Lta Octharia

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 76

LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN


OKSIGENASI PADA KASUS CONGESTIVE HEART FAILURE
TERHADAP TN.S DI RUANG PENYAKIT DALAM FREESIA
LANTAI 3 RSU HANDAYANI KOTABUMI LAMPUNG
UTARA TANGGAL 28-31 OKTOBER 2019

OLEH

OCTHARIA
NIM 1714471091

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN KOTABUMI
TAHUN 2020

i
LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN


OKSIGENASI PADA KASUS CONGESTIVE HEART FAILURE
TERHADAP TN.S DI RUANG PENYAKIT DALAM FREESIA
LANTAI 3 RSU HANDAYANI KOTABUMI LAMPUNG
UTARA TANGGAL 28-31 OKTOBER 2019

Laporan tugas akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan
pendidikan pada Program Diploma III Keperawatan Politeknik Kesehatan
Tanjung Karang

OLEH

OCTHARIA
NIM 1714471091

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN KOTABUMI
TAHUN 2020

ii
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
PRODI KEPERAWATAN KOTABUMI
Laporan Tugas Akhir, Mei 2020
Octharia
Asuhan keperawatan pasien dengan gangguan oksigenasi pada kasus Congestive
Heart Failure terhadap Tn.S di Ruang Penyakit Dalam RSU Handayani Kotabumi
Lampung Utara Tanggal 28-31 Oktober 2019.
xvii + 56 halaman, 7 tabel, 2 gambar, lampiran.
RINGKASAN

Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompakan


darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi
(Kasron, 2017). Data tahunan dinas kesehatan lampung utara 2017 penyakit gagal
jantung mencapai 408 jiwa dan tahun 2018 sebanyak 271 jiwa, data di RSU
Handayani Kotabumi tahun 2019 dari bulan januari sampai bulan april mencapai
54 jiwa. Rumusan masalah “Bagaimana gambaran asuhan keperawatan Pasien
dengan Gangguan Sirkulasi pada kasus CHF terhadap Tn.S di Ruang Penyakit
Dalam Freesia Lantai 3 RSU Handayani Kotabumi Lampung Utara?”.
Tujuan penulisan laporan tugas akhir ini adalah penulis mampu memberikan
gambaran asuhan keperawatan pasien dengan gangguan oksigenasi pada kasus
CHF terhadap Tn.S di RSU Handayani Kotabumi Lampung Utara.
Data hasil pengkajian terhadap Tn.S penulis mengangkat tiga diagnosa
keperawatan yaitu Penurunan Curah Jantung, Perfusi Perifer Tidak Efektif dan
Intoleransi Aktivitas. Rencana keperawatan yang muncul sesuai dengan diagnosa
keperawatan yaitu label SLKI curah jantung (L.02008), perfusi perifer (L.02011),
toleransi aktivitas (L.05047) dan label SIKI perawatan jantung (I.02075),
perawatan sirkulasi (I.02079), manajemen energi (I.05178), terapi aktivitas
(I.05186). Implementasi keperawatan yang dilakukan sesuai dengan tindakan
yang dilakukan berdasarkan aplikasi SDKI (2017), SIKI (2018), SLKI (2019).
Pada tahap evaluasi selama tiga hari terdapat satu diagnosa teratasi sebagian dan
dua diagnosa teratasi.
Simpulan dari laporan tugas akhir ini pengkajian yang berisikan tentang
identitas klien dan data hasil pengkajian klien, diagnosa keperawatan menurut
teori tidak semua muncul pada klien karena disesuaikan dengan keadaan klien saat
pengkajian. Saran diharapkan dapat menjadi tambahan referensi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif pada kasus CHF dan
menambah literatur perpustakaan bagi mahasiswa politeknik kesehatan tanjung
karang program studi keperawatan kotabumi.
Kata kunci : Asuhan keperawatan, Congestive Heart Failure, Oksigenasi
Sumber bacaan : 12 (2008-2019)

iii
TANJUNGKARANG HEALTH POLITECHNIC
KOTABUMI NURSING PRODUCTS
Project Report, May 2020
Octharia
Nursing care of patiens with oxygenation disorders in the case of congestive heart
failure against Mr.S in the disease room in freesia 3rd floor RSU Handayani
Kotabumi North Lampung on 28-31 October 2019.
xvii + 56 pages, 7 tables, 2 picture, attachment.

ABSTRACT

Congestive heart failure is the inability of the hearth to pump adequate blood
to meet the tissues’s need for oxygen and nutrients (Kasron, 2017). The annual
data of the north lampung health office 2017 reached 408 people with heart failure
an in 2018 there were 271 people, the data in RSU Handayani Kotabumi in 2019
from january to april reached 54 people. Problem formulation “how is the
description of nursing care of patients with oxygenation disorders in the case of
CHF against Mr.S in the disease room in freesia 3rd floor RSU Handayani
Kotabumi North Lampung?”.
The purpose of writing this final project report is the author is able to provide
an overview of nursing care of patients with circulatory disorders in the case of
CHF against Mr.S in RSU Handayani Kotabumi North Lampung.
As a result of the assessment of Mr.S the authors raised three nursing
diagnoses namely decreased cardiac output, ineffective peripheral perpusion and
activity intolerance. Nursing plans that appear in accordance with the nursing
diagnoses are labeled SLKI cardiac output (L.02008), peripheal perfusion
(L.02011), activity tolerance (L.05047) and labeled SIKI cardiac care (I.02075),
circulation care (I.02079), energy management (I.05178), activity therapy
(I.05186). The implementations of nursing is carried out in accordance with the
actions carried out based on the application SDKI (2017), SIKI (2018), SLKI
(2019). At the evaluation stage for three days there was one partially resolved
diagnose and two resolved diagnoses.
Conclusions from this final project report that contains the assessment data,
nursing diagnoses in theory do not all appear on the client because it is adjusted to
the client condition at the time of the assessment. It is hoped that advice can be an
additional reference for nurses in providing comprehensive nursing care in the
CHF case and adding library literature to student tanjungkarang health politechnic
kotabumi nursing study program.
Keywords : Nursing care, Congestive heart failure, Oxygenation
Reading source : 12 (2008-2019)

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pasien dengan Gangguan Oksigenasi pada Kasus Congestive Heart
Failure terhadap Tn.S di Ruang Penyakit Dalam Freesia Lantai 3 RSU Handayani
Kotabumi Lampung Utara pada tanggal 28-31 Oktober 2019”.
Selama proses pembuatannya, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima
kasih kepada :
1. Warjidin Aliyanto, SKM., M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Tanjung Karang.
2. Sono, S.Kp., M.Kep selaku Ketua Program Studi Keperawatn Kotabumi
Politeknik Kesehatan Tanjung Karang.
3. Ns. Heni Apriyani, M.Kep., Sp.KMB selaku pembimbing I yang telah
meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan kesabaran untuk mengarahkan
dalam proses pembuatan laporan tugas akhir ini.
4. Ns. Bambang Sukoco, S.Kep. selaku pembimbing II yang telah banyak
memberi saran dan masukan dalam proses pembuatan laporan tugas akhir
ini.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan tugas akhir
ini.
Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir ini masih jauh dari kata sempurna,
untuk itu kritik dan saran yang membangun diperlukan demi kesempurnaan
Laporan Tugas Akhir ini.

Kotabumi, Mei 2020

Penulis

v
BIODATA PENULIS

Nama : OCTHARIA
Nim : 1714471091
Tempat dan Tanggal Lahir : Pekurun, 23 Oktober 1998
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Mahasiswa Reguler 2
Alamat : Jalan Taman Wisata Way Rarem, Desa Pekurun,
Kecamatan Abung Pekurun, Kabupaten Lampung
Utara

Riwayat Pendidikan
SD (2004-2010) : SD Negeri 1 Abung Pekurun
SMP (2010-2013) : SMP Negeri 1 Abung Pekurun
SMA (2013-2016) : SMA Negeri 1 Abung Pekurun
DIII Keperawatan : Tercatat sebagai Mahasiswa Politeknik Kesehatan
Tanjung Karang Program Studi Keperawatan
Kotabumi sejak 2017

vi
PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmannirrahiim...
Laporan Tugas Akhir ini aku persembahkan kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya serta
kesehatan sehingga aku dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini tepat
pada waktunya.
2. Mak ku tersayang ibu Hayanun dan buyahku bapak Riduan terima kasih
atas segala doa, pengorbanan, perjuangan, dan support yang telah di
berikan selama ini, hingga mengantarku sampai tingkat pendidikan ini.
Kiyai, Minak, Ses, Ohta, Ateng, Upik, Rujungan, Pedoman dan Ponakan-
ponakanku aku sayang kalian.
3. Semua Dosen dan Staff prodi keperawatan kotabumi yang telah
memberikan berbagai macam ilmu. Terutama untuk pembimbing LTAku
Ibu Heni dan Pak Bambang terimakasih selama ini telah tulus dan ikhlas
meluangkan waktunya untuk menuntun dan mengarahkanku, memberikan
bimbingan dan pelajaran yang tiada ternilai harganya agar aku menjadi
lebih baik.
4. Teman-teman seperjuangan angkatan 18 yang tidak dapat ku sebutkan satu
persatu kalian semua adalah orang-orang terbaik selama aku kuliah di
kampus prodi keperawatan kotabumi.
5. Sahabat-sahabatku ajeng, fitri, ayu, puput n, puput w, desi, dawa, cindy,
erwinda, anlin, santika, meri, wanti terimakasih untuk canda tawa tangis
dan perjuangan yang kita lewati bersama dan terimakasih untuk kenangan
yang telah terukir selama 3 tahun ini, semoga persahabatan kita tidak usai
sampai disini, aku sayang kalian.
6. Untuk kamu yang sangat spesial “26-07-2013” terimakasih banyak untuk
semuanya, kamu lelaki hebat yang selalu menemani aku selama ini, dan
selalu membantu apa yang aku butuhkan selama ini, kamu sangat luar
biasa bagiku, semoga kamu jadi yang terbaik untukku dan aku selalu
berdoa semoga kita di takdirkan untuk bersama.
7. Almamaterku tercinta.

vii
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Tugas Akhir


Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Oksigenasi Pada Kasus
Congestive Heart Failure Terhadap Tn.S di Ruang Penyakit Dalam Freesia Lantai
3 RSU Handayani Kotabumi Lampung Utara Tanggal 28-31 Oktober 2019

Penulis

Octharia / Nim 1714471091

Telah diperiksa dan disetujui tim Pembimbing Laporan Tugas Akhir Program
Diploma III Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Prodi Keperawatan Kotabumi

Kotabumi, Mei 2020

Tim Pembimbing LTA

Pembimbing I

Ns. Heni Apriyani, M.Kep.,Sp.KMB


NIP. 197304181995032001

Pembimbing II

Ns. Bambang Sukoco,S.Kep


NIP. 19670925198803100

viii
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Tugas Akhir


Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Oksigenasi Pada Kasus
Congestive Heart Failure Terhadap Tn.S di Ruang Penyakit Dalam Freesia Lantai
3 RSU Handayani Kotabumi Lampung Utara Tanggal 28-31 Oktober 2019

Penulis
Octharia / Nim 1714471091
Telah diperiksa dan disetujui tim penguji Laporan Tugas Akhir Program Diploma
III Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Prodi Keperawatan Kotabumi.

Tim Penguji
Ketua

Ns. Ihsan Taufiq, S.Kep., M.Kep


NIP. 197712112006041014

Tim Pembimbing LTA


Anggota

Ns. Heni Apriyani, M.Kep., Sp.KMB


NIP. 197304181995032001

Anggota

Ns. Bambang Sukoco, S.Kep., S.Sos


NIP.196709251988031001

Mengetahui
Ketua Prodi Keperawatan Kotabumi
Poltekkes Tanjungkarang

Sono, S.Kp., M.Kep


NIP. 19660706199303100

ix
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Octharia
Nim : 1714471091
Jurusan/Program studi : DIII Keperawatan Kotabumi
Judul LTA : Laporan Tugas Akhir Asuhan Keperawatan Pasien
dengan Gangguan Oksigenasi Pada Kasus
Congestive Heart Failure terhadap Tn.S di Ruang
Penyakit Dalam Freesia Lantai 3 RSU Handayani
Kotabumi Lampung Utara 28-31 Oktober 2019

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Laporan Tugas Akhir (LTA) yang saya
tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan
tulisan orang lain yang saya akui sebagai hasil pemikiran saya sendiri.
Apabila di kemudian hari dapat dibuktikan bahwa Laporan Tugas Akhir (LTA) ini
adalah hasil plagiarisme, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.

