Laporan Kasus: Gastroenteritis Akut
Laporan Kasus: Gastroenteritis Akut
Laporan Kasus: Gastroenteritis Akut
GASTROENTERITIS AKUT
Oleh :
dr. Kadek Ayu Purwaningsih
Pembimbing :
dr. Ni Wayan Agustini Selumbung, Sp.A
Pendamping :
dr. Indah Purnamawati
1
KATA PENGANTAR
Penul
2
BAB I
PENDAHULUAN
Sehingga sampai saat ini diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
Negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya
yang masih tinggi.
3
Tingginya angka morbiditas dan mortalitas diare dapat disebabkan oleh
beberapa hal diantaranya adalah komplikasi dehidrasi dan gangguan pertumbuhan
pada anak. Hal ini jika tidak segera ditangani akan mengancam keselamatan
pasien. Kondisi dehidrasi dapat menyebabkan terjadinya syok hipovolemik, serta
dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan akibat kurangnya makanan yang
tidak dapat diserap oleh tubuh dan kurangnya masukan makanan yang masuk
dalam tubuh.5
Oleh karena itu maka dirasa penting untuk dibuat Laporan Kasus (Lapsus)
mengenai gastroenteritis. Laporan Kasus ini dibuat berisikan tinjauan pustaka dan
laporan kasus Gastroenteritis di Rumah Sakit yang kemudian dibahas sehingga
diharapkan penanganan pasien dengan gangguan gastroenteritis dapat dilakukan
dengan baik dan benar.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
2.3 Etiologi Gastroenteritis Akut
Infeksi virus merupakan penyebab tersering gastroenteritis pada anak-
anak. Sekitar 70% kasus gastroenteritis disebabkan oleh infeksi virus, paling
sering disebabkan oleh infeksi rotavirus dan novovirus. Infeksi virus akan
menyebabkan kerusakan pada enterosit usus halus saluran pencernaan.
Manifestasi klinis yang muncul berupa demam ringan dan diare tanpa disertai
darah. Infeksi rotavirus bersifat musiman, dan memuncak pada akhir musim
dingin, tetapi terjadi sepanjang tahun di daerah dengan iklim tropis. Virus paling
banyak menginfeksi anak usia 6 bulan sampai 2 tahun dan disebarkan secara fecal
oral.6
Infeksi bakteri merupakan penyebab kedua paling banyak setelah infeksi
virus. Infeksi bakteri akan menyebabkan kerusakan dan inflamasi pada usus halus
dan usus besar saluran cerna. Anak-anak dengan gastroenteritis bakterial lebih
sering mengalami demam tinggi dan diare dengan darah dan sel darah putih dalam
tinja. Bakteri pathogen juga dapat menyebar secara sistemik, terutama pada anak
usia kecil. Infeksi bakteri Escherichia coli atau Shigella dysenteria dapat
memproduksi toksin shiga yang menyebabkan kolitis hemoragik (ditandai dengan
diare berdarah). Komplikasi dari kondisi ini adalah sindrom uremik hemolitik
yang ditandi dengan onset akut mikroangiopati, anemia hemolitik,
trombositopenia, gagal ginjal akut, dan keterlibtan multi sistem organ. Infeksi
Salmonella typhi dan S parathipi ditandai dengan demam tinggi, diare atau
sembelit, leukopenia, dan dapat terjadi keterlibatan sistem saraf pusat, termasuk
ensefalopati yang merupakan komplikasi langka dari infeksi salmonella non
tifoid. Bakteri Vibrio cholera dapat memproduksi toksin yang menyebabkan
sekresi klorida dan air dari usus kecil tetapi tidak merusak mukosa usus. Sehingga
pada infeksi ini akan ditandai dengan diare seperti air cucian beras yang memiliki
kandungan natruim tinggi tetapi tidak mengandung darah atau sel darah putih.6
6
sekresi cairan usus halus serta daya lekat kuman. Faktor host adalah kemampuan
tubuh untuk mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan
diare akut, terdiri dari faktor-faktor yang berasal dari lingkungan internal saluran
cerna antara lain keasaman lambung, motilitas usus, imunitas, dan lingkungan
mikroflora usus. Faktor kausal meliputi kemampuan dari agen penyebab untuk
menembus pertahanan tubuh pejamu yang akan penyebabkan terjadinya
peradangan. Kondisi peradangan pada gastrointestinal disebabkan oleh infeksi
dengan melakukan invasi pada mukosa, memproduksi enterotoksin. Mekanisme
ini menghasilkan peningkatan sekresi cairan dan atau menurunkan absorpsi cairan
sehingga akan terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan elektrolit. Mekanisme
dasar yang menyebabkan diare, meliputi:7
1. Diare sekretorik
Diare sekretorik mempunyai karakteristik adanya peningkatan
kehilangan banyak air dan elektrolit dari saluran pencernaan. Diare
sekretorik terjadi karena adanya hambatan absorpsi Na oleh vilus entrosit
serta peningkatan sekresi Cl oleh kripte. Na+ masuk ke dalam sel saluran
cerna dengan 2 mekanisme pompa Na+, yang memungkinkan terjadi
pertukaran Na+-glukosa, Na+-asam amino, Na+-H+ dan proses elektrogenik
melalui Na channel. Cl- masuk ke dalam ileum melalui pertukaran Cl-
/HCO3-. Peningkatan sekresi intestinal diperantarai oleh hormon
(Vasoactive intestinal polypeptide VIP), toksin dari bakteri (E. coli,
Cholera) dan obat-obatan yang dapat mengaktivasi adenil siklase melalui
rangsangan pada protein G enterosit. Akan terjadi peningkatan cyclic
AMP intraseluler pada mukosa intestinal akan mengaktifasi protein
signalling tertentu, akan membuka channel chloride. Stimulasi sekresi
khlorida merupakan respon pada toksin kholera atau cholera-like toxin
yang diperantarai oleh peningkatan konsentrasi cAMP.
Peningkatan sekresi pada sel kripte dengan hasil akhir berupa
peningkatan sekresi cairan yang melebihi kemampuan absorpsi maksimum
dari kolon dan berakibat adanya diare. Pada diare sekretorik biasanya
pengeluaran tinja dalam jumlah besar, menetap meskipun dipuasakan dan
memiliki komposisi elektrolit yang isotonik. Osmolalitas tinja isotonik
7
dengan plasma. Tipe diare ini banyak terjadi pada diare yang disebabkan
oleh infeksi, misalnya akibat enterotoksin Vibrio cholera, dan E. coli. 7
2. Diare osmotik
Pada diare osmotik didapatkan substansi intraluminal yang tidak
dapat diabsorpsi dan menginduksi sekresi cairan. Biasanya keadaan ini
berhubungan dengan terjadinya kerusakan dari mukosa saluran cerna.
Akumulasi dari zat yang tidak dapat diserap, misalnya magnesium
(laksan, antasid), karbohidrat atau asam amino lumen usus di dalam
lumen usus menyebabkan peningkatan tekanan osmotik intraluminal,
sehingga terjadi pergeseran cairan plasma ke intestinal. Akumulasi
karbohidrat merupakan salah satu contoh dari tipe diare ini dan paling
sering terjadi. Karbohidrat seperti laktosa, sukrosa, glukosa dan galaktosa
dalam jumlah cukup besar di intestinal dapat disebabkan oleh
gangguan transportasi baik kongenital maupun dapatan. Misalnya pada
laktosa intoleransi, terjadi penurunan fungsi enzim laktase dari brush
border usus halus. Laktosa tidak dapat dipecah sehingga tidak dapat
diabsorpsi. Laktosa yang tidak tercerna menarik air ke dalam lumen
sehingga terjadilah diare.7
3. Diare Invasif
Diare karena bakteri invasif diperkirakan sebagai penyebab 10-
20 % kasus diare pada anak. Infeksi Shigella, E. coli strain invasif
dan Camphyllobacter jejuni sering menimbulkan kerusakan mukosa
usus halus dan usus besar. Invasi bakteri diikuti oleh pembengkakan
dan kerusakan sel epitel mukosa usus, yang menyebabkan
diketemukannya sel-sel lekosit dan eritrosit dalam tinja atau darah
segar.7
8
Pada kasus gastroenteritis diare secara umum terjadi karena adanya
peningkatan sekresi air dan elektrolit.8
2. Mual muntah
Muntah diartikan sebagai adanya pengeluaran paksa dari isi
lambung melalui mulut. Pusat muntah mengontrol dan
mengintegrasikan terjadinya muntah. Lokasinya terletak pada
formasio retikularis lateral medulla oblongata yang berdekatan
dengan pusat-pusat lain yang meregulasi pernafasan, vasomotor, dan
fungsi otonom lain. Pusat-pusat ini juga memiliki peranan dalam
terjadinya muntah. Stimuli emetic dapat ditransmisikan langsung ke
pusat muntah ataupun melalui chemoreceptor trigger zone.8
Muntah dikoordinasi oleh batang otak dan dipengaruhi oleh
respon dari usus, faring, dan dinding torakoabdominal. Mekanisme
yang mendasari mual itu sendiri belum sepenuhnya diketahui, tetapi
diduga terdapat peranan korteks serebri karena mual itu sendiri
membutuhkan keadaan persepsi sadar.8
Mekanisme pasti muntah yang disebabkan oleh gastroenteritis
belum sepenuhnya diketahui. Tetapi diperkirakan terjadi karena
adanya peningkatan stimulus perifer dari saluran cerna melalui nervus
vagus atau melalui serotonin yang menstimulasi reseptor 5 HT3 pada
usus. Pada gastroenteritis akut iritasi usus dapat merusak mukosa
saluran cerna dan mengakibatkan pelepasan serotonin dari sel-sel
chromaffin yang selanjutnya akan ditransmisikan langsung ke pusat
muntah atau melalui chemoreseptor trigger zone. Pusat muntah
selanjutnya akan mengirimkan impuls ke otot-otot abdomen,
diafragma dan nervus viseral lambung dan esofagus untuk
mencetuskan muntah.8
3. Nyeri perut
Banyak penderita yang mengeluhkan sakit perut. Rasa sakit
perut banyak jenisnya. Hal yang perlu ditanyakan adalah apakah nyeri
perut yang timbul ada hubungannnya dengan makanan, apakah
timbulnya terus menerus, adakah penjalaran ke tempat lain,
9
bagaimana sifat nyerinya dan lain-lain. Lokasi dan kualitas nyeri
perut dari berbagai organ akan berbeda, misalnya pada lambung dan
duodenumakan timbul nyeri yang berhubungan dengan makanan dan
berpusat pada garis tengah epigastrium atau pada usus halus akan
timbul nyeri di sekitar umbilikus yang mungkin sapat menjalar ke
punggung bagian tengah bila rangsangannya sampai berat. Bila pada
usus besar maka nyeri yang timbul disebabkan kelainan pada kolon
jarang bertempat di perut bawah. Kelainan pada rektum biasanya
akan terasa nyeri sampai daerah sakral.7
4. Demam
Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal
sehari-hari yang berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu
(set point) di hipotalamus. Temperatur tubuh dikontrol oleh
hipotalamus. Neuron-neuron baik di preoptik anterior hipotalamus
dan posterior hipotalamus menerima dua jenis sinyal, satu dari saraf
perifer yang mengirim informasi dari reseptor hangat/dingin di kulit
dan yang lain dari temperatur darah.7
Kedua sinyal ini diintegrasikan oleh thermoregulatory center di
hipotalamus yang mempertahankan temperatur normal. Pada
lingkungan dengan subuh netral, metabolic rate manusia
menghasilkan panas yang lebih banyak dari kebutuhan kita untuk
mempertahankan suhu inti yaitu dalam batas 36,5-37,5ºC. Pusat
pengaturan suhu terletak di bagian anterior hipotalamus. Ketika
vascular bed yang mengelilingi hipotalamus terekspos pirogen
eksogen tertentu (bakteri) atau pirogen endogen (IL-1, IL-6, TNF),
zat metabolik asam arakidonat dilepaskan dari sel-sel endotel jaringan
pembuluh darah ini. Zat metabolik ini, seperti prostaglandin E2,
melewati blood brain barrier dan menyebar ke daerah termoregulator
hipotalamus, mencetuskan serangkaian peristiwa yang meningkatkan
set point hipotalamus. Dengan adanya set point yang lebih tinggi,
hipotalamus mengirim sinyal simpatis ke pembuluh darah perifer,
menyebabkan vasokonstriksi dan menurunkan pembuangan panas
10
dari kulit.8
11
sering pada kasus gastroenteritis. Dejarat dehidrasi diklasifikasikan
sebagai berikut: 1
12
2.7 Penatalaksanaan Gastroenteritis Akut
1. Pemberian oralit
elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Walaupun air sangat
dapat diserap dengan baik oleh usus penderita diare. Satu bungkus
- Anak kurang dari 1 tahun diberi 50-100 cc cairan oralit setiap kali
- Anak lebih dari 1 tahun diberi 100-200 cc cairan oralit setiap kali
Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk
kesehatan dan pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan
13
sembuh dari diare. Berdasarkan studi WHO selama lebih dari 18
(3) Durasi diare akut sebesar 20%; (4) Durasi diare persisten sebesar
merupakan mineral penting bagi tubuh. Lebih 300 enzim dalam tubuh
yang bergantung pada zinc. Zinc juga dibutuhkan oleh berbagai organ
tubuh, seperti kulit dan mukosa saluran cerna. Semua yang berperan
dalam fungsi imun, membutuhkan zinc. Jika zinc diberikan pada anak
sesuai dosis) selama 10 hari berturut - turut berisiko lebih kecil untuk
14
terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih
sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan
lebih sering dari biasanya. Anak uis 6 bulan atau lebih termasuk bayi
yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih
atau diare karena kolera, atau diare dengan disertai penyakit lain. Ini
timbulnya gangguan fungsi ginjal, hati dan diare yang disebabkan oleh
5. Edukasi
15
- Muntah berulang-ulang
- Demam
- Tinjanya berdarah
16
1. Berikan Cairan Lebih Banyak dari Biasanya
Anak yang mendapat ASI Eksklusif, beri oralit atau air matang
sebagai tambahan.
memburuk
Beri makan sesuai umur anak dengn menu yang sama pada
kelapa hijau.
17
Beri makan lebih sering dari biasanya dengan porsi makan
- Muntah berulang-ulang
- Demam
- Tinjanya berdarah
adalah ringer laktat atau KaEn 3B atau NaCl dengan jumlah cairan
18
berkala.
Cairan peroral diberikan jika pasien sudah mau dan dapat minum,
dimulai dengan 5ml/kgBB selama proses rehidrasi.
efektif meliputi:1
ASI.
19
mengurangi resiko diare antara lain:1
anak.
c. Imunisasi campak
20
BAB III
LAPORAN KASUS
21
dikatakan masih seperti biasa. Riwayat demam disangkal. Riwayat batuk,
pilek dan sesak juga disangkal.
Riwayat Pengobatan
Pasien belum memiliki riwayat pengobatan, dan langsung dibawa ke
Rumah Sakit.
Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi, baik terhadap susu, makanan,
maupun obat-obatan lainnya.
Riwayat Persalinan
Pasien dilahirkan secara SC dengan berat badan lahir 2800 gram,
panjang badan 47 cm, lingkar kepala 33 cm dan lingkar dada 32 cm. Pasien
dikatakan segera menangis saat pasien baru lahir.
22
Riwayat Imunisasi
● BCG : 1 kali
● Hepatitis B : 3 kali
● HiB : 3 kali, booster usia 15 bulan
● DPT : 3 kali, booster usia 18 bulan
● Polio : 4 kali, booster usia 18 bulan
● Campak : 1 kali, booster usia 18 bulan
● MR : 1 kali
● JE : 1 kali
Riwayat Nutrisi
● ASI : mulai 0 bulan – 1 tahun 9 bulan
● Susu formula : mulai 6 bulan
● Bubur susu : mulai 6 bulan, frekuensi 2-3 kali/hari
● Nasi tim : Sejak usia 7 bulan, frekuensi 3x sehari
● Makanan dewasa : Sejak usia 18 bulan, frekuensi 3x sehari
23
Suhu Aksila : 36,7°C
Saturasi Oksigen : 98% udara ruangan
Status Antropometri
Berat Badan (BB) : 11,1 kg
Tinggi Badan (TB) : 90 cm
Berat Badan Ideal : 12 kg
BB Menurut Umur : Z-scores (-2) - 0 SD
TB Menurut Umur : Z-scores 0 – 2 SD
BB menurut TB : Z-scores (-1) - 0 SD
Status Gizi (Waterlow) : 92,5% (gizi Cukup)
Status General
Kepala : normosepali
Mata : konjungtiva pucat (-/-), ikterus (-/-), refleks pupil (+/+) isokor,
mata cowong (+/+), sekresi air mata (+/+)
THT
Telinga : tidak ada secret, hiperemi (-)
Hidung : sekret (-), napas cuping hidung (-), epistaksis (-)
Tenggorokan : faring hiperemis (-), tonsil T1/T1 tidak hiperemis
Lidah : lidah kotor (-), sianosis (-)
Bibir : sianosis (-), mukosa kering (-)
Leher : pembesaran kelenjar (-), kaku kuduk (-).
Thoraks
Cor
Inspeksi : precordial bulging (-), iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba di ICS 5 midclavicula line sinistra, kuat
angkat (-), thrill (-)
Auskultasi : S1S2 normal regular, murmur (-)
Pulmo
Inspeksi : bentuk normal, gerakan dinding dada simetris saat statis dan
dinamis, retraksi (-)
24
Palpasi : gerakan dinding dada teraba simetris, nyeri tekan (-)
Perkusi : suara sonor (+/+)
Auskultasi : suara napas vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Distensi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) meningkat
Palpasi : Nyeri tekan (-), turgor kulit kembali lambat, massa tidak ada
Perkusi : Timpani (+).
Extremitas : Akral hangat (+), sianosis (-), edema (-), CRT < 2 detik
Kulit : Sianosis (-), turgor kulit kembali lambat
Genitalia Eksterna : Laki-Laki
Tabel 3.2 Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu (pada tanggal 13 Maret 2022)
Jenis Hasil Nilai Rujukan Keterangan
Pemeriksaan
Glukosa 80 70-140 N
Sewatu
25
3.5 Diagnosis
GEA + Dehidrasi Ringan Sedang
3.6 Penatalaksanaan
- Oralit 75 cc/kgBB selama 3 jam pertama
- Kebutuhan cairan 1500/ hari ~ IVFD Kaen 3 B 20 tpm makro
- Domperidone syr 2 x ½ cth po kalau muntah
- Zinc 1 x 20 mg po
- Lacto B 1 x 1 sachet po
Konsul dr. Ni Wayan Agustini Selumbung, Sp.A
- Terapi lanjut.
3.7 KIE
- Menjelaskan mengenai penyakit yang diderita pasien mencakup
diagnosis, faktor risiko, tatalaksana, dan prognosis yang akan diberikan
kepada pasien.
- Mengedukasi mengenai pencegahan diare, seperti penyediaan dan
penyimpanan makanan dan minuman secara bersih, gunakan air matang
untuk minum, mencuci makan sebelum minum dan makan, konsumsi
makanan bergizi untuk menjaga status gizi baik.
- Mengedukasi kepada keluarga untuk tetap memberikan zinc selama 10-
14 hari.
- Mengedukasi mengenai tanda-tanda dehidrasi pada anak.
3.8 Prognosis
Ad vitam : dubius ad bonam
Ad fungsionam : dubius ad bonam
Ad sanationam : dubius ad bonam
26
3.9 Perkembangan Pasien
Catatan Integrasi Rawat Inap
Tanggal
S O A P
13 Maret BAB (+) 5 St. Present GEA + IVFD Kaen 3
2022 kali, cair, N: 140 x/mnt Dehidrasi B 20 tpm
(Hari I) berwarna RR: 28 x/mnt Ringan makro
kekuningan Tax: 36,7 OC Sedang Oralit ad
tanpa disertai Saturasi O2: libitum
darah dan 98% Domperidone
lendir St. General syr 2 x ½ cth
Muntah (+) 1 Abdomen: po kalau
kali distensi (-), BU muntah
Demam (-) (+) meningkat, Zinc 1 x 20
Makan/minum turgor kulit mg po
(+) menurun Lacto B 1 x 1
sachet po
27
DAFTAR PUSTAKA
7. Rani A, K MS, Syam AF. Buku ajar gastroenterologi. 1st ed. Jakarta:
Interna Publishing; 2011
8. Shane AL, Mody RK, Crump JA, Tarr PI, Steiner TS, Kotloff K, Langley
JM, Wanke C, Warren CA, Cheng AC, Cantey J, Pickering LK. Infectious
Diseases Society of America Clinical Practice Guidelines for the
Diagnosis and Management of Infectious Diarrhea. Clin. Infect. Dis. 2017
Nov 29;65(12):1963-1973
76
28