Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Ku PDF
Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Ku PDF
Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Ku PDF
Tesis
Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2
dan memperoleh keahlian dalam bidang Ilmu Kesehatan Anak
Sandra Bulan
G4A002073
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER ILMU BIOMEDIK
DAN
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I
ILMU KESEHATAN ANAK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2009
i
TESIS
disusun oleh
Sandra Bulan
NIM G4A002073
Menyetujui,
Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
ii
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa tesis ini
adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan didalamnya tidak terdapat karya yang
tulisan dan daftar pustaka. Saya juga menyatakan bahwa hasil penelitian ini
penelitian ini harus mendapat izin dari Ketua Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Peneliti
iii
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas
Nama : Sandra Bulan Sianipar
Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 15 Oktober 1969
Agama : Kristen
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Graha Padma T.Grandis 2/12 Semarang 50145
B. Riwayat Pendidikan
1. SD Padma Katolik Manokwari : 1976-1979
SD Kristus Raja Jayapura : Lulus tahun 1982
2. SMP Negeri I Jayapura : Lulus tahun 1985
3. SMA Gabungan Kristen Katolik Jayapura : Lulus tahun 1988
4. FK Universitas Kristen Indonesia Jakarta : Lulus tahun 1999
5. PPDS-I Ilmu Kesehatan Anak UNDIP : 2002 – sekarang
6. Magister Ilmu Biomedik UNDIP : 2002 – sekarang
C. Riwayat Pekerjaan
1. Dokter di RS Tebet Tahun 1998-1999
2. Kepala Puskesmas Tanjung Ria Tahun 1999-2002
D. Riwayat Keluarga
1. Nama Orang Tua : Ayah : Alm Drs. H.M.Sianipar
: Ibu : Dumaria Sibarani BA
2. Nama Suami : AKBP Bahara Marpaung, SH
3. Nama Anak : Mathilda Abigail Irianti
: Michael Andrew Nathanael
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
diselesaikan, guna memenuhi sebagian syarat dalam mencapai derajat Strata 2 dan
Universitas Diponegoro.
Kami menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan kami. Namun karena dorongan keluarga, bimbingan para guru serta
bantuan dan kerjasama yang baik dari rekan-rekan maka tulisan ini dapat terwujud.
Banyak pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini, jadi
tidaklah berlebihan apabila pada kesempatan ini kami menghaturkan terima kasih
1. Prof. DR. Dr. Susilo Wibowo, MS. Med, SpAnd, Rektor Universitas Diponegoro
Semarang beserta jajarannya, dan mantan Rektor Prof. Ir. Eko Budihardjo, MSc
yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk menempuh PPDS-1 IKA
FK UNDIP Semarang.
MPA, PhD yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk menempuh
v
3. Ketua Program Studi Magister Ilmu Biomedik Program Pasca Sarjana UNDIP
DR. Dr. Winarto, SpMK, SpM(K), mantan Ketua Program Studi Magister Ilmu
Biomedik Program Pasca Sarjana UNDIP Prof. DR.Dr. Soebowo, SpPA(K), atas
4. Dr. Soejoto, PAK, SpKK(K), Dekan FK UNDIP beserta jajarannya, serta mantan
Dekan dr. Anggoro DB Sachro, SpA(K), DTM&H dan Prof. dr. Kabulrahman,
5. Dr. Budi Riyanto, SpPD, MSc, Direktur Utama RSUP dr. Kariadi Semarang
beserta jajaran Direksi yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk
Semarang.
UNDIP/SMF Kesehatan Anak RSUP dr. Kariadi Semarang, serta mantan Ketua
Kariadi Semarang Dr. Budi Santosa, SpA(K) dan Dr. Kamilah Budhi R, SpA(K)
yang telah memberi kesempatan serta bimbingan kepada penulis dalam mengikuti
PPDS-1.
7. Dr. Moedrik Tamam SpA(K) serta Prof. DR. Dr. Ag. Soemantri, SpA(K),
vi
8. Dr. Alifiani HP, SpA(K), Ketua Program Studi PPDS-1 IKA FK UNDIP, serta
Dr. Hendriani Selina, MARS, SpA(K) selaku Direktur Keuangan RSUP dr.
Kariadi Semarang serta mantan Ketua Program Studi PPDS-1 IKA FK UNDIP.
Terima kasih atas kebijaksanaan, dorongan dalam menyelesaikan tesis serta tugas
bimbingan serta arahan dengan sabar dan tulus dalam menyelesaikan tesis ini
10. Terima kasih atas bimbingan serta arahan penulis ucapkan kepada Dr. Hardian
dan Dr. M. Sakundarno Adi, MSc sebagai pembimbing metodologi dan statistik.
11. Prof. Dr. dr. Tjahjono, SpPA(K), FIAC, Prof. Dr. Lisyani, SpPK(K), Prof.Dr. M.
Sidhartani Z, MSc, Drg Henry Setyawan Msc, sebagai tim penguji. Terima kasih
atas bimbingan serta kebijaksanaan dalam perbaikan dan penyelesaian tesis ini.
12. Prof. DR. Dr. Harsoyo N, SpA(K), DTM&H, sebagai dosen wali yang terus
baiknya.
13. Kepada para guru besar serta staf pengajar Bagian IKA Fakultas Kedokteran
Trastotenojo, SpA(K), Prof. DR. Dr. Hariyono, SpA(K), Prof. DR. Dr. I.
Sudigbia, SpA(K), Prof. DR. Dr. Lydia Kristanti K, SpA(K), Prof. DR. Dr. Ag.
Prof. Dr. M. Sidhartani Z, MSc, Dr. Anggoro DB S, DTM &H, SpA(K), Dr. Budi
Santosa, SpA(K), DR. Dr. Tatty Ermin S, SpA(K), PhD, Dr. R. Rochmanadji W,
vii
SpA(K), MARS, DR. Dr. Tjipta Bahtera, SpA(K), Dr. Kamilah Budhi Rahardjani,
SpA(K), Dr. Hendriani Selina, MARS, SpA(K), Dr. Moedrik Tamam, SpA(K),
Susanto, SpA(K), Dr. Rudy Susanto, SpA(K), Dr. I. Hartantyo, SpA(K), Dr.
Herawati Juslam, SpA(K), Dr. Agus Priyatno, SpA(K), Dr. Dwi Wastoro D,
SpA(K), Dr. Asri Purwanti, SpA(K), MPd, Dr. Alifiani HP, SpA(K), Dr. MM
Herumuryawan, SpA, Dr. H. Gatot Irawan S, SpA, Dr. Anindita S, SpA, Dr. M.
Supriatna, SpA, Dr. Wistiani, SpA, Dr. Omega Melyana, SpA, Dr. Fitri
Hartanto, SpA, Dr. Ninung Rose Diana, SpA, Dr Yetti Movieta, SpA dan Dr.
Nahwa Arkhaesi, SpA yang telah berperan besar dalam proses pendidikan
penulis.
14. Kepala UTD PMI cabang Semarang yang telah memberi kesempatan untuk
penelitian di UTD PMI cabang Semarang. Secara khusus terimakasih yang tak
mayor yang telah berperan serta dalam penelitian ini. Anak-anak thalassemia
15. Kepada seluruh teman sejawat peserta PPDS–1 IKA serta khususnya teman-
viii
terimakasih banyak atas bantuan serta kerjasamanya., serta suka duka dalam
16. Kepada suamiku tercinta AKBP Bahara Marpaung SH atas doa, cinta,
Andrew Nathanael yang selalu menjadi penyejuk hati dalam suka dan duka.
Terimakasih untuk doa dan peluk cium kalian yang memberi semangat. Semoga
kita sekeluarga senantiasa hidup dalam anugerah kasih Tuhan Jesus Kristus.
17. Bakti, hormat dan doa serta terimakasih yang tak terhingga kepada almarhum
ayahanda Drs Hisar Sianipar yang semasa hidupnya telah memberikan motivasi
dan arahan pendidikan supaya selalu berusaha untuk berperan sebagai dokter
untuk cinta dan pengorbanannya serta semangat yang tak kenal lelah yang
18. Mertuaku Amang Gito Marpaung dan Inang Marsita Siagian dengan penuh kasih
sayang dan perhatian memberikan dorongan semangat. Hormat dan bakti kami
haturkan dengan tulus hati. Adik-adik ipar Uli Marpaung SKM dan suami, Rotua
dan istri, Rosmaida Marpaung SE dan suami, serta para keponakan, penulis
sampaikan terimakasih atas bantuan dan doanya. Sahabatku tersayang Dr. July
ix
Kasie SpA dan Dr. Angela Lilipaly, terimakasih untuk dukungan dan perhatian
19. Semoga semua usaha dan jerih payah yang telah melibatkan begitu banyak
kualitas hidup anak thalassemia. Terima kasih penulis ucapkan kepada semua
pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam
secara berlipat ganda kepada semua yang selama ini selalu berdiri disamping
saya.
Tiada gading yang tak retak, penulis mohon kepada semua pihak untuk
Akhirnya, dari lubuk hati yang paling dalam penulis mohon maaf setulusnya
kepada semua pihak atas segala kesalahan serta kekhilafan dalam bertutur kata
Penulis
x
DAFTAR ISI
Judul .......................................... i
Lembar Pengesahan .......................................... ii
Lembar Pernyataan .......................................... iii
Lembar Monitoring Perbaikan Ujian Proposal
Penelitian .......................................... iv
Riwayat Hidup .......................................... v
Kata Pengantar .......................................... vi
Daftar isi .......................................... xi
Daftar Tabel dan Gambar .......................................... xiv
Daftar Singkatan .......................................... xv
Abstract .......................................... xvi
Abstrak .......................................... xvii
BAB 1 Pendahuluan .......................................... 1
1.1. Latar belakang .......................................... 1
1.2. Rumusan masalah .......................................... 6
1.3. Tujuan penelitian .......................................... 6
1.4. Manfaat penelitian .......................................... 7
1.5. Originalitas penelitian .......................................... 8
BAB 2 Tinjauan pustaka .......................................... 10
2.1. Kualitas hidup .......................................... 10
2.2 Thalassemia beta mayor ......................................... 14
2.3. Kerangka teori .......................................... 29
2.4. Kerangka konsep .......................................... 30
2.5. Hipotesis .......................................... 31
BAB 3 Metodologi penelitian .......................................... 32
3.1. Ruang lingkup penelitian .......................................... 32
3.2. Tempat dan waktu penelitian .......................................... 32
xi
3.3. Jenis penelitian .......................................... 32
3.4. Populasi dan subyek .......................................... 32
3.5. Variabel penelitian .......................................... 35
3.6. Definisi operasional variabel .......................................... 35
3.7. Bahan dan cara kerja .......................................... 37
3.8. Alur penelitian .......................................... 42
3.9. Analisis data .......................................... 42
3.10. Etika penelitian .......................................... 44
BAB 4 Hasil Penelitian .......................................... 45
BAB 5 Pembahasan .......................................... 53
BAB 6 Simpulan dan Saran .......................................... 64
Daftar pustaka .......................................... 66
Lampiran-lampiran .......................................... 73
xii
DAFTAR TABEL
6. Tabel 4.6: Hubungan bivariat antara variabel bebas dengan rerata nilai kualitas
6. Tabel 4.7: Hubungan multivariat antara variabel bebas dengan rerata nilai kualitas
Hidup thalassemia……………………………………………………52
………………………………. ………………………………………………...11
xiii
DAFTAR SINGKATAN
7. SI : Serum Iron
8. RE : Reticulum Endotelial
9. Hb : Hemoglobin
10. : Beta
xiv
ABSTRACT
Back ground. Thalassemia is a chronic disease which makes a lot of problem due to
defect of various organs because of the illness it self or the treatment being given.