Kotabumi, Mei 2020


Yang membuat pernyataan

Octharia
NIM 1714471091

x
xi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN....................................................... i


HALAMAN SAMPUL DALAM..................................................... ii
RINGKASAN................................................................................... iii
ABSTRACT...................................................................................... iv
KATA PENGANTAR...................................................................... v
BIODATA PENULIS...................................................................... vi
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................. vii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................. viii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN..................... ix
PERSEMBAHAN............................................................................ x
DAFTAR ISI.................................................................................... xi
DAFTAR TABEL............................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR....................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................... xv
DAFTAR SINGKATAN................................................................. xvii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang.......................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................... 2
C. Tujuan penulisan...................................................... 3
D. Manfaat penulisan.................................................... 3
E. Ruang Lingkup Penulisan........................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori Penyakit............................................. 5
B. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia.......................... 14
C. Proses Keperawatan................................................. 15
BAB III LAPORAN STUDI KASUS
A. Pengkajian................................................................ 24
B. Diagnosa keperawatan.............................................. 33
C. Rencana keperawatan............................................... 34
D. Implementasi dan Evaluasi....................................... 36

xii
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian................................................................. 44
B. Diagnosa Keperawatan............................................. 45
C. Rencana Keperawatan............................................... 47
D. Implementasi.............................................................. 49
E. Evaluasi..................................................................... 50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan............................................................... 52
B. Saran.......................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rencana Keperawatan.......................................................... 18


Tabel 3.1 Pemeriksaan Laboratorium pada Tn.S.................................. 30
Tabel 3.2 Terapi Obat pada Tn.S.......................................................... 30
Tabel 3.3 Data Fokus............................................................................ 31
Tabel 3.4 Analisa Data pada Tn.S........................................................ 31
Tabel 3.5 Rencana Keperawatan pada Tn.S......................................... 34
Tabel 3.6 Implementasi dan Evaluasi pada Tn.S................................. 36

xiv
DAFTAR GAMBAR

Diagram 2.1 Pathway penyakit congestive heart failure..................... 9


Genogram 3.1 Genogram Keluarga pada Tn.S...................................... 26

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lembar Konsultasi

xvi
DAFTAR SINGKATAN
o
C : Derajat celcius
ADH : Anti Diuretic Hormon
AGD : Analisa gas darah
AV : Atrioventrikular
BAB : Buang air besar
BAK : Buang air kecil
BB : Berat badan
BNP : B-type Natriuretic Peptide
CHF : Congestive Heart Failure
COP : Cardiacoutput
CRT : Capillary Refill Time
BB : Berat badan
dkk : dan kawan-kawan
dll : dan lain-lain
DO : Data Objektif
DS : Data Subjektif
EKG : Elektrokardiogram
GCS : Glasslow Coma Scale
HR : Heart Rate
IGD : Instalasi Gawat Darurat
L : liter
lpm : liter per menit
mg : miligram
ml : mili liter
mmHg : milimeter merkuri Hidrargyrum
NIM : Nomor Induk Mahasiswa
NIP : Nomor Induk Pegawai
Ny : Nyonya
NYHA : New York Heart Association
O2 : Oksigen
RAA : Renin Angiotensin Aldosteron

xvii
RR : Respiration Rate
RSU : Rumah Sakit Umum
SDKI : Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
SGOT : Serum Glutamic Oxaloacetic
SGPT : Serum Glutamic Pyrufic Transminase
SIKI : Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
SLKI : Standar Luaran Keperawatan Indonesia
T : Temperature
TD : Tekanan darah
Tn : Tuan
Tpm : tetes per menit
Ttv : Tanda-tanda vital
WHO : World Health Organization
WIB : Waktu Indonesia Barat
x : kali

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini congestive heart failure (CHF) atau yang biasa disebut gagal jantung
kongestif merupakan satunya-satunya penyakit kardiovaskuler yang terus
meningkat insiden dan pravelensinya. Resiko kematian akibat gagal jantung
berkisar antara5-10% pertahun pada gagal jantung ringan yang akan meningkat
menjadi 30-40% pada gagal jantung berat. Selain itu gagal jantung merupakan
penyakit yang paling sering memerlukan perawatan ulang di rumah sakit
(readmission) meskipun pengobatan rawat jalan telah diberikan secara optimal.
Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah
keseluruh tubuh. Resiko gagal jantung akan meningkat pada orang lanjut usia
(lansia) karena penurunan fungsi ventrikel akibat penuaan. Penyakit ini dapat
menjadi kronik apabila disertai dengan penyakit-penyakit seperti: hipertensi,
penyakit katub jantung, kardiomiopati dan lain-lain ( Karson, 2017).
World health organization (WHO) mencatat 17,5 juta orang di dunia
meninggal akibat gangguan kardiovaskuler. Lebih dari 75% penderita
kardiovaskuler terjadi di Negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah,
dan 80% penderita kardiovaskuler disebabkan oleh serangan jantung dan stroke.
Jumlah di Asia tenggara menujukkan Indonesia masuk kelompok dengan
terjumlah kejadian tertinggi yaitu 371 ribu per 100 juta jiwa.
Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018
pravelensi penyakit jantung pada semua umur di Indonesia menunjukkan angka
1,5% dengan pravelensi tertinggi di provinsi kaltara 2,2%. Sementara pravelensi
penyakit jantung di Lampung 1,1%, provinsi Lampung menempati urutan ke-26
dari 34 provinsi. Pravelensi penyakit jantung meningkat seiring bertambahnya
usia, pravelensi tertinggi pada umur >75 tahun (4,7%). Pravelensi penyakit
jantung masyarakat diperkotaan lebih tinggi (1,6%) dibanding pravelensi
masyarakat pedesaan (1,3%).
Data tahunan Dinas Kesehatan Lampung Utara 2017 penyakit gagal jantung
mencapai 408 jiwa dan tahun 2018 sebanyak 271 jiwa, data di RSU Handayani

1
2

Kotabumi Lampung Utara tahun 2019 dari bulan januari sampai bulan april
mencapai 54 jiwa.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penderita gagal jantung
kongestif yaitu penurunan curah jantung, intoleransi aktivitas, kelebihan volume
cairan, gangguan pertukaran gas, resiko gangguan integritas kulit, kurang
pengetahuan, perfusi perifer tidak efektif (Asikin, dkk, 2016).
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien gagal jantung
kongestif yaitu melaksanakan asuhan keperawatan secara optimal melalui
perawatan jantung, monitor tanda-tanda vital, pemberian oksigen, pemberian
posisi yang nyaman bagi pasien (semifowler), kolaborasi pemberian terapi obat
(siki, 2018).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk membuat
laporan tugas akhir dengan judul “Asuhan Keperawatan pasien dengan Gangguan
Oksigenasi pada Kasus Congestive Heart Failure terhadap Tn.S di Ruang
Penyakit Dalam Freesia Lantai 3 RSU Handayani Kotabumi Lampung Utara yang
dilakukan pada tanggal 28-31 Oktober 2019”.

B. Rumusan Masalah
World health organization (WHO) mencatat 17,5 juta orang di dunia
meninggal akibat gangguan kardiovaskuler. Lebih dari 75% penderita
kardiovaskuler terjadi di Negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah,
dan 80% penderita kardiovaskuler disebabkan oleh serangan jantung dan stroke.
Jumlah di Asia tenggara menujukkan Indonesia masuk kelompok dengan
terjumlah kejadian tertinggi yaitu 371 ribu per 100 juta jiwa.
Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018
pravelensi penyakit jantung pada semua umur di Indonesia menunjukkan angka
1,5% dengan pravelensi tertinggi di provinsi kaltara 2,2%. Sementara pravelensi
penyakit jantung di Lampung 1,1%, provinsi Lampung menempati urutan ke-26
dari 34 provinsi. Pravelensi penyakit jantung meningkat seiring bertambahnya
usia, pravelensi tertinggi pada umur >75 tahun (4,7%). Pravelensi penyakit
jantung masyarakat diperkotaan lebih tinggi (1,6%) dibanding pravelensi
masyarakat pedesaan (1,3%).
3

Data tahunan Dinas Kesehatan Lampung Utara 2017 penyakit gagal jantung
mencapai 408 jiwa dan tahun 2018 sebanyak 271 jiwa, data di RSU Handayani
Kotabumi Lampung Utara tahun 2019 dari bulan januari sampai bulan april
mencapai 54 jiwa.
Berdasarkan masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah “Bagaimana
Penerapan Asuhan Keperawatan Kasus Congestive Heart Failure pada Tn.S
dengan Gangguan Oksigenasi di Ruang Penyakit Dalam Freesia Lantai 3 RSU
Handayani Kotabumi Lampung Utara?”

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari laporan tugas akhir ini adalah:
Penulis dapat memberikan gambaran asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan oksigenasi pada kasus congestive heart failure dengan
pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari laporan tugas akhir ini adalah memberikan gambaran
tentang :
a. Pengkajian keperawatan pada klien dengan CHF di Ruang Penyakit Dalam
RSU Handayani Kotabumi Lampung Utara.
b. Diagnosa keperawatan pada klien dengan CHF di Ruang Penyakit Dalam
RSU Handayani Kotabumi Lampung Utara.
c. Rencana keperawatan pada klien dengan CHF di Ruang Penyakit Dalam
RSU Handayani Kotabumi Lampung Utara.
d. Implementasi keperawatan pada klien dengan CHF di Ruang Penyakit
Dalam RSU Handayani Kotabumi Lampung Utara.
e. Evaluasi keperawatan pada klien dengan CHF di Ruang Penyakit Dalam
RSU Handayani Kotabumi Lampung Utara.
4

D. Manfaat Penulisan
Terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat praktis
1. Manfaat teoritis
a. Bagi peneliti atau mahasiswa
Untuk mengetahui dengan jelas dan menambah wawasan bagi peneliti
dalam menerapkan pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan
khususnya mengenai penerapan asuhan keperawatan pasien dengan
gangguan oksigenasi pada kasus congestive heart failure.
2. Manfaat praktis
a. Rumah sakit
Asuhan keperawatan ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi
perawat dalam penanganan masalah dengan gangguan oksigenasi pada
kasus congestive heart failure terhadap Tn.S di RSU Handayani Kotabumi.
b. Institusi pendidikan
Digunakan sebagai informasi dan bahan belajar bagi institusi pendidikan
dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan
datang.
c. Klien
Menambah pengetahuan bagi klien yang mengalami gangguan penurunan
curah jantung pada klien gagal jantung kongestif.

E. Ruang Lingkup
Dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini penulis akan membahas asuhan
keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan,
implementasi dan evaluasi terhadap pasien dengan gangguan oksigenasi pada
kasus congestive heart failure terhadap Tn.S di Ruang Penyakit Dalam Freesia
Lantai 3 RSU Handayani Kotabumi Lampung Utara tanggal 28-31 Oktober 2019.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Penyakit


1. Pengertian
Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk
memompakan darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan
oksigen dan nutrisi (Kasron, 2017).
Gagal jantung adalah suatu kegagalan pemompaan (dimana cardiac output
tidak mencukupi kebutuhan metabolik tubuh), sedangkan tekanan pengisian ke
dalam jantung masih cukup tinggi. Mekanisme yang mendasar tentang gagal
jantung termasuk kerusakan sifat kontraktilitas jantung yang berkurang dan
vetrikel tidak mampu memompa keluar darah sebanyak yang masuk selama
diastole. Hal ini menyebabkan volume diastolik akhir ventrikel secara progresif
bertambah. Hal yang terjadi sebagai akibat akhir dari gangguan jantung ini
adalah jantung tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen pada sebagian organ
(Majid, A, 2018).
2. Klasifikasi
Muttaqin, (2009) Gagal jantung biasanya digolongkan menurut derajat atau
beratnya gejala seperti klasifikasi menurut New York Heart Association
(NYHA). Klasifikasi tersebut digunakan secara luas di dunia internasional
untuk mengelompokkan gagal jantung. Gagal jantung ringan, sedang, dan berat
ditentukan berdasarkan beratnya gejala, khususnya sesak napas (dipsnea).
Meskipun klasifikasi ini berguna untuk menentukan tingkat kemampuan fisik
dan beratnya gejala, namun pembagian tersebut tidak dapat digunakan untuk
keperluan lain.
Klasifikasi gagal jantung menurut NYHA
a. Kelas I klien dengan kelainan jantung tetapi tanpa pembatasan aktivitas
fisik, dengan istilah disfungsi ventrikel kiri yang asimtomatik.
b. Kelas II klien dengan kelainan jantung yang menyebabkan sedikit
pembatasan aktivitas fisik, dengan istilah gagal jantung ringan.

