BAB I Edit Baru
BAB I Edit Baru
BAB I Edit Baru
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap bayi harus mendapatkan ASI untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi.
bayi, hal ini dikarenakan proses tumbuh kembang bayi, sedangkan terkadang
ASI yang dihasilkan ibunya kurang memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh
karena itu, pada usia 6 bulan bayi mulai diperkenalkan dan diberikan gizi
tambahan yang berupa makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) atau
makanan tambahan yang bertujuan agar gizi bayi bisa terpenuhi. Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (MP- ASI) adalah makanan atau minuman yang
mengandung zat yang diberikan pada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna
memenuhi kebutuhan gizi selain ASI. (Rotua, Novayelinda, & Utomo, 2018).
menuju makanan keluarga semi padat secara bertahap, seperti jenis, jumlah,
benar akan sangat berpengaruh pada proses tumbuh kembang anak dan
masalah dalam status gizi anak salah satunya masalah gizi kurang dan gizi
rendah secara energi dan nutrisi atau makanan yang disiapkan secara tidak
sehingga bayi dapat memiliki daya tahan tubuh yang rendah terhadap
lebih dari 50% kematian balita disebabkan oleh keadaan kurang gizi dan
dua pertiganya terkait dengan perilaku pemberian makan yang kurang tepat
pada bayi dan anak (Gulo & Nurmiyati, 2015). Indonesia menempati
peringkat kelima dunia dalam masalah gizi buruk atau sekitar 3,8% dari total
Indonesia tahun 2013 yang mengalami gizi buruk sebesar 5,7% dan gizi
kurang sebesar 13,9%, jika jumlah ini dirata-rata sekitar 19,6% balita
penurunan dengan prevalensi sebanyak 3,9% untuk gizi buruk dan 13,8%
untuk gizi kurang dengan rata-rata sekitar 17,7%. Di provinsi Jawa Timur,
angka kejadian kasus gizi buruk dari tahun 2013 hingga tahun 2016 terus
2015).
menargetkan untuk gizi buruk dan kurang akan teratasi jika angka kejadian
sebesar 17%. Provinsi Jawa Timur sendiri pada tahun 2018, angka prosentase
3
balita dengan gizi buruk dan gizi kurang di Jawa Timur sebesar 15% dan
lebih dalam masalah gizi buruk ialah Kabupaten Mojokerto. Hasil laporan
yang diltulis oleh Chariris (2018), dalam Radarmojokerto, data dari dinas
balita yang mengalami gizi buruk dan jumlah ini tersebar dalam 11
yang mengalami gizi buruk dari jumlah 994 balita yang tersebar di 14 desa di
dengan gizi kurang, dan gizi lebih sebanyak 2 bayi dari 85 bayi dari usia 6-
24 bulan. Dari 8 bayi 2 bayi diberikan MP-ASI sebelum usia 6 bulan. Hal ini
tentu akan berpengaruh dalam status gizi dan perkembangan anak tersebut.
