Bullying Di Sekolah: Pengertian, Dampak, Pembagian Dan: Edagogia Jurnal Ilmu Pendidikan
Bullying Di Sekolah: Pengertian, Dampak, Pembagian Dan: Edagogia Jurnal Ilmu Pendidikan
Bullying Di Sekolah: Pengertian, Dampak, Pembagian Dan: Edagogia Jurnal Ilmu Pendidikan
Abstrak
Kasus bullying banyak terjadi di Indonesia yang mana melibatkan siswa sekolah. Hal
itu menghambat proses belajar siswa sekolah. Penelitian bertujuan untuk
mengetahui pengertian, dampak, pembagian dan cara menanggulangi bullying.
Penelitian menggunakan pendekatan studi literature mengenai teori dasar,
dampak, pembagian dan cara menanggulangi bullying. Definisi bullying mengacu
pada Olweus (1999), yang mendefinisikan bullying sebagai masalah psikososial
dengan menghina dan merendahkan orang lain secara berulang-ulang dengan
dampak negatif terhadap pelaku dan korban bullying di mana pelaku mempunyai
kekuatan yang lebih dibandingkan korban. Sejalan dengan kemajuan teknologi,
bullying tidak hanya terjadi secara face-to-face, namun juga terjadi pada platform
media sosial. Beberapa praktisi pendidikan bisa menanggulangi dampak bullying
dan meminimalisir angka bullying dengan beberapa program intervensi terhadap
siswa sekolah dengan melibatkan orang tua, teman sebaya, pendidik, konselor
sekolah, administrator sekolah, dan warga sekolah.
DOI 10.17509/pdgia.v17i1.13980
e.ISSN 2579-7700 p.ISSN 1693-5276
56 I Kusumasari, Farida, Dominikus. Bullying di Sekolah…….
DOI 10.17509/pdgia.v17i1.13980
e.ISSN 2579-7700 p.ISSN 1693-5276
Pedagogia Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 17 (1) (2019) I 57
DOI 10.17509/pdgia.v17i1.13980
e.ISSN 2579-7700 p.ISSN 1693-5276
58 I Kusumasari, Farida, Dominikus. Bullying di Sekolah…….
DOI 10.17509/pdgia.v17i1.13980
e.ISSN 2579-7700 p.ISSN 1693-5276
Pedagogia Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 17 (1) (2019) I 59
DOI 10.17509/pdgia.v17i1.13980
e.ISSN 2579-7700 p.ISSN 1693-5276
60 I Kusumasari, Farida, Dominikus. Bullying di Sekolah…….
(bullying) yang mengacu pada konsep secara fisik atau verbal yang merujuk
traditional bullying. Karena pada pada
pendefinisian bullying berdasarkan pada seksualitas atau identitas gender
traditional bullying, Sticca & Perren (2013) seseorang (Dupper, 2013). Bullying
mengartikan bullying (bullying) seksual sebagaimana mengolok-olok
berdasarkan pada definisi yang diajukan seseorang untuk homoseksual, mengolok-
oleh Olweus (1999). Dengan demikian, olok organ sensitif perempuan,
traditional bullying berarti perilaku agresif menggunakan istilah seksual (misalnya,
yang dilakukan berulang kali dengan perempuan malam) untuk menjatuhkan
sengaja terhadap korban yang tak reputasi orang, menyebarkan rumor
berdaya (Olweus, 1999, Sticca & Perren, tentang kehidupan seks korban, dan
2013). Perbedaan traditional bullying menekan seseorang untuk bertindak
dengan cyberbullying terletak pada dengan cara seksual (misalnya, proposisi
penggunaan media elektronik dalam seksual) (Dupper, 2013; Duncan, 2012).