5
6

c. Kelas III klien dengan kelainan jantung yang menyebabkan banyak


pembatasan aktivitas fisik, dengan istilah gagal jantung sedang.
d. Kelas IV klien dengan kelainan jantung yang segala bentuk aktivitas
fisiknya akan menyebabkan keluhan dengan istilah gagal jantung berat.
Klasifikasi NYHA tidak dapat digunakan untuk menilai beratnya penyakit jantung
yang menjadi penyebab, misalnya pada gagal jantung ringan belum tentu
disebabkan oleh penyakit jantung yang ringan. Beratnya gejala tidak
menunjukkan atau sebanding dengan beratnya disfunsi ventrikel kiri yang ada.
Justru sebaliknya, fraksi ejeksi ventrikel kiri terbukti paling menentukan
mortalitas gagal jantung. Adanya bendungan paru yang ditemukan pada
pemeriksaan klinis atau radiologis pada klien infark miokardium menunjukkan
prognosis yang buruk.

3. Etiologi
Kasron, (2017) Penyebab gagal jantung kongestif:
a. Kelainan otot jantung
Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot
jantung, menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang
mendasari penyebab fungsi otot mencakup aterosklerosis koroner,
hipertensi arterial dan penyakit degenerative atau inflamasi.
b. Aterosklerosis koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah
ke otot jantung. Terjadinya hipoksia atau asidosis (akibat penumpukan asam
laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului
terjadinya gagal jantung. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif,
berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi yang secara langsung
merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
c. Hipertensi sistemik atau pulmonal
Peningkatan afterload afterload akibat hipertensi sistemik maupun
pulmonal mengakibatkan beban kerja jantung meningkat dan hipertrofi otot
jantung. Efek tersebut (hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai
mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung.
7

Tetapi pada akhirnya hipertropi otot jantung tadi lama-kelamaan tidak dapat
berfungsi secara normal dan akan terjadi gagal jantung.
d. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif
Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung
merusak serabut jantung menyebabkan kontraktilitas menurun.
e. Penyakit jantung lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang
sebenarnya tidak mempengaruhi jantung. Mekanisme yang biasanya terlibat
mencakup gangguan aliran darah melalui jantung (stenosis katup
semilunar), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade,
pericardium, pericarditis konstriktif), pengosongan jantung abnormal
(inefisiensi katup atrioventrikular/AV), peningkatan mendadak afterload
akibat meningkatnya tekanan darah sistemik dapat menyebabkan gagal
jantung.
f. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah faktor sistemik yang berperan dalam perkembangan
dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme, hipoksia dan
anemia memerlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan
oksigen sistemik. Hipoksia atau anemia juga dapat menurunkan suplai
oksigen ke jantung. Asidosis respiratorik atau metabolik dan abnormalitas
elektrolit dapat menurunkan kontraktilitas jantung.

4. Patofisiologi
Majid, A, (2018) Kelainan fungsi otot jantung disebabkan oleh
aterosklerosis koroner, hipertensi arterial, penyakit otot degeneratif atau
inflamasi. Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena
terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat
penumpukan asam laktat). Infark miokard biasanya mendahului terjadinya
gagal jantung. Hipertensi sistemik/pulmonal (peningkatan afterload)
meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan
hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut (hipertrofi miokard) dapat
dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan
8

kontraktilitas jantung. Akan tetapi, untuk alasan yang tidak jelas, hipertrofi otot
jantung tadi tidak berfungsi secara normal, dan akhirnya terjadi gagal jantung.
Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan gagal
jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung,
menyebabkan kontraktilitas menurun.
Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal
ventrikel kiri paling sering mendahului gagal ventrikel kanan. Gagal ventrikel
kiri murni sinonim dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel
berpasangan atau sinkron, maka kegagalan salah satu ventrikel dapat
mengakibatkan penurunan perfusi jaringan.
Gagal jantung dapat dimulai dari sisi kiri atau kanan jantung. Sebagai
contoh, hipertensi sistemik yang kronis akan menyebabkan ventrikel kiri
mengalami hipertrofi dan melemah. Letak suatu infark miokardium akan
menentukan sisi jantung yang pertama kali terkena setelah terjadi serangan
jantung.
Karena ventrikel kiri yang melemah akan menyebabkan darah kembali ke
atrium, lalu ke sirkulasi paru, ventrikel kanan dan atrium kanan, maka jelaslah
bahwa gagal jantung kiri akhirnya akan menyebabkan gagal jantung kanan.
Pada kenyataannya, penyebab utama gagal jantung kanan adalah gagal jantung
kiri. Karena tidak dipompa secara optimum keluar dari sisi kanan jantung, maka
darah mulai terkumpul di sistem vena perifer. Hasil akhirnya adalah semakin
berkurangnya volume darah dalam sirkulasi dan menurunnya tekanan darah
serta perburukan siklus gagal jantung.
Diagram 2.1
Pathway Congestive heart failure (CHF)

Gagal Jantung

Gagal Ventrikel kiri Gagal Ventrikel Kanan


Masalah
keperawatan
Penurunan Curah Jantung penurunan Penurunan Curah Jantung
curah
jantung

Peningkatan tekanan Peningkatan tekanan


atrium kiri atrium kanan
Masalah
keperawatan
Peningkatan tekanan Tekanan vena sistemik
gangguan
vena pulmonalis meningkat
pertukaran
menyebabkan asites
gas
dan hepatomegali
Edema terjadi karena
tekanan arteri pulmonal
Gejala klinis: edema
Masalah dikedua tungkai,
Sistolik overload pada keperawatan asites,
ventrikel kanan. Gejala gangguan hepatosplenomegali,
klinis: takikardia, perfusi jaringan, peningkatan tekanan
dispnea, sianosis, intoleransi vena jugularis,
penurunan perfusi aktivitas, penurunan perfusi
jaringan hipervolemia, jaringan
resiko
kerusakan
integritas kulit

(Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Kardiovaskuler Aplikasi NIC,NOC:2014)

9
5. Manifestasi klinis
Asikin, dkk, (2016) Manifestasi klinis gagal jantung harus dipertimbangkan
terhadap derajat latihan fisik yang dapat menyebabkan timbulnya gejala. Pada
awalnya, secara khas gejala hanya muncul saat melakukan aktivitas fisik.
Namun, semakin berat kondisi gagal jantung, semakin menurun toleransi
terhadap latihan, dan gejala muncul lebih awal dengan aktivitas yang lebih
ringan.
Dampak dari curah jantung dan kongestif yang terjadi pada sistem vena
atau sistem pulmonal antara lain:
a. Sesak saat beraktivitas
b. Sesak saat berbaring dan membalik dengan melakukan elevasi kepala
menggunakan bantal (ortopnea).
c. Sesak dimalam hari (paroxysmal nocturnal dyspnea).
d. Sesak saat beristirahat.
e. Nyeri dada dan palpitasi.
f. Anoreksia.
g. Mual, kembung.
h. Penurunan berat badan.
i. Letih, lemas.
j. Oliguria/noktoria.
k. Warna kulit pucat / kebiruan.
l. Gejala otak bervariasi mulai dari ansietas hingga gangguan memori dan
konfusi.

6. Pemeriksaan penunjang
Majid, A, (2018) ada beberapa pemeriksaan penunjang diantaranya:
a. Elektrokardiogram (EKG)
Elektrokardiogram untuk mengukur kecepatan dan keteraturan denyut
jantung, untuk mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan
aksis, iskemia, dan kerusakan pola mungkin terlihat. Disritmia, misalnya:
takhikardi, fibrilasi atrial, kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu atau
lebih setelah infark miokard menunjukkan adanya aneurime ventricular.

10
11

b. Ekokardiogram
Ekokardiogram menggunakan gelombang suara untuk mengetahui ukuran
dan bentuk jantung, serta menilai keadaan ruang jantung dan fungsi katup
jantung. Sangat bermanfaat untuk menegakkan diagnosis agal jantung.
c. Foto rontgen dada
Foto rontgen dada digunakan untuk mengetahui adanya pembesaran
jantung, penimbunan cairan di paru-paru, atau penyakit paru lainnya.
d. Tes darah BNP (B-type natriuretic peptide)
Tes darah BNP untuk mengukur kadar hormon BNP yang pada gagal
jantung akan meningkat.
e. Sonogram
Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam
fungsi/struktur katub atau area penurunan kontraktilitas ventrikular.
f. Scan jantung
Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan dinding.
g. Kateterisasi jantung
Tekanan normal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal
jantung sisi kanan verus sisi kiri, dan stenosis katub atau insufiensi. Selain
itu, juga mengkaji potensi arteri koroner. Zat kontras disuntikkan kedalam
ventrikel, menunjukkan ukuran abnormal dan ejeksi fraksi atau perubahan
kontraktilitas.
h. Tes laboratorim darah
Enzim hepar: meningkat dalam gagal jantung/kongestif
Elektrolit: kemungkinan berubah karena perpindahan cairan, penurunan
fungsi ginjal.
Oksimetri nadi: kemungkinan situasi oksigen rendah.
Analisa gas darah (AGD): gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis
respiratorik ringan atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2.
Albumin: mungkin menurun sebagai akibat penurunan masukan protein.
7. Penatalaksanaan
Kasron (2017) Penatalaksanaan berdasarkan kelas NYHA:
a. Kelas I: Non farmakologi, meliputi diet rendah garam, batasi cairan,
menurunkan berat badan, menghindari alkohol dan rokok, aktivitas fisik,
manajemen stress.
b. Kelas II, III: Terapi pengobatan, meliputi: diuretic, vasodilator, ace
inhibitor, digitalis, dopamineroik, oksigen.
c. Kelas IV: Kombinasi diuretic, digitalis, ACE inhibitor, seumur hidup.
Penatalaksanaan CHF meliputi:
a. Non farmakologis
1) CHF kronik
a) Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan
menurunkan konsumsi oksigen melalui istirahat atau pembatasan
aktivitas.
b) Diet pembatasan natrium (<4gr/hari) untuk menurunkan edema.
c) Menghentikan obat-obatan yang memperparah seperti NSAIDs
karena efek prostaglandin pada ginjal menyebabkan retensi air dan
natrium.
d) Pembatasan cairan (kurang lebih 1200-1500 cc/hari).
e) Olahraga secara teratur.
2) CHF akut
a) Oksigenasi (ventilasi mekanik)
b) Pembatasan cairan (<1,5 liter/hari).
b. Farmakologis
Tujuan: untuk mengurangi afterload dan preload
1) First line drugs; diuretic
Tujuan: mengurangi afterload pada disfungsi sistolik dan mengurangi
kongesti pulmonal pada disfungsi diastolic.
Obatnya adalah: thiazide diuretic untuk CHF sedang, loop diuretic,
metolazon (kombinasi dari loop diuretic untuk meningkatkan
pengeluaran cairan), kalium-sparing diuretic.
2) Second Line drugs; ACE inhibitor

12
13

Tujuan: membantu meningkatkan COP dan menurunkan kerja jantung.