Chariris (2018)
adalah 32,1 persen. Sementara itu dari data Dinas Kesehatan Provinsi NTB,
4
NTB 2021)
Pemberian MP-ASI yang tidak tepat dan tidak sesuai dengan usia akan
gangguan pencernaan bayi. Sistem pencernaan bayi yang berusia kurang dari
6 bulan belum siap untuk menerima makanan semi padat dan beresiko
terkena masalah ganngguan pencernaanya seperti diare dan berak darah. Hal
sempurna. Pemberian MP- ASI yang tidak sesuai akan berakibat pada status
gizi anak yang tidak terpenuhi, dan pemberian MP-ASI yang melebihi
Anak yang mengalami gizi kurang, gizi buruk dan gizi lebih tentu saja akan
1000 HPK (Hari Pertama Kelahiran) yaitu dimulai sejak fase kehamilan (270
hari) hingga anak berusia 2 tahun. Pemenuhan gizi anak di 1000 HPK sangat
menentukan asuan nutrisi dan tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, untuk
petugas kesehatan dan peran orang tua anak tersebut. Orang tua perlu
5
mengetahui dengan benar dalam pemenuhan gizi selama hamil dan 1000 hari
orang tua ikut berperan aktif dalam pemenuhan nutrisi anaknya. (Nanda,
2019)
peneliti pada tanggal 22 – 23 Januari 2023 jumlah bayi yang berusia 6-24
badan, 9 bayi dengan berat badan tetap selama 3 bulan berturut-turut, dan
terdapat 4 bayi yang bertanya dibawah garis merah (BGM). Hasil wawancara
terhadap ibu yang memiliki bayi usia 6-24 bulan yang datang ke posyandu
ditimbulkan jika pemberian MP-ASI yang terlalu dini dan beresiko terhadap
kesehatan bayi, selain itu terdapat ibu yang memberikan MP-ASI tidak di
pada bayi yang berusia 6-24 bulan di Posyandu Dusun Dasan Baru
Kecamatan Pringgarata?
antara perilaku pemberian MP-ASI terhadap status gizi pada bayi yang
Pringgarata.
gizi pada bayi yang berusia 6-24 bulan di Posyandu Dusun Dasan baru
Kecamatan Pringgarata.
pemenuhan nutrisi sangat berpengaruh terhadap status gizi anak apakah sudah
perilaku pemberian MP-ASI yang tepat sehingga gizi anak terpenuhi sesuai
dengan usianya.
jika pemberiam MP-ASI tidak sesuai atau kurang tepat dan diharapkan
sebanyak 19 orang
bulan pada masa (44,2%) serta status gizi
pandemi covid 19 di bayi 6-24 bulan di Moty
Care Ciangsana hampir
klinik moty care seluruhnya dengan status
gizi baik sebanyak 20
ciangsana tahun 2021 orang (46,5%).
Didapatkan P value <?
yaitu 0.002 sehingga dapat
disimpulkan ada hubungan
antara pemberian MP-ASI
dengan status gizi bayi 6-
24 bulan
4 Ulfaturrohm Cross - Total -
i Hibungan Perilaku sectional sampling
(2023) Pemberian Mp-Asi analitic
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori prilaku
mempunyai bentangan arti yang sangat luas antara lain: berbicara, berjalan,
Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang
diamati langsung, maupun yang diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2010).
aspek biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau
eksternal).
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun non fisik dalam bentuk sosial,
budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Dari penelitian yang ada faktor
11
(faktor internal).
yaitu :
masih belum dapat di amati orang lain (dari luar) secara jelas.
sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat di amati orang lain dari
yang merupakan hasil bersama atau resultance dari berbagai faktor baik
1. Pengetahuan (Knowledge)
2. Sikap (Attitude)
misalnya keluarga.
(Notoatmodjo, 2007).
berasal dari dalam diri individu itu sendiri, faktor-faktor tersebut antara
lain :
1. Presepsi
2. Motivasi
tujuan tertentu, hasil dari pada dorongan dan gerakan ini diwujudkan
3. Emosi
karena itu perilaku yang timbul karena emosi adalah perilaku bawaan.
4. Belajar
hal
(Notoatmodjo, 2010).
1. Faktor internal
15
a. Jenis ras/keturunan
tersendiri.
b. Jenis kelamin
c. Sifat fisik
Scheldon.
d. Kepribadian
e. Intelegensia
f. Bakat
keterampilan khusus.
g. Usia
lebih maksimal.