Development of a disease during physical and psychosocial maturation could disrupt
a child’s quality of life.
Aims. To prove the factors which relating to quality of life of children with
thalassemia major.
Result. Girls predominate, mean age 9,8±3,40 years. QOL measurement found that
mean QOL was 65,8 (+ 13,6). Correlation test between mean QOL with Hb levels
(r=+0,289;p=0,032), economy status (r=+0,304; p=0,024), father education
(r=+0,295;p=0,029), mother education (r=+0,336;p=0,012). Correlation test between
mean QOL with spleen measurement (r=-0,324;p=0,016). As a whole level of Hb,
level of ferritin, level of chelation, spleen measurement, economy status and also
parents education (mother & father), which have an impact the QOL, with spleen
measurement as the main factor.
xv
ABSTRAK
Latar belakang. Thalassemia adalah penyakit kronik yang berdampak pada berbagai
organ karena penyakitnya sendiri maupun pengobatan yang diberikan. Terjadinya
penyakit saat maturasi fisik dan psikososial dapat mengganggu kualitas hidup anak
Metode penelitian. Disain belah lintang. Subyek : anak thalassemia beta mayor umur
5-14 tahun yang menjalani transfusi di RS dr.Kariadi,UTD PMI Semarang (Januari
2009-Juni 2009). Kadar hemoglobin diukur dengan metode Sodium Lauryl Sulfate
bebas sianida, feritin dengan metode IRMA. Pengukuran kualitas hidup anak
menggunakan Peds QL generic, dianalisa hubungannya dengan hemoglobin, feritin,
jenis kelasi besi, ukuran limpa, status gizi, status ekonomi, tingkat pendidikan orang
tua. Analisis statistik menggunakan Pearson correlation, Spearman dan Multiple
Linier Regression
Hasil. Dari 55 anak thalassemia beta mayor, 5-14 tahun, rerata umur 9,8±3,40 tahun.
Pengukuran kualitas hidup didapatkan rerata kualitas hidup 65,8(±13,6).Terdapat
hubungan bermakna positif antara kadar Hemoglobin (r=0,289;p=0,032), status
ekonomi (r=0,304; p=0,024), pendidikan ayah (r=0,295;p=0,029), pendidikan ibu
(r=0,336;p=0,012) dengan rerata nilai kualitas hidup. Terdapat hubungan bermakna
negatif antara nilai kualitas hidup anak thalassemia dengan ukuran limpa (r=-0,324;
p=0,016). Secara bersama-sama status ekonomi, pendidikan ibu, kadar feritin,
pendidikan ayah, kadar Hb, jenis kelasi besi , ukuran limpa, berpengaruh terhadap
kualitas hidup anak thalassemia beta mayor dengan ukuran limpa sebagai faktor yang
paling berpengaruh.
xvi
BAB 1
PENDAHULUAN
secara autosom resesif, disebabkan mutasi gen tunggal, akibat adanya gangguan
pembentukan rantai globin alfa atau beta. Individu homozigot atau compound
yang membutuhkan transfusi darah secara rutin dan terapi besi untuk
angka kejadian tertinggi sampai dengan 40% kasus adalah di Asia.2 Di Indonesia
Indonesia adalah thalassemia beta mayor sebanyak 50% dan thalassemia –HbE
berkisar antara 3-10%.5,6,7 Bila frekuensi gen thalassemia 5% dengan angka kelahiran
23‰ dan jumlah populasi penduduk Indonesia sebanyak 240 juta, diperkirakan akan
lahir 3000 bayi pembawa gen thalassemia setiap tahunnya.8 Semarang dengan
xvii
menurut persamaan Hardy-Weiberg9 akan lahir 29 bayi pembawa gen thalassemia
tiap tahunnya.
Thalassemia beta mayor sebagai penyakit genetik yang diderita seumur hidup
akan membawa banyak masalah bagi penderitanya. Mulai dari kelainan darah berupa
anemia kronik akibat proses hemolisis, sampai kelainan berbagai organ tubuh baik
Penderita thalassemia beta mayor dengan kadar hemoglobin (Hb) <10gr% adalah
sebanyak 99,1%.7 Sampai saat ini transfusi darah masih merupakan pengobatan
memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik dan juga menekan
tubuh seperti hati, limpa, ginjal, jantung, tulang dan pankreas.13 Pemberian transfusi
xviii
ginjal, jantung, tulang dan pankreas.13 Pasien dengan kadar feritin 3000 ng/ml
menunjukkan harapan hidup yang lebih tinggi dari kadar feritin >3000 ng/ml
Terapi kelasi besi sebaiknya dimulai sesegera mungkin setelah pemberian 10-
20 kali transfusi atau kadar feritin meningkat diatas 1000 µg/l.15,16,17 Bila terapi
simptomatis ini diberikan sesuai dengan kebutuhan, maka perubahan fisik yang
terjadi sebagai akibat dari patofisiologi thalassemia beta mayor dapat dibatasi dan
pasien dapat menjalankan suatu kehidupan yang relatif normal. Sebaliknya bila terapi
yang diberikan tidak adekuat, maka thalassemia beta mayor merupakan penyakit
khas facies Cooley, hidung menjadi pesek, maloklusi antara rahang atas dan bawah,
ekspansi tulang panjang mengakibatkan tulang panjang menjadi rapuh dan mudah
terjadi fraktur, penutupan prematur dari epifisis femur bagian bawah sehingga pasien
bertubuh pendek, perut anak membuncit, akibat pembesaran hati dan limpa.
Hepatomegali disebabkan proses hematopoiesis ekstra meduler dan deposit besi yang
sehingga terjadi hiperplasia limpa sebagai kompensasi. Limpa yang terlalu besar
intraabdominal dan bahaya terjadinya ruptur. Bila terjadi ruptur sangat berbahaya
bagi anak karena dapat terjadi perdarahan yang banyak, sedangkan anak thalassemia
xix
sendiri selalu dalam keadaan kadar hemoglobin yang rendah.19,20 Penderita juga
mengalami gangguan pertumbuhan dan malnutrisi, dimana berat badan dan tinggi
badan menurut umur berada dibawah persentil 50 dengan mayoritas gizi buruk.21
dalam gizi baik, sedangkan 64,1% gizi kurang dan 13,2% gizi buruk.21 Aspek klinis
Penyakit ini juga menimbulkan masalah psikososial yang besar bagi penderita
maupun keluarganya, selain masalah medis di atas. Timbulnya suatu penyakit pada
proses maturasi fisik dan psikososial dapat mengganggu kualitas hidup seseorang,
pada individu tersebut dapat terlihat gejala sisa secara fisik, psikologis dan sosial.24
Masalah tumbuh kembang anak dengan penyakit kronik tergantung cara anak
Perawatan yang lama dan sering di rumah sakit, tindakan pengobatan yang
menimbulkan rasa sakit dan pikiran tentang masa depan yang tidak jelas, kondisi ini
Faktor penyebab turunnya kualitas hidup pada anak baik secara sendiri-sendiri
maupun bersama-sama belum diketahui secara pasti, sampai saat ini belum diketahui
thalassemia beta mayor sangat kompleks dan multifaktorial akibat pengaruh dari
xx
kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan (health related quality of
perbedaan yang bermakna angka kualitas hidup antara komunitas Turki dan Yunani
dan pengobatan thalassemia beta mayor.27 Pakbaz dkk (2005) dengan Dartmouth
pasien thalassemia beta mayor tidak tergantung transfusi juga menderita perburukan
pada kualitas hidupnya sama dengan pasien thalassemia beta mayor dengan
(PedsQLTM) menemukan bahwa dampak negatif pada fisik, emosional dan fungsi
sekolah pada pasien thalassemia beta mayor lebih buruk dibandingkan anak sehat
sebagai kontrolnya.29
Penilaian kualitas hidup pada anak thalassemia beta mayor sejauh ini belum
faktor yang berpengaruh terhadap kualitas hidup anak thalassemia beta mayor.
Instrumen pengukur kualitas hidup spesifik untuk thalassemia beta mayor saat ini
merupakan kuesioner verbal berdasarkan usia penderita yang akan diteliti, keandalan,
tersebut di atas maka perumusan masalah penelitian dapat diajukan sebagai berikut.
xxi
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang ada, maka timbul
pertanyaan penelitian :
beta mayor?”
Tujuan umum penelitian adalah untuk mengetahui nilai kualitas hidup anak
(Peds QL) generik dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup anak
3. Membuktikan hubungan antara jenis kelasi besi dengan kualitas hidup anak
xxii
5. Membuktikan hubungan antara status gizi dengan kualitas hidup anak
6. Membuktikan hubungan antara tingkat pendidikan orang tua (ayah, ibu) dengan
8. Membuktikan hubungan antara kadar hemoglobin, kadar feritin, jenis kelasi besi,
ukuran limpa, status gizi, tingkat pendidikan orang tua, status ekonomi secara
xxiii
1.4.3. Bidang Penelitian
Penelitian tentang kualitas hidup anak thalassemia beta mayor hanya ada
sedikit yang dipublikasikan. Belum ada laporan penelitian tentang faktor-faktor yang
dilakukan :
xxiv
Judul , Peneliti & Subyek Sample Kuesioner Desain Hasil
Jurnal Penelitian
Quality of Life in Pasien 48 pasien Darmouth Cross Thalassemia
Patients with thalassemia thalassemi Primary sectional intermedia
Thalassemia yang a,29 Care yang tidak
Intermedia berkunjung dengan Cooperative mendapat
Compared to ke Children terapi Information transfusi,
Thalassemia Major. Hospital transfusi, Chart kualitas
Pakbaz Z, Treadwell and 19 tidak System hidupnya juga
M, Yamashita R, Research ditransfusi (COOP) terpengaruh
Quirolo K, Foote D, Center seperti
Quill L, et al Oakland thalassemia
NY Academy of California mayor.28
Sciences 2005;1054:
457-6.