Obatnya adalah:
a) Digoxin: meningkatkan kontraktilitas, obat ini tidak digunakan
untuk kegagalan diastolic yang mana dibutuhkan pengembangan
ventrikel untuk relaksasi.
b) Hidralazin: menurunkan afterload pada disfungsi sistolik.
c) Isobarbide dinitrat: mengurangi preload dan afterload untuk
disfungsi sistolik, hindari vasodilator pada disfungsi sistolik.
d) Calsium Channel Blocker: untuk kegagalan diastolik, meningkatkan
relaksasi dan pengisian ventrikel (jangan pakai pada CHF kronik).
e) Beta Blocker: sering dikontraindikasikan karena menekan respon
miokard,. Digunakan pada disfungsi diastolik untuk mengurangi
nadi, mencegah iskemi miocard, menurunan tekanan darah,
hipertrofi ventrikel kiri.
c. Pendidikan kesehatan
1) Informasikan pada klien, keluarga dan pemberi perawatan tentang
penyakit dan penanganannya.
2) Informasi difokuskan pada, monitoring BB setiap hari dan intake
natrium.
3) Diet yang sesuai untuk lansia CHF, pemberian makanan tambahan yang
banyak mengandung kalium seperti, pisang, jeruk dll.
4) Teknik konservasi energi dan latihan aktivitas yang dapat ditoleransi
dengan bantuan terapis.
8. Komplikasi
Wijaya & Putri (2013) komplikasi pada gagal jantung yaitu:
a. Edema paru akut terjadi akibat gagal jantung kiri.
b. Syok kardiogenik: Stadium dari gagal jantung kiri, kongestif akibat
penurunan curah jantung dan perfusi jaringan yang tidak adekuat keorgan
vital (jantung&otak).
c. Episode trombolitik
Trombus terbentuk karena imobilitas pasien dan gangguan sirkulasi dengan
akivitas trombut dapat menyumbat pembuluh darah.
14

d. Efusi perikardial dan temponade jantung


Masuknya cairan kekantung perikardium, cairan dapat meregangkan
perikardium sampai ukuran maksimal. Cardiac output menurun dan aliran
balik vena kejantung menuju temponade jantung.

B. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia


Menurut Abraham Maslow, manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang
harus dipenuhi secara memuaskan melalui proses homeostasis. Baik fisiologis
maupun psikologis, karena kebutuhan merupakan suatu hal yang sangat penting.
Abraham Maslow mengembangkan lima kebutuhan dasar diantaranya yaitu pada
tingkat pertama kebutuhan Fisiologis, seperti kebutuhan, oksigen, makanan,
cairan dan elektrolit. Tingkat kedua yaitu kebutuhan keselamatan dan rasa aman,
termasuk keamanan fisik dan psikologis. Tingkat ketiga berisi kebutuhan rasa
cinta memiliki dan dimiliki, termasuk hubungan pertemanan, sosial dan cinta.
Tingkat keempat yaitu kebutuhan harga diri termasuk juga kepercayaan diri,
penghargaan dan nilai diri. Tingkat terakhir merupakan kebutuhan aktualisasi diri
yang meliputi keadaan pencapaian potensi dan mempunyai kemampuan untuk
menyelesaikan masalah dan beradaptasi dengan lingkungan (Mubarak &
Chayatin, 2008).
Oksigen merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan hidup sel dan
jaringan tubuh karena oksigen diperlukan untuk proses metabolisme tubuh secara
terus-menerus. Oksigen di peroleh dari atmosfer melalui proses bernapas. Pada
atmosfer, gas selain oksigen juga terdapat karbon dioksida, nitrogen, dan unsur-
unsur lain seperti argon dan helium. Pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh sangat
ditentukan oleh adekuatnya sistem pernapasan, sistem kardiovaskuler, dan sistem
hematologi. Sistem pernapasan berperan dalam menjamin ketersediaan oksigen
untuk kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh dan pertukaran gas. Melalui peran
sistem respirasi oksigen diambil dari atmosfer, ditranspor masuk ke paruparu dan
terjadi pertukaran gas oksigen dengan karbon dioksida di alveoli, selanjutkan
oksigen akan didifusi masuk kapiler darah untuk dimanfaatkan oleh sel dalam
proses metabolisme. Sistem kardiovaskular juga berperan dalam proses oksigenasi
ke jaringan tubuh, yaitu berperan dalam proses transportasi oksigen. Oksigen
15

ditransportasikan ke seluruh tubuh, melalaui aliran darah. Aliran darah yang


adekuat hanya dapat terjadi apabila fungsi jantung normal. Fungsi jantung yang
adekuat dapat dilihat dari kemampuan jantung memompa darah dan perubahan
tekanan darah.
Jika oksigen dalam tubuh berkurang istilah yang sering yang dipakai sebagai
manifestasi kekurangan oksigen tubuh yaitu hipoksmeia, hipoksia, dan gagal
napas. Status oksigenasi tubuh dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan
AGD dan oksimetri. Perubahan pola napas dapat berupa dispnea, apnea, takipnea,
bradipnea, kusmaul, cheyne-stokes, biot. Perubahan fungsi pernapasan yaitu
hiperventilasi dan hipoventilasi (Tarwoto & Wartonah, 2011).

C. Proses Keperawatan
Suarni & Apriyani, 2017. Proses keperawatan adalah:
1. Suatu pendekatan sistematis untuk mengenal masalah-masalah pasien dan
mencarikan alternatif pemecahan masalah dalam memenuhi kebutuhan-
kebutuhan pasien.
2. Merupakan proses pemecahan masalah yang dinamis dalam memperbaiki dan
meningkatkan kesehatan pasien sampai ketahap maksimum.
3. Merupakan pendekatan ilmiah.
4. Terdiri dari 4 tahap: pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Atau
ada pula yang menterjemahkan ke dalam 5 tahap: pengkajian, perumusan
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Proses keperawatan meliputi:
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan dan merupakan
suaru proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber
data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
Pengkajian merupakan proses pengumpulan data yang dilaksanakan dengan
berbagai cara (wawancara, obsevasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
diagnostik dan lain-lain) untuk mendapatkan informasi tentang kondisi
kesehatan klien, yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar (Suarni &
Apriyani, 2017)
16

Data dasar pengkajian fisik menurut Wijaya & Putri, 2013:


a. Identitas klien
Meliputi nama, usia, alamat, jenis kelamin, agama, diagnosa medis dll.
b. Sumber informasi.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Pengkajian PQRST seperti menanyakan tentang perjalanan penyakit sejak
timbul keluhan hingga klien meminta pertolongan.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Menanyakan riwayat penyakit, riwayat alergi, riwayat kecelakaan, riwayat
dirawat, riwayat operasi.
e. Riwayat kesehatan keluarga.
Menanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang
sama.
f. Aktivitas / istirahat
Gejala: keletihan, kelelahan terus sepanjang hari, insomnia, nyeri dada
dengan aktivitas, dispnea pada saat istirahat atau pada pengerahan tenaga.
g. Sirkulasi
Gejala: riwayat hipertensi, infark miokard akut, episode gagal jantung
sebelumnya. Penyakit katup jantung, bedah jantung, endokarditis, lupus
eritematosus sistemik (systemic lupus erythematosus/SLE), syok sepsis,
pembengkakan pada tungkai dan distensi abdomen.
h. Integritas ego
Gejala: ansietas, khawatir, takut, stres yang b.d penyakit/financial.
i. Eliminasi
Gejala: penurunan berkemih, urine berwarna gelap, berkemih malam hari,
diare/konstipasi.
j. Makanan dan cairan
Gejala: kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambahan berat badan,
pembengkakan pada ekstremitas bawah, diet tinggi garam, lemak, gula dan
kafein, penggunaan diuretic.
k. Hygiene
Gejala: keletihan, kelemahan, kelelahan selama aktivitas perawatan diri.
17

l. Neurosensori
Gejala: kelemahan.
m. Nyeri/ keamanan
Gejala: nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas.
n. Pernafasan
Gejala: dispnea saat beraktivitas, tidur sambil duduk atau dengan bebrapa
bantal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat penyakit paru kronis,
penggunaan bantuan pernafasan, misalnya oksigen.
o. Pemeriksaan diagnostik
EKG, Tes Laboratorium Darah, Radiologis

2. Diagnosa Keperawatan
Tahapan ini adalah kegiatan menyimpulkan gangguan pemenuhan
kebutuhan dasar yang dialami oleh klien, dengan cara merumuskan dalam
bentuk kalimat yang terstandar (Suarni & Apriyani, 2017).
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien yang menderita congestive
heart failure menurut Wijaya & Putri, 2013 :
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung,
perubahan preload, perubahan afterload.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dengan kebutuhan oksigen.
d. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan
darah.
e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya sesak napas

3. Rencana keperawatan
Perencanaan disusun untuk menyelesaikan masalah yang dialami klien,
masalah yang dirumuskan dalam diagnosa keperawatan. Dalam penyelesaian
masalah ini juga harus menggunakan standar.
18

Perencanaan yang disusun terdiri dari: perencanaan tujuan outcome dan


perencanaan tindakan intervention, standar perencanaan dalam keperawatan
diantaranya adalah Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dan
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) (Suarni & Apriyani, 2017).

Tabel 2.1
Rencana keperawatan berdasarkan SDKI, SIKI, SLKI

NO DIAGNOSA SLKI SIKI


KEPERAWATAN
1 2 3 4
1. Penurunan Curah Curah Jantung Perawatan Jantung
Jantung berhubungan (02008) (02075)
dengan perubahan irama a. Kekuatan nadi a. Identifikasi
jantung, perubahan perifer kembali tanda/gejala primer
frekuensi jantung, normal penurunan curah
perubahan preload, b. Tidak ada jantung (meliputi
perubahan afterload. palpitasi dispnea, kelelahan)
Batasan karakteristik : c. Tidak ada b. Identifikasi
a. Perubahan Irama bradikardi / tanda/gejala
jantung: palpitasi, takikardi sekunder
bradikadia/takikardia, d. Dispnea tidak penurunan curah
gambaran EKG dirasakan jantung (meliputi
aritmia atau gangguan e. Warna kulit tidak palpitasi, warna
konduksi. pucat kulit pucat)
b. Perubahan preload: f. Tidak ada c. Monitor tanda-
lelah, edema, distensi kelelahan tanda vital
vena juguralis, cvp g. Gambaran EKG d. Monitor aritmia
meningkat/menurun. aritmia tidak ada (kelainan irama dan
c. Perubahan afterload: lagi frekuensi)
dispnea, tekanan h. Tekanan darah e. Periksa tekanan
darah dan
19

1 2 3 4
meningkat/menurun, kembali normal frekuensi nadi
nadi perifer teraba sebelum dan
lemah, CRT >3detik, sesudah aktivitas
oliguria, warna kulit
pucat/sianosis.
b. Perubahan
kontraktilitas:
paroxymal noctural
dyspnea, ortopnea,
batuk, terdengar suara
jantung S3 dan S4,
ejection fraction
menurun.
2 Gangguan Pertukaran Pertukaran Gas Pemantauan
Gas berhubungan dengan (01003) Respirasi (01014)
ketidakseimbangan a. Tekanan PaO2 a. Monitor frekuensi
ventilasi-perfusi. dalam rentang napas
Batasan karakteristik: normal (75-100 b. Monitor pola napas
a. Dispnea mmHg) c. Monitor
b. PCO2 b. Tekanan PaCO2 kemampuan batuk
meningkat/menurun dalam rentang efektif
c. PO2 menurun normal (38- d. Auskultasi bunyi
d. Takikardia 42mmHg) napas
e. pH arteri c. pH arteri dalam e. Dokumentasikan
meningkat/menurun rentang normal hasil pemantauan
f. Bunyi napas (7,38-7,42) Terapi Oksigen
tambahan d. Tidak ada bunyi (01026)
g. Pusing napas tambahan a. Berikan oksigen
h. Penglihatan kabur e. Tidak ada dispnea tambahan jika perlu
i. Sianosis f. Tidak ada b. Pertahankan
j. Diaforesis sianosis kepatenan jalan
20

1 2 3 4
k. Gelisah f. Kesadaran napas
l. Napas cuping hidung c. Siapkan dan atur
m. Pola napas abnormal peralatan
n. Warna kulit abnormal pemberian oksigen
Kesadaran menurun d. Monitor kecepatan
aliran oksigen

3 Intoleransi Aktivitas Toleransi Aktivitas Terapi Aktivitas


berhubungan dengan (05047) (05186)
ketidakseimbangan antara a. Kemudahan a. Fasilitasi aktivitas
suplai dan kebutuhan dalam melakukan fisik rutin (mis.
oksigen. aktivias sehari- ambulasi,
Batasan karakteristik: hari mobilisasi,
a. Mengeluh lelah b. Jarak berjalan perawatan diri),
b. Frekuensi jantung tidak terganggu sesuai kebutuhan
meningkat >20% dari c. Tdak ada keluhan b. Jadwalkan aktivitas
kondisi istirahat lelah dalam rutinitas
c. Dispnea saat/setelah d. Tidak ada dipsnea sehar-hari
aktivitas setelah aktivitas c. Libatkan keluarga
d. Merasa tidak nyaman dalam akktivitas,
setelah beraktivitas jika perlu
e. Merasa lemah d. Fasilitasi memilih
f. Tekanan darah aktivitas dan
berubah >20% dari tetapkan tujuan
kondisi istirahat aktivitas yang
g. Gambaran EKG konsisten sesuai
menunjukkan aritmia kemampuan fisik,
saat/setelah akivitas psikologis, dan
h. Gambaran EKG sosial
menunjukkan iskemia e. Fasilitasi aktivitas
i. Sianosis motorik untuk
21