2. Faktor eksternal
a. Pendidikan
rendah.
b. Agama
Individu akan bertingkah laku sesuai dengan aturan dan norma dari
c. Kebudayaan
d. Lingkungan
e. Sosial ekonomi
perilaku
minuman tambahan yang diberikan kepada bayi berusia lebih dari 6 bulan
dan mengandung zat gizi dengan tujuan memenuhi kebutuhan zat gizi
selain dari ASI (Lestari, Lubis, & Pertiwi, 2014). Hal ini dikarenakan
2010 : 58).
mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan
yang dibutuhkan setiap saat dan memerlukan pengelolaan yang baik dan
mengalami alergi terhadap salah satu zat gizi yang terkandung dalam
makanan tersebut, terlambatanya penyerapan zat besi dan zat gizi lainnya
19
dari ASI, resiko obesitas, dan rentan terhadap bahan makana yang
tidak baik, karena kebutuhan gizi bayi tidak terckupi, sehingga akan
adalah setelah anak berusia 6 bulan yaitu 6 bulan lebih 1 hari. Hal ini
dikategorikan menjadi :
Pada usia ini juga bayi tetap diperkenalkan dengan beraneka ragam
makanan dan memberikan makanan lunak dalam tiga kali sehari dengan
takaran yang cukup serta berikan makanan selingan satu hari sekali.
Pada usia ini berikan anak makanan keluarga sebanyak tiga kali
sehari dan berikan makanan selingan sebanyak dua kali sehari, dan tetap
bayi harus diberikan berupa bubur (lunak) seperti bubur susu yang terbuat
dari tepung serelia dan campuran susu. Agar bayi mudah dalam
dengan bahan lain hinga semakin lama semakin padat disesuaikan dengan
usianya. Dan juga tidak boleh terlalu encer dan harus memperhatikan
2. Makanan lunak dan lembek seperti bubur susu dan nasi tim.
3. Makanan lumat
atau disaring dan bentuknya lebih lembut dan halus tanpa ampas.
Jenis makanan ini biasanya diberikan pada anak usia 6-8 bulan.
Contoh makanan lumat ini antara lain bubur susu, bubur sumsum,
4. Makanan lunak
teksturnya sedikit lebih kasar dari makanan lumat. Jenis makanan ini
ini antara lain bubur nasi, bubur ayam, nasi tim, kentang puri.
5. Makanan padat
Makanan padat ialah makanan lunak yang tidak berair dan biasa
pada anak usia 12-24 bulan. Contoh makanan padat antara lain
tumbuh kembang bayi dana anak usia 6-24 bulan. Hal tersebut akan
ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas yang dilakukan, berat badan,
(AKG) rata-rata yang dianjurkan dan pola makan pada bayi dan balita per
1. Kebutuhan Energi
zat yang dibuang sekitar 90-100 kkal/kgBB. Pada masa bayi energi yang
2. Kebutuhan Protein
Bila energi tidak kurang/ tidak terpenuhi, maka sebagian protein yang
lebih tinggi karena akan digunakan untuk sintesis jaringan baru yang
3. Kebutuhan Lemak
Konsumsi lemak yang dianjurkan pada balita ialah sekitar 15-20% energi
total.
lain:
kelihatan berat badan yang berlebih, otot lembek, dan rambut mudah
rontok.
konsumsi gizi di bawah AKG tetap dapat tumbuh dengan baik, tetapi
(Widodo, 2013).
b. Status kesehatan
gizi lebih banyak dan zat gizi lebih ini diperlukan untuk pemulihan.
c. Keadaan infeksi
Wirjatmadi, 2014).
d. Usia
e. Jenis kelamin
ASI juga menurunkan angka kematian bayi karena diare. Jika bayi
tidak mandapat ASI dalam jangka waktu yang lama maka akan
27
dengan bertambahnya usia maka kebutuhan akan zat gizi juga akan
bukan cair, karena gigi dan lidah siap untuk menelan makanan
bulan keatas kebutuhan gizi bayi tidak akan cukup jika hanya
dipasok dengan ASI eksklusif. Ada sebagian bayi yang terus tumbuh
dengan baik meski tanpa makanan pendamping ASI, namun ada bayi
lain juga yang membutuhkan banyak zat gizi dan energi lebih dari
b. Pendapatan keluarga
makanan keluarga.
(2014), jika tingkat pendidikan ibu baik, maka status gizi ibu
mungkin.
e. Ketersediaan makanan
1. Pemeriksaan langsung
a. Anthropometri
berat badan, lingkar lengan atas, tebal lipatan lemak (triceps, biceps,
misal berat badan dan tinggi badan menurut umur (BB/U & TB/U),
berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), lingkar lengan atas menurut
umur (BB/U), tinggi badann menurut umur (TB/U), dan berat badan
dapat berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari keadaan normal.
Karena karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih
pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam
33
gizi saat ini dan merupakan indeks yang independen terhadap umur.
b. Biokima
jaringan tubuh (darah, urine, tinja, faal hati, dan otot) yang diuji secara
gizi spesifik.
c. Klinis
Pemeriksaan dilakukan pada jaringan epitel (supervisial ephitel
tissue) seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral. Pemeriksaan ini
tanda-tanda khusus.
d. Biofisik
a. Survei konsumsi
dikonsumsi sehari-hari.
b. Statistik vital
c. Faktor ekologi
yang dipengaruhi oleh faktor ekologi (iklim, tanah, irigasi, dan lain-
1) Umur
untuk anak umur 0-2 tahun digunakan bulan usia penuh. Contohnya
yaitu:
2) Berat badan
dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir. Pada masa bayi-
pada tulang.
3) Tinggi badan
keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak
murah.
5) Lingkar kepala
kepala.
6) Lingkar dada
tahun, karena rasio lingkar kepala dan lingkar dada sama pada
2014):
pertumbuhan.
Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh
d. Gizi buruk
Perilaku Pemberian
MP-ASI
Keterangan :
: Diteliti
: : Berpengaruh
2.6 HIPOTESIS
gizi bayi 6-24 bulan di Posyandu Dusun Dasan Daru Kecamatan Pringgarata
40
BAB III
METODE PENELITIAN
hubungan dan variabel independen dan dependen hanya satu kali dilakukan pada satu
waktu. Variabel independen dan dependen dinilai secara si multan pada suatu waktu,
Populasi dalam penelitian ini adalah semua bayi yang berusia 6-24 bulan di
sebanyak 32 bayi .
41
1. Jumlah sampel
Borg, 2007, p. 166). Data yang akan diperoleh dari sampel dianggap
pengambilan sampel.
2. Teknik sampling
3. Kriteria sampel
a. Kriteria inklusi
inklusi adalah:
b. Kriteria ekslusi
3.
Penelitian ini memiliki 2 variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Status Gizi Bayi 6-24 Bulan di Posyandu Dusun Dasan Baru Kecamatan
Pringgarata.
43
dasar MP-
ASI
pengukuran berat badan (BB) dan tabel antropometri dengan menilai z-score
yang meliputi nama inisial anak, jenis kelamin anak, tanggal lahir anak, usia
anak, usia ibu, anak keberapa dalam keluarga, jumlah anggota keluarga,
Jenis pernyataan kuesioner perilaku pemberian MP- ASI terdiri dari: umur
pemberian MP-ASI pertama kali, Jenis bahan dasar MP-ASI yang diberikan,
frekuensi pemberian MP-ASI dalam sehari, porsi pemberian MP- ASI dalam
bulan
a. Positif untuk kelompok usia 12-
24 bulan
6
b. Negatif untuk kelompok usia 6-11
bulan
Jenis bahan dasar
a. Positif untuk kelompok usia 9-11
5. MP-ASI yang 3
bulan
diberikan 9
b. Negatif untuk kelompok usia 6-8
bulan dan usia 12-24 bulan
a. Positif untuk kelompok usia 12-24
12
bulan
observasi pengukuran berat badan (BB) sesuai usia dengan tabel antropometri.
(Kemenkes RI 2010)
penelitian ini sudah dilakukan uji validitas oleh peneliti terdahulu pada bulan
April 2019 yang diujikan pada ibu yang memiliki bayi dengan usia 6-24 bulan
didapatkan dari 15 pertanyaan yang valid ada 12 pernyataan dan yang tidak
valid ada 3 pernyataan yakni nomor 1, 9, dan 14. (Jurnal Nanda, 2019)
47
2) Uji reliabilitas
(Ghozali, 2006).
tiap variabel. Dalam penelitian ini yang akan dilihat adalah perilaku dan status
gizi bayi 6-24 bulan. Untuk mengukur keduanya, peneliti akan menetapkan
kategori dari peroleh nilai atau angka terhadap objek yang diteliti.
2) Analisis bivariat
terhadap status gizi bayi 6-24 bulan di Posyandu Dusun Dasan Baru, Analisis
asosiasi atau hubungan yang dapat digunakan pada kondisi satu atau kedua
variabel yang diukur adalah skala ordinal (berbentuk ranking) atau kedua
Keputusan: tolak Ho jika rs <-r tabel dan rs >r tabel (pada n dan a tertentu)
terjadinya tindakan yang tidak etis selama penelitian ini berlangsung. Hidayat
(2014) menjelaskan bahwa etika penelitian terdiri dari empat prinsip yaitu :
1. Lembar persetujuan
tanpa paksaan. Responden yang telah bersedia kemudian mengisi formulir dan
2. Anonimitas
3. Kerahasiaan
kerahasiaan informasi yang diberikan berupa data dan hasil penelitian tidak
Sehingga hal ini tidak akan mengganggu kepentingan pribadi maupun profesi
4. Sukarela
Penelitian ini bersikap sukarela dan tidak ada tekanan dan paksaan dalam
Populasi
Semua bayi berusia 6-24 bulan di Posyandu Dusun Dasan Baru Kecamatan
Pringgarata yang berjumlah 32 orang
Teknik Sampling:
Total sampling
Sampel:
Bayi berusia 6-24 bulan di Posyandu Dusun Dasan Baru Kecamatan
Pringgarata berjumlah 32 bayi
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Editing, coding, skoring, Entry Data dan cleaning
DAFTAR PUSTAKA
abuya, B. A., Ciera, J., & Kimani-Murage, E. (2012). Effect Of Mother’s
Education On Child’s Nutritional Status In The Slums Of Nairobi. Bmc
Pediatrics, 12(1998). Https://Doi.Org/10.1186/1471-2431-12-80
Adriani, M., & Wirjatmadi, B. (2014). Gizi Dan Kesehatan Balita
(Pertama).Jakarta: Kencana.
Aji, D. S. K., Wati, E. K., & Rahardjo, S. (2016). Analisis Faktor-Faktor Yang
Berpengaruh Terhadap Pola Asuh Balita Di Kabupaten Banyumas. Jurnal
Kesmas Indonesia, 8, 1–15.
Aridiyah, F. O., Rohmawati, N., & Ririanty, M. (2015). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kejadian Stunting Pada Anak Balita Di Wilayah Pedesaan
Dan Perkotaan ( The Factors Affecting Stunting On Toddlers In Rural And
Urban Areas ), 3(1).
Baliwati, Y. . (2004). Pengantar Pangan Dan Gizi. Jakarta: Penebar
Swadaya. Chariris, M. (2018, January). Miris, 87 Balita Di Kabupaten
Mojokerto Alami Gizi Buruk. Radarmojokerto.Id. Retrieved
FromHttps://Radarmojokerto.Jawapos.Com/Read/2018/01/27/4417/Miris-
87- Balita-Di-Kabupaten-Mojokerto-Alami-Gizi-Buruk
Gulo, M. J., & Nurmiyati, T. (2015). Hubungan Pemberian Mp Asi Dengan Status
51