Hukum Perseroan Terbatas (M. Yahya Harahap, S.H.)
Hukum Perseroan Terbatas (M. Yahya Harahap, S.H.)
Hukum Perseroan Terbatas (M. Yahya Harahap, S.H.)
B
SG.02.1Q.0717
HUKUM PERSEROAN TERBATAS
Oleh:
M. Yahya Harahap, S.H.
ISBN978-979-007-267-1
Hatahap, M.Yahya
Hukum perseroan terbatas/M. Yahya Harahap; editor, Tarmizi.
-Ed. I, cet. 2. - Jakarta: Sinar Grafika, 2009.
xliv, 600 hIm. ; 23 em
-
KATA PENGANTAR '.............. v
PENDAHULUAN:
EKSISTENSI HUKUM PERSEROAN DALAM
SISTEMHUKUM INDONESIA
Ii.
•
I. • •
2. Pengajuan Permohonan Pemakaian Nama
Perseroan '.................................... 96
a. Mengaju1<an Permohonan Kepada Men-
teri 97
b. Yang DapatMengajukanPermohonan. 98
c. Jangka Waktu Pemberian Persetujuan
atauPemberitahuan Penolakan Pema-
kaian Nama Perseroan 1............................ 99
d. PersetujuanMenteri atasPemakaian Na-
ma PerseroanDiikuti Kewajiban Penga-
juan Permohonan Pengesahan Badan
HukumPerseroan..................................... 99
e. Permohonan,' Persetujuan Pemakaian
Nama yang Ditolak.................................... 100
f. Mengutamakan Pemakaian Nama Per-
seroandalam Bahasa Indonesia.............. 101
g. Nama Perseroan yang Telah Memper-
oleh PersetujuaniDicatat dalam Daftar
Perseroan ,............................................... 101
3. Tempat Kedudukan .. H L................... 102
a. Tempat Kedudukan Perseroan Harus
Berada dalam "Wilayah'! Negara Repub-
lik Indonesia.:. 102
b. Tempat 'Kedudukanr ,Sekaligus Menjadi
!I Kantor .' Pusat" (Head Office)Perseroan
atau "DomisiliCC 102
c. Tempat Kedudukan'Menurut Hukum
SekaligusNAlamat" Perseroan 102
d. Tempat Kedudukan Selain di Ibu Kota
Negaradan Provinsi dapat Juga di Dae-
rah'Kota atau Kabupaten :.................. 103
4. Nama.yang Dilarang........................................ 104
5. Upayau\tas PenolakanNama 107
6. Perubahan,NamadanTempat Kedudukan 108
7. Nasional atau Kebangsaan Perseroan 109
a. Asas Wilayah 110
b. Teori Pendiri, Pengurus, dan Pemegang
Saham 110
c. Hukum yang Dijadikan Dasar Pendirian 111
H. Jangka Waktu Berdirinya 112
1. Cara Menyatakan Jangka Waktu Berdirinya 113
a. Jangka Waktu Terbatas 113
b. Jangka Waktu Tidak Terbatas 113
2. Perubahan JangkaWaktu Merupakan Peru-
bahan AD Tertentu.;.;....................................... 115
3. Permohonan Persetlljuan Perubahan AD
MengenaiPerpanjangan Waktu Berdiri....... 115
1. Tanggung Jawab PerdataPerseroan..................... 116
1. Tanggung Jawab Kontraktual Perseroan ..... 117
2. Tanggung Jawab Perbuatan Melawan Hukum
Perseroari ..;; ;............................................... 122
a. TanggungJawabPMH Berdasar Pasal
1365 KUH Perdata 122
b. Tanggung Jawab PMH Perseroan Berda-
sar Pasal1367 Ayat (3) KUH Perdata .... 127
J. Tanggung Jawab Pidana Perseroan (Corporate
Criminal Liability).................................................... 131
1. Pendahuluan ,. 131
2. Pertanggungjawaban Pidana Berdasar Perse-
orangan 134
3. Penerapan Vicarious Criminal Liability terha-
dap Majikan 138
4. Tinjauan Pertanggungjawaban Pidana Kor-
porasi (Corporate Criminal Liability) 142
5. Mengadopsi Doktrin Vicarious terhadap Per-
seroan .'/ :.......................... 145
6. Jangkauan Pertanggungjawaban Perseroan
Atas Tindakan Fungsional.............................. 147
7. Tinjauan Pertanggungjawaban Pidana Per-
seroan Dalam Hukum Positif 151
BAB 2 PENDIRIAN, ANGGARAN DASAR DAN PE-
RUBAHANANGGARAN DASAR DAFTAR
PERSEROAN, DANPENGUMUMAN 161
A. Pendirian Perseroan ..,............................................. 161
1. Syarat Sahnya Pendirian Perseroan.............. 161
a. Pendiri Perseroan 2 (Dua) Orang Atau
Lebih....:....................................................... 162
1) Didirikan Berdasar Perjanjian 162
2) Yang Dimaksud Dengan Orang 163
3) Pemegang Saham Kurang 2 (Dua)
Orang 164
4) Pengecualian terhadap Syarat Pen-
diri dan Pemegang Saham Terdiri
Dari 2 (Dua) Orang atau Lebih ....... 167
b. Akta Pendirian, Berbentuk Akta Notaris 168
1) Hal-Hal yang Harus Dimuat Dalam
Akta Pendirian 169
2) Pembuatan Akta Pendirian Dapat
Diwakili 172
3) Akta Pendirian Dibuat Dalam Baha-
sa Indonesia 172
c. Setiap Pendiri Wajib Mengambil Bagian
Saham 173
d. Memperoleh Keputusan Pengesahan
Status BadanHukum Dari Menteri ...... 173
1) Yang ·Mengajukan Permohonan Pe-
ngesahan, Notaris Sebagai Kuasa
Dari Pendiri ....::................................... 174
2) Permohonan Diajukan kepada Men-
teri atau Pejabat yang Ditunjuk ...... 175
3) Bentuk Pengajuan Permohonan Pe-
ngesahan,· Melalui Sistem Adminis-
trasi. BadanHukum (Sisminbakum) 176
4) Caranya·Merigisi Format Isian Akta
Notaris (Pian) 176
5) TenggangWaktu Mengaju.kan Per-
mohorianMelalui Sisminbakum .... 177
6)/ Menteri Atau DirjenAHU, Dapat
Menyatakan Tidak Keberatan Seca-
ra LangsungMelalui Sisminbakum 179
7) Berdasar Pemyataan Tidak Keberat-
an, Notaris Wajib Menyampaikan
Permohonan Pengesahan Secara
Fisik :.............................................. 180
8) Jika Semua Persyaratan Dipenuhi,
Menteri Atau Dirjen ABU Menerbit-
kan Keputusan Pengesahan Badan
Hukum Perseroan 181
9) MenteriAtau Dirjen AHU Membe-
ritahukankepada. Notaris, Apabila
PersyaratanTidak Dipenuhi 182
10) Proses Penyelesaian Apabila Pemya-
taan Tidak Keberatan Menjadi Gugur 183
11) Cara Penyelesaian Permohonan Pe-
ngesahan Badan Hukum Perseroan
bagi~Notariso;....................................... 184
2. Pertanggungjawaban·Hukum Pendiri dan
Direksi Atas Perbuatan Hukum yang Dila-
kukan .SebelumPerseroanMendapat Penge-
sahanSebagai.Badan~Hukum 185
a.
Perbuatan Hukum yang Berkaitan de-
ngan Kepemilikan Saham 185
b. Tanggung Jawab Atas Perbuatan Hukum
yang Dilakukan Calon Pendiri untuk
Kepentirtgan Perseroan yang Belum Di-
dirikan;.·..... :~ ... i:.;.;.....;.;................................ 187
c. Tanggting Jawab Perbuatan Hukum yang
Dilakukan Atas Nama Perseroan yang Be-
·~·lum~MernperolehStatus Badan Hukum 190
B. Anggaran Dasar·.... i.'.i:ii:........................................... 192
1. Hal-Hal yang Dimuat dalam AD 192
2. Kebolehan Men.cantumkan Ketentuan Lain 197
3. Ketentuan yang Tegas-TegasDilarang Dimu-
at dalamAD ; ; ;........................... 197
C. PerubahanAD.; 1.......................... 198
1. PerubahanAD Ditetapkan oleh RUPS ........ 198
a RUPSuntukMengubahAD................... 198
b. RUPS Kedua untuk Mengubah AD Da-
pat Diselen.ggarakan Jika RUPS Pertama
Tidal< Mencapai J(uorum Kehadiran .... 199
2. Perubahan AD Perseroan yang Dinyatakan
Pailit .;;. ;2.0; •••• .'. ; 1.................................. 199
3. Klasifikasi Perubahan AD 200
a. Perubahan AD Tertentu yang Harus
Mendapat Persetujuan Menteri 200
b. Perubahan AD Cukup Diberitahukan
KepadaMenteri ....;.................................... 201
4.Perubahan AD Dinluat Atau Dinyatakan
DalamAktaNotaris.;....;.................................. 201
a. Ten.ggang Waktu iPerbuatan Akta Per-
n.yataanAkta Notaris 201
b Tel1ggang Waktu Dilampaui 202
5. TenggangWaktuPengajuan Permohonan
Persetujuan. dan Penyampaian Pemberita-
huan .; : i.L ;;..................................... 202
6. Permohonan Hersetujuan Perubahan AD
Perpanjangan JangkaWaktu Berdirinya Per-
seroan ; ; ;; ;..................................... 203
7. PerubahanAD MulaiBerlaku........................ 204
8. Wajib Mengubah AD Perseroan Tertutup
Menjadi Perseroan Publik 205
a.1Perubahan AD Mulai Berlaku 205
b .. KewajibanMengubah Kembali AD 206
9; Mulai Berlakunya Pertibahan AD Dalam
RangkaPenggabul1gan Atau Pengambilalihan 207
10. PenolakanPermohonan Persetujuan Peru-
bahan AD ; ;.................................... 207
11. Tata Cara Pengajuan Permohonan untuk
Memperoleh Persetujuan Menteri Atas Peru-
bahan AD 208
a. Notaris Sebagai Kuasa Direksi Mengaju-
kan Permohonankepada Menteri 209
b. Pengajuan Permohonan Mela1ui Sismin-
bakum 210
1) Mengisi Fian Model II 210
2) Fian Model II, Dilengkapi Keterang-
an Mengenai Dokumen Pendukung 210
c. Permohonan Persetujuan Perubahan AD
Mengenai Nama Perseroan 211
d. Menteri Atau Dirjen AHU, Dapat Me-
nyatakan Tidak Keberatan Secara Lang-
sung Mela1ui Sisminbakum Perubahan
AD ; ;..................................... 211
e. Berdasar Pemyataan Tidak Keberatan,
Notaris Wajib Menyampaikan Permo-
honan Persetujuan Secara Fisik.............. 212
f. Jika Semua Persyaratan Dipenuhi, Men-
teriAtau Dirjen AHU Menerbitkan Kepu-
tusan Persetujuan Perubahan AD 213
g. Menteri Atau Dirjen AHU, Memberita-
hukan kepada Notaris Apabila Persya-
ratan Tidak Terpenuhi.............................. 213
h. Proses Penyelesaian Jika Pemyataan Ti-
dak Keberatan Menjadi Gugur.. 214
i. Cara Penyelesaian Bagi Notaris yang Wi-
layah Kerjanya Belum Mempunyai Ja-
ringan Elektronik :............................. 216
12. Penyampaian Pemberitahuan Akta Perubah-
an AD Perseroan dan Data Perseroan 216
a. Perubahan AD dan Data Perseroan yang
Hams Diberitahukan Kepada Menteri. 217
b. Pemberitahuan Disampaikan oleh No-
taris Selaku Kuasa Dari Direksi.............. 217
c.Pemberitahuan .piajukan Melalui Sis-
minbakum Dengan Cara Mengisi Fian
Model III j ••••• ; ;.............................. 218
1) Dokumen Pendukung Bagi Pembe-
ritahuan Perubahan AD.................... 218
2) Dokumen Pendukung Pemberitahu-
an Bagi Perubahan Data Perseroan 219
3) Dokumen Pendukung·Bagi Pembu-
baran Perseroan 219
4) Dokumen ·Pendukung Pemberita-
huan Bagi Berakhimya Status Badan
Hukum Perseroan Karena Hukum 220
5) Dokurn.en Pendukung Pemberita-
huan Telcili BerakhirnyaProses Li-
kuidasi Perseroan Berdasarkan Pasal
152 Ayat (3) .UUPT 2007................... 221
d. Menteri Atau Dirjen AHU Dapat Menya-
takan Tidak·Keberatan Secara Langsung
Atas PemberitahuanMelalui Sisminba-
kum ......•.....; ;........................................ 222
e. Berdasarkan Pemyataan Tidak Keberat-
an,.Notaris Wajib Menyampaikan Pem-
beritahuan Secara Fisik 223
f. Jika Semua Persyaratan Dipenuhi, Menteri
Atau .pirjenAHUMen~rbitkan Surat Pene-
rimaan Pemberitahuan .;................................. 224
g. Menteri Atau Dirjen. AHU Memberitahukan
kepada Notaris, Jika Persyaratan Pemberita-
huan Tidak Jerpenuhi ;.................................... 224
h. Proses Penyelesaian JikaPemyataan Tidak
Keberatan MenjadiGugur 225
i. Tata Cara Penyampaian Pemberitahuan Pe-
rubahan AD dan Data Perseroan oleh Notaris
yang Wilayah Kerjanya Belum Mempunyai
Jaringan Elektronik 226
D. Daftar Perseroan : :u...................................... 227
1. Yang Menyelenggarakan Daftar Perseroan. 227
2. Data yang Dimuat Dalam Daftar Perseroan 228
3. Tanggal Pe:£!lasukan Data Perseroan Dalam
Daftar Perseroan .... i.......................................... 229
E. Pengumuman Perseroan........................................ 229
td
3. Sifatnya,> I<.uasa Khusus........................... 407
4. . Yang Dapat Diberi Kuasq....... 408
G. KewenanganclanTanggungJawab Anggota Di-
reksi Atas Kepailitan Perseroan ~.................. 409
1. Pengertian dan Tata Cara.Kepailitan Perse-
roan 409
2. Untuk .Mengajukan Voluntary Petition, Di-
reksiWajib LelJihDahulu Mendapat Perse-
tujuan .RUPS.:..................................................... 412
3. Direksi Bertanggung Jawab Secara Tanggung
Renteng terhadap Seluruh Kewajiban yang
Tak Terlunasi Dari Harta Pailit 413
4. Hal.Yang . Membebaskan .• Anggota Direksi
Bertanggung JawabSecara Tanggung Ren-
tengAtc}s Kepailitan l?er?erQan 414
Pemberhentian ·MggotaD!ryk?t;......................... 416
1. PrinsiB:remberh~ntianAnggota Direksi ..... 416
2. Pemberhentian Mggota.I)ireksi oleh Peme-
gang. Sallam. My1wui RU:r$ 420
a. Pel1llJerhe;t)tianAnggota Direksi oleh Pe-
l1legang·..S.aham palam .Forum RUPS
Secara Fisik................................................. 420
b. Pemberhe;t)tian AnggotaDiryk?i Berda-
sarKeputusan di Luar.Forum. RUPS
SecaraFisik................................................. 422
c. Tanggal Efektifnya Pemberhentian 424
3. Pel1lber~entian $el1lyntara Anggota Direksi
oleh Dewan Komisaris..................................... 425
a. Hak dan I(ewenangan.Dewan Komisa-
ris, Terbatas untuk. M~mberhentikan
Sementara................................................... 425
b. Pemberhentian Sementara. Disertai Ala-
san ; ;........................... 426
c. Pel1lb yrhe;t)tian Sementara, Wajib Dibe-
ritahukan kepada Ang-
gota Direksi yang Bersangkutan 426
d. Terhitung Tanggal Keputusan Pember-
hen.tian Sementara, Anggota Direksi
yang Bersangkutan Tidak Berwenang
Lagi Melaksanakan Tugas........................ 427
e. Paling Lambat 30 Hari Setelah Tanggal
Pemberhentian Sementara, Harus Dise-
lenggarakan RUPS 428
f. Wajib Memberi Kesempatan untuk Mem-
bela Diri Dalam RUPS 428
g. RUPS DapatMencabut Atau Menguat-
kan Keputusan Pemberhentian Semen-
tara 429
h. Hal-Hal yang Membatalkan Pemberhen-
tian Sementara........................................... 431
1. Pengunduran Diri Ariggota Direksi 432
1. Tata Cara PengunduranDiri Ariggota Direksi 433
2. Tata Cara pengisian. Jabatan Ariggota Direksi
yang Lowong 434
3. Pihak yang Berwenang Menjalankan Pengu-
rusan Dalam. Hal Seluruh Ariggota Direksi
Berhalangan·Atau Diberhentikan Sementara 435
PUSTAKA 595
a. Pengertian Persekutuan
Istilah Persekutuan terjemahan dari kata maatschap (partnership).