USA (2005)
Health related Pasien 96 pasien Pediatric Cross Thalassemia
quality of life in thalassemia thalassemi Symptom sectional mempunyai
Malaysian children yang a, 235 (Peds QL) dampak
with thalassaemia. menerima anak sehat negatif pada
Ismail A, Campbell transfusi sebagai fungsi fisik,
M, Ibrahim HM, dan kontrol emosi, sosial
Jones GL pengobatan yang dan sekolah
Health and QoL di Rumah berumur 5 dibanding anak
Outcomes 2006:4:39 Sakit Kuala sampai 18 sehat.29
Malaysia (2006) Lumpur tahun
Malaysia
Penelitian kami berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam hal umur antara 5
sampai 14 tahun, dan variabel penelitian yang diteliti yaitu kadar Hb, kadar feritin.
xxv
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
dalam kehidupan, dalam hubungannya dengan sistem budaya dan nilai setempat dan
merupakan pengukuran multidimensi, tidak terbatas hanya pada efek fisik maupun
psikologis pengobatan.30,31
Model konsep kualitas hidup dari Wilson dan Cleary dapat dilihat pada bagan
xxvi
Karakteristik
Individu
Faktor Non
Karakteristik
medis
Lingkungan
Bagan 2.1. Hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran outcome pasien dalam
model konsep health-related quality of life.
Dikutip dari : Wilson IB, Cleary PD.34
Kualitas hidup dalam ilmu kesehatan dipakai untuk menilai rasa nyaman/sehat
benefit) intervensi medis, meliputi kerangka individu, kelompok dan sosial, model
kesehatan individu tersebut setelah mengalami suatu penyakit dan mendapatkan suatu
xxvii
bentuk pengelolaan. Health-related quality of life menggambarkan komponen sehat
dan fungsional multidimensi seperti fisik, emosi, mental, sosial dan perilaku yang
dipersepsikan oleh pasien atau orang lain di sekitar pasien (orang tua atau
pengasuh).33
konseling, juga dapat dipakai untuk pengenalan dini sehingga dapat diberikan
Kualitas hidup anak secara umum dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain:32
4. Kondisi Personal, meliputi dimensi fisik, mental dan spiritual pada diri anak
sendiri, yaitu genetik, umur, kelamin, ras, gizi, hormonal, stress, motivasi
xxviii
Pemilihan instrumen pengukur kualitas hidup pada anak berdasarkan atas
hidup anak, dikembangkan selama 15 tahun oleh Varni dkk (1998). Peds QL
mempunyai 2 modul: generik dan spesifik penyakit. Peds QL generik didesain untuk
digunakan pada berbagai keadaan kesehatan anak, instrumen ini dapat membedakan
kualitas hidup anak sehat dengan anak yang menderita suatu penyakit akut atau
keganasan, asma, arthritis, diabetes anak, fibrosis kistik, penyakit sickle cell, palsi
Konsep Peds QL generik adalah menilai kualitas hidup sesuai dengan persepsi
penderita terhadap dampak penyakit dan pengelolaan pada berbagai bidang penting
kualitas hidup anak yang terdiri dari 6 bidang dengan 30 pertanyaan yaitu: fisik (8
baik, dengan koefisien alfa secara umum berkisar antara 0.70-0.92. Kesahihannya
penurunan nilai sehubungan dengan adanya penyakit dan pengelolaan, yang tidak
hanya mewakili penyakit kronis saja. Peds QL praktis untuk digunakan, pengisian 30
pertanyaan hanya memakan waktu kurang dari 5 menit, rasio kehilangan data sekitar
0,01%, penilaian sangat mudah dengan memberi nilai 0-4 pada setiap jawaban
xxix
pertanyaan dan secara mudah dikonversikan dalam skala 0-100 untuk interpretasi
standar. Pengisian kuesioner dapat diwakili orang tua pada anak usia 2-18 tahun dan
pengisian sendiri pada anak umur 5-18 tahun, pengisian sendiri oleh anak umur 5-7
tahun dibantu oleh interviewer, pertanyaan pada kedua bentuk ini prinsipnya sama,
berbeda hanya pada bentuk kalimat tanya untuk orang pertama atau ketiga. Instrumen
telah diuji dalam bahasa Inggris, Spanyol dan Jerman, dan saat ini telah diadaptasi
secara Internasional.36
Berdasarkan penelitian Varni, Skarr, Seid dan Burwinkle (2002) nilai total
kualitas hidup anak sehat secara umum adalah 81,38 ± 15,9. Anak dengan nilai total
beresiko dengan nilai total Peds QL <-1SD sampai -2SD memerlukan pengawasan
dan intervensi medis jika perlu, kelompok beresiko dengan nilai total Peds QL <-2SD
hemoglobin yang normal tertekan karena defek sintesis satu atau lebih rantai globin.
Thalassemia beta mayor terjadi karena defisiensi sintesis rantai ß sehingga kadar Hb
A(α2ß2) menurun dan terdapat kelebihan dari rantai α, sebagai kompensasi akan
dibentuk banyak rantai dan δ yang akan bergabung dengan rantai α yang berlebihan
xxx
demikian masih terdapat kelebihan rantai α yang bebas dan akan beragregasi
membentuk badan inklusi pada eritrosit berinti di sumsum tulang. Badan inklusi yang
bertahan lama dan mengalami destruksi intra meduler. Pada thalassemia beta mayor,
hanya 15-30% eritrosit berinti yang tidak mengalami destruksi. Eritropoiesis menjadi
tidak efektif, hanya sebagian kecil eritrosit yang mencapai sirkulasi perifer dan timbul
anemia.40
proses hemolisis. Proses hemolisis terjadi karena eritrosis yang masuk sirkulasi
perifer mengandung badan inklusi dan segera dibersihkan oleh limpa sehingga usia
eritrosit menjadi pendek. Umur eritrosit penderita thalassemia antara 10,3-39 hari.
yang terjadi oleh karena gangguan dalam pembentukan Hb, produksi eritrosit dan
sumsum tulang sehingga timbul deformitas pada tulang. Pada sumsum tulang, akibat
eritropoiesis yang masif, sel-sel eritroid akan memenuhi rongga sumsum tulang atau
deformitas tulang terutama pada tulang ceper seperti pada tulang wajah. Tulang-
tulang frontal, parietal, zigomatikus dan maksila menonjol hingga gigi-gigi atas
nampak dan pangkal hidung depresi yang memberikan penampakan sebagai facies
xxxi
Eritropoietin juga merangsang jaringan hematopoesis ekstra meduler di hati dan
Kromosom 11 Kromosom 16
Thalassemia β Thalassemia α
Hemolisis Eritropoiesis
Anemia tidak efektif
Peningkatan eritropoietin Transfusi darah
Absorpsi besi
meningkat Timbunan besi
Ekspansi sum-sum tulang
Kematian jantung
- Perubahan tulang
- Keadaan
xxxii
Diagnosis thalassemia beta mayor ditegakkan berdasarkan gambaran klinis
berikut:42
10 g/dl
banyak mempunyai kadar Hb sekitar 6-7 g/dl. Secara klinis gejala mirip dengan
Pada thalassemia beta mayor gejala klinis umumnya telah nyata pada umur
kurang dari 1 tahun. Mayoritas penderita thalassemia beta mayor memiliki gambaran
yang penting untuk menandai sindroma thalassemia beta mayor yaitu konsentrasi
(MCH) yang rendah, morfologi sel darah merah (mikrositik hipokrom, anisositosis,
dan HbF dan Hb elektroforesis untuk mengetahui varian hemoglobin. Pada dewasa
xxxiii
normal sel darah mengandung kira-kira 98% HbA, sangat sedikit HbF dan 2% HbA2.
Pemeriksaan kadar besi juga diperlukan (Serum Iron/SI, Transferin Iron Binding
Capacity/TIBC), Feritin serum). Kadar besi serum meningkat, tetapi mampu ikat besi
hiperplasia eritroid, dengan rasio eritroid: mieloid adalah 20:1 atau lebih tinggi dari
terlihat dari gambaran darah tepi yaitu dengan peningkatan jumlah sel darah putih dan
trombosit. Lekositosis yang terjadi dapat dibedakan dengan gambaran yang tampak
mempertahankan kadar rata-rata Hb pada 12,5 g/dl dan kadar pratransfusi tidak
berkurang dari 10 g/dl. Kadar Hb pascatransfusi tidak boleh diatas 16 g/dl, dapat
penimbunan besi diberbagai jaringan atau organ tubuh seperti kulit, sel-sel Retikulum
Endotelial (RE), hati, limpa, sumsum tulang, otot jantung, ginjal, tiroid dan lain-
lain.44
xxxiv
Pada penderita thalassemia beta mayor, besi hasil dari
dan besi dilepaskan kedalam plasma yang kemudian diangkut oleh transferin
keseluruh tubuh. Akibatnya kadar besi serum iron meningkat dan saturasi transferin
juga meningkat. Kandungan besi tubuh normal 3-5 g, pada anak thalassemia sekitar
0,75 g/kgbb. Normalnya setiap orang menyerap 1 mg besi perhari dari pencernaan,
pada anak thalassemia sekitar 10 mg/hari. Setiap 1 unit darah segar atau sebanyak
450 ml, mengandung 200-250 mg besi. Setiap cm kubik packed cell mengandung 1-
1,6 mg besi, dengan rata-rata transfusi pertahun dibutuhkan 180 cc/kg/packed cell,
tubuh mengakumulasi 200 mg/kgbb besi setiap tahun. Kadar feritin serum pada
penderita thalassemia beta mayor meningkat dan ini mencerminkan jumlah kadar
cadangan besi pada penderita tersebut. Kadar feritin serum penderita thalassemia beta
persenyawaan feritin dan hemosiderin. Kadarnya dapat diukur dengan cara analisa
kimia, sedangkan yang lebih mudah adalah secara histologis melihat kumpulan
kerusakan jaringan dan mengganggu fungsi dari organ yang terkena maka disebut
sebanyak 100 unit (kira-kira mengandung besi sebanyak 20-25 g), tetapi sebelum hal
ini terjadi besi telah banyak ditimbun didalam hati dan limpa.44 Penentuan
xxxv
konsentrasi feritin serum atau plasma merupakan cara tersering digunakan, karena
konsentrasi besi hati. Interpretasi kadar feritin dapat dipengaruhi berbagai kondisi
asam askorbat, panas, infeksi akut, inflamasi kronis, kerusakan hati baik akut maupun
kronis, hemolisis dan eritropoiesis yang tidak efektif, semuanya terjadi pada pasien
didalam berbagai jaringan/organ tubuh adalah pertama pada kulit terjadi pigmentasi,
kulit tampak kelabu. Pada pemeriksaan histologis tampak banyak pigmen melanin,
pertumbuhan dan masa pubertas yang terlambat. Ketiga pada jantung terjadi
gangguan faal jantung. Gangguan ini biasanya timbul pada dekade kedua yaitu
Gangguan jantung ini merupakan penyebab kematian utama pada thalassemia beta
merupakan sebab kematian utama dari penderita thalassemia beta mayor didahului
radang paru berat. Penderita yang meninggal tersebut selama hidupnya rata-rata telah
mendapat transfusi darah lebih dari 40 liter atau mendapat masukan besi lebih dari 20
g. Keempat pada pankreas dapat terjadi gangguan faal pankreas, tetapi gangguan faal
pankreas ini sangat jarang dijumpai. Gangguan faal pankreas biasanya ditemukan
xxxvi
pada penderita thalassemia dewasa atau yang berumur lebih dai 20 tahun. Gangguan
faal pankreas dapat menimbulkan Diabetes Melitus.1 Kelima pada hati akan terjadi
pembesaran hati disertai sirosis atau fibrosis. Hal ini biasanya terjadi pada dekade
pertama, terutama penderita thalassemia beta mayor yang mendapat banyak transfusi
darah. Sirosis ditemukan pada penderita thalassemia yang telah mendapat transfusi
Terapi kelasi sebaiknya dimulai sesegera mungkin saat timbunan besi cukup
untuk dapat menimbulkan kerusakan jaringan yaitu setelah pemberian 10-20 kali
transfusi atau kadar feritin meningkat diatas 1000µg/l dan diharapkan menghentikan
progresifitas fibrosis hati menjadi sirosis.46 Kelasi besi yang sering digunakan adalah
efek samping dan biaya.3 Penelitian Abetz (2006) mengenai pemakaian kelasi besi
yaitu penilaian dampak terapi kelasi besi parenteral terhadap kualitas hidup, dan
kebutuhan akan terapi oral dengan tujuan mudahnya pemberian terapi, efikasi dan
toleransi baik. Ketaatan rendah terhadap kelasi besi berdampak negatif terhadap
kualitas hidup.47 Deferiprone dan Deferasiroks sebagai kelasi besi oral mempunyai
Limpa yang besar merupakan wadah pool dari darah sehingga akan lebih
mudah mengalami destruksi dan menambah volume plasma sehingga kebutuhan akan
transfusi darah akan cenderung meningkat. Indikasi splenektomi ialah limpa yang
xxxvii
tekanan intraabdominal dan bahaya terjadinya ruptur, hipersplenisme ditandai dengan
pertumbuhan dan malnutrisi, dimana berat badan dan tinggi badan menurut umur
berada dibawah persentil ke-50 (gizi kurang dan gizi buruk) dengan mayoritas gizi
buruk.21,48,49 Bukan saja berpengaruh terhadap berat badan (BB) dan tinggi badan
(TB) juga dapat juga berupa gangguan pubertas.50 Wahidiyat I (1996) menemukan
22,7% penderita thalassemia beta mayor digolongkan dalam gizi baik, sedangkan
64,1% gizi kurang dan 13,2 % gizi buruk.7 Logothetis (1972) mendapatkan bahwa
BB dan TB anak thalassemia beta mayor lebih rendah dibanding anak yang normal.48
Penyebab gangguan pertumbuhan pada penderita thalassemia beta mayor belum jelas
telah dijumpai pada pasien yang secara reguler mendapat transfusi dan kelasi sejak
Pemeriksaan fisik secara inspeksi untuk menilai kondisi fisik yaitu bentuk
tubuh tubuh dengan melihat proporsi kepala, tubuh dan anggota gerak berkaitan
xxxviii
hidrosefalus dan sebagainya. Pemeriksaan penunjang meliputi antropometri: BB, PB,
BB/Umur, PB/Umur, BB/PB, Lingkar kepala (LK), Lingkar Lengan Atas (LLA).52
terhadap thalassemia beta mayor, karena kondisi tersebut dan pengobatan yang
dilakukan memberikan pengaruh besar pada kualitas hidup. Respon orang tua yang
dukungan emosional. Kecemasan dari orang tua akan menimbulkan restriksi terhadap
aktivitas yang dilakukan anak atau remaja. Kebutuhan untuk datang ke klinik secara
teratur guna dilakukan tes darah dan transfusi darah dan pengobatan kelasi
menimbulkan rasa takut dan cemas. Pengobatan yang rutin akan menjadi penentu
bagi kualitas hidup tersebut. Pusat thalassemia beta mayor harus meminimalisasi
kehidupan sosial. Hal ini sebaiknya dimanfaatkan secara optimal oleh penyedia
xxxix
Dari penelitian didapatkan beban psikososial untuk anak dan remaja dengan
penyakit, terutama karena harus absen dari sekolah (rata-rata absen 1 hari Æ 1
minggu/ bulan)
q Penyesuaian diri keluarga dan isolasi sosial : dalam keluarga dapat terjadi
mengalami beban, tetapi tidak ada yang berbicara terbuka tentang hal ini
q Kesan diri (self image) : anak dengan thalassemia beta mayor mempunyai
kesan diri yang rendah cenderung untuk sedih, merasa tidak yakin,
mengasihani diri sendiri, dan cemas bila orang lain tidak menyukainya dan
Sedangkan beban psikososial untuk orang tua thalassemia beta mayor meliputi :
xl
q Pekerjaan : beban keuangan meningkat, dan orang tua tidak dapat bekerja
dengan baik karena cemas harus sering mengantar anak kerumah sakit.
Koordinasi tim kerja diantara berbagai profesi dan keluarga serta koordinasi
perawatan penting untuk melayani anak dengan penyakit kronis secara efektif.
informasi jelas dengan rincian yang dapat mereka pahami serta informasi mengenai
Penelitian yang lebih detail dilakukan tahun 1989 oleh Hellenic Red Cross
Thalassemia Unit in Athens, Greece dan dilakukan paralel oleh Division og Pediatric
xli
in Ferara Italy, ditujukan meneliti level integrasi sosial yang dimiliki pasien dengan
sakit kronis. Kedua penelitian melaporkan tingkat integrasi sosial yang baik, hasil
awalnya dilakukan di Italia, Yunani dan Inggris dimana ditemukan adanya beban
mengenai beban perasaan thalassemia beta mayor dalam variasi aspek kehidupan
(70%) dan olahraga (72%). Kebanyakan penderita thalassemia tidak puas dengan
semua subjek penelitian merasakan bahwa penyakit tersebut tidak berakibat pada
keluarga atau hubungan sosial. Penderita thalassemia beta mayor remaja cemas
terhadap masa depan kesehatan dan pendidikan. Mayoritas subjek penelitian tidak
sebagian besar tergantung pada orangtuanya untuk dukungan biaya dan emosional.
Terdapat beban psikologikal yang hebat yang dirasakan oleh remaja dengan
thalassemia beta mayor dan karenanya sangat mendesak untuk diperbaiki dengan
intervensi.58
xlii
Suatu penelitian dengan peneliti yang sama, pada 27 thalassemik diamati
bahwa 90% dari subjek absen sekolah karena kondisi medisnya.59 Penelitian lainnya
Empat puluh empat persen anak dengan masalah psikologik dan 74% kualitas hidup
khususnya depresi (62%) dan masalah pengendalian diri (49%). Laporan anak
terhadap gangguan kualitas hidup adalah kesulitan berat pada nyeri/rasa tidak nyaman
(64%), diikuti depresi dan masalah mobilitas sama beratnya (33%). Masalah
Anak dengan penyakit fisik kronik contohnya thalassemia beta mayor mudah
bahwa 80% anak dengan thalassemia beta mayor mungkin sekali memiliki masalah
xliii
2.3. KERANGKA TEORI
Deformitas tulang
Fungsi Emosi
Gangguan pertumbuhan
Agama Cuaca
Stress Musim
Fungsi sosial
Jumlah saudara
Interaksi sosial 44
2.4. KERANGKA KONSEP
Kadar hemoglobin
Kadar feritin
Status Gizi
Tingkat Pendidikan
Orang tua
Status ekonomi
2.5. HIPOTESIS
Kadar hemoglobin, kadar feritin, jenis kelasi besi, ukuran limpa, status gizi, tingkat
pendidikan orang tua, status ekonomi berhubungan dengan kualitas hidup anak
1. Terdapat hubungan antara kadar hemoglobin dengan nilai kualitas hidup anak
2. Terdapat hubungan antara kadar feritin dengan nilai kualitas hidup anak
3. Terdapat hubungan antara terapi kelasi besi dengan nilai kualitas hidup anak
4. Terdapat hubungan antara ukuran limpa dengan nilai kualitas hidup anak
5. Terdapat hubungan antara status gizi dengan nilai kualitas hidup anak
6. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan nilai kualitas
7. Terdapat hubungan antara status ekonomi dengan nilai kualitas hidup anak
kelasi besi, ukuran limpa, status gizi, status ekonomi serta tingkat pendidikan
orang tua (ayah maupun ibu), berpengaruh terhadap nilai kualitas hidup anak
METODE PENELITIAN
Anak.
(PMI) cabang Semarang dan C1L1 bangsal anak RSDK. Waktu penelitian adalah
lintang (cross sectional). Rancangan ini digunakan oleh karena pengambilan faktor
risiko dan pengukuran nilai kualitas hidup dilakukan pada kurun waktu yang sama.
transfusi darah di UTD PMI cabang Semarang dan bangsal thalassemia C1L1 bagian
a. Menderita thalassemia beta mayor berdasarkan diagnosis yang telah dibuat Sub
c. Anak atau orang tua/wali anak bersedia diikut sertakan dalam penelitian
b. Berdasarkan data pada catatan medik atau anamnesis, pemeriksaan fisik dan atau
thalassemia beta mayor yang datang untuk transfusi darah di UTD PMI cabang
Semarang dan Bangsal anak C1L1 RSDK yang memenuhi syarat penelitian akan
hubungan antara kadar hemoglobin, kadar feritin, jenis kelasi besi, ukuran limpa,
status gizi, tingkat pendidikan orang tua dan status ekonomi dengan nilai kualitas
hidup anak thalassemia beta mayor dihitung dengan rumus besar sampel untuk uji
tingkat kualitas hidup anak thalassemia beta mayor masing-masing adalah derajat
sedang dengan koefisien korelasi (r=0,4), nilai kesalahan tipe I (α)=0,05 maka
Zα=1,96, nilai kesalahan tipe II ( )=0,2 maka Z =0,842 power penelitian adalah
⎡ ⎤ ⎡ ⎤
⎢ ⎥
2
⎢ Zα + Z ⎥
2
⎢ 1,96 + 0,842 ⎥
n= ⎢ ⎥ +3= + 3 = 46,7 ≈ 47
⎢ ⎛1 + r ⎞⎥ ⎢ ⎛ 1 + 0,4 ⎞ ⎥
⎢ 0,5 ln⎜ 1 − r ⎟ ⎥ ⎢ 0,5 ln⎜ ⎟⎥
⎣ ⎝ ⎠⎦ ⎣ ⎝ 1 − 0,4 ⎠ ⎦
Variabel terikat adalah kualitas hidup anak thalassemia beta mayor yang diukur
Variabel bebas adalah kadar hemoglobin, kadar feritin, jenis kelasi besi, ukuran
limpa, status gizi, tingkat pendidikan orang tua, dan status ekonomi.