interaksi sosial dan komunikasi (Sticca & Bullying seksual tidak hanya terjadi pada
Perren, 2013). perempuan saja, namun juga terjadi pada
Waasdorp & Bradshaw (2015) laki-laki. Selain itu, bullying tipe ini juga
menguraikan bullying pada tiga poin, tidak hanya terjadi pada intra-gender saja,
yakni: fisik, verbal, dan hubungan. Bullying namun juga pada kasus seksual inter-
fisik berupa tindakan agresi individu gender (Duncan, 2012).
terhadap individu lain yang melibatkan Bullying tipe yang terakhir, apabila
anggota fisik, seperti: memukul dan merujuk pada Dupper (2013) adalah
menendang korban, sementara bullying bullying bias, dimana korban diserang
verbal adalah kekerasan yang dilakukan karena menjadi bagian atau anggota
secara verbal (baik melalui lisan maupun suatu kelompok yang termarginalkan,
tulisan), seperti: menggoda, memanggil bukan dikarenakan karakter yang terdapat
dengan sebutan yang menyakitkan, dan pada korban. Dalam hal ini, kasus yang
mengancam (Waasdorp & Bradshaw, sering terjadi adalah ketika individu
2015; Dupper, 2013). Selanjutnya, bullying menjalin pertemanan dengan korban yang
hubungan ialah di mana pelaku tidak sering menerima perlakuan bullying.
secara langsung menghadapi korban Individu tersebut dipukul atau dihina
dengan mencoba untuk mengisolasi karena dia berteman dengan individu yang
korban secara sosial dan memisahkan selalu mendapatkan perlakuan bullying
korban dari kelompok sosial (Waasdorp & (Dupper, 2013).
Bradshaw, 2015; Dupper, 2013).
Termasuk pada tipe bullying relasi ialah 3. Cyberbullying
menyebarkan rumor jelek yang Para peneliti di dunia menemukan
dimaksudkan untuk merusak reputasi kesulitan untuk mencapai konsensus
korban, menolak dan mempermalukan tentang bagaimana mendefinisikan
korban, dan memanipulasi persahabatan cyberbullying itu sendiri (misalnya,
(Waasdorp & Bradshaw, 2015; Dupper, Olweus, 2013; Smith, del Barrio, &
2013). Tokunaga, 2012; Ybarra, Boyd,
Selanjutnya, Dupper (2013) Korchmaros, & Oppenheim, 2012).
menambahkan dua tipe bullying yang Namun, dapat disimpulkan bahwa
termasuk dalam traditional bullying, yakni: cyberbullying merupakan sebuah perilaku
bullying seksual dan bullying bias. Bullying bullying yang terjadi di dalam berbagai
seksual merupakan perilaku bullying media teknologi. Secara khusus,
DOI 10.17509/pdgia.v17i1.13980
e.ISSN 2579-7700 p.ISSN 1693-5276
Pedagogia Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 17 (1) (2019) I 61
DOI 10.17509/pdgia.v17i1.13980
e.ISSN 2579-7700 p.ISSN 1693-5276
62 I Kusumasari, Farida, Dominikus. Bullying di Sekolah…….
DOI 10.17509/pdgia.v17i1.13980
e.ISSN 2579-7700 p.ISSN 1693-5276
Pedagogia Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 17 (1) (2019) I 63
bullying lainnya (sebagai pelaku, maupun Orang tua sering kali diabaikan dan
korban), status sosial di sekolah, tingkat tidak diikutsertakan dalam program
kelas, dan sebagainya adalah variabel penanggulangan terhadap bullying seperti
yang relevan. ini, seharusnya mereka perlu terlibat aktif
Faktor iklim sekolah juga harus (Simon & Olson, 2014). Mengingat bahwa
diperhatikan dalam program pencegahan jumlah cyberbullying yang signifikan
dan intervensi. Iklim kebaikan, kasih terjadi di luar sekolah (yang masih
sayang, dan empati perlu ditekankan memengaruhi siswa selama hari sekolah),
sebagai norma, dan siswa perlu diajari orang tua perlu dilatih untuk mengenali
bahwa bullying adalah pilihan perilaku cyberbullying dan untuk berkomunikasi
buruk yang tidak akan dihargai oleh dengan anak mereka tentang hal ini.