Persekutuan Perdata, terjemahan dari burgerlijk maatschap (civil
pantnership) yang berarti, dua orang atau lebih mengikat did untuk
membedkan suatu berupa uang, barang atau tenaga dalarn bentuk
suatu kerja sarna. Contoh yang paling mudah, persekutuan advokat
atau kedokteran.
Tujuan kerja sarna dalarn persekutuan, untuk membagi keun-
tungan dari hasil kerja sarna tersebut, dengan syarat masing-masing
anggota Persekutuan menyerahkan sesuatu (inbreng, contribution) ke
dalarn persekutuan sebagai modal kegiatan usaha. Jadi, masing-masing
anggota Persekutuan memberi atau membawa modal usaha (capital
brought into the business), dan keuntungan yang diperoleh dari modal
itu dibagikan kepada mereka secara pro rata sesuai dengan porsi atau
besarnya modal yang dimasukkan.
b. Klasifikasi Persekutuan
Persekutuan diklasifikasi sebagai bedkut.
1) Persekutuan seantero (algehele maatschap, general partnership):
• hanya dibolehkan Persekutuan atas keuntungan (algehele
maatschap van winst),
• dilarang Persekutuan seantero yang bersifat menyangkut
seluruh benda, seperti Persekutuan untuk segala usaha
kebendaan.
2) Persekutuan khusus (bijzondere maatschap; particular partnership),
hanya terbatas untuk usaha perdagangan barang tertentu. Bentuk
persekutuan ini yang lazim ditemukan.
Mengenai keuntungan
ntang keuntungan diatur pada Pasal 1633 KUH Perdata. Pada
;b~ipnya, setiap anggota sekutu berhak mendapat bagian keun-
gan "seimbang dengan jumlah modal yang dimasukkannya.
rJika yang dimasukkan hanya kerajinan atau tenaga, bagian yang
terimanya disamakan dengan anggota sekutu yang memasukkan
r4cli paling kedL
MeIIlperhatikan penjelasan di atas, pada diri persekutuan, tidak
IIlelekat unsur karakteristik badan hukum (rechts persoon, legal
qn), sesuai alasan berikut.
~fertama, tidak ada pemisahan yang jelas antara anggota sekutu
dengan Persekutuan, sedang salah satu karakteristik utama badan
hukum, terjadi pemisahan antara pemegang saham dengan
Perseroan, yang disebut separate entity dan distinctive entity.
Kedua, pada Petsekutuan, tanggung jawaba:nggota Perseklltuan
tidak terbatas (unlimited liability) hanya sebesar modal yangdima-
sukkannya ke dalam Persekutuan, tetapi tanggung jawabnya
IIleliputi harta pribadinya. Sebaliknya pada badan hukum, tang-
gung jawab anggota dalam hal ini pemegang saham adalah terbatas
(limited liability) sebesar modal yang dimasukkannya, tidak
eliputi harta pribadinya. 1)
Ketiga, eksistensi Persekutuan ditentukan oleh keterikatan anggota
sekutu, apabila salah seotanganggota sekutu ;keluar, meninggal
~dunia, jatuh pailit atauberadadi bawah kuratele, maka Perse-
kutuan dengan sendirinya berakhir. Hal itu disebabkc:ln kerja sama
dalam Persekutuan adalah bersifat perorangan. Sebaliknya
2. Perkumpulan
Perkumpulan diatur dalam Buku Ketiga Bab Kesembilan KUH Perdata,
yang terdiri atas Pasal 1653-1665.
Berdasar Pasal1653 KUH Perdata, Perkumpulan diakui sebagai
badan hukum (rechtspersoon, legal person), Pasal ini menjelaskan:
• Perkumpulan yang diatur dalam KUH Perdata ini disamakan
dengan Perseroan yang diatur dalam Buku Kesatu, Bagian Ketiga
KUHD yang terdiri atas Pasal 36-56,
• Perkumpulan adalah perhimpunan atau perserikatan orang
(zedelijke lichamen, corporate body) baik yang didirikan dan diakui
oleh kekuasaan umum seperti daerah otonom, badan keagamaan,
atau yang didirikan untuk suatu maksud tertentu yang tidak ber-
tentangan dengan undang-undang, ketertiban umum dan kesu-
silaan yang baik, yang lazim disebut Perkumpulan.
2) Aclnnad Thsan, S.H., Hukum Dagang, Lembaga Perserikatan, Surat-Surat Berharga, Aturan-
Aturan Angkutan, Pradnya Paramita, Jakarta, Cetakan Keempat, 1987, hIm. 113.
------_ _.._..
Pasal 1655 KUH Perdata menegaskan, hal itu:
para pengurus diberi kuasa bertindak untuk dan atas nama
Perkumpulan,
para pengurus bertindak mewakili Perkumpulan di depan
pengadilan,
semua tindakan pengurus mengikat kepada Perkumpulan,
sekiranya perbuatan atau tindakan pengurus menyimpang
dan kewenangan atau. kekuasaan yang diberikan kepadanya
dalam AD, tindakan itu tetap mengikat Perkumpulan, apabila
tindakan itu memberi manfaat kepada Perkumpulan atau
apabila tindakan itu disahkan rapat anggota.
l,(ewajiban pengurus
Pengurus Perkumpulan wajib memberi pertanggungjawaban
k:epada anggota atas kepengurusanperkumpulan yang
qisampaikan dalam rapat anggota,
Keputusan Rapat, menurut Pasal1659 KUH Perdata:
keputusan diambil dengan suara terbanyak, dan
masing-masing anggota mempunyai hak suara yang sama,
;............. LM1-.~.'M
jawabanggota
jawab anggota diatur pada Pasal1661 KUHPerdata.
para anggota tidak bertanggung jawab secara pribadi terhadap
perikatan-perikatan yang dibuat Perkumpulan,
segala utang hanya dapat dilunasi dari harta kekayaan Perkum-
pulan.
emikian gambaran singkat eksistensi dan karakteristik Per-
pufan. Pada dasarnya Perkumpulan bukan badan usaha yang
jual1 mencari keuntungan.
3) Ny. Siti Soemarti, S.H., KUHD & PK, Cetakan VIII, 1993, Diterbitkan Seksi Hukum Dagang
Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, Wm. 11.
4) Ibid.,AclunadIchsan, Wm. 120.
/cl~ngan demikian,· kesatuan kerja sama itu yang lebih memegang
'peranan penting daripada individu;..individu pesertanya,
itu>sebabnya ada yang berpendapat, bentuk kesatuan kerja sama
Eirma dapat dikatakan sudah merupakan Perseroan (vennootschap,
corporation), di mana para anggotanya sudah merupakan persero
dibawah naungan· Firma (vennootschap onder firma),
persetujuan kerja sama antara anggota. sekutu atau peserta, difo-
(~;uskan pada kesatuan bentuk kerja sama itu sendiri, sehingga
yang tampak keluar adalah bentuk kerja sama itu. sendiri sebagai
?i:ltu perusahaan,
gengan demikian, Firma bertindak sebagai satu perusahaan yang
di bawah satu nama.
sebabnya Firma dapat dianggap telah meningkat karaktemya
:agai .Perseroan yang bertindak keluar sebagai perusahaan yang
~PUnyai· nama bersama, yakni satu nama. Ciri ini yang membe-
~nI Firma denganPersekutuan (maatschap, patnership).Semua
p;uatanhukum dilakukan atas nama. Firma.: Dengan demikian,
a· adalah nama perusahaan yang diusahakan bersama oleh para
pt(l perseroannya.
~ngenai pilihan . nama· terdapat kebebasan dalam. batas-batas
k bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dan
~MafUl' Biasanya nama bersama yang diletakkan pada Firma,
Pa1cfUl "kolllbinasi" dengm~ salah satu nama persero. Atau nama
tid.ak ada.hubungannya dengan nama salah seorang persero.
4. Persekutuan Komanditer
Bentuk perusahaan lain yang diatur dalarn Buku Pertarna, Titel Ketiga,
Bagian Kedua (Pasal16-35) KUHD adalah Komanditer
a. Landasan Hukumnya
Landasan hukumnya, mu1ai dari Pasa1 19-35 KUHD, Pasal 19
berbunyi:
ersekutuan dengan jalan meminjam uang atau disebut juga perseku-
fuan komanditer, diadakan antara seorang sekutu atau lebih yang
ertanggung jawab secara pribadi dan untuk seluruhnya dengan
'seorang atau lebih sebagai peminjaman uang. 8)
'Jadi, pada Persekutuan Komanditer(Commanditair Vennootschap)
tflimited partnership, terdapat satu atau beberapa orang sekutu
manditer. Sekutu Komanditer hanya menyerahkan uang, barang
:U!tenagasebagai pemasukan pada Persekutuan Komanditer. Sekutu
lUanditer yang hanya meminjamkan modal kepada Persekutuan,
al<turut campur tangan dalam pengurusan dan penguasaan dalam
rsekutuan.
lalui cara ini, diharapkan dapat dihimpun dana yang lebih besar.
:i:angan modal yang diperlukan dibagi-bagi atasbeberapa saham,
masing-masing pemegang saham bertindak sebagai anggota
..flP.ditaris dalam kedudukan mereka sebagai pemegang perseku-
Komanditer tersebut.
efen aantonder, bearer shares) atau disebut juga share issue in bearer
~.emula
Diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KUHD)
·tWl Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut Perseroan) yang di-
kat dengan PT, di masa yang lalu bernama Naarhloze Vennootschap,
pany limited by shares), yang disingkat dengan NV. Mula-mula
fur dalam KUHD, pada:
Buku Pertama, Titel Ketiga, Bagian Ketiga, yang berjudul Tentang
Perseroan Terbatas,
terdiri dari Pasal 36-56, jadi hanya 26 pasal saja, sehingga
benar sangat singkat sekali.
Bertitik tolak dari singkatnya ketentuan yang mengatur Perseroan
dalam KUHD, maka Pasal 1 KUHD sendiri menegaskan berlakunya
KUH Perdata dalam bidang hukum dagang.
Pasal 1 KUHD berbunyi:
Kitab undang-undang Hukum Perdata berlaku juga bagi hal-hal yang
diatur kitab undang-undang ini, sekadar di dalam kitab undang-
undang ini tidak diatur secara khusus menyimpang. 13l
Memperhatikan ketentuan Pasal 1 KUHD dimaksud, KUHD
sendiri merupakan lex specialis (special law) berhadapan dengan KUH
Perdata. Kalau begitu pengaturan Perseroan dalam KUHD, merupakan
lex specialis atas bentuk-bentuk perusahaan Persekutuan (maatschap,
partnership) maupun Perkumpulan yang diatur dalam KUH Perdata
maupun yang diatur dalam peraturan perundangan yang lain14l :
• jadi hukum Perseroan yang diatur dalam KUHD, merupakan
ketentuan perdata khusus yang mengatur hukum perikatan atau
perjanjian antara pihak-pihak yang timbul khusus dari bidang
perusahaan Perseroan Terbatas,
• sedang hukum perikatan yang diatur dalam Buku Ketiga KUH
Perdata, merupakan aturan hubungan hukum antara perorangan
yang satu dengan yang lain dalam segala bidang usaha sesuai
dengan kehendak dan kebutuhannya sendiri.
Jika dihitung dari kelahiran KUHD, yakni pada tahun 1847 dengan
Staatsblad 1847-23, sampai diundangkan UU No.1 Tahun 1995 tentang
Perseroan Terbatas (UUPT 1995) sebagai pengganti Hukum Perseroan
Terbatas, kelangsungan eksistensinya hampir lebih 150 tahun. Selama
masa kolonial Belanda, ketentuan Pasal 36-56 yang mengatur
Perseroan Terbatas, boleh dikatakan, tidak pernah mengalami
perubahan. Pada saat dilakukan perubahan KUHD dengan Staatsblad
1924-556, ketentuan pasal-pasal yang mengatur Perseroan, tidak ikut
mengalami perubahan atau penambahan.
a. Alasan Penggantian
Dasar alasan penggantian UUPT 1995 dengan UUPT 2007 yang dike-
mukakan dalam konsideran maupun dalam Penjelasan Umum, antara
lain seperti yang dijelaskan di bawah ini.
• Perekonomian nasional harus diselenggarakan berdasar asas
demokrasi ekonomi sesuai dengan prinsip kebersamaan, efisiensi,
berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, keman-
dirian, dan kesatuan ekonomi nasional.
• Semua prinsip itu, perlu didukung oleh kelembagaan pereko-
nomian yang kokoh dalam rangka mewujudkan kesejahteraan
masyarakat dalam rangka lebih meningkatkan perkembangan
perekonomian nasional sekaligus memberi landasan yang kokoh
bagi dunia dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di era
globalisasi pada masa mendatang.
• Perlu diadakan undang-undang yang mengatur tentang Perseroan
Terbatas yang dapat mendukung terselenggaranya iklim dunia
usaha yang kondusif.
• Perseroan Terbatas sebagai salah satu pilar pembangunan pereko-
nomian nasionat perlu diberi landasan hukum untuk lebih
memacu pembangunan nasional yang disusun sebagai usaha
bersama atas dasar kekeluargaan.
Selanjutnya dikatakan, UUPT 1995 dipandang sudah tidak sesuai
lagi dengan perkembangan hukum dan kebutuhan masyarakat. Oleh
karena itu, perlu diganti" dengan undang-undang yang bam.
II
I
II
~ PRIN~IP UMUM
PER~ER()A.N
fu<~Z$ $< ;:,c",00Y?~7!i+", im ~/i;J/('@==;;;X
_ _4#~_""'=~"",_'0:_ 0_~="," 0",,=~4"
1) Syahrul, S.B., Muhammad Afni Nazar, S.H., Ardiyas, Kamus Lengkap Ekonomi, Citra
Harta Prima Jakarta, Cetakan Pertama, 2000, him. 98.
I:}erarti, ditinjau dari segi hukum perjanjian, pendirian Perseroan
agai badan hukum, bersifat IJ'kontraktual" (contractual,·by contract),
. berdirinya Perseroan merupakan akibat yang lahir dari perjan-
'-''-'-L'''~ bersifat kontraktual, juga bersifat IJ'konsensual" (consensuel,
LLL.;
lV1~lakukanKegiatan Usaha
pemegang saham berdasar Pasal142 ayat (1) huruf a jo. Pasal142 ayat
(3) UUPT 2007, maupun berdasar putusan Pengadilan sesuai ketentuan
Pasal 142 ayat (1) huruf c jo. Pasal 146 UU ini.
Rutze1 MSJD es, Conteraporary Business Law, Fourth Edition, Me Graw Hill, Publishing
Company, 1990, hlm. 821.
dan atas nama Perseroan membuat perjanjian, transaksi, menjual aset
dan menggugat atau digugat serta dapat hidup dan bernapas sebagai-
mana layaknya menusia (human being) selama jangka waktu berdirinya
yang ditetapkan dalam AD belum berakhir. Membayar pajak atas
namanya sendiri. Namun tidak bisa dipenjarakan, akan tetapi dapat
menjadi subjek perdata maupun tuntutan pidana dalam bentuk hu-
kuman denda". Utang Perseroan menjadi tanggung jawab dan kewa-
II
B. KlASIFIKASI PERSEROAN
Mengenai klasifikasi Perseroan yang diatur dalam UUPT 2007, tersurat
dan tersirat pada Pasal 1 angka 6 dan Pasal 1 angka 7. Berdasar
ketentuan pasal dimaksud, klasifikasi Perseroan, dapat dijelaskan
dalam uraian di bawah ini.
1. Perseroan Tertutup
Perseroan, pada dasarnya adalah badan hukum yang memenuhi syarat
ketentuan Pasal 1 angka 1 UUPT 2007. Dia merupakan persekutuan
modal yang terbagi dalam saham. Didirikan berdasar perjanjian di
antara pendiri atau pemegang saham, serta melakukan kegiatan usaha,
dan kelahirannya juga melalui proses hukum yang dikukuhkan
berdasar keputusan Pengesahan oleh MENHUK & HAM.
Akan tetapi meskipun demikian, terdapat beberapa ciri yang
menjadi karakternya jika dibandingkan deng'an klasifikasi Perseroan
lain. Pada Perseroan tertutup terdapat ciri khusus, antara lain:
• biasanya pemegang sahamnya "terbatas" dan "tertutup" (besloten,
close). Hanya terbatas pada orang-orang yang masih kenal-me-
..
3) Ibid., Rutzel MS JD CS, hIm 825
ngenal atau pemegang sahamnya hanya terbatas di antara mereka
f.illg masih ada ikatan keluarga, dan tertutup bagi orang luar;
gham Perseroan yang ditetapkan dalam AD, hanya sedikit
ahnya, dan dalam AD, sudah ditentukan dengan tegas siapa
yang boleh menjadi pemegang saham;
sahamnya juga hanya atas nama (aandeel op nam, registered share)
atas.orang,-orang tertentu secara terbatas.
Berdasar karakter yang demikian, Perseroan yang semacam ini
But dan diklasifikasi Perseroan yang bersifat "tertutup" (besloten
nootschap, close corporation). Atau disebut juga Perseroan Terbatas
ua.rgalfamalie vennootschap, corporate family).
Perseroan Tertutup, pada dasarnya tidak berbeda dengan
~e'r(jan"perorangan". Bahkan mirip dengan perusahaan perse-
ganyang dikenal dalam kehidupan masyarakat dengan bentuk
usahaan Dagang (PD) atau Usaha Dagang (UD) yang benar-benar
l,lsahaan perorangan (Sole proprietorship). Perusahaan yang dipim-
diurus dan dioperasikan sendiri oleh pemilik.
i
[;'iyurni Tertutup
·.,ferseroan Terbatas yang murni tertutup, dapat dijelaskan sebagai
kut:
¥~g boleh menjadi pemegang saham benar-benar terbatas dan
J~rtutup secara mutlak, hanya terbatas pada lingkungan teman
f¢rfentu atau anggota keluarga tertentu saja,
,~ah.amnya diterbitkan atas nama orang-orang tertentu dimaksud,
dalam AD ditentukan dengan tegas, pengalihan saham, hanya
Boleh dan terbatas di antara sesama pemegang saham saja.
ltusebabnya, Perseroan Terbatas yang tertutup yang seperti ini,
EiBpf murni tertutup atau absolut tertutup. Tidak diberi ruang gerak
(lda orang luar untuk menjadi pemegang saham.
..
b. Sebagian Tertutup, Sebagian Terbuka
Tipe lain Perseroan Terbatas bersifat tertutup yang dijumpai dalam
praktik adalah yang tidak murni atau tidak absolut tertutup. Coraknya,
sebagian tetap tertutup, dan sebagian lagi terbuka dengan acuan
sebagai berikut:
• seluruh saham Perseroan, dibagi menjadi dua kelompok,
• satu kelompok saham tertentu, hanya boleh dimiliki orang atau
kelompok tertentu saja. Saham yang demikian, misalnya dikelom-
pokkan atau digolongkan saham istimewa", hanya dapat dimiliki
/I
2. Perseroan Publik
Pasal 1 angka 8 UUPT 2007, berbunyi:
Perseroan publik adalah Perseroan yang telah memenuhi kriteria
jumlah pemegang saham dan modal disetor sesuai dengan ketentuan
peraturan.
Rujukan peraturan perundang-undangan yang dimaksud Pasal
1angka 8 UUPT 2007 adalah UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal (selanjutnya, UUPM) dalam hal ini Pasal 1 angka 22. Menurut
pasal ini, agar Perseroan menjadi Perseroan Publik, harus memenuhi
kriteria sebagai berikut:
(1) saham Perseroan yang bersangkutan, telah dimiliki sekurang-
kurangnya 300 (tiga ratus) pemegang saham,
(2) memiliki modal disetor (gestort kapital, paid up capital) sekurang-
kurangnya Rp3.000.000.000,- (tiga miliar rupiah),
(3) atau suatu jumlah pemegang saham' dengan jumlah modal disetor
yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah.
Faktor yang disebut di ataslah yang menjadi landasan hukum me-
nentukan kriteria suatu Perseroan menjadi Perseroan Publik. Apabila
arzuki Usman, Singgih Riphat, Syahrir, Pengetahuan Dasar PasarModal, Istibat Braker
Indonesia, 1997, WIn. 127.
waran umum, dan penawaran umum baru dapat dilakukan Emiten,
setelah lebih dulu mendaftar ke Badan Pengawasan Pasar Modal
(BAPEPAM). Sesuai dengan ketentuan Pasal 3 UUPM, BAPEPAM
berfungsi melakukan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan
sehari-hari kegiatan Pasar Modal. BAPEPAM berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan.
Mengenai tata cara pendaftaran Perseroan Tbk dalam rangka
melakukan penawaran umum (public offering) saham yang diterbit-
kannya, dapat dijelaskan secara ringkas, antara lain sebagai berikut.
~lill,Li"i- - - - - - -
••• ••••••••••••• d
ketentuan ini terdapat sebanyak 20 (dua puluh) aspek yang
\:A.LU.U-L.LI
hams diperhatikan;
harus meneakup semua "informasi" dan "faktamaterial" mengenai
Perseroan Publik tersebut, yang dapat "mempengaruhi"
keputusan pemodal atauinvestor untuk membeli saham atau efek
yang ditawarkan.
standar profesi.
Nama lengkap, alamat perusahaan, logo perusahaan, nomor
telepon /telek/faksimil, nomor kotak kantor pos dan kegiatan
Perseroan Publik dan Kantor Perwakilannya.
Struktur modal saham pada saat Pernyataan Pendaftaran diajukan
ineliputi:
modal dasar(authorized capital);
modal ditempatkan (subscribed capital);
modal disetor penuh (paid up capital);
juinlah dan nilai total, saham;
informasi mengenai maksud Perseroan atau pemegang saham
untuk mengeluarkan atau meneatatkan saham dalam waktu
12 (dua belas) bulan setelah tanggal penyerahan Pernyataan
Pendaftaran.
Keterangan tentang reneana struktur modal saham pada tanggal
Pernyataan Pendaftaran, yang diserahkan dalam bentuk tabel yang
meneakup:
a) modal dasar, modal ditempatkan dan modal disetor;
b) rincian kepemilikan saham oleh pemegang saham yang
memiliki 5% atau lebih, Direksi dan Komisaris;
c) saham dalam simpanan (portepel) yang mencakup jumlah
saham dan nilai nominalnya.
7) Analisis dan pembahasan oleh manajemen secara singkat tentang:
a) kecenderungan yang diketahui, permintaan-permintaan,
ikatan-ikatan, kejadian-kejadian atau ketidakpastian yang
mungkin dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan atau
penurunan yang material terhadap likuiditas Perseroan;
b) analisis atau pembahasan mengenai ikatan yang material untuk
investasi barang modal dengan penjelasan tentang tujuan
perikatan-perikatan tersebut, serta sumber dana yang diharap-
kan memenuhi perikatan-perikatan ·dimaksud;
c) analisis mengenai seberapa jauh hasil usaha atau keadaan
keuangan Perseroan pada masa yang akan datang:
• menghadapi risiko fluktuasi kurs dan suku bunga;
• memberikan keterangan tentang semua pinjaman dan
perikatan tanpa proteksi kurs, yang dinyatakan dalam
mata uang asing atau suku bunganya tidak ditentukan
lebih dahulu.
d) analisis tentang perkembangan material yang diperkirakan
akan terjadi meliputi:
• kecenderungan keadaan persaingan;
• ketidakpastian yang diketahui dapat menyebabkan infor-
masi keuangan yang telah dilaporkan tidak memberikan
indikasi atas hasil usaha dan keadaan keuangan pada masa
yang akan datang;
e) uraian kejadian transaksi yang tidak normal terjadi atau pe-
rubahan penting dalam ekonomi yang dapat mempengaruhi
jumlah pendapatan yang dilaporkan dalam laporan keuangan
yang telah diperiksa akuntan;
f) pembahasan, jika laporan keuangan dalam Pernyataan
Pendaftaran mengungkapkan peningkatan material dari
penjualan atau pendapatan bersih serta laba operasi Perseroan
selama 3 (tiga) tahun atau selama perusahaan menjalankan
usaha jika kurang dari 3 (tiga) tahun;
bahasan tentang prospek perusahaan dan proyeksi keuangan
yang diungkapkan hams dipersiapkan dengan seksama serta
objektif berdasar asumsi yang layak.
Risiko usaha, disusun berdasar bobot risiko yang dihadapi, antara
lain:
a) risiko peperangan,
b) pasokan bahan baku,
c) ketentuan negara lain atau intemasional, dan
d) kebijakan pemerintah.
Kejadian penting setelah tanggallaporan akuntan.
) Keterangan tentang Perseroan atau perusahaan, meliputi:
a) Riwayat singkat perseroan, yang berisi penjelasan:
1) Pendirian Perseroan:
• tanggal pendirian;
• pemegang saham;
• nama lengkap dan kegiatan usahanya;
• sifat dan akibat kepailitan perwakilan atau proses
sejenis;
• uraian mengenai sifat dan akibat strukturisasi, peng-
gabungan atau konsolidasi perusahaan afiliasi yang
penting;
• aktiva yang materiil yang dibeli di luar kegiatan usaha
biasa;
• perubahan penting dalam menjalankan kegiatan
usaha.
2) Kronologis singkat dokumen hukum yang berkaitan
dengan:
• pendirian, dan
• perubahan penting.
3) Perubahan kepemilikan saham setelah -pendirian.
4) Kejadian yang berkenaan dengan perkembangan
perusahaan:
• perubahan sarana produksi,
• penggunaan teknologi bam.
S) Perjanjian penting yang menyangkut:
• lisensi,
•pembeli utama,
•penunjukan agen atau distributor tunggal produk
penting, dan
• perjanjian teknis.
6) Gambaran semua sarana dan prasarana yang dikuasai
seperti tanah, gudang pabrik serta status hukumnya.
7) Hubungan dengan perusahaan lain:
• berdasar kepemilikan,
• berdasar pemegang saham yang sama, atau
• faktor lain.
b) Pengurusan dan Pengawasan:
1) nama anggota Direksi dan Komisaris (disertai foto);
2) uraian singkat identitas anggota Direksi dan Komisaris:
a) kewarganegaraan,
b) umur (tanggallahir),
c) jabatan sekarang dan sebelumnya,
d) pengalaman kerja serta usaha yang relevan, dan
e) pendidikan, sekolah bidang studi dan tahun tamat
belajar.
c) Sumber Daya Manusia (SDM)
1) rincian pegawai menurut jabatan dan pendidikan,
2) nama pendidikan atau latihan,
3) tenaga kerja asing Gika ada), dan
4) sarana kesejahteraan (jika ada), meliputi pengobatan,
transportasi, perjanjian tenaga kerja, Jamsostek, koperasi
dan dana pensiun.
11) Kegiatan dan Prospek Usaha:
a) penjelasan mengenai sumber dan ketersediaan bahan baku
serta tingkat ketergantungan pada permasalahan tertentu;
b) penjelasan mengenai proses produksi dan pengendalian mutu,
uraian umum tentang status pengembangan produksi dan jasa
tertentu serta apakah pengembangan itu memerlukan investasi
yang relatif berarti;
c) kapasitas dan hasil produksi selama 5 (lima) tahun terakhir,
atau sejak Perseroan berdiri jika masih kurang 5 (lima) tahun;
d) produk dan jasa utama Perseroan;
Mill'i d
masa berlaku paten, merek, lisansi, franchise, konsesi serta
pentingnya hal-hal itu bagi perusahaan;
besarnya ketergantungan perusahaan terhadap satu atau
sekelompok pelanggan;
sifat musiman dari kegiatan usaha Gika ada);
kegiatan usaha sehubungan dengan modal kerja yang
menimbilkan risiko khusus:
• memiliki persediaan dalam jumlah besar;
• kemungkinan terjadi pengembalian barang-barang
dagangan;
• pemberian pelanggaran mengenai syarat pembayaran
kepada pelanggan;
uraian tentang pesanan:
• menumpuk atau tidak,
• perkembangan pesanan dalam 3 (tiga) tahun terakhir, dan
• kemungkinan penumpukan pesanan masa yang akan
datang;
ketergantungan kontrak dengan Pemerintah;
keadaan persaingan;
informasi singkat mengenai pengeluaran riset dan pengem-
bangan;
m) uraian tentang pemasaran, meliputi:
• daerah pemasaran produksi,
• sistem penjualan dan distribusi,
• data mengenai angka-angka penjualan perusahaan yang
dinyatakan dalam rupiah;
prospek perusahaan sehubungan dengan industri, ekonomi
secara umum dan pasar internasional.
) Ikhtisar data keuangan penting:
penjelasan laporan keuangan merupakan stimber data;
penjelasan laporan keuangan telah diperiksa atau tidak oleh
akuntan;
data yang diajukan konsisten dengan laporan keuangan
dengan menjelaskan akun yang dipergunakan;
laporan keuangan yang relevan dengan usaha atau industri
yang bersangkutan.
13) Ekuitas
Keterangan mengenai akuitas berdasar laporan keuangan yang
diperiksa akuntan:
a) tabel ekuitas yang menurut neraca ekuitas pertanggallaporan
keuangan sebelum periode yang disajikan dalam laporan
keuangan;
b) uraian secara kronologis yang menggambarkan perubahan
struktur permodalan dalam perusahaan-perusahaan:
" perubahan modal dasar, dan
" perubahan modal disetor dan nilai nominal persaham;
c) perubahan struktur permodalan yang terjadi setelah tanggal
laporan keuangan terakhir Gika ada).
14) Kebijakan deviden:
a) informasi deviden yang direncanakan, dan
b) rentang jumlah persentase deviden yang direncanakan
dikaitkan dengan laba biasa.
15) Perpajakan:
a) pajak yang berlaku baik bagi pemodal maupun perusahaan,
dan
b) fasilitas khusus perpajakan yang diperoleh.
16) Nama dan alamat lembaga profesi penunjang Pasar Modal Gika
ada).
17) Pendapat dan laporan pemeriksaan dari segi hukum:
a) keabsahan akta pendirian serta AD dan perubahan-perubahan
AD;
b) keabsahan izin dan persetujuan yang diperlukan dalam
pelaksanaan kegiatan usaha atau kegiatan usaha yang diren-
canakan;
c) status kepemilikan aktiva yang material;
d) perkara perdata, pidana, perburuhandan TUN serta tindakan
hukum lain;
e) perikatan-perikatan dengan pihak ketiga;
f) permodalan perusahaan dan perubahan-perubahan yang
direncanakan, dinyatakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, dan semua telah memperoleh
persetujuan yang diperlukan;
dan hal-hal lain yang material.
Keuangan
laporan akuntan berkenaan dengan laporan keuangan yang
disajikan;
menyajikan laporan keuangan untuk jangka waktu 3 (tiga)
tahun terakhir atau, sejak berdirinya bagi Perseroan yang
berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun, meliputi:
• neraca,
• laporan laba rugi,
• laporan saldo laba,
• laporan arus kas,
• catatan atas laporan keuangan, dan
• laporan lain serta materi penjelasan integral laporan
keuangan jika dipersyaratkan seperti laporan komitmen
dan kontigensi bagi perusahaan yang bergerak di bidang
perbankan;
bagi perusahaan yang telah berdiri secara hukum, kurang dari
1 (satu) tahun buku, persyaratan di atas berlaku untuk periode
selama masa berdirinya dikurangi sebanyak-banyaknya tiga
bulan.
Clporan penilai Gika ada).
ggaran Dasar (AD).
terakhir yang telah mendapat Keputusan Persetujuan atau
diberitahukan kepada MENHUK & HAM.
~mikiangambaran singkat mengenai Perseroan Tbk serta tata
Bernyataan Pendaftaran dalam rangka melakukan Penawaran
(Public Offering).
'.Lv ........
.VeL... lULll (separation) dan perbedaan (distinction) yang dikenal
dengan istilah separate entity, maka aset Perseroan Induk dengan
PerseroanAnak "terisolasi" terhadap kerugian potensial (potential loses)
yang akan dialami oleh satu di antaranya.
Pada masa sekarang, bisa dijumpai satu Perseroan Grup (Group
Company), terdiri atas sejumlah bahkan beratus Perseroan sebagai
Perseroan Anak (Subsidiary). Perseroan Holding (Parent Company)
kemungkinan besar tidak aktif melakukan kegiatan bisnis atau
perdagangan. Hanya sahamnya ditanamkan dalam berbagai Perseroan
Anak, dan mereka itu yang melakukan dan melaksanakan kegiatan
usaha. Selanjutnya Perseroan Anak itu pun mendirikan Perseroan
Anak (Subsidiary) lagi. Demikian seterusnya, sehingga Perusahaan
Holding memiliki berbagai anak. Dalam kondisi yang demikian,
terkadang tidak ada pemisahan (separate) dan perbedaan (distinction)
mengenai eksistensi ekonomi dan aset, karyawan maupun pemisahan
bisnis dan Direksi antara Holding dengan subsidiary. Namun demikian,
hukum Perseroan tetap memperlakukan subsidiary sebagai separate
entity.5)
Sangat disayangkan, UUPT 2007, tidak menjelaskan maupun
mengatur ketentuan mengenai Perseroan Grup atau Perseroan
Holding. Padahal dalam praktik perlu diketahui apa yang dimaksud
Perseroan Grup (Group Company) atau Perseroan Holding (Holding
Company) yang bisa disebut Perseroan Induk atau Parent Company
berhadapan dengan Perseroan Anak atau Anak Perusahaan (Subsidiary
Company).
Di Inggris misalnya, Section 736 dan 736 A, 1989 Act, mengatur
dan mendefinisikan ulang (redifinition) mengenai Holding dan Sub-
sidiary. Pendefinisian kembali itu, merupakan konsep umum (general
concept) mengenai Group Company sebagai langkah mengakomodasi
program European Community (EC).6)
Berdasar Section 736, ada tiga cara untuk mendirikan subsidiary
dengan acuan sebagai berikut.
5) Andrew Hicks & SH Goo, Cases & Materials On Company Law, ISE, 1994, hlm. 199.
6) Charlesworth and Morse, Company Law, EL BS, Fourteenth Edition, 1991, hlm. 52.
atu Perseroan (A)pemegang hak suara mayoritas (hold a mayority
of the voting rights) pada Perseroan lain (B), dan hal itu disebut
l?erseroan A memegang "kontrol suara" (voting control) atas
erseroan B.
~pabila satu Perseroan (A) pemegang saham pada Perseroan lain
(}3), dan Perseroan A tadi dapat menunjuk dan memberhentikan
fffiggota Direksi Perseroan B, dalam hal itu Perseroan A sebagai
l?erseroan Induk dan Perseroan B sebagai Perseroan Anak di mana
erseroan A sebagai Perseroan Induk "mengontrol Direksi"
(director control) atas Perseroan B.
~pabila satu Perseroan (A), merupakan pemegang saham atas
erseroan lain (B) dan Perseroan A mengontrol sendirian atau ber-
ciasar kesepakatan dengan pihak pemegang saham yang memiliki
l[lak suara mayoritas terhadap Perseroan B, maka dalam hal ini
ferseroan A disebut mengontrol Perseroan Bberdasar kesepakatan
(contract control).
Selanjutnya menurut ketentuan section 736 dimaksud, apabila
s~roan lain (C) didirikan dan menjadi subsidiary dari Perseroan B,
,~I1.g Perseroan B merupakan subsidiary dari Perseroan A, maka
seroan C dianggap menjadi subsidiary dari Perseroan A.
Di Amerika, ada juga yang mengatur dan mendefinisikan Parent
pany atau Holding Company, Subsidiary dan Affliate, sebagai
ikut.
Parent or Holding Company merupakan penciptaan Perseroan yang
usus disiapkan memegang saham Perseroan lain untuk tujuan
vestasi baik tanpa maupun dengan "kontrol" yang nyata (without
or with actual control).
Sedang subsidiary adalah Perseroan yang dikontrol oleh Parent
Company atau disebut Controlling Company.
sedang mengenai Perseroan yang saling berhubungan (related)
yang satu dengan yang lain, sehingga terjadi saling" kontrol
II
C. PERSONAlITAS PERSEROAN
Pada bagian ini akan dijelaskan seeara ringkas mengenai "personalitas"
Perseroan (rechtspersoonlijkheid, legal personality) dari Perseroan.
Perorangan manusia baik laki-laki, perempuan maupun dewas,
atau anak-anak adalah subjek hukurn yang memiliki personalitas atm
kepribadian (personality or individuality). Manusia sebagai person atat
perorangan dan subjek hukum, mempunyai hak hidup yan~
dilindungi hukum. Berhak memiliki kekayaan di depan hukum
Bahkan pada dirinya melekat berbagai hak asasi yang hams dihormat
penguasa dan anggota masyarakat lain. Pada masa sekarang, seear,
universal, semua manusia sebagai perorangan tanpa membedakar
7) James D. Cox cs, Corporation, Aspen Law Business, 1997, hlm. 119.
elamin, golongan, kelompok, ras dan agama, dapat menegakkan
ya di depan pengadilan. Sebaliknya, kepadanya dapat diminta
ggungjawaban atas pelanggaran kewajiban hukum yang melekat
ak tersebut di depan pengadilan: Semua manusia sebagai per-
an. adalah badan hukum (legal person) dan hal itu melekat pada
a sejak lahir, serta keadaan itu berlangsung selama hidupnya
lahir sampai meninggal dunia.
... kim tetapi, bukan manusia perorangan saja yang bisa menjadi
':Fhukum dan badan hukum. Perseroan bisa juga menjadi badan
, oleh karena itu bisa subjek hukum. Apabila sesuatu mempu-
((hak" (recht, right) dan "kewajiban" (duty) seperti layaknya
.sia, maka menurut hukum setiap apa pun yang mempunyai
CLan kewajiban adalah subjek hukum dalam kategori "badan
'f (rechtspersoon, legal person, legal entity). Dengan demikian,
'selamanya badan hukum harus manusia (natural person)
aCLan hukum yang bukan manusia itulah (the non-human legal
o'h)yang disebut pada Pasal 1 angka 1 UUPT 2007. Namanya
"Perseroan Terbatas" (Naamlozevetnootschap, corporation limited
ares).
mum berpendapat, kata Perseroan atau korporasi yang dipakai
a,ng berasal dari bahasa Latin: corpus yang berarti badan, tubuh
;raga (body)8). Kata itulah yang berkembang menjadi corporation
.Perseroan yang lahir dan dicipta melalui proses hukum
?srecht, legal process). Bukan lahir melalui proses alamiah (natural
) seperti halnya manusia. Seperti yang telah pernah disinggung,
~babnya disebut "badan hukum buatan" (kunsmatige rechtspersoon,
. iallegal person)9J. Meskipun Perseroan badan hukum antifisial:
iilllun dia tidak fiktif (fictitious),
[=1tapi nyata-nyata ada melakukan kegiatan bisnis atau kegiatan
.;?aha di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Seperti yang dijelaskan diatas, teod ini dapat juga disebut "teori
j);;(fiat theory) atau "teori konsensus" (consensus theory) atau IIteori
gesahan Pemerint~' government paternity theory).!l)
G. Henna, John R Alexander, Law o/Corporation, Handbook Series, St. Paul Minn,
est Publisha Co. 1983, hlm. 115.
• dengan demikian, jumlah peserta (aggregate) terpisah dari kom-
ponen (aggregate distinct or separate from components).
Sama halnya dengan "teori simbol" (symbol theory), Perseroan
sebagai simbol keseluruhan dari perorangan kelompok yang berga-
bung dalam kegiatan usaha Perseroan tersebut, merupakan orang-
orang atau pribadi-pribadi yang terikat bergabung bersama dalam
kegiatan usaha Perseroan yang:
• memiliki kepribadian hukum atau personalitas hukum (legal
personality) yang berbeda dan terpisah (distinct and separate) dari
kepribadian hukum individu personnya;
• oleh karena itu, hukum membolehkan (law permits) penerapan
tanggung jawab terbatas (limited liability) hanya sebatas harta keka-
yaan Perseroan, dan menggugat dan digugat atas nama Perseroan;
• dan diakui memiliki "pengurusan" yang disebut Direksi (Board
of Directors) yang bertindak mengurus usaha (management)
Perseroan, serta mewakili (representative) Perseroan.
Demikian sepintas lalu anjuran yang dikemukakan "teori
realistik", bahwa secara realistik atau inherent, hukum mengakui
adanya perbedaan dan pemisahan personalitas Perseroan dengan
personalitas para anggota kelompok yang terikat dalam Perseroan.
gus Budiarto, S.H., M.Hum., Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab Pendirian
erseroan Indonesia, 2002, hlm. 27.
Ciri personalitas yang demikian dalam UUPT 2007, diatur pada
Pasal3 ayat (1) dalam bentuk "pertanggungjawaban terbatas" (beperkte
aanspraakelijkheid, limited liability) pemegang saham atas utang
Perseroan. Menurut penjelasan Pasal 3 ayat (1) tersebut, ketentuan
tanggung jawab terbatas, merupakan penegasan ciri personalitas Perse-
roan bahwa pemegang saham terpisah tanggung jawabnya sebatas
apa yang disetomya kepada Perseroan dengan harta pribadinya.
Walter Woon, Company Law, Longman Singapore Publisher Pte Ltd, 1998, hlm. 47.
Personalitas yang demikian dianut oleh UUPT 2007:
• Pasal1 angka 5, menegaskan, Direksi adalah organ Perseroan yang
diberi wewenang dan bertanggung jawab atas pengurusan Perse~
roan untuk kepentingan Perseroan;
• dan Direksi sekaligus juga mewakili Perseroan di dalam maupun
di luar Pengadilan sesuai dengan AD.
Ciri yang diatur pada Pasal1 angka 5 tersebut, ditegaskan kembali
pada Pasal 92 ayat (1), dan Penjelasan pasal ini juga mengatakan,
pengurusan Perseroan oleh Direksi meliputi pengurusan sehari-hari.
15)A. James Barnes, Teny Morehead Dworkin, Eric R. Richards, Law for Business, Forth
Edition, Irwin, 1991, hlm. 400.
~. yang tidak mencantumkan dengan jelas dan tegas apa
' ' ' ,...LV' ....
16) Andrew Hicks & SH Goo, Cases & Materials On Company Law, Blackstone Prees Limited,
1994,hlm.124.
17) Charlesworth and Morse, Company Law ELBS, Fourteenth Edition, 1991, hlm. 70.
18) Corporation, Aspen Law and Business, 1997, hlm. 50.
'esi" (concession theory). Menurut teori ini, dalam AD harus
.turnkan ''beberapa'' kegiatan usaha atau garis bisnis yangdefinitif
ifive enterprise or line of business).
ehgan demikian, perumusan maksud dan tujuan, disyaratkan
'fat "spesifik" untuk satu bidang kegiatan usaha tertentu yang
"bercorak implisit. Harus bersifat tujuan terbatas (limit purpose).
u tidak mengurangi kebolehan mencantumkan maksud dan
serta kegiatan usaha yang bersifat "multi tujuan" (multy
); sehingga Perseroan dapat terlibat dalam berbagai kegiatan
Namun hal itu, semuanya harus bersifat definitif disebut dalam
uTpose clause stating that they may engage in any lawfUL business. 20 )
hcantumandan perumusan maksud dan tujuan serta kegiatan
yang terlampau luas dan fleksibel atau lentur, pada dasarnya
dung "untung" dan "rugi":
es Barros JD cs, Law For Business Law, Irwin, Boston, 1991, hlm. 419.
ger, MaHor, Barnes, Browers, Philips, Business Law and Regulatory Environment,
cept and Cases, Sevent Edition, 1999, hIm. 895.
• keuntungannya menurut HM. N Purwosutjipto, S.H, apabila di
belakang hari Perseroan hendak mengubah objek kegiatan
usahanya, tidak perlu mengubah AD. Oleh karena itu, beliau
berpendapat, sebaiknya tujuan Perseroan dirumuskan secara luas,
sehingga tidak perlu setiap kali mengubah AD.21)
• tetapi mungkin juga ada kerugiannya sebab pencantuman tujuan
dengan rumusan yang luas, dapat menimbulkan efek. Perumusan
tujuan yang luas (broad purpose), memberi kekuasaan diskresi U
itu telah mengandung ultra vires. Atau dengan kata lain, perumusan
tujuan yang luas, mengakibatkan dan memberikan kekuasaan
diskresi yang luas kepada Direksi, sehingga menimbulkan kesulitan
untuk mengawasi apakah tindakan diskresi itu telah berada di
luar batas maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan.
22) J owitt So Dictionary a English Law, Vol L-Z, London Sweet & Maxwell' Ltd 1977, hlm. 824.
23)Meriam T¥ebsu So Dictionary o/Law, Springsfield Massaschusetts, hIm. 520.
erlindungan terhadap pihak ketiga dalam suatu kontrak atau
ransaksi dengan Perseroan, tidak cukup didasarkan pada iktikad
flik; (good faith) saja;
etflpi kontrak atau transaksi yang dilakukan dengan good faith
itu, harus benar-benar dalam lingkup maksud dan tujuan atau
flpasitas Perseroan;
p,alagi kalau pihak ketiga itu mengetahui kontrak atau transaksi
flIlg dibuat Direksi itu ultra vires, maka pihak ketiga tersebut
ip-ak dilindungi.
roan· penerapan yang dikemukakan di atas, bertitik tolak dari
9~p.yang mengajarkan bahwa kapasitas atau kekuasaan Direksi
'alankan pengurusan Perseroan, hanya sebatas melaksanakan
usaha yang sesuai dengan tujuan dan kapasitas Perseroan
p-itentukan dalam AD. Setiap perbuatan yang dilakukan di luar
glingkup tujuan yang ditentukan (outside the scope of object clause)
Perseroan adalah ultra vires dan batal demi hukum (null
void).24)
'fldi, tindakan Direksi dibatasi oleh tujuan Perseroan, Kapasitas
,~roan mengadakan kontrak atau transaksi maupun sebagai donasi,
a sebatas tujuan yang ditentukan dalam AD. Di luar itu, sudah
adiluar kapasitas Perseroan. Oleh karena itu, tindakan itu
egori ultra vires dan batal karena hukum (vernietegheid, ipso jure
void). Sehubungan dengan itu, sesuai dengan doktrin ultra
Charles Worth and Morse, Company Law, Fourteenth Edition, ELBS, 1991, hIm. 70.
sebelah memihak melindungi kepentingan Perseroan tanpa mempe~
dulikan kepentingan pihak ketiga.
Penggeseran terhadap penerapan unsur good faith dalam doktrin
ultra vires dipelopori oleh European Community (Ee) dalam Act 1972.
section 9 (1). Act 1972, mengatur ketentuan, antara lain:
• seseorang yang berhubungan dengan suatu Perseroan secara good
faith dalam suatu kontrak atau transaksi yang dibuat oleh Direksi
Perseroan, dianggap tindakan itu dalam ruang lingkup "kapasitas"
Perseroan,
• oleh karena itu, good faith pihak ketiga dalam kontrak atau
transaksi yang demikian tidak perlu dibuktikan pihak ketiga,
sebab dia tidak terikat untuk mempertanyakan apakah transaksi
atau kontrak itu masih dalam ruang lingkup tujuan dan kapasitas
Perseroan.
Penggeseran penerapan good faith dalam doktrin ultra vires
dihubungkan dengan tujuan dan kapasitas Perseroan, dikemukakan
juga dalam Dictionary of English Law25 ). Dikatakan, doktrin ultra vires
telah dibatasi oleh EC Act 1972, di mana pihak ketiga yang good faith
mengadakan kontrak atau transaksi dengan suatu Perseroan, dan
kontrak atau transaksi itu dibuat oleh Direksi dengan pihak ketiga,
maka kontrak atau transaksi itu dianggap dalam ruang lingkup
kapasitas Perseroan yang bersangkutan. Pihak ketiga yang terlibat
dalam kontrak atau transaksi itu, tidak wajib mempertanyakan apakah
Direksi memiliki kewenangan untuk melakukan atau tidak kontrak
atau transaksi tersebut. Penggeseran atau pembatasan penerapan
doktrin ultra vires yang terlampau berat sebelah melindungi Perseroan,
pada dasarnya dengan sendirinya menghilangkan perlindungan yang
berlebihan terhadap Perseroan.
Banyak kalangan yang berpendapat, ketentvan EC Act 1972, secara
efektif menyingkirkan doktrin ultra vires. Sebab apabila suatu kontrak
atau transaksi dibuat oleh pengurus dalam hal ini Direksi yang diberi
wewenang untuk itu, dan tindakan itu dilakukannya untuk dan atas
nama (for and on behalf) Perseroan, maka hukum menganggap
leh karena itu, kontrak atau transaksi dimaksud "sah dan me-
t' (legal and binding) kepada Perseroan dan pihak ketiga, meski-
ternyata hal itu "melampaui" batas wewenang dan kapasitas
roan.
agaimana penerapan doktrin ultra vires di Indonesia? Sangat sulit
ukan kasus ultra vires dalam praktik atau dalam putusan-
an Pengadilan. Namun kita berpendapat, pergeseran yang
llkakan dalam EC Act 1972 tersebut, dapat dipedomani.
,,/a agar Direksi lebih hati-hati melakukan diskresi atas maksud
.juan serta kegiatan usaha Perseroan yang ditentukan dalam AD.
26) Metzger, Miller, Bares, Philips, Business Law and The Regulatory Environment, Concepts
and Cases, Seventh Edition, 1989, Irwin, hIm, 843,
apada Perseroan karena dicipta oleh hukum korporisasi atau
mpeseroan. Hukum Perseroan (corporate law) membolehkan
g>menanamkan uang mereka(invest their money) dalam Perseroan
dibebani tanggung jawab tidak terbatas (without imposing
ited liability), dan juga tanpa dibebani tanggung jawab kepengu-
lJel~Se]rOal11 atas diri penanam modal27).
28) Philips 1. Sca1atta JR, Foundation a/Business Law, BIP, Irwin, Second Edition, 1990, hlm.
820.
unkian sepintas lalu, gambaran separate entity Perseroan dari
ang saham, sesuai dengan yang digariskan Pasal3 ayat (1) UUPT
'el V. Davidson cs, Comprehensive Business Law, Principle and Cases, Kent Publishing
ompany, Boston Massachusetts, Second Edition, 1987.
Selain daripada hal-hal yang dijelaskan di atas, salah satu keun-
tungan yang paling besar diperoleh dan dinikmati (enjoy) pemegang
saham, adalah tanggung jawab terbatas (limited liability). Keuntungan
ini, diberikan undang-undang kepadanya, sebagaimana yang ditegas-
kan Pasal 3 ayat (1) UUPT 2007. Meskipun pemegang saham dikons-
truksi sebagai pernilik (eigenar, owner) dari Perseroan, namun hukurn
Perseroan (corporate law) melalui Pasal 3 ayat (1) UUPT 2007,
membatasi tanggung jawabnya dengan acuan:
• pemegang saham Perseroan, tidak bertanggung jawab secara
pribadi (personal liability) atas perikatan yang dibuat atas nama
Perseroan maupun atas kerugian yang dialarni Perseroan;
• risiko yang ditanggung pemegang saham, hanya sebesar investa-
sinya atau tidak melebihi saham yang dirnilikinya pada Perseroan;
• dengan demikian, pada prinsipnya pemegang saham tidak
bertanggung jawab secara pribadi atau secara individual atas utang
Perseroan.
Prinsip ini dipertegas lagi dalam penjelasan Pasal3 ayat (1), bahwa
pemegang saham hanya bertanggung jawab sebesar setoran atas
seluruh saham yang dirnilikinya dan tidak meliputi harta kekayaan
pribadinya.
Tanggung jawab pemegang saham yang terbatas inilah yang
dibakukan dalam istilah "tanggung jawab terbatas" (beperkte aanspra-
keljkheid, limited liability)30J• Jadi, bertitik tolak dari konsep dan prinsip
separate entity dan corporate entity yang melahirkan tanggung jawab
terbatas (limited liability) pemegang saham, dapat disimpulkan:
• Perseroan sebagai badan hukum merupakan unit hukum (legal
unit) dengan kewenangan dan kapasitas yang terpisah dari
pemegang saham untuk menguasai kekayaan (property), membuat
kontrak, menggugat dan digugat, melanjutkan hidup dan
eksistensi meskipun pemegang sahamberubah dan Direksi
diberhentikan atau diganti;
• harta kekayaan, hak dan kepentingan serta tanggung jawab
Perseroan terpisah dari pemegang saham;
es & Cox cs, Corporation, Aspen Law & Business, 1997, WIn. 108.
• pemegang saham tidak bertanggung jawab secara pribadi terhadap
utang Perseroan:
erampokan (looting)
transfer aset Perseroan kepada pemegang saham, transfer mana
lain dari perjanjian transaksi yang bedawanan dengan hukum
a Perseroan dengan pemegang saham, untuk menipu kreditor.
alnya pemegang saham yang sekaligus angggota l5)ireksi atau
ajer Perseroan, merampas Perseroan dengan gaji yang sangat
gi yang melampaui batas. Atau Perseroan membayar utang pribadi
egang saham, sehingga Perseroan tidak mampu membayar utang
ada kreditor. l5)alam kasus yang seperti ini, adil dan patut dihapus
tanggung jawab terbatas pemegang saham, oleh karena itu secara
pribadi ikut memikul tanggung jawab utang Perseroan kepada
kreditor.
a. Telak Dipakai Secara Sah oleh Perseroan Lain atau Sama Pada
Pokoknya dengan Nama Perseroan Lain
Mengenai pengertian "sama" dengan nama yang dipakai secara sah
oleh Perseroan lain, baik dad segi teod dan praktik, ialah nama yang
"sama secara keseluruhan" (entireties similar)36). Antara nama yang
dipakai dengan nama Perseroan lain, terdapat kesamaan "menyeluruh"
mengenai penulisan dan penyebutan. Dibandingkan secara
keseluruhan (compared in their entreties);
• sangat sama betul (very similar),
• penampilan dan perwujudan antara kedua nama itu, nyata-nyata
sama (actual apperance),
• nama yang dipakai benar-benar merupakan "tiruan" (imitationJ
dari nama Perseroan lain.
Peniruan atau pemakaian nama Perseroan yang persis sama dengan
nama Perseroan lain, dikategod imitation of genuine one. 37 )
Apalagi jika persamaan nama itu ternyata sama pula kegiatan
usaha, produksi atau jalur pemasaran, maka jelas-jelas nama itu dalam
teori dan praktik disebut "mengkopi" dad aslinya atau "mempro-
duksi" dari aslinya.
Sedang pengertian "midp" dengan nama Perseroan lain, tidal<
merupakan "copy" atau "reproduksi" secara utuh dan menyeluruh
dari nama Perseroan lain. Akan tetapi "sangat" identik "atau sangat
36) M. Yahya Harahap, S.H., Tinjauan Merek Secara Umum dan Hukum Merek di Indonesia
Berdasar UU No. 19 Tahun 1992, Citra Aditya Baldi, 1996, Wm. 288.
37) Ibid., M. Yahya Harahap, S.H., Wm. 289
disebut juga sangat identik atau hampir mirip tulisan
bacaannya. Disebut juga identic with atau nearly resembles 38 ).
aan nama yang demikian dalam teori dan praktik, disebut
ll.nyaipersamaanpada pokoknya, sehingga termasuk nama
dilarang untuk dipakai.
41) Walter Woon, Company Law, Longman, Fith Repaint, 1994, WID. 21.
iyJsedang RUPS yang sahuntuk mengubah AD Perseroan
uk dan tunduk kepada ketentuan Pasa188 UUPT 2007.
gkaWaktu Terbatas
gstindang membolehkan jangka waktu berdirinya "terbatas",
waktu berdirinya boleh untuk "periode tertentu". Misalnya
jangka waktu50 atau -75 tahun, asal- hal itu. dengan tegas
kan dalam· AD berapa lama jangka waktu berdirinya.
llrut Penjelas
an _
P asal 6, apabila jangka waktu berdirinya
(beperkt,limited), harus disebut dengan tegas dalam AD.
10 atau 20 tahun. Bisa juga jangka waktu yang ditentukan
I'V'~C"' I""~T"" 100 tahun.
....
48) Prof. Dr. Gautama, Himpunan Yurisprudensi Indonesia yang Penting untuk Praktik (Hand
Mark), Jilid 14, Citra Aditya Bakti, 1995, hIm. 347.
~l1timbangkan, seorang Direktur Perseroan tidak dapat digugat
perdata atas perjanjian yang dibuat untuk dan atas nama
an. Yang dapat digugat adalah Perseroan yang bersangkutan,
Perseroan adalah badan hukum tersendiri, sehingga meru-
t?ubjek hukum// yang terlepas dari pengurusnya (Direksi). Oleh
Perseroan "memikul tanggung jawab// (aansprakelijkheid,
) .• atas segala tindakan. atau perbuatan yang. dilakukannya
ppihak ketiga.
mjau dari segi hukum perdata, terdapat beberapa tanggung
ang melekat pada diri setiap Perseroan sebagai badan hukum
rpisah (separate) dan berbeda (destinct) dari pemegang saham
ngurus Perseroan. Tanggung jawab perdata, disebut "tanggung
hukum perdata// (civielrechtelijke aanspraakelijkheid, liability
civil law), yakni tanggung jawab Perseroan yang menyangkut
pidang hukum perdata dalam arti luas. Pada ;dasarnya tang-
-Wab bidang hukum perdata, tidak menimbulkan problema
/.. qiakui memiliki "kapasitas// melakukan perbuatan hukum
membuat "kontrak// atau "transaksi//. dengan pihak ketiga
'ClI}g hal itu· sesuai dengan maksud dan tujuan serta kegiatan
yang ditentukan dalam AD. Selain daripada mempunyai
membuat kontrak atau transaksi dengan pihak ketiga
"persetujuan yang digariskan Pasal1315 jo. Pasal1320 KUH
Perseroan dapat juga melakukan perikatan yang timbul dari
g-;undang atau dari undang sebagai akibat perbuatan Perseroan
Pasal 1352 KUH Perdata... Bisa berupaperbuatan yang halal
'~'ketentuan Pasal1354 KUH Perdata seperti mewakili urusan
!w.n tanpa perintah dan persetujuan orang tersebut. Bisa juga
akan "perbuatan melawan hukum// (onrechtmatige daad,
I act) yang merugikan orang lain, seperti yang ditentukan pada
65 KUH Perdata. Kedua jenis tanggung jawab perdata itulah
dibicarakan pada bagian ini.
uman Yurisprudensi MA Indonesia II, Hukum Acara Perdata, 1977, hlm. 157.
'dir Ali, S.H, Yurisprudensi Hukum Dagang, Alumni Bandung, 1982, him. 2.
oediarto, S,H., Kompilasi PutusanMA tentang Hukum Utang-Piutang, IKAHI, him.
lain dapat dilihat pada putusan MA No. 359 K/Pdt/1988, tanggal 26
November 1992. Pertimbangannya mengatakan, dapat membenarkan
putusan Judex Facti yang menghukum PT Inti Jaya Utama untuk
melunasi pembayaran uang sewa gunausaha secara tanggung renteng
bersama-sama dengan para "penanggung" (borg, surety, guarantor)
kepada PT CLC sebagai lessor. Dalam kasus ini, PT Inti Jaya Utama
bertindak sebagai lessee dan PT CLC sebagai lessor. Adapun AS dan
HD bertindak sebagai penanggung (borg) kepada PT CLC. Ternyata
PT Inti Utama gagal melunasi utang sewa guna usaha yang dijanjikan,
maka dia dihukum bersama-sama dengan AS dan HD sebagai borg,
bertanggung jawab secara tanggung renteng membayar utang tersebut
kepada PT CLC. 53)
Selain contoh-contoh kasus bertanggung jawab kontraktual yang
dijelaskan, tanggung jawab kontraktual yang dibuat "pengurus"
sebelum Perseroan disahkan oleh Menteri sebagai badan hukurn.
II
Wm.399.
Bagaimana halnya, kalau perbuatan hukum itu dilakukan anggot
Direksi atau Kepala Cabang yang telah diberhentikan ? Sebagai acu
If
lf
oegni Djojodirdjo, S.H, Perbuatan Hukum, Pradnya Prarnita, Jakarta, 1979, hlm
Ternyata dalam praktik peradilan. Rage Raad (HG) Belanda
cenderung menganut teori organ, yang melahirkan yurisprudensi yang
menyimpulkan, Perseroan sebagai badan hukum dapat dituntut
pertanggungjawaban berdasar Pasal1365 KUH Perdata, apabila organ
Perseroan melakukan PMH.
Yang dapat dianggap sebagai organ Perseroan adalah orang yang
melakukan "fungsi" Perseroan yang menyebabkan orang-orang itu
dianggap mempunyai "pengaruh" membentuk kehendak Perseroan.
Oleh karena itu, apabila tindakan Perseroan dilakukan oleh orang yang
mempunyai wewenang dan kapasitas untuk bertindak melakukan
perbuatan hukum sesuai dengan fungsi yang diberikan kepadanya,
dan temyata tindakan itu "salah" karena melanggar hukum atau hak
orang lain, Perseroan dianggap memenuhi unsur "kesalahan" (schuld,
wangful) berdasar Pasal 1365 KUH Perdata.
Umumnya, yang dimaksud dengan organ Perseroan menurut
hukum dan peraturan perundang-undangan adalah orang yang
diberikan hak dan wewenang "mewakili" Perseroan Selanjutnya,
fungsi kewenangan mewakili atau pengurusan itu, "distrukturkan"
dalam AD Perseroan. Posisinya sangat "esensial" karena ditetapkan
dan ditentukan dalam undang-undang dan AD Perseroan.
Dalam UUPT 2007, organ yang esensial yang posisinya distruk-
turkan dalam undang-undang dan/atau AD menurut Pasal1 angka 2
adalah RUPS, Direksi dan Dewan Komisaris. Kalau begitu, bertitik
tolak dari ketentuan Pasal1 angka 2 UUPT 2007 dihubungkan dengan
teori organ, semua tindakan RUPS, Direksi dan Dewan Komisaris yang
dilakukan atas nama Perseroan, apabila temyata melanggar hukum,
terhadap Perseroan dapat dituntut tanggung jawab PMH berdasar Pasal
1365 KUH Perdata.
Memang berdasar Pasal1 angka 5 jo. Pasal 98 ayat (1) UUPT 2007
organ yang lebih spesifik berwenang mewakili Perseroan ke dalam
dan ke luar adalah "Direksi", sehingga Direksi berfungsi sebagai "kuasa
menurut undang-undang" (wettelijke vertegenwaordig, legal mandatory)
untuk mewakili Perseroan. Dengan demikian, segala tindakan PMH
yang dilakukan Direksi dapat dituntut pertanggungjawaban perda-
tanya berdasar Pasal1365 KUH Perdata apabila hal itu dilakukannya
62) Winfeld-Jelowiez, On Tort, Thirteenth Edition, London Sweet & Maxwell, 1989, hIm. 560.
63) Ibid., Winfeld-Jalowiez, hIm. 560
64) Ibid., Merriam Webster's Disctionary of Law, hIm. 430.
65) Ibid., Merriam Webster, hIm. 430
70) Lihat, BryanA. Garner, Dictionary a/Modem Legal Usage, Oxford University Press, New
York-Oxford, 1987, hIm. 315.
individu.
(Mr. Dr. E. Utrecht, Hukum Pidana I, Pustaka Tinta Mas, Surabaya, 1994, hlm. 254,
tip pendapat Van Hatturn yang mengatakan: dat feit en persoon in het strafrecht
scheindelijke zijn.
Memang terdapat pasal-pasal tertentu yang tidak dimulai deng
kata "barang siapa". Tetapi menyebut "pekerjaan" atau "profesinya"
Namun wujudnya orang" atau "manusia" secara fisik dan individual
II
Ambil contoh:
• Pasal 267 KUHp, memakai kata "tabib" yang memberikan sura
keterangan palsu ,
• Pasal 292 KUHP, dimulai dengan kata orang dewasa" yan II
dijurnpai satu pasal pun dalam KUHP yang mengatur pelaku pidan
bukan manusia atau orang. Juga tidak ditemukan satu pasal pun yan
membolehkan "pemisahan" antara "pelaku" dengan "perbuatan"l se
hingga dengan demikian perbuatan perseorangan tidak dapat dimint
atau dialihkan pertanggungjawaban pidananya (criminal liability
kepada orang lain yang bukan terlibat sebagai pelaku. Demikian juga
tidak satu pasal pun dalam KUHP yang mengatur tindak pidana dapa
dilakukan "Perseroan" (corporation) atau "badan hukum" (lega
person). Oleh karena itu, KUHP tidak mengenal pertanggungjawab
pidana korporasi (corporate criminal liability). Atau tanggung jawa
pidana Perseroan.
Selain daripada persoalan subjek pelaku tindak pidana tersebut
penerapan pertanggungjawaban pidana berdasar doktrin vicariau
liability melalui konstruksi respondeat superior menimbulkan perma
l
I
I
reus) yang dilakukan pelaku, pada diri pelaku harus
iada kehendak (intention) atau berniat berbuat jahat (mens rea).
hf1kiki, yang memiliki mens rea hanya "manusia" yang melaku-
§endiri. Sebab. elemen umum mental (general mental element)
~lekat pada mens rea, antara lain: maksud (intention), sembrono
sness), motif jahat (malice), penuh sadar (wilful), mengetahui
~ge), dan lalai .(negligence). Semua elemen itu, hanya melekat
inheren pada diri manusia. Bagaimana mungkin bisa melekat
diri majikan yang tidak tahu menahu atas perbuatan
dilakukan bawahan? Apalagi Perseroan atau asosiasi.
manusia yang memiliki pikiran dan kesadaran (state of mind).
ena itu, tidak. mungkin terdapat pada Perseroan unsur mens
ip.gga tidak logis menuntut pertanggungjawaban pidana
yaatas perbuatan yang dilakukan oleh "dewan direksi" (board
0rs ),manager atau pejabat yang setaraf dengan itu.
antetapi, terlepas dari itu, George E. Dix- M. Michael Sharlof9)
mengatakan, meskipun respondeat superior semula hanya
doktrin perdata dalam kasus perbuatan melawan hukum
of law), doktrin itu. telah. diadopsi dalam bidang pidana
§ITlgka penegakan penerapan vicarious criminal responsibility.
penerapan doktrin ini, dapat diharapkan tegaknya ketertiban
I\tiaka untuk itu, diperlukan "konsep keadilan" (concept of
lebih canggih (sophisticated). Salah satu cara yang dianggap
emenuhi harapan itu:
ghukum "majikan" atas suatu tindak pidana yang dilakukan
g lain, apabila orang lain itu adalah bawahannya,
ghukum "korporasi" atau Perseroan atas suatu tindak pidana
g dilakukan "dewan direksi" atau manajer maupun pejabat
setingkat dengan itu, apabila perbuatan Yang dilakukan itu
rangka melaksanakan kepentingan -korporasi atau
yang bersangkutan.
Cases and Materials, American Books Series, West Publishing Co, 1973,
3. Penerapan Vicarious Criminal Liability terhadap Majikan
Meskipun telah diterima penerapan vicarious liability dalam perkara
pidana, namun para pakar berpendapat, penegakannya tidak seperti
dalam perdata. Dalam bidang perdata, semua PMH (tort of law) yang
dilakukan "bawahan" atau "karyawan" dapat dituntut pertanggung_
jawabannya kepada majikan, tetapi tidak demikian halnya dalam
"hukum pidana". Majikan secara umum tidak bertanggung jawab
atas tindak pidana yang dilakukan bawahan. 30)
Pendapat yang sama dikemukakan Goerge E. Dix-M. Michael
Sharlot31), antara lain mengatakan, seorang majikan tidak selamanya
dalam semua kasus memikul tanggung jawab pidana (criminally
responsible) atas tindakan pelanggaran hukum (unlawful acts) yang
dilakukan bawahan atau karyawan. Oleh karena itu, meskipun
doktrin vicarious liability dapat diterima di bidang pidana, pada
dasarnya harus tetap diperhatikan prinsip bahwa pada dasarnya
"kesalahan" (guilty) adalah bersifat "personal" dan I'individual".
Sehubungan dengan itu, penerapan doktrin respondeat superior di
bidang pidana hams bersifat terbatas. Memang tuntutan penerapan
pada masa belakang ini tidak dapat dihindari. Namun demikian, harus
dibarengi dengan penggarisan yang rind penerapannya dalam pera-
turan perundang-undangan "non criminal" pada satu segi. Tetapi segi
lain walaupun bidang itu non criminal, sangat dibutuhkan pelaksanaan-
nya demi ketertiban kehidupan masyarakat. Seperti dalam bidang
Ilmakanan dan obat-obatan", "bangunan", "pekerja anak", "upah
minimun dan jam kerja", "ketenagalistrikan", "HAKI", Ilpencemaran
lingkungan hidup" dan seterusnya, termasuk bidang non criminal,
tetapi diperlukan ketertiban yang dapat menjamin terselenggaranya
kepentingan umum (public interest). Maka dalam undang-undang
yang menyangkut bidang-bidang tersebut, perlu dibarengi "ancaman
pidana" dalam batang tubuhnya, dan pelanggarannya diberi label
Ilpidana" yang disebut Ilpidana undang-undang" atau statutory crime.
80) lC. Smith, Brian Hogan,Criminal Law, EL- BS,Butterworth & Co. Ltd. 1992, Wm. 170
81)Ibid.,hlm.648.
lam bidang-bidang yang termasuk statutory crime, dianggap
an menerapkan doktrin "respondeat superior". Majikan pantas
kpertanggungjawaban pidana (vicarious criminal liability) atas
ggaran yang dilakukan bawahan demi untuk melindungi
. gan kesejahteraan kehidupan sosial, dengan aruan:
da satu segi, tetap disyaratkan unsur mens rea,
tapi padasegi lain, perlu ditingkatkan "derajat" (degree) tanggung
wab "majikan" atas tindakan bawahannya,
j-uannya,agar majikan memikul kewajiban "mengawasi"
ntrol) bawahannya dalam rangka melindungi masyarakat
~um (public).
rtitik tolak dari acuan itu, pengadopsian doktrin respondeat
ordari bidang perdata kepada bidang pidana, dalam rangka
apan vicarious criminal responsibility kepada majikan, harus
tokan pada syarat yang sangat terbatas, seperti yang dijelaskan
ahini:
ajikanmemberi "izin" (consent) atau "persetujuan" (approve) atas
~erbuatan itu. 82)
lain daripada perbuatan yang dilakukan bawahan itu mendapat
in" atau "persetujuan" dari majikan, diperlukan lagi syarat:
izin atau persetujuan itu dalam kerangka "otoritasnya",
perbuatan yang dilakukan bawahan itu, sebagai pelaksanaan
pekerjaan yang ditugaskan majikan kepadanya.
jikan ikut "berpartisipasi" (participate) atas perbuatan yang
ukan bawahan
jikan dianggap ikut "berpartisipasi" dalam tindakan pidana
g dilakukan bawahan, apabila terpenuhi unsur "turut serta"
eelneming) melakukan perbuatan atau take part in crime yang
gariskan Pasal 55 dan Pasal 56 KUHP. Bisa dalam kedudukan
angyang menyuruh melakukan (doen pleger), "bersama-sama
elakukan" (medepleger) atau "membantu" melakukan
rnedepletigheid).
83)Ibid.,Wm.I72.
85) Lihat, Blackstone s Criminal Practice, 1995 Editor - in - Chief, Peter Murphy MA, LLB
Blackstone Press Ltd, hIm. 72 A 5. 10.
86)Ibid., lC. Smith-Brian Hogan, hlm. 178.
88) Ibid., Blackstone's Criminal Practice, dikatakan " ... is that one cannot be held criminally
responsible as a result ofthe act ofanother."
atasalasan, Perseroan bukan manusia (natural person). Oleh
itu, tidak memiliki badan dan jiwa untuk ditendang (corporate
al person, no body and no soul to be kicked). Alasan kedua, yang
art tindak pidana adalah pegawai· atau manajer. Maka sesuai
prinsip pertanggungjawaban pidana, hanya dapat dituntut
orang (manusia) secara individual. Perbuatan pegawai itu tidak
~ipertanggungjawabkankepada Perseroan.
(state of mind)90).
Berdasar konstruksi ini Perseroan bertanggung jawab atas
l
t¥s~bagai pelaku.
nubungan dengan itu, tidak ada alasanhukum untuk meng-
antanggung· jawab pribadi pelaku dengan dalil seolah-olah
gjawab pribadihya telah diambil atau dialihkan kepada Perse-
anggung jawab Perseroan hanya sebagai tambahan" terhadap
II
g jawab pribadi.
a tanggung jawab Perseroan dapat menghilangkan tanggung
p:ribadi pelaku, para Direksi dapat menyalahgunakanfungsinya.
o/apara pejabat Perseroan atau Dewan Direksi menyetujui atau
ama melakukanpenipuan. Jika pertanggungjawaban langsung
fa kepada Perseroan untuk menggugurkan tanggung jawab
i para pelaku, berarti hukum membenarkan perbuatan
rkaya secara melawan hukum (unjust enrichmen).
ffiikian uraian yang berkenaan dengan tanggung jawab pidana
Namun uraian ini belum lengkap. Belum diuraikan menge-
tanggung-jawaban Perseroan atas tindak pidana yang bersifat
liability". Namun demikian, uraian tentang "pertanggung-
tanpa salah" (strict liability) yang dibicarakan dalam
ahasan Vicarious Liability, meliputi juga kepada Corporate
abLiability.
~tentuan pidana
iIdisinggung di atas, pada UU No.8 Tahun 1995 ini, terdapat
yang mengatur ketentuan .pidana, terdiri atas 6 pasal (Pasal
pai Pasal108), sebelgai Tindak Pidana Pasar Modal:
tiap pasal pidana, dimulai dengan kata-kata setiap pihak". Mulai
II
pasal pidana yang diatur dalam Bab XIII yang terdiri atas Pasa! 72
sampai Pasal 73, redaksinya dimulai dengan kata-kata "barang siapa"/
namun jika rumusan itu dikaitkan dengan Pasall angka 1 dan Pasall
angka 12, cakupan rumusan itu meliputi korporasi (badan hUkum).
1) Charlesworth and Morse, Company Law, ELBS, Fourteenth Edition, 1991, hlm. 98.
2) Ibid., :HMN Purwosutjipto, S.H., hlm. 95.
(1) Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggql
dan kewarganegaraan pendiri perseorangan, atau nama, tempat
kedudukan dan alamat lengkap serta nomor dan tanggal Keputusati
Menteri mengenai pengesahan badan hukum dari pendiri Perseroa~!
(a) Urgensi menyebut kewarganegaraan pendiri
Jadi keterangan lain yang harus dimuat dalam Akta Pendirian ada!~
"identitas" lengkap pendiri, termasuk kewarganegaraan pendirj
perseorangan. Menurut Penjelasan Pasal8 ayat (2) huruf a UUPT 200~,
urgensi menyebut kewarganegaraan pendiri perseorangan supay~
diketahui "kejelasan" mengenai kewarganegaraan pendiri. Pad~
dasarnya badan hukum Indonesia yang berbentuk Perseroan didirikan
oleh warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia. NamUl:1',
kepada warga negara asing maupun badan hukum asing, "diberikan
kesempatan" untuk mendirikan badan hukum Indonesia yang
berbentuk Perseroan. Akan tetapi, dengan ketentuan sepanjang
undang-undang yang mengatur bidang usaha Perseroan tersebut
memungkinkan, atau pendirian Perseroan itu diatur dengan undang-
undang tersendiri.
.. .
Hukum Perseroan Terbatas
permohonan pengesahan badan hukumPerseroan
l1kukan oleh Notaris sebagai kuasa dari pendiri.
Cliperhatikan, ketentl.1an ini "bersifat memaksa" (dwingen-
andatory law). Oleh karena itu, mau tidak mau, Pendiri mesti
uk Notaris sebagai kuasa yang akan bertindak melakukan
an,permohonan dimaksud. Pendiri tidak dapat langsung
kan pengajuan permohonan pengesahan badan hukum
an, tetapi mesti dilakukan oleh kuasa yang terdiri dari Notaris.
. I."-'~ Pasa12 ayat (1) PERMEN ini, tidak bertentangan dengan
1.1. .........LL L
B. ANGGARAN DASAR
AD Perseroan (Articles of Association/Incorporation) merupakan
"piagam" atau charter Perseroan. Boleh juga dikatakan merupakan
"perjanjian" yang berisi ketentuan tertulis mengenai kekuasaan dan
hak-hak yang dapat dilakukan pengurus Perseroan. AD merupakan
dokumen yang berisi aturan internal dan pengurusan Perseroan. Dia
berisi aturan pokok mengenai penerbitan saham, perolehan saham,
modat RUPS (general meeting), hak suara (voting right), Direksi
meliputi cara pengangkatan dan kekuasaannya, seperti yang akan
dijelaskan lebih lanjut. 6)
Sehubungan dengan itu, dalam uraian mengenai AD Perseroan
akan dibicarakan ruang lingkup yang berkenaan dengan itu, seperti
yang dijelaskan di bawah ini.
Tempat kedudukan
;empat kedudukan harus berada dalam wilayah NRI.
efupat kedudukan sekaligus menjadi Kantor, Pusat dan alamat
Perseroan.
efupat kedudukan selain di ibu kota negara atau provinsi, dapat
uga di daerah kota atau kabupaten, bahkan dapat bertempat
edudukan didesa atau di Kecamatan sesuai Penjelasan Pasal17
ayat (1) UUPT 2007.
d) Tempat kedudukan merupakan domisili hukum (legal domicile)
yang sah demi Perseroan.
e) Tempat kedudukan merupakan yurisdiksi hukum (legal
jurisdiction) bagi Perseroan melakukan kegiatan usaha.
f) Tempat kedudukan merupakan tempat utama (principal place)
bagi Perseroan mengatur pelaksanaan maksud dan tujuan serta
kegiatan usaha.
Juga, pada uraian tersebut telah dibahas mengenai perubahan
nama dan tempat kedudukan maupun nasionalitas atau kebangsaan
Perseroan. Oleh karena itu, pembahasan yang berkenaan dengan nama
dan tempat kedudukan Perseroan, tidak dibicarakan lagi secara rinei.
Harap dilihat kembali uraian mengenai hal itu pada BAB 1 huruf G.
c. PERU BAHAN AD
Perubahan AD (alteration of articles) diatur pada BAB II, Bagian Kedua,
Paragraf 2, yang terdiri atas Pasal 19-28 UUPT 2007. Hal-hal pokok
yang perlu dibicarakan, antara lain seperti yang diuraikan berikut ini.
C. PERU BAHAN AD
Perubahan AD (alteration of articles) diatur pada BAB II, Bagian Kedua,
Paragraf 2, yang terdiri atas Pasal 19-28 UUPT 2007. Hal-hal pokok
yang perlu dibicarakan, antara lain seperti yang diuraikan berikut ini.
dengan· cara:
persetujuan kurator dilampirkan" dalam permohonan
If
3. Klasifikasi Perubahan AD
Bertitik tolak dari ketentuan Pasal 21 UUPT 2007, perubahan AD
Perseroan dapat diklasifikasi sebagai berikut.
a,;Menteri.
ngan demikian, untuk memperolehkeabsahan atas perubahan
,~I\t1enteri ada yang berbentuk IJ'persetlljuan" untuk perubahan
f~~ntu, dan. yang kedua,. berbentuk "pemberitahuan" untuk
·cmem laindi luar perubahan ADtertentu.
Hbahan AD. Dimuat. atau Dinyatakan dalatn Akta Notaris
oayat (4) UUPT2007 mengatur tata carapembuatan perubahan
s dimuatatau "dinyatakan" dalamAkta Notaris, dan
'buat dalam Bahasa Indonesia
'enuru.t PenjelasanPasal 21 ayat (5), yang dimaksud dengan
dinyatakan dengan akta notaris" adalah harus dalam bentuk
emyataan keputusan rapat atauakta perubahan AD. Apabila
cieara rapat yangberisi keputusan RUPS perubahan AD tidak
berita acara yang dibuat oleh Notaris, maka berita
itu "harus dinyatakan dalam Akta Notaris". Sebaliknya, kalau
cara rapat yang berisi·keputusan RUPS itu dimuat dalam akta
drrarapatyang dibuat oleh Notaris, dengan sendirinya sudah
g keputusan RUPS atas perubahan AD itu·telah dinyatakan
Akta Notaris.
oleh Menteri.
Dengan penggarisan ketentuan yang diatur pada Pasal 23 ayat (1)
dan (2) UUPT 2007, tanggal mulai berlakunya secara efektif perubahan
AD, dihitung dari tanggal penerbitan keputusan persetu-juan dan
penerbitan surat penerimaan pemberitahuan. Patokan ini merupakan
ketentuan umum menentukan saat mulai berlakunya perubahan AD.
Akan tetapi, Pasal 23 ayat (3) mengatakan, bahwa ketentuan mulai
berlakunya perubahan AD yang ditentukan pada ayat (1) dan (2),
"tidak berlaku" dalam hal undang-undang ini menen-tukan lain.
Menurut Penjelasan pasal ini yang dimaksud dengan "Undang-
J
arena Pemisahan murni berdasar Pasal 135 ayat (1) huru! a jo.
yat (2) UUPT 2007
umen pendukung pemberitahuannya:
salinan Akta Pemisahan Murni sesuai ketentuan Pasal128 ayat (1)
BBPT 2007.
pada Pasal 21 ayat (2) UUPT 2007 dan Pasal 8 ayat (2) PERMEN No
1
M-01 HT 01-10/2007 yang dianggap penting untuk dibicarakan.1
I
i. Tata Cara Penyampaian Pemberitahuan Perubahan AD dan Dati
Perseroan oleh Notaris yang Wilayah Kerjanya BelumMempunya,
]aringan Elektronik
Mengenai tata cara penyarnpaian pemberitahuan perubahan AD atal
perubahan data Perseroan bagi Notaris yang wilayah kerjanya belun
mempunyai jaringan elektronik atau jaringan elektroniknya tidak dapa
digunakan yang diumumkan resmi oleh Pemerintah RI, merujuJ
kepada ketentuan Pasal16 PERMEN No. M-01 HT 01-10/2007, sebaga
berikut:
1) Notaris dapat menyarnpaikan pemberitahuan secara "manual",
2) penyarnpaian pemberitahuan secara manual, dilarnpiri:
dokumen pendukung yang disebut Pasal 15 PERMEN ini,
Surat Keterangan dari Kepala Kantor Telekomunikasi (PT
Telkom Tbk) setempat yang menyatakan bahwa wilayah kerja
Notaris yangbersangkutan belum terjangkau oleh fasilitas
internet.
Demikian eara manual penyampaian pemberitahuan perubahan
yang tidak termasuk kategori perubahan tertentu yang disebut
21 ayat (2) UUPT 2007 dan Pasal 8 ayat (2) PERMEN No. M-Ol
01-10/2007, dan penyampaian pemberitahuan perubahan data
seroan.
:ENGUMUMAN PERSEROAN
enai pengumuman Perseroan diatur pada BAB II, Bagian Ketiga,
af 2 yang terdiri atas Pasal30 UUPT 2007. Yang penting untuk
t mengenai Pengumuman Perseroan sesuai dengan ketentuan
30 tersebut adalah sebagai berikut.
BAB III UUPT 2007, mengatur modal dan saharn Perseroan. Hal itulah
yang dibahas pada uraian ini.
A. MODAL PERSEROAN
Pada alinea ketujuh Penjelasan Umwn dikemukakan, dalarn undang-
undang ini, ketentuan mengenai struktur modal" Perseroan tetap
IJ
sarna dengan apa yang diatur dalarn UUPT 1995. Tetap terdiri atas
"modal dasar" (statutair kapital, nominal/authorized capital), "modal
ditempatkan" (geplaats kapital, issued/subscribed capital), dan "modal
disetor" (gestort kapital, paid-up capital)1). Tentang hal ini pun
ditegaskan dalarn Penjelasan Pasal 41 ayat (1) UU PT 2007, bahwa
yang dimaksud dengan "Modal Perseroan" adalah modal dasar, modal
ditempatkan, dan modal disetor. Narnun demikian, terdapat perbeda-
an mengenai dua hal. Pertama, besarnya modal dasar, diubah menjadi
paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). Kedua,
kewajiban penyetoran atas modal ditempatkan harus penuh, sedang
mengenai pembelian kembali saharn yang telah dikeluarkan menurut
Penjelasan Umum, pada prinsipnya tetap dapat dilakukan dengan
syarat jangka waktu Perseroan menguasai saharn yang telah dibelinya
kembali, hanya terbatas selarna 3 (tiga) tahun. Sehubungan dengan
itu, pada bagian ini akan dijelaskan hal yang berhubungan dengan
struktur permodalan Perseroan, termasuk yang berkaitan dengan
,J.,
~rtian saham portepel", bukti penyetoran, pengeluaran saham
lI
odal Dasar
I dasar (statutair capital, nominal/authorized kapital) adalah
~ nilai nominal" saham Perseroan yang disebut dalamAD. Hal
°tegaskan pada Pasal 31 ayat (1), bahwa modal dasar Perseroan
°Ii atas seluruh nilai nominal saham.
Perkataan modal (kapital, capital), mengandung arti yang
riasi. Pengertiannya bisa berbeda untuk setiap orang. Sarjana
memberi pengertian yang berbeda dengan akuntano Bahkan
ertian modal dari segi ekonomi bisa membingungkan. 2) Terlepas
pa yangdikemukakan di atas, secara umum, perkataan modal
apital dihubungkan dengan Perseroan mengandung penger-
esuatu yang diperoleh Perseroan dalam .bentuk uang melalui
bitan saham (issued a/shares). Uang itulah. yang diguna~an
rqan melancarkan kegiatan usaha dan bisnis yang ditentukan
ADo
odal dasar Perseroan padaprinsipnya merupakan total ju:rl11ah
yang dapat diterbitkan oleh Perseroan.'AD sendiri yang
ntukan berapa banyak jumlah saham yang dijadikan modal
oJu:rl11ah yang ditentukan dalam AD, merupakan "nilai nominal
odal Ditempatkan
yang dikemukakan dalam Penjelasan Umum, "modal
patkan" (geplaats kapital, issued/subscribed capital) merupakan
satu struktur modal Perseroan.