1.<1500 µg/L
Dikelompokkan menjadi :
2.1500−3000µg/L
3.>3000µg/L
4. Jenis kelasi besi Terapi kelasi besi ditentukan berdasarkan Nominal
anamnesis dan data pada catatan medik.
Dikategorikan menjadi:
- Menggunakan kelasi besi oral
- Menggunakan kelasi besi parenteral
5. Ukuran limpa Pembesaran limpa dinyatakan dengan Ordinal
Schuffner 1 sampai 8 sesuai dengan
gradasi beratnya. Besarnya limpa diukur
menurut cara Schuffner, jarak maksimum
dari pusat ke garis singgung pada arkus
kosta kiri dibagi menjadi 4 bagian yang
sama, garis ini diteruskan ke bawah
sehingga memotong lipat paha, garis dari
pusat ke lipat paha inipun dibagi menjadi 4
bagian yang sama.
6. Status gizi Status gizi anak ditetapkan pada saat Ordinal
kunjungan pertama kali berdasarkan
pengukuran Mid Arm Circumference
Dinyatakan dalam persentil.
Persentil <5% : gizi buruk
Persentil 5-15% : gizi kurang
Persentil 15-85 : gizi baik
7. Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan orang tua adalah Ordinal
tingkat pendidikan terakhir orang tua yang
orang tua
diketahui dari wawancara.
Dikategorikan menjadi:
- Tidak sekolah (TS)
- Sekolah dasar (SD)
- Sekolah Menengah pertama(SMP)
- Sekolah Menengah Atas (SMA)
- Perguruan Tinggi (PT)
No Variabel Definisi Skala
8. Status ekonomi Berdasarkan data BPS penerima BLT Ordinal
(14 kriteria). Dibagi atas :
Sangat miskin : ≥12 kriteria
Miskin : 6-11 kriteria
Mendekati miskin : 5 kriteria
Tidak Miskin : 1-5 kriteria
Kuesioner ini digunakan untuk anak umur 2-4, 5–7, 8–12 and 13–18 tahun.
Kuesioner untuk anak 2-12 tahun merupakan assisted delivery questionnaire dimana
jawaban diberikan didampingi oleh orang tua atau wali. Kuesioner untuk anak usia
13 -18 tahun merupakan assisted delivery questionnaire yang dijawab langsung oleh
anak. Kuesioner ini oleh karena merupakan kuesioner generik standar yang telah
divalidasi dan diuji reliabilitasnya pada berbagai penelitian. Oleh karena itu pada
melengkapi kuesioner karakteristik individu berisi pertanyaan pada anak yaitu nama,
tanggal lahir (umur), jenis kelamin, suku, pendidikan, alamat, jumlah saudara
sedangkan untuk orang tua melengkapi kuesioner karakteristik yaitu nama, umur,
klinis anak yaitu ukuran hepar, limpa, perubahan-perubahan tulang, facies Cooley,
berat badan, tinggi badan, lingkar lengan, tebal lipatan kulit, mulai transfusi,
q Data anak penderita thalassemia beta mayor diperoleh dari data catatan medik
UTD PMI cabang Semarang dan bangsal thalassemia C1L1 bagian anak RS.
q Pengukuran status gizi dilakukan dengan mengukur berat badan, tinggi badan,
q Sampel darah vena diambil dari vena mediana cubiti sebanyak 5 cc,
Dalam penelitian ini alat ukur yang di gunakan adalah kuesioner umum. Skala
pengukuran kualitas hidup pada kuesioner Peds QL berupa pertanyaan tertutup yaitu
dengan memilih jawaban yang telah tersedia. Penilaian diberikan dengan 0-4 setiap
item pertanyaan.
Pada setiap jawaban pertanyaan dikonversikan dalam skala 0-100 untuk interpretasi
standar :
Nilai total dihitung dengan menjumlahkan nilai pertanyaan yang mendapat jawaban
Pemeriksaan feritin : Sampel darah vena sebanyak 3 ml yang telah diberi heparin
disentrifugasi pada suhu kamar untuk memisahkan serum dengan sel darah sebanyak
terlampir.
3.7.3.3. Pengukuran status gizi (tinggi badan, berat badan, lingkar lengan)
Berat badan : digunakan timbangan berat badan merk camry dengan skala 0-120 kg
Tinggi badan : pengukuran tinggi badan dengan menggunakan alat ukur tinggi badan
yang dilengkapi siku, dan dapat ditempelkan pada tembok atau tiang yang horisontal
Lingkar lengan : Pengukuran LiLa mengunakan pita ukur (medline) pada pertengahan
persentil dengan rumus : LiLa (mm)-(0,314 x Triceps Skin Fold dalam mm).
Pengukuran LiLa menggunakan pita ukur (medline) pada pertengahan lengan atas
Pemeriksaan fisik
jenis kelasi besi, ukuran limpa, status gizi, tingkat pendidikan orangtua (ayah,ibu) dan
status ekonomi orang tua dinyatakan sebagai distribusi frekuensi dan persentase.
Sedangkan data yang berskala kontinyu seperti umur anak, kadar Hb, kadar feritin,
nilai PedsQLTM dan sebagainya akan dinyatakan sebagai rerata dan simpang baku.
Hubungan rerata nilai kualitas hidup anak thalassemia beta mayor dengan
kadar Hb diuji dengan korelasi pearson karena berdistribusi normal. Hubungan rerata
nilai kualitas hidup anak thalassemia beta mayor dengan kadar feritin diuji dengan
Spearman rank karena data feritin tidak berdistribusi normal, sedangkan hubungan
ukuran limpa, status gizi, tingkat pendidikan orang tua (ayah,ibu) dan status ekonomi
dengan rerata nilai kualitas hidup anak thalassemia beta mayor dilakukan dengan uji
Spearman rank karena variabel bebasnya berskala data ordinal. Hubungan jenis kelasi
besi dengan kualitas hidup anak thalassemia beta mayor dilakukan dengan uji
coeffisient correlation karena jenis kelasi besi berskala data nominal. Uji normalitas
Hasil uji hubungan bivariat menunjukkan bahwa dari delapan variabel bebas,
hanya satu variabel yang nilai p di atas 0,25, yaitu variabel status gizi. Variabel status
prediktor terhadap rerata nilai kualitas hidup anak thalassemia beta mayor.
Analisis data menggunakan program SPSS for Windows v. 15,0. Uji statistik
tertulis setelah diberi penjelasan tentang tujuan, manfaat serta prosedur penelitian.
Seluruh biaya yang terjadi akibat penelitian selain biaya rutin penderita seperti
transfusi maupun penggunaan kelasi besi menjadi tanggung jawab peneliti. Data
No 78/EC/FK/RSDK/2009.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
mendapat transfusi rutin di UTD PMI dan RS Dr Kariadi Semarang. Seluruh subyek
penelitian masuk kriteria inklusi yaitu yang berusia 5 sampai 14 tahun, semua orang
• Laki-laki
Jenis kelamin
• Perempuan
25 (45,5)
30 (54,5)
• 5 - 7 tahun
Umur (tahun) 9,8 ± 3,40
• 8 - 9 tahun
17(30,9)
• 10-14 tahun
19(34,5)
19(34,5)
• 0 - 1 tahun
Umur pertama kali didiagnosa 2,7 ± 2,47
• 2 – 5 tahun
29(52,7)
• 6 – 9 tahun
12(21,8)
14(25,5)
• 1 orang
11 (20,0)
Data pada tabel 4.1. menunjukkan bahwa sebagian besar penderita thalasemia
beta mayor yang menjadi subyek penelitian berjenis kelamin wanita 30 (54,5%).
Rerata umur subyek penelitian 9,8 ± 3,40 tahun. Sebaran umur merata di semua
kelompok umur. Rerata umur subyek penelitian saat didiagnosis menderita
thalassemia beta mayor adalah 2,7±2,47 tahun. Umur pertama didiagnosa sebagian
besar berumur 0-1 tahun sebesar 29 (52,7%). Jumlah saudara terbanyak adalah 2 atau
• Gizi baik
Status gizi
• Gizi kurang
20 (36,4)
• Gizi buruk
22 (40,0)
13 (23,6)
• Normal
Status HAZ :
• Pendek
28 (50,9)
27 (49,1)
• Tidak membesar
Ukuran Limpa :
• Schuffner 1
11(20,0)
• Schuffner 2
5 (9,10)
• Schuffner 3
10 (18,2)
• Schuffner 4
14 (25,5)
• Schuffner 5
4 (7,30)
• Schuffner 6
5 (9,10)
• Schuffner 7
4 (7,30)
• Schuffner 8
2 (3,60)
0(0,00)
• <10g/dL
Kadar hemoglobin 7,8 ±1,91 4,3 g/dL 12,5 g/dL
• ≥10 g/dL
48 (87,3)
7 (12,7)
• <1500 u/l
Kadar besi 1902,9± 1199,74 300 u/l 4000 u/l
• ≥1500u/l - 3000u/l
32 (58,2)
• >3000u/l
13 (23,6)
10 (18,2)
• Oral
Jenis kelasi besi
• Parenteral
33 (60,0)
22 (40,7)
Dari tabel 4.2 berdasarkan status gizi dengan pengukuran MAMC dijumpai
sebagian besar subyek termasuk dalam kategori gizi kurang 22 subyek (40,0%),
sedangkan dengan status HAZ, persentase normal dan pendek hampir sama masing-
masing 28 subyek (50,9%) dan 27 subyek (49,1%). Berdasarkan ukuran limpa dengan
Hb adalah 7,8 g% (±1,9) dengan kadar Hb terendah 4,3 g/dL dan tertinggi 12,5 g/dL.
Kadar Hb subyek penelitian termasuk dalam kategori thalassemia beta mayor sedang
(Hb antara 6-7 g/dL). Rerata kadar feritin sebesar 1902,9 (±1199,7) dengan kadar
feritin terendah 300 u/L dan tertinggi 4000 u/L. Dari 55 subyek penelitian diketahui
terapi kelasi parenteral, tidak ada yang memakai kedua jenis kelasi sekaligus.
Tabel 4.3. Karakteristik klinis subyek penelitian (n=55)
Variabel n (%)
•
Facies Cooley
Tidak ada 13(23,6)
• Ada 42(76,4)
Pucat
• Tidak ada 8(14,5)
• Ada 47(85,5)
Ikterus
• Tidak ada 40 (72,7)
• Ada 15(27,3)
Kulit Kelabu
• Tidak ada 32 (58,2)
• Ada 23 (41,8)
Pembesaran hati
• Tidak ada 21 (38,2)
• Ada 34 (61,8)
Pembesaran Limpa
• Tidak ada 11(20,0)
• Ada 44 (80,0)
Riwayat splenektomi
• Tidak ada 44 (80,0)
• Ada 11 (20,0)
Data pada tabel 4.3. menunjukkan bahwa sebagian besar subyek penelitian
dengan klinis pucat dijumpai pada 47 subyek (85,5%), diikuti berturut-turut dengan
pembesaran limpa 44 subyek (80%), facies Cooley 42 subyek (76,4%), pembesaran hati
34 subyek (61,8%), kulit kelabu dijumpai pada 23 subyek (41,8%), ikterus dijumpai
ukuran limpa, ukuran terkecil adalah Schuffner 1 dan terbesar adalah Schuffner 7.
Variabel n(%)
• SD
Tingkat pendidikan ayah
• SMP
10 (18,2)
9 (16,4)
• SMA 24 (43,6)
• PT 12 (21,8)
• SD
Tingkat pendidikan ibu
• SMP
14 (25,5)
14 (25,5)
• SMA 17 (30,9)
• PT 10 (18,2)
• Sangat miskin
Status ekonomi
• Miskin
2 (3,6)
• Mendekati miskin
9 (16,4)
14 (25,5)
• Tidak miskin 30 (54,5)
Data pada tabel 4.4. menunjukkan bahwa pendidikan ayah ataupun ibu
sebagian besar adalah SMA dan tidak dijumpai adanya orang tua yang tidak
bersekolah. Pekerjaan ayah sebagian besar adalah PNS/ABRI sedangkan ibu sebagian
besar tidak bekerja/ibu rumah tangga. Berdasarkan penghasilan orang tua diketahui
penghasilan ayah ataupun ibu sebagian besar kurang dari 1 juta rupiah perbulan.
Dari tabel 4.5. Rerata kualitas hidup subyek penelitian ini adalah 65,8(±13,6)
dengan nilai terendah 37,07 dan tertinggi 92,33. Dari masing- masing domain dapat
dilihat, fungsi fisik 64,0 ±(18,67), fungsi emosi 62,0 ±(18,20), fungsi sekolah 61,0
±(17,46), nilainya dibawah rerata nilai kualitas hidup populasi normal, sedangkan
fungsi sosial 75,1 ± (18,10) dan fungsi penilaian diri nilai 66,7 ± (16,65) nilainya
diatas nilai kualitas hidup populasi normal.Rerata skor kualitas hidup total 65,8 ±
(13,64) diperoleh dari nilai fisik, emosi, sosial, sekolah dan nilai diri.
Pada penelitian ini , Peds QL dilakukan 2 kali yaitu saat pertama datang ke RS
Kariadi ataupun UTD PMI, kedua kali dilakukan saat kunjungan rumah, subyek
didampingi orang tua dengan konsistensi internal (к=0,782;p=0,001). Konsistensi
internal ini sesuai dengan laporan pembuat Peds QL berkisar antara 0,70 sampai
0,92.35
Tabel 4.6. Hubungan bivariat antara variabel bebas dengan rerata nilai kualitas hidup
anak thalassemia.(n=55)
Dari tabel 4.6 terdapat hubungan positif derajat rendah yang bermakna antara
rerata nilai kualitas hidup anak thalassemia beta mayor dengan kadar hemoglobin.
Tidak terdapat hubungan bermakna antara rerata nilai kualitas hidup anak thalassemia
beta mayor dengan kadar ferritin. Terdapat hubungan negatif derajat rendah yang
bermakna antara rerata nilai kualitas hidup anak thalassemia beta mayor dengan
ukuran limpa. Terdapat hubungan positif derajat rendah yang bermakna antara status
sosial ekonomi dan pendidikan ayah, ibu dengan rerata nilai kualitas hidup anak
thalassemia beta mayor. Tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan rerata
nilai kualitas hidup anak thalassemia beta mayor. Rerata nilai kualitas hidup anak
thalassemia beta mayor dikategorikan menjadi dua, dengan cut off point 65,48.
Hasilnya menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara jenis kelasi dengan
Tabel 4.7 Hubungan multivariat antara variabel bebas dengan rerata nilai kualitas
hidup anak thalassemia.(n=55)
Dari tabel 4.7 Hasil regresi berganda dengan metode backward menghasilkan
tujuh buah model regresi. Hanya model regresi pertama saja yang tidak bermakna
(p=0,055), model ke dua sampai model ke tujuh menunjukkan p <0,05. Pada model
regresi pertama, dikeluarkan variabel sosek (kategori BLT) dari model, sehingga
secara bersama-sama, variabel tingkat pendidikan orang tua (ayah maupun ibu), kadar
feritin, kadar Hb, jenis kelasi dan ukuran limpa merupakan variabel bebas yang
berpengaruh terhadap kualitas hidup anak thalassemia beta mayor dengan ukuran
limpa sebagai faktor yang paling berpengaruh terhadap kualitas hidup anak
PEMBAHASAN
Kualitas hidup anak thalassemia beta mayor secara umum dipengaruhi oleh
banyak faktor, antara lain: kondisi global meliputi, kebijakan pemerintah dan asas-
kesehatan. Kondisi eksternal meliputi infeksi atau penyakit lain, aktivitas yang terlalu
berat, lingkungan tempat tinggal, cuaca, musim, polusi, jumlah saudara, kepadatan
penduduk, pendidikan orang tua, pendapatan orang tua, status sosial ekonomi
keluarga. Kondisi interpersonal meliputi hubungan sosial dalam keluarga (orang tua,
saudara kandung, saudara lain serumah), hubungan dengan teman sebaya. Kondisi
personal meliputi genetik, ras, jenis kelamin, umur, status gizi, derajat penyakit dan
onset penyakit.32
pengelolaan lebih baik dan kualitas hidup dapat optimal, terutama penilaian terhadap
63
pelaksanaan transfusi dan pemberian kelasi. Penentuan batasan umur berdasarkan
bahwa umur tersebut termasuk dalam masa perten gahan atau satu masa periode
perkembangan social sehingga pada umur tersebut anak sudah dapat mengerti
diperkenankan penilaian kualitas hidup pada anak didampingi orang tuanya (parent
proxy report).35 Peds QL merupakan salah satu instrument penilaian kualitas hidup
yang dapat digunakan baik dengan pengisian sendiri maupun diwakili orang tua.
sebagian besar berjenis kelamin perempuan 30 (54,5%), terlihat tidak ada perbedaan
persentase jenis kelamin pada thalassemia beta major, hal ini sesuai dengan teori
bahwa gen beta thalassemia diwariskan menurut hukum mendel secara autosomal
25% normal, 50% sebagai pengemban bakat dan 25% kemungkinan merupakan
penderita, tidak tergantung jenis kelamin, dimana sintesis rantai polipeptida globin
beta hanya berlangsung didalam sel-sel dari seri eritroid, meskipun gen globin beta
Umur subyek penelitian terbagi sama banyak baik dari kelompok umur 5-7
tahun maupun 8-12 tahun dan 13-14 tahun. Tidak dijumpai penurunan jumlah subyek
penelitian dengan makin menurunnya kelompok umur subyek penelitian. Hal ini
berbeda dengan penelitian Wahidiyat (1979) yang menemukan bahwa semakin tua
golongan umur anak, makin sedikit jumlah penderitanya.7 Hal ini mungkin karena
kelompok umur yang tidak sama antara penelitian ini dan penelitian sebelumnya
bervariasi, terbanyak pada umur 0-1 tahun. Hal ini sama dengan penelitian Wahidiyat
(1979) dimana subyek penelitian pertama kali didiagnosis terbanyak pada usia 0-1
lebih.Ini terkait dengan pola pengasuhan anak yang akan lebih baik dalam sosialisasi,
stimulasi jika anggota keluarga lebih banyak, namun untuk kebutuhan pengobatan
Penelitian ini menemukan bahwa persentase status gizi anak terbanyak adalah
gizi kurang, hal ini sesuai dengan penelitian Wahidiyat I (1979) yang menemukan
2,7% penderita thalassemia beta mayor digolongkan dalam gizi baik, sedangkan
64,1% gizi kurang dan 13,2% gizi buruk.7 Prasong (1996) pada penelitiannya
terhadap 111 anak penderita thalassemia beta mayor mendapatkan status gizi anak
perempuan yang dibawah -1 SD (gizi kurang dan gizi buruk) lebih banyak dibanding
anak laki-laki, dimana anak perempuan 28% sedang anak laki-laki 64% (p<0,03).21
Demikian pula dengan status HAZ, persentase anak normal dengan pendek hampir
sama banyak. Pignati dkk (1986) mendapatkan tinggi badan anak dibawah -2SD
dimana anak laki-laki 39% dan anak perempuan 34%, tetapi setelah umur 14 tahun
baru terdapat perubahan tinggi badan dimana anak laki-laki menjadi perawakan
pendek sebanyak 62% dan anak perempuan 38%.66 Penelitian kami meneliti subyek
berumur 5-14 tahun, sehingga belum nampak jelas gangguan pertumbuhan linier.
Katamis dkk (2007) menemukan gangguan pertumbuhan dapat terjadi pada tahun
pertama dan kedua kehidupan anak dengan penderita berat, tetapi paling sering
setelah umur 6-8 tahun. Pertumbuhan penderita thalassemia beta mayor sejak 4-5
tahun bila mendapat transfusi yang teratur akan mengalami pertumbuhan yang
normal baik berat badan dan tinggi badan.67 Gangguan pertumbuhan pada penderita
thalassemia beta mayor yang terjadi pada anak usia dibawah 10 tahun berhubungan
dengan hiperaktif sumsum tulang, pemberian transfusi yang sedikit atau yang tidak
perawakan pendek pada thalassemia beta mayor yang tergantung transfusi 54,5%
banyak pada thalassemia beta mayor diatas usia 10 tahun (83% vs 16,7%).68 Pada
penelitian kami tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan rerata nilai kualitas
hidup anak thalassemia beta mayor, hal ini karena ada faktor-faktor lain yang
berpengaruh terhadap status gizi seperti pemeriksaan hormon yang tidak kami
Pada penelitian ini didapati secara klinis anak dengan facies coley yaitu wajah
tanpa hidung yang pesek tanpa pangkal hidung, jarak antara kedua mata yang lebar
dengan tulang dahi yang lebar pula.Hal ini disebabkan oleh karena gangguan
perkembangan tulang muka dan tengkorak, juga didapati kulit tampak kekuning-
kuningan yaitu ikterik pada 15 (27,3%) penderita. Pada anak yang telah sering
mendapat transfusi darah kulita akan berwarna kelabu serupa dengan warna besi
akibat adanya penimbunan besi dalam jaringan kulit, didapati pada 23 subyek
(41,8%), sedangkan pucat oleh karena kekurangan darah merupakan tampilan klinis
yang paling banyak ditemukan pada penderita thalassemia dengan 47 (85,5%). Pada
subyek penelitian pembesaran limpa yang mengakibatkan perut membuncit didapati
pada semua subyek dengan sebagian besar didapatkan berukuran schuffner 3, kecuali
yang telah mendapat operasi splenektomi. Selain pemebesarn limpa juga didapati
Pada penelitian ini terdapat hubungan negative derajat rendah yang bermakna
antara rerata nilai kualitas hidup anak thalassemia mayor dengan ukuran limpa (r=-
0,324;p=0,016). Semakin besar limpa maka kualitas hidup anak thalassemia beta
mayor semakin rendah. Pembesaran hati dan limpa ini terutama disebabkan keaktifan
sistem eritropoietik ekstra medular dan penimbunan besi dalam alat-alat etrsebut.
Pada anak-anak yang besar, pembesaran hati dan limpa kadang-kadang sedemikian
terhadap isi rongga perut, terutama saluran penecernaan yang mengakibatkan anak
tidak nafsu makan, secara mekanis menyebabkan juga mobilitas anak berkurang.
pretransfusion 7,8g/dl ± 1,91 dengan kadar Hb terendah 4,3 g/dl dan tertinggi 12,5
g/dl. Ini sesuai dengan penelitian Ghorashi (2007) bahwa rerata Hb pre transfusion
hemoglobin adalah 9.03g/dl± 1.29, dengan terendah 4.1 dan tertinggi 11.4 g/dl. Pada
penelitian kami terdapat hubungan positif derajat rendah yang bermakna antara rerata
nilai kualitas hidup anak thalassemia beta mayor dengan kadar hemoglobin (r=0,289;
p=0,032). Hal ini diduga karena banyak faktor yang mempengaruhi kadar Hb
penderita, dimana pada penelitian ini kami tidak kami teliti. Ghorashi (2007)
Pasien thalassemia beta mayor, regimen transfusi darah, kadar hemoglobin dan
Salah satu dari komplikasi mayor pada pasien yang tergantung transfusi
kelasi besi dengan dosis tepat secara teratur. Olivieri dkk (1994) kadar feritin >2500
µg/L berakibat penyakit jantung (p<0,001). Feritin <2500 µg/L bebas penyakit
jantung 100% setelah 10 tahun, 91% setelah 15 tahun. Rerata kadar besi pada
penelitian ini masih dibawah 2500 µg/L. Prognosis harapan hidup lebih baik pada
pasien yang menerima regular transfusi dan serum feritin <2500 µg/L dengan terapi
kelasi.70 Kadar besi pada subyek penelitian ini terbanyak pada kelompok dengan
kadar besi <1500 µg/L. Pada penelitian kami dengan kadar feritin sebagian besar
dibawah 1500 µg/L dan didapati sebagian besar rerata kualitas hidup diatas populasi
normal, sesuai dengan penelitian Charafeddine (2008) kadar feritin <1500 µg/L
didapati kualitas dan harapan hidup lebih baik (p<0,024)14, namun dengan analisa
statistik didapati tidak adanya hubungan bermakna antara rerata kualitas hidup
menemukan bahwa kadar serum feritin secara signifikan tinggi pada pasien
yang optimal pada penderita thalassemia beta mayor, termasuk monitor parameter
pertumbuhan dan mengoptimalkan terapi kelasi besi.71 Besi merupakan elemen kritis
yang dibutuhkan untuk fungsi normal seluruh sel tubuh dan penting untuk proses
metabolik dasar seperti transport oksigen, sintesis DNA dan transport elektrolit.
yang potensial mengancam jiwa, tertimbun pada pasien thalassemia yang menerima
transfusi darah regular. Kelebihan besi merupakan keadaan yang berbahaya dan
kondisi fatal dengan deposisi besi dalam tubuh. Pada kelebihan besi berat, deposisi
pada jantung, hati dan endokrin berdampak pada fungsi organ-organ tersebut
mengakibatkan berkurangnya harapan hidup. Ada dua jenis terapi kelasi yang
digunakan di Indonesia pada saat ini yaitu secara parenteral desferoksamin dan secara
signifikan.60 Pada penelitian ini didapatkan tidak adanya hubungan antara rerata nilai
kualitas hidup dengan jenis kelasi besi yaitu (r=0,245; p=0,061). Kami duga karena
adanya faktor lain yang tidak kami teliti yaitu dosis yang diterima apakah sesuai
dengan dosis terapi, mengingat mahalnya obat dan membutuhkan keteraturan
pemakaian.
Pendidikan orang tua merupakan faktor penting pada tingkat status sosial
sosialisasi anak. Pola pengasuhan banyak bergantung pada pendidikan orang tua,
berinteraksi sosial anak. Pada penelitian kami pendidikan ayah dan ibu menunjukkan
hubungan bermakna terhadap kualitas hidup anak thalassemia beta mayor. Hal ini
bahwa 31% ayah berpendidikan sekolah dasar. Lima puluh tiga persen ibu buta
huruf, sehingga berakibat pada status ekonomi dan ditunjukkan dengan 81% anak
pendidikan ibu berhubungan dengan keinginan menambah anak lagi atau keluarga
berencana.73 Pada penelitian ini didapatkan hasil, semakin baik status ekonomi
keluarga maka semakin baik kualitas hidupnya. Semakin tinggi tingkat status
dalam hal ini sumber dana untuk pengobatan anak. Disamping itu juga akan
berpengaruh terhadap informasi tentang kesehatan yang diperoleh orang tua, baik
Berdasarkan kriteria nilai kualitas hidup ‘normal’ sama atau lebih besar dari -
1SD dan kualiytas hidup yang beresiko kurang dari -1 SD dari rerata Peds QL yang
37
dilaporkan pembuat instrument (81,38 ±15,90) rerata Peds QL penelitian ini lebih
besar dari – 1 SD (≥65,48), namun bila dilihat pada masing-masing domain penilaian,
domain social dan penilaian diri lebih besar – 1 SD, sedangkan domain fisik, emosi,
sekolah lebih kecil dari – 1SD. Pengukuran QOL dengan EQ 5D pada 39 anak umur
masalah emosi, depresi khusus 62% dan masalah kelakuan 49%. Dampak QOL
dengan adanya nyeri dan rasa tidak enak 64%, depresi dan masalah mobilitas 33%.
Masalah psikologi adalah prediktor signifikan terhadap QOL.73 Penelitian Khani dkk
(2009) dari 687 orang dengan SF-36 kuesioner, 328 subyek penelitian (47,9%)
mempunyai level excellent untuk fungsi fisik.74 Khurana (2006) meneliti bahwa
sekolah untuk transfusi, nilai akademik terhambat karena harus rutin mengunjungi
RS, demikian juga domain emosi penderita membutuhkan dukungan dari orang tua
dan tidak dapat berdiri sendiri, masalah juga dialami pada domain fisik.Pada domain
social tidak didapati amsalah.58 Sadowski (2006) dan Tsiantis (1996) persoalan yang
paling banyak dihadapi penderita thalassemia adalah di domain fisik dan emosi.
Penelitian kami sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa domain kualitas hidup
yang paling terganggu adalah domain fisik, domain emosi, dan domain pendidikan
61,62
(sekolah) Terganggunya domain pendidikan karena pelaksanaan transfusi yang
berlangsung pada pagi hari sehingga dirasakan mengganggu proses belajar mengajar
untuk membuka pelayanan malam hari sehingga proses belajar mengajar penedrita
thalassemia beta mayor tidak terganggu. Pada pusat pelayanan thalassemia diperlukan
tim medis yang tidak hanya terdiri dari paramedis namun adanya tenaga psikologis
Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian ini tidak menemukan hubungan antara status gizi, khususnya tinggi
2. Penelitian ini tidak menemukan hubungan antara jenis kelasi besi dengan
3. Penelitian ini tidak menemukan hubungan kadar feritin dengan kualitas hidup.
6.1. SIMPULAN
Berdasarkan data dan analisis seperti yang diuraikan di atas maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
2. Tidak terdapat hubungan bermakna antara kadar feritin dengan rerata nilai
3. Tidak terdapat hubungan bermakna antara status gizi dengan rerata nilai
4. Tidak terdapat hubungan bermakna antara jenis kelasi dengan kategori kualitas
ekonomi dengan rerata nilai kualitas hidup anak thalassemia beta mayor
9. Secara bersama-sama tingkat kadar feritin, kadar Hb, jenis kelasi dan ukuran
limpa, status ekonomi serta pendidikan orang tua (ayah maupun ibu), status
6.2. SARAN
2. Perlu adanya kartu thalassemia untuk setiap penderita agar dapat di catat
3. Perlu penelitian lebih lanjut dengan pemeriksaan feritin dan dilakukan food
yang belum kami teliti yang berhubungan dengan kualitas hidup anak
PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KUALITAS
HIDUP
ANAK THALASSEMIA BETA MAYOR
JUDUL PENELITIAN :
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup anak thalassemia beta mayor
INSTANSI PELAKSANA :
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNDIP/ RS. Dr. Kariadi Semarang, UTD PMI
cabang Semarang Jawa tengah
TEMPAT PENELITIAN :
Bangsal Anak RS. Dr. Kariadi Semarang, UTD PMI cabang Semarang Jawa tengah
menyatakan :
Saya mengerti sepenuhnya bahwa partisipasi ini bersifat sukarela dan saya dapat
menolak mengikuti penelitian ini.
Semarang,................................
Saksi Orangtua
(..........................................) (............................................)
Dokter yang memberi penjelasan
PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KUALITAS
HIDUP
ANAK THALASSEMIA BETA MAYOR
……………………………………………………………………..
Jenis kelamin :□ laki-laki □ perempuan
Suku :
Ras :
Sekolah :□Taman bermain □TK □Taman Pendidikan AlQuran
□ SD □ SMP □SMU □Tidak Sekolah
Nama Ayah :
………………………...Umur:……………………………………
Alamat :…………………………Serumah dengan anak : □Ya
□Tidak
Status Ayah :□Ayah Kandung □Ayah Tiri □Ayah Angkat
Pendidikan Ayah :□SD □SMP □SMU □Perguruan
Tinggi
□Tidak Sekolah □
……………………………………………
Pekerjaan Ayah :□PNS/ABRI □Swasta □Buruh □Petani
□Nelayan □ Tidak bekerja
□…………………
Penghasilan/bulan : :□ <250.000 □ 250.000-500.000
□501.000-750.000 □ 751.000-1.000.000
□1.001.000-1.250.000 □ 1.251.000-1.500.000
□1.500.000-2.000.000 □ 2.000.000-2.500.000
□2.500.000-3.000.000 □ 3.000.000-3.500.000
□3.500.000-4.000.000 □ 4.000.000-4.500.000
□>5.000.0000
Penilaian awal :
1. Berat badan (kg) :
2.Tinggi badan (cm) :
3.Lingkar Lengan Atas :
4.MAMC :
5.IMT :
6.Status Gizi : □ Buruk □ Kurang □ baik □ overweight
□obesitas
7.Pemeriksaan fisik :
a.Facies coley :□ya □tidak
b.Pucat :□ya □tidak
c.Ikterus :□ya □tidak
d.Kulit kelabu :□ya □tidak
e.Pembesaran Hati :□ya □tidak
f.Pembesaran Limpa :□ya □tidak
g.Gagal Jantung :□ya □tidak
8.Riwayat penyakit
a.Pertama kali didiagnosa thalassemia, umur berapa (bulan/tahun :
Dimana : ………………………………,
Periksa Hb elektroforesa :……………… (bila ada data
kesan…………………...)
Apakah ada data Hb elektroforesa orang tua :
……………………………………
b.Umur berapa mulai transfusi :…………………………□teratur □tidak
teratur
c.Berapa lama sudah di transfusi :□ ≤1tahun □≤5 tahun □≤ 10 tahun □>10
tahun
d.Frekuensi tranfusi dalam 1 tahun terakhir : □ ≤2mg □3mg □ 4mg □>1 bulan
e.Jumlah kantong darah transfusi dalam 1 tahun terakhir :
konversikan dalam cc/ml, 1 kantong @ 200-300
cc:……………………………….
f.Rata-rata dalam sekali transfusi menerima berapa kantong
:…………………….
g.Berapa harga 1 kantong darah:……………., harga kamar
sehari:……………….
Harga alat-alat infus:…………..., Ongkos dari rumah ke
PMI/RSDK:…………..
g.Jumlah transfusi yang telah diterima (liter) sampai saat ini
:…………………….
h.Jumlah besi yang masuk (gram)
:……………………………………
i.Penggunaan kelasi besi :□ya □tidak
j.Kelasi oral : nama obat ……………………, frekuensi :
………………………
Berapa harga obat tersebut pertablet :
……………………………………………
k.Kelasi parenteral : Nama obat:…………….,Dipakai berapa kali
sebulan:………
Bila memakai desferal. Dalam 1 tahun terakhir ini :
Apakah setiap transfusi mendapat obat tersebut : □ya □tidak
Bila ya berapa botol dipergunakan
:…………………………………………….
Berapa harga 1 botol
desferal:…………………………………………………..
Apakah memakai syringe pump desferal dirumah, berapa lama
(jam/hari):…….
Berapa harga peminjaman syringe pump sehari:………………………………
l.Apakah memakai kelasi oral dan parenteral sekaligus :□ya □tidak
Apa saja
namanya:………………………………………………………………
m.Selama transfusi dan mendapat obat kelasi ditanggung oleh
:…………………..
n.Apakah limpa di Splenektomi :□ya □tidak
Jika ya, kapan :
o. Pernah dikatakan Gagal jantung dan dirawat ? :□ya □tidak
Dirawat dimana ? :……………………………
Lampiran 4. Kriteria tingkat ekonomi menurut BPS (penerima BLT)
PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KUALITAS
HIDUP
ANAK THALASSEMIA BETA MAYOR
1. Luas lantai bangunan kurang dari 8m persegi per orang
2. Lantai rumah dari tanah, bamboo, kayu murahan
3. Dinding rumah, rumbia, kayu kualitas rendah, tembok tanpa plester
4. Tidak memiliki fasilitas jamban atau menggunakan jamban bersama
5. Rumah tidak dialiri listrik
6. Sumber air minum dari sumur atau mata air tak terlindungi, sungai, air hujan
7. Bahan bakar memasak dari kayu bakar, arang, minyak tanah
8. Hanya mengonsumsi daging, ayam dan susu sekali seminggu
9. Hanya sanggup membeli baju sekali setahun
10. Hanya sanggup makan dua kali sehari atau sekali sehari
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas
12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga petani dengan luas lahan 0,5 hektar,
buruh tani, nelayan, buruh bangunan dan lain-lain dengan penghasilan kurang
dari Rp 600 ribu per bulan
13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga tidak sekolah, tidak tamat SD atau
hanya SD
14. Tidak punya tabungan atau barang dengan nilai jual dibawah Rp 500 ribu
seperti ternak, motor dan lain-lain
………………………………………………………………………
Sekolah :□Taman Bermain □TK □TPA
:□SD □SMP □SMU □Tidaksekolah
Pengisian kesioner diwakili oleh:
Nama :………………………..Umur
:……………………………..
Alamat
:……………………………………………………………………..
Pendidikan :□SD □SMP □SMU □Perguruan
Tinggi
□Tidaksekolah
Hubungan dengan penderita :
□Orang tua □Kakak
□Wali,………………………………………………
Dbawah ini beberapa pertanyaan yang mungkin merupakan masalah yang didapatkan
pada……………………………………………………………………….(nama
penderita)
Semua jawaban yang anda berikan tidak kami nilai benar atau salah.
Apabila anda tidak memahami pertanyaannya, silahkan menanyakan pada kami.
Cara Kerja
1. Disediakan 16 tabung (8 pasang), 2 tabung diberi label A untuk non spesifik
binding, label B hingga A masing-masing 2 tabung untuk kalibrasi, 3 pasang
tabung untuk kontrol dan tabung selanjutnya untuk sampel.
2. 10 mikro liter reagen kalibrator dimasukkan ke masing-masing tabung
kalibrasi sesuai dengan label, 10 ul serum kontrol ke tabung kontrol dan 10 ul
serum ke tabung sampel
3. Kemudian ditambahkan 200ul ferritin assay buffer ketiap tabung
4. Diinkubasi selama 30 menit dengan pengocokan diatas shaker
5. Di dekantasi, kemudianditambah buffer pencuci 2 ml pada tiap tabung,
ditunggu 1-2 menit kemudian di dekantasi lagi.
6. Setelah itu ditambahkan 100 ul antibody antiferritin yang berlabel I 125 pada
setiap tabung
7. Di inkubasi selama 30 menit dengan pengocokan diatas shaker
8. Didekantasi, kemudian tambahkan buffer pencuci 2 ml pada tiap tabung,
tunggu 1-2 menit kemudian di dekantasi lagi
9. Tabung dilap dengan kertas tissue jangan sampai terkena dasarnya
10. Dibaca dengan gamma counter selama 1 menit
LAMPIRAN HASIL ANALISIS STATISTIK
1. Deskriptif
Descriptive Statistics
Sex
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid laki-laki 25 45.5 45.5 45.5
perempuan 30 54.5 54.5 100.0
Total 55 100.0 100.0
Schuffner
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 11 20,0 20,0 20,0
1 5 9,1 9,1 29,1
2 10 18,2 18,2 47,3
3 14 25,5 25,5 72,7
4 4 7,3 7,3 80,0
5 5 9,1 9,1 89,1
6 4 7,3 7,3 96,4
7 2 3,6 3,6 100,0
Total 55 100,0 100,0
Pendidikan_ayah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 10 18.2 18.2 18.2
SMP 9 16.4 16.4 34.5
SMA 24 43.6 43.6 78.2
PT 12 21.8 21.8 100.0
Total 55 100.0 100.0
Pendidikan_ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 14 25.5 25.5 25.5
SMP 14 25.5 25.5 50.9
SMA 17 30.9 30.9 81.8
PT 10 18.2 18.2 100.0
Total 55 100.0 100.0
Kateg_BLT
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak miskin 30 54.5 54.5 54.5
mendekati miskin 14 25.5 25.5 80.0
miskin 9 16.4 16.4 96.4
sangat miskin 2 3.6 3.6 100.0
Total 55 100.0 100.0
Kateg_HAZ
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid pendek 27 49.1 49.1 49.1
normal 28 50.9 50.9 100.0
Total 55 100.0 100.0
Kateg_StatusGizi2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 23 41.8 41.8 41.8
kurang 32 58.2 58.2 100.0
Total 55 100.0 100.0
Kateg_JenisKelasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid oral 33 60.0 60.0 60.0
parenteral 22 40.0 40.0 100.0
Total 55 100.0 100.0
Kategori total QL
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid QL kurang 18 32.7 32.7 32.7
QL baik 37 67.3 67.3 100.0
Total 55 100.0 100.0
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
*
HB_RSDK .071 55 .200 .980 55 .472
Feritin_Gaki .233 55 .000 .859 55 .000
Mean_Peds_QL .084 55 .200* .980 55 .471
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Schuffner Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Mean_Peds_QL 0 ,128 11 ,200(*) ,928 11 ,393
1 ,247 5 ,200(*) ,819 5 ,115
2 ,198 10 ,200(*) ,935 10 ,499
3 ,138 14 ,200(*) ,926 14 ,266
4 ,276 4 . ,864 4 ,275
5 ,213 5 ,200(*) ,935 5 ,629
6 ,276 4 . ,912 4 ,494
7 ,260 2 .
* This is a lower bound of the true significance.
a Lilliefors Significance Correction
3. Uji hubungan kadar Hb, kadar ferritin, ukuran limpa dengan rerata Peds.
QL
Correlations
Mean_Peds_QL HB_RSDK
Mean_Peds_QL Pearson Correlation 1 .289*
Sig. (2-tailed) .032
N 55 55
*
HB_RSDK Pearson Correlation .289 1
Sig. (2-tailed) .032
N 55 55
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Correlations
Pendidikan Pendidikan
Mean_Peds_QL _ayah _ibu
Spearman's rho Mean_Peds_QL Correlation
1,000 ,295(*) ,336(*)
Coefficient
Sig. (2-tailed) . ,029 ,012
N 55 55 55
Pendidikan_ayah Correlation
,295(*) 1,000 ,700(**)
Coefficient
Sig. (2-tailed) ,029 . ,000
N 55 55 55
Pendidikan_ibu Correlation
,336(*) ,700(**) 1,000
Coefficient
Sig. (2-tailed) ,012 ,000 .
N 55 55 55
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
5. Uji hubungan status Gizi dan status ekonomi dengan mean kualitas hidup
Correlations
Mean_Peds_Q Kateg_StatusG
L Kateg_BLT izi
Spearman's rho Mean_Peds_QL Correlation Coefficient 1,000 -,304(*) -,065
Sig. (2-tailed) . ,024 ,637
N 55 55 55
Kateg_BLT Correlation Coefficient -,304(*) 1,000 ,168
Sig. (2-tailed) ,024 . ,219
N 55 55 55
Kateg_StatusGizi Correlation Coefficient -,065 ,168 1,000
Sig. (2-tailed) ,637 ,219 .
N 55 55 55
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
6. Uji hubungan jenis kelasi besi dengan mean kualitas hidup
Crosstab
Kategori total QL
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 3.524a 1 .061
b
Continuity Correction 2.508 1 .113
Likelihood Ratio 3.696 1 .055
Fisher's Exact Test .082 .055
Linear-by-Linear Association 3.459 1 .063
b
N of Valid Cases 55
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.20.
b. Computed only for a 2x2 table
Variables Entered/Removedb