Budidaya Padi Di Lahan Rawa Lebak
Budidaya Padi Di Lahan Rawa Lebak
Budidaya Padi Di Lahan Rawa Lebak
Teknologi budidaya yang diterapkan pada setiap lokasi pengembangan khususnya untuk
lahan rawa lebak bersifat spesifik lokasi dan ditentukan oleh karakteristik biofisik lahan serta
kondisi sosial ekonomi petani. Salah satu masalah pertanaman padi di lahan rawa lebak adalah
kesulitan menentukan saat tanam yang tepat, akibat awal musim hujan (datangnya genangan air
rawa) maupun akhir musim hujan (air rawa surut) yang selalu berubah-ubah hampir setiap
tahunnya. Komponen teknologi untuk padi rawa sebagai berikut:
Untuk menghindari kebanjiran pada saat musim hujan dan kekeringan pada
musim kemarau diperlukan sistem yang dapat mempredikisi watu tanam yang tepat.
Katam rawa adalah perangkat lunak (software) untuk memprediksi awal musim tanam
padi, kebutuhan pupuk dan benih (pemilihan varietas) serta serangan organisme
penganggu tanaman di lahan rawa.
2. Pengelolaan Air
3. Penataan Lahan
Varietas unggul yang untuk rawa lebak harus mempunyai sifat keunggulan khusus
(toleran rendaman) karena merupakan varietas padi yang dirakit untuk lahan irigasi atau
lahan rawa pasang surut, dengan kearifannya petani memilih padi umur pendek, tinggi ³
100 cm, batang tegak, agar lebih toleran terhadap lingkungan. Varietas padi toleran
terendam 7-15 hari dengan potensi hasil yang tinggi (4,5-5,0 t/ha) saat ini sudah bisa
digunakan oleh petani.
5. Penyiapan Lahan
Pada lahan yang sudah dibuka dan diusahakan, yang menjadi masalah dalam
penyiapan lahan adalah gulma yaitu menggunakan alat olah tanah yaitu traktor kura-kura.
Pertumbuhan gulma dapat dihambat dengan aplikasi herbisida dalam penyiapan lahan.
Pra tanam: metsulfuron, etil klorimuron, & 2,4 D natrium atau 2,4-D
dimetil amina atau glifosat atau paraquat diklorid atau Triasulfuron.
Aplikasi dilakukan pada 1 minggu sebelum tanam/olah tanah terakhir pada
tanam pindah.
Pada lahan rawa lebak dangkal dibeberapa area menggunakan sistem hambur
benih langsung yang bisa diatur dengan penaburan benih sistem 202, setiap lebar 2 meter
hambur benih, diselingi dengan lorong seluas 0,20 meter. Fungsi lorong untuk
memudahkan perawatan tanaman selama pertumbuhan dan mengurangi rebah berantai
pada saat menjelang panen. Namun pada beberapa daerah ada yang ditanam pindah
terutama daerah yang tinggi airnya tidak dapat diatur. Pada kondisi seperti ini persemaian
yang dilakukan lahan yang tidak tergenang bisa dengan kering atau basah dan, namun di
beberapa daerah petani melakukan persemaian terapung. Pada lahan yang diolah intensif
dengan leveling tanah rata metode tanam pada lahan rawa lebak bisa menggunakan
sistem Jarwo 2:1 menggunakan mesin tanam Indo Jarwo Transplanter.
Secara umum anjuran takaran pupuk menggunakan Perangkat Uji Tanah Rawa
(PUTR) secara umum pemberian dosis pupuk adalah sebagai berikut:
Alat panen (combine atau power thresher) yang mampu berjalan di lahan basah.
Pengeringan menggunakan lantai jemur atau mesin pengering. Komponen mesin
pengering terdiri oleh bak tampungan bahan (bed) dengan dimensi 9000 x 2000 x 3000
mm, penggerak diesel 6,5 HP/2200 rpm. Kapasitas pengeringan 5 ton/kotak, waktu
pengeringan 8-10 jam/proses. Suhu pengeringan 40-60 °C. Pengering dengan berbahan
bakar Biomasa sangat cocok dan murah, karena bahan bakar utama berasal dari limbah
biomasa yang banyak tersedia di lapangan. Penyimpanan gabah hasil penggeringan
(GKB) dengan kadar air 11-12% disimpan dalam drum plastik yang bertutup (kedap
udara). Penyimpanan dilakukan di ruangan yang terjaga kebersihannya, berlantai kering
(beralas kayu pallet), suhu udara ruangan (25-270 C) dan tidak lembab serta ventilasi
udara yang baik.
KESIMPULAN
Adapun lahan rawa lebak yang ditanami padi pada musim kemarau disebut sawah timur
adan jenis padinya disebut padi rintak disebut juga padi rawa lebak. Jenis padi ini tidak
bergantung musim seperti umumnya pada lokal yang dibudidayakan di lahan rawa dan berumur
pendek (4 bulan).
Kendala yang dihadapi pada lahan rawa lebak adalah fisiko-kimianya berupa genangan
air dan banjir yang datangnya tidak menentu, mendadak, dan bila musim kemarau terjadi
kekeringan sehingga lahan hanya dapat diusahakan satu kali dalam setahun, tingginya
kemasaman dan rendahnya kesuburan tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Djamhari, Sudaryanto. 2010. Perairan Sebagai Lahan Bantu Dalam Pengembangan Pertanian di
Lahan Rawa Lebak. Jurnal Hidrosfir Indonesia. 5(3) : 1-11.
Djafar, Z. R. 1992. Potensi Lahan Lebak untuk Pencapaian dan Pelestarian Swasembada Pangan.
Dalam Prosiding Seminar Nasional Pemanfaatan Potensi Lahan Lebak untuk Pencapaian
dan Pelestarian Swasembada Pangan. FP Unsri. Palembang.