1 2 3 4
merelaksasi otot
f. Anjurkan terlibat
dalam aktivitas
kelompok atau
terapi, jika sesuai.
4 Perfusi Perifer Tidak Perfusi Perifer Perawatan sirkulasi
Efektif berhubungan (02011) (02079)
dengan peninngkatan a. Denyut nadi a. Periksa sirkulasi
tekanan darah. perifer kembali perifer (mis. Nadi
Batasan karakteristik: normal perifer)
a. Pengisian kapiler >3 b. Warna kulit pucat b. Monitor tanda-
detik tidak ada lagi tanda vital
b. Nadi perifer menurun c. Pengisian kapiler Manajemen Sensasi
atau tidak teraba <3 detik Perifer (06195)
c. Akral teraba dingin d. Tekanan darah a. Monitor terjadinya
d. Warna kulit pucat kembali normal parastesia
e. Turgor kulit menurun e. Turgor kulit b. Monitor perubahan
f. Parastesia (kesemutan) kembali elastis kulit
g. Nyeri ekstremitas f. Tidak ada
(klaudikasi intermiten) parastesis
h. Edema
i. Penyembuhan luka
lambat
j. Indeks ankle-brachial
<0,90
k. Bruit femoralis
5 Gangguan Pola Tidur Pola Tidur (05045) Dukungan Tidur
berhubungan dengan a. Pola tidur tidak (05174)
hambatan lingkungan terganggu a. Jelaskan
Batasan karakteristik b. Kualitas tidur pentingnya tidur
a. Mengeluh sulit tidur tidak terganggu cukup selama sakit
22

1 2 3 4
b. Mengeluh seing c. Tidak ada b. Identifikasi obat
terjaga kesulitan tidur yang
c. Mengeluh tidak puas memulai tidur dikonsumsi
tidur d. Tidak mengeluh Lakukan prosedur
d. Mengeluh pola tidur tidak cukup tidur untuk
berubah meningkatkan
e. Mengeluh istirahat kenyamanan (mis.
tidak cukup pijat, pengaturan
Mengeluh kemampuan posisi, terapi
beraktivitas menurun akupresur)
e. Identifikasi
makanan dan
minuman yang
mengganggu tidur
(mis. kopi, teh,
alkohol, makan
mendekati waktu
tidur, minum
banyak air sebelum
tidur)
f. Tetapkan jadwal
tidur rutin
g. Fasilitasi
menghilangkan
stres sebelum tidur
h. Modifikasi
lingkungan (mis.
pencahayaan ,
kebisingan,suhu,
matras, dan tempat
tidur)
23

4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan (Suarni & Apriyani 2017).

5. Evaluasi
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan
klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan (Suarni &
Apriyani 2017).
Untuk memudahkan perawat mengevaluasi atau memantau perkembangan
klien, digunakan komponen SOAP. Pengertian SOAP adalah sebagai berikut :
S: Data Subjektif adalah perawat menuliskan keluhan pasien yang masih
dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan.
O : Data Objektif adalah data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi
perawat secara langsung kepada klien, dan yang dirasakan klien stelah
dilakukan tindakan keperawatan.
A : Analisis adalah interpretasi dari data subjektif dan objektif. Analisis
merupakan suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau
juga dapat dituliskan masalah/diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan
status kesehatan klien yang telah teridentifikasi datanya dalam data subjektif
dan objektif.
P : Planning adalah perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan,
dihentikan, dimodifikasi atau ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan
yang telah dilakukan sebelumnya.
BAB III

LAPORAN STUDI KASUS

A. Pengkajian
Ruang : Penyakit Dalam Freesia 301 Lantai 3 RSU Handayani
No. MR : 15.87.15
Pukul : 10.00 WIB
Tanggal pengkajian : 28 Oktober 2019
1. Identitas pasien
a. Nama : Tn.S
b. Usia : 72 tahun
c. Status perkawinan : Kawin
d. Pekerjaan : Petani
e. Agama : Islam
f. Pendidikan : SD
g. Suku : Jawa
h. Bahasa yang digunakan : Indonesia
i. Alamat : Trimulyo Gedung Surian Lampung
Barat
j. Sumber biaya : BPJS
k. Tanggal masuk RS : 27 Oktober 2019, pukul 11.42 WIB
l. Diagnosa medis : Congestive Heart Failure
2. Sumber informasi penanggung jawab
a. Nama : Ny.M
b. Umur : 67 tahun
c. Hubungan dengan klien : Istri
d. Pendidikan : SMP
e. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
f. Alamat : Trimulyo Gedung Surian Lampung
Barat
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan masuk RS

24
34

Klien datang ke IGD RSU Handayani Kotabumi Lampung Utara


pada tanggal 27 Oktober 2019 pukul 11.42 WIB pada minggu
siang diantar oleh keluarganya dengan keluhan sesak ± 2 hari,
nyeri pada dada nyeri hilang timbul, nafsu makan menurun, mual
(+) muntah (-), dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan Tekanan
Darah 190/100 mmHg, Nadi 126x/menit, frekuensi nafas
32x/menit, suhu tubuh 36,8oC, klien memiliki riwayat hipertensi
sejak 11 tahun yang lalu.
b. Riwayat kesehatan saat pengkajian
1) Keluhan utama saat pengkajian :
Klien mengatakan sesak nafas, sesak timbul saat beraktivitas
dan setelah beraktivitas, sesak terasa berat saat beraktivitas dan
terasa ringan saat istirahat atau saat posisi setengah duduk,
sesak datang dengan sering dan waktu yang lama, sesak
dibagian dada menjalar ke bagian punggung kiri klien, karena
sesak klien tidak dapat beraktivitas secara mandiri, klien
terpasang O2 3 lpm, Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital
didapatkan Tekanan Darah 170/100 mmHg, Nadi 124x/menit,
Pernafasan 30x/menit, Suhu 36,6oC.
2) Keluhan penyerta :
Klien mengatakan lemah, pusing, dan tidak bisa beraktivitas
seperti biasanya, aktivitas klien dibantu oleh keluarganya, klien
tampak berkeringat dingin, pucat dan gelisah, klien mengeluh
nyeri pada kepala.
c. Riwayat kesehatan lalu
Klien mengatakan tidak memiliki alergi obat ataupun makanan,
klien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan lalu lintas
atau lainnya, klien mengatakan pernah dirawat karena penyakit
hipertensi, klien memiliki riwayat hipertensi sejak 11 tahun yang
lalu, klien mengonsumsi obat hipertensi, klien mengatakan tidak
ada riwayat operasi sebelumnya.
35

d. Riwayat kesehatan keluarga


Klien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita
penyakit jantung sebelumnnya.
Genogram keluarga Tn,S dapat dilihat pada bagan:

Genogram Keluarga 3.1

Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien
Klien adalah anak kedua dari tiga bersaudara, klien memiliki empat
orang anak yang terdiri dari dua anak laki-laki dan dua anak
perempuan.
4. Riwayat psikososial-spiritual
Klien mengatakan merasa cemas dengan penyakit yang dideritanya,
namun dengan dukungan keluarga terutama istri dan anak klien dapat
menghadapi kecemasannya, klien biasa menceritakan keluhan-keluhan
yang dirasakannya pada keluarganya, klien tidak memiliki
kepercayaan yang bertentangan dengan pengobatan medis.
5. Lingkungan
a. Rumah
36

Klien mengatakan rumahnya bersih, dibersihkan 2x sehari, polusi


berasal dari kendaraan bermotor, tidak ada bahaya di lingkungan
sekitar rumahnya.
b. Pekerjaan
Klien mengatakan sudah jarang pergi kekebun, tidak ada polusi
ataupun bahaya pada pekerjaannya.
6. Pola nutrisi dan cairan
Klien mengatakan sebelum sakit klien makan lewat oral 3x sehari
dengan nafsu makan yang baik, tetapi ketika sakit nafsu makan klien
menurun dengan frekuensi makan 2x sehari, makan setiap porsinya 1
piring namun makan hanya 3-4 sendok dan dibantu oleh istri nya.
Klien mengatakan sebelum sakit klien dapat mengkonsumsi air
mineral sebanyak 8 gelas per hari, tetapi saat sakit klien hanya
mengkonsumi air mineral 4-5 gelas sehari dan mendapatkan cairan
infus Ringer Lactat 20 tpm.
7. Pola eliminasi
a. BAK
Klien mengatakan sebelum sakit BAK sebanyak 4-5x sehari
dengan warna urine kuning, bau khas, klien melakukan secara
mandiri tanpa bantuan keluarga. Saat sakit klien mengatakan BAK
sebanyak 3x sehari dan tidak menentu, warna urine kuning, bau
khas, klien melakukan dengan dibantu oleh keluarga.
b. BAB
Klien mengatakan sebelum sakit BAB lancar 1x sehari, dengan
konsistensi feses lunak berbau khas dan berwarna kuning. Saat
sakit klien mengatakan tidak ada perubahan dalam BABnya.
8. Pola personal hygiene
Klien mengatakan sebelum sakit klien mandi, menggosok gigi,
mencuci rambut 2x sehari pada pagi dan sore hari dilakukan secara
mandiri. Saat sakit kebutuhan kebersihan klien dibantu sepenuhnya
oleh keluarganya.
37

9. Pola istirahat dan tidur


Klien mengatakan sebelum sakit tidur selama 6-7 jam perhari, klien
tidak mengonsumsi obat tidur, klien tidur dengan nyenyak, tidak ada
kesulitan saat tidur. Tetapi saat sakit klien mengatakan sulit tidur
terutama pada malam hari karena sesak dengan durasi tidur hanya 4-5
jam perhari nya.
10. Pola aktivitas dan latihan
Klien mengatakan sebelum sakit tidak mengalami kesulitan dalam
beraktivitas, saat sakit klien sering merasa lelah dan lemah pada saat
atau setelah beraktivitas.
11. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya, klien sudah
berhenti merokok, tidak mengkonsumsi minuman keras, tidak
mengkonsumsi obat-obatan terlarang atau ketergantungan obat.
12. Pengkajian Fisik
a. Pemeriksaan umum
Kesadaran composmentis, Tekanan darah 170/100 mmHg, Nadi
124x/menit, Pernafasan 30x/menit, Suhu 36,6oC.
b. Pemeriksaan fisik persistem
1) Sistem penglihatan
Posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola
mata normal, konjungtiva sedikit pucat, klien tidak
menggunakan alat bantu penglihatan.
2) Sistem pendengaran
Posisi telinga simetris, tidak ada radang, tidak ada kelainan
pada pendengaran, klien tidak memakai alat bantu
pendengaran.
3) Sistem wicara
Saat diajak berbicara klien tidak mengalami kesulitan
berbicara, komunikasi terkoordinasi baik.
38

4) Sistem pernafasan
Jalan nafas klien bersih, klien mengeluh sesak, sesak saat atau
setelah beraktivitas, sesak menimbulkan nyeri dada, frekuensi
nafas 28x/menit, irama tidak teratur, suara nafas vasikuler,
klien menggunakan oksigen 3 lpm.
5) Sistem kardiovaskuler
Nadi 122x/menit teraba lemah, irama tidak teratur, kulit teraba
dingin warna kulit pucat, pengisian kapiler >3 detik, hasil ekg
aritmia.
6) Sistem neurologi
Glaslow coma scale E4V5M6 15, kesadaran composmentis.
Kekuatan otot
4444 4444
4444 4444
7) Sistem pencernaan
Klien mengatakan tidak ada gangguan menelan, keadaan mulut
bersih, tidak mual lagi, tidak muntah, nyeri daerah perut tidak
ada.
8) Sistem imunologi
Tidak terdapat tanda-tanda pembesaran getah bening.
9) Sistem endokrin
Napas tidak berbau keton, tidak ada luka, tidak ada tanda-tanda
peningkatan kadar gula darah.
10) Sistem urogenital
Klien tidak mengalami distensi kandung kemih, klien tidak
terpasang kateter.
11) Sistem integumen
Rambut klien berwarna hitam memiliki banyak uban, tidak
terdapat ketombe, kuku pada jari tangan dan kaki bersih
pendek, turgor kulit menurun, warna kulit pucat, tidak ada
tanda-tanda radang pada kulit.
39

12) Sistem muskuloskeletal


Klien mengatakan ada keterbatasan dalam pergerakan karena
klien mengeluh lemah dan mudah lelah, tidak ada fraktur, tidak
ada kelainan bentuk tulang dan otot.