siapapun (Kowalski, et al., 2012; Simon & Orang tua juga harus didorong untuk
Olson, 2014). terlibat dalam pengembangan program
Titik awal yang baik untuk diskusi dan kebijakan yang berkaitan dengan
mengenai bullying dan kesejahteraan pencegahan bullying (Limber et al., 2016).
digital adalah di dalam kelas. Program Siswa yang melihat bahwa orang tua
pencegahan dan intervensi terhadap mereka secara aktif terlibat dalam upaya
bullying yang paling efektif bukanlah yang penanggulangan bullying di sekolah
berhasil mengundang seorang pembicara mereka, akan lebih cenderung mendekati
yang berpengetahuan luas untuk sebuah orang tua mereka sebagai titik kontak
pertemuan para siswa tentang bullying. pertama dalam peristiwa yang terjadi di
Rancangan seperti ini sering dalam cyberbullying itu sendiri.
digunakan di sekolah-sekolah, tetapi tidak
secara efektif memberikan perhatian dan
memfokuskan di tiap tingkatan kelas yang
E. KESIMPULAN
ada. Meskipun informasi yang diberikan
Dampak dari bullying tidak hanya
oleh pembicara itu bermanfaat, program
dirasakan oleh korban bullying, akan
yang paling efektif adalah program yang
tetapi juga berimplikasi terhadap perlaku
waktu kelasnya dikhususkan untuk diskusi
bullying. Dampak bullying berupa
dan kegiatan tentang bullying (Limber,
gangguan kesehatan mental. Sementara
Kowalski, & Agatston, 2014a). Situasi
itu, terdapat dua pembagian bullying,
dapat disajikan kepada siswa dan siswa
mengacu pada media yang dilibatkan,
diminta untuk mengidentifikasi apakah
yakni traditional bullying dan
situasinya tersebut mengandung unsur
cyberbullying. Keduanya merupakan
bullying atau tidak, Dalam diskusi kelas
sebuah tindakan agresi yang
ini, siswa dapat diberikan pertanyaan
menyebabkan kerugian pada orang lain,
mengenai apa yang mereka ketahui
yang biasanya dilakukan secara berulang
tentang kebijakan sekolah tentang
dari waktu ke waktu, dan terjadi di antara
bullying, bagaimana siswa melaporkan
individu yang hubungannya dicirikan oleh
bullying, dan bagaimana mereka
ketidakseimbangan kekuasaan (Kowalski
seharusnya menanggapi dengan baik
et al.,, 2014; Kowalski et al., 2012).
dalam situasi bullying yang mereka terima.
Untuk tindakan prevensi dan
Ini dapat memberikan siswa kesempatan
intervensi terhadap bullying terdapat
untuk terlibat dalam dialog terbuka di
beberapa poin, yaitu: (1) Mengenali dan
lingkungan yang aman. Selain itu, dapat
menyadari bahwa permasalahan itu ada
membantu para siswa untuk mengenali
(Kowalski & Morgan, 2017). (2)
perilaku bullying yang sebenarnya.
Selanjutnya menyusun program-program
DOI 10.17509/pdgia.v17i1.13980
e.ISSN 2579-7700 p.ISSN 1693-5276
64 I Kusumasari, Farida, Dominikus. Bullying di Sekolah…….
DAFTAR PUSTAKA
Angold, A., Erkanli, A., Copeland, W., Goodman, R., Fisher, P. W., & Costello, E. J. (2012).
Psychiatric diagnostic interviews for children and adolescents: a comparative study.
Journal of the American Academy of Child & Adolescent Psychiatry, 51(5), 506-
517.https://doi.org/10.1016/j.jaac.2012.02.020.