Pengertian modal ditempatkan adalah jurnlah saharn yang sudah
diarnbil pendiri atau pemegang saharn, dan saharn yang diarnbil itu
ada yang sudah dibayar dan ada pula yang belum dibayatJ). Kal au
begitu, modal ditempatkan adalah modal yang disanggupi pendiri4)
atau pemegang saharn untuk dilunasinya, dan saharn itu telah diserah_
kan kepadanya untuk dimiliki. Berdasar ketentuan Pasal 33 ayat (1)
UUPT 2007, "paling sedikit" 25% (dua puluh lima persen) dari modal
dasar, harus ditempatkan. Tidak ada perbedaan dengan apa yang
ditentukan dulu pada Pasal 26 ayat (1) UUPT 1995, yakni pada saat
pendirian Perseroan, paling sedikit 25% dari modal dasar harus telah
ditempatkan. Baik UUPT 2007 maupun UUPT 1995, sarna-sarna me-
nentukan secara imperatif, 25% dari modal dasar harus telah
ditempatkan pada saat pendirian Perseroan.
c. Modal Disetor
Struktur atau bentuk modal Perseroan yang ketiga, disebut "modal
disetor" (gestort kapital, paid-up capital), yakni
• saharn yang telah dibayar penuh oleh pemegang atau pemiliknya,
• jadi modal disetor adalah modal yang sudah dimasukkan
pemegang saharn sebagai pelunasan pembayaran saharn yang
diarnbilnya sebagai modal yang ditempatkan dari modal dasar
Perseroan.
Mengenai posisi modal ditempatkan dengan modal disetor, perlu
diperhatikan ketentuan Pasal 33 ayat (1) UUPT 2007, yang berbunyi:
Paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari modal dasar seba-
gaimana dimaksud dalam Pasal 32 harus ditempatkan dan disetor
penuh.
Berdasar ketentuan ini, paling sedikit 25% dari modal dasar:
• harus telah ditempatkan, dan
• juga harus telah disetor pada saat pendirian Perseroan.
yang:
mempunyai hubungan keluarga karena perkawinan atau
runan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun
rfikal dengan pegawai, anggota Direksi, Dewan Komisaris, atau
rpegang saham dari Perseroan,
ak mempunyai hubungan dengan Perseroan karena adanya
am.aan satu atau lebih anggota Direksi atau Dewan Komisaris,
ak mempunyai hubungan pengendali dengan Perseroan baik
maupun tidak langsung, dan/atau
mempunyai hubungan kepemilikan saham dalam Perseroan
200/0 atau lebih.
ikian patokan menentukan nilai wajar atas pemasukan modal
ang berbentuk benda lain di luar uang.
r\01'Y\0.~':lrlrr atau
..... 1.-1U.L<.AJLLL V1"0,;11-'....
C. PENAMBAHAN MODAL
Penambahan modal diatur pada BAB III, Bagian Ketiga UUPT 2007,
yang terdiri dari Pasal 41-43. Yang dimaksud dengan "moda
Perseroan" menurut Penjelasan Pasal41 ayat (1) adalah "modal dasar"
(authorized capital), "modal ditempatkan" (issued/subscribed capital
dan "modal disetor" (paid-up capital).
Apa yang dijelaskan di atas, sama dengan bentuk struktur mod
Perseroan yang telah dibahas pada huruf A bab ini. Berarti yan
dimaksud penambahan modal oleh Pasal 41 ayat (1) bisa penambah
modal dasar, modal ditempatkan atau modal disetor.
Penambahan Modal Perseroan Berdasar Persetujuan RUPS
genai penambahan atau pengurangan modal Perseroan menurut
21 ayat (1) UUPT 2007 dikategori perubahan AD tertentu. Dan
rut Pasal19 ayat (I), setiap perubahanAD ditetapkan oleh RUPS.
an demikian, kctcntuan Pasal 41 ayat (1) yang mcngatakan
bahan modal Perseroan harus berdasar "persetujuan" RUPS,
!ill dengan apa yang digariskan pasal-pasal yang disebut di atas.
karena itu, menurut hukum tidak mungkin terjadi penambahan
al Perseroan tanpa persetujuan RUPS.
b. PenurunanNilaiNominal Saham
Mekanisme yang kedua pengurangan modal ditempatkan dan modal
disetor, dengan cara "menurunkan" nilai nominal saham "tanpa
pembayaran kembali" kepada pemegang saham, dan pelaksanaannya
AHAM PERSEROAN
merupakan sejumlah uang yang diinvestasikan oleh investor
~, - -< . •
L Nominal Saham
ai nilai nominal saham diatur pada Pasa149, yang berisi
berikut:
nominal saham, harus dicantumkan pada atau di atas saham,
. nominal saham yang hams dicantumkan di atas saham, dalam
uang rupiah".
Ketentuan ini bersifat imperatif (dwingendrecht, mandatory
Tidak boleh dicantumkan dalarn mata uang ilsing. Juga tidak
kebolehan mencantumkan mata uang asing yang dibarengi dengem
ekuivalennya dalarn mata uang rupiah. .
Jadi, setiap saharn harus mempunyai nilai nominal yang dica:n.-
tumkan di atas saharn. Kalau begitu saharn tanpa nilai nominal, tidak
dapat dikeluarkan. Dan nilai nominal saharn adalah sebesar yang
.t6;]:cantum di atas saharn. Nilai nominal itu yang disebut per value stock
atau "harga a pari"6). Maksudnya nilai saharn sarna dengan nilai yang
tertulis di atas surat saharn, yang dihitung sebagai nilai "akuntansi/J
pada neraca Perseroan. Berbeda dengan "nilai pasar" (market value):
• nilai pasar adalah harga saharn yang diperdagangkan pada pasar
terbuka, dan
• harga pasar pada dasarnya, adalah harga wajar sesuai deng an
keadaan Perseroan.
Kalau keadaan Perseroan mengalami banyak masalah, sehingga
tidak memiliki prospek yang baik, harga pasar saharn bisa di bawah
per-value. Sebaliknya kalau Perseroan mempunyai prospek yang baik,
harga pasar sahamnya, bisa di atas per value. Perlu dijelaskan, nilai
pasar saharn tidak ada kaitannya dengan nilai nominal (per value)
saharn. Nilai pasar ditentukan berdasar pertimbangan "nilai aktiva"
bersih Perseroan serta ekspektasi para investor tentang laba atau
keuntungan di masa yang akan datang.
Apakah dimungkinkan mengeluarkan saharn tanpa nilai nominal
(no per value stock). Pasal 49 ayat (3) membuka kemungkinan untuk
itu. Pasal ini mengatakan, tidak menutup kemungkinan Peraturan
perundang-undangan di bidang Pasar Modal dimungkinkan mengatur
pengeluaran saharn "tanpa nilai nominal".
ak Pemilik Saham
genai hak pemilik saham, diatur pada Pasal 52. Akan tetapi perlu
at, hak yang disebut pada pasal ini, dapat dikatakan merupakan
gng paling pokok, karena ada lagi berbagai hak yang diatur pada
lain, dan akan dibicarakan nanti secara tersendiri. Sesuai dengan
tuan Pasal 52, saham "memberikan hak" kepada pemiliknya
k:
~nghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS;
~l1erima pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasillikuidasi;
njalankan haknya berdasar undang-undang ini.
'lah hak utamapemilik saham yang tidak boleh dikurangi dalam
ak tersebut baru berlaku dan melekat pada diri pemilik saham,
saham itu dicatat dalam DPS atas nama pemiliknya. Akan
~r;1<etentuan mengenai hak menghadiri dan mengeluarkan suara
RUPS dan menjalankan haknya berdasar undang-undang ini,
berlaku" bagi klasifikasi saham tertentu sebagaimana yang
p1<an dalam undang-undang ini.
6. Klasifikasi Saham
.
Tentang klasifikasi saharn, diatur pada Pasal 53. Menurut Penjelasan
pasal ini, yang dimaksud dengan "klasifikasi saham" adalah
pengelompokan saharn berdasar karakteristik yang sarna. Salah satu
prinsip po)<ak klasifikasi saharn, ditegaskan pada Pasal 53 ayat (2)
berupa hak yang sarna (equal right) kepada pemegangnya yakni setiap
saharn dalarn klasifikasi yang sarna, memberikan kepada pemegangnya
hak yang sarna.
Undang-undang membolehkan AD Perseroan menetapkan 1 (sam)
atau lebih klasifikasi saharn. Apabila klasifikasi saharn lebih dari 1
(satu), AD harus menetapkan salah satu di antaranya sebagai "saham
biasa".
a. Saham Biasa
Klasifikasi atau jenis saharn pertarna disebut "saharn biasa" (gewoonte
aandeel). Disebut juga ordinary share (c..ommon share, equity share),
Menurut Pasal 53 ayat (3), apabila AD menetapkan lebih dari 1
(satu) klasifikasi saharn, hams ditetapkan salah satu di antaranya sebagai
"saham biasa". Yang dimaksud dengan saham biasa menurut
Penjelasan pasal ini adalah:
sama dengan saham biasa, yang diberikan kepada yang sudah rnenjadi
pemegang saham tanpa setoran uang tunai atau benda lain kepada
Perseroan. Pemberian saham bonus merupakan ganti atas hak tagihan
kepada Perseroan atas dana cadangan atau dana kelebihan (surplus)
dari modal yang ditempatkan. Hak menagih timbul disebabkan
adanya keuntungan luar biasa dari operasional Perseroan.
(1) bisa dalam bentukAkta Notaris atau akta yang dibuat di hadapan
Notaris, atau
(2) Akta bawah tangan.
Dengan dernikian, bentuk aktanya "bebas". Boleh berbentuk akta
autentik atau bawah tangan.
lfdai saham atau jaminan fidusia atas saham dicatat dalam DPS
Daftar Khusus
la saham yang digadaikan atau yang dijaminkan dalam bentuk
fidusia terdiri dari saham yang telah didaftarkan sesuai dengan
a.n peraturan perundang-undangan, maka gadai saham atau
fidusia itu "wajib" dicatat dalam DPS dan Daftar Khusus
dengan ketentuan Pasal50.
tentuan kewajiban pencatatan itu menurut Penjelasan Pasal60
),agar Perseroan atau pihak lain yang berkepentingan dapat
ahui mengenai status saham tersebut.
g Reneana Kerja diatur pada Bagian Kesatu BAB IV, yang terdiri
asal 63-Pasal 65 UUPT 2007.
ang,
T memuat anggaran tahunan Perseroan untuk tahun yang akan
sA
qng Harus Dimuat dalam L. T
66 ayat (2) mengatur apa saja yang harus dimuat dalam L. T.
rut ketentuan ini, L.T harusmemuat "sekurang-kurangnya".
Laporan
-
Penjelasan Pasal 68 ayat (1), didasarkan pada "sifat" Perseroan
bersangkutan.
Selanjutnya dikatakan, kewajiban Direksi untuk menyerahka
kepada pengawasan "ekstern" dibenarkan dengan asumsi:
• bahwa kepercayaan masyarakat tidak boleh dikecewakan,
• hal yang demikian juga penting bagi Perseroan yang pen
yaannya mengharapkan dana dari Pasar Modal.
Bertitik tolak dari perkiraan tersebut, Pasal68 ayat (1) telahme:
tukan Perseroan yang menurut sifatnya wajib menyerahkan LK keF
akuntan publik untuk diaudit, apabila memenuhi kriteria berikl
.. HukumPerseroan Terbatas
9-1 dan usaha dari Perseroan. Apabila LK yang dibuat dan
iakan:
rnyata tidak benar dan/atau menyesatkan,
.aka anggota Direksi dananggota Dewan Komisaris bertanggung
awab secara tanggung jawab secara tanggung renteng (several
'qIJility) terhadap pihak yang dirugikan.
kan tetapi, anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris
j~baskan" dari tanggung jawab tersebut dengan syarat, apabila
ka dapat membuktikan" bahwa keadaan itu bukan karena
II
ahannya.
m.bagian Dividen
n adalah pendistribusian laba kepada pemegang saham secara
. Pada prinsipnya dibayarkan dalam bentuk uang. Akan tetapi,
gkinkan juga dalam bentuk script atau Surat saham sementara
un produk atau property perusahaan. Namun, bentuk yang
ini jarang terjadi. Dividen sebagai bagian dari laba atau
gan bersih Perseroan secara resini diumumkan oleh Direksi
mendapat persetujuan RUPS untuk dibagikan kepada para
gang saham.
:nurut Pasal 71 ayat (2), pada dasarnya dividen yang dapat
an kepada pemegang saham adalah:
ruhlaba bersih setelah dikurangi penyisihan untuk cadangan,
un prinsip ini dapat dikesampingkan berdasar keputusan
Pasal 71 ayat (2) adalah seluruh jumlah laba bersih dari ~~''''''Fl
yang bersangkutan setelah dikurangi akumulasi kerugian Pe:t;se
dari tahun buku sebelumnya.
Dengan demikian, dividen hanya boleh dibagikan
Perseroan mempunyai saldo laba yang positif". Dalam hal laba, -0
II
pembayaran.
Dari perspektif ekonomi, tujuan orang menanam modal dal
bentuk pembelian saham Perseroan, adalah mengharapkan mempe
oleh keuntungan yang disebut dividen. Secara teknis, dividen rnC'r'111'"'I-:i
buku IJO"t"CO,,'/l
Berarti, kalau AD Perseroan tidak mengatur ketentuan diviat:A
interim, Direksi tidak dapat mengeluarkan keputusan atau penetapiu{
pembagian dividen interim. Kalau AD tidak mengatur, Direksi tidak
mempunyai kapasitas atau kewenangan (bevoegdheid, authorized)
untuk itu. Apabila hal itu dilakukannya padahal tidak ada diatur dal am
AD, tindakan Direksi dianggap "ultra vires".
J
ngMenjalankan·Kegiatan Usahanya di Bidangyang berkaitan
ngan SumberDaya Alam
ut alinea ketiga Penjelasan Pasal 74 ayat (1) yang dimaksud
Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan
sumber daya alam, adalah Perseroan yang:
ak mengelola' dan tidak memanfaatkan sumber daya alam,
tCipi kegiatanusahanya "berdampak pada fungsi kemampuan
ber daya alam".
anya sebatas Perseroan tersebut yang diwajibkan Pasal 74
sanakan TJSL.Perseroan yang tidak menjalankan kegiatan usaha
ang sumber daya alam atau yang tidak berkaitan dengan sumber
alam, tidak diwajibkan melaksanakan TJSL.
D. cox, Thomas Lee Hazen, Hedge 0' Neal, Corporations, Alpen Law & Business,
hlm 306.
I
A. KEBERADAAN DAN KEWENANGAN RUPS
Pertama-tama akan dijelaskan keberadaan dan kewenangan RU
dalam Perseroan.
2. Kewenangan RUPS
Secara umum, menurut Pasal 1 angka 4. RUPS sebagai Org
Perseroan, mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepad
Direksi atau Dewan Komisaris, namun dalam batas yang ditentuk
dalam undang-undang ini dan/atau AD P e r s e r o a n . 1
Kemudian kewenangan RUPS tersebut, dikemukakan ulang laJ
pada Pasal 75 ayat (1) yang berbunyi: I
RUPS mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direk~
atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undan&
undang ini dan/atau anggaran dasar..
Jadi, secara umum, kewenangan apa saja yang tidak diberikai
kepada Direksi dan/atau Dewan Komisaris, menjadi kewenangm
RUPