu kepentingan politiklah yang diutamakan oleh
kaisar, bukan kepentingan Gereja.
Pada pertengahan abad ke-X timbullah suatu pergerakan pembaharuan yang hendak
menyucikan keputusan dan Gereja. Pusat pergerakan itu ialah biara Cluny di Burgondia.
Pergerakan itu berkembang sampai ke Italia, Jerman dan Inggris. Pembaharuan Cluny
menuntut: 1. Biara-biara harus diperintai langsung oleh Paus, 2. Raja dan golongan
bangsawan tidak boleh lagi mencampuri pimpinam dan urusan-urusan biara-biara, 3.
Kaum rahib harus taat kepada disiplin yang keras dan wajib hidup lebih saleh.
Sedari abad ke-XI Klerus juga bertambah-tambah dipengaruhi oleh pergerakan ini.
Segala keadaan Gereja yang buruk dilawannya, misalnya “simoni”, yaitu menjual belikan
pangkat-pangkat Gereja, untuk memperbolehkan laba duniawi (lihat Kis 8:18). Karena
biasanya pangkat-pangkat uskup diberi oleh raja kepada orang yang membayar
terbanyak; begitulah pula uskup-uskup sendiri menjual jabatan-jabatan yang lebih
rendah.
Selain dari pada itu golongan Cluny berusaha juga supaya paderi-paderi jangan menikah
lagi. Satu abad kemudian, paus Gregorius VII sama sekali melarang mereka menikah
(peraturan “selibat” = hidup lajang kaum pejabat).
3. KEPAUSAN DIBAHARUI
Beralasan asas-asas pembaharuan ini kaisar Hendrik III mulai membetulkan kepausan
juga. Tiga Paus, yang menjabat pangkat itu pada waktu yang sama juga, dipecatnya, lalu
diangkatnya seorang Paus yang baru (1046). Tidak berapa lama antaranya Paus Leo IX
memulihkan kembali kuasa dan kehormatan paus. Dari kaum Klerus tinggi di Roma
dibentuknya suatu badan penolong baginya, yaitu “majelis para cardinal”.
Tetapi makin lama makin keras tuntunan golongan pembaharuan itu, sehingga akhirnya
ditolaknya sama sekali penetapan jabatan-jabatan Gereja ( “investitus”) oleh orang awam,
umumnya kaisar atau raja. Sekarang pengangkatan uskup-uskup oleh kaisar dipadangnya
juga sebagai simony. Paus mau merebut hak investiture itu, tetapi kaisar-kaisar tak mau
mengabulkan tuntunan itu, sebagai tulang-punggung Negara adalah justru golongan
“uskup raja” itu. Kedua belah pihak, baik paus maupun kaisar, tetap pada pendirian
masing-masing, sehingga terjadilah tentangan hak invertitur itu yang berlangsung lama.
Pada tahun 1059, Kardinal Hildebrand, seorang yang tak mau tunduk atau mundur,
merebut dari kaisar hak memilih 1073, Hildebrand menjadi Paus, dengan menamai
dirinya Gregorius VII. Sekarang terbitlah pertikaian yang hebat antara paus dengan
kaisar. Segala usaha Gregorius berdasar pada ketiga hal ini: 1. Paus sekali-kali tidak
bergantung kepada penguasa yang lain didunia ini, 2. Pauslah satu-satunya kepala Gereja,
jadi segenap Klerus harus menaati perintahnya saja, 3. Segala kuasa duniawi pun hanya
dapat dikaruniakan oleh paus saja. Segala daya dipakainya untuk mencapai maksudnya
itu. Yer 48:10b menjadi semboyannya: “terkutuklah orang yang menghambat pedangNya
dari penumpahan darah.”
Pada Tahun 1075 investitus oleh orang awam dilarang oleh suatu sinode atas titah
Gregorius. Kaisar Jerman Hendrik IV tak suka menerima dan mengakui putusan itu;
sebab itu uskup-uskup dinegeri Jerman disuruhnya memecat paus. Tetapi Gregorius
dibantu oleh raja-raja Jerman. Hendrik IV dikutukinya dan dilepaskan dari pangkatnya.
Terpaksalah hendrik merendahkan dirinya dihadapan paus di Canossa di Inalta Utara
(1077). Setelah menanti-nanti kedinginan tiga hari tiga malam dimuka istana Canossa,
tempat paus menumpang, barulah ia diampuni. Akan tetapi segera juga Hendrik kembali
berkuasa lagi, sehingga ia berani menyerang Gregorius dengan tentaranya. Sesudah kota
Roma dialahkannya (1084), Hendrik dimahkotai sebagai kaisar oleh seseorang paus, yang
diangkatnya sendiri. Gregorius VII dibuang dan tak lama kemudian ia meninggal.
5. PUTUSAN KOMPROMI
BAB 23
PERANG-PERANG SALIB
1. Sebab-Musababnya. Kira-kira tahun 1070 Palestina, Siria dan Asia Kecil jatuh ke dalam
tangan orang Turki yang adalah bangsa yang beragama Islam dan kemudian mengancam
kebudayaan dan agama Kristen di Eropa. Orang-orang musafir Kristen yang
mengunjungi tempat-tempat suci di Palestina sangat diganggu dan disiksa oleh orang
Turki itu.
Pada suatu sinode di Clermont (Perancis) pada tahun 1095 umat Kristen dikerahkan oleh
paus Urbanus II untuk mengangkat perang suci untuk merebut Tanah Suci dari orang
Islam. Banyak orang dari segala lapisan menuruti ajakan itu. Mereka menempelkan
sebuah salib dari kain merah pada bahu atau dadanya sebagai tanda bahwa mereka mau
merebut Yerusalem tempatdimana Yesus di saliban. Lewat perang itu ada yang
mengharapkan kehormatan dan keuntungan, serta penghapusan dosa (indulgensia) yang
dijanjikan Paus. Paus ingin mengembangkan daerah kekuasaannya ke daerah timur. Bagi
umat Kristen perang salib ini memang mengandung arti rohani yang mulia dan suatu
kebajikan yang besar tetapi dalam prakteknya, perang itu tidak berbeda dari perang
biasa. Apalagi tak ada maksud perang suci itu untuk mengabarkan Injil diantara orang
Islam.
Direbutnya Yerusalem pada tahun 1187 oleh sultan Saladin dari Mesir menyebabkan
perang salib yang ketiga. Raja-raja Inggris (Richard Hatisinga), perancis (Philip Augus)
dan Jerman (Frederik Barbarossa=janggut merah) menggabungkan usahanya, tetapi
kaisar Federik mati dan pasukan-pasukannya kembali ke negerinya. Akibatnya ialah
perang salib yang ketiga ini gagal.
Perang salib yang keempat (1202-1204) dimulai oleh paus Innocentius III. Dengan maksud
memajukan perniagaan Venetia yang bersaing hebat dengan Byzantium. Pada tahun 1261
kaisar mengusir pula orang-orang barat dari ibukotanya,tetapi oleh segala huru hara ini
kekaisaran timur itu sangat dilemahkan, sehingga kurang sanggup melawan orang Islam.
Hanya perang salib yang keenam saja yang berhasil lagi (1228-1229) Kaisar Federik II
mendapatkan Yerusalem, Betlehem, Nasaret, dan pantai laut denganjalan diplomasi.
Tetapi tahun 1244 Yerusalem jatuh pula ke dalam tangan Islam dan akhirnya perang salib
di hentikan sesudah Bandar Akko direbut orang Islam pada tahun 1291.
Zaman perang salib timbullah beberapa “ordo ksatria” yang menggabungkan cita-cita
rahib dan ksatria yaitu takluk kepada tuntutan kerahiban dan bersumpa memerangi
orang kafir dan menjamin perlindungan bersenjata kepada musafir. Yang tertua
adalah Ordo-ordo Johanit dan tempelir (± 1120), yan terutama terdiri dari orang Perancis.
Tahun 1190 dibentuklah Ordo Jerman, yang mengalahkan dan memasehikan daerah
disebelah timur negeri Jerman. Lambat laun ordo ini menjadi pasukan-paskan pilihan
yang langsung diperintahi oleh paus.
BAB 24
Jasa manusia sama sekali tidak dipentingkan oleh Bernhard. “Segala jasaku
terdapat dalam rahmat Tuhan saja”, katanya. Jelas bahwa Luther sangat menghargai dan
menghormati Bernhard, yang boleh digelar “Augustinus abad-abad pertengahan”.
BAB 25
1. Frederik I Barbarosa
Pada tahun 1152 ada seorang kaisar yang kuat dan budiman naik takhta, yakni Frederik I
yang di gelar Barbarossa. Perintah-perintah Paus tidak di terimanya sesudah sesuatu
pertikaian yang lama ia terpaksa mengaku Alexander III selaku paus pada tahun 1177,
tetapi dalam kekaisarannya ia sendiri saja yang mengepalai Gereja. Setelah Alexander
mangkat pada tahun 1181, kedudukan Frederik bertambah kuat lagi, oleh pernikahannya
ia dapat memperluas kuasanya sampai di kerjaan Naples (Italia Selatan) dan sisilia,
sehingga akhirnya Negara-Gereja di kurung oleh kerajaan Frederik.
2. Innocentius III
Pada ketika itu juga takhta Petrus di duduki oleh Paus yang termulia dalam abad-abad
pertengahan, Innocentius III (1198-1216). Kecongkakan paus-paus dan keinginannya
untuk menguasai seluruh dunia sekarang memuncak. Menurut pendapat Innocentius,
“paus kurang besar dari Allah, tetapi lebih besar dari manusia.” Ia bukan wali Petrus saja,
tetapi wali Kristus sendiri. Semua raja harus taat kepada titah Paus;negeri, mahkota dan
kuasa mereka seharusnya mereka terima selaku suatu karunia dari tangan paus. Sebagai
pengampu dan wali dari kaisar baru, Frederik II, anak Hendrik VI, yang masih muda, ia
memerintahi tanah jerman. Raja perancis, philip August, di paksanya menyambut pula
istrinya yang telah di buangnya. Raja inggris yang tidak mau mengakui uskup besar
Canterbury di pecat dan dikutukinya. Demikian pula kuasa Innocentius bertambah di
spanyol, Hongaria, Denmark dan lain-lain telah kita maklumi juga bahwa perang salib
yang keempat di anjurkan oleh Inncentius dengan maksud menaklukan Byzantium dan
kekaisaran timur kebawah pemerintahannya.
3. Konsili di Lateran
Sebuah istana paus di Roma 1215, menjadi suatu pertunjukan besar dari kemuliaan paus
dan dari kuasa Gereja. Di antara 2000 hadirin terdapat duta-duta dari segala raja Kristen,
71 Patriarkh dan uskup besar, 412 uskup, lebih dari 800. Sebenarnya konsili ini bukan
oikumenis karena Gereja Ortodoks Timur tidak di wakili.
3. Dogma transsubstanisasi di sahkan dengan resmi. Menurut ajaran ini, yang harus di
percayai sebagai kebenaran ilahi ialah bahwa dalam misa itu zat atau substansi roti dan
air anggur berubah menjadi tubuh dan darah Kristus yang sungguh-sungguh. Pada saat
perkataan-perkataan yang dahulu di ucapkan kristus sendiri, dim ucapkan lagi imam,
walaupun bentuk tanda-tanda itu tak berubah.
Mulai dari waktu itu juga paus di akui selaku satu-satunya penguasa di dalam Gereja. Di
alah pengurus dan hakim yang tertinggi. Ia mengutuki orang dengan ekskomunikasi
(pengucilan) dan menghukum dengan interdik yaitu dalam salah satu daerah, seluruh
penduduk di larang menerima sakramen. Ia mengepalai suatu organisasi besar yang
teratur rapi dan kuat, terdiri dari ribuan klerus yang mebantu dan melayaninya selaku
pegawai-pegawainya.
4. Frederik II
Pada tahun 1215 saat kemunduran kuasa paus dan tahun itu juga Innocentius mengurus
supaya takhta jerman di beri kepada Frederik II. Frederik tidak suka mematuhi segala
perintah paus saja. Perjuangan baru berkobar untuk merebut kuasa ; pengucilan dan
kutuk resmi di pakai oleh paus selaku senjatanya. Sesudah mangkatnya tahun 1250,
kerajaan Italia Selatan dan sisilia di hadiahkan oleh paus Urbanus IV, seorang perancis,
kepada raja perancis. Kekaisaran jerman makin runtuh dan terbagi-terbagi. Rupa-
rupanya paus menang, tetapi sebenarnya kusanya sudah sangat mundur pula. Lama-
kelamaan Roma di kuasai oleh perancis.
BAB 26
1. Sekta-sekta Kathar dan waldens. Cita-cita Arnold dari Brecia di setujui beberapa
golongan sekta. Semenjak tahun 1.100 dari banyak pihak kedengaran tuntutan supaya
gerejs terbaik kepada kemiskinan rasuli.
Sekta yang mulai menasehati gereja demikian ialah orang Albigens atau Kathar (suci
bersih) di perancis selatan. Mereka dipengaruhi oleh Gnostik ajaran kafir dari timur. jiwa
adalah sebagian dari keilahan, tetapi dunia benda ini di ciptakan oleh iblis. Sebab itu
keselamatan hanya tercapai dengan jalan melepaskan dunia sama sekali. “orang percaya”
biasanya belum dapat berbuat demikian, tetapi “orang sempurna”, yang telah menerima
baptisan Roh, rela melepaskan hidup nikah dan milik. Bahkan banyak dianatara mereka
lebih suka mati kelaparan dari pada janiskan lagi oleh dunia ini. tetapi ajaran yang
didualistis ini bertentangan dengan Injil karena dosa tidak bertempat pada zat benda
dunia sendiri, melainkan dalam hati manusia. Dunia di ciptakan Tuhan yang indah itu
kurang di hormati oleh orang Kathar.
Lain sekali keadaan dan sikap sekta besar orang Waldens atau orang miskin dari Lyon.
Mereka itu adalah pengikut seorang saudagar Lyon, Petrus Waldens namanya, waldes mau
mempraktekkan Syariat Injili, teristimewa pesan Yesus dalam Matius 10, sehingga rumah
dan miliknya ditinggalkannya untuk meniru teladan rasul-rasul. Pada tahun 1177 di
bentuknyalah suatu perhimpunan penghkotbah awan yang mau turut mengembara untuk
menobatkan orang dimana-mana. Larangan dan kutuk paus tak dipedulikan mereka.
pergerakan itu berkembang dengan pesat diperancis selatan dan di italia utara. Penganut
sekta ini menolak sumpah dan perang, seraya menjelajahi negeri berdua selaku
pengkhotbah tobat. Jasa mereka yang besar ialah mereka berpegang teguh kepada alkitab,
sambil memperkenalkan isi kitab kudus itu kepada umat Kristen. beralaskan
pendirianNya segala pandangan dan kebiasaan salah dari gereja roma diserangnya dengan
keras, misalnya keselamatan jiwa, api penyucian, indulgensi dan lain-lain. Akan tetapi
disamping segala pendapat yang baik dari mereka itu tak dapat disangkal, bahwa orang
Waldens menganggap injil laksana suatu taurat, sama seperti gereja katolik yang
dilawannya. Tetapi sungguhpun demikian kriktik dan protes mereka terhadap sekularisasi
gereja sangat berharga.
2. Reaksi Gereja. Tindakn gereja terhadap sekta ini ialah sekali-kali untuk membasmi
orang Albigenes, perang mana dilaksanakan dengan cara yang bengis dan ngeri (1202-
1209). Di negeri jerman dan perancis dikeluarkan undang-undang resmi, bahwa orang
sekta harus di hukum mati dan pada tahun 1232 Inkwisisi diatur oleh paus, yakni “dinas
rahasia” yang menghambat, menangkap dan menghukum segala orang penyesat secara
kejam.
Akan tetapi syukurlah, pembenarantasan sekta itu dilangsungkan dengan cara yng lebih
halus dan melalui jalan kerohanian pula. Memang gereja roma selamanya berusaha juga
untuk mengalahkan lawanNya dengan mengambil dan mewujudkan cita-cita pelawan itu
sendiri melalui jaln gereja. Demikianlah cita-cita kemiskinan diterima oleh gereja
timbullah “Ordo-ordo minta-minta”, selaku bukti bahwa cita-cita theokrasi dapat
digabungkan juga dengan penyangkalan dunia dan askese.
Beda ordo rahib minta dengan segala ordo yang dulu, ialahlah bahwa ordo rahib yang
baru ini sama sekali tak mempunyai segala sesuatu milik, juga sebagai organisasi.
Anggotanya hidup dari sedekah yang diminta dari jemaat. Berkenaan dengan ini mereka
mereka tidak tinggal dipencil di luar kota dan dusun, melainkan didalam kota besar.
Dengan demikian merekalah yang menjadi pengkhotbah dan penggembala dari gereja.
Yang sangat memperhatikan kemajuan hidup rohani jemaat.
3. Franciscus dari Assisi. Ordo yang terkenal ialah ordo Franciscan atau saudara Dina
(Ordo Fratrum Minorum atau OFM), yang didirikan oleh Franciscus yang lahir di Assisi
(Italia) pada tahun 1182.
Walaupun Franciscus kurang setuju, tetapi pada tahun 1223 paus membuat ordonya itu
menjadi suatu organisasi yang teratur rapi, dan pencarian nafkah dengan minta saja
diganti dengan kewajiban bekerja unuk penghidupan sehari-hari. Lagi pula cara
mengembara dihentikan sehingga kaum Franciscan mulai tinggal dalam biara-biara.
Oknum dan hidup Franciscus sangat menarik hati kita. bagi Franciscus menurut Kristen
bukanlah berarti menderita sengsara dan menjauhkan diri dari dunia, sebagai pendirian
Bernhard dari Clairvaux, melainkan sesuatu kegirangan yang sangat besar. Alam
dipandanngnnya selaku cermin Allah. Semua makhluk menjadi sahabatnya. Ia bercakap-
cakap dengan bunga-bunga dan burung-burung. Ada suatu kidungnya yang termasyhur,
kepada saudara suria.
Pada tahun 1224 ia mendapat suatu penglihatan dari kristus. setelah itu pada tubuhnya
yang kurus dan sakit itu nampak kelima tanda luka dari Kristus (stigmata). Sungguhpun
hal itu belum dapat diterangkan dengan jelas, tetapi mungkin juga badan manusia
dipengaruhi demikian oleh pergerakan jiwa, sehingga tanda luka seperti itu menjadi
nampak, malahan sampai berdarah. Pada tahun 1226 Franciscus meninggal. Oleh
kesalehannya yang sungguh dan penuh sukacita itu namanya tertera dalam kisah gereja
selaku suatu terang yang permai.
Ordo Franciscan berkembang dengan cepat menjadi orang yang sangat besar. Lima puluh
tahun kemudian anggotanya sudah sampai 200.000 orang banyaknnya. Kaum Franciscan
itu sangat dihormati oleh umat Kristen. mereka mengutamakan soal khotbah dan
penggembalaan jemaat. Kemudian Mereka menuntut rupa ilmu pula.
Pada tahun 1212 sudah didirikan suatu cabang wanita dari ordo Franciscan itu oleh Clara
Sciffi dari assisi. Anggota wanita itu disebut “orang Claris”. Ada juga orang awam yang
hendak menurut aturan kaum Franciscan sedapat mungkin. Mereka diorganisasi menjadi
ordo ketiga.
4. Ordo Dominican. Ordo minta-minta yang lain yang penting pula ialah Ordo
Dominican (ordo predecatorum), yang didirikan pada tahun 1216 oleh Dominicus, seorang
Spanyol. Mereka itulah yang berusaha untuk melawan dan menaklukan orang penyesat.
Inkwisi dikepalai dan dijalamkan oleh ordo ini. mereka menjadi pemuka pekerjaan
khotbah dan teologia gereja. Sarjana theologia yang terutama pada abad pertengahan,
Thomas dari Aquino, adalah seorang rahib Domonican.
5. Usaha penginjilan kedua ordo ini. insaflah kaum Francisca dan Domonican, bahwa
selayaknya gereja wajib mengambil tindakan lain terhadap agama islam dari pada
mengangkat perang salib. Mereka mulai mengusahakan pekabaran injil diantara kaum
Arab. Gagalnya percobaan Franciscus untuk menobatkan sultan mesir tidaklah
mengecilkan hati mereka. tetapi sekarang mereka sudah Insaf, bahwa persediaan untuk
usaha sesukar itu perlu diperhatikan baik-baik sebelum menjalankanNya. Sebab itu di
Spanyol orang Dominican membuka suatu pusat pelajaran agama Islam dan Yahudi.
Yang tampil kemuka dalam usahaa ini ialah Raymondus Lullus, yang sebetulnya tidak
masuk anggota resmi dari kedua ordo itu. di pulau Malroca, tempat kelahirannya,
didirikannya sebuah sekolah pekabaran injil. Lullus mengarang beberapa kitab dan ia
pergi berulang-ulang kenegeri Arab di afrika utara untuk meyakinkan Muslim itu dengan
uraiannya,bahwa injil sajalah ajaran yang benar. Pada tahun 1316 ia mati dirajam
(dilempari dengan batu) dikota Aljazair
Orang Franciscan berusaha juga memasehikan bangsa Mongol. Pada abad ke XIII, bangsa
Asia tengah yang ganas itu telah mengalahkan seluruh Asia timur (Tiongkok), asia utara
dan asia barat, bahkan dibawah panglima perangnya, Djengis Khan, mereka menaklukan
rusia. Dijerman timur mereka dipukul mundur pada tahun 1241. Cucu Djengis Khan
memberi kesempatan kepada rahib-rahib Franciscan untuk memberitakan Injil dalam
kerajaanNya. Pada penghabisan abad ke XIII mereka sudah maju sampai ke tanah
Tiongkok (ingat juga perjalanan Marco polo, saudagar dari Venetia). Tetapi pada tahun
1368 kota peking direbut pula oleh orang Tionghoa, sehingga batas kerajaan mereka
ditutup pula dan segala hasil pekerjaan kaum Franciscan itu hilang juga.
6. Perkembangan ordo minta-minta di waktu kemudian. Tidak lama kemudian, ordo itu
dipaksa turut melayani cita-cita paus, yaitu menambahkan kuasa dan milik duniawi
gereja. Bertentangan dengan wasiat Franciscus, paus memberi izin kepada rahib
Franciscan dengan paksa disesuaikan saja dengan pandangan istana paus. Semua orang
melawan perubahan ini, yang tetap memegah teguh aturan Franciscus yang dahulu itu,
dihambat dengan keras oleh gereja.
BAB 27
Pertentangan ini terjadi tarkala Paus Bonifatius VII (1294 – 1303) melarang Philip IV yang
Elok, Raja Perancis, memungut pajak untuk Negara dari Klerus dan biara-biara serta
segala milik Gereja yang lain. Larangan ini tak dipedulikan oleh Philip. Alasan
perselisihan itu tak lain dari soal yang penting ini. Apakah Negara mempunyai kuasa dan
hak sendiri, terlepas dari hak dan kuasa Paus? Bonifatus mengulangi lagi tuntutan-
tuntutan Paus untuk memerintah seluruh dunia. Dalam “bulla-nya” yang beralamat”
unam Sanctam” (1320), diuraikan bahwa kepada Paus diberikang dua pedang (Lukas
22:38), yaitu kuasa rohani dan duniawi. Akan tetapi sementara Bonifatius menyediakan
kutuk Gereja untuk Philip, dengan tiba-tiba ia sendiri disergap dan ditawan oleh suatu
pasukan Perancis atas perintah raja. Kejadian itu merupakan suatu pukulan besar bagi
Paus yang memang terlalu melebih-lebihkan kekuasaannya. Sesungguh beberapa hari
kemudian ia dibebaskan lagi, tetapi karena akibat segala pengalaman yang berat ini, tak
lama kemudian Bonifatius mangkat.
2. Paus di Avignon. Mulai ketika itu Paus-paus dikuasai oleh Perancis. Pada tahun 1309
Paus memindahkan Istanahnya ke kota Perancis Avignon (baca Avinyon). Sampai 1377
mereka bersemayam disana. Lawan-lawan Paus menyebut waktu itu “ Pembuangan ke
Babel”.
Paus Clemens V dipaksa oleh raja membubarkan ordo yang kaya dari tuan-tuan Tempelir
(1312), sebab pada sangka Philip, kuasa mereka berbahaya baginya. Pajak-pajak Gereja
dipunggut menurut aturan-aturan yang sangat keras, yang menyebabkan dompet rakyat
Kristen menjadi kosong dan pembendaharaan Paus semakin penuh. Tak mengherangkan
bahwa dari segala pihak terdengar keberatan sungutan.
Kaisar-kaisar Jerman yang kedudukannya sudah sangat lemah, dilawan terus oleh Paus-
paus di Avignon. Akan tetapi pada tahun 1338 raja-raja Jerman mengambil keputusan
bahwa kaisar-kaisar yang mereka pilih, dengan sendirinya sudah menjadi kaisar yang sah,
sehingga izin Paus tidak perlu lagi.
Sangat penting juga ajaran William dari Occam (Inggris) yang menganggap Gereja dan
Negara sebagai dua kuasa yang berdiri sendiri, yang satu tak boleh memerintah yang lain.
Hanya apabila salah satu dari kedua ini tak sanggup melaksanakan tugasnya, maka
wajiblah member pertolongan oleh orang lain.
Segala kritik terhadap kedudukan Paus memuncak dalam kitab syair yang termasyur
“Divina Comedia” (komedi Ilahi), karangan Dante (di Florensa Italia, 1256 – 1321). Dalam
syair yang panjang dan indah ini diceritakannya suatu perjalanan khyali, yang dibuatnya
ke neraka, api penyucian dan sorga. Segala keadaan baik dan buruk pada zamannya itu, di
kupasnya dalam cerita perkunjungan ini. Dante gelisah melihat kuasa duniawi Gereja,
yang menyebabkan derajat Gereja menjadi merosot. Ia tak suka melihat pedang dan
tongkat gembala pada suatu tangan. Kedudukan Paus di lukisannya sebagai perempuan
sundul dari Wahyu Yohanes. Dalam nereka antara lain ditunjukan beberapa Paus yang
menyerahkan karunia-karunia Tuhan yang ajaib untuk memperoleh emas dan perak
(mengenai Simon). Menurut gambarannya, badan mereka terbalik didalam lobang-lobang
ditanah dengan kaki mereka ke atas.
Dante megharapkan, bahwa masyarakat Kristen akan di baharui oleh kaisar baru,
Hendrik VII (1308 – 1212), tetapi harapan ini menjadi kandas karena kaisar ini tiba-tiba
mangkat.
4. Schisma besar di barat. Pada tahun 1377 tahta Paus di pulangkan ke Roma. Tetapi
satu tahun kemudian, paus Urbanus VI tidak mau menuruti kehendak kardinal- kardinal
Perancis yang banyak dan berkuasa itu, sehingga mereka memilih seorang Paus yang lain
di Avignon. Demikianlah mulai “Schism besar dibarat”. Yang baru berahkir pada tahun
1415. Perancis memihak kepada Avignon, tetapi Jerman dan Inggris kepada Roma. Kedua
Paus itu saling mengutuki, sehingga sehingga sebenarnya segenap umat Kristen pada masa
itu kenak kutuk. Sebab itu banyak orang percaya kehilangan ketenangan hatinya, karena
jikalau hanya kepatuhan pada Paus saja menjamin keselamatan yang kekal bagi orang
Kristen, siapa dapat beroleh kepastian lagi tentang nasibnya diakhirat, bilamana dua
orang Paus berlawanan ? tidak mengherankan, bahwa keadaan ini sangat merugikan
kedudukan Paus dalam Gereja. Timbullah kesangsian dalam hati banyak orang apakah
kuasa Paus benar-benar ilahi. Akibat lain pula dari Schisma ini ialah bahwa orang mulai
memikirkan kemungkinan Gereja-gereja kebangsaan, yang tidak lagi tergantung kepada
Paus.
5. Konsili – konsili besar. Dari Universitas di Paris, yang pada waktu itu menjadi pusat
ilmu internasional, kedengaranlah seruan, supaya Gereja di perbaruhi secara lahiriah dan
batiniah. Seruan ini sangat disetujui oleh segala golongan masyarakat. Untuk mencapai
maksud yang indah itu diadakanlah konsili di Pisa (Italia) pada tahun 1409. Kedua Paus di
Roma dan Avignon dipecat dan seorang Paus baru dipilih, tetapi oleh karena kedua Paus
yang tersebut tadi tak sudi meletakan jabatannya, keadaan Gereja malah bertambah
kacau, sebab sekarang ada tiga Paus.
Perlu diadakan konsili baru Konsili baru. Raja Sigmund dari Jerman mengusahakan
konsili itu, tempatnya di Constanz (pada batas Jerman dan Swiss), dari tahun 1414 – 1418.
Maksudnya yang terpenting ialah untuk menghentikan Schism itu dan akan
memperbaruhi Gereja. Paus-paus membawa banyak pengikut, supaya anggota-anggota
bersuara menurut bangsanya. Jadi tiap-tiap bangsa (Jerman, Spanyol, Inggris, Italia, dan
lain-lain) dan lagi majelis kardinal – kardinal mendapat suatu suara. Dengna jalan
demikian cita-cita kebangsaan dan “konsiliaris” menentang orang “kurialis” (yaitu yang
menyongkong Paus).
Mula-mula konsili Constanz berhasil baik. Schisman diselesaikan dan seorang Paus baru
dipilih, yaitu Martinus V pun ditetapkan selaku asas resmi, bahwa konsili yang mendapat
hak dan kuasanya langsung dari Kristus, sehingga tiap-tiap orang yang percaya, sampai
Paus sekali pun, wajib takluk kepada keputusan tentang iman dan kebajikan yang diambil
oleh konsili itu. Maksudnya ialah supaya konsili-konsili harus bersidang pada waktu yang
tertentu. Teatapi sayang segala ikhtiar pembaruan yang lain menjadi gagal oleh karena
Negara-negara kurang setuju. Paus Martinus V mempergunakan keadaan ini, dengan
mengatur konkordat dengan setiap Negara, dimana ia menjanjikan beberapa
pembaharuan Gereja untuk tiap-tiap negeri tersendiri. Dengan itu konsili di Constanz itu
tak berdaya lagi.
Berhubungan dengan huru-huru, yang terjadi oleh karena pengikut-pengikut Hus, Paus
terpaksa memangil konsili lagi. Konsili ini bersidang di Besel (Swiss) dari tahun 1431-1449,
tetapi kurang berhasil disebabkan anggota-anggotanya tidak bersatu.
Bab 28
PERINTIS-PERINTIS REFORMASI
disebut Mereka yang biasa demikian itu sebenarnya masih termasuk kaum abad-abad
pertengahan, jikalau dibandingkan dengan Luther. Karena mereka belum menginsafi
sungguh-sungguh kebenaran Injil, seperti orang-orang tetapi sungguhpun demikian,
mereka telah merintis jalan untuk reformasi, sebab bagi mereka Alkitab menjadi satu-
satunya kaidah dalam ajaran dan tindakannya. Berdasarkan Alkitab, dengan berani
mereka melancarkan segala kritiknya terhadap pelbagai kesalahan dan kekhilafan gereja.
1. Wiclif. John wiclif hidup di inggris ada abad ke-XIV. Ia seorang guru besar di Oxford
dan dialah yang menjadi penganjur dan juru bicara perlawanan nasional terhadap
pemerintahan paus. Pada hebatnya, segala milik gereja di inggris haruslah dianggap
kepunyaan negara. Dasar pandangannya itu ialah bahwa sebaiknya gereja jangan
mempunyai milik duniawi, tetapi patut menjadi miskin dan sederhana. Wiclif mengutus
banyak pengkhotbah tobat, orang Lollard namanya, yang tidak bermilik juga, yang
menjelajah segala daerah negeri inggris. Bersama-sama dengan beberapa orang lain.
Alkitab diterjemahkan oleh Wiclif ke dalam bahasa inggris. Pandangan gereja yang
realistis tentang perjamuan Kudus dilawannya dengan keras; ajaran transsubstansiasi
dianggapnya sebagai ibadat kepada berhala.
Akhirnya ketaatan kepada Alkitab mendorong Wiclif untuk menyerang gereja roma dari
segala jurusan. Dengan pedas dilancarkannya kritiknya terhadap susunan gereja yang
hierarkhis itu, tentang kerahiban, pujaan kepada orang kudus dan relikwi-relikwi,
kepausan yang dipandangnya sebagai antikrist sendiri, dan sebagainya. Oleh karena
pendiriannya ini Wiclif harus meletakkan pangkatnya di Oxford, tetapi oleh karena ia
dilindungi oleh raja dan dicintai oleh kaum bangsawan dan rakyat, maka ia sendiri tak
pernah dianiaya sampai ia meninggal (1384). Akan tetapi pengikut-pengikutnya, yakni
orang-orang Lollard, sangat dihambat pada permulaan abad ke-XV, sehingga hampir
dibasmi semuanya.
2. Hus dan orang-orang Husit. Pekerjaan wiclif banyak berhasil di negeri bohemia (kini
bagian utara dari Cekoslowakia). Johannes Hus (1369-1415), seorang guru besar dan
pengkhotbah di kota praha, mengajarkan segala ajaran Wiclif kepada mahasiswanya dan
kepada umat Kristen di Bohemia. Tetapi ia tidak menolak transsubstansiasi. Sungguhpun
Hus dikutuki dan Praha kenainterdik dari paus, tetapi seluruh daerah itu tetap
memberontak melawan roma. Perlawanan ini bukan saja disebabkan oleh ajaran baru itu,
tetapi juga oleh cita-cita kebangsaan orang-orang Ceko, yang tidak lagi suka dikuasai oleh
orang Jerman yang kaya itu dan oleh gereja Roma.
Raja Sigmund yang ingin menyelesaikan hura-hara ini dengan cepat, membujuk Hus
untuk perhi ke Constanz, supaya perkaranya dapat dirundingkan di sana dalam konsili.
Raja telah berjanji untuk melindunginya, tetapi Hus ditangkap juga atas perintah
pembesar-pembesar gereja, bahkan ia dipenjarakan dan disiksa dengan sangat bengis.
Sigmund mau melepaskan Hus, tetapi pihak gereja menegaskan kepadanya, bahwa janji
kepada seorang penyesat tak usah digenapi. Oleh karena sigmund ingin supaya konsilinya
itu dapat berjalan dengan baik, Hus dibiarkan saja. Hus tidak tidak mau menarik kembali
ajarannya. Ia dihukum mati dan pada 6 juli 1415 ia dibakar hidup –hidup di Constanz.
Tidak lama kemudian sahabatnya Hieronymus dari praha yang mengikuti Hus ke
Constanz pun diadili dan kemudian di bakar.
Tatkala sigmund menjadi raja Bohemia juga (1419), mulaialah perang-perang Husit yang
dasyat itu, baru berakhir pada tahun 1436. Orang Husit melawan raja dan gereja.
Golongan yang bernama orang Calixtin hanya menuntut, supaya kaum awam boleh
menerima perjamuan “dengan dua rupa” yaitu bukan roti saja, tetapi piala anggur juga
(calix=piala). Golongan radikal yang disebut orang Taborit mau membuang segala perkara
dan peraturan yang tidak dipesankan dengan nyata-nyata oleh “taurat Allah), yakni
Alkitab,. Mereka itulah yang memegang pimpinan militer dalam pergerakan ini. Dimana-
mana mereka itu membunuh dan membakar, teristimewa rumah-rumah biara. Pasukan-
pasukan paus dikalahkannya. Gereja terpaksa mengundang pemuka-pemukanya ke basel
selaku partai yang setara dengan konsili, tetapi permusyarawatan itu tidak berhasil.
Lama-kelamaan peperangan ini dapat diakhiri juga. Di Bohemia didirikan dan diakui
sebagai sebuah gereja Husit di samping gereja Roma. Kuasa orang taborit lekas hilang;
hanya beberapa kelompok kecil yang masih kedapatan di Bohemia, yang kemudian
dipengaruhi oleh gereja Protestan.
3. Savonarola. “perintis reformasi” yang ketiga, seorang rahib Dominican yang bernama
Savonarola (1452-1498), Hanya berpengaruh di kota Florensa (Italia) saja. Seperti Yohanes
pembaptis ia menghardik orang-orang sezamannya. Tuan-tuan medici, yang memegang
kuasa di kota Florensa, diusirnya dan sesudah itu savonarola mengajar semua penduduk
supaya bertobat. Segala kemewahan dan keinginan duniawi harus dimatikan. Yesus saja
yang boleh diakui selalu raja Florensa. Dengan khotbah dan polisinya savonarola
memerintahi kota itu. Paus Alexander VI yang durjana itu diserangnya dengan hebat.
Tetapi akhirnya savonarola dijatuhkan oleh seteru-seterunya yang banyak itu dan oleh
rakyat yang lekas jemu terhadap pimpinannya yang sangat keras itu. atas titah paus ia
ditangkap oleh inkwisisi, disiksa dan dibakar.
4. kekuatan dan kelemahan perintis itu. kekuatan wiclif, Hus dan savonarola terltak
dalam sikapnya yang keras terhadap sekularisasi gereja yang dilawannya, tetapi
teristimewa dalam sikap mereka untuk mengalaskan ajaran dan aksinya pada Alkitab.
Tetapi sama seperti lawannya, Injil dipandangnya sebagai suatu taurat, yang hukum-
hukumnya harus diturut oleh manusia untuk memperoleh keselamatan yang
kekal. Dengan menyadarkan jemaat Kristus tentang kesucian dan kesungguhan tuntutan-
tuntutan Tuhan itu mereka bekerja selaku perintis pembaharuan gereja. Akan tetapi inti-
pokok Injil itu, yakni manusia dibenarkan karena rahmat Tuhan saja, oleh iman, dan
bukan oleh amal dan pekerjaan manusia sendiri, hal ini belum dipahaminya. Sebab itu
gelar “perintis-perintis Reformasi” harus dipakai dengan hati-hati.
BAB 29
1. DI ITALIA
Pada abad ke-XIV cara hidup di Italia mendapat bentuk baru. Terutama di Italia Utara
kota-kota bertambah kaya oleh perniagaan, perusahaan dan kerajinan penduduk.
Golongan orang kota itu makin lama makin makmur, makin sadar akan kepentingan
dirinya dan makin berkuasa. Dengan demikian berkembanglah suatu pandangan hidup
yang baru , yang antara lain ternyata dalam syair-syair punjangga Petrarca (1304-1374):
sebenarnya manusia tak usah mengikuti kuasa apapun di atasnya; kaidah dan pusat hidup
manusia ialah pribadinya sendiri.
Sikap ini berhubungan rapat dengan pandangan penyair-penyair Romawi dan Yunani
zaman purba, yang telah lama dikenal, tetapi baru sekarang diinsafi dan diulangi pula.
Bertentangan dengan cita-cita askese, bangkitlah perasaan kesukaan akan dunia ini, yang
mengandung banyak kemungkinan agi manusia, dan akan alam yang indah dan permai
itu. Kesadaran baru akan keindahan dunia dan manusia ini, biasanya disebut dengan kata
Perancis “renaissance” (baca renesanse), yakni “kelahiran kembali” dari kebudayaan dan
kesenian kuno. Pusat-pusat pergerakan ini, ialah Florensa dan Roma. Pun dilapangan
politik renaissance itu menciptakan bentuk-bentuk baru. Orang-orang yang kuat
pendiriannya merebut kuasa. Misalnya keluarga Medici di Florensa. Mereka itu suka
memerintah dan hidup mewah, tetapi kesenian pun sangat dimajukannya.
Dilapangan ilmu pengetahuan dan kesusasteraan gerakan ini dinamai “humanism”, arti
kata yang sebenarnya: “kemanusiaan”, tetapi arti yang lebih luas ialah: perabatan yang
diperoleh dari kebudayaan kuno. Perabatan bangsa-bangsa Romawi yang mendahului
perabatan Kristen, sekarang dipelajari pula. “pulanglah kepada sumber-sumber!” itulah
semboyan humanism; berhubungan dengan itu, maka bukan saja sumber-sumber
kesusasteraan Kristen, yaitu kitab-kitab para bapa Gereja tetapi juga dari karangan-
karangan para filsuf dan pujangga kafir diselidiki dengan teliti oleh orang humanis itu,
ialah dikumpulkannya cukup bukti untuk memastikan, bahwa sehelai dokumen yang
disebut “Hadiah Constantinus” sebenarnya bukan dari zaman dahulu asalnya, melainkan
dipalsukan saja. Sebagaimana diketahui, dokumen itu sudah dipakai oleh paus-paus sejak
masa Karel Agung selaku dalil dan dasar dari tuntunan-tuntunan mereka terhadap
pemerintahannya dikota Roma dan daerah sekitarnya. Akan tetapi bukanlah maksud
renaissance untuk melawan Gereja. Memang banyak orang yang menurut aliran baru ini
kurang menghargai Injil, tetapi mereka sekali-kali tidak bermaksud mau keluar dari
Gereja Kristen. Agaknya kurang disadarinya betapa dalamnya jurang perbedaan antara
cita-cita baru ini dengan semanggat Gereja Kristen. Tak sedikit Klerus yang berjabatan
tinggi dan beberapa paus pun menempuh jalan baru ini dengan tidak merasa keberatan
apa-apa.
2. DI JERMAN
Di Jerman gerakan ini dari mulainya lain sifatnya dari pada di Italia. Humanism sangat
mempengaruhi ilmu dan kesusasteraan di tanah itu kaum Humanis di jerman tidak
menolak Gereja sebagai perbendaharaan kebudayaan, tetapi berusaha melayani Gereja
dengan pendapat-pendapatnya yang baru itu. Seorang Humanis Jerman yang kenamaan
ialah Reuchlin, yang membuka jalan bagi pelajaran baru bahasa Yunani dan Ibrani.
Dengan demikian disediakan alat-alat untuk membaca Alkitab nas asli.
3. ERASMUS
Akan tetapi tokoh humanis yang paling termasyur, ialah seorang Belanda, Desiderius
Erasmus namanya, yang lahir dekat Gouda pada tahun 1469. Oleh karena ia sangat
dihormati dan disokong oleh Raja-raja dan pembesar-pembesar Gereja, Erasmus dapat
menyerahkan segenap karunia dan waktunya kepada pelajaran. Tempat kediaman ialah
Rotterdam, tetapi lama juga ia tinggal dan bekerja di Italia, Inggris, Belgia dan Swiss.
Pada tahun 1536 ia meninggal di kota Basel.
Dengan demikian segala pandangan, takhyul dan adat Gereja dari zaman itu sangat
dikritik dan diolok-olok Erasmus, tetapi ia tak sampai turut dalam pembaharuan gereja,
sebab ia membenci segala revolusi dan tindakan radikal. Pada hematnya, sebaliknya
Gereja harus makin dipengaruhi oleh semangat humanis, supaya lama-kelamaan Gereja
dapat berbalik pada kesuciannya yang sama.
Baik dari pihak liberal, maupun dari pihak K.R. sering kali kedua pergerakan rohani itu,
yakni Reformasi dan Renaissance, dianggap selaku pergerakan yang sejalan dan setujuan.
Tetapi pandangan itu salah benar. Karena renaissance bearti kelahiran dari manusia
modern (zaman baru), yang tidak mengakui kuasa lain dari pada akal budi dan karunia
rohaninya sendiri. Padahal reformasi bearti, bahwa kuasa Firman Tuhan diakui dan
dihormati pula. Memang secara lahiriah ada juga perasaan antara renaissance dengan
Reformasi, karena kedua-duanya telah membuang rantai yang dengannya Gereja
mengikat jiwa manusia dan masyarakat pada abad-abad pertengahan, tetapi sebabnya
berbada jauh.
Para pembaharuan Gereja mendapat banyak keuntungan dari hasil-hasil pelajaran orang
humanis, tetapi roh dan maksud renaissance ditolak sama sekali oleh mereka.
BAB 30
1. POKOKNYA. Pada zaman Gereja lama orang-orang Yunani dan Romawi yang telah
masuk Kristen, mempergunakan pengetahuan dan filsafatnya untuk membela iman
Kristen terhadap segala serangan dari pihak kafir dan untuk melawan segala padangan
sesat dari sekta-sekta. Itulah yang kemudian membuat theologia zaman itu tumbuh dari
jemaat sendiri serta mendapat perumusannya didalam putusan konsili-konsili besar,
khususnya konsili Nicea dan Chalcedon. Tetapi beda halnya dengan abad pertengahan,
bangsa muda di Eropa Barat dan Utara menerima semua ajaran theologia yang diwarisi
gereja lama yang kemudian menjadi ilmu yang dipelajari di sekolah-sekolah tinggi sekitar
tahun 1000. Theologia ini adalah theologia yang di usahakan oleh sekolah-sekolah tinggi
atau universitas yang kemudian dinamai Scholastik.
Isi dari ilmu shcolastik bukan menciptakan kepercayaan baru, namun meninjau atau
memikirkan kembali theologi yang diwarisi waktu lampau. Mereka mencari tahu apa yang
telah dinyatakan Tuhan agar dapat diterangkan kepada akal budi manusia. Pokok
pemikiran utama yang dipikir dan dirundingkan oleh scholastic ialah: bagaimanakah
relasi antara penyataan (wahyu) Tuhan dengan akal budi manusia? Dan untuk mengerti
itu dipakai theologia Agustinus dan pola pikir filsafat dalam kitab logika Aristoteles pada
abad IX.
2. Anselmus. Anselmus (1033-1109) ialah seorang Italia yang menjadi uskup besar di
Canterbury (Inggris), dia memiliki semboyan”aku percaya supaya aku mengerti”. Ia mulai
percaya kepada segala penyataan Tuhan yang diajarkan Gereja tetapi kemudian itu harus
dijelaskan sehingga kebenarannya bisa diakui sebagai kebenaran oleh otak manusia.
Uraian Anselmus yang termasyur ialah kitab yang dinamai: Apa sebabnya Allah menjadi
manusia? Didalamnya dia mencoba membuktikan perlunya inkarnasi Kristus dan
kematian Kristus harus diakui oleh akal budi. Penjelasannya bahwa kemuliaan Tuhan
telah digelapkan oleh kejatuhan malaikat-malaikat. Manusia yang diciptakan oleh Tuhan
mengganti malaikat-malaikat itu jatuh juga kedalam dosa sehingga keagungan dan
kehormatan Tuhan dihinakan. Keadilan Tuhan menuntut hukuman dan penebusan karena
kedurhakaan itu. Kesimpulannya adalah manusia adalah manusia yang lemah dan
memerlukan oknum yang lebih kuat untuk menebus dosanya dan oleh karena itulah
sebabnya Tuhan sendiri yang turun dari surga dan menjelma menjadi Yesus Kristus untuk
membayar hutang dosa ganti manusia, dengan itulah rahmat dan kasih Allah digenapi.
Pandangan inilah yang kemudian berpengaruh besar bagi gereja yang kemudian.
Sebenarnya rahmat Tuhan yang dinyatakan dalam pekerjaan Yesus Kristus mengatasi
pengertian akal budi kita bahkan tetap menjadi mujizat yang tidak terduga.
4. Zaman kejayaan scholastik. Abad XIII dimana kuasa Gereja memuncak pun menjadi
zaman kejayaan bagi scholastic. Ordo-ordo minta-minta yang baru didirikan itu,
menyerahkan segenap tenaganya kepada ilmu theologia. Yang menjadi dorongan istimewa
scholastik dengan gairah baru ialah sampainya kitab Aristoteles yang kemudian membuat
mereka menghubungkan theologia Augustinus dengan filsafat Aristoteles untuk
membangun pikiran mulia untuk menerangkan perkara yang dibumi dan di surga. Namun
kesulitannya ialah filsafat Arisoteles tidak terdapat uraian tentang dosa dan rahmat,
penyataan dan iman. Dengan itu ahli scholastic yaitu Albertus Magnus (1250) berusaha
memasehikan pandangan-pandangan Aristoteles sebagai suatu dasar theologia Gereja.
7. Occam. Ahli scholastik yang ternama yang penghabisan ialah rahib Franciscan Inggeris.
William dari Occam (1280-1349). Occam membongkar seluruh akal budi, bukan saja akal
manusia tak dapat menerti penyataan Tuhan; ikrar Gereja pun diserang oleh akal budi
dengan hebat, karena akal budi sekali-kali tidak dapat memasuki dunia Tuhan. Itulah
sebab utama kenapa manusia menggantungkan kepercayaan kepada kehendak Tuhan.
Semboyan Occam: Aku percaya sebab mustahil! Ada beberapa hal yang diajarkan Occam
yang sesuai dengan Alkitab yaitu: iman itu bukan mistik dan bukan pengakuan otak,
karena iman tidak sesuai dengan tabiat manusia; iman tidak lain dari taatnya dan
takluknya manusia kepada kuasa Firman Tuhan yang kedengaran dari dalam Alkitab.
Disamping Alkitab itu, Gereja dan Paus tak mempunyai kuasa sendiri. Luther telah
belajar dari pandangan-pandangan Occam tentang sifat iman ini. Dari Occamlah
scholastik mulai berkurang karena tidak menghasilkan pemikiran yang baru, sehingga
pada akhirnya scholastik ditolak dan dicelah oleh ahli-ahli renaissance dan humanisme.
8. Faedah Scholastik. Maksud scholastik indah dan benar. Manusia hendak meneguhkan
kebenaran Injil Kristen dengan membuktikan bahwa segala ajaran gereja cocok dengan
akal budi. Tetapi pada akhirnya, scholastik terpaksa mengakui bahwa penyataan Tuhan
hanya dapat diterima oleh manusia, jika ia takluk kepada Tuhan sendiri.
9. Rahmat dan Jasa. Masalah rahmat dan jasa menjadi pokok perbantahan hebat pada
masa Augustinus. Bagi Augustinus pokok utama Injil adalah pemilihan, rahmat dan iman
tetapi Gereja mementingkan pencurahan khasiat rahmat dengan perantaraan sakramen
pada amalan dan jasa. Walaupun scholastik mencoba menghubungkan kedua pendirian
ini, tetapi sebenarnya theologia nya menjatuhkan Augustinus dan Paulus. Pada abad XIV
dan XV Gereja sama sekali tidak lagi mengerti ajaran Augustinus. Jasa manusia saja yang
dipentingkan; rahmat telah hilang sifat rohaninya sama sekali, sebab dipandang sebagai
suatu khasiat ilahi yang dapat diterima oleh manusia secara magis dan lahiriah saja.
BAB 31
Kita telah mendengar bahwa Bernhard dari Clairvaux memperdalam hidup roahani umat
Kristen. Jenis kesalehan baru itu berlaku terus sepanjang zaman abad-abad pertengahan.
BAB 32
LUTHER
Pembaruana Gereja itu susungguhnya adalah suatu mujizat dikerjakan oleh kuasa
Roh Tuhan sendiri, karena tidaka dapat diharapkan lagi dari pihak manusia. Dimana-
mana kelihatan tanda-tanda perubahan zaman kecuali di kalangan politik dan sosial. Tak
dapat tidak segala peristiwa yang penting itu mempengaruhi terjadinya pembaruhan
Gereja, tetapi semua itu tak sanggup memulainya. Gereja belum menampakkan alamat
hidup baru. sebaliknya : pembaruan yang dimaksudkan oleh konseli-konseli pada abad ke-
XV gagal belaka karena paus-paus melawannya. Umumnya orang merasa tak senang dan
kurang puas karena keadaan gereja yang buruk itu, tetapi tak ada yang tahu
mengubahnya dan orang hanya mengeluh dan mengkritik saja. Oleh karena Gereja yang
diduniakan dan najis itu masih tetap menjadi satu-satunya pengatara bagi manusia untuk
beroleh keselamatan kekal. Oleh sebab takutnya terhadap neraka dan api penyucian maka
orang banyak tetap saja taat kepada kuasa paus dan Gereja Roma. Bukan sedikit orang
yang mengejar ketentraman hati dan ingin supaya berkenan kepada Tuhan.
Kuasa duniawi uskup-uskup, yang diberikan kepadanya pada abad ke-X oleh Otto
I, sudah mudur juga. Raja-raja memegang pemerintahan dalam daerahnya masing-
masing. Banyak diantara mereka memajukan kebudayaan dalam negaranya untuk
mendirikan sekolah-sekolah tinggi. Timbulnya Refor : karena gereja hendak kembali ke
adanya ajaran gereja-gereja yang menyimpang/teologi, dogma, praktek yang tidak
berdasarkan Alkitab.
2. Riwayat hidup Luther sampai tahun 1517. Luther berasal dari suatu keluarga petani di
negeri Thurigen, tetapi bapanya, Hans Luther, menjadi pencebak/ penggali tambang.
Luter adalah seorang yang sangat rajin. Kemudian ia naik pangkat dan maju dalam
masyarakat; akhirnya ia dipilih menjadi anggota dewan kota, sehingga dapat mengonkosi
anak-anaknya. Oleh karena Martin ternyata pandai, ia dikirim sekolah menengah di kota
Magdeburg. Pada tahun 1501 Martin masuk sekolah tinggi di Erfurt. Bapanya ingin
anaknya yang pandai itu sebagai ahli hukum. Untuk itu Luther perlu menuntut ilmu
filsafat dulu beberapa tahun lamanya. Dengan jalan demikian ia mempelajari scholastik,
yang pada masa itu masih menguasai sekolah tinggi di Erfurt. Meskipun demikian
pandangan-pandangan Occam mempengaruhi pikiran Luther dalam berbagai hal. Dalam
bilik perpustakaan sekolah tinggi itu, Luther mendapat dan membuka Alkitab untuk
pertama kalinya.
Pada tahun 1505 Luther lulus dalam ujian yang memberi hak kepadanya untuk
menuntut ilmu hukum. Tetapi dengan tiba-tiba terjadilah perubahan besar dalam hidup
Luther. Pada tanggal 2 juni 1505, ia ditimpa oleh hujan keras disertai guruh dan halilintar.
Hampir-hampir ia disambar kilat. Dengan sangat takut dan gentar ia beseru: “ Santa Anna
yang baik, tolonglah aku! Aku mau menjadi rahib!”. Dua minggu kemudian ia meminta
masuk biara yang aturannya paling keras, yaitu biara orde Eremit Augustin.
Akan tetapi menurut ajaran gereja memang manusia tak sanggup beramal dengan
kekuatannya sendiri. Untuk itu ia perlu dibantu oleh kuasa rahmat, dengan kekuatannya
sendiri. Oleh kuasa rahmat yang dicurahkan ke dalam batinnya dengan prantara
sakramen. Dengan demikian sebenarnya perhatian orang berdosa tidak diarahkan kepada
Kristus, tetapi kepada usaha sendiri. Luther mulai benci Tuhan, biarlah ia mati saja dan
nama Kristus juga tidak dapat mengiburkannya. Sebaliknya Luther takut akan Kristus
yang akan datang kelak untuk menghukum kelak semua manusia sesuai dengan
perbuatannya.
Kata Luther : “Aku mulai sadar, bahwa kebenaran Allah tidak lain daripada suatu
pemberi yang dianugrahkanNya kepada manusia utnuk memberi hidup yang kekal
kepadanya dan pemberian kebenaran Allah ia harus dikerjakan sendiri. Dengan demikian
Tuhan yang rahmani itu membenarkan kita dengan rahmat dan iman saja. Rahmat Tuhan
bukan lagi suatu tujuan yang jauh, yang mungkin tidak tercapai, melainkan pusat kuasa
hidupnya. Hanya oleh karena pekerjaan Kristus saja, dengan tiada menuntut apa-apa dari
pihak manusia selain dari pada menerima kemampuan itu dengan iman yang sungguh-
sungguh karena Allah tidak menuntut, tetapi ia memberi. Luther mengerti bahwa hidup
dari iman dan rahmat adalah lain benar daripada cita-cita mistik, yaitu supaya hilang
tenggelam dalam dasar jiwa, yaitu dalam zat ilahi yang kekal. Mau tak mau Luther
dipanggil untuk melaksanakan tugas yang mulia itu, sama seperti Musa, Yeremia dan
Paulus dipilih dan didorong oleh Roh Tuhan untuk menjadi alatNya, walaupun mereka
sendiri mula-mula kecil dan segan mengangkat tanggungan yang berat itu.
Luther terpaksa menyerang kebiasaan yang buruk itu, takala orang yang datang
mengaku dosa kepadanya menuntut penghapusan siksa berdasarkan surat indulgensia
Tetzel itu. Sebab itu Luther memutuskan untuk mengadakan perdebatan umum tentang
soal itu, karena pada masa itu belum ada majalah theologia. Begitu pula maksud Luther
pada tanggal 31 Oktober 1517 ia memakukan sehelai kertas, berisi 95 dalil dalam bahasa
Latin tentang penghapusan siksa, pada pintu gereja-istana di Wittenberg, dengan
permohonan untuk memperdebatkan pandangan yang dikemukakan dalam dalil-dalil itu.
Kesaelamatan yang kekal tak dapat diperoleh dengan mengadakan perdagangan dengan
sorga, tetapi hanya dengan memikul salib mengikut Kristus saja.
Secara lahiriah dan batiniah berkembangnya Reformasi tidak tertahan lagi. Luther
tertuduh di hadapan paus sebagai seorang penyesat. Tetapi Luther tidak mau. Tuan tanah
Luther, Frederik yang bijaksana, berjanji secara rahasia untuk melindunginya. Dipandang
dari sudut pandang manusia, maka harus diakui bahwa tanpa sikap yang tegas dan
bijaksana dari raja Frederik itu, mustahil pergerakan Reformasi dapat berkembang dan
berhasil baik.
Tetapilah sebetulnya Lutherlah yang beruntung dengan debat itu, karena sekarang
ia insaf bahwa hanya Alkitab saja yang harus menjadi ukuran dan patokan. Bukan paus
atau konsili, melainkan Firman Tuhan saja yang berkuasa atas orang beriman. Dengan
demikian seluruh dasar gereja Roma menjadi goyang sama sekali. Pemerintahan rohani,
yang dilakukan oleh kaum pejabat, tak sesuai dengan kehendak Tuhan.
6. Perlawanan dari pihak paus dan kaisar. Pada tanggal 15 juni 1520 tebitlah bulla paus,
yang sudah lama ditunggu dimana 41 ucapan Luther ditolak, karena dianggap sebagai
ajaran sesat. Luther membalas bulla itu dengan suatu karangan yang berkepala:
“melawan kutuk si Antikrist”. Pada tanggal 10 Desember ia membakar bulla paus dimuka
pintu gerbang kota Wittenberg dihadapan para guru besar dan mahawiswa. Ia juga
membakar kitab undang-undang Gereja K. R., karena kitab itu membuktikan jelas betapa
besarnya kelaliman yang paus lakukan dengan sewenang-wenang terhadap gereja Kristus
sungguhpun rakyat Jerman menghormati Luther selaku pahlawannya, tetapi kaisar Karel
tak ragu-ragu lagi. Pada 26 Mei ia mengeluarkan Edik Worms, di mana Luther dengan
para pengikutnya dikucilkan dari masyarakat dengan kutuk negara. Segala karangan
Luther pun harus dibakar. Ia sendiri boleh ditangkap atau dibunuh oleh siapa saja yang
menemui dia. Sebenarnya Edik itu bukanlah keputusan semua wakil negara, Cuma hanya
beberapa pihak gereja yang memilikinya.
7. Arti Luther bagi Gereja. Hanya satu hal saja yang dimaksudkan Luther: ia mau
membebaskan injil dari belenggunya sudah berabad-abad lamanya merintanginya.
Lutherlah yang pertama-tama sadar akan kesesatan dan kekhilafan itu, yang sekian
lamanya melemakan gereja Kristus. Bahkan sedari zaman kemudian sesudah rasul-rasul,
gereja salah mengerti Injil rahmat Tuhan, sehingga memahamkannya seperti suatu taurat
baru. Dan oleh iman saja manusia dibenarkan, berkat rahmat Allah! Bukan para klerus
yang berkuasa dalam gereja Kristus, melainkan Alkitab saja. Semenjak Luther dapat
menempuh suatu jalan baru, sebab kebenaran Injil sudah disadarinya kembali.
BAB 33
Tetapi sungguhpun Luther digoda demikian, ia menunjukkan tenaga yang luar biasa yang
selama tinggal di wartburg itu. dalam beberapa bulan saja perjanjian baru
diterjemahkanNya dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Jerman. Sampai pada waktu itu
terjemahan kedalam bahasa Jerman semuanya berdasarkan terjemahan Latin, yaitu
Vulgata. Lutherlah yang mempraktekkan dalam gereja semboyan humanis kembalilah
kepada sumber. Tetapi di samping sendirian yang sehat itu, maka hasil yang gilang-
gemilang dengan terjemahannya itu, disebabka oleh keahlianNya dalam ilmu bahasa juga.
terjemahanNya yang elok itu yang rajin dibaca dimana-mana sampai kini, sangat besar
pengaruhnya atas pembentuk suatu bahasa persatuan di Jerman, di tengah-tengah dialek-
dialek yang banyak itu. Luther hanya mau melayani Firman Tuhan, tetapi dengan itu ia
pun berbakti kepada bahasa dan bangsanya. Dua belas tahun kemudian (1534),
terjemahan segenap Alkitab selesai.
sebuah kitab rencana khotbah (pastille) untuk tiap-tiap hari minggu dari tahun gerejani,
supaya menjadi contoh bagi pengkhotbah Reformasi, yang sangat membutuhkan
pimpinan dalam hal menyusun khotbah. Pada masa itu juga Melanchton di Wittenberg
mengarang kitab pengajaran agama yang pertama yang pertama dari Gereja Reformasi,
yang berkepala “pokok-pokok utama” (Loci communes). Dengan sederhana dan sangat
jelaas diuraikan dalam kitab dogmatic ini segala pokok yang terpenting, yang diajarkan
oleh Injil tuhan tentang iman Kristen. dengan demikian senjata gereja Reformasi
disediakan satu persatu.
Akan tetapi segera jemaat dihura-birukan oleh kedatangan beberapa “Nabi”, yang
menolak kuasa Alkitab dan hanya bersandar kepada “terang batin” dan penglihatannya
sendiri pun kurang kuat untuk mencegah semanngat yang salah itu. pada bulan Pebruari
1522, rakyat yang tak dapat ditahan lagi. Mereka menyerbu gedung gereja, lalu
memusnahkan mezbah, salib dan patung. Raja frederik tidak sanggup memadamkan hura
itu. sebab itu Luther memutuskan untuk meninggalkan Wartburg dan kembali ke
Wittenberg pada bulan maret 1522. Hal itu membuktikan keberanianNya yang besar,
karena kutuk kaisar sangat besar, tetapi Luther menulis kepada Frederik, bahwa ia tak
lagi membutuhkan perlindungan saja, bahkan pengawalan Tuhan sendiri sekarang Luther
mau melindungi raja. Luther yakin bahwa semangat pemberontak hanya dapat dilawan
dengan bersenjatakan Firman tuhan. oleh sebab itu Luther naik mimbar tujuh hari
lamanya dan dengan khotbahnya ia menasihati jemaat sampai mereka malu dan menyesali
kepanasan hatinya. Anasir yang radikal dihardiknya, karena kurang kasih dan basar yang
menyebabkan saudara yang masih lemah dalam iman, terkejut dan barang kali mau
kembali saja kebawah kuasa paus. Jemaat harus di didik perlahan-lahan. Segala perkara
yang lahir tidaklah begitu penting, asal saja firman diberitakan dengan suci murni. Tetapi
karena tidak mengerti itu maka kaum fanatic telah membuat suatu taurat baru dari
kebebasan yang diberikan injil itu. dengan hadirkan yang tegas itu Luther
membendung sifat radikal di Wittenberg. Karlstadt harus mengundurkan diri. Hanya
beberapa perubahab saja diadakan oleh Luther, umpamanya kata-kata mengenai
persembahan kristus dicoret dari dalam misa tetapi pada umumnya tatacara gereja lama
masih berlaku.
Peristiwa ini besar sekali artinya bagi sifat reformasi Luther ia menolak segala
kekerasan dan revolusi, karena yang dikehendakinya ialah supaya pengertian Injil yang
baru itu mengkhamiri gereja dan masyarakat dengan berangsur-angsur, agar jemaat
jangan diperbudak kembali oleh bermacam syariat baru. Memang bukan Luther,
melainkan calvinlah yang memikirkan dan mewujudkan pembaruan bentuk lahiriah
gereja.
4. Perceraian dengan golongan fanatic. Makin lama makin terang bahwa jalan dan tujuan
Karlstadt dan nabi-nabi yang fanatic dan mengadakan hura sangat berbeda dengan
maksud dan cita-cita Luther. Karlstadt hidup mengembara dan akhirnya meninggal
dibasel. Thomas Munzer menjadi penganjur golongan ini. ia seorang yang jauh lebih
radikal lagi, sehingga pada tahun 1524-1525 Luther merasa perlu menceraikan dirinya
dengan terang dari padanya. Karena Munzer dengan pengikutnya menerangkan kepada
jemaat, bahwa tiap orang Kristen harus meniru pergumulan batin sebagaimana dialami
Luther, tanpa pengalaman demikian manusia belum dibebaskan dari ikatanNya. Dengan
jalan itu manusia dengan pendapatnya secara mistik menjadi pusat lagi menggantikan
rahmat Allah. Firman tuhan menyatakan diri dengan langsung kepada jiwa manusia
sendiri, bukan dengan perantara alkitab. Dengan demikian Munzer mengikat pula
manusia dengan taurat mistik di samping itu pula ia mengkhotbahkan suatu revolusi
sosisal. Rakyat dikerahkanNya untuk membasmi segala kekejian K.R keadaan masyarakat
harus dirombak dan diubah sama sekali. Cita-cita komunis mulai nampak.
Pemberontakan petani disetujui dan diturutnya. Akhirnya Munzer ditangkap dan dibunuh
waktu petani dikalahkan.
Luther sama sekali menolak pandangan dan cita-cita Munzer dengan golongannya.
Karena ia sungguh membebaskan kerohanian dan agama dengan perkara sosial. Revolusi
melawan kehendak Tuhan, dan pemerintah harus dihormati. Tambahan pula ia mengecam
maksud golongan fanatic itu untuk menaklukan manusia kembali kepada abad
pertengahan. Soal dan masyarakat dan relasi gereja dengan Negara lebih baik dipikirkan
dan dipecahkan oleh Protestantisme Calvinis daripada oleh Luther.
5. Percerain dengan golongan petani. Pada tahun 1525 pecahlah pemberontakan besar dari
kaum petani yang tak mau ditindas lagi. Baik petani katolik roma maupun petani yang
mengikut Luther mengangkat senjata. Mereka itu juga salah mengerti khotbah Luther
tentang kebebasan tiap-tiap orang Kristen, sehingga menyangka bahwa Luther akan
membantu mereka. sudah tentu Luther mengaku bahwa tuntutan mereka patut dan
pada tempatnya, tetapi tatkala ia mendengar seluk beluk pemberontakan itu, yaitu bahwa
mereka membakar, merampok, dan membunuh dimana-mana, sikapnya berubah sama
sekali. Raja dan pemerintah yang terkejut dan tak berani membela rakyatnya,
ditempalaknya. Beralaskan surat roma 13 ia mengajak raja membalas segala kejahatan
itu. akan tetapi sesudah petani dikalahkan, ia menegur raja pula supaya mereka jangan
bertindak terlalu kejam. Dengan demikian Luther menunjukkan bahwa injil tidak
memihak kepada suatu golongan, melainkan memberitakan firman tuhan kepada segala
golongan masyarakat. Tetapi benar juga, bahwa ia kurang memperhatikan kebutuhan
sosial. Mulai sekarang banyak rakyat merasa kecewa, lalu membelakangi Luther. Luther
sendiri pun kecewa juga dan mengerti bahwa ia tak boleh bersandar pada rakyat jelata.
Pada tahun 1524 ia mengeluarkan suatu karangan yang berjudul “uraian tentang
kehendak bebas” di dalamnya ia menegaskan bahwa rahmat saja tak sanggup
menyelamatkan manusia. Putusan akhir bergantung kepada kehendak bebas, yang dapat
menerima atau menolak rahmat tuhan. tetapi pandangan semi pelagian itu bukanlah
pengakuan iman, melainkan buah pikiran akal budi saja. Setahun kemudian luther
membantah uraian Erasmus itu dengan karanganNya tentang kehendak yang terikat, di
dalamnya ia mempertentangkan Allah yang hidup yang hidup dengan “Allah
filsafat”Erasmus. Manusia yang sungguh beriman mengetahui dan mengaku bahwa hanya
rahmat Allah yang hidup saja, yang menyelamatkanNya. Berdasarkan iman itu, luther
berani mengemukakan pandangan yang rupanya berlawanan. Ia membedakan allah yang
menyatakan dirinya dalam kristus,yang menawarkan keselamatan kepada sekalian
manusia, dengan Allah yang memilih atau menolak manusia, dengan Allah yang memilih
atau menolak manusia menurut musyawaratnya yang kudus dan tersembunyi itu. masalah
itu diperdebatkan berkali-kali dalam sejarah gereja pada masa kemudian.
Oleh perjuangan pena ini golongan humanis terbagi dua. Yang mengikuti Luther
menjadilah Injil, tetapi yang mempertahankan pokok humanism seperti Erasmus tetaplah
menganut agama katolik roma. Pusat theologia mereka ialah manusia dibawah taurat,
bahwa manusia dibebaskan oleh rahmat saja tidaklah dimengerti olehnya. Erasmus
menjadi bapa protestantisme liberal di kemudian hari, juga mengutamakan akal budi dan
moralisme.
8. Perkembangan. Dalam pada itu kabar tentang penemuan injil yang benar oleh luther itu
disiarkan kemana-mana oleh percetakan kitab. Terutama dijerman selatan pergerakan
reformasi berkembang dengan pesat di belanda jatuhlah korban pertama tahun 1523
Hendrik Voes dan Johanes van Essen dibakar hidup dikota Brussel. Luther mengarang
suatu syair untuk menghormati saudara yang berani mati syahid karena imannya itu.
Banyak kota yang berdiri sendiri, yang suka memajukan kebudayaan dan agama,
menerima reformasi, dan hal itu biasanya berlaku dibawa pimpinan dewa kota. Dimana
hal itu berlaku, banyak orang keluar dari biara, tatacara kebaktian diubah dan
pengkhotbah baru diangkat. Luther menolak mereka dengan nasehatnya sambil
mengusahakan pembaruan pengajaran dan pemeliharaan orang miskin, berhubung
dengan pekerjaan minta sekarang kurang dilakukan, sebab sedekah tak lagi dianggap
sebagai amalan yang menghasilkan pahala sorgawi.
Perkembangan yang cepat itu dimungkinkan oleh karena Edik Worms tidak diperhatikan
oleh rakyat. Semenjak pertemuanNya dengan kaisar maka luther bukanlah diganggu,
malahan digemari dan dihormati diseluruh jerman. Perhatian kaisar pun terikat oleh
perangnya dengan perancis dan Turki. Sembilan tahun lamanya ia tidak mengunjungi
jerman. Raja tidak bersatu mengenai reformasi dan takut kepada kota yang sudah ikut
serta pembaruan gereja sebab kekuasaanNya yang besar.
Pada tahun 1524 beberapa raja katolik roma mengadakan suatu perjanjian untuk
melaksanakan edik worms, tetapi pada tahun 1526 raja injil berserikat juga untuk
mencegah pelaksanaan itu. pada tahun itu juga kesusahan kaisar bertambah besar, karena
ia bermusuh dengan paus beberapa waktu lamanya. Sebab itu rapat Negara di Speier
(1526) menunda lagi pemberesen perkara reformasi. Raja diizinkan bertindak untuk
daerahnya masing-masing. Aturan itu besar akibatnya kekaisaran sekarang terbagi atas
banyak gereja senegeri, sehingga reformasi dapat berkembang dengan bebas disegala
negeri yang rajanya bersifat injili, tetapi daerah yang diperintahi oleh raja katolik roma
tak dapat dimasuki oleh semangat pembaruan. Tak ubahnya seperti pada abad
pertengahan, gereja senegeri itu dipimpin oleh tuan tanah atau rajanya. Gereja negeri
senegeri injili yang pertama berdiri di Saksen dan Hessen. Sudah tentu organisasi dan
keuanganNya masih kacau sekali. Ada juga kekurangan pengkhotbah dan guru yang
cakap. Atas ikhtiar Luther beberapa “visitator” (penilik) diangkat, yang diberi tugas
untuk perbaikan dan pembangunan jemaat. Luther sendiri membantu usaha itu dengan
bermacam-macam kitab untuk mengajar dan menasehati jemaat. Yang terpenting ialah
“katekismus kecil” untuk jemaat, dan “katekismus besar” yang disusunnya untuk pendeta.
Dengan demikian reformasi Luther mendapat bentuknya. Yaitu gereja senegeri yang
diperintahi oleh raja. Bentuk itu memang berlawanan dengan kebebasan gereja dan
dengan imamat am semua orang percaya. Luther menyadari hal itu, tetapi ia setuju
dengan ajaran Occam, bahwa dalam keadaan darurat pemerintah duniawi wajib
melindungi dan memelihara gereja. Tambahan lagi ia sangat menghormati pemerintah
yang sudah tentu adalah pemerintah Kristen pada zaman itu. organisasi dan kedudukan
gereja yang demikian itu mengandung segala bahaya yang bersangkutan dengan hal gereja
Negara umumnya.
BAB 34
1. Bedanya kedua cabang Reformasi itu. Oleh pimpinan Tuhan yang istimewa maka
timbullah di Swiss suatu pergerakan pembaruan, sebagai lanjutan dari Reformasi Luther,
tetapi yang menambahkan beberapa hal yang sangat penting, yang kurang di perhatikan
Luther, yaitu: a. Kesadaran theokratis yang lebih kuat dan radikal; b. Perubahan dan
pembaruan bentuk-bentuk hidup Gereja; c. Pelakssanaan semangat injil di lapangan
sosial; dan d. Sikap aktif terhadap politik. Jenis reformasi itu di sebut Calvinisme. Cabang
reformasi Calvinis itu memang tidak terpikir tanpa Luther, sebab ia tak lagi lain
sumbangan dan lanjutan Reformasi Luther di Eropa Barat, tetapi perbedaannya dengan
Gereja Protestan Lutheran ialah gerakan pembaruan di Swiss, Perancis, Belanda, Inggris
dan Skotlandia di pimpinan oleh oknum yag matanya terbuka bagi tugas dan tanggung
jawab Gereja terhadap segala lapangan masyarakat dan terhadap tuntutan-tuntutan
Tuhan yang lain mengenai pembaruan Gerejanya, yang kurag di pahami oleh Luther
dengan pengikut-pengikutnya.
2. Hidup Zwingli. Sifat istimewa dari cabang kedua protestantisme itu nyata dengan
terang dalam hidup dan pekerjaan pelopornya, yaitu Ulrich Zwingli (1484-1531), seorang
Swiss. Sejak waktu menuntu ilmu theologia di Wina dan Basel, Zwingli di pengaruhi oleh
humanisme. Kemudian ia bekerja antara lain sebagai pendeta tentara dari pasukan-
pasukan Swiss. Pada tahun 1518 Zwingli di panggil ke kota Zurich dan menjadi pendeta
dari gereja yang besar disana.
Zwingli mulai memihak kepada Luther dengan pembaruannya semenjak debat di Leipzig
(1519). Oleh karena Zwingli tidak di didik dalam scholastik dan tidak maasuk biara
seperti Luther, maka penemuan baru itu baginya tidak berarti bahwa pertaliannya
dengan waktu yang lampau terputus sekaligus, melainkan seakan-akan pandangan dan
keyakinan yang sudah di kandungnya sekian lama itu sekarang di perdalam dan
disadarinya dengan jelas.
Dalam hal ini nyatalah perbedaan antara Lutheranisme dengan Calvinisme. Sudah tentu
pendirian Zwingli lain dari pada sikap orang-orang fanatik di Wittenbang. Zwingli berniat
membarui Gereja secara lahiriah juga. Akan tetapi Protestantisme “Calvinis” harus awas,
supaya ia jangan menaklukkan anggota-anggotanya ke bawah suatu taurat baru, seperti
yang telah di buat oleh golongan yang fanatik.
3. Keadaan pada tahun 1529. Di Swiss juga Reformasi berkembang dengan pesat.
Kanton-kanton (daerah-daerah) Bern, Basel dan beberapa lagi lekas memihak kepada
Reformasi, tetapi kanton-kanton lainnya tetap menganut pengakuan Katolik Roma.
Akkhirnya kanton-kanton katolik Roma berserikat, sehingga kanton-kanton injili terpaksa
berbuat begitu juga. Pada tahun 1529 hampir-hampir pecah perang saudara. Pada ketika
yang amat genting itu, Zwingli mencari pertolongan di jerman, dan sebaliknya pemimpin
politik dari kalangan Reformasi di Swiss.
4. Pertikaian dengan perjamuan. Akan tetapi maksud itu tak tercapai karena timbullah
pembantahan tulisan yang keras antara Swiss dan jerman selatan pada satu pihak dengan
“golongan Wittenberg”, yakni luther beserta para pengikutnya pada pihak lain. Tatkala
Yesus mengatakan : inilah tubuhkku maka maksud Tuhan tk lain dari menyatakan, bahwa
roti itu kiasan tubuhnya.
Luther tak suka mengadakan perserikatan dengan golongan itu, yang pada hematnya
hanya menghina sakramaen kudus itu. Zwingli merasa, bahwa perselisihan secara theologi
itu tak boleh membatalkan perserikatan militer dan politik yang sangat perlu itu. Phili
dari Hessen, yang juga berpendirian demikian, membujuk Luther untuk mengadakan
perdebatan agama dengan Zwingli tentang perjamuan kudus. Pertemuan itu di
laksanakan di Marburg pada permulaan oktober 1529.
Barangkali kita merasa heran apa sebabnya Luther tak mau berdamai dengan
Zwingli pada suatu ketika yang segenting itu. Oleh sebab misa sudah menjadi pusat dan
inti pokok alam Gereja Roma, maka perlu sekali aarti injili Perjamuan Kudus itu di
pahami sebaik-baiknya oleh Reformasi. Luther mengetahui bahwa keselamatan jiwanya
beralaskan penyerahan kehendak dan akalnya kepada kuasa Tuhan.
Pada tahun 1529 Zwingli berikhtiar untuk menggabungkan kuasa semua raja, daerah dan
kota yang beragama protestan untuk bersama-sama melawan keluarga Habsburg, yang
merupakan lawan besar bagi kebebasan iman. Sejak itu Strasburg bertambah penting
untuk perkembangan protestantisme “Calvinis”. Zwingli yang turut dengan pasukan-
pasukan protestan itu selaku pendeta tentara, tewwas dan mayatnya di bagi empat dan di
bakar habis.
BAB 35
Kaisar tak berani meneruskan tindakan-tindakannya yang keras itu, karena ancaman dari
pihak turki di sebelah timur. Ia memerlukan bantuan semua rajanya untuk menjaga batas
kekaisaran. Tambahan pula, paus belum mau mengadakan konsili. Itulah sebabnya pada
tahun 1532 diadakan perjanjian Neurenberg anatra karel V dengan golongan Protestan.
Protestantisme dibiarkan lagi oleh kaisar, sampai rapat negara yang berikut atau sampai
konsili besar yang diminta oleh karel. Tambahan pula, kaisar meninggalkan tanah Jerman
untuk waktu sembilan tahun lagi.
Kaisar sudah merasa lebih kuat pula. Untuk mengetahui mata musuhnya ia menyuruh
mengadakan lagi beberapa pertemuan dan perdebatan agama. Melanchton ditipu oleh
daya yang cerdik itu, sehingga tetap mengharapkan perdamaian dengan kaisar dan
dengan gereja roma. Tetapi akhirnya agaknya tibalah waktunya bagi kaisar untuk
memerangi reformasi sekuat-kuatnya, karena keadaan luar negeri tak menghalangi lagi.
Pada tahun 1545 konsili besar, yang telah dinanti-nantikan sekian lama, dibuka oleh paus
di trente (letaknya diujung selatan kekaisaran Jerman; kini di italia Utara). Akan tetapi
orang protestan tidak mau menghadap paus dengan konsilinya, sebab untuk mengerti apa
kelak nasibnya, jikalau mereka pergi menyerahkan diri ke dalam tangan musuhnya,
sekarang peperangan yang sudah sekian lama ditunda,pecahlah dengan hebatnya.
Pada masa yang sukar sulit itu kaum reformasi kehilangan pemimpin yang besar. Sudah
lama Luther tidak sehat lagi hidupnya pada tahun-tahun penghabisan Disusahkan oleh
kekecewaan karena sikap rakyat yang kurang Injili dan rohani itu dan oleh segala
perlawanan dari pihak lawan-lawannya. Biarpun demikian, ia tetap bersemangat, beriman
teguh dan bergirang hati oleh berkat dan rahmat Tuhannya. Luther meninggalkan dunia
pada tanggal 18 feb 1546 dalam usia 62 tahun, di kota kelahirannya, Eisleben; an berada
dii sana dalam perjalanan plang ke wittenberg.
BAB 36
Semenjak tahun 1520 timbullah gerakan rohani yang lain di samping reformasi Luther
dan Zwingli. Gerakan yang ketiga ini yang mendapat banyak pengikut, ialah gerakan
orang Baptis atau Anabaptis (yaitu yang membaptiskan kembali). Golongan ini bersangkut
paut dengan kaum fanatic, yang mengharu birukan Wittenberg dan yang menyokong
pemberontakan petani. Telah kita dengar bahwa kaum anatik itu menaruh manusia
kembali dibawah taurat dan ajaran itulah dibuat sebagai pusat agama Kristen; tetapi
dengan itu mereka cenderung kepada ajaran abad-abad pertengahan. Jadi gerakan Baptis
itu sebenarnya bukan cabang pembaharuan Gereja. Akan tetapi mereka berbeda juga dari
kaum fanatic, karena dalam gerakannya itu ditemui rupa-rupa pandangan dan tujuan
lain. Agar kita dapat mengerti keadaan dan cita-cita orang baptis itu, baiklah kita
menguraikan satu persatu anggapan-anggapan yang menguasai golongan itu, yaitu :
pengudusan hidup yang berdasarkan taurat, pengharapan akan masa depan yang berupa
pemberontakan, mistik perseorangan dan kekristenan yang beralasan akal budi dan
kebajikan.
Di Basel, sekumpulan kaum fanatic mulai menuntut supaya kaum Kristen dibaptiskan
lagi, karena katanya baptisan Kristen hanya boleh dilakukan kepada orang-orang akil
balig beralaskan imannya yang sungguh. Tuntunan ini tetap menjadi tanda istimewa dari
segala golongan Baptis. Zwingli segera berusaha menindas ajaran dan praktek yang salah
itu. Orang baptis diusir dari Basel, tetapi dengan tindakan itu gerakannya belum
dihentikan. Sebaliknya, oleh karena terserak-serak kemana-mana, ajarannyapun
disebarkan keseluruh negeri, dari tanah Swis sampai ke pantai Laut utara. Banyak sekali
orang sederhana diantara rakyat yang masuk golongan baptis itu.
Pokok yang terpenting dari gerakan itu ialah mereka mau membentuk suatu “jemaat
tanpa cacat atau kerut”. Demikianlah jemaat Tuhan disebut dalam Alkitab (Ef. 5:27);
tetapi disana kedudukan jemaat adalah hasil penyerahan diri oleh kristus, kekudusan
mana diwujudkan dalam jemaat dan diantara semua orang percaya dengan
memandikannya dengan air dan firman (E. 5:25,26). Bagi orang baptis kekudusan itu
bukanlah karunia kristus, melainkan tugas manusia yang beriman. Kekudusan itu
dikerjakannya dengan menggenapi segala hukum Tuhan, teristimewa segala syariat untuk
hidup Kristen yang terpapar dalam khotbah Yesus di bukit, yang dianggap seperti kitab
undang-undang. Sudah tentu orang-orang percaya suka dan sanggup memenuhi segala
syariat itu, adalah golongan kecil saja dalam dunia yang jahat ini. Oleh karena itu orang
baptis menolak gereja Negara dan gereja rakyat, baik yang katolik Roma maupun
Protestan. Itulah juga sebabnya mereka menolak baptisan kanak-kanak, yang menyatakan
bahwa rahmat Allah adalah pendahuluan dan dasar iman. Baptisan yang diberi kepada
orang dewasa saja tentulah mengutamakan manusia yang harus mengusahakkan imannya
dahulu, barulah dipandang layak menerima tanda belas kasihan Allah. Sebeb itu
babptisan orang akil balig menjadi tanda dan syarat mutlak dari segala sekta yang bersifat
taurat.
Ajaran kebajikan khotbah dibukit pun membuat orang Baptis menjadi segan terhadap
segala sesuatu yang berkenan dengan Negara, misalnya sumpah, pangkat pegawai dan
perang. Mereka suka menyepikan diri dari masyarakat ramai, lalu merupakan
perkumpulan-perkumpulan yang saleh dan suci. Sebab itu mereka menderita dengan
penuh sabar dan pasi segala aniaya yang ditimpakan keatasnya oleh pihak pemerintah.
Didalam lingkungan sendiri mereka melawan semangat duniawi dengan memakai disiplin
yang sangat keras; oleh karena itu memanglah timbul sifat dan roh Farisi di antara
mereka, yakni kesombongan rohani dan menghinaan orang yang kurang kudus dari
mereka. golongan baptis termasuk kepada segala gerakan rohani yang banyak, yang mau
membersihkan gereja rakyat yang sudah sangat turun derajatnya itu, dengan dengan
memperingatkan gereja tersebut kepada kekudusan yang dituntut dari padanya, seraya
berusaha mengembalikan gereja kepada keadaan dan suasananya semua pada zaman
rasul-rasul. Orang Montanis, Novatian, Donatis, Waldens, Baptis, kesemuanya itu
mempunyai maksud yang indah dan patut dipuji, tetapi cara dan jalan yang dipilihnya
salah benar. Mereka hanya menukarkan taurat lama yang telah jadi lemah dengan suatu
taurat baru yang lebih keras, padahal satu-satunya jalan yang dapat membawa
gereja kepada kekudusan yang kepadanya ia dipanggil, ia mengganti kuasa taurat dengan
perkabaran rahmat dan iman saja. Berhubung dengan pandangan-pandangannya yang
disana-sini menerbitkan roh pemberontakan, lagipula karena segannya terhadap segala
hal ihwal Negara dank arena baptisan kanak-kanak ditolaknya, maka mereka dihambat
oleh semua perintah, baik yang katolik Roma, maupun yang injili, terutama dari tahun
1525 sampai 1530. Banyak benar orang baptis yang dihalaukan dari tempat kediamannya,
banyak yang dipenjarakan, dan tak sedikit pula yang dihukum mati. Dengan penyerbuan
dan keberanian yang besar semua orang syahid itu menerima nasibnya. Akibatnya ialah
orang baptis dipandang oleh rakyat selaku orang Kristen sejati.
Tidak mengherankan bahwa semenjak tahun 1530 gerakan baptis mulai berkembang lagi.
Pemimpinnya pada masa itu ialah Melchior Hoffmann. Hoffmann memasukkan
pandangan lain kedalam gerakan baptis, yakni pengharapan akan kedatangan kristus
kembali dengan segera dibumi ini untuk mendirikan kerajaan damai seribu tahun,
diwaktu mana Tuhan akan membenarkan umatnya yang teraniaya dan akan membalas
segala kejahatan seturu-seteru jemaat itu. Hoffmann sendiri belum menghendaki
pemberontakan dalam masyarakat.
Kota Strasburg dianggap Hoffmann sebagai Yerusalem baru yang akan datang itu. Selama
10 tahun ia ditahan dalam penjara di Strasburg, yakni sampai ajalnya ia menantikan
datangnya kerajaan seribu tahun itu. Tetapi khotbah dan ajarannya disebut dimana-mana
dengan penuh kesukaan, terutama dibelanda. Jan Matthijsz dari Haarlem, seorang tukang
roti, berkhotbah bahwa orang-orang percaya sendiri wajib dengan segera mewujudkan
kerajaan Allah yang akan datang, dengan mempergunakan segala daya upaya yang ada
padanya. Ia menganggap dirinya sendiri sebagai penjelmaan nabi Henokh. Pada golongan
Anabaptis di jerman-Barat merebut kuasa di Munster (1534). Banyak penduduk injili dan
katolik Roma mengungsi dari kota itu. Mereka terus digantikan oleh orang Anabaptis dari
belanda dan lain-lain daerah yang membanjiri Munster. Jan Matthijsz pun pindah ke
munster, karena disitulah Yerusalem Baru akan didirikan! Seorang tukang tenun,
Knipperdolling namanya, dipilih menjadi walikota. Ia terus
3. Mistik perseorangan
Pada umumnya boleh dikatakan bahwa taurat dipentingkan sekta-sekta baptis lebih dari
pada mistik. Oleh karena mistik itu selamanya bersifat perseorangan (individualistis),
sudah tau bahwa hanya beberapa oknum saja yang disebut selaku orang mistik dalam
golongan baptis, yaitu sebastian frank dan kaspar schwenkfeld, yang hidup di jerman
selatan, daerah “sahabat-sahabat Tuhan . frank menganggap, “terang batin” lebih penting
dari Alkitab, gereja dan sakramen, yang dipandang perkara lahiriah saja, “sebab hukum
yang ditulis mematikan, tetapi roh menghidupkan” (II Kor 3:6)! Dasar mistik Franck itu
memanglah tak lain dari pada dasar segala mistik, yakni paham Allah yang pantheistis dan
paham dunia yang dualistis, paham mana berbeda jauh dengan pandangan Alkitab
tentang relasi Alkitab dan manusia. Schwenkfeld lebih mementingkan persekutuan orang
Kristen, tetapi persekutuan yang ditunjukannya itu bukanlah gereja, melainkan
kumpulan-kumpulan orang yang sehati sepakat saja.
BAB 37
CALVINISME
5. Gereja dan Tatagereja. Tata Gereja Calvin ialah usahanya untu membebaskan Gereja
dari campur tangan pemerintah. Gereja Calvinis yang tidak bergantung kepada
pemerintah tumbuh dan mempertahankan diri juga pada waktu aniaya dan
penghambatan. Mereka memerintah diri sendiri , karena mengetahui bahwa sebetulnya
Kristuslah satu-satunya pemerintahan yang penuh.
7. Pertikaian kedua tentang Perjamuan. Pada tahun 1552 ajaran Calvin diserang diserang
hebat oleh Joachim Westphal yang menyamakan pandangan Calvin dengan ajaran
Zwingli, dan banyak orang Jerman yaitu pengikut Luther yang mendukung Westphal dan
mereka mengganggap Calvin sebagai penyesat. Jangka waktu yang cukup lama barulah
Calvin menjawab dengabn tajam dan pajit sehingga sempurnalah perpisahan pihak
Lutheran dan Calvinis. Sampai saat ini kedua bagian reformasi ini semakin berjauhan.
8. Gereja dan Pemerintah. Calvin menaruh minat istimewa antara Gereja dan pemerintah.
Dialah yang pertama diantara para reformator Gereja yang membedakan kedua kuasa itu
secara tegas. Calvin menuntut kebebasan Gereja sepenuhnya dari negara, berdasarkan
hubungan mutlak antara Gereja dan Tuhannya. Sebab pemerintahpun wajib takluk
kepada pemerintah Allah. Pemerintah harus melakukan tugasnya dilapangannya sendiri
dengan menjalankan keadilan dan menjamin kehidupan yang aman bagi semua penduduk
negeri. Pemerintah wajib tunduk kepada Firman Allah, bilamana pemerintah melawan
atau mencegah penyiaran Injil, rakyat boleh bangkit melawan pemerintah itu,
pemberontakan itu harus dipimpin oleh perwakilan rakyat atau raja yang sah.
BAB 38
CALVINISME
2. Kehormatan Allah. Rahmat Tuhan yang mengampuni segala dosa karena darah Yesus
Kristus, itulah penemuan Luther yang besar, yang melepaskan dia dari segala ketakutan
dan pergumulan batin. Sebaliknya, Calvin mengutamakan keagungan dan kuasa Allah
yang tidak terikat kepada barang apapun. Di hadapan kebesaran dan kekudusan Tuhan,
manusia yang hina dan cemar, dengan keberatan-keberatan akal budinya dan dengan
amalan dan jasanya yang tak berharga, hanya dapat berdiam diri dengan malu dan
gentar. Oleh karena itu, Calvin selalu mengemukakan “kehormatan Allah”. Allah adalah
raja bagi yang diciptakanNya. Maksud dan tujuan segala sesuatu yang ada bukanlah
manusia atau kebebasan dunia, melainkan kemuliaan Allah sendiri saja. Hanya Allah saja
yang menjadi satu-satunya pusat iman dan ilmu teologia.
Perbedaan Luther dan Calvin juga tampak pada Kesepuluh Hukum. Bagi Luther, taurat
Tuhan menjadi sumber pengetahuan kita tentang besar dan beratnya dosa-dosa kita,
padahal Calvin memandang taurat itu sebagai peraturan dan penuntun bagi hidup baru di
dalam iman, yang memimpin orang percaya ke jalan penyesalan dan pertobatan,
penderitaan karena Kristus dan penyangkalan diri. Jadi beda Luther dan Calvin dalam
hal ini hanyalah beda tekanan saja. Luther menekankan pusat iman, yakni pembenaran,
dan Calvin menekankan akar pembenaran, yaitu predestinasi, dan buah pembenaran
yakni pengudusan.
Dengan tegas Calvin menerangkan bahwa Gereja yang benar, dapat dikenal dari dua ciri,
yakni pemberitaan Firman menurut Alkitab dan pelayanan sakramen, sesuai dengan
kehendak Kristus, dan kedisiplinan sudah menjadin ciri mutlak untuk Gereja yang benar.
Maksud disiplin dalam Gereja Calvin adalah supaya membentuk suatu persekutuan orang
percaya yang taat dan setia kepada pemimpinnya dan yang rela berjuang bagi
perkembangan hormat dan kemuliaan Tuhan di dunia ini.
Suatu pokok yang amat penting dalam tatagereja Calvin adalah usahanya untuk
membebaskan Gereja dari campur tangan pemerintah. Gereja harus bebas sama sekali
dari penguasa di dunia, jikalau kristokrasi mau diwujudkan di dalamnya. Tetapi pada
waktu itu Luther telah menyerahkan diri sepenuhnya kepada pemerintah, akibatnya
Gereja Lutheran semakin melemah dari perlindungan dari pihak pemerintah bahkan
hilang. Akan tetapi Gereja Calvinis yang tidak bergantung kepada pemerintah tumbuh
dan mempertahankan diri pada waktu dianiaya dan penghambatan. Mereka memerintah
diri sendiri, karena mengetahui bahwa sesungguhnya Kristuslah satu-satunya pemerintah
mereka.
5. Perjamuan kudus. Pada hakikatnya Calvin memihak kepada Luther karena bagi Calvin
juga Perjamuan itu ialah pertama-tama suatu pemberian Allah dan bukan suatu
perbuatan pengakuan manusia. Roti dan anggur bukanlah hanya lambang saja, tetapi alat
yang dipakai untuk memberikan tubuh dan darah Kristus yang sesungguhnya kepada
kita. Akan tetapi tubuh itu yang telah mati dan bangkit untuk kita, kini ada di dalam
surga.
Ajaran Luther bahwa tubuh Kristus yang dipermuliakan itu, dapat hadir di mana-mana,
di tolak oleh Calvin, karena dengan demikian tabiat manusiawi Kristus yang sebenarnya
diserang. Oleh karena itu roti dan anggur itu sendiri tidak boleh dianggap sama saja
dengan tubuh dan darah yang ada di dalam surga itu, melainkan harus dipandang sebagai
tanda dan materai anugerah dan kasih Tuhan di dalam Yesus Kristus.
Bertentangan dengan Luther, Calvin membedakan tanda dengan apa yang ditandakan
oleh tanda itu. Ia menjelaskan bahwa: sebagaimana orang yang percaya itu sungguh
menerima tanda-tanda itu dengan mulutnya, demikianlah pada ketika itu juga ia sungguh
dihubungkan oleh Roh Kudus dengan tubuh Kristus yang di surga, tubuh mana menaruh
kebebasan dan hidup yang kekal. Demikianlah diadakan persatuan rohani antara Kristus
dengan orang percaya.
BAB 39
TIMBULNYA KONTRA-REFORMASI
1. Wujudnya. Pembaruan gereja oleh luther bukan saja penting bagi kaum protestan ,
tetapi juga bagi gereja Katolik Roma karena Lutherlah yang telah memaksa Gereja itu
menyadari keadaannya dan membersihkan rumahnya sendiri. kendatipun segala nasehat
dan uraian Luther tentang kebusukan Gereja K.R. pada masa itu, tetapi masih lama lagi
sampai para pemimpin Roma mulai mengerti sedikit akan ajaran Paulus, seperti yang juga
di kemukakan oleh Luther itu. Di Trente Gereja K.R. memilih jalan yang kedua, yang sesat
itu. gereja itu menutup telinganya terhadap suara panggilan Firman Tuhan, meskipun
rupa-rupa aib dan keburukan di perbaikinya. Umumnya gereja K.R. meneruskan
jalannya yang lama, dengan sikap dan semangat yang lebih fanatic lagi untuk
membinasakan ajaran reformasi. Tindakan dan aksi baru yang hebat dari pihak Gereja
Roma itu di sebut “kontra-reformasi”. Lama-kelamaan gerakan itu mengakibatkan suatu
pergumulan katolik Roma dengan negeri-negeri injili.
2. Suasana di Spanyol dan Italia. Negeri pemimpin kontra-reformasi ialah spanyol, yang
kuasanya juga terasa di lapangan politik pada abad ke-XVI di bawah pemerintahan kaisar
karel V dan anaknya, raja Philips II. Gereja Negara di spanyol selalu melayani paus-paus
di Roma dengan gembira. Inkwisisi di lakukan oleh Negara atas nama Gereja dengan
sangat keres dan bengis terhadap segala gerakan rohani yang di anggap penyesat.
Di Italia suasana pada masa reformasi tahun 1520 di sana mundur sekali hidup kerohanian
dan kebajikan Gereja, tetapi di sana juga terdapat beberapa golongan yang mengindahkan
mistik dan yang di pengaruhi oleh paulus maupun oleh humanism, dan yang berusaha
dengan sungguh-sungguh untuk merawat badan Gereja yang sakit.
Dalam pada itu semangat fanatic spanyol juga mulai memasuki Italia. Pada tahun 1542
Paus memutuskan untuk merergonisasi jabatan inkwisisi dengan menaruhnya di bawah
perintah paus sendiri. Gereja tua itu menolak kritik Luther terhadap Gereja atas Firman
Allah, sambil membalas kritik itu paksaan dan perang.
3. Konsili Trente. Akan tetapi Gereja Katolik Roma mengerti bahwa Inkwisi dan
pelawanan bersenjata belum mencukupi. Perlulah di adakan suatu dasar hulum untuk
menghambat kaum injili. Ajaran reformasi berlainan dari anggapan dan perasaan umum
Gereja abad-abad pertengahan, tetapi pandangan itu belum di sahkan selaku ajaran resmi
Gereja K.R.
Tambahan pula, kaisar karel V sudah lama mendesak paus mengadakan suatu konsili yang
dapat mendamaikan pertentangan-pertentangan di jerman. Tetapi oleh sebab paus
bermusuhan dengan kaisar di lapangan politik, konsili itu di tunda-tunda, akhirnya paus
menyetujuinya dan pada tahun 1545 berhimpunlah suatu sinode besar di Trente, kota
terselatan di kekaisaran jerman. Pada tahun 1547 paus memindahkannya ke Bologna
(italia) di daerahnya sendiri sampai tahun 1549. Dari tahun 1551 hingga 1552 mereka
berkumpul lagi di trente dan lagi pada tahun 1562-1563. Konsili takluk sama sekali kepada
kuasa paus, pada hal paus sendiri tidak terikat kepada konsili. Pada akhirnya
persidangan-persidangannya konsili memohon kepada paus supaya mengasahkan
keputusan-keputusan yang di ambil oleh konsili. Kaum konsiliaris masih cukup kuat
untuk mencegah penetapan dogma itu hal itu berlaku pada tahun 1870.
4. Gereja katolik Roma pada persimpangan jalan. Luther hanya mengaku satu kuasa
dalam gereja, yakni kuasa ilahi Alkitab, bukan kuasa tradisi Gereja. Trente mengajarkan
bahwa Alkitab dan tradisi Gereja adalah dua sumber kuasa ilahi yang setara. Keputusan
trente sangat penting akibatnya, karrena jikalau Gereja mengaku kuasa kedua di samping
Alkitab , yaitu tradisi , maka sudah tentu dalam praktek bahwa tradisi itu menjadi kuasa
baru di atas Alkitab. Alkitab di anggap huruf yang mati dan kurang terang, yang harus di
artikan oleh tradisi Gereja yang hidup. Gereja sendirilah yang mengandung
kebenaaran atau hanya pemberita saja dari kebenaran, yang terkandung dalam Alkitab
yang berkuasa atas Gereja dangan berkatnya dan hukumannya.
Sekarang tidak mengherankan lagi bahwa ajaran Luther tentang keadilan yang di
karuniakan oleh Tuhan, dan tentang pembennaran hanya oleh iman saja, di kutuki oleh
konsili trente, walaupun kedengaran juga suara lain, yaitu dari pihak ordo Augustin, tetapi
keberatan mereka tidak di indahkan, sebab sudah sekian lama surat-surat paulus maupun
kitabAugustinus di tafsirkan menurut tradisi Gereja yang bersifat lain.
Dengan keputusan dan kutuknya ( anathema ) yang demikian trente telah menutup jalan
pembaruan dengan definitive. Sejak itu segala kritik yang berdasarkan Alkitab di tolak
Gereja K.R. jikalau sekarang ia mau bertobat juga, maka hal itu berarti bahwa ia harus
menyangkal dan meniadakan wujud sendiri, dan itu tidak di kehendakinya.
5. Ignatius dari Loyola. Semenjak Trente, Gereja katolik Roma bersiap untuk
mangangkat perang melawan kaum protestan. Tetapi untuk melangsungkan peperangan
yang demikian, belum cukup hanya dengan mengumumkan resolusi-resolusi sesuatu
sinode yang di butuhkan ialah orang yang mau menyumbangkan segala tenaganya kepada
kuasa dan kebesaran Gerejanya, sambil mengurbankan segenap dirinya untuk mencapai
terlaksananya cita-cita itu.
Ignatius lahir pada tahun 1491 dari keluarga bangsawan di spanyol utara. Ketika tentara
spanyol mempertahankan sebuah benteng dalam peperangan dengan perancis (Karel V
dan Frans I bermusuhan pada waktu itu. pada tahun 1521, Ignatius berjuang dengan
segala keberanian. Hanya dengan hidup yang demikian jiwanya dapat di pusatkan. Sejak
sakitnya itu, Ignatius mengubah haluan hidupnya dengan kehendak yang kuat sekali.
Kemudian ia melihat khayal yang ajaib, tetapi segala sesuatu di paksanya untuk melayani
satu maksud yang mulia saja, yaitu melakukan perbuatan perbuatan besar bagi Allah dan
Gereja.
Sesudah mengunjungi Tanah suci dan menyerahkan diri beberapa lamanya kepada
pengalaman dan penggembalaan jiwa, Ignatius memutuskan untuk mulai menuntut ilmu,
walaupun usianya sudah 33 tahun.
Pada tahun 1534 mereka itu bersama-sama bernazar untuk pergi ke palestina buat
menyebarkan agama Kristen di negeri itu. maka Ignatius dengan kawan-kawannya
menghadap paus ke Roma untuk menguraikan maksud dan cita-citanya. Paus terus
mengerti bahwa kegembiraan istimewa Ignatius itu sangat berfaedah bagi Gereja Roma,
jikalau di pakai dan di tunjang oleh pucuk pimpinan Gereja.
Hukum pertama ialah ketaatan yang mutlak kepada paus dan jenderal. Taat seperti
bangkai yang tak mempunyai kehendak sendiri , itulah yang di tuntu dari tiap orang
Yesuit. Orang Yesuit adalah lascar Gereja, tetapi mereka juga menjadi di plomat atau ahli
politik. Teristimewa kepada abad ke-XVII kesusilaan Yesuit (moral Yesuit)
memperkenalkan dirinya dengan segala keburukannya. Maksud menyucikan daya-upaya,
itulah semboyan yang berpokok pada roh Yesuit.
Dengan organisasinya dan cara bekerjanya orang Yesuit membawa gereja K.R. yang sudah
hampir runtuh itu kepada kekuasaan dan kehormatan duniawi yang baru..
7. Kesalehan Yesuit. Rahasia kekuasaan ordo itu terdapat dalam kesalehan yang
istimewa. Ignatius telah memberi pimpinan rohani kepada kesalehan itu dengan kitabnya
yang msyur,”latihan-latihan rohani”. Maksud latihan-latihan ialah menujukkan dan
menguatkan kehendak, sehingga ia tidak takluk dengan tidak bersyarat kepada kristus
dan Gerejanya. Puncak segala latihan itu terdapat pada saat orang Yesuit mengangankan
pertempuran antara kristus selaku panglima bala surganya dengan Lucifer, raja kegelapan
itu beserta raja nerakanya.
Kesalehan jemaat yang dipropagandakan kaum Yesuit itu bercorak demikian. Di segala
tempat di mana mereka menjadi pemimpin, berkembanglah kepercayaan kepada relikwi-
relikwi dan mukjizat-mukjizat. Mereka itulah yang memajukan ibadat kepada orang-
orang kudus dan teristimewa kepada hati suci Tuhan Yesus.
8. Ignatius dan calvin. Yohannes calvin dan Ignatius de Loyola hidup dalam waktu yang
sama. Mereka itu seimbang hebatnya perjuangan merreka terhadap Gereja lawannya
untuk membela Gerejanya sendiri. arti mereka berdua berdua di dalam Gerejanya
masing-masing adalah sama, mereka membangunkan semangat gembira yang di butuhkan
Gereja dalam perjuangan politik yang hebat antara kepercayaan lama dan kepercayaan
baru untuk merebut kekuasaan di Eropa.
Akan tetapi perbedaan antara kedua orang dan gerakan ini lebih besar lagi. Kehormatan
Gereja yang di kejar oleh Yesuit itu di perlakukan seakan-akan perkara manusia, yang
wajib di wujudkan manusia dengan jalan manajuapun. Kaum Calvinis sebaliknya bekerja
dengan keinsafan bahwa hormat Allah adalah perkara Allah sendiri, yang boleh kita layani
dengan ketaatan sederhana selaku umat Tuhan.
BAB 40
PERGUMULAN POLITIK
1. Iman dan politik. Perjuangan antara iman reformasi dan iman K.R pada hakekatNya
adalah suatu perjuangan rohani, yang hanya dapat dilaksanakan dengan senjata rohani.
Akan tetapi bagi umat Kristen dieropa sudah berabad-abad lamanya iman dan pilitik itu
amat rapat hubunganNya. Bukan gereja saja, tetapi pemerintah pun tak boleh tinggal
netral terhadap soal yang terpenting bagi masyarakat Kristen, yakni agama manakah
yang benar. Jikalau dalam suatu negeri ada bertentangan dua macam kepercayaan, maka
pemerintahnya harus menentukan sikapnya, agama mana yang disokongnya dan yang
mana harus ditindasnya. Sebab itu pertikaian antara pihak K.R dan reformasi mustahil
terbatas hanya pada lapangan gereja saja dengan tidak menular kelapangan politik. Oleh
karena itu soal yang harus dipecahkan dieropa pada bagian kedua abad ke XVI, mengenai
suapakah nanti memperoleh kekuasaan politik, raja dan pemerintah K.Rkah atau raja dan
negeri injili. Semua raja itu bermaksud untuk membawa gerejanya kepada kemenangan,
tetapi maksud yang indah itu sudah tentu bercampur juga dengan cita-cita memperluas
kekuasaan negerinya dan keluarganya.
Dieropa utara dan selatan kedudukan politik itu tak sukar, karena di Skandinavia timbul
gereja Negara Lutheran, sedang dispanyol dan italia tidak ada golongan lain yang berani
dan sanggup menentang kuasa gereja K.R oleh karena itu peperangan antara roma dan
reformasi sudah tentu dilangsungkan dinegeri eropa tengah. Pada pihak K.R perjuangan
bagi imam itu digabungkan dengan perjuangan keluarga Habsburg untuk merebut kuasa
dunia bagi spanyol. Dengan itu Philips II, putera kaisar karel V, menjadi pemimpin politik
kontra reformasi, ibukota spanyol, Madrid, menjadi markas besar bagi pehlawan gereja
katolik roma terhadap reformasi dan dimana-mana orang Yesuit menghasut. Pergumulan
yang hebat itu mulai pada tahun 1559, ketika kedua kerajaan katolik roma spanyol dan
perancis akhirnya berdamai. Dan peperangan agama itu berhenti untuk sementara pada
tahun 1588, tatkala serangan besar dari spanyol ke inggeris telah gagal lantaran kalahnya
“armada besar”.
Pada waktu itu mereka mualai disebut “Hugenot” penghambatan memaksa jemaat
protestan untuk berorganisasi, menurut contoh Jenewa.dan pada tahun1559 segenap
gereja perancis yang dibawah salib (artinya yang mendapat bagian dari kesengsaraan
TuhanNya) berhimpun diparis dalam sinode nasional pertama. Pada sinode itu ditetapkan
suatu pengakuan iman (Confesio Gallicana), menurut rencana yang dikirim calvin.
Disusun suattu tata gereja, yang meluaskan dan menyempurnakan hukum gereja Calvinis
jenewa dengan peraturannya yang menggabungkan semua jemaat dalam satu badan
gereja nasional tak ada jemaat yang boleh memerintah jemaat lain, segala perkara yang
mengenai gereja pada umumnya atau yang tidak dapat dibereskan oleh tiap jemaat
sendiri, harus diputuskan disinode provinsi atau nasional sinode adalah perwakilan
jemaat, dan terdiri dari pendeta dan penatua. Bertentangan dengan system hierarkhis
(bertingkat) gereja K.R dan dengan perwalian gereja Lutheran oleh Negara. Maka tata
gereja Calvinis menjunjung keberdiri sendirian (kemandirian) dan pemerintahan sendiri
untuk jemaat inilah organisasi gereja secara presbiterian.
Kaum injili diperancis hanya dapat luput dari penghambatan dengan mengangkat senjata
untuk merebut pimpinan politik. Pada tahun1562 mulai perang Hugenot, yang
berlangsung dengan terputus sampai tahun 1598. Pada tahun 1570 orang hugenot agak
mendapat kebebasan bahkan pada tahun1571 mereka sudah mempunyai pengaruh besar
di istana raja oleh karena de Coligny. Lantas catharina de medicis, yang mulai kuatir
tentang pengaruhnya sendiri bermupakat dengan golongan bangsawan K.R untuk
mematikan gerakan hugenot dengan sekaligus di bulan agustus 1572 dirayakanlah pesta
perkawinan adik raja puteri margareta dengan putera hendrik dari Navarra Bourbon,
seorang hugenot. Banyak orang bangsawan hugenot diundang keperancis untuk
menghadiri pesta yang amat ramai itu. pada “malam bartolomeus” (24 agustus), de guise
dengan pengiringnya menyerbu kaum hugenot, atas desakan catharina. Beribu orang
protestan, di antaranya de Coligny dibunuh pada “perkawinan darah” itu, dan sesudah itu
lagi berlaksa-laksa orang diseluruh perancis, desertai pembakaran dan perampas. Inilah
suatu peristiwa yang paling keji dalam sejarah kontra reformasi, yang menimbulkan
ratapan dan tangisan disegala negeri protestan, tetapi diroma dan Madrid pembunuhan
raksasa itu amat dipuji dan dirayakan dengan keramaian besar paus menyampaikan
hormat dan syukurnya kepada pembunuh itu.
Pada waktu berikutnya kedudukan golongan hugenot amat sukar, teristimewa oleh
hasutan dan tipudaya rahasia orang Yesuit. Akan tetapi pada tahun 1589 nasibnya yang
malang itu berubah, karena hendrikdari Navarra, yang luput dari “malam bartolomeus”
dan yang menjadi penganjur partai hugenot, naik tathta perancis selaku hendrik IV. Ia
memungkiri agamanya pada tahun 1593 dengan masuk katolik roma lagi supaya ia diakui
raja oleh kota paris, yang tidak mau membuka pintunya untuk seorang raja prostestan.
Tetapi pemerintahannya membawa untung dan berkat juga bagi kaum Calvinis. Hendrik
menghentikan segala pertumbuhan darah penganiayaan bahkan pada tahun 1598 ia
mengeluarkan edik nantes, yang menginzikan orang protestan hidup dan bergerak dengan
bebas pada tempat kediamannya sertai mengakui mereka adalag warganegara yang
mempunyai hak dan pengadilan sendiri. demikianlah kaum Calvinis perancis tinggal
hidup di antara rakyat K.R dan dibawah pemerintahan K.R. sebagai segolongan
prostestan kecil, yang seakan-akan merupakan negaranya sendiri di dalam Negara besar.
Mereka Cuma sepersepuluh bagian dari rakyat di antaranya adalah orang terpelajar,
bangsawan atau tukang yang pandai maka pengaruhnya besar juga di dalam masyarakat
perancis.
4. Timbulnya gereja Anglikan. Di inggeris pembaruan gereja berlaku dengan jalan yang
berlainan sekali. Walaupun sisa-sisa pengaruh Wilclif dan aliran humanities yang kuat
adalah merupakan jabatan kepada pemberitaan Luther, semua bangsa inggeris yang
konservatif itu tidak gampang menerima reformasi, kebanyakkan orang bersikap sebagai
Erasmus terhadap Luther. Pada masa itu Inggeris diperintah oleh raja Hendrik VIII
(1509-1547) yang ingin memutuskan nikahnya dengan catharina dari aragon, supaya boleh
kawin dengan seorang wanita di istananya. Yakni Anna Boleyn. Tatkala paus tak mau
mengizinkan perceraian itu, raja mengambil keputusan untuk memisahkan gereja Inggeris
dari gereja roma. Gereja Inggeris sudah lama mempunyai ikatan yang erat dengan
pemerintah Negara, sekarang raja sendiri yang menjadi kepala gereja. Mulai waktu itu
paus tidak berkuasa lagi atas gereja Inggeris ia hanya diakui selaku uskup roma saja.
Segala perlawanan di inggeris terhadap tindakan Hendrik VIII itu itu ditindas dengan
kekerasan oleh raja. Perkawinannya sekarang diputuskan, biara dibubarkan dan sejak
milik biara yang banyak itu disita oleh Negara. Demikianlah terbentuknya gereja Negara
anglikan pada tahun 1531 dan yang berikut.
Tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama. Sesudah eduard diangkat pada tahun 1553 (ia
baru berumur 16 tahun) takhta inggeris jatuh kepada maria tudor yang bergelar “maria
penumpah darah”. Maria ini adalah puteri tunggal hendrik VIII dari pernikahannya
dengan Catharina karena pembuangan ibunya sejak kecilnya sudah banyak menderita
sekarang maria mulai membalas segala sengsara dan penghinaan itu dengan membalikkan
gereja inggeris kebawah kekuasaan paus maria kawin dengan raja Philips II dari spanyol
banyak pemuka reformasi di inggeris dibakar hidup dan banyak pula yang lain terpaksa
lari. Rakyat amat membenci tindakan ratunya yang bengis itu. untunglah pada tahun 1558
maria, menumpah darah itu mangkat dalam kemandulannya.
Penggantinya ialah Elisabeth (1558-1603) , puteri hendrik dan anna Boleyn. Tidak
mengherankan bahwa Elisabeth cenderung kepada pihak reformasi. Kitab doa umum
diizinkannya pula, dan kuasa raja atas gereja ditetapkannya hanyalah kuasa itu tidajk
mengenal ajaran gereja. Sekarang banyak orang K.R lari ke luar negeri dan banyak orang
pelarian injili kembali ke inggeris. Lambat laun gereja anglikan berkembang menjadi
suatu gereja protestan. Pada tahun 1563 disahkanlah “39 pasal” yang bersemangat calvinis
itu menjadi surat pengakuan resmi gereja anglikan sampai kini. Akan tetapi ucapan dan
organisasi lahiriah gereja tidak dibaharui. Sehinnga terjadi pertentangan antara ajaran
gereja dengan bentuk lahiriahnya sebenarnya gereja anglikan tidak hidup dengan
pengakuannya melainkan dari kitab doa umumnya. Dan hal itu berate bahwa ia melayang-
layang di antara gereja reformasi dan gereja katolik.
Jiwa gerakan itu ialah John Knox, seorang pemimpin yang perwira perkasa, lagi bertabiat
dan bersikap nabi seperti elia atau yohanes pembatis. Ia didik oleh calvin sendiri dijenew
dan kesadaran theokratis calvin sudah memuncak didalam diri dan pekerjaannya. Gereja
dan rakyat harus takluk tanpa bersyarat kebawah taurat Allah. Rakyat skotlandia harus
menjadi Israel kedua penyembahan kepada baal didalam misa perlu dibasmi dan izebel
patut dilawan. Oleh karena itu Knox tidak berkeberatan menurutkan raja tahtanya atau
membunuh raja lalim jikalau ia merasa bahwa kehormatan tuhan menuntut demikian.
Dibawah pimpinannya kaum bangsawan injili merebut kekuasaan di skotlandia. Patung
dipecahkan digedung gereja, perang saudara berkobar. Pada tahun 1560, parlemen
mengesahkan pengakuan iman calvinis sejati, yang terutama dikarang oleh Knox (cinfessio
scotica). Sekarang pembaharuan segenap gereja dan masyarakat dilangsungkan.
Skotlandia menjadi contoh sebuah Negara Calvinis tulen, theokrasi jenewa ditirunya dan
diwujudkan secara besar-besaran.
Akan tetapi tahun 1561 menjadi saat baik bagi reformasi di skotlandia, berhubung
dengan pulanya ratu muda, mari stuart, dari perancis. Sedari umur 6 tahun, maria diddik
diparis sebagai seorang puteri katolik roma setelah mangkat suaminya. Raja frans II ia
balik ketanah airnya. Agama K.R dan suasana istana perancis yang duniawi itu,
dibawanya serta, maria terus menuju kepada pengembalian seluruh negeri kepada gereja
roma. Mustahil kedua uknum yang sangat berbeda itu dapat berdamai nabi elia John
Knox dengan khotbah tobatnya dan izebel maria dengan agama baalnya dan
percabulannya. Dalam tahun berikutnya terjadilah rupa pertikaian dan pembunuhan.
Dengan setahu maria, suaminya yang kedua, Darnley, dibunuh di Edinburg beberapa
minggu kemudian saja, maria kawin dengan pembunuh Bothwell itu. akhirnya maria
terpaksa menyerahkan kekuasaannya kepada anaknya, jakobus, yang baru berusia satu
tahun saja (1567). Karena takut amarah dan pemberontakan rakyat maka maria lari
kepada keponakannya, Elisabeth, ratu inggeris, tetapi pada tahun 1568 ia dipenjarakan
oleh Elisabeth.
7. Inggeris dan kontra reformasi. Sudah barang tentu ada sebabnya mengapa Elisabeth
bertindak demikian, karena hak maria stuart atas takhta inggeris sama besar dengan hak
Elisabeth. Apa bila paus menetukan maria jadi raj inggeris, sebab Elisabeth lahir dari
nikah yang tidak sah. Dengan itu maria stuart menjadi harapan dan titik tumpu aksi
kontra reformasi di inggeris. Pihak K.R yang dipimpin dan didesak oleh paus dan Philips
II dari spanyol mencoba beberapa kali untuk membunuh Elisabeth , tetpi maksud jahat itu
selalu gagal dan hanya menyebabkan rakyat memihak lebih lagi kepada ratunya dan
kepada reformasi di inggeris. Di sini juga orang yesuit menghasut dan berikhtiar dengan
tipu muslihatnya yang rahasia akan tetapi segala daya mereka tidak berhasil.
Pada tahun 1587 usaha roma menjatuhkan Elisabeth memuncak dengan ajakan sokongan
katolik roma di luar negeri bermupakatlah pula segerombongan orang roma untuk
mebunuh Elisabeth, supaya maria stuart boleh dinaikkan menjadi raja. Tatkala mupakat
jahat itu terbuka, Elisabeth menyuruh maria di hukum mati di pacung. Kematian maria
yang ngeri itu tentulah amat mendukakan hati Elisabeth tetapi jalan lain tak ada lagi I
terpaksa membela diri. Philips II dalam amarahnya mau membalas dendam. Untuk
menghukum inggeris dan sebagai usaha yang terbesar dan terakhir dari kuasa romawi
spanyol untuk merebut kuasa atas seluruh dunia bagi keluarga habsburg, maka pada
tahun 1588 raja Philips melengkapi dan mengirim “armada yang tak terkalahkan”. Yakni
130 buah kapal yang lurus mendaratkan tentara spanyol yang besar di inggeris. Tetapi
oleh serangan angkatan laut inggeris dan oleh karena ditimpa tofan yang hebat maka
armada itu kucar-kucir dan hampir binasa sama sekali. Sejak itu kuasa kontra reformasi
di eropa barat laut telah patah.
8. Wujud gereja Anglikan. Gereja Negara inggeris yang timbul dari pergolakan itu,
adalah suatu ciptaan Negara yang bersifat dua. Misa dan pemerintah paus sudah
dihentikan. Ajaran gereja anglikan tentang pembenaran oleh iman dan pokok perselisihan
dogmatic yang lain, memang sesuai dengan injil tetaapi upacara yang lama dan susunan
episkopal tetap dipertahankan dan dilanjutkan. Malahan pewarisan jabatan rasuli pun
diakui dan dijunjung oleh gereja inggeris, kendatipun tidak diakui sah oleh paus. Orang
Calvinis sejati, yang digelar puritan, makin lama makin hebat melawan campuran
protestan katolik itu. nanti kita akan lihat bahwa pada abad ke XVII calvinisme inggeris
memisahkan dirinya dari gereja resmi sesudah menderita banyak sengsara. Sampai kini
ada dua haluan dalam gereja anglikan yakni satu cenderung ke roma. Yang lain menuju ke
jenewa tetapi berkat kesadaran persatuan kebangsaan yang kuat di inggeris maka gereja
anglikan selamanya dapat digabungkan kedua aliran yang bertentangan itu.
9. Kontra reformasi di jerman. Maklumlah bahwa dinegeri jerman telah tercapai
perdamaian agama di augsburn pada tahun 1555, yaitu sebelum kontra reformasi katolik
roma sempat memulai pekerjaannya disana. Aksi roma yang kuat semenjak 1560
menimbulkan ketegangan baru dan akhirnya mengakibatkan suatu perang yang lama
yang baru berakhir pada tahun1648. Kendati segala pembatasan oleh perdamaian ausburg
namun reformasi maju banyak lagi juga sejak tahun 1555 teristimewa didaerah
kepunyaab keluarga habsburg terlebih diaustria kira pada tahun 1570 tujuan persepuluh
bagian penduduk jerman adalah injili.
BAB 41
2. Permulaan Reformasi. Pada masa itu Reformasi masuk ke negeri Belanda. Atas
pengaruh Erasmus, semangat humanisme sudah kuat diantara kaum terpelajar di
Belanda, serta kesalehan jemaat telah banyak dibaharui oleh cita-cita dan pekerjaan Geert
Groote dengan saudara-saudara yang Hidup Rukun (bab 31,3). Oleh karena itu, waktu
Pembaruan (Reformasi) Gereja oleh Luther mulai dikenal di Belanda, kebanyakan orang
merasa bahwa cita-cita dan maksud gerekan itu tak banyak bedanya dengan apa yang
sudah diperaktekan oleh mereka sendiri. Mula – mula ajaran baru Reformasi itu kurang
mengutamakan khotbah tentang pembenaran oleh iman saja, tetapi lebih banyak
membahas segala keburukan Gereja Roma dengan memberi tekanan kepada kesalahan
perseorangan yang praktis dan suatu ajaran yang menganggap Perjamuan Kudus selaku
lambang semata-mata. Kita telah melihat bahwa Cornelis Hoen, seorang humanis dari
Deghaag. Dengan demikian umumnya boleh kita katakan, bahwa agama Protestan
Belanda mendapat capnya, baik dari Calvin maupun dari Erasmus; pertentangan itu
kerap kali nyata dalam sejarah Gereja Belanda pada abad – abad.
Seorang pemimpin calvinis yang lain yang lain, ialah Petrus Dathenus, yang mengempalai
jemaat pelarian Frankenthal (Palts). Pada tahun 1563 dua ahli theologi di negeri Parls,
yang bernama Caspar Olevianus, seorang murid Calvin, dan Zacharias Ursinus,
mengarang kitab pengajaran agama Calvinis yang masyhur : kateksimus Heidelberg.
Akhirnya suatu bentrokan yang hebat antara kaum Injil dengan pemeritahan spanyol tak
dapat dicegah lagi. Tahun 1566 menjadi tahun yang penting sekali bagi Reformasi di
Belanda. Bagi pemerintah sekarang suatu dan kehendak rakyat sudah menjadi terang,
tetapi Margareta sekali-kali tak mau mundur. Dititahkannya rupa-rupa tindakan yang
lebih keras lagi, tetapi raja Philips merasa perlu menganti dia dengan seorang wakil yang
lebih kuat.
5. Wilem dari Oranje dan pembrontakan Belanda. Salah seorang yang terpaksa lari dari
Belanda, ialah pengeran Willem dari Oranje. Ia lahir pada ia dididik di Belanda-Selatan di
istana Brussel. Karel V sangat menghormati putra muda itu dan kemudian Philips II
mengangkat Willem menjadi wali negeri untuk tiga propinsi Belanda-Utara yang
terpenting, yakni Holland, Zeeland dan Utrecht. Ia mulai sadar bahwa Tuhan
memanggilnya untuk merebut kemerdekaan bagi rakyat Belanda yang sangat ditindas itu,
dengan mengangkat senjata. Sayang, oleh karena kekurangan uang dan karena rakyat
Belanda sendiri belum cukup berani membantunya, ia harus mundur pula.
Tetapi walaupun demikian, semangat perlawanan dan perjuangan yang sudah lahir dalam
batinnya, tidak terpadamkan lagi dengan tak berkeputusan ia mencari jalan untuk
mencapai maksudnya : demikian ia mendapat hubungan rapat dengan pemimpin-
pemimpin Calvanis diluar negeri.
Kepercayaan kaum Calvinis kepada Tuhan tidak sia-sia. Pada Tahun 1572 tentara
Watergeus sekoyong-koyongnya merebut dan menduduki kota Den Briel dari sebelah laut.
Itu merupakan suatu isyarat bagi banyak kota Belanda utara untuk membuang kuk
Spanyol dan mengaku pangeran Willeam selaku standhouder. Selaku tanda
pengehormatan terhadap keberanian penduduk itu pageran Willeam menghadiahkan
kepada Leiden sekolah tinggi pertama di Belanda –utara pada tahun 1575, terutama
dengan maksud supaya universitas itu boleh melatih pendeta-pendeta yang baik untuk
Gereja Hervormd di Belanda. Akhirnya, pada tahun 1578, seluruh daerah Holland dan
Zeeland menjadi merdeka : lama kelemaan daerah-daerah Belanda utara yang lain
menyusul.
Pada tahun 1579 terjadilah perpisahan antara propinsi-propinsi K.R. di selatan dengan
propinsi-propinsi Calvinis di utara, karena pada tahun itu walinegeri baru, hertog Parma,
anak Margareta, menerima usulan daerah-daerah selatan bahwa mereka mau tetap
berkanjang pada agama katolik Roma, jikalau Spanyol sudi mengaku kedaulatannya
secara politik. Meskipun penganut Gereja atau sekta yang lain-lain tidak dianiaya.
Demikian separuh cita-cita pageran Organje tidak tercapai.
Dari penjelasan baik golongan Katolik Roma dan Calvinis, menunjukan diri ke dalam
perlawanan terhadap Spanyol itu dengan segala tenaganya dan tidak mengenal lelah, yang
menyebabkan mereka bersemangat dan tekun memanglah terang, yakni mereka terutama
berperang untuk kebebasan agamanya. Soal iman lebih penting bagi mereka daripada
kedaulatan politik. Oleh karena Belanda-Utara mengajar suatu hal yang lebih tinggi
daripada kemerdekaan politik, yaitu pemerintahan Atas negerinya.
7. Relasi Gereja dan Negara. Masalah lama tentang relasi gereja dan negara mendapat
kesimpulan yang baru dan baik untuk seluruh Eropa, selaku hasil pemberontakan Belanda
terhadap Spanyol. Sejak Gereja Kristen merebut kemenangan di dalam masyarakat
umum, orang tidak dapat memikirkan lagi negara dan pemerintah yang netral terhadap
soal agama, karena kebenaran Tuhan mau memerintah dengan tidak terbatas atau segenap
masyarakat dan masyarakat. Dengan demikian Gereja selalu menghadapi pemerintahan-
pemerintahan dengan tuntutan theokrasi, yaitu supaya semua pembesar dunia takluk
kepada Firman Tuhan, yang diperdengarkan di bumu ini dari mulut gereja (Mzm 2:10-11).
Sebab itu tak dapat tidak pada masa pembaruan Gereja, pemerintah terpaksa pula
memilih ajaran mana yang diakuinya selaku kebenaran Allah.
Berkat perserikatan pangeran Willeam dengan kaum Calvinis, maka Belanda menjadi
negeri pertama yang menghubungkan theokrasi dan toleransi. Pada hakekatnya Gereja
Calvinis mau mempertahankan bentuk negara secara theokrasi, seperti yang dipaparkan
dalam pasal 36 Pengakuan Iman Belanda, bahwa pemerintah wajib memelihara kebaktian
kudus, untuk mencegah dan membasmi segala ibadah dan berhala dan agama palsu.
BAB 42
AGAMA PROTESTAN CALVINIS DI BELANDA
Golongan pertama ialah pengikut Erasmus, yang sudah cenderung kepada pembaruan
Gereja, sebelum Reformasi oleh Luthern mereka sudah kurang pengaruhnya sesudah
Calvinisme berkembang dengan cepat, tetapi belum kalah. Orang humanisme itu sangat
kecewa melihat Gereja Injili, yang juga Gereja mereka, sudah mengakui kehendak yang
terikat dan kebebasan rahmat Tuhan dalam memilih manusia untuk keselamatan,
sehingga tak ada tempat lagi dalam Gereja Calvinis itu bagi pandangan-pandangan
mereka, yang humanistis dan moralitis.
Golongan kedua terdiri dari regen-regen, yaitu kepala pemerintahan propinsi dan kota.
Banyak di antara mereka kurang mempedulikan propinsi dan kota. Banyak di antara
mereka tidak memperdulikan agama, tetapi hanya turut dalam perjuangan kemerdekaan
untuk melayani kepentingan negara atau keuntungan dirinya sendiri. Para regen itu
sebaliknya bercita-cita, supaya pemerintahan tinggal bebas dari segala campuran-tangan
Gereja, dan Gereja takluk kepada kuasa negara.
2. Pertikaian tentang pengakuan dan tatagereja. Yang menjadi juru bicara semua orang
yang menentang penandatanganan-paksa Pengakuan dan Katekismus, ialah panitera kota
Haarlem, Coornhrt (1522-1590). Ia menghendaki suatu Kekristenan rasionalistis-
moralistis (yang memuaskan akal budi dan yang menyelamatkan pekerjaan dan usaha
manusia); Yesus menjadi contoh kita yang mulia, dan kebajikan adalah tujuan kita yang
tertinggi. Prodestinasi dan terikatnya kehendak manusia disangkalnya. Orang kristen
tidak boleh selalu berbantah karena permusuhan ajaran; bukan dogma-dogma gereja,
tetapi peri hidup kita sajalah yang harus dipentingkan. Di dalam gereja hervormd banyak
pendeta dan anggota terpelajar setuju dengan Coornhert. Pendeta-pendata itu kurang
berpengaruh didalam jemaat, tetapi mereka disokong oleh regen-regen. Berulang-ulang
pemerintah-pemerintah memaksa majelis gereja memanggil pendeta-pendeta yang tidak
setuju dengan pengakuan gereja dan yang merindukan gereja negara. Pemimpin-
pemimpin Calvinis melawan haluan itu dengan keras dalam sidang-sidang gereja, dan
umumnya mereka berhasil. Mereka tak mau memaksa suara hati orang lain dan tidak
mengejar kuasa kerohanian, tetapi mereka mau memelihara kemurnian berita karunia
Tuhan yang bebas untuk orang berdosa. Jikalau semangat Coornhert dibiarkan meresap
dalam gereja, itu tak lain dari khianat gereja terhadap berita yang kudus itu.
Gereja menuju kepada organisasi yang mewujudkan asas-asas kesatuan dan pemerintahan
diri sendiri bagi gereja, tetapi pemerintah-pemerintah mencegah maksud itu. sebabnya
ialah karena adanya tujuh propinsi yang berdiri sendiri, sehingga mereka takut bahwa
satu gereja serikat yang kuat akan menjadi kuasa yang berbahaya bagi pemerintah-
pemerintah. Apalagi perintah tak mau mengakui tata gereja yang menyingkirkan segala
pengaruh negara atas perkara-perkara gereja. Oleh sebab itu tak mungkin bagi gereja
Belanda untuk menetapkan tata gerejanya. Pemerintah tertinggi, Johan van
Oldenbarneveldt, ialah yang terutama menetang cita-cita gereja. Ia menuju ke arah gereja
negara. Dengan demikian hanya terdapat sinode-sinode propinsi, yang juga tak sempat
menjalankan asas-asas theokrasi di dalam gereja. Pemerintah propinsi masih banyak
campur tangan dalam sinode-sinode itu, begitupun pemerintah-pemerintah kota dalam
pemanggilan pendeta-pendeta oleh majelis gereja. Sejak tahun 1580, perselisihan tentang
tentang pokok-pokok pengakuan dan tatagereja semakin meruncing, sehingga tak dapat
tidak harus mengakibatkan suatu bentrokan yang hebat.
4. Remonstran dan kontra-remonstran. Pertikaian itu mulai pada tahun 1603; asal-
mulanya ialh pengangkatan pendeta Jacobus Arminius menjadi guru besar theologia di
leiden, atas desakan golongan Libertin, meskipun pihak gereja melawan pengangkatan itu,
karena menyangka bahwa arminius tidak ortodoks ajarannya. Pada tahun yang berikut
sudah nyata perbedaan pikiran yang besar antara Arminius dengan teman sekerjanya,
Franciscus Gomarus, seorang Calvinis sejati, tentang pokok predestinasi.
Gomarus mengajarkan, bahwa pemilihan manusia oleh Tuhan adalah dasar iman, tetapi
kata Arminius sebaliknya; pemilihan manusia untuk keselamatan kekal adalah
berdasarkan iman manusia yang telah diketahui Tuhan sebelum manusia lahir. Kedua
orang itu sendiri tak suka berbantah, tetapi oleh karena segala pertentangan terhadap
pengakuan yang sudah terhadap di belanda dan karena kaum Calvinis takut, jangan-
jangan pandangan Arminius akan berpengaruh di dalam gereja, maka dengan segera
nama-nama Arminius dan Gomarus menjadi lambang dari dua partai yang berlawanan
itu, yaitu Libertin dan Calvinis.
Sesudah Calvin, ajaran predestinasi makin menjadi dasar dan pusat theologia Calvinis.
Sebenarnya kita tak dapat setuju dengan pendirian itu, karena pada hakekatnya pokok
dan pusat theologia perjanjian baru bukanlah takdir Allah, takdir yang tersembunyi itu,
bukanlah musyawarah Tuhan, musyawarah yang kekal, yang rahasia itu, tentang nasib
masing-masing manusia di akhirat, melainkan rahmat Tuhan yang telah dinyatakannya
dalam anakNya, Yesus Kristus. Apabila predestinasi, atas pemilihan manusia untuk
keselamatan atau untuk kebinasaan, dijadikan pokok utama theologia, tak dapat tidak
akan timbul rupa-rupa soal yang amat sukar dijawab, misalnya; bagaimana tanggung
jawab manusia? yang menjadi pokok dosa? Sungguhkah Allah mau menyampaikan
karuniaNya kepada semua manusia? adakah gunanya mengajar orang bertobat dan
percaya kepada Tuhan Yesus? Bukankah predestinasi itu membawa manusia kepada sikap
pasif, menuruti hawa nafsu saja, hidup dengan sewenang-wenang, atau putus asa? Soal
pertengkaran yang lama muncul lagi; bebaskah kehendak manusia itu atau terikat? Baik
Arminius, baik Gomarus bergumul dengan soal-soal tadi, tetapi jawab dan kesimpulan
mereka sangat berbeda.
Arminius berpendapat demikian: apabila saya terpaksa memilih antara takdir mutlak
Tuhan Allah dan tanggung jawab manusia, sudah tentu saya memilih tanggung jawab
manusia itu. sebab itu golongan Arminius menolak predestinasi menurut anggapan
Calvinis, meskipun Arminius sendiri tetap memakai istilah predestinasi juga. Allah
menawarkan iman kepada segala manusia, tetapi dari kekal ia sudah melihat dasn
mengetahui siapa nanti menerima iman itu dan siapa yang akan menolaknya. Jadi
sebenarnya keselamatan manusia bergantung kepada keputusannya sendiri. Manusia yang
telah jatuh ke dalam dosa, tetaplah berkehendak bebas, apabila manusia menolak
anugerah Allah di dalam Yesus Kristus, ia harus binasa, tetapi nasib itu adalah
kesalahannya sendiri. Sebaliknya, jikalau manusia percaya kepada Kristus dan menerima
keselamatan itu, itulah suatu usaha manusia yang patut diganjari. Tentunlah rahmat
Tuhan harus mendahului dan menyertai usaha manusia itu, tetapi tanpa kehendak
manusia sendiri, rahmat itu belum berkuasa dalam hidupnya. Dengan itu iman manusia
menjadi tambah lagi dengan pahala kematian Kristus di kayu salib. Kesimpulan ajaran ini
ialah; manusia sanggup melawan rahmat Allah; seorang yang beriman sungguh-sungguh,
mungkin juga kehilangan pula iman itu, dan tidak ada seorang Kriste n yang
keselamatannya sudah dipastikan sebelum ajalnya.
Jangan kita katakan bahwa pokok pertikaian itu kurang penting, dengan cara bagaimana
manusia diperdamaikan dengan Allah, memanglah sangat penting. Perlu sekali kita
mengetahui, siapakah yang memujudkan perdamaian itu, atau kepada siapa tergantung
keselamatan kekal manusia; kepada Allahkah atau kepada manusia sendiri? Perbedaan
pendirian kedua golongan itu adalah berdasarkan perbedaan anggapannya tentang tabiat
dan kesanggupan manusia. pengikut-pengikut Arminius, yang disebut Arminian,
memandang manusia itu sendiri secara optimistis. Walaupun manisua telah jatuh ke dalam
dosa, tetapi ia belum kehilangan nilainya dan kesanggipannya untuk berbuat baik,
sehingga manusia itu sendiri dapat dan wajib berusaha untuk memperoloh keselamatan,
bersama-sama dengan rahmat Tuhan yang membantunya. Kita lihat bahwa pandangan
tentang manusia itu sesuai dengan anggapan semi pelangian dan gereja K.R. padahal
pandangan Alkitab (Paulus), Augustinus,calvin dan Luther lain sekali, karena manusia
dipandang dalam terang kekudusan Allah.
Golongan Gomarus yang memihak pandangan ini, merasa bahwa ajaran Arminius amat
bengis karena membawa manusia kepada putus asa. Bukankah dengan ajaran itu manusia
yang berdosa disuruh bersandar kepada usaha dan kerajinannya sendiri saja untuk
merebut keselamatan, sama seperti yang diajarkan oleh gereja R.K.? menurut pandapat
kaum Calvinis sejati, seorang berdosa baru mendapat ketenangan hati dan kepastian
tentang keselamatannya, jikalau ia boleh yakin dan percaya, bahwa Tuhan saja yang
melakukan keselamatannya dan bahwa keselamatan itu berdasar teguh-teguh pada
rahmat Allah yang telah diuntukkan baginya sejak kekekalan, kendatipun segala dosa
kelemahannya. Oleh sebab itu pokok ini menjadi soal mutlak, yang mengenai hidup atau
mati manusia. jikalau benarlah ajaran Arminius itu, maka semua perjuangan
pembaharuan gereja itu percuma saja dan tak seorang pun yang mendapat keyakinan
yang pasti tentang chalatsnya (keselamatannya) yang kekal.
Arminius sudah meninggal pada tahun 1609, tetapi pertikaian itu berlangsung terus.
Pemimpin baru kaum Arminius, ialah pendeta istana pangeran Maurits yang cakap,
johannes Wtenbogaert (uc. Utenbogaart). Seperti diketahui, Maurits menggantikan
ayahnya, willem, setelah willem mati dibunuh pada tahun 1584 oleh seorang penyahat atas
hasutan raja philips II. Maurits adalah seorang panglima perang yang berkali-kali
membawa tentara belanda kepada kemenangan, sampai diadakan gencatan senjata antara
belanda dengan spanjol selama 12 tahun lamanya (1609-1621).pada tahun 1610
Wtenbogaert, beserta 40 kawannya, mempersembahkan sebuah karangan yang di sebut
“Remonstransi” kepada pemerintah propinsi Holland. Di dalam karangan itu diterangkan
pandangan-pandangan Arminian dan diakui lagi kuasa negara atas gereja. Sejak itu orang
Arminian juga disebut Remonstran. Balasan dari pihak Calvinis dikeluarkan pada tahun
1611 selaku “Kontra-remonstransi”. Karangan pendeta kota Leiden Ds Hommius, yang
sekarang menjadi kepala golongan “Kontra-remonstran”.
Golongan Remonstran lebih kecil, akan tetapi mereka disokong kuat-kuat oleh para regen
yang libertin dan yang mengidam-idamkan kuasa pemerintahan atas gereja. Teristimewa
Oldenbarneveldt, pemimpin pemerintah holland, berniat mengambil tindakan keras untuk
menunjang golongan Arminian yang kecil itu, supaya jalan itu semangat theokrasi dapat
dikalahkan. Dalam beberapa kota pecahlah huru-hara, karena Umat calvinis di sana
ditindas oleh pemerintah, meskipun mereka golongan besar. Akan tetapi pada tahun 1617
sekonyong-konyong kaum kontra-remonstran, sebab ia tidak setuju dengan politik
Oldenbarneveldt. Maurits masuk kebaktian golongan Calvinis di Den Haag dan
Wtenbogaert dipecah dari pangkatnya sebagai pendeta istana. Atas desakan Maurits,
“Staten Generaal” (pemerintah umum dari ketujuh propinsi belanda) menyetujui suatu
sinode nasional untuk membereskan perselisihan theologia dan gereja itu, tetapi “Staten”
(pemerintah propinsi) Holland dan Utrecht tetap melawan ikhtiar itu. lalu maurits
merebut kuasa dengan kekerasan. Di Utrecht ia membubarkan pasukan-pasukan sewaan
dan menggantikan anggota-anggota pemerintah yang menetang dia, dengan kawan-
kawannya yang kontra-remonstran. Karena Holland tidak mau tunduk, Maurits meminta
dan mendapat kuasa mutlak dari staten-generaal; pemimpin-pemimpin golongan regen
dipenjarakan dan kepada mereka, Oldenbarneveldt, dihukum mati dipancung pada tahun
1619 dalam usia 72 tahun, atas tuduhan khianat terhadap perserikatan belanda.
Wtenbogaert melarikan diri ke Antwerpen di Belanda selatan.
Di dalam lima pasal Dordrecht” itu sinode menguraikan, bahwa keselamatan manusia
hanyalah berlaku oleh rahmat Tuhan saja. Akan tetapi tanggung jawab manusia diakuinya
juga, meskipun perhubungan antara pemilihan manusia oleh Tuhan dan tanggung jawab
manusia sendiri tidak dapat dijelaskannya dengan memuaskan. Sudah tentu bahwa siapa
yang berusaha memahami rahasia yang melewati batas penyataan Tuhan di dalam Alkitab
dan pengertian akal budi manusia, tak dapat tidak harus mengaku bahwa perubahan
kedua perkara yang rupanya bertentangan itu, susah dimengerti oleh manusia.
Dalam waktu yang singkat banyak lagi perkara yang lain diperbincangkan dan diputuskan
di Dordrecht itu. surat-surat liturgia atau tata cara kebaktian sekarang ditetapkan untuk
gereja Hervormd belanda. Pasal-pasal yang terkenal, yaitu untuk melakukan baptisan dan
perjamuan untuk meneguhkan nikah (yang terjemahannya terhadap dibelakang kitab
mazmur-tahlil Indonesia). Disadur oleh Dathenus dari liturgia jemaat-jemaat di Palts daqn
London.
Di samping itu sinode merancangkan dan menentapkan tata gereja Dordrecht. Sinode
berusaha mewujudkan cita-citanya terhadap kesatuan pemerintahan diri gereja dalam
tatagereja itu, tetapi sekarang pun maksud itu gagal karena perlawanan wakil-wakil
kebanyakan propinsi di dlam staten-generaal. Pemerintahan menolak juga tuntutan sinode
supaya gereja berhak mengawasi dan menilik pengajaran di sekolah-sekolah tinggi.
5. Nasib orang Remonstran. Oleh sebab para pemimpin Remonstran yang telah didakwa
dan diadili di Dordrecht itu enggan berjanji untuk berdiam diri, mereka dibuang ke luar
negeri. Oleh karena perkara mereka rapat hubungannya dengan politik Oldenbarneveldt,
mereka mula-mula dihambat keras oleh pemerintah, dengan larangan berhimpun, denda-
denda penyitaan milik, pembuangan dan hukuman penjara. Golongan Remonstran yang
kecil tetapi berani itu, berpegang pada pendiriannya dan tidak mau mengaku kalah. Pada
tahun 1619 itu juga mereka membentuk “persaudaraan Remenstran” di Antwerpen, di
bawah pimpinan Wtenbogaert. Setelah Maurits wafat pada tahun 1625, dan adeknya,
pangeran Frederik Hendrik, menjadi stadhouder belanda, mereka dapat memasuki
belanda lagi dengan tidak mendapat bahaya; sejak tahun 1631 kaum Remonstran
dibiarkan oleh pemerintah, sehingga mereka dapat menyusun organisasinya. Sejarah batin
persaudaraan Remonstran itu membuktikan, bahwa syakwasangka orang kontra-
remonstran terhadap ajaran Arminian itu memang pads tempatnya, karena makin lama
makin nampaklah sifat humanistis dan semi-pelangian dalam theologia mereka.
Hasil pertikaian-pertikaian, yang sekian lama mengharukan gereja belanda muda itu,
adalah semangat Erasmus dilenyapkan dari gereja, dan kebebasan gereja untuk mengurus
hidupnya sendiri tercapai, meskipun dalam banyak perkara lahiriah gereja masih
bergantung pada pemerintah-pemerintah. Gereja negara tidak menang di belanda, tetapi
negara Gereja, menurut maksud pasal 36 pengakuan iman belanda, seperti yang
diharapkan kaum Calvinis, pun tidak. Tetapi pemerintah pun harus diuji, bahwa
dilapangan negara, toleransi telah dilakukannya selaku asas yang sah dan baik bagi
sikapnya terhadap segala golongan penduduk. Jadi satu hal yang sangat penting dari
perjuangan Calvinis-Remonstran ialah tercapainya keseimbangan antara cita-cita
theokrasi dan toleransi.
6. Terjemahan baru Alkitab. Suatu keputusan sinode Dordrecht yang amat berfaedah,
yakni supaya Alkitab diterjemahkan lagi ke dalam bahasa Belanda dari naskah asli, yaitu
dari bahasa ibrani dan Yunani. Sudah lama gereja belanda sangat membutuhkan suatu
perjemahan Alkitab yang baik, karena meskipun sudah terdapat beberapa terjemahan
belanda, tetapi terjemahan-terjemahan yang lama itu hanya berpokok pada Vulgata dan
terjemahan Jerman dari Luther.
Apabila ajaran meneka gereja dan iman jemaat mulai memberi tempat kepada semangat
taurat, biasanya jiwa dunia mulai menguasai segenap hidup masyh arakakat Kristen. Hal
itu pun terjadi di belanda pada “abad keemasan” itu. oleh perdagangannnya,
kemakmuran dan kekayaan belanda bertambah-tambah besar pada abad ke-XVII. Salah
satu hasil yang indah dari perkembangan itu ialah kesenian dan kesusasteraan yang
berkembang dengan indah.akan tetapi hasilnya yang kurang menyenangkan, yakni bahwa
bangsa belanda mulai hidup dengan kemewahan, kelimpahan dan juga dengan
kecongkakan. Banyak orang yang berangkat dan yang berada, jadi teristimewa golongan
pemerintah dan saudagar-saudagar yang kaya, hanyalah mereka yang ambil bagian dalam
hidup gereja, karena itu dipandang pekara yang patut dan biasa, meskipun hati mereka
tidak turut berbakti kepada Tuhan.
Sudah tentu masih dapat juga pemimpin-pemimpin Calvinis cap dulu, Umpamanya
Gisbertus Voetius (1589-1676), guru besar di Utrecht, yang boleh dianggap selaku lambang
Calvinisme belanda pada abad ke-XVII. Ia banyak berjasa bagi gereja dan rakyat oleh
keahlian dan tenaganya, yang dipakainya untuk melayani ilmu theologia dan pelaksanaan
penggembalaan jemaat. Maka timbullah tiga aliran yang, meskipun dengan jalan dan asas
yang sangat berbeda, berusaha menentang dan mencegah perkembangan suasana taurat
dan sekularisasi (jiwa duniawi) pada abad itu. yang pertama mau mematahkan sistem
dogmatik Calvinis dengan mengutamakan Alkitab;inilah reaksi biblisistis (yakni yang
berdasar pada biblia=Alkitab). Yang ke dua mau membaharui sistem Calvinis beralaskan
akal budi manusia; itulah reaksi rasionalistis. Dan yang ketiga mau melawan jiwa dunia
dengan meberi tekanan pada kelahiran kembali dan pengudusan hidup; reaksi pietistis.
8. Reaksi Biblisistis. Seorang guru besar di Leiden yang bernama Johannes Coccejus (Uc.
Koksejus;+1669), berusaha mengembalikan gereja dan theologia kepada Firman Tuhan
saja. Ia berpaling dari ilmu dogmatik Calvinis kepada sumber iman Kristen dengan yakni
Alkitab. Dengan itu maka dasar pikiran theologianya bukan lagi predestinasi dan
musyawarah Allah dari kekekalan, melaikan sejarah kudus, yang didalamnya kehendak
Allah itu telah diwujudkan. Alkitab menceriterakan sejarah keselamatan itu selaku suatu
rentetan perjanjian-perjanjian yang diadakan Tuhan dengan umat pilihannya. Theologia
perjanjian atau theologia federal itu amat digemari dan disetujui banyak orang yang lebih
suka mendasarkan keselamatannya kepada segala perjanjian (janji) Tuhan dalam Alkitab
yang banyak itu, dari pada mengalaskannya kepada pemilihan oleh Tuhan, pemilihan yang
rahasiaitu.
Theologia Coccejus itu menang dibantah oleh Voetius dengan para murudnya. Pokok
pertikaian istimewa antara kedua golongan ini mengenai penjelasan hukum yang ke
empat, tentang hari Sabbat. Menurut Coccejus, penyuruhan itu hanya diberi kepada
banyak israel, sehingga jemaat Kristus tidak lagi terikat kepadanya. Hari minggu
perjanjian baru adalah sautu peraturan Kristen. Voetius melawan pendirian itu pada
asasnya dan terlebih-lebih oleh karena ia kuatir, jikalau jemaat menerima pandangan
Coccejus itu.
9. Reaksi rasionalistis. Reaksi kedua ini berdasar pada seorang ahli filsafat perancis, yang
bernama Cartesius (sebenarnya Descartes), yang hidup 20 Tahun di Belanda (1629-1649).
Ia seorang anggota gereja katolik Roma, tetapi dengan filsafatnya ia menyimpang jaug
dari ajaran gereja Roma. Cartesius ialah ahli filsafat yang paling masyhur pada abad ke
XVII. Ia hanya mengaku satu realitas kenyataan yang berkuasa atas manusia, yakni
kesadaran manusia. dengan itu Cartesius mengembangkan pula asas dan pandangan kafir,
yang sudah mulai timbul lagi disebabkan oleh renaissance, yaitu bahwa manusia sendiri
adalah kaidah segala sesuatu yang ada.
Cara perpikir dirasa indah dan berguna oleh sejumlah pendeta di Belanda. Pada hebat
mereka, alangkah baiknya, jikalau dogmatik gereja dihidupkan kembali dengan dengan
mendasarkan isi penyataan Tuhan pada akal budi, bukan lagi pada Alkitab, atau
sekurang-kurangnya penyataan itu disesuaikan seapat mungkin dengan akal budi. Pokok
pertentangan itu ialah; apakah dasar Gereja? Cuma kuasa rahasia kasih Tuhanlah, yang
telah dinyatakanNya di dalam Yesus Kristus, rahasia mana tersembunyi bagi semua orang
berbudi dan berpengetahuan, ataukah kuasa hikmat manusia sendiri, yang tak lain dari
kebodohan di hadapan Tuhan? Pada abad ke-XVII asas renaissance itu masih ditolak oleh
gereja, tetapi oleh karena khotbah Gereja tentang syak dan kebodohan salib Yesus ristus
sudah kurang kuat dan dalam, kalau dibanding dengan masa Reformasi, maka lama-
kelamaan gereja mulai kalah terhadap godaan himat dunia.Cartesius menjadi bapa
pencerahan, yakni aliran rasionalistis yang merajalela di Eropa-barat pada abad ke-XVII,
yang mengakibatkan revolusi perancis dan yang memberi capnya pada suasana segenap
masyarakat kristen di barat sejak waktu itu.
Pietisme ada juga bahayanya. Tekanan pada kelahiran kembali oleh pekerjaan Roh
Kudus, gampang menimbulkan sikap pasif, dan tekanan pada pengudusan hidup,segera
mengakibatkan jiwa taurat merampas kemerdekaan Injili dari Jemaat Kristen; dengan
demikian manusia yang saleh dan kudus itu sendiri menjadi pusat hidup rohani sebagai
ganti Kristus. Akan tetapi hal ini masih kurang terdapat pada permulaan perkembangan
Pistisme, yaitu dalam abad yang ke-XVII; barulah pada abad ke-XVIII yang menjadi
zaman kejayaan pietisme, bahaya itu nampak dengan terang.
A. Calvinisme perancis
Kendatipun segala aib dan kekurangannya, gereja dan theologia Calvinis di Belanda
berkembang dengan indah pada abad ke-XVII, sehingga Gereja Calvinis Belanda menjadi
pusat sejarah Protestantisme pada zaman itu. Sekolah-sekolah tinggi belanda amat
masyhur, sehingga dikunjungi oleh banyak mahasiswa dari luar negeri.
Akan tetapi lain sekali keadaan Gereja Calvinis di prancis pada masa itu; nasib orang
Calvinis di sana amat malang. Apakah sebabnya? Kita ingat bahwa kaum hugenot telah
mendapat kebebasan beragama dan berpolitik dari raja Hendrik Iv dengan edit Nates
pada tahun 1598. Akan tetapi pada tahun 1629 sebagain janji-janji “Edik kekal” itu
dicabut kembali oleh Louis XIII, dengan jalan melarang golongan Calvinis berorganisasi
secara politik.
Jauh lebih sukar lagi kedudukan orang hugenot sesudah Louis XIV naik takhta perancis.
Dibawah pemerintahan raja agung itu (1643-1715), negeri prancis menjadi negara yang
paling berkuasa di eropah, karena jerman dan Australia masih amat lemah dan penat
disebabkan oleh perang 30 tahun (1618-1648), begitupun spanyol disebabkan oleh perang
80 tahun (1568-1648), sedang inggris dikacau-balaukan oleh revolusi. Louis XIV menuju
kepada kuasa mutlak (autokrasi) raja, selaku satu-satunya pemerintah dan kepala negara
(absolutism, pemerintahan raja mutlak). Katanya: “Negara ialah aku!” ia memandang
dirinya selaku wakil Allah, dan tak mau bertanggung jawab kepada rakyat, melainkan
kepada Allah saja. Menurut pendapatnya, dialah yang berkuasa dan berhak atas hidup
dan harta benda segenap rakyatnya. Raja hidup dalam kemewahan yang sangat besar
dalam istananya yang baru Versailles dekat paris, dimana iya dilayani dan dihormati
selaku setengah dewa. Louis XIV suka disebut “raja matahari”. Dilapangan agama ia
menghendaki satu gereja-negara yang beragama katolik Roma; kaum hogenot
dipandangnya orang yang merusakkan kesatuan bangsa dan agama, sehingga tidak boleh
dibiarkan lagi mempengaruhi masyarakat umum. Akibatnya ialah bahwa mereka semakin
ditindas dan dianiaya. Banyak orang hugenot meninggalkan tanah airnya serta berpindah
kebelanda, jerman dan inggris, dimana mereka disambut dengan kegirangan, karena
kepandaian dan tenaga mereka.
Pada tahun 1682 Louis XIV melarang imigrasi (perpindahan keluar negeri) itu, sebab ia
tidak mau kehilangan penduduk yang cakap dan rajin itu bukan maksudnya mengusir
mereka dari perancis, melainkan untuk menobatkan mereka! Untuk mencapai maksud itu,
ia memakai bermacam-macam jalan dan daya upaya yang buruk. Misalnya, anak-anak
kecil dirampas dari orang tuanya, lalu dididik dalam biara secara K.R. banyak orang
dibujuk untuk masuk K.R. dengan menjanjikan pangkat tinggi atau gaji besar, kalau
mereka bangsawan, dan uang supa dan rupa-rupa keuntungan, apabila mereka rakyat
biasa. Tindakan paksaan yang paling jahat ialah menumpangkan serdadu-serdadu yang
kasar dalam rumah orang hugenot.
Segala tindakan raja itu memuncak ketika edik nantes ditiadakan sama sekali pada tahun
1685. Dengan keputusan itu kebebasan beragama dilenyapkan seluruhnya diperancis.
Kendati larangan keras untuk berpindah keluar negeri, lebih dari setengah juga orang
hugenot lari, diantaranya 100.000 orang kebelanda. Hal ini sungguh merugikan industri
dan tenaga rakyat perancis. Orang hugenot, yang tinggal tetapi tak mau memungkiri
imannya, tetapi dianiaya dengan sangat begis. Banyak dibunuh atau dipakai selaku hamba
pendayung dikapal-kapal perang. Tetapi segala tindakan negara yang keji tak sanggup
mematahkan keberanian iman mereka. Walaupun dengan kesulitan besar, kaum hogenot
dapat mempertahankan dirinya ditempat-tempat yang sunyi. Mazmur 68:1 menjadi
nyanyian peperangan mereka: Hu bangkit dan mengangkat perang: musuhnya kalah, Hu
menang; cerai-beraikan dia!
B. Lutheranisme Jerman
Melanchton berpendapat bahwa ajaran Luther tentang pembenaran manusia oleh rahmat
dan iman saja, perlu ditambah sedikit. Bukan maksudnya untuk menyimpang dari
theologia luther, tetapi ia telah mengutamakan tanggung jawab manusia dan amal-amal
selaku hasil iman. Apalagi, melanchtin dengan murid-muridnya, yang disebut orang
“philips”, menurut nama kecil Melanchton, yaitu Philips, mulai cenderung kepada
pandangan perjamuan Calvin. Sebab itu timbullah suatu perselisihan yang agak hebat
antara golongan yang menamakan dirinya golongan “Lutheran-sejati” dengan golongan
philips, yang juga diberi nama sendirian orang “crypto-calvinis”, artinya Calvinis
tersembunyi.
Sejak tahun 1550, kedua partai ini sangat bertentangan. Golongan Lutheran-sejati menang
pada tahun 1577, karena pada tahun itu kebanyakan negeri Lutheran dijerman
mendatangi suatu karangan yang disebut “formula concordiae” (pasal persatuan), yang
menetapkan theologia Luther yang asli, dan menolak theologia Calvinis. Syang sekali,
dengan demikian hubungan gereja lutheran dengan gereja calvinis terputus. Sesudah itu
disusunlah sebuah “kitab concordia” yang didalamnya dikumpulkan segal surat
pengakuan yang diakui sah oleh geraja lutheran, yakni: ketiga pengakuan oikumenis dari
geraja lama (yaitu pengakuan rasuli, pengakuan nicea dan pengakuan athanasius),
pengakuan Augsburg (1530), apologia melanchton (1530), pasal-pasal smalkalden (1537),
kedua kateksimus luther dan formula concordiae.
3. Lutheran dan calvinis di jerman
Beberapa negara jerman tidak setuju dengan formula concordiae itu. di jerman barat
beberapa negara kecil berpindah kepada calvinisme, diantaranya nassau- dellenburg,
negeri asal pangeran willwm dari oranje. Negara “reformiert” yang terpenting dijerman,
ialah palts. Rajanya, frederik III yang saleh, menyuruh olevianus dari ursinus pada tahun
1563 menyusun katekismus heidelberg. Oleh karena pasal-pasal tatacara kebaktian yang
dikarang dalam jemaat pelarian orang belanda, tambahan lagi oleh karena sekolah
tingginya yang masyhur di heidelberg, maka negeri palts mempunyai arti yang sabar sekali
bagi calvinisme pada abad ke-XVI. Sudah tentu bahwa pengaruh Lutheranisme dirasakan
juga di daerah-daerah itu, tetapi jemaat-jemaat disitu ‘reformiert”, karena mereka
sungguh berusaha melangsungkan reformasi dalam gereja dan masyarakat, lebih dari
pada jemaat-jemaat lutheran dalam bagian jemaat lain.
Menurut pendapat gereja lutheran itu, ajaran ortodoks sudah dirumuskan dengan
sempurna dalam formula concordiae. Alkitabnya adalah bahwa hidup rohani dalam gereja
Lutheran sudah mulai surut sekali pada abad ke-XVII, seakan-akan tubuh gereja telah
laku. Oknum dan theologia Luther serta segala rurat pengakuan Lutheran, seolah-olah
didewakan, sehingga mereka berpendirian bahwa sebenarnya orang calvinis bukan orang
kristen! Sikap yang terlampau itu biasa dinamakan “confessionalisme”, yakni rumus
pengakuan didewakan dan segala orang yang merumuskan kepercayaan dengan
perkataan-perkataan lain, dianggap hina saja.
Untunglah, disamping ajaran artodoks yang perlu diakui dengan akal budi, dan segala
karangan dogmatik yang banyak, yang tidak memuaskan hati manusia itu, terdapat juga
banyak kitab yang mau memberi sajian rohani kepada jemaat-jemaat. Teristimewa kita
sebutkan nyanyian-nyanyian gereja yang mulai berkembang lagi pada masa itu. kecuali
luther, penyair gereja lutheran yang bermasyur ialah paul gerhardt (± 1676), yang
mengarang beberapa kidung yang sampai kini dinyanyikan diseluruh dunia, umpamanya
tahlil 270, 271, 272 dan 273. Dimana hidup jemaat sudah suam dan perlu diperbaiki, maka
pemimpin-pemimpin gereja mengambil contoh dari praktek disiplin gereja-gereja
reformiert, sungguhpun theologis calvinis tetap ditolak mereka.
Sebagai reaksi terhadap ajaran ortodoks resmi, lahiriah suatu aliran mistik, yang lama-
kelamaan diterima juga oleh ahli-ahli theologia. Semenjak tahun 1650, persatuan mistik
dengan kristus (“unio mystica”) itu dipandang sebagaii suatu tingkatan baru di dalam
hidup kesalehan tiap-tiap orang kristen. Yang lebih tinggi dari pada kepercayaan yang
sederhana terhadap pembenaran orang berdosa oleh karunia tuhan. Dengan demikian
theologia lutheran yang sangat ortodoks itu sendiri sudah mulai menyimpang dari sola fide
(“oleh iman saja”).
BAB 44
3. Jansenisme. Ini adalah gerakan terpenting dalam Gereja Katolik Roma pada abad ke-
XVII. Cornelius Jansen seorang guru besar di Leuven yang kemudian menjadi uskup di
Yperen (Belia) berusaha mengembalikan Gereja kepada ajaran Agustinus dan kepada
kesalehan Kristen sejati dalam abad-abad permulaan. Sesudah meninggalnya pada tahun
1638, terbitlah kitabnya yang beralamat “Augustinus”. Seruan Jansen diterima diseluruh
Perancis oleh seluruh orang yang jenuh dengan ajaran Yesuit. Biara wanita Cisterciens
Port Royal menjadi gerakan Jansenisme untuk mempelajari kitab-kitab Augustinus dan
yang memerangi kesusilaan dan praktek pengakuan dosa kaum Yesuit yang tohor itu
dengan keras. Tetapi atas anjuran ordo Yesuit dan raja Perancis, paus melarang
Jansenisme dengan resmi pada tahun 1653. Sejak itu orang Jansenis di Perancis terpaka
menaklukkan diri dengan rasa lahiriah kepda kuasa paus, Yesuit dan raja.
4. Pascal. Orang Jensenis yang termasyur, yang juga menjadi salah seoran penganjur
agama Kristen yang terbesar ialah Blaise Pascal (1623-1662). Ia meninggal pada usia 39
tahun, dimana waktu itu ditemukan di kelim bajunya sepucuk surat kenangan tentang
pertobatannya, didalamnya ia mengucap syukur kepada Allah karena keselamatan yang
diperolehnya didalam Yesus Kristus. Sejak umur 18 tahun Pascal setiap hari menderita
penyakit yang amat hebat. Dalam dirinya ia menghubungkan suatu kecakapan yang luar
biasa besarnya . didalam kitabnya yang berjudul “Surat-surat kepada seorang sahabat di
propinsi” (1656), didalamnya ia membuka kebusukan dan ketohoran aliran Yesuit dengan
olok-olokan yang amat tajam. Yang lebih pentin ialah “buah-buah renungan” Pascal yang
menjadi bahan-bahan Pascal berusaha menguraikan relasi antara pernyataan Tuhan
dengan hidup batin manusia. Disitu terlihat ia bersandar pada pernyataan Tuhan yang
hanya dapat diterima manusia dengan Alkitab saja. Bial manusia sudah lelah dan putus
asa, maka iman saja yang dapat memberi keselamatan kepadanya. Sejak abad ke- Pascal
mulai besar pengaruhnya, tetapi bukan di dalam Gereja Katolik Roma, melainkan dalam
teologi Protestan.
BAB 45
Di bawah pemerintahan Karel, lahirlah apa yang dikemudian hari disebut “aliran Gereja
Tinggi”, aliran itu mau menerapkan dan memajukan bentuk-bentuk K.R, pemerintahan
Gereja secara episkopal, kurban missa, bermacam-macam upacara Roma, pewarisan
jabatan rasul, dan sebagainya. Teologianya merupakan campuran ajaran Remonstran dan
Katolik Roma.
Orang Quaker adalah segolongan orang yang mementingkan mistik individualistis, seperti
Sebastian Franck di Jerman pada abad XVI. Kaum Quaker mengutamakan “terang batin”
yang dimiliki tiap-tiap manusia dan yang olehnya mnausia belajar mengenal Allah dan hal
yang baik. Dalam perkumpulannya orang Quaker tidak membaca Alkitab dan tidak
mendengarkan khotbah, melainkan mereka berdiam saja sambil menantikan ilham Tuhan
kepadanya. Siapa yang merasa dirinya terpanggil untuk berbicara, berdirilah ia untuk
memberi nasihat kepada saudara-saudaranya. Tentulah cara ini mendatangkan bahaya
besar, yaitu bahwa Roh dicaraikan dari Firman Tuhan. Kini orang Quaker disebut dengan
“The Friends” merupakan suatu golongan Protestantisme liberal.
BAB 46
1. Misi katolik Roma. Semenjak penemuan Amerika oleh Columbus pada tahun 1492
dan banyak pelayaran yang lain lagi, terbukalah daerah yang amat luas untuk
perkembangan agama Kristen di benua-bunua yang baru itu. daerah-dareah pekabaran
injil yang terpenting, ialah Amerika Tengah dan selatan, India, Indonesia, Jepang dan
Tiongkok. Dua negeri Eropa yang pada abad ke-XVI mengusahakan pelayaran-pelayaran,
perdagangan dan kolonisasi ialah spanyol dan Portugal. Supaya jangan kedua kuasa
Katolik Roma itu berlawanan dan bersaingan di bagian dunia yang baru itu, maka pada
tahun 1493 di tetapkanlah batas bagi mereka oleh paus Alexander VI Borgia, segala
daerah yang di sebelah barat sasmudera Atlantik (jadi Amerika dan seterusnya), di
serahkan kepada penjajahan, perdagangan dan Misi spanyol, sedang segala benua di
sebelah timur garis perpisahan itu (afrika, india, Indonesia, Timur-jauh) di tentukan bagi
Portugal.
Yang paling masyur di antara mereka ialah Xaverius, perintis misi di Timur-jauh. Biarpun
Xaverius hanya bekerja sepuluh tahun lamanya di bagian dunia ini (1542-1552), tetapi di
mana-mana ia membuka jalan bagi Misi tanpa tahu lelah, dialah yang meletakkan dasar
untuk Gereja K.R. di India, Malaka, Maluku, dan Jepang. Sebelum Xaverius meninggal
dia pernah bekerja di Indonesia tahun 1606, sebagai seorang Brahmana dan hidup sebagai
Brahmana dan menjalankan kasta yang tertinggi. Ricci yang bekerja di Tiongkok tahun
1577 menyesuaikan diri dengan adat istiadat Tionghoa, sampai ia turut dalam
penyembahan nenek moyang.
Pada tahun 1622, usaha Misi K.R. mendapat organisasi yang rapi dengan terbentuk suatu
“kongregasi untuk mempropagandakan imam-imam”, badan mana dengan singkat di
sebut “propaganda”. Misi berjalan berbimbingan tangan dengan penjajahan dan
perdagangan. Kekejaman dan keburukan hidup kebanyakan orang Eropa kerap kali
sangat merintangi usaha Misi.
Satu perkara yang tetap menimbulkan kritik keras dari pihak kita ialah cara akomodasi
atau penyesuaian diri kepada kepercayaan kafir yang senantiasa orang Yesuit, baik di
Eropa maupun di daerah-daerah Misi. Kita telah melihat, bahwa telah melihat, bahwa
telah muncul akan tetapi meski demikian Gereja Katolik Roma selalu cenderung kepada
asimilasi, sebab menurut theologia Katolik Roma tabiat kodrati (alamiah) manusia tidak
di hukum dan di perdamaikan oleh rahmat Tuhan.
2. Kolonisasi di Amerika-Utara. Pada abad ke-XVII protestantisme mulai berkembang
di luar Eropa. Sungguhpun pekerjaan pekabaran Injil di Indonesia itu amat penting
selaku permulaan pekabaran Injil protestan di seluruh dunia, tetapi perkembangan
Protestantisme yang terbesar pada zaman itu tidak terdapat di timur, melainkan di barat,
dan bukan oleh pekabaran Injil, melainkan oleh kolonissasi.
Pada tahun 1607, orang inggris mulai menduduki daerah pantai Amerika Utara antara
daerah-daerah penjajahan spanyoldan perancis, yaitu Meksiko dan kanada. Pada tahun
1620 ada segerombolan orang puritan, yang meninggalkan Inggris, berangkat ke Belanda
untuk mendapat perlindungan dan kemerdekaan di sana akan tetapi karena belum cukup
senang di belanda, mereka melengkapi sebuah kapal yang bersama “Mayflower” (bunga
mei) untuk membawa mereka ke Amerika. Tidak lama kemudian banyak sekali orang di
senter menyeberang ke Amerika, umpamannya orang puritan, Baptis, kongregasionalisme,
Quaker dan lain golongan.
Di beberapa Negara toleransi itu telah ada dari permulaannya, oleh sebab Negara itu di
bentuk oleh orang yang menjunjung dan menjalankan toleransi secara asas. Demikianlah
halnya dengan Negara Pennsylvania yang didirikan pada tahun 1682 oleh seorang Quaker
yang bernama William Penn. Negara itu menjadi tempat pelarian dan perlindungan bagi
semua golongan yang di tindas dan di hambat di Eropa. Di sana juga Gereja mulai
melawan soal perbudakan.
Begitulah Negara-negara Serikat, yang telah melepaskan dirinya dari Inggris pada tahun
1776 di bawah pimpinan jenderal Washigton, bukan hanya menjadi pemuka di lapangan
politik dan perekonomian, tetapi dalam lapangan Gereja. Dari antara pekabar Injil yang
sedikit itu dan yang berusaha melakukan tugas yang sukar , patutlah dengan hormat kita
sebut nama John Eliot, seorang pendeta presbiterian, yang sejak tahun 1645 bekerja tiga
puluh tahun lamanya diantara orang Indian dekat Boston.
BAB 47
1. Misi portugis pada abad ke XVI. Pada akhir abad ke XV orang portugis telah
mendapat jalan laut ketimur. Vasco da Gama di pantai india pada tahun 1498. Beberapa
tahun kemudian 1512 kapal portugis mengunjungi kepulauan rempah, Maluku, untuk
pertama kali dan sejak tahun 1522 mereka tinggal tetap di ternate, ambon, benda dan lain
tempat untuk berdagang. Ketika paus membagi dunia baru antara spanyol dan portugis.
Maka salah satu syaratnya ialah bahwa raja harus memajukan misi katolik roma di
daerah yang telah diserahkan kepada mereka.
Misionaris yang pertama menginjakan kakinya di pulau Maluku ialah rahib fransiscan
yang mendarat itu ternate pada tahun 1522 tetapi oleh karena rupa perselisihan di antar
orang portugis sendiri. mereka segera terpaksa berangkat pulang. Lalu mereka mulai
bekerja di Halmahera pada tahun 1534, tetapi oleh kebengisan pembesar portugis rakyat
bermupakat untuk mengusir semua orang kulit putih dan memaksa orang yang sudah
masuk Kristen untuk murtad lagi. Simon vaz, seorang peter fransiscan mati dibunuh
selaku syahid pertama di Maluku 1536 pahlawan ini ditindas dan kemudian pater
berusaha untuk menanamkan bibit agama roma di Halmahera.
2. Permulaan Sending Belanda. Pada abad ke XVI belum ada kemungkinan bagi gereja
reformasi yang muda itu untuk memperhatikan pemberitaan injil dari luar negeri, karena
segala benua yang baru didapat diakui oleh spanyol dan Portugal yang katolik roma.
Keadaan ini berubah sejak tahun 1600 sebab pada waktu itu belanda dan inggeris telah
merebut kuasa dilaut dari spanyol dan Portugal. Pada tahun 1602 dibentuk kongsi
perkapalan verenigde Oost-indische compagnie. (VOC kompeni) yang berdagang dari
tanjung perharapan (afrika selatan) sampai jepang. Di belanda VOC dikepalai oleh suatu
badan pengurus yang beranggota tujuh belas orang (tuan-tuan XVII) dan di Indonesia
oleh seorang gubernur jenderal dengan pegawainya.
Gereja dibelanda menaruh minat besar terhadap pekabaran injil di Indonesia. Disegala
persidangan klasis dan sinode propinsi disinode umum di Dordrecht
(1618/19)dirundingkan soal mengenai pekabaran injil. Ditempat VOC terutama di
Amsterdam, melantik panitia istimewa. Yang anggotanya disebut utusan (deputat) untuk
urusan Indonesia.gereja belanda untuk memajukan pekabaran injil untuk kehormatan
allah dan keselamatn manusia. Akan tetapi gereja terikat oleh kuasa dan peraturan VOC
sehingga ia tak dapat berbuat lain dari pada memajukan saja segala maksudnya sebagai
usul dan permohonan kepada tuan XVII.
Permulaan pekerjaan gereja di Jakarta kita di kenal dari laporan tahunan yang panjng,
oleh Adriaan Hulsebos (1616-1622). Dan guburnur Jakarta jan pieterzoon coen
mengizinkan terbentuknya majelis gereja dan perayaan perjamuan kudus 1621. Sebelum
pulang kebelanda Hulsebos diutus ke Maluku untuk mempelajari keadaan gereja disana.
Justus Heurnius adalah seorang pendeta yang sudah menunjukkan perhatian besar
terhadap pertobatan kaum kafir, selagi ia dibelanda. Ia masuk sekolah tinggi lagi untuk
menuntut ilmu theology dan mengeluarkan sebuah karangan yang di dalamnya ia
membangunkan perhatian jemaat belanda untuk mengusahakan tugas pekabaran injil.
Pada tahun 1614 Heurnius tiba di Jakarta dengan segera iadapat membereskan suatu
pertengkaran antara Gubernur Jenderal dengan majelis gereja.
Baptisan orang akil balig menimbulkan kesulitan yang lain lagi terus dipandang
sebagai anggota sidi yang berhak turut dalam perjamuan kudus selaku syarat baptisan
pada umumnya dituntut penghapalan doa bapa kami. Kedua belas pasal iman dan
kesepuluh hukum akan tetapi takdapat tidak kebanyakkan calon baptisan kurang
memahami arti kalimat itu. pendeta merasa bahwa tak ada keberatan untuk menerima
orang yang demikian dengan baptisan selaku anggota jemaat Kristen supaya mereka
jangan melawan kompeni. Jangan murtad lagi dan masuk islam, tata gereja tahun 1624
melarang pemisahan sesuai dengan keputusan sinode Dordrecht tetapi tatagereja baru
dari tahun 1643 mengizinkan pemisahan sakramen untuk daerah pekabaran injil. Pada
tahun 1734 sinode dibelanda menolak mentaah penceraian sakramen.praktek pemisahan
itu tak dapat diubah lagi akibatnya ialah bahwa kaum Kristen protestan di Indonesia
pada masa VOC benar banyakbilangannya tetapi pengetahuan alkitab dan percaya injili
kurang. Derajat kebajikan rendah pengaruh kafir di dalam jemaat besar dan perayaan
perjamuan kudus hanya jarang sekali dan melulu untuk sedikit anggota sidi saja.
BAB 48
c. Akibat pendirian itu ialah: 1. Kaum pietis suka beraskese. Sikapnya terhadap dunia
negatif saja, karena segala keramaian dan kesenangan masyarakat yang mengandung
banyak dosa, sangat berbahaya untuk hidup rohani. 2. Pietisme gampang bersifat
moralistis. 3. Pietisme bersifat eskhatologi, karena bumi ini di pandang sebagai lembah air
mata saja, tempat iblis merajalela.
Jiwa puritan dan pietis memasuki jerman dari Inggris dan Belanda pada penghabisab
abad ke-XVII. Di Jermanlah pietisme mendapat perkembangannya yang paling indah dan
besar.
2. Spener. Bapa Pietisme Jerman ialah seorang pendeta yang bernama philip Jacob
Spener (1615-1705). Keberatannya banyak terhadap semangat Gereja Lutheran pada
zaman itu dan hatinya juga kurang di puaskan oleh misik baru, yang telah banyak timbul
tempat selaku eaksi terhadap ortodoksi Gereja resmi yang mati itu.
3. Francke. Pada tahun 1692 August Hemann Francke (1663-1727) menjadi pendeta di
Halle, sambil merangkap pangkat guru besar atas anjuran spener. Pemberian itu di
anggapnya sebagai suatu petunjuk dari Tuhan sendiri, yakni bahwa ia harus mulai lebih
baik dan teratur untuk mengurus orang miskin. Dengan uang yang sedikit itu Francke
membuka sebuah sekolah bagi anak-anak sekolah bagi anak-anak miskin dalam satu bilik
dalam rumahnya sendiri. Di samping itu Francke mendirikan sebuah perkumpulan untuk
menyiarkan Alkitab, yang akan mengusahakan penjualan Alkitab dengan harga yang amat
murah, agar supaya boleh di miliki anggota jemaat.
Sekalipun kita sangat menghormati segala usaha sosial Francke itu, tetapi kita
berkeberatan juga terhadap suasana pietisme di Halle. Dari itu ia berpndapat bahwa tiap-
tiap orang kristen seharusnyalah mengikuti jalan itu juga. Dengan jalan itu orang-orang
saleh wajibmengejar kesempurnaan Injil.
Juga untuk perkabaran injil di luar negeri, Halle mempunyai arti yang besar. Pada tahun
1706 ia dapat memakai tenaga dua orang muda (ziegenbalg dan plutschau), yang telah di
didik oleh Francke.
Organisasi Herrnhut adalah luarbiasa. Sejak tahun 1740 hanya Yesus sendiri di pandang
mereka sebagai pemimpin jemaat, yang kehendaknya ditanya dengan doa dan undian,
umpamanya pada pemilihan-pemilihan pejabat.
Gereja Anglikan pun hidup kembali oleh karena adanya suatu gerakan pembangunan,
yang berlaku pada masa revolusi Perancis, ketika masyarakat Kristen di Eropa
terguncang dan banyak orang mencari suatu dasar yang teguh untuk imannya. Gerakan
itu memberikan hasil yang bagus. Pada tahun 1804, didirikanlah “Perkumpulan
Penyebaran Alkitab di Britania dan di luar negeri” (British and Foreign Bible Society).
BAB 49
1, Asal Pencerahan. Sebagaimana kita ketahui, renaissance yang timbul pada abad ke-XV,
telah memaklumkan bahwa manusia sendiri adalah kaidah segala sesuatu yang ada, bukan
gereja dan Alkitab. Manusia itu bediri sendiri; ia tak usah takluk kepada sembarang kuasa
lain. Kesadaran kafir renaissance itu, yang bersambungan dengan dunia kafir Yunani-
Romawi zaman dahulu, belum cukup kuat untuk terus membongkar-bangkirkan segenap
masyarakat Kristen di Eropa. Reformasi dan kontra-reformasi masih memimpin
masyarakat dalam abab ke-XVI dan ke-XVII, akan tetapi di samping itu, pengaruh aliran
renaissance makin lama makin meresap diberbagai lapangan hidup, sehingga bertambah
banyak orang, teristimewa dari golongan cendekiawan, mulai melepaskan diri dari kuasa
Firman Tuhan. Ilmu dan pengetahuan dan kebudayaan umum memisahkan diri dari
ajaran-ajaran dan anggapan-anggapan Gereja Kristen. Pada tahun 1543 Copernicus
menemukan, bahwa bukan bumi, melainkan mata harilah pusat semesta alam. Dalam
abad ke-XVII, Kepler menerangkan peredaran bintang-bintang sajarat (Planit) dan atas
dasar itu galilei sama sekali membaharui pengetahuan kita tentang susunan alam. Wewton
(1727) menemukan gaya berat selaku hukum dasar dan asas semesta alam itu.
Samalah halnya dengan “kesusilaan kodrati”. Nampak bahwa juga orang yang belum
diperanakkan kembali, dapat berkebajikan. Dengan demikian ilmu kesusilaan pencerahan
adalah bersendikan paham-paham; bahagia, faedah, kebajikan dan pahala. Tak dapat
tidak kesusilaan semacam itu makin lama makin menjauhkan diri dari Alkitab, karwena
satu-satunya dasar kesusilaan Injil yang benar, yakni kegembiraan beragama, telah
ditukar dengan dasar akal yang memetingkan diri (egoistis). Maksud pencerahan ialah
untuk bersifat kristen dan Kodrati, tetapi hasilnya tak lain dari pada suatu sistem agama
dan kesusilaan, yang paham-pahamnya bukan kristen sejati dan juga bukan kodrati
semata-mata.
4. Kisah pencerahan. Pencerahan lahir di belanda, karena negeri itu adalah satu-satunya
tempat di eropa yang menaruh toleransi terhadap segala aliran rohani zaman itu dan yang
rela memberi perlindungan kepad tiap-tiap filsuf revolusioner, yang harus lari dari tanah-
airnya sendiri.
Di inggris orang sudah jemu terhadap segala pertikaian gereja pada abad ke-XVII.
Sesudah tahun 1688, banyak orang cendekiawan asyik mencari rezeki rohani yang lain, di
luar gereja; sekarang asas-asas pencerahan dipergunakan untuk membaharui agama.
Orang yang memimpin dan menuruti aliran itumenyebut dirinya “yang berpikiran bebas”
(Freethinkers), tetapi oleh lawannya, mereka diberi gelar “Deis”. Deisme mengajarkan
tentang adanya Allah (lawan atheisme)yang terpisah dari dunia (lawan pantheisme), tetapi
yang tidak lagi mempedulikan makhluk-makhlukNya sesudah dunias diciptakanNya
(lawan theisme). Istana raja da pembesar-pembesargereja bersama-sama memeras rakyat,
yang terjerumus dalam kemiskinan yang dashyat. Pemimpin pencerahan perancis, seorang
yang kenamaan, ialah Voltaire (uc. Volter 1694-1778), yang menerangkap pandangan-
pandangan pencerahan kepada rakyat jelata dan amat membenci agama Kristen pada
umumnya dan Gereja roma Pada khususnya.
Pada tahun 1789 pecahlah revolusi perancis yang hebat, yang lebih nyata lagi membiarkan
pandangan-pandangan anti gereja di antara rakyat murba, sehingga sejak itu menguasai
dan memberi capnya kepada masyarakat umum. Dari tahun 1792 sampai 1794 pemerintah
kota paris menyerang gereja dengan sekeras-kerasnya. Tarikh Masehi dihentikan, banyak
gedung gereja dimusnahkan dan suatu pesta akal budi diadakan, yang memperlihatkan
seorang nona paris bertakhta selaku (Dewi akal) di dalam katedral notre dame.
Di jerman, pencerahan dari mulanya bersifat kurang radikal, tetapi disana juga aliran
baru itu amat digemari dan diturut oleh golongan terpelajar, yang ingin memajukan
negerinya menjadi suatu negara yang berkuasa dan modern. Raja Fredik Agung, yang
memerintah Prusia dari tahun 1740 sampai 1786, menjadikan pencerahan itu suatu
perkara negara.
Kira-kira tahun 1800 pujangga-pujangga dan filsuf-filsuf Jerman membuka sautu fase
baru bagi pencerahan, yang biasanya kita sebut; idealisme Jerman”. Demikian akal budi
itu mendalam dan meluas menjadi “Roh”. Batas antara roh manusia ini dengan Roh Allah
hampir tidak diakui lagi, sehingga aliran deisme yang rasionalistis dari abad ke-XVIII,
bermuara kepada suatu pantheisme mistk yang amat menarik hati orang. Pemuka-
pemuka idealisme itu ialah pujangga-pujangga lessing, Herder, Goethedan Schiller, dan
filsuf-filsuf Kant,Fiehte, Schelling dan Hegel.
5. Gereja Protestan dan Pencerahan. Sikap manakah yang diambil Gereja terhadap
bangkitnya manusia autonom itu? tak dapat tidak satu-satunya tindakan gereja yang
seharusnya, ialah mengaku dosanya sendiri, yang telah menyebabkan munculnya
pencerahan dalam masyarakat Kristen, lalu gereja hendaklah bertobat dan taat kembali
kepada Firman Tuhan, dan dengan penundukan demikian kepada Injil Kristus, gereja
wajib menyerukan tuntutan pertobatan itu juga kepada dunia, yang memuja anak lembu
emas “Akal-Budi”.
Itulah sepatutunya tugas gereja. Akan tetapi Gereja kurang menginsafi bahaya gerakan
baru itu. Theologia gereja sendiri sudah sekian lama memberitempat kuasa kepada akal
budi, di samping Alkitab, sehingga ia tidak sanggup memberikan kritik untuk menyerang
asas-asas pencerahan itu. Nyatalah bahwa makin berusaha mereka untuk mendasarkan
uraian-uraiannya atas Alkitab, makin sukar juga berhasil maksud mereka untuk
memuaskan akal, karena sudah tentu bahwa Alkitab mengandung banyak perkara yang
mustahil dipahamkan oleh akal-budi manusia. golongan “Kanan” ahli-ahli theologia itu
(artinya yang ortodoks)menjelaskan bahwa perkaras-perkara itu tak lain dari “kebenaran
alam-atas” yang memang mengatasi akal kita, tetapi juga berlawanan dengan akal;
padahal ‘sayap kiri” (artinya theologianya lebih liberal coraknya)menerangkan bahwa apa
yang kurang cocok dengan akal kita disebabkan karena pengarang-penarang Alkitab
dengan sengaja menyesukainnya kisahya kepada pengertian sederhana pembaca-pembaca
Yahudi dahulu kala.
Walaupun demikian, waktu ia juga menghasilkan perkara yang baik bagi gereja dan ilmu
theologia. Dalam abad ke-XVIII barulah ahli-ahli theologia mulai mengindahkan
pelajaran terhadap sejarah hubungan dengan Alkitab dan gereja Kristen.sudah tentu iman
mengaku bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan dan bahwa sejarah gereja adalah sejarah
pimpinan Allah terhadap umatNya, tetapi sampai pada zaman pencerahan, orang Kristen
kurang mempedulikan soal yang penting bagaimana Alkitab dan gereja telah tumbh dan
berkembang di lapangan sejarah dunia ini, malahan soal itu dipandang berbahaya oleh
banyak orang salah. Akibat penyelidikan itu tentu membawa separuh orang kepada
keragu-raguan terhadap dasar ilahi Alkitab dan Gereja, tetapi sekali pun demikian,
nyatalah bahwa pelajaran macam baru itu kelak akan menolong mencelikkan mata kita
kepada keadaan yang luas dan ilahi, yakni keadaan Alkitab dan Gereja Kristus di bumi
ini.
6. Gereja Katolik Roma Dan Pencerahan. Secara bataniah gereja katolik roma kurang
dipengaruhi oleh pencerahan jika dibandingkan dengan gereja-gereja Protestan, tetapi
secara lahiriah gereja Roma kena rugi yang yang lebih besar.
Kemenangan yang paling penting yang dicapai oleh pencerahan atas gereja K.R. ialah
pembubaran ordo Yesuit. Ordo yang sangat berkuasa itu telah menyingkirkan segala
anasir dari gereja K.R. pemuka-pemuka pencerahan sangat menbenci orang Yesuit, karena
propagandanya tentang pelbagai takhyul, tunjangannya kepada kuasa
paus,perlawanannya terhadap segala kemajuan dan terutama karena politik mereka, yang
berusaha mengukuhkan dan memperluas kuasanya dengan segala ikhtiar, entah yang baik
atau yang buruk. Hal ut terjadi di portugal, spanyol, perancis, Napels dan Parma (italia-
utara). Sedangkan pada tahun 1773, atas desakan raja-raja, ordo Yesuit dibubarkan untuk
selama-lamanya oleh paus Clemens XIV yang mendasarkan keputusan itu atas ilham Roh
Kudus. Akan tetapi pada tahun 1814, ordo Yesuit itu sudah diizinkan kembai, sehingga
mereka tak usah bekerja lagi dengan sembunyi-sembunyi, tetapi boleh meneruskan
pekerjaan dnan resmi. Dibawah pemerintahan kaisar Napoleon, kedudukan gereja sudah
lebih baik lagi; ia mau memakainya selaku alat untuk menambah kuasa. Gereja diberi
beberapa hak, tetapi tetap di bawah pengawasan keras dari pihak negara. Smapai dua kali
Negara Gereja dibubarkan dan paus ditawan oleh Napoleon (1798-1800 dan 1809-1815).
Salah satu hasil penting dari perubahan itu ialah bahwa tak mungkin lagi
mempertahankan peraturan perdamaian agama Augsburg pada tahun 1555, yang
menentukan bahwa tiap-tiap negeri atau daerah jerman mempunyai agamanya sendiri.
7.Gereja Belanda dan Pencerahan. Di tanah belanda bibir percerahan bertumbuh dengan
segera, karena kita maklum bahwa hidup rohani disana sudah lama dipengaruhi oleh
pandangan-pandangan oleh cita-cita Libertin. Proses ini dipercepat lagi oleh
kecenderungan golongan atasan untuk menjunjung, memuji dan meniru segala perbuatan-
perbuatan perancis dan oleh kemewahan hidup dan kendurnya kebajikan dan kerajinan
yang semakin nampak itu. yang tampil ke muka pada akhir abad ke-XVIII ialah antara
lain Petrus Hofstede di Rotterdam, seorang pembela kepercayaan ortodoks. Hofstede juga
menaruh minat istimewa terhadap pekabaran injil Indonesia. Wajiblaj kita menghormati
Hofstede dengan kawan-kawannya, oleh karena perjuangannya untuk menjauhkan
pengaruh pencerahan dari gereja; usaha itu sudah pernah diambil oleh gereja oleh karena
kebenaran, misalnya terhadap orang pelangian dan Remonstran, tak boleh dipermudah
atau ditiadakan dengan memakai semboyan-semboyan yang betul-betul indah bunyinya,
tetapi memperkosa kebeanran Injil Yesus Kristus. Dalam bagian kedua abad ke-XVIII,
pandangan-pandangan pencerahan lekas memasuki rakyat dan Gereja. Ada lagi suatu
perubahan lain yang lebih penting bagi gereja belanda. Pada tahun 1795, revolusi perancis
membanjiri juga negeri belanda, lalu membongkar masyarakat dan gereja.
Sebaliknya, patut kita besyukur karena Kristus tidak meninggalkan gerejaNya, tetapi
melahirkan kebaikan dari kesulitan gereja itu. sejak zaman pencerahan, dunia
menyatakan dirinya sebagai sebenarnya. Sebab itu gereja sempat pula mengkhotbahkan
syak dan kebodohan injil dengan leluasa di hadapan bangsa manusia yang congkak dan
berdosa.
Keutungan lain lagi ialah pemisahan gereja dari negara, yang menghindarkan gereja dari
bahaya yang selalu mengancam theokrasi, yakni gereja terikat secara canggung dengan
kuasa dunia. Godaan itu sekaarang berkurang sekali. Umpamanya, gereja belanda
dibebaskan oleh revolusi pada tahun 1795 dari suatu pengawasan negara, yang sangat
menindasnya meskipun baru pada tahun 1848 gereja bebas sekali.
BAB 50
Yang dimaksud di sini dengan abad ke-XIX ialah zaman sejak jatuhnya Napoleon (dalam
pertempuran di waterloo pada tahun 1815) sampai pecahnya perang dunia pertama pada
tahun 1914. Maka abad ke-XIX ini mengandung demikian banyak perkembangan,
peristiwa dan kenyataan yang penting dan berpusparagam, sehingga terpaksalah kita
menarik beberapa garis besar untuk uraian kita, walaupun sukar juga mengatur segala hal
ihwal itu menurut suatu bagan yang tentu.
Kejatuhan Napoleon disusul oleh waktu reaksi yang hebat. Raja-raja yang diusir dari
tahtanya pada zaman revolusi dan perang-perang napoleon sekarang kembali. Banyak
diantaranya tidak belajar apa-apa dari segala pergolakan dan perubahan masyarakat
yang disaksikannya. Mereka tak mau menurut aliran zaman baru, melainkan berniat
melanjutkan saja pemerintahan raja yang mutlak dari abad ke-XVIII. Dengan keras
mereka menindas segala gerakan revolusioner dan cita-cita kedaulatan rakyat. Zaman ini
disebut “zaman restaurasi” karena mau merestaurasi (artinya membangun kembali)
keadaan yang lampau.
Akan tetapi zaman baru tidak membiarkan dirinya ditiadakan lagi. Rakyat di Eropah
sudah sadar dan bangkit berdiri menuntut halnya. Akhirnya keadaan genting itu meluap
dengan mengakibatkan revolusi lagi dibeberapa negeri pada tahun 1848. Semenjak saat itu
Eropah mulai diperintahkan menurut asa-asa demokratis, yakni tiap-tiap negeri membuat
konstitusi atau undang-udang dasarnya, yang kepadanya raja-raja wajib takluk.
Sesudah perang perancis-jerman pada tahun 1870-1871, timbullah masalah baru. hasil
besar teknik dan kemajuan kapitalisme dilapangan perekonomian menimbulkan
perkembanganya industri dimana-mana dan semakin bertambahnya proletariat dikota-
kota. Semua untung besar masuk kantong kaum pengusaha pabrik dan para majikan,
tetapi kaum buruh hidup dalam kemiskinan dan kemelaratan yang menyedihkan.
Autonomi selamanya bearti pemerintah kepentingan sendiri. Bertentangan dengan
selamanya diri kaum majikan, kaum buruh mengatur kepentingannya sendiri; mereka
bersiap untuk berjuang bagi perbaikan sosial masyarakat dengan menyerang sistem
kapitalisme. Gerakan ini disebut sosialisme, bertambah kuat sejak tahun 1848 dan menjadi
sosial internasional sejak tahun 1870.
Sedikit waktu kemudian, dan teristimewa sejak tahun 1900, dunia kita mulai mengalami
masalah sulit lagi pula, yakni masalah imperialisme. Negara-negara yang menimpa Eropah
sudah mengembangkan kuasanya keseluruh dunia oleh karena perdagangan dan
penjajahan, terutama inggris. Jerman terlambat dalam persaingan yang hebat itu untuk
membagi dan merebut benua-benua dunia ini, karena baru sesudah kemenangannya pada
tahun 1870-1871 jerman mulai bersatu dan berkuasa dilapangan politik dibawah
pimpinan Bismarck. Ketegangan internasional itu akhirnya menyebabkan pecahnya
perang dunia yang pertama. Demikianlah zaman 1870-1914 dikuasai oleh sosialisme dan
imperialisme.
2. perkembangan Rohaniman
Sejajar dengan perkembangan politik yang menunjukkan tiga zaman pada abad ke-XIX,
yakni zaman-zaman reaksioner, konstitusional dan sosialistis-imperialistis, dapat pula kita
membedakan tiga zaman dalam perkembangan hidup rohani, yaitu zaman idealisme,
zaman liberalisme dan zaman naturalisme.
a. Zaman pertama itu dipimpin oleh ahli filsafat berlin hegel (1831), yang
menyempurnakan idealisme jerman, yang telah kita perkatakan dalam bab yang lalu.
Semua yang ada, dipandanya sebagai satu saja dalam perkembangan keabadian “roh”,
yaitu akal dunia. Oleh karena itu sistemnya bersifat konservatif; dari sebab itu ia
dijunjung oleh orang-orang zaman restaurasi. Agama kristen, yang dipahaminya secara
pantheistis, dipandangnya selaku bentuk yang terindah dan tertinggi dari segala agama.
b. Lain sekali pendirian dan anggapan para pengikutnya, seperti david friedrich strauss
(1874), yang menyerang kebenaran injil. Pada tahun 1835 strauss menerbitkan kitabnya
yang banyak dibaca orang tentang “Hidup Yesus”. Dalam kitab itu ia mengemukakan
bahwa pengarang-pengarang kitab-kitab injil mengaburkan gambaran nabi Yesus dengan
dongeng-dongengnya yang ganjil. Roh semesta alam tidak menuangkan kelimpahannya
kedalam satu oknum saja, misalnya yesus. Mustahil manusia Yesus adalah Allah sendiri,
karena hal itu melawan akal. Karena itu segenap agama kristen patut ditolak, karena
ajarannya tidak tak dapat diterima dan diakui oleh akal budi. Dengan pandangan-
pandangan strauss itu mulailah zaman kedua, yakni masa liberalisme, yang semakin
menguasai golongan cendekiawan di eropah. Roh Liberalisme itu dengan langsung
bersambung dengan pencerahan samping itu liberalisme amat keterlaluan
penghargaannya terhadap perkembangannya sendiri dan dalam celaannya terhadap
agama kristen ortodoks, yang menurut meraka dalah terlaku kolot. Heran bahwa
golongan liberal melupakan toleransinya terhadap gereja, malam Cuma tau menghina dan
membenci gereja yang berdasarkan injil Yesus kristus sejati.
c. Dalam pada itu ilmu pengetahuan berpaling kepada pengamatan alam dengan
pancaindra, sehingga perhatiannya tertarik pada ketertiban alam yang diatur menurut
hukum-hukum yang tetap. Hal ini mengakibabtkan bahwa mulai kira-kira tahun 1860
bukan lagi roh, melainkan tabiat alam (natura) yang dipakai selaku dasar untuk
menerangkan dunia. Karena jikalau roh menjadi pengkalan pikiran kita terhadap rahasia
dunia ini, sudah tentu tak mungkin kita menerangkan segala perkara kebendaan sekarang,
yaitu zaman naturalisme, orang menjelaskan bahwa dunia tidak lain dari pada benda
belaka, dan apa yang kita sebut roh, cumalah perkara sambil lalu saja. Oleh karena itu
aliran ini boleh juga dinamakan materialisme.
Pada zaman reaksi sesudah tahun 1815, gereja dihormati lagi, bersama dengan segala
kuasa lain yang telah dihalaukan oleh revolusi perancis. Sekarang gereja dijunjung lagi
karena memelihara tradisi dan kuasa yang dahulu, sudah tentu gereja romalah yang
mendapat untung terbesar dari hormat dan penghargaan baru itu; tetapi juga didalam
gereja-gereja reformasi dimana-mana kelihatan pembangunan, dan minat baru terhadap
Alkitab.
Hal ini terutama nampak dijerman, yang sekarang menjadi pusat protestantisme. Tahun
1817, tahun perayaan peringatan 300 tahun lahirnya pembaharuan (reformasi)gereja,
menjadi pula tahun kelahiran beberapa gerakan pembaharuan.
a. Raja prusia memaklumkan bahwa pertikaian antara golongan Lutheran dan calvinis
perlu dihentikan. Pada tahun 1817 ia mengadakan persatuan kedua golongan itu dalam
satu gereja yang disebut “union”. Akan tetapi, yang dijadikan dasar union itu bukanlah
suatu pengertian baru terhadap dasar orang Lutheran dan calvinis, dasar mana sama saja
bagi kedua-duanya, yakni dasar penemuan kembali injil, melainkan persatuan itu hanya
dapat mungkin hanya oleh karena kedua belah pihak kurang menghiraukan ajaran gereja.
Ajaran itu memang kurang diperhatikan, baik oleh orang yang dipengaruhi pencerahan
maupun oleh kaum peitis. Oleh sebab itu unio tadi menimbulkan banyak perselisihan dan
kurang mendatangkan berkat. Dan juga kurang terang, apakah union bermaksud
mencapai persatuan pengakuan atau hanya persatuan organi saja. Semenjak waktu itu
dijerman terdapat tiga macam jemaat: yang lutheran, yang calvinis dan yang turut union.
b. Pada tahun 1817 lahir juga suatu gerakan pembangunan rohani baru, yang bersifat
pietis. Semangat pietisme belum padam lagi dijerman, tetapi tetap merupakan reaksi
terhadap ortodoks yang mati. Juga dalam abad ke-XIX pietisme mengusahakan
pekabaran Injil didalam dan diluar negeri, sebagaimana nantinya akan diuraikan lebih
lanjut.
c. Gerakan ketiga, yang timbul pada tahun 1817 itu, didirikan di kiel oleh claus horms,
yang mengumumkan 95 dalilnya untuk membaharui lutheralisme. Dengan aksinya itu
terbitlah ortodoksi lutheran yang baru (neo-Lutheranisme), yang menjauhkan diri dari
gerakan pietis dan sangat menentang union. Kekuatan mereka terletak dalam hal bahwa
mereka menjunjung ajaran pembenaran oleh karena iman saja saja, tetapi pendirian
mereka lemah karena mereka hanya kembali kepada formula concordiae, sedang mereka
kurang melaksanakan semangat Lutheran dalam hidupnya sendiri.
Pada zaman ini dipastikan perpisahan gereja-gereja dari negara. Dengan itu berakhirlah
peerwalian negara yang hanya mengutamakan satu gereja saja, maupun kesempatan bagi
gereja untuk mewujudkan cita-cita theokrasinya didalam masyarakat. Didalam lingkaran
gereja-gereja sendiri sayap “kanan” (ortodoks) dan sayap “kiri” (liberal) bergumul untuk
merebut kuasa lambat laun sayap kiri bertambah kuat, sehingga semakin menimbulkan
banyak pertikaian. Golongan ortodoks berjuang untuk mempertahankan kuasanya dan
kurang mengerti, bahwa pokok perkara dalam gereja bukanlah kuasa kita, melainkan hak
dan kuasa kristus; kedua perkara itu biasanya terlalu gampang disamakan saja.
Sementara itu kaum cendikiawan dan kaum buruh makin menjauhkan diri dari gereja.
Masalah sosial semakin susah diselesaikan. Pemuka-pemuka gereja dinegeri-negeri besar
menginsafi kewajiban gereja terhadap perbaikan masyarakat, sehingga dibanyak tempat
mereka mulai menyesuaikan pekerjaan gereja kepada kebutuhan zaman dengan
mengutamakan pekerjaan dikota-kota besar dan dengan melawan kecenderungan
golongan terpelajar soal-soal itu; mereka lebih memperhatikan perselisihan-perselisihan
didalam gereja. Dijerman semangat pietisme mulai hidup kembali didalam ‘gerakan
persekutuan’ (gemeinschafts-bewegung), yang adalah reaksi terhadap sekulirasi disayap
kiri dan terhadap semangat taurat sayap kanan. Pengaruhnya dirasai sampai jauh diluar
lingkungan sendiri.
Diamerika, kebanyakan gereja atau denominasi lekas kehilangan cap calvinisnya. Minat
kekrestenan Angelsaks terhadap pemecahan-pemecahan soal-soal praktek
menghubungkan diri dengan pandangan evolusi dari naturalisme, sehingga timbullah cita-
cita “injil sosial” (sosial gospel) injil sosial mengajarkan bahwa kerajaan Allah tak lain
dari pada mahkota atas perkembangan dunia ini, sehingga kedatangan kerajaan itu boleh
dipercepat, bahkalan diwujudkan oleh usaha kebudayaan dan sosial dari kita manusia
sendiri, menurut asa demokrasi Amerika. Pendirian itu memang bukanlah injili lagi,
karena menurut Alkitab, kerajaan Allah bukan sekali-kali adalah hasil kehendak baik dan
usaha kaum kristen, melainkan anugerah Tuhan sendiri, malahan pada ketika kerajaan itu
dinyatakan dari atas, dunia ini akan diadili oleh Allah. Umumnya boleh kita katakan,
bahwa gereja-gereja Amerika, yang diantaranya gereja Metodis dan gereja baptis yang
paling besar, sudah tentu menyumbangkan kerajinan dan tenaganya kepada banyak-
banyak perkara sosial yang penting, tetapi dengan mengabaikan pokok berita Alkitab,
yakni hukuman dan rahmat Tuhan. Sikap gereja-gereja Eropah terhadap masalah sosial,
yang menjadi soal pokok sesudah tahun 1870.
BAB 51
2. Teologia perasaan. Abad ke-XIX dipengaruhi oleh seorang dari Berlin, yaitu Friedrich
Schleiermacher (1768-1834). Dia mengemukakan persetujuan antara penyataan Tuhan
dengan semangat zaman. Dalam kitabnya yang bernama “urian-uraian tentang agama”
(1799), menempatkan agama dalam batin dan perasaan sambil menerangkan
selaku kecenderungan dan nafsu kepada baka. Kitabnya yang terpenting berjudul “ Iman
Kristen” (1821-1822) didalamnya ia berusaha menyesuaikan pikirannya kepada imam
jemaat. Kesalehan dia rumuskan sebagai “merasa diri bergantung semata-mata kepada
Allah”. Kita ini tak sanggup memperlihatkan perasaan itu dengan secukupnya; itulah dosa
kita. Kristen adalah satu-satunya manusia yang didalamnya perasaan itu berkembang
dengan sempurna. Dialah manusia Allah (abdi Allah), artinya perkembangan tabiat
manusia. Hanya denga hubungan dengan Kristus perasaan itu dapat menguasai hidup
rohani kita. Itulah pembebasan menurutnya.
Wakil utama dari golongan ahli theologia yang memakai kal budi sebagai dasar kaidah
dogmatic ialah guru besar J.H. Scholten di Leiden (1811-1885), yang pada abad ke-XVI
bersambung dengan kekristenan Liberal dan kemudian menjadi pemimpin Liberal pada
abad ke-XIX di belanda.
6. Theologia historis-kritis. Pada akhir abad-XIX, yaitu zaman naturalism, orang sudah
kurang mengharapkan jembatan antara Alkitab dan manusia modern. Pengalaman dan
ilmu yang bebas dari segala ikatan dogma dan tradisi, itulah yang sekarang dijunjung
tinggi. Ahli-ahli theologia ini pendiriannya mulai sdyik mengupas isi Alkitab; makin lama
makin tercelik matanya pda kebenaran bahwa ada jurang yang dalam antara berita
Alkitab dan manusia zaman muttakhir ini. Golongan Tubingen telah merintis jalan bagi
pandangan-pandangan demikan terhadap penyelidikan Perjanjian Baru. sekarang cara
ini mulai dipergunakan pada Perjanjian Lama oleh Wellhausen dari Jerman dan Kuenen
guru besar Belanda. Mereka berusaha membagi Alkitab menurut sumber-sumber kitab
itu, yang mereka pikirkan telah dipisahkan oleh ahli-ahli theologa dengan pengupasan
yang teliti. Mereka yakin bahwa pemeriksaan yang demikian membuktikan bahwa
dibelakang pekabaran Alkitab yang sampai pada waktu itu dipandang sah dan benar oleh
kaum Kristen , ada tersembunyi anggapan-anggapan yang berlainan sekali. Mereka
mengajarkan bahwa kitab-kitab nabi-nabi jauh lebih tua daripada kitab-kitab Musa, dan
bahwa agama Israel pada hakekatnya bepokok politheisme yang primitive , dari dasar itu
berkembang ibadat kepada satu ilah-kebangsaan saja, dan dikemudian hari barulah
monotheisme yang bersifat rohani dan susila, akhirnya pengarang-pengarang Perjanjian
Lama menulis kitab-kitabnya dengan pendirian seakan-akan agamanya telah berada pada
tingkat yang tertinggi itu sedari semulanya. Pendapat seperti ini perlu ditolak karena
mereka memperkosa Alkitab dengan menutup hati dan telinga bagi kesaksian yang khas
yang diperdengarkan Alkitab di dalam dunia ini. Gerakan ini berakhir abad ke-XIX pada
tempat permulaannya.
7. Hasilnya. Rupa-rupanya hasil theologia abad ke-XIX adalah negative saja. Ole kritik
yang tajam terhadap Alkitab, sekarang kita tahu bahwa mustahil memeriksa Alkitab,
apabila menyelidiki tidak menghampiri Alkitab itu dengan sikap iman dan taat kepada
Firman Tuhan. Theologi Firman itu jauh lebih murni kita bida dapati pada dua orang
bernama Kohlbrugge dan Kierkegaard.
8. Kohlbrugge. Dia lahir di Amsterdam pada tahun 1803. Dia adalah seorang pendeta
jemaat Lutheran di Amsterdam, ia memberitakan dengan kuat pembenaran oleh iman
saja, tetapi sesudah beberapa bulan ia dipecat karena menuduh seseorang pendeta liberal
tentang ajaran yang tidak ortodoks. Sejak tahun 1847 sampai ajalnya (1875), Ia melayani
jemaat Reformiert selaku pendeta. Teologi Kohlbrugge menekankan bahwa dihadapan
Allah manusia sungguh-sungguh tak lain daripada sifat daging. Di luar Kristus, taurat
kudus Allah hanya dapat mematikan kita, tetapi oleh inkarnasi Kristus kita luput dari
kebinasaan. Artinya Kristus telah menerima sifat kita yang olehnya Ia menjadi dosa ganti
kita. Di Golgota , pekerjaan pembebasan itu sudah dipenuhi tanpa kita untuk kita. Kita
hanya perlu mengaku dan percaya bahwa kendati kita manusia berdosa dan durhaka
sekalipun, tetapi didalam Kristus kita dibenarkan juga. Hal itu hanya dicapai dengan iman
saja.
9. Kierkegaard. Dia adalah ahli theologia Denmark. Dia memerangi semangat duniawi
yang merajalela dalam agama Kristen sehingga orang Kristen kurang mengerti lagi
perbedaan yang mutlak antara Allah dengan manusia. Kierkegaard (1813-1855) mulai
mengadakan serangannya yang hebat terhadap kekristenan Gereja resmi yang pada
hematnya adalah tiruan belaka dari agama Kristen sejati menurut Perjanjian Baru.
Kierkegaard mengajarkan kepada jemaat bahwa betapa sungguhnya soal kekristenan itu
karena Kristus menjadi pusat agama. Penyataan Tuhan berlawanan dengan pengertian
kita (paradoks) yaitu perkara yang kelihatannya ganjil tetapi sesungguhnya benar.
Kierkegaard menyimpulkan bahwa kekristenan yang tulen tidak dikenal dan tidak di
praktekkan dalam Gereja yang anggotanya hidup dengan senang didalam dan untuk
dunia ini. Kierkegaard meninggal diusia muda dan sisa uangnya cukup untuk
mengongkosi pekuburannya. Semasa hidup dia tidak dihargai dan tidak dimengerti, tetapi
dikemudian hari kitab-kitabnya banyak dibaca, dan pikiran-pikirannya menimbulkan
hasil yang indah, teristimewa dalam theologia Karl Barth.
BAB 52
bertambah lagi, karena pada masa itu Jerman beroleh daerah-daerah jajahannya sendiri.
Teristimewa di Indonesia kita ini terkenang kepada “Sending Barmen” yang bekerja di
tanah Batak dan di pulau Nias. Juga di Amerika kita melihat keadaan yang serupa itu:
banyak perhimpunan Pekabaran Injil partikulir, dan beberapa yang dilakukan Gereja,
dengan resmi mengutus pekerja-pekerjanya di mana-mana, teristimewa ke India dan
Timur Jauh.
Di dalam Gereja Katolik Roma terbentuklah beberapa ordo dan kongregasi baru, yang
bermaksud meluaskan Gereja di antara bangsa-bangsa kafir. Misi Katolik Roma berbeda
dari Sending Protestan disebabkan kerelaannya untuk menyesuaikan pekerjaannya
kepada anggapan-anggapan dan adat-istiadat kafir, oleh karena itu misi Katolik Roma
tidak bertujuan untuk menyiarkan Firman Tuhan yang berkuasa. Tetapi mereka terutama
berusaha untuk menawarkan dan mempropagandakan Gerejanya sendiri.
Tak dapat disangkal bahwa Pekabaran Injil baru itu mula-mula kurang mengerti keadaan
khas masyarakat ketimuran. Dan tentu, apabila suku-suku bangsa kafir yang primitif itu
mulai memasuki zaman modern yang dimasehikan, maka terjadilah segala pengorakan
segala ikatan adat dan agama yang dahulu menghubungkan dan menentukan hidup
masyarakat: perombakan segala bentuk hidup yang lama itu mengakibatkan rupa-rupa
soal yang muskil dipecahkan mengenai kebudayaan dan peraturan hidup bangsa-bangsa
itu. Cara mengabarkan Injil, membentuk hidup Kristen perseorangan dan membina
masyarakat Kristen sesuai dengan keadaan tiap-tiap bangsa.
Pada abad yang lalu, Pekabaran Injil terutama diusahakan oleh perhimpunan yang
bersandar pada minat dan derma orang partikulir. Padahal sebenarnya pemberitaan Injil
kepada segala bangsa di dunia adalah tugas segenap jemaat Kristen. Gereja sendiri wajib
memperhatikan dan melaksanakan Sending itu dengan penyerahan segenap cinta kasih
dan tenaganya. Gerejalah yang dipanggil untuk melayani dunia ini dengan Injil Kristus,
dan pelayanan itu harus dijalankannya sampai ke ujung bumi.
Pada 1848, Wichern berhasil menggembirakan Gereja untuk mengangkat tugas sosial itu
secara resmi. Gereja-gereja Injili membentuk suatu “Badan Pusat Pekabaran Injil di
dalam Negeri”, yang mengumumkan sebagai berikut: “Maksud pekabaran Injil di dalam
Negeri ialah melepaskan rakyat Injili daripada kemelaratannya yang rohani dan jasmani,
dengan mengabarkan Injil dan menyokong semua saudara yang berkekurangan, di dorong
oleh cinta kasih Kristus. Pekerjaan itu tetap berkembang dan Wichern tinggal menjadi
jiwa pendorong.
4. Lohe. Ia adalag seorang pendeta Bavaria (1808-1872) berpendirian bahwa segala soal
usaha sosial itu harus dikerjakan oleh Gereja saja dan bukan oleh perhimpunan-
perhinpunan partikular. Rumah diakones Lohe dalam jemaatnya di Neuendettelsau yang
bersemangat Lutheran sejati itu, menjadi pusat banyak pekerjaan belas kasihan Injili di
Bavaria. Semboyan Lohe ialah “Apakah yang kau kehendaki? Melayani! Melayani
siapakah? Tuhan, di dalam semua kaum yang melarat dan miskin. Dan apakah upahku?
Upahku ialah bahwa saya boleh berbuat demikian? Lohe manjadi teristimewa bekerja di
pantai utara Irian-Timur sejak tahun 1886.
5. George Muller. Muller menjadi pendeta Baptis di Bristol. Di kota itu ia mendirikan
“lembaga penyiaran pengetahuan tentang Alkitab-Alkitab” dan menjadi pemimpin
bermacam-macam usaha filantropis (cinta kasih terhadap manusia). Usahanya yang paling
masyhur ialah kelima rumah piatunya yang besar di Bristol. Pada usia 93 tahun ia
menyerahkan diri kepada pekerjaan evangelisasi yang khusus, dengan memberitakan
kabar kesukaan di seluruh dunia.
Suatu ciri yang luar biasa dari pekerjaan Muller ialah bahwa ia tidak pernah meminta
sokongan berupa uang, tetapi percaya bahwa atas doanya Tuhan akan mencukupi segala
keperluaannya dengan menggerakkan hati orang untuk menyumbangkan dermanya.
6. Gereja dan masalah keadilan sosial. Dari keterangan yang ada Pekabaran Injil di dalam
negeri terutama berusaha untuk mengurangi kemelaratan sosial yang terdapat di golongan
bawah masyarakat. Tetapi apabila jemaat Kristus sungguh menginsafi arti dan maksud
belas-kasihan Kristus terhadap orang yang dalam kesukaan jasmani dan rohani,
mustahillah Gereja berpendapat bahwa pertolongan dan perawatan itu sudah memadai.
Pada masa penindasan, kaum buruh merupakan suatu noda yang ngeri di dalam
masyarakat, nyata sekali bahwa sokongan kepada masing-masing orang yang dalam
kesusahan, tentulah belum mencukupi untuk memperbaiki keadaan masyarakat. Keadaan
umum itu harus berubah, artinya perlu adanya keadilan, yang mengubah syarat-syarat
hidup, dan bukan belas-kasihan yang ditujukan kepada kebutuhan tiap-tiap orang sendiri.
Gereja abad ke-XIX memang sudah mengerti tuntutan keadilan sosial itu terhadap
golongan masyarakat yang ditindih, meskipun kita patut mengakui bahwa kesadaran itu
terutama terdapat di antara pemimpin-pemimpin di Gereja, tetapi kurang nyata di dalam
khotbah resmi. Seruan nabi-nabi yang berjuang bagi pemberantasan segala kebusukan
masyarakat (bd Yes 1:17, Am 8:4-7) kurang kedengaran. Pada umumnya Gereja suka
bersahabat dengan golongan majikan yang hartawan, dan orang miskin dihiburkan
dengan menjanjikan dalam surga kelak pembebasan dari segala kesukaran. Tetapi banyaj
orang Kristen yang secara perorangan bergumul dengan masalah kemasyarakatan yang
sulit itu, berdaya upaya dengan sungguh untuk mendapat penyelesaian soal-soal sosial itu.
Nyatalah bahwa tak gampang menempuh jalan tengah yang Injili antara kapitalisme dan
sosialisme karena tak mungkin bagi orang Kristenuntuk menerima segala hal yang
bersangkutan dengan sosialisme abad ke-XIX itu, seperti tuntutannya tentang penyerahan
segala modal partikulir kepada umum, daya yang dipakai untuk mencapai maksudnya
ialah perjuangan golongan, dan perserikatannya dengan atheisme. Yang diutamakan oleh
orang-orang Kristen dalam hal memikirkan masalah sosial dari sudut Injil ialah cinta-
kasih terhadap sesama manusia dan dengan pendirian tersebut mereka menentang kedua
belah pihak yang suka bertentangan itu.
BAB 53
Gereja Hervormd kurang sanggup mengatur sendiri. Dari itu negara memutuskan untuk
membantu Gereja dan pada tahun 1816 dengan penetapan raja di umumkan peraturan
umum untuk pimpinan Gereja Hervormd.
Organisasi yang baru itu sendiri lebih tidak menyenangkan pula dari pada cara
melaksanakannya. Pengaruh raja amat besar dalam pembentukan badan-badan Gereja
dan persidangannya. Pada abad ke 17, Gereja menjadi Gereja negara yang berpengaruh
besar terhadap pemerintah, tetapi sekarang sebaliknya, Gereja Hervormd (itulah namanya
yang baru) merupakan suatu Gereja negara yang sama sekali takluk kepada pemerintah..
sekarang pemerintahan diri sendiri yang di bangun dari bawah itu , di ganti dengan suatu
pemerintahan dari atas oleh badan-badan pengurus (tata Gereja sinodal). Sampai tahun
1852 badan-badan pengurus terdiri dari pendeta-pendeta saja. Sistem sinodal itu yang
mencontoh pemerintahan diktatorial willem I, sangat berlawanan dengan wujud gereja.
Di dalam Gereja tak ada tinggi dan rendah, karena hanya satu Rabimu dan kamu semua
adalah saudara (Mat 23:8) oleh sebab itu pemerintahan diri sendiri, dengan perantaraan
pejabat-pejabat yang mewakili jemaat adalah satu-satunya tata gereja yang sesuai dengan
wujud Gereja Kristus.
Di dalam peraturan umum hanya di nyatakan bahwa badan-badan pengurus wajib
“memelihara ajran Gereja”, tetapi kurang di tekankan bahwa dalam segala hal Gereja
harus takluk dan taat kepada Alkitab. Orang proponen (bakal-pendeta) di wajibkan
berjanji bahwa selaku pendeta mereka akan menjunjung “ajaran yang menurut Firman
Tuhan telah di paparkan dalam pasal-pasal keesaan Gereja Hervormd Belanda bab 42,2
akan tetapi segera ternyata, bahwa rumus ini dapat di tafsirkan dengan dua arti.
Sebenarnya arti dan maksud janji ini ialah supaya proponen-proponen mengaku bahwa
ajaran Gereja yang di tetapkan di sinode Dordrecht itu perlu di junjung, oleh sebab sesuai
dengan Firman Tuhan; tetapi banyak proponen yang liberal mengartikan rumus itu secara
lain, yakni bahwa mereka akan menjunjung ajaran itu sesuai dengan Firman Allah.
3. Reaksi-reaksi pertama. Oleh sikapnya yang suam itu Gereja Hervormd sendiri pun
bersalah, karena menerima saja organisasi tahun 1816 yang di berikan kepadanya dari
atas. Yang menjadi perintis untuk gerakan pembangunan baru di Belanda, ialah pujangga-
pujangga willem Bilderdijk +1831 dan muridnya Isaac da costa, seorang Yahudi yang telah
bertobat dan menjadi seorang pengikut Yesus kristus yang gembira. Kitab da costa
keberatan-keberatan terhadap semangat zaman tahun 1823 menimbulkan amarah besar di
antara kaum liberal di Belanda. Gerakan reveil itu (penyadaran), nama perancis itupun di
pakai di Belanda bersifat ortodoks dan calvinis, dengan tekanan yang kuat pada
pelaksanaan iman dan pengududsan hidup.
Reaksi pertama terhadap organisasi tehun 1816 itu muncul dari pihak bagian
jemaat yang masih mengindahkan tradisi calvinis. Pada tahun 1827 seorang pendeta di
Den Haag, Ds. D. Molenaar, mengeluarkan suatu seruan kepada segala sudaraku yang
seiman dalam Gereja Hrvormd; dalam karangan itu ia menjelaskan kepada jemaat
bagaimana janji proponen di permainkan oleh banyak pendeta dan menunutut suatu
sinode besar, yang harus membereskan perkara itu. Pada tahun 1833 sinode menasehati
pendeta-pendeta liberal supaya mereka memperhatikan kemurnian ajarannya, akan tetapi
pada tahun berikutnya seorang guru besar theologi mengemukakan, bahwa pendeta-
pendeta tidak boleh lagi di ikt dengan surat-surat pengakuan calvinis yang dulu, dan pada
tahun 1835 sinode mengumumkan jawaban atas pertanyaan yang banyak tertidak-
tidaknya pelayan-pelayan gereja kepada pengakuan resmi, dengan menyatakan bahwa
sinode merasa dirinya tidak berhak dan berkuasa untuk mengammbil keputusan terhadap
pokok-pokok iman, sehingga tak mau menafsirkan atau mengubah rumus jannji porponen
itu.
Atas desakan seorang temannya, Ds. Scholte, yang sangat di pengaruhi oleh reveil
Swis, sehingga ia mencita-citakan suatu Gereja bebas hanya terdiri dari orang-orang
percaya sejati saja. Pada 13 0ktober 1834 majelis-majelis jemaat Ulrum memaklumkan
pemisahannya (Afchelding) dari Gereja Hervormd, yang di sebut Gereja palsu.
Groen van Prinsterer, yang dahulu berusaha memperbaiki segenap Gereja dengan
jalan yang sah, sudah putus pengharapannya dan mulai mendesak jemaat supaya melawan
badan-badan pengurus.
Kuyper menerima saja negara netral dari revolusi Perancis dan menghendaki
supaya di dalam masyarakat yang netral itu bagian rakyat yang calvinis membina
kebudayaan kristennya sendiri “di segala lapangan hidup”. Kuyper adalah seorang
pemimpin yang amat cakap dan kuat pendiriannya.
Tatkala pada tahun 1876 fakultas-fakultas theologi dari ketiga universitas negara di
ubah menjadi fakultas ilmu yang netral, kuyper mulai berusaha untuk mendirikan sebuah
“Universitas Bebas”, yang harus menjadi suatu benteng pertahanan melawan semangat
zaman yang liberal, dengan memakai tiga pasal keesaan itu sebagai dasar penuntutan
ilmu. Pada tahun 1880 sekolah tinggi baru itu di buka di Amsterdam. Kuyper menjadi
guru besar. Ia dan teman sekerjanya Dr. F.L. Rutgers merangkap jabatan penatua di
jemaat Hervormd Amsterdam.
Pada tahun 1885 terjadilah bentrokan itu. Majelis-gereja Amsterdam yang ortodoks
tak mau menerima dalam pangkat sidi sejumlah murid katekisasi dari pendeta-pendeta
moderen. Akan tetapi badan penerus Gereja propinsi dan sinode dan menuntut supaya
majelis Gereja Amsterdam menyerahkan surat-surat tersebut. Atas desakan Kuyper dan
Ruutgers majelis Gereja dengan segera memutuskan untuk mengubah beberapa pasal
dalam peraturan tentang penyelenggaraan milik-milik Gereja (14 Desember 1885), supaya
segala milik jemaat Amsterdam tetap dalam tangan golongan Kuyper, jikalau seandainya
terjadi pertikaian antara majelis Gereja dengan badan-badan pengurus yang lebih tinggi.
Dengan demikian gagallah maksud Kuyper, supaya seluruh jemaat Amsterdam menarik
diri dari organnisasi Gereja Hervormd, tindakan mana kemudian mudah-mudahan akan
di contoh oleh banyak jemaat lain. Pada 1 Des 1886 tuan-tuan yang di hentikan itu di pecat
oleh sinode dengan definitif, karena sinode memastikan bahwa dalam masa perantaraan
itu mereka sudah memisahkan dirinya dari Gereja dengan perkataan dan perbuatannya.
Beberapa jemaat lain pun melaksanakan reformasi, kuyper mengharap supaya segala
majelis Gereja tak mau supaya anggota-anggota jemaat memaklumkan bahwa jabatan-
jabatan dalam jemaatnya sudah terluang dan mereka sendiri akan memilih majelis-gereja
baru, berdasarkan jabatan orang percaya.
Akan tetapi maksud dan harapan terakhir Hoedemaker adalah lebih tinggi. Ia
mengidam-iadamkan perbaikan segenap Gereja, supaya Gereja itu dapat pula memimpin
dan memberkati segenap kehidupan rakyat, dengan pengakuannya. Di sini muncul lagi
ciita-cita theokrasi Calvin. Segenap Gereja dan segenap rakyat. Itulah semboyan
Hoedemaker.
Cita-cita negara Gereja Calvin telah pecah pada kuyper dan Hoedemaker, menjadi
dua pendirian yang bertentangan. Seperti seorang nabi,ia mengerahkan segenap rakyat
Kristen Belanda untuk bertobat dan takluk kepada Raja Kristus, tetapi oleh sebab
pribadinya kurang kuat, pegaruhnya hanya sedikit. Sebaliknya, Kuyper sebagai pahlawan
yang gagah di lapangan Gereja, politik dan masyarakat, dapat menggembirakan beri-ribu
orang.
9. Gereja Hervormd dari tahun 1900-1940. Pada tahun 1900 Prof. Gunning, pemimoin
theologia ethis, mulai memihak kepada dan membantu Hoedemaker, yang olehnya
gerakan reorganisasi di perdalam dan di perluas. Di samping itu didirkan juga
“Gereformerde Bond untuk menyebarkan dan mempertahankan kebenaran dalam Gereja
Hervormd-Belanda”.
Sejak tahun 1900 banyak usul telah di kemukakan kepada sinode dari berbagai
pihak untuk membereskan pertikaian Gereja. Golongan liberal atau “vrijzinning” yang
telah berorganisasi dalam “vereniging vanVrijzinning Hervormerd” sejak tahun 1913 dan
beberapa saudara yang beraliran ethis, mengusulkan supaya mengadakan perwakilan
yang beribang dalam badan-badan Gereja bagi semua aliran.
Sesudah peran dunia pertama, pengaruh “theologia Firman” karl Barth dengan
kawan-kawannya membaharui cita-cita rreorganisasi. Tatkala suatu rancangan
reorganisasi yang rapi telah di tolah oleh sinode pada tahun 1929 dengan 10 lawan 9 suara,
terbentuklah dua perhimpunan untuk mengusahakan pembaruan organisasi Gereja
Hervormd, yakni kerkheste (“pemulihan Gereja”,1930, dari pihak sayap kanan)dan
“kerkopbouw”(“pembangunan Gereja”, 1931).
10. Gereja di Belanda sejak tahun 1949. Perlawanan terhadap ajaran dan praktek
nasional-sosialisme selama pendudukan Belanda oleh jerman dari tahun 1940 sampai 1945
akhirnya memmberikan kepada Gereja Hervormd apa yang tak sanggup di capai manusia
dalam satu abad lebih. Semua aliran bersatu dalam perjuangannya untuk membela Firma
Tuhan terhadap jiwa dan kuasa kekafiran moderen itu. Pada umumnya lahirlah kembali
kesadaran bahwa Gereja tak boleh dinamakan “Gereja”, jikalau ia tidak berpengakuan.
Sekarang sudah terang kepada semua aliran dalam Gereja, bahwa wujud dan
amanat Gereja yang baru disadari kembali itu, tidak sesuai dengan organisasi tahun 1816.
Dengan hampir suara bulat sinode menerima suatu usul untuk mengadakan “sinode
besar”, yang terdiri dari 45 anggota, yaitu seorang wakil dari tiap-tiap klasis, sehingga
benar-benar menjadi pewakilan seluruh Gereja dan bukan badan pengurus administrasi
saja.
Di gereja-gereja Gerevormerd terjadilah selama perang dunia suatu konflik baru
mangenai suatu baptisan dan hukum Gereja, tetapi yang juga berkaitan dengan pelbagai
pertentangan-pertentangan pribadi. K. Schilder menyanggah pendapat Abr. Kuyper
tentang baptisan, yaitu seakan-akan baptisan itu di berikan berdasarkan kelahiran
kembali yang di andaikan. Schilder mengemukakan terhadap ini, bahwa baptisan itu
memateraikan janji-janji Allah, lepas dari keterangan apapun yang ada pada orang
baptisan itu. Sinode atau sidang raya menuntut supaya schilder tunduk kepada keputusan
sinode itu. Schilder pun membebaskan dirinya pada tahun 1944, dengan mengandalkan
kepada pasal 31 peraturan gereja dari Dordrecht (kerkorde van Dordrecht).
BAB 54
Pada pertengahan abad ke XIX muncullah perselisihan dalam badan N.Z.G di belanda
karena banyak anggota merasa bahwa perhimpunan mereka sudah terlalu dipengaruhi
oleh semangat modernisasi sehingga semboyan N.Z.G damai oleh darah salib kurang
dijunjung dalam praktek pekerjaan utusan N.Z.G di Indonesia anggota di antaranya Mr.
Groen van Prinsterer menuntut supaya N.Z.G mengutamakan pertobatan kaum beragama
suku dan bukan pengembangan peradaban barat.dengan demikian terbentuklah dua
perhimpunan zending yang baru Naderlands Zendingsvereniging pada tahun 1858, yang
mulai mengabarkan injil dijawa barat tahun 1862 dan disulawesi tenggara 1915 dan
utrechtse zendingsvereniging pada tahun 1859 yang bekerja di irian 1863 Halmahera 1866
dan buru 1885. Usaha dalam pekabaran injil dijawa timur tahun 1848 di poso 1890 dan di
antara suku batak karo di beli 1890 sangat indah.
Untuk membantu usaha pekabaran injil dengan cara yang baru, yang lebih murah dan
yang mudah lebih besar hasilnya, maka tahun 1847 di bentuk perhimpunan “penginjil
tukang”oleh Ds. OG. Heldring ialah supaya utusan injil itu bekerja selaku tukang atau
petani untuk penghidupannya sendiri sambil melayani dan memberi teladan bagi suku
bangsa yang beragama suku dan di samping pekerjaan itu mereka boleh mengabarkan
injil dengan leluasa. Mereka lebih gampang menarik hati kaum beragama suku daripada
pendeta biasa dan mereka itu lebih bebas dalam menentukan tempat dan cara penginjilan
mereka pendapat heldring “bapa Gossner”
2. Gereja protestan. Sejarah dan perkembanga beberapa gereja Indonesia pada abad ke
XIX dan sampai sekarang. Yang menjadi lanjutan jemaat VOC kembali pemerintah
belanda ke Indonesia pada tahun 1816, raja Willem I merasa bahwa kewajiban Negara
untuk memperhatikan nasib gereja secara resmi. Pada masa itu jemaat protestan tidak
sanggup menyusun organisasinya dan menyelenggarakan keperluan jasmaninya sendiri.
gereja protestan diurus dan dipimpin oleh pemerintah seperti gereja Hervormd di belanda
pada pimpinan di Jakarta.
Di minahasa pekerjaan N.Z.G dimulai oleh Riedel dan Schwarz dan yang diteruskan
oleh banyak pendeta lain. Sehingga hampir segenap suku minahasa masuk Kristen 380.000
jiwa mula mula N.Z.G membiayai gaji para pendeta dan penolongnya. Kaum Kristen
diterima dalam gereja protestan tahun 1870. Hanya sekolah dalam urusan N.Z.G Sampai
tahun 1933.
Di bolaag Mongondow sudah terasa pengaruh sending diminahasa selama abad yang
lalu tahun 1904 ditempatkan pendeta N.Z.G di mongondow sehabis perang dunia kedua
jemaat merupakan G.M.I B.M. yang berdiri sendiri. di kepulauan timur N.Z.G
menyelenggarakan jemaat Kristen didaerah kupang dan di rote tahun 1820, pekerjaan
banyak diselangi oleh masa “dibiarkan saja, tidak dipedulikan”. Mulai + tahun 1875
pendeta menjadi hulpprediker dan jemaat ditimur rote dan sawu masuk gereja protestan.
Ke empat bagian gereja protestan juga maju menuju kedaulatan gereja diminahasa
maaluku dan timur yang berdiri sendiri dibentuk berturut-turut pada tahun1934, 1935
dan 1947, tetapi mulanya masih takluk pada sinode umum. Gereja protestan bergumul
dengan soal bagaimana keempat gerejanya dapat berdiri sendiri masing-masing, tetapi
dengan memelihara kesatuan kesimpulannya diperoleh dalam sinode di bogor 1948, yaitu
gereja protestan di Indonesia bagian timur berdiri sendiri sepenuhnya tetapi sekali dalam
tiga tahun mereka bertemu dalam sidang gereja Am dan di samping itu dibentuk suatu
badan pekerja Am, agar dengan jalan demikian kesatuan dan kerjasama terjamin. Di
dalam masalah pengakuan tatagereja dan tatakebaktian keempat gereja berusaha
mengejar dan mewujudkan keesaannya itu.
Dijawa timur injil mulai di khotbahkan di antara orang jawa pada pertengahan abad yang
lalu oleh dua orang yang bukan pendeta resmi Coolen seorang eropah peranakan
memberitakan injil kepada orang kampong yang bekerja di dalam kebunnya, yang
berlainan dengan coolen mengajak orang jawa yang bertobat oleh khotbahnya supaya
hidup menurut adat eropah. Pendeta Jellesma mengumpulkan orang Kristen jawa dalam
sebuah desa Kristen yang dinamai Mojowarno. Di kemudian hari malanglah yang menjadi
pusat yang kedua dengan rumah sakit besar sukun dan sekolah pendeta bale Wyata.
Gereja jawa timur yang mempunyai 65.000 anggota. Telah berdiri sendiri tahun 1913
semenjak itu pendeta belanda tidak memimpin lagi melainkan menjadi penasihat dan
penolong.
Gereja jawa tengah selatan 25000 jiwa sudah lama di didik untuk memimpin dirinya
sendiri. zending Gereformeerd menyelenggarakan lapangan pekerjaan dengan banyak
pekerja yang cakap. Gereja ini telah bergabung dengan jemaat Kristen dari sending
salatiga dijawa tengah utara, yang beranggota 7000 orang. gereja jawa tengah
mengusahakan pemberitaan injil diantara kaum kolonis jawa di sumatera selatan.
Di pasundan lebih kuat islam menguasai batin rakyat dan masyarakat umum. Masuk
Kristen berarti dibuang keluar dari persekutuan penduduk. Tetapi dengan demikian
mereka tak dapat memberi kesaksian tentang kristus di tengah bangsa. Gereja pasundan
sudah mendapat dasar yang teguh dan berkembang perlahan-lahan 7000 anggota.
Di seluruh jawa, gereja harus berjuang pada dua front melawan pengaruh sekularisasi
modern dan terhadap kuasa islam yang bertambah berani tampil kemuka pada masa yang
mutakhir. Yang terkenal ialah golongan yang mula-mula dipimpin oleh sadrach pada abad
yang lalu. Oleh karena itu gerakan mereka tidak disetujui pemimpin zending. Sekarang
pengaruh mereka sudah hampir hilang akan tetapi soal yang tetap muskil ialah
bagaimana injil harus di jelmakan ke dalam bentuk jawa tulen.
Salah satu keuntungan yang didatangkan oleh masa perang ialah bahwa gereja terpaksa
belajar mengurus dirinya sendiri. tentu saja sudah perang proses ini berlangsung terus
gereja yang sudah mempunyai sinode sendiri belum perang. Kini memilih pendeta
Indonesia untuk semua pangkat yang terdiri di dalam badan gereja. Pekerja asing itu
sekarang hanya diutus diatas undangan gereja di Indonesia dan mereka bekerja di mana
dan selama dikehendaki oleh jemaat Indonesia sendiri. biasanya dalam tugas istimew
hampir segala gereja yang belum berdaulat dengan resmi sebelum perang berturut berdiri
sendiri juga sumba 1946 timur sangir dan poso 1947 Halmahera 1949 dan bolaang
Mongondow 1950.
Latihan pendeta secara seksama memang merupakan kebutuhan yang paling penting bagi
pembinaan gereja muda.sekolah theologia tinggi yang dibuka di Jakarta mula-mula
beberapa tahun di bogor sebelum perang terutama atas inisiatif dan ikhtiar Dr, H.
Kraemer besar artinya sebagai latihan untuk bakal pemimpin gereja. Sekolah ini
yang sejak tahun 1954 berderat sekolah tinggi theologia. Dan fakultas theology dari
universitas nommensen di pematang siantar menyelenggarakan pendidikan theologia atas
taraf universiter. Pengajaran theology di sekolah pendeta yang lain diperluas dan
diperbaiki sesudah perang umpamanya di sipolohan batak kini di pematang siantar
Yogyakarta. Malang bale wyata, Banjarmasin, ambon, tomohon. Untuk gereja di seluruh
bagian timur Indonesia didirikan sekolah theologia di makasar.
Cita-cita kesatuansangat kuat di antara gereja di indonesiateristimewa pada zaman yang
akhir ini. semenjak permulaan abad ini memang sudah terdapat kantor perwakilan
sending dijakarta yang dibentuk dengan pertolongan lembaga alkitab belanda dan
dibawah urusan dewan pekabaran injil belanda sejak tahun 1946. Jasa biro konsul zending
itu sungguh besar karena membantu gereja dalam segala hal ihwal, terutama dengan
mewakili dihadapan pemerintah.
Boleh kita simpulkan bahwa Indonesia adalah suatu daerah pekabaran injil yang diberkati
Tuhan dengan hasil yang indah dan besar atas penaburan bibit firman Tuhan. jumlah
orang Kristen prostestan sudah 13 juta lebih akan tetapi jangan kita lupa di tengah 150
juta penduduk. Jadi tugas sending gereja muda dibenua ini masih amat luas dan berat.
Bukan saja sisa kaum kafir yang tidak beberapa banyak yang perlu mendengar kabar
kesukaaan tetapi juga kaum muslimim yang besar, yang merupakan benteng agama yang
sukar rakyat jelata. Yang harus ditaklukan untuk kristus tetapi jugadan terutama para
pemimpin masyarakat, kaum cendekiawan, golongan atas tengah.
Pelaksanaan tugas raksasa selayaknya jangan hanya dijalankan dengan perkataan saja,
tetapi juga dengan perbuatan. Segala usaha pekabaran injil yang sudah mulai pada masa
dulu hendaknya dilanjutkan bahwa harus ditambah. Penterjemahan Alkitab kedalam
bahasa daerah oleh ahli lembaga bahasa alkitab yang sudah menjadi suatu berkat rohani
yang tak terkatakan besar. Harus terus diusahakan dengan rajin perawatan orang sakit
tetap menjadi suatu jalan yang indah untuk menyatakan belas kasihan dan pertolongan
tuhan Yesus terhadap semua yang cacat tubuhnya. Pengajaran dan pendidikan orang
Kristen sekali tak boleh diabaikan oleh gereja. Gereja Kristen tentulah dapat
mengusahakan lembaga sendiri untuk melayani rakyat dan untuk menjadi kesaksian
tentang Yesus Kristus dan tanda kerajaan Allah yang datang (misalnya Universitas Kristen
Indonesia di Jakarta, Universitas Nommensen di sumatera utara dan Universitas Satya
wancana di salatiga). Tanggung jawab dan tugas gereja terhadap kekurangan dan
kebutahan sosial dalam masyarakat, adalah perkara yang penting saja suatu usaha yang
baru, ialah rancangan pertolongan bagi penduduk kampong yang perlu dibantu
dalamperdagangannya untuk memperbaikin perekonomiannya dan mempertinngi derajat
hidupnya disegala lapangan. Dengan segala jalan dan daya upah ini gereja Yesus kristus
mau bergumul untuk merebut jiwa raga bangsa Indonesia dari cengkeraman kegelapan
rohani dan jasmani supaya dalam keselamatan yang satu-satunya dapat dikenali dan
ditempuh oleh segenap rakyat.
BAB 55
Suasana yang baik itu terus dipergunakan oleh Paus Pius VII untuk merebut
beberapa keuntungan politik. Pada tahun 1814 ia mendirikan dan mensahkan kembali
ordo Yesuit. Perbuatan itu adalah bukti yang nyata, bahwa Gereja Roma mau meneruskan
jalan yang diirintis oleh trente, menuju kepada pemerintahan mutlak Paus.
Terjadi pemberontakan yang hebat seperti di Prusia yang Protestan itu dalam pertikaian
Gereja Koln. Tatkala negara menuntut supaya dalam nikah campuran anak –anak harus
ikut kepercayaan bapa, maka khatolik menolak peraturan itu.
Berkat revolusi riberal dari tahun 1848, Gereja Katolik Roma dapat melepaskan
diri dari berbagai rintangan yang tertalian dengan perwalian negara dalam masa sebelum
tahun itu. Walaupun demikian, paus Pius IX yang amat kuat dan aktif, sangat berpolitik
anti liberal, karena pengalamnya yang kurang menyenangkan dalam Negara Gereja.
Disana tetap terdapat kebencian yang keras terhadap sikap reaksioner Gereja K.R.
ordo Yesuit sudah dibubarkan (1800), semua pengaruh gereja disingkirkan dari
pengajaran, dan akhirnya pada tahun 1905 segala milik gereja dinyatakan menjadi
kepunyaan negara, milik-milik itu hanya dipinjamkan oleh negara kepada perhimpunan-
perhimpunan agama.
Guru besar Hermes di Bonn di Jerman Barat mau membangun ilmu theologi di
atas dasar filsafat Kant akan tetapi segera Hermesianisme itu ditolak dengan keras oleh
pemimpin-pemimpin Gereja. Yang pandangan bahwa Reformasi adalah perintis zaman
moderen, bahkan sejiwa dan setujuan dengan anggapan-anggapan moderen itu. Demikian
materialisme dan kebebasan kata hati.
Pada abad ke-XIX gereja Katolik Roma meneruskan dengan konsewensi jalan yang
telah dipilihnya di Trente. Hal itu sungguh menyedihkan dan mengejutkan. Kehidupan
dan kegiatan baru yang diperlihatkannya dalam abad itu, tidak membawa kembali kepada
Alkitab saja dan ramatnya.
BAB 56
SEKTA-SEKTA/BIDAT-BIDAT
1. WUJUD SEKTABuku ini mau menguraikan sejarah gereja dan bukan sejarah sekta-
sekta, akan tetapi oleh karena gereja sering dipengaruhi oleh sekta-sekta itu, maka perlu
kita membahas dengan pendek gejala sekta itu. apalagi, dalam perkembangan gereja
sudah banyak kita bertemu dengan bermacam-macam sekta, seperti montanis, donatis,
albigens, anabaptis, dan sebagainya.
Wujud sekta atau bidat lebih gampang kita merasakannya dari pada merumuskannya.
Bagi banyak anggota gereja nama sekta itu bercorak hina saja, tetapi pada hakekatnya,
jika ditinjau dari sudut historis, tak boleh demikian. Sekta-sekta ialah semua persekutuan
kristen (yang kecil), yang dengan sengaja memisahkan dirinya dari gereja-gereja (yang
besar), oleh sebab pada pendapatnya gereja-gereja sudah mengabaikan beberapa pokok
yang penting dari kepercayaan kristen. Pokok-pokok pengakuan itu dijunjung oleh sekta-
sekta, sehingga mereka menganggap dirinya suatu pernyataan yang lebih murni dan
sempurna dari jemaat kristen dibumi ini. Akibatnya ialah bahwa unsur-unsur iman
kristen tadi sangat ditekankan mereka secara berat-sebelah, misalnya: hal pertobatan dan
pengudusan hidup;karunia-karunia berkata-kata dengan bahasa roh; penantian akan
datangnya kembali Tuhan; keasinga gereja di tengah-tengah kuasa-kuasa dunia ini, dan
sebagainnya. Memang dalam segala hal ini gereja-gereja sering alpa dan berkekurangan.
Namun sekta-sekta itu sendiri juga banyak sedikitnya telah melepaskan keseluruhan
kesaksian Alkitab, sehingga theologianya dan praktek kesalahannya biasanya
membengkokkan kebenaran injil.
Meskipun sudah ada sekta sejak permulaan sejarah-sejarah gereja, namun barulah pada
abad ke-XIX sekta-sekta mulai timbul dimana-mana, teristimewa di inggris dan amerika.
Pada abad ke-XIX, asa toleransi dijunjung oleh hampir semua negeri Eropah, sehingga
abad ini menjadi zaman kejayaan sekta-sekta.
2. ORANG ADVENTIS
Penantian akan datang datang kembali (“advent”) Tuhan Yesus kristus dengan segera,
yang diutamakan oleh banyak sekta, membawa william miller di Amerika kepada
perhitungan yang teliti tentang saat berlakunya peristiwa yang hebat itu, meskipun Yesus
sendiri telah mengatakan bahwa tidak ada seorang yang mengetahui hari dan ketika itu.
menurut miller, kristus mau datang kembali antara 21 Maret 1843 dan 21 Maret 1844.
Salah satu golongan Adventis yang paling penting, ialah “Adventis hari ketujuh” (seventh
day adventists”; ing.) atau “sabbatis”, yang menganggap bahwa dosa besar gereja ialah
membuat hari minggu/hari pertama menjadi hari istirahat sebagai ganti hari sabat. Lain
sifat istimewa sekta adventis ialah: mereka percaya bahwa sesudah mati, tubuh dan jiwa
manusia tidur sampai kepada hari kebangkitan, sesudah mati, tubuh dan jiwa manusia
tidur sampai kepada hari kebangkitan, bahwa kristus telah membangun kerajaan seribu
tahun didalam surga sebelum hari kiamat yang akhir dan bahwa semua orang yang tak
percaya akan ditiadakan.
3. SAKSI-SAKSI YEHOWA
4. GERAKAN PENTAKOSTA.
Sungguh menggembirakan, bahwa gereja dimasa ini sudah mau membuka telinganya
bahwa seruan roh kudus, yang disampaikan kepadanya melalui sekta-sekta itu. beberapa
gereja mulai memberi kelapangan kepada penyembuhan melalui doa dan iman. Gereja
mencari hubungan dengan golongan-golongan masyarakat yang sudah membelakanginya,
misalnya ordo-ordo protestan, yang mau mewujudkan cita-cita sekta didalam lingkungan
gereja sendiri dengan cara-cara yang dapat dipertanggungjawabkan, misalnya dijerman
(Evangelische Michaelisbruderschaft), skotlandia (ionacommunity), perancis (biara
protestan di taize) dan swia (biara wanita protestan di granchamps).
BAB 57
1. Keadaan politik
Sehabis perang dunia pertama (1914-1918), mula-mula timbullah semangat optimisme dan
idialisme, yang sebenarnya adalah lanjutan semangat abad ke-XIX. Demokrasi dan
sosialisme dijunjung tinggi; orang berharap bahwa sekarang dunia menuju kepada zaman
keadilan, kemakmuran dan damai. Mudah-mudahan segala negeri mau membuang
senjatanya bdan takluk kepada perserikatan bangsa-bangsa.
Demokrasi dan sosialisme sekarang ini juga berkuasa dinegeri-negeri yang menurut
sejarah dan tabiatnya kurang bersedia untuk memakainya: jerman, Australia dan Rusia.
diJerman kerajaan mengakibatkan suatu perkara yang baik, yakni kebebasan gereja sama
sekali dari negara. Kira-kira pada tahun 1930, keadaan krisis dan meleset berkembang
seluruh Eropah dan lebih luas lagi. Italia yang mula-mula melaksanakan pandangan ini.
Sudah sejak tahun 1922 tatanegara demokrasi diganti dengan bentuk negara “fasis”. Dan
dijerman, yang paling menderita oelh karena kemelaratan asas “pemimpinnya” dan
tatanegara totaliter (sejak tahun 1933) sebagai suatu pembebasan yang besar. Tetapi juga
dinilai-nilai negeri mala-kelamaan semangat nasionalisme menang atas cita-cita
demokratis. Semangat itu bertambah kuat lagi di eropah oleh karena peran dunia yang
kedua pada umumnya dan pendudukan musuh pada khususnya. Di Asia dan di Afrika tak
kurang juga meningkatkannya semangat kebangsaan itu disebabkan perjuangan
memerdekakan diri dari Eropah.
2. keadaan rohani
Sebelum perang dunia pertama, ilmu pengetahuan sudah mulai melepaskan pandangan
hidupnya dan naturalisme dan materialistis. Agaknya ilmu dan iman dapat diperdamaikan
juga. Dimana-mana orang menjunjung kerohanian kembali. Tetapi perubahan itu tidak
bearti bahwa dunia barat kembali kepada Firman Tuhan. Lapisan bawah masyarakat
semakin hari semakin mengasingkan diri dari gereja, disebabkan propaganda
sosialis.banyak orang mengangap bahwa gereja turut menyebabkan timbulnya krisis
ekonomi dan keruntuhan peradapan barat. Sebab itu orang semakin banyak
membelakangi gereja.
Pada masa idealisme baru itu, tak lama kemudian pada masa pessimisme dan putusan asa
baru, hasil besar bagi agama tidak dipungut oleh gereja, melainkan oleh pelbagai aliran
rohani yang tidak bertumpu kepada injil. Sejak tahun 1700, kebudayaan eropah telah
melepaskan dirinya dari kuasa firman Allah, lalu mendasarkan kepercayaan kepada
dunia, kepada manusia dan akalnya, kepada roh dan zat benda, dan sebagainya
denganrupa-rupa jalan. Sekarang kebudayaan barat itu sedang kehilangan kepercayaan
kepada kekuataan dirinya sendiri. Akan tetapi manusia tidak kembali dari dunia kepada
Tuhan, melainkan tetap mendewakan dunia saja.
Sudah barang tentu bahwa jika theologia abad ke-XIX undur dengan perlahan-lahan saja
dan sampai kini belum mati. Tetapi umumnya boleh dikatakan bahwa gereja kembali
kepada sumber Alkitab yang hidup dibidang oleh pembaru-pembaru gereja yang besar.
Persintuhan demikian berlaku dijerman, karena disanalah golongan yang menyebut
dirinya “kristen jerman” mencita-citakan suatu kekrestenan yang sesuai dengan sifat
bangsa jerman. Untuk itu mereka mau membuang segala hal dalam injil, yang tidak cocok
dengan tabiat jerman itu.
Pada masa perang tahun 1914-1918 gereja K.R. dan terutama paus mengusahakan banyak
amalan guna orang tawanan, orang luka dan kurban perang lainnya. Oleh sebab itu paus
benedictus XV (1914-1922) dihormati umum, tetapi ia tidak berhasil memegang perana
penting dalam komperensi perdamaian sehabis perang. Dibawah pemerintahannya
dibaharui hukum gereja katolik Roma. Pada tahun 1918 mulailah dijalankan kitab hukum
gereja yang baru, yang memang mempunyai kuasa ilahi bagi umat K.R. didalam relasinya
gereja dan negara dirumuskan dengan hati-hati benar.
Eugenio pacelli menjadi paus pius XII (1939-1958). Amat penting keputusannya pada
tahun 1945 untuk mengisi lowongan-lowongan golongan kardinal, dengan melantik
teristimewa bukan orang yang hukan italia untuk jabatan yang tinggi itu, sehingga
pengaruh besar italia didalam pemerintah gereja banyak surut. Paus joannes XXIII telah
memanggil suatu “konsili oikumenis” yang baru, supaya bersidang pada tahun 1962.
Dengan ini mulailah muncul suatu pembaharuan yang besar berkenaan dengan hidup
iman dan panggilan gereja untuk memberitakan injil dalam dunia medern.
5. Rusia
Revolusi Bolsyewik dirusia pada tahun 1917 mengakibatkan terbentukntya suatu negara
bagian komunis menurut rancangan Marx, jadi atas dasar materialis srtheis. Agama
diterangkan sebagai candu bagi rakyat dan gereja sebagai suatu kuasa kontra-
revolusioner. Kebencian yang hangat dari penguasa-penguasa baru terhadap gereja rusia
ortodoks ada juga sebab dan dasarnya. Selaku gereja negara dahulu, gereja selalu menjadi
kaki tangan dan lembaga propaganda dari pada pemerintahan lalim tsar-tsar.
Pada tahun 1918 dilaksanakan perpisahan gereja dan negara dan penyitaan segala milik
gereja. Semenjak itu pengaruh gereja direbut satu-persatu, sampai akhirnya propaganda
agama apa saja dilarang pada tahun 1930. Sejak tahun 1942 ketegangan antara negara
dan umat kristen sudah banyak kendur. Pada tahun itu tentara-tentara jerman telah maju
sampai kedaerah pendalaman rusia. Orang berduyun-duyun masuk gedung-gedung gereja
untuk berdoa dan membaca misa guna orang mati. Pemerintah sovyet terpaksa
membiarkan saja perkobaran baru api agama yang memang tidak padam jiwa manusia.
beberapa tanda bahwa gereja rela menyediakan dirintya dipergunakan untuk maksud itu,
tak kurang dari zaman tsar-tsar.
6. gereja oikumenis
Dalam sejarah yang panjang, gereja yang esa sudah terpecah belah menjadi banyak-
banyak gereja. Sering kali orang kristen merasa dirinya terpaksa bercerai, oleh karena
mereka tidak setuju lagi tentang kebenaran Tuhan yang dinyatakan dalam injil. Usaha
untuk merapatkan kembali bagian-bagian gereja sedunia dimuali oleh perserikatan-
perserikatan pemuka kristen internasional dan oleh pekabaran injil sedunia, dibawah
pimpinan John Mott seorang amerika yang menjadi menganjur dan pahlawan besar untuk
sending dan evangelisasi diseluruh dunia (1955). Sejak tahun 1910 sudah terdapat gerekan
lain lagi, yang tidak hendak mencapai kerja sama gereja-gereja dilapangan praktek,
melainkan kemajuan kesatuannya didalam iman dan tatagereja. Gerakan ini timbul
karena diantara orang Anglikan diamerika.
Pada tahun 1939 diadakanlah suatu konperensi sedunia untuk kaum pemuda kristen di
amsterdam (1600 hadirin), dimana pimpinan-pimpinan gerakan pemuda dari banyak
negeri mendapat kesempatan untuk saling mengenal dan untuk mempelajari hasil-hasil
konperensi-konperensi di oxford dan edinburg. Kemudian diadakan lagi konperensi
pemuda-pemuda seperti itu di oslo dan di travankore.
Kemudian dari tahun 1948 mulailah babak baru dalam usaha oikumenis; terjadilah
konsolidasi dari apa yang sudah tercapai. Komperensi mengenai “iman dan tatagereja” di
lund pada tahun 1952 mengakhiri suatu masa penyelidikan tentang soal bagaimanakah
gereja-gereja dapat melangkah bersama-sama kearah pean baru.
7. pembaharuan theologia
Ahli filsafat agama jerman rudolph otto menerbitkan sebuah kitab pada tahun 1917, yang
beralamat “yang kudus”. Dalam kitab ini ia mengemukakan bahwa agama bukanlah suatu
gerakan jiwa yang besar dalam manusia sendiri, sebagaimana anggapan umum sejak
schleiermacher. Dalam kitab itu ia masih kuat dipengaruhi oleh luther dan kierkegaard.
Dengan rendah hati ia memaklumkan bahwa karangannya itu tak lain dari suatu
“keterangan dipinggir” saja, tetapi pada hakekatnya kitabnya merupakan suatu serangan
yang hebat terhadap usaha theologia abad ke-XIX untuk meyesuaikan Firman Allah
kepada manusia.
Sesudah tahun 1960, muncullah dieropah dibidang theologia suatu generasi yang lebih
muda, yang padanya umumnya tidak lagi tertarik kepda cara berpikir sistematis orang-
orang besar dari dasawarsa yang lampau. Juga negeri belanda mengalami segala pengaruh
ini. Kedua theologia asli belanda pada masa ini tentulah o. Noordmans (1956) dan A.A van
ruler (1970) van ruler menolak cara berpikir kristosentris dari barth dan lebih
menekankan fungsi tersendiri roh disamping kristus, dan didalam fungsi ini khususnya
aspek-aspek politik; jadi dengan itu ia memperbaharui cara berfikir theokratis
hoedemaker.\
Lagi seorang sarjana theologia yang berpengaruh sekarang, ialah reinhold nicbuhr lahir
pada tahun 1892, yang mengajar di union theological seminary di new york dan yang
menjadi pimpinan bagi banyak orang, yang menginginkan suatu pembaharuan hidup
rohani atas dasar Alkitab selaku pengganti optimisme yang dangkal buat kemajuan
peradapan manusia. dibelanda masih tampak perbedaan yang mendalam antara golongan-
golongan ortodoks dan liberal didalam gereja. Dalam abad ini, karena pengaruh dua orang
guru besar di leiden, yakni roessingh (1926) dan heering (1955), sudah terbit aliran
“liberal-kanan”, yang jatuh lebih mementingkan kenyataan-kenyataan dosa, rahmat,
penebusan, dan dengan demikian juga oknum kristus, dari pada modernisme abad ke-
XIX. Rasanya seakan-akan pada masa depan akan bertumbuh suatu persetujuan yang
lebar dan dalam mengenai pokok-pokok asasi iman kristen; usaha theologia dari D.G.D.
menajdi suatu pernyataan dan suatu dorongan yang kuat terhadap perkembangan ini.
BAB 58
Tiga konperensi Sending sedunia yang besar, yang diadakan di abad ini. Ketiganya itu
diketuai oleh penganjur gerakan oikumenis dan Sending yang mulia, Dr. John Mott, selaku
ketua Dewan Pekabaran Injil Internasional (I. M. C. Internasional Missionary Council).
Jasanyab untuk organisasi, pergabungan, dan kemajuan pekerjaan Sending adalah luar
biasa besarnya.
Kedua, diadakan diatas bukit Zaitun, Yerusalem pada tahun 1928. Disini berkumpul 250
utusan, diantara 50 lebih utusan asli dari daerah-daerah Sending sendiri. mereka mewakili
Gereja-Gereja yang didirikan di daerah Sending itu. di Yerusalem istilah “Gereja-gereja
muda” mulai dipergunakan. Relasi Sending menjadi relasi antara Gereja tua-Gereja
muda.
Ketiga, konperensi Sending sedunia ketiga diadakan di Tambaram, Madras, India. Disitu
berhimpun 182 wakil-wakil dari Gereja-Gereja pengutusan dan 189 wakil Gereja-Gereja
muda. Muktamar melepaskan perbedaan lama antara daerah-daerah Gereja dan daerah-
daerah Sending.
Keempat, Sending yang keempat ini diadakan di whitby, Canada pada tahun 1947, selama
perang dunia kedua banyak Gereja muda mengalami penindasan dan penganiayaan;
justru itu karena gereja-gereja itu sudah lebih menyadari tugas bersaksi mereka sndiri.
Kelima, konperensi kelima ini terjadi di Willingen, Jerman pada tahun 1952. Negara-
negara baru di Asia mengakui kebebasan beragama, tetapi oleh karena disebabkan
nasionalismenya . Sending sedunia mendapat pukulan hebat, tatkala semua utusan luar
negeri dipaksa meninggalkan kelompok.
Keenam, yang keenam ini dilakukan di Ghana, Afrika Barat (permulaan 1958, keputusan
yang penting ialah 1. Dibentuk dana Pendidikan Theologia untuk memajukan pelajaran
theologia di Asia, Afrika dan Amerika-Selatan; 2. Secara asasi sudah disetujui untuk
menyediakan peleburan Dewa Gereja-gereja sedunia dan Dewan Sending Internasional; 3.
Untuk cabang Asia Timur diangkat tiga orang panitera.
Sending sedunia ini terlibat dalam peralihan kepada suatu babak baru, diantaranya: 1.
Gereja-gereja Barat dan Timur bekerja sama untuk memenuhi pesan sending yang
dipercayakan kepadanya; 2. Supremasi (kuasa) barat atas dunia yang bukan barat sudah
berakhir di Asia dan Afrika; 3. Suatu pertemuan sejati antara agama Kristen dengan
agama-agama besar lainnya tidak dapat dihindari lagi.
2. Timur-Jauh
Timur- jauh ini adalah semua negeri Asia dari India hingga Tiongkon dan Jepang.
Dibenua itu terdapat kebudayaan tinggi dari zaman purbakala, disertai dan dipikul oleh
agama-agama yang mulia seperti Hindu di India, agama Konfutse di Tiongkok, agama
Shinto di Jepang, dan agama Buddha diseluruh Asia-Timur. Terhadap segala kebudayaan
agama yang mendalam itu boleh dikutip perkataan Paulus, bahwa mereka “Menyembah
makhluk dengan melupakan penciptanya” (Roma 1:25). Peradaban dunia mulai meresap,
diantara bangsa-bangsa ketimuran itu bangkitlah perasaan kesadaran diri. Pertemuannya
dengan dunia barat yang berbeda itu membangun kasih baru terhadap tanah air dan milik
rohaninya sendiri.
Sikap baru terhadap barat itu memang medatangkan kesusahan bagi Gereja
Kristen dibenua-benua timur. Kekristenan di curigai karena dari barat. Sekarang Sending
dan Gereja-Gereja muda wajib membuktikan, bahwa Alkitab dan Gereja adalah hal-hal
yang supranasional, yaitu mengatasi perbedaan bangsa-bangsa. Mereka seboleh-bolehnya
berusaha untuk menjauhkan diri dari asalnya yang terdapat di barat supaya dunia timur
yakin bahwa kepercayaan Kristen sekali-kali tidak perkara berat saja. Pemakaian nama
Kristen di negeri Timur-Jauh lebih besar artinya dibandingkan dengan Eropah; dan
ditimur pengaruh Gereja jauh lebih luas daripada golongan pengaku-pengaku sejati.
3. Timur-Dekat
Nama ini dipakai untuk negeri-negeri dari Iran (Persia) sampai Mesir, daerah-daerah ini
merupakan suatu kesatuan rohani, Afrika-Utara pun termasuk kesitu. Disini kita berada
dalam suasana yang berlainan sekali dengan Timur-Jauh, oleh karena Islamlah yang
berkuasa disini. Sulit sekali memberitakan Injil di negeri-negeri ini karena telah
terpengaruh agama islam yang adalah agama politik yang menciptakan negara-agama.
Mereka memusuhi agama Kristen dengan fanatic.
Disini golongan Muslim yang meliputi hampir semua penduduk, didaerah ini masih tersisa
Gereja-gereja Armenia, Persia, Siria dan Mesir. Berabad-abad Gereja-gereja itu hidup
terasing yang pada mulanya perrpisahan Nestorian dan oleh Monophysit dan kemudian
hari oleh kemenangan-kemenangan Islam.
Pada zaman baru, pertama-tama Injil dibawa ke Iran oleh Henry Martyn, ia
menyelesaikan terjemahan Perjanjian Baru ke dalam bahasa Persia sebelum ia mati pada
usia muda. Pada tahun-tahun akhir ini semangat kebangsaan telah mengahalaukan system
pemerintahan Islam yang theokratis dari dalam kehidupan politik dan masyarakat.
Pemerintah tidak bersikap antipat terhadap Gereja Kristen; agama Kristen tidak
dipandang anti-nasional. Kini disitu terdapat sebuah Gereja Injil yang anggotanya
terutama terdiri dari orang-orang yang bertobatb dari agam Islam. Gereja ini semakin
berkembang mencapai 6.500 jiwa, berbeda dengan Timur-Dekat lainnya dan sudah
mencapai persatuan yang menggirangkan.
Sejarah Gereja Yesus Kristus telah ditinjau secara garis besar sejak hari tercurahnya Roh
Kudus sampai sekarang ini. Tetapi pada hakekatnya yang kita ketahui ialah bahwa
pekerjaan pekabaran Injil sedunia sebenarnya baru dimulai, masih banyak daerah yang
belum mendengarkan Injil. Baiklah kira berusaha dan menyerahkan kepada Kristus
sendiri untuk memutuskan selesainya tugas itu. diseluruh dunia ini semangat kebangsaan
bertambah kuat, dan semangat itu jarang sekali menyukai agama Kristen. Bagi mereka
Injil adalah suatu kebodohan. Pemberita Injil harus memberitakan Injil yang kekal itu
didalam bentuk-bentuk bahasanya dan bangsanya sendiri. itulah syarat mutlak bagi
Gereja yang mau menjadi saksi Kristus ditengah-tengah bangsanya. Tetapi ada
lagi tuntutan yang penting yakni menyaksikan dalam persekutuan dengan Seluruh Gereja
disegenap muka bumi, bahwa hanya ada satu Tuhan dan tidak ada Tuhan lain.