Barlett, C., & Coyne, S. M. (2014). A meta-analysis of sex differences in cyber-bullying
behavior: The moderating role of age. Aggressive Behavior, 40, 474–488.
doi:10.1002/ab.21555.
Casas, J. A., Del Rey, R., & Ortega-Ruiz, R. (2013). Bullying and cyberbullying: Convergent
and divergent predictor variables. Computers in Human Behavior, 29(3), 580-587.
https://doi.org/10.1016/j.chb.2012.11.015.
Cornell, D., Gregory, A., Huang, F., & Fan, X. (2013). Perceived prevalence of teasing and
bullying predicts high school dropout rates. Journal of Educational Psychology, 105(1),
138. DOI: 10.1037/a0030416.
Duncan, N. (2012). Sexual bullying: Gender conflict and pupil culture in secondary schools.
London: Routledge.
Dupper, D. R. (2013). School bullying: New perspectives on a growing problem. New York,
NY: Oxford University Press.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia. (2016). Rincian Data Kasus Berdasarkan Klaster
Perlindungan Anak, 2011-2016 [Tabel Ilustrasi KPAI Juli 17, 2016]. Retrieved from
http://bankdata.kpai.go.id/tabulasi-data/data-kasus-per-tahun/rincian-data-kasus-
berdasarkan-klaster-perlindungan-anak-2011-2016.
Kowalski, R. M., & Limber, S. P. (2013). Psychological, physical, and academic correlates of
cyberbullying and traditional bullying. Journal of Adolescent Health, 53, S13–S20.
Kowalski, R. M., & Morgan, M. E. (2017). Cyberbullying in Schools. The Wiley Handbook of
Violence and Aggression, 1-12.
Kowalski, R. M., Giumetti, G. W., Schroeder, A. W., & Lattanner, M. R. (2014). Bullying in
the digital age: A critical review and meta-analysis of cyberbullying research among
youth. Psychological Bulletin, 140, 1073–1137. doi:10.1037/a0035618
Kowalski, R. M., Limber, S. E., & Agatston, P. W. (2012). Cyberbullying: Bullying in the
digital age (2nd ed.). Malden, MA: Wiley-Blackwell.
DOI 10.17509/pdgia.v17i1.13980
e.ISSN 2579-7700 p.ISSN 1693-5276
Pedagogia Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 17 (1) (2019) I 65
Kowalski, R. M., Morgan, C., & Limber, S. (2012). Traditional bullying as a potential warning
sign of cyberbullying. School Psychology International, 33, 505–519.
doi:10.1177/0143034312445244.
Kwan, G. C. E., & Skoric, M. M. (2013). Facebook bullying: An extension of battles in school.
Computers in human behavior, 29(1), 16-25.https://doi.org/10.1016/j.chb.2012.07.014.
Lereya, S. T., Samara, M., & Wolke, D. (2013). Parenting behavior and the risk of becoming
a victim and a bully/victim: A meta-analysis study. Child abuse & neglect, 37(12),
1091-1108. https://doi.org/10.1016/j.chiabu.2013.03.001.
Limber, S., Kowalski, R. M., Agatston, P., & Huynh, H. (2016). Bullying and children with
disabilities. In B. Spodek & O. Saracho (Eds.), Research on bullying in early childhood
education (pp. 129–155). New York, NY: Information Age.
Limber, S., Kowalski, R. M., & Agatston, P. (2014a). Cyber bullying: A prevention curriculum
for grades 3–5 (2nd ed.) Center City, MN: Hazelton.
Limber, S., Kowalski, R. M., & Agatston, P. (2014b). Cyber bullying: A prevention curriculum
for grades 6–12 (2nd ed.) Center City, MN: Hazelton.
Menesini, E., Nocentini, A., & Camodeca, M. (2013). Morality, values, traditional bullying,
and cyberbullying in adolescence. British Journal of Developmental Psychology, 31(1),
1-14. DOI:10.1111/j.2044-835X.2011.02066.x.
Modecki, K. L., Minchin, J., Harbaugh, A. G., Guerra, N. G., & Runions, K. C. (2014).
Bullying prevalence across contexts: A meta-analysis measuring cyber and traditional
bullying. Journal of Adolescent Health, 55(5), 602-
611.https://doi.org/10.1016/j.jadohealth.2014.06.007.
Olweus, D. (1999). Sweden. The nature of school bullying: A cross-national perspective.
London & New York: Routledge.
Olweus, D. (2012). Cyberbullying: An overrated phenomenon? European Journal of
Developmental Psychology, 9, 520–538. doi:10.1080/17405629.2012.682358.
Rosen, L. H., DeOrnellas, K., & Scott, S. R. (2017). Bullying in School: Perspectives from
School Staff, Students, and Parents. Texas: Springer.
Schott, R. M., & Søndergaard, D. M. (Eds.). (2014). School bullying: New theories in context.
Cambridge University Press.
Simon, P., & Olson, R. (2014). Building capacity to reduce bullying. Washington, DC:
Institute of Medicine / National Research Council.
Skrzypiec, G. K., Slee, P. T., Askell-Williams, H., & Lawson, M. J. (2012). Associations
between types of involvement in bullying, friendships and mental health status.
Emotional and Behavioural Difficulties, 17(3–4), 259–272.
doi:10.1080/13632752.2012.704312.
Slee, P. T., & Skrzypiec, G. (2016). Well-being, positive peer relations and bullying in school
settings. Dordrecht, The Netherlands: Springer. DOI 10.1007/978-3-319-43039-3.
Smith, P. K., del Barrio, C., & Tokunaga, R. (2012). Definitions of bullying and cyberbullying:
How useful are the terms? In S. Bauman, D. Cross, & J. Walker (Eds.), Principles of
cyberbullying research: Definition, measures, and methods (pp. 29–40). Philadelphia,
PA: Routledge.
Sticca, F., & Perren, S. (2013). Is cyberbullying worse than traditional bullying? Examining
the differential roles of medium, publicity, and anonymity for the perceived severity of
bullying. Journal of youth and adolescence, 42(5), 739-750.DOI 10.1007/s10964-012-
9867-3.
DOI 10.17509/pdgia.v17i1.13980
e.ISSN 2579-7700 p.ISSN 1693-5276
66 I Kusumasari, Farida, Dominikus. Bullying di Sekolah…….
Takizawa, R., Maughan, B., & Arseneault, L. (2014). Adult health outcomes of childhood
bullying victimization: evidence from a five-decade longitudinal British birth cohort.
American journal of psychiatry, 171(7), 777-784.
https://doi.org/10.1176/appi.ajp.2014.13101401.
Vannucci, M., Nocentini, A., Mazzoni, G., & Menesini, E. (2012). Recalling unpresented
hostile words: False memories predictors of traditional and cyberbullying. European
Journal of Developmental Psychology, 9, 182–194.
doi:10.1080/17405629.2011.646459.
Waasdorp, T. E., & Bradshaw, C. P. (2015). The overlap between cyberbullying and
traditional bullying. Journal of Adolescent Health, 56(5), 483-
488.https://doi.org/10.1016/j.jadohealth.2014.12.002.
Wolke, D., Copeland, W. E., Angold, A., & Costello, E. J. (2013). Impact of bullying in
childhood on adult health, wealth, crime, and social outcomes. Psychological science,
24(10), 1958-1970. https://doi.org/10.1177/0956797613481608.
Ybarra, M. L., Boyd, D., Korchmaros, J. D., & Oppenheim, J. K. (2012). Defining and
measuring cyberbullying within the larger context of bullying victimization. Journal of
Adolescent Health, 51(1), 53-58.
DOI 10.17509/pdgia.v17i1.13980
e.ISSN 2579-7700 p.ISSN 1693-5276