13. Pemeriksaan penunjang


a. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan EKG tanggal 28 Oktober 2019 : hasil ekg aritmia.
Pemeriksaan Rontgen Thorak tanggal 28 Oktober 2019 : hasil
pemeriksaan terlampir di list.
b. Pemeriksaan laboratorium

Tabel 3.1
Pemeriksaan laboratorium tanggal 29 Oktober 2019

No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


1 Gula darah sewaktu 125 mg/dl 100-200 mg/dl
2 Hemoglobin 13,30 gr/dl 12,30-18.00 gr/dl
3 Leukosit 11.200 4.000-10.000
4 Hematokrit 39% 40-50%
5 Trombosit 324.000 150.000-400.000

14. Penatalaksanaan

Tabel 3.2
Terapi obat yang diberikan tanggal 29 Oktober 2019

No Nama Obat Jenis Dosis


1 Cairan infus ringer laktat 500 cc/ 8 jam/ 20 tpm
2 Oksigen nasal kanul 3 liter permenit
3 Digoxin 2 x ½ mg
4 Furosemide 2x1 mg
40

5 Amlodipin 1x10 mg
6 Inj. Ceftriaxone 2x1gr vial
7 Inj. Ondansentron 3x1 amp
8 Inj. Ketorolac 3x1 amp

Data Fokus

Tabel 3.3
Data fokus pasien dengan gangguan oksigenasi pada kasus congestive heart
failure terhadap Tn.S di Ruang Penyakit Dalam Freesia Lantai 3 RSU Handayani
Kotabumi Lampung Utara tanggal 28-31 Oktober 2019

Data Subjektif Data Objektif


1. Klien mengeluh sesak 1. Klien tampak sesak
2. Klien mengeluh sesak saat atau 2. Takikardia (nadi 122x/m)
setelah beraktivitas 3. Nadi teraba lemah
3. Klien mengatakan sesak membuat 4. Warna kulit pucat
nyeri dada 5. Pengisian kapiler >3 detik
4. Klien mengeluh nyeri kepala 6. Akral teraba dingin
5. Klien mengatakan lemah 7. Turgor kulit menurun
6. Klien mengeluh lelah 8. Tekanan darah meningkat
7. Klien mengeluh sulit tidur 9. Gambaran EKG aritmia
8. Klien mengatakan nafsu makan 10. Klien tampak lemah
menurun 11. Klien tampak gelisah
9. Klien mengatakan aktivitas di bantu 12. Klien tampak pucat
oleh keluarga 13. Tekanan darah 170/100 mmHg
14. Nadi 124x/menit
15. Pernafasan 30x/menit
16. Suhu 36,6oC
41

Analisa data

Tabel 3.4
Analisa Data pasien dengan gangguan oksigenasi pada kasus congestive heart
failure terhadap Tn.S di Ruang Penyakit Dalam Freesia Lantai 3 RSU Handayani
Kotabumi Lampung Utara tanggal 28-31 Oktober 2019

No Analisa Data Masalah Etiologi


1 2 3 4
1 DS: Penurunan curah Perubahan irama
a. Klien mengeluh sesak jantung jantung
b. Klien mengeluh lelah
DO:
a. Gambaran EKG aritmia
b. Nadi teraba lemah
c. Takikardia
d. Warna kulit pucat
e. Nadi 124x/menit
f. TD 170/100 mmHg
g. RR 30x/menit
h. Suhu 36,6oC
2 DS: Perfusi perifer Peningkatan
a. Klien mengeluh nyeri tidak efektif tekanan darah
kepala
DO:
a. Tekanan darah 170/100
mmHg
b. CRT >3 detik
c. Nadi teraba lemah
d. Akral teraba dingin
e. Warna kulit pucat
f. Turgor kulit menurun

1 2 3 4
42

3 DS: Intoleransi Kelemahan


a. Klien mengeluh lelah aktivitas
b. Klien mengeluh sesak atau
setelah beraktivitas
c. Klien mengatakan lemah
DO:
Klien tampak lemah
4 DS: Gangguan pola Hambatan
a. Klien mengeluh sulit tidur tidur lingkungan
b. Klien mengeluh pola tidur
berubah
c. Klien mengeluh
kemampuan beraktivitas
menurun

B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung.
2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan
darah.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan.

Prioritas utama diagnosa keperawatan


1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung
ditandai dengan klien mengeluh sesak, klien mengeluh lelah, takikardia,
gambaran EKG aritmia, nadi teraba lemah, warna kulit pucat, tekanan
darah 170/100 mmHg, nadi 124x/menit, pernafasan 30x/menit, suhu
36,6oC.
2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan darah
ditandai dengan klien mengeluh nyeri kepala, tekanan darah 160/100
43

mmHg, CRT >3 detik, nadi teraba lemah, akral teraba dingin, warna kulit
pucat, turgor kulit menurun.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan klien
mengeluh lelah, sesak saat atau setelah beraktivitas, klien mengatakan
lemah, klien tampak lemah

Rencana Keperawatan

Tabel 3.5
Rencana Keperawatan pasien dengan gangguan oksigenasi pada kasus congestive
heart failure terhadap Tn.S di Ruang Penyakit Dalam Freesia Lantai 3 RSU
Handayani Kotabumi Lampung Utara tanggal 28-31 Oktober 2019

No Diagnosa SLKI SIKI


Keperawatan
1 2 3 4
1 Penurunan Curah jantung Perawatan jantung
curah jantung (L.02008) (I.02075)
a. Klien tidak sesak lagi a. Identifikasi tanda/gejala
b. Klien tidak merasa primer penurunan curah
lelah jantung (meliputi
c. Tidak ada takikardia dispnea, kelelahan)
d. Nadi perifer kembali b. Identifikasi tanda dan
normal gejala sekunder
e. Gambaran EKG penurunan curah
aritmia kembali jantung (warna kulit
normal pucat)
f. Tidak ada pucat c. Monitor aritmia
(kelainan irama dan
frekuensi)
d. Berikan posisi nyaman
semi fowler
e. Monitor tanda-tanda
1 2 3 4
44

vital
f. Kolaborasi dalam
pemberian obat
2 Perfusi perifer Perfusi perifer Perawatan sirkulasi
tidak efektif (L.02011) (I.02079)
a. Tekanan darah a. Periksa sirkulasi perifer
kembali normal Tidak (meliputi nadi
nyeri lagi perifer,warna dan suhu
b. Nadi perifer kembali kulit)
normal b. Monitor tanda-tanda
c. Akral teraba hangat vital
d. Tidak ada pucat c. Monitor nyeri
Turgor kulit kembali d. Anjurkan melakukan
elastis. perawatan kulit
Kolaborasi dalam
pemberian obat
3 Intoleransi Toleransi aktivitas Manajemen energi
aktivitas (L.05047) (I.05178)
a. Keluhan lelah tidak a. Identifikasi gangguan
ada lagi fungsi tubuh yang
b. Tidak ada dispnea mengakibatkan
saat atau setelah kelelahan
beraktivitas b. Monitor kelelahan fisik
c. Perasaan lemah tidak c. Identifikasi terjadinya
ada lagi kelemahan
d. Kemudahan dalam d. Anjurkan melakukan
melakukan aktivitas aktivitas secara
sehari-hari bertahap
Terapi aktivitas (I.05186)
a. Fasilitasi aktivitas fisik
rutin (meliputi ambulasi
45

1 2 3 4
mobilisasi dan
perawatan diri) sesuai
kebutuhan
b. Libatkan keluarga
dalam aktivitas, jika
perlu
c. Berikan posisi nyaman
pada pasien

Catatan Perkembangan

Tabel 3.6
Catatan Perkembangan pasien dengan gangguan oksigenasi pada kasus congestive
heart failure terhadap Tn.S di Ruang Penyakit Dalam Freesia Lantai 3 RSU
Handayani Kotabumi Lampung Utara tanggal 28-31 Oktober 2019

No Tanggal Implementasi Evaluasi


DX
1 2 3 4
1 29-10-2019 a. Pukul 09.00 WIB Pukul: 14.00 WIB
Mengidentifikasi S:
tanda/gejala primer a. Klien mengeluh sesak
penurunan curah jantung b. Klien mengeluh lelah
(meliputi dispnea, O :
kelelahan) a. Klien tampak pucat
b. Pukul 09.10 WIB b. TD: 160/100 mmHg
Mengidentifikasi tanda dan c. N: 120x/menit
gejala sekunder penurunan d. RR: 28x/menit
e. Klien terpasang O2
3lpm
A : Masalah belum teratasi
46

1 2 3 4
curah jantung (warna kulit P : Lanjutkan intervensi
pucat) a. Identifikasi
c. Pukul 09.20 WIB tanda/gejala seperti
Memonitor aritmia dispnea, kelelahan,
(kelainan irama dan warna kulit pucat
frekuensi) b. Berikan posisi nyaman
d. Pukul 09.30 WIB pada pasien
Memberikan posisi nyaman c. Monitor ttv
semi fowler d. Berikan terapi obat
e. Pukul 09.40 WIB
Memonitor tanda-tanda
vital Octharia
TD: 170/100 mmHg
N: 122x/menit
RR: 28x/menitS: 36,7oC
f. Pukul 06.00 WIB
Terapi obat
Inj. Ceftriaxone 2x1gr
Inj. Ketorolac 3x1 amp
Inj. Ondansentron 3x1 amp
Oral. Digoxin 2x ½ mg
Oral. Furosemide 2x1 mg
2 29-10-2019 a. Pukul 09.50 WIB Pukul: 14.00 WIB
Memeriksa sirkulasi perifer S :
(meliputi nadi perifer, a. Klien mengeluh nyeri
warna dan suhu kulit) kepala
b. Pukul 10.00 WIB O:
Memonitor tekanan darah a. Tekanan darah 160/100
170/100 mmHg mmHg
c. Pukul 10.20 WIB b. CRT >3 detik
Memonitor nyeri kepala c. Klien tampak pucat
47

1 2 3 4
d. Pukul 10.30 WIB d. Akral teraba dingin
Menganjurkan melakukan A : Masalah belum teratasi
perawatan kulit P : Lanjutkan intervensi
e. Pukul 06.00 WIB a. Periksa sirkulasi
Terapi obat perifer meliputi nadi
Oral. Amlodipin 1x10 mg perifer, warna dan suhu
kulit
b. Monitor tekanan darah
c. Monitor nyeri
d. Anjurkan melakukan
perawatan kulit
e. Berikan terapi obat

Octharia
3 29-10-2019 a. Pukul 10.40 WIB Pukul: 14.00 WIB
Mengidentifikasi gangguan S :
fungsi tubuh yang a. Klien mengeluh lelah
mengakibatkan kelelahan b. Klien mengeluh sesak
dan kelemahan saat atau setelah
b. Pukul 10.50 WIB beraktivitas
Menganjurkan melakukan O :
aktivitas fisik secara a. Klien tampak lemah
bertahap A : Masalah belum teratasi
c. Pukul 11.00 WIB P : Lanjutkan intervensi
Melibatkan keluarga dalam a. Identifikasi gangguan
membantu klien melakukan fungsi tubuh yang
aktivitas sehari-hari mengakibatkan
d. Pukul 11.10 WIB kelelahan dan
Memberikan posisi nyaman kelemahan
pada pasien b. Anjurkan melakukan
48

1 2 3 4
aktivitas fisik secara
bertahap
c. Libatkan keluarga
dalam membantu klien
melakukan aktivitas
sehari-hari
d. Berikan posisi nyaman
pada pasien

Octharia
1 30-10-2019 a. Pukul 08.30 WIB Pukul: 14.00 WIB
Mengidentifikasi S:
tanda/gejala primer a. Klien mengatakan
penurunan curah jantung sesak berkurang Klien
(meliputi dispnea, mengatakan sudah
kelelahan) sedikit bertenaga
b. Pukul 08.40 WIB O:
Mengidentifikasi tanda dan a. Klien tampak sedikit
gejala sekunder penurunan segar
curah jantung (warna kulit b. TD: 140/100
pucat) c. N: 113x/menit
c. Pukul 08.50 WIB d. RR: 26x/menit
Memonitor aritmia e. Klien terpasang
(kelainan irama dan oksigen 3 lpm
frekuensi) A : Masalah teratasi
d. Pukul 09.00 WIB sebagian
Memberikan posisi nyaman P : Lanjutkan intervensi
semi fowler a. Identifikasi
e. Pukul 09.30 WIB tanda/gejala seperti
Memonitor tanda-tanda dispnea, kelelahan
49

1 2 3 4
vital b. Berikan posisi nyaman
TD: 160/100 mmHg pada pasien
N: 116x/menit c. Monitor tanda-tanda
RR: 28x/menit vital
S: 36,7oC d. Terus berikan terapi
f. Pukul 06.00 WIB obat
Terapi obat
Inj. Ceftriaxone 2x1gr
Inj. Ketorolac 3x1 amp Octharia
Inj. Ondansentron 3x1 amp
Oral. Digoxin 2x ½ mg
Oral. Furosemide 2x1 mg

2 30-10-2019 a. Pukul: 09.40 WIB Pukul: 14.00 WIB


Memeriksa sirkulasi perifer S :
(meliputi nadi perifer, Klien mengatakan
warna dan suhu kulit) nyeri kepala sudah
b. Pukul 09.50 WIB berkurang
Memonitor tekanan darah O :
160/100 mmHg a. TD: 140/100 mmHg
c. Pukul 10.00 WIB b. CRT <3 detik
Memonitor nyeri kepala c. Klien tampak sedikit
d. Pukul 10.10 WIB segar
Menganjurkan melakukan d. Akral teraba hangat
perawatan kulit A : Masalah teratasi
e. Pukul 06.00 WIB sebagian
Terapi obat P : Lanjutkan intervensi
Oral. Amlodipin 1x10 mg a. Periksa sirkulasi
perifer meliputi warna
kulit, suhu kulit
b. Monitor tekanan darah
50

1 2 3 4
c. Monitor nyeri
d. Berikan terapi obat

Octharia

3 30-10-2019 a. Pukul: 10.20 WIB Pukul: 14.00 WIB


Mengidentifikasi gangguan S :
fungsi tubuh yang a. Klien mengatakan
mengakibatkan kelelahan sudah sedikit
dan kelemahan bertenaga
b. Pukul 10.30 WIB b. Klien mengatakan
Menganjurkan melakukan sesak saat atau setelah
aktivitas fisik secara beraktivitas berkurang
bertahap O:
c. Pukul 10.40 WIB Klien tampak sedikit segar
Melibatkan keluarga dalam A : Masalah teratasi
membantu klien melakukan sebagian
aktivitas sehari-hari P : Lanjutkan intervensi
d. Pukul 10.50 WIB a. Identifikasi gangguan
Memberikan posisi nyaman fungsi tubuh yang
pada pasien mengakibatkan
kelelahan dan
kelemahan
b. Anjurkan melakukan
aktivitas fisik secara
bertahap
c. Libatkan keluarga
dalam aktivitas sehari-
hari
51

1 2 3 4
d. Berikan posisi nyaman
pada pasien

Octharia
1 31-10-2019 a. Pukul 09.00 WIB Pukul: 14.00 WIB
Mengidentifikasi tanda dan S :
gejala seperti dispnea, a. Klien mengatakan
kelelahan, warna kulit pucat sesak sudah berkurang
b. Pukul 09.10 WIB b. Klien mengatakan
Memberikan posisi nyaman sudah bertenaga
semi fowler O:
c. Pukul 09.20 WIB a. Klien tampak segar
Monitor tanda-tanda vital b. TD: 130/90
TD: 140/90 mmHg c. N: 98x/menit
N: 105x/menit d. RR: 24x/menit
RR: 26x/menit S: 36,8oC A : Masalah
S: 36,6oC teratasi sebagai
d. Pukul 06.00 WIB P : Hentikan intervensi
Terapi obat
Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
Inj. Ketorolac 3x1 amp Octharia
Inj. Ondansentron 3x1 amp
Oral. Digoxin 2x ½ mg
Oral. Furosemide 2x1 mg
2 31-10-2019 a. Pukul: 09.30 WIB Pukul: 14.00 WIB
Memeriksa sirkulasi perifer S :
meliputi nadi perifer, warna a. Klien mengatakan nyeri
dan suhu kulit dikepala sudah hilang
b. Pukul 09.40 WIB O:
Memonitor tekanan darah a. TD: 130/90 mmHg
52

1 2 3 4
c. Pukul 09.50 WIB a. CRT <3 detik
Memonitor nyeri kepala b. Klien tampak segar
d. Pukul 06.00 WIB c. Akral teraba hangat
Terapi obat A : Masalah teratasi
Oral. Amlodipin 1x10 mg P : Hentikan intervensi

Octharia
3 31-10-2019 a. Pukul: 10.00 WIB Pukul: 14.00 WIB
Mengidentifikasi gangguan S :
fungsi tubuh yang a. Klien mengatakan
mengakibatkan kelelahan sudah bertenaga klien
dan kelemahan sudah bisa makan,
b. Pukul 10.10 WIB minum secara mandiri,
c. Menganjurkan melakukan dan ke kamar mandi
aktivitas fisik secara masih dengan bantuan
bertahap Pukul 10.20 WIB keluarga
Memberikan posisi nyaman b. Klien mengatakan sesak
saat atau setelah
beraktivitas sudah
berkurang
O:
a. Klien tampak segar
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

Octharia
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas beberapa hal tentang asuhan
keperawatan kasus congestive heart failure pada Tn.S dengan gangguan
oksigenasi di Ruang Penyakit Dalam Freesia Lantai 3 RSU Handayani Kotabumi
Lampung Utara yang sudah dipaparkan pada bab sebelumnya, diantara lain:
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan
klien. Pengkajian merupakan proses pengumpulan data yang dilaksanakan
dengan berbagai cara (wawancara, observasi, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan diagnostik dan lain-lain) untuk mendapatkan informasi
tentang kondisi kesehatan klien, yang berfokus pada pemenuhan
kebutuhan dasar (Suarni & Apriyani, 2017).
Selama pengumpulan data pada Tn.S dari tanggal 28-31 oktober 2019
didapatkan data :
1. Dispnea
Pada saat pengkajian klien mengeluh sesak, sesak timbul saat atau
setelah beraktivitas, sesak terasa berat saat beraktivitas dan terasa
ringan saat istirahat atau saat posisi setengah duduk/semi fowler,
frekuensi napas 30x/menit. Menurut Muttaqin (2009) Keluhan dispnea
atau sesak napas merupakan manifestasi kongesti pulmonalis sekunder
dari kegagalan ventrikel kiri dalam melakukan kontraktilitas sehingga
akan mengurangi curah sekuncup.
2. Perubahan nadi
Pada saat pengkajian terdapat nadi cepat dan nadi teraba lemah,
takikardia nadi 124x/menit. Menurut Muttaqin (2009) Pemeriksaan
denyut arteri selama gagal jantung menunjukkan denyut yang cepat
dan lemah. Denyut jantung yang cepat atau takikardia mencerminkan
respon terhadap saraf simpatis. Penurunan yang bermakna dari curah

44
45

sekuncup dan adanya vasokontriksi perifer mengurangi tekanan nadi


(perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik) sehingga
menghasilkan denyut yang lemah atau thready pulse.
3. Kelemahan fisik
Pada saat pengkajian klien mengeluh lemah dan klien tampak
lemah, aktivitas klien dibantu oleh keluarga. Menurut Muttaqin (2009)
Manifestasi utama dari penurunan curah jantung adalah kelemahan dan
kelelahan dalam melakukan aktivitas.
4. Mudah lelah
Pada saat pengkajian klien mengeluh lelah saat atau setelah
beraktivitas. Menurut Muttaqin (2009) Mudah lelah terjadi akibat
curah jantung yang kurang, sehingga menghambat jaringan dari
sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil
katabolisme. Juga terjadi akibat peningkatan energi yang digunakan
untuk bernafas dan insomnia yang terjadi akibat distres pernafasan dan
batuk. Perfusi yang kurang pada otot-otot rangka menyebabkan
kelemahan dan keletihan. Gejala-gejala ini dapat diekserbasi oleh
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit atau anoreksia. Pemenuhan
personal higiene mengalami perubahan.
5. Warna kulit pucat dan dingin
Pada saat pengkajian klien tampak pucat dan akral teraba dingin.
Menurut Muttaqin (2009) Gagal depan pada ventrikel kiri
menimbulkan tanda-tanda berkurangnya perfusi ke organ-organ. Oleh
karena darah dialihkan dari organ-organ non-vital demi
mempertahankan perfusi ke jantung dan otak, maka manifestasi paling
dini dari gagal ke depan adalah berkurangnya perfusi organ-organ
seperti kulit dan otot-otot rangka. Kulit yang pucat dan dingin
diakibatkan oleh vasokontriksi perifer, penurunan lebih lanjut dari
curah jantung dan meningkatkan kadar hemoglobin tereduksi
mengakibatkan sianosis. Vasokontriksi kulit menghambat kemampuan
tubuh untuk melepaskan panas.
46

B. Diagnosa Keperawatan
Tahapan ini adalah kegiatan menyimpulkan gangguan pemenuhan
kebutuhan dasar yang dialami oleh klien, dengan cara merumuskan dalam
bentuk kalimat yang terstandar (Suarni & Apriyani, 2017).
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien yang menderita
congestive heart failure menurut Wijaya & Putri, 2013 :
f. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama
jantung, perubahan preload, perubahan afterload.
g. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi.
h. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dengan kebutuhan oksigen.
i. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan
darah.
j. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya sesak napas
Diagnosa keperawatan yang ditegakan penulis berdasarkan hasil
pengkajian dan batasan karakteristik serta faktor berhubungan sesuai
dengan kondisi klien, yaitu:
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama
jantung.
Diagnosa ini ditegakkan penulis karena pada pasien di temukan data
sebagai berikut Data Subjektif: klien mengeluh sesak, klien mengeluh
lemah. Data Objektif: gambaran EKG aritmia, nadi teraba lemah,
takikardia, warna kulit pucat, nadi 124x/menit, tekanan darah 170/100
mmHg, frekuensi napas 30x/menit, suhu 36,6oC.
Dari data tersebut dapat ditegakan diagnosa penurunan curah jantung
berdasarkan dengan batasan karakteristik SDKI (2017).
2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan
darah.
Diagnosa ini ditegakkan penulis karena pada pasien di temukan data
sebagai berikut Data Subjektif: klien mengeluh nyeri kepala. Data
Objektif: tekanan darah meningkat 170/100 mmHg, CRT >3detik, nadi
47

teraba lemah, akral teraba dingin, warna kulit pucat, turgor kulit
menurun.
Dari data tersebut dapat ditegakkan diagnosa perfusi perifer tidak
efektif berdasarkan dengan batasan karakteristik SDKI (2017).

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.


Diagnosa ini ditegakkan penulis karena pada pasien di temukan data
sebagai berikut Data Subjektif: klien mengeluh lelah, klien mengeluh
sesak saat atau setelah beraktivitas, klien merasa lemah. Data Objektif:
klien tampak lemah.
Dari data tersebut dapat ditegakkan diagnosa intoleransi aktivitas
berdasarkan batasan karakteristik SDKI (2017).

C. Rencana Keperawatan
Perencanaan disusun untuk menyelesaikan masalah yang dialami
klien, masalah yang dirumuskan dalam diagnosa keperawatan. Dalam
penyelesaian masalah ini juga harus menggunakan standar.
Perencanaan yang disusun terdiri dari: perencanaan tujuan outcome dan
perencanaan tindakan intervention, standar perencanaan dalam
keperawatan diantaranya adalah Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI) dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) (Suarni &
Apriyani, 2017).
Setelah penulis menegakkan diagnosa keperawatan sesuai dengan
data yang ditemukan saat pengkajian, penulis membuat rencana tindakan
keperawatan yang akan diterapkan pada Tn.S berdasarkan diagnosa
keperawatan yang ditegakkan sebagai berikut:
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama
jantung
Tujuan/SLKI
a. Curah jantung (L.02008)
48

Kriteria hasil: klien tidak sesak lagi, klien tidak merasa lelah, tidak
ada takikardia, nadi perifer kembali normal, gambaran EKG
aritmia kembali normal, tidak ada pucat.
Intervensi/SIKI
a. Perawatan jantung (I.02075)
1) Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung
(meliputi dispnea, kelelahan)
2) Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung
(warna kulit pucat)
3) Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)
4) Berikan posisi nyaman semi fowler
5) Monitor tanda-tanda vital
Berdasarkan perencanaan tindakan keperawatan penurunan curah
jantung, terdapat tindakan keperawatan yang tidak terlaksana yaitu
monitor EKG/monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi) karena
perekaman EKG hanya dilakukan sekali selama klien dirawat di rumah
sakit.
2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan
darah
Tujuan/SLKI
a. Perfusi perifer (L.02011)
Kriteria hasil: tekanan darah kembali normal, tidak ada nyeri
kepala, nadi perifer kembali normal, akral teraba hangat, tidak ada
pucat, turgor kulit kembali elastis.
Intervensi/SIKI
a. Perawatan sirkulasi (I.02079)
1) Periksa sirkulasi perifer (meliputi nadi perifer, warna dan suhu
kulit)
2) Monitor tanda-tanda vital tekanan darah
3) Monitor nyeri kepala
4) Anjurkan melakukan perawatan kulit
49

Berdasarkan perencanaan tindakan keperawatan perfusi perifer tidak


efektif, terdapat tindakan keperawatan yang tidak terlaksana yaitu
anjurkan melakukan perawatan kulit(turgor kulit kembali elastis)
karena faktor usia kulit klien sudah tidak elastis.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Tujuan/SLKI
a. Toleransi aktivitas (L.05047)
Kriteria hasil: keluhan lelah tidak ada lagi, tidak ada dispnea saat
atau setelah beraktivitas, perasaan lemah tidak ada lagi, kemudahan
dalam melakakukan aktivitas sehari-hari.
Intervensi/SIKI
a. Manajemen energi (I.05178)
1) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
2) Monitor kelelahan fisik
3) Identifikasi terjadinya kelemahan
4) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
b. Terapi aktivitas (I.05186)
1) Fasilitasi aktivitasi fisik rutin (meliputi ambulasi, mobilisasi
dan perawatan diri) sesuai kebutuhan
2) Libatkan keluarga dalam aktivitas jika perlu
3) Berikan posisi nyaman pada pasien
Berdasarkan perencanaan tindakan keperawatan intoleransi aktivitas,
terdapat tindakan keperawatan yang tidak terlaksana yaitu fasilitasi
aktivitas fisik rutin karena saat dilakukan perawatan klien tidak
melakuakan aktivitas (ambulasi, mobilisasi dan perawatan diri secara
mendiri melainkan dibantu keluarga.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Suarni & Apriyani 2017).
50

Penulis membuat rencana tindakan keperawatan, penulis melakukan


atau menerapkan sesuai dengan perencanaan tindakan keperawatan yang
telah dibuat berdasarkan keadaan dan kebutuhan klien. Tindakan yang
dilakukan bertujuan agar semua masalah keperawatan teratasi.
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama
jantung.
Memberikan posisi semi fowler untuk mengurangi kesulitan bernafas,
memberikan terapi oksigen 3 liter untuk meningkatkan sediaan
oksigen, berkolaborasi dalam pemberian obat glikosida jantung
(Digoxin 2 x ½ mg) untuk meningkatkan kontraktilitas jantung dan
memperkuat jantung dalam memompakan darah keseluruh tubuh,
diuretic (Furosemide 2x1 mg) untuk mengatasi kelebihan cairan
didalam tubuh (Muttaqin, 2009).
2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan
darah.
Memonitor tekanan darah untuk memantau kesehatan sirkulasi darah
dalam tubuh. Berkolaborasi dalam pemberian obat antihipertensi
(Amlodipine 1 x 10 mg) untuk memperlancar aliran darah menuju
jantung dan mengurangi tekanan darah, selain untuk mengatasi
hipertensi amlodipine juga digunakan untuk meredakan gejala nyeri
dada atau angina pectoris pada penyakit jantung (Wijaya & Putri,
2013).
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
Memberikan posisi nyaman pada pasien untuk mengurangi kelelahan
dan kelemahan. Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam
pemberian program rehabilitas jantung secara bertahap untuk
memperkuat dan memperbaiki fungsi jantung yang berada dibawah
tekanan, jika disfungsi jantung tidak dapat diperbaiki ke kondisi
semula, peningkatan secara bertahap pada aktivitas dapat mencegah
kerja jantung dan konsumsi oksigen yang berlebihan (Asikin, dkk,
2016).
51

E. Evaluasi
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan kegiatan dalam
menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui
pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari
proses keperawatan (Suarni & Apriyani 2017).
Tahap ini penulis mengevaluasi seluruh diagnosa keperawatan yang
ditegakkan. Adapun hasil umum klien setelah diberikan tindakan
keperawatan selama tiga hari adalah didapatkan hasil sebagai berikut.
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama
jantung.
Berdasarkan standar luaran keperawatan indonesia (SLKI) tujuan yang
harus dicapai dengan kriteria hasil sesak tidak ada lagi(5), lelah tidak
ada lagi(5), kelemahan tidak ada lagi(5), nadi teraba lemah dan tidak
teratur tidak ada lagi (5), tekanan darah kembali normal(5), takikardia
tidak ada lagi(5), pernafasan normal(5), suhu normal (5). Hasil
evaluasi selama tiga hari masalah teratasi sebagian dibuktikan dengan:
Klien mengatakan sesak sudah berkurang (4), klien mengatakan sudah
bertenaga (5), klien tampak segar (5), nadi teraba kuat dan teratur (5),
tekanan darah 130/90 mmHg (4), nadi 98x/menit (5), pernafasan
24x/menit (4), suhu 36,8oC (5)
2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan
darah.
Berdasarkan standar luaran keperawatan indonesia (SLKI) tujuan yang
harus dicapai dengan kriteria hasil nyeri kepala tidak ada lagi (5), klien
tidak pucat lagi(5), akral teraba dingin tidak ada lagi(5), pengisian
kapiler kembali normal (5), tekanan darah kembali normal(5). Hasil
evaluasi selama tiga hari masalah teratasi dibuktikan dengan: Klien
mengatakan nyeri dikepala sudah hilang (5), klien tampak segar tidak
ada pucat (5), akral teraba hangat (5), CRT <3 detik (5), tekanan darah
normal (5), tekanan darah 130/90 mmHg (5).
52

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.


Berdasarkan standar luaran keperawatan indonesia (SLKI) tujuan yang
harus dicapai dengan kriteria hasil keluhan lelah tidak ada lagi(5),
aktivitas tidak dibantu oleh keluarga lagi(5), sesak saat atau setelah
beraktivitas tidak ada lagi (5), kelemahan tidak ada lagi(5). Hasil
evaluasi selama tiga hari masalah teratasi dibuktikan dengan: Klien
mengatakan sudah bertenaga (5), klien sudah bisa melakukan aktivitas
makan dan minum secara mandiri tetapi saat klien ke kamar mandi
masih dengan bantuan keluarga (5), klien mengatakan sesak saat atau
setelah beraktivitas sudah berkurang (5), klien tampak segar (5).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan dengan gangguan oksigenasi pada kasus
congestive heart failure terhadap Tn.S di ruang penyakit dalam freesia
lantai 3 RSU Handayani Kotabumi Lampung Utara dari tanggal 28-31
Oktober 2019 dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian asuhan keperawatan pasien dengan gangguan sirkulasi
pada kasus congestive heart failure terhadap Tn.S di dapatkan data
subjektif dan data objektif yaitu klien mengeluh sesak, klien mengeluh
sesak saat atau setelah beraktivitas, klien mengeluh nyeri kepala, klien
mengeluh lelah, klien tampak sesak, takikardia(nadi 124x/menit), nadi
teraba lemah, warna kulit pucat, akral teraba dingin, pengisian kapiler
>3 detik, gambaran EKG aritmia, tekanan darah meningkat, klien
tampak lemah, tekanan darah 170/100 mmHg, nadi 124x/menit,
pernafasan 30x/menit, suhu 36,6oC.
2. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan data-data yang didapatkan dari hasil pengkajian pada
Tn.S dengan kasus congestive heart failure penulis menegakkan tiga
diagnosa keperawatan :
a. penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama
jantung
b. perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
tekanan darah
c. intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
3. Rencana keperawatan
Rencana keperawatan yang muncul sesuai dengan diagnosa
keperawatan :

53
54

a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama


jantung dengan label SLKI curah jantung (L.02008) dan label SIKI
perawatan jantung (I.02075).
b. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
tekanan darah dengan label SLKI perfusi perifer (L.02011) dan
label SIKI perawatan sirkulasi (I.02079).
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dengan label
SLKI toleransi aktivitas (L.05047) dan label SIKI manajemen
energi (I.05178), terapi aktivitas (I.05186).
4. Implementasi keperawatan
Implementasi yang diterapkan pada pasien congestive heart failure
terdiri dari beberapa tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan
mandiri yang dilakukan diantaranya seperti melakukan pengkajian
gejala penurunan curah jantung sesak, mudah lelah, tampak lemah,
memposisikan semi fowler, memberikan terapi oksigen, memonitor
tanda-tanda vital. Tindakan kolaborasi yang dilakukan seperti
berkolaborasi dalam pemberian terapi obat Digoxin 2x½mg,
Furosemide 2 x 1 mg, Amlodipine 1 x 10 mg, ceftriaxone 2 x 1 gr vial,
ondansentron 3 x 1 amp, ketorolac 3 x 1 amp.
5. Evaluasi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan terhadap Tn.S dengan
gangguan sirkulasi pada kasus congestive heart failure selama tiga hari
diperoleh hasil evaluasi terdapat satu diagnosa teratasi sebagian yaitu
diagnosa penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
irama jantung, dan dua diagnosa yang sudah teratasi yaitu perfusi
perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan darah,
intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

B. Saran
1. Bagi penulis
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang kasus
tertentu terutama pada kasus congestive heart failure dan
55

meningkatkan kemampuan dalam melakukan asuhan keperawatan


pada pasien dengan congestive heart failure.
2. Bagi program studi keperawatan kotabumi
Diharapkan agar dapat memfasilitasi buku-buku terbaru tentang
asuhan keperawatan congestive heart failure untuk mempermudah
mahasiswa mendapat referensi.

3. Bagi Rumah sakit


Diharapkan agar dapat meningkatkan pelayanan kesehatan dengan
memberikan asuhan keperawatan congestive heart failure terhadap
Tn.S dan memberikan pendidikan kesehatan yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Asikin, dkk. (2016). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Kardiovaskuler. Jakarta:


Erlangga.

Kasron. (2017). Buku Ajar Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Majid, A. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskular. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Mubarak, W. I., & Chayatin, N. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia
Teori & Praktik. Jakarta: EGC.

Muttaqin, A. (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator.


Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan.


Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator.


Jakarta: DPP PPNI.

Riskesdas.http://www.depkes.go.id/resources/download/general/riskesdas.pdf.

Suarni, L., & Apriyani, H. (2017). Metodologi Keperawatan. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Tarwoto & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah


(Keperawatan Dewasa). Yogyakarta: Nuha Medika.
LEMBAR KONSULTASI

Nama Mahasiswa : Octharia


NIM : 1714471091
Jurusan : DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjung Karang
Prodi Keperawatan Kotabumi
Judul study kasus : Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Sirkulasi
Kasus Congestive Heart Failure Terhadap Tn.S di Ruang
Penyakit Dalam Freesia Lantai 3 RSU Handayani Kotabumi
Lampung Utara Tanggal 28-31 Oktober 2019
Pembimbing I : Ns. Heni Apriyani, M.Kep., Sp.KMB
No Tanggal Topik Materi Bimbingan Paraf
1 2 3 4 5
LEMBAR KONSULTASI

Nama Mahasiswa : Octharia


NIM : 1714471091
Jurusan : DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjung Karang
Prodi Keperawatan Kotabumi
Judul study kasus : Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Sirkulasi
Kasus Congestive Heart Failure Terhadap Tn.S di Ruang
Penyakit Dalam Freesia Lantai 3 RSU Handayani Kotabumi
Lampung Utara Tanggal 28-31 Oktober 2019
Pembimbing I : Ns. Bambang Sukoco, S.Kep., S.Sos
No Tanggal Topik Materi Bimbingan Paraf
1 2 3 4 5

Anda mungkin juga menyukai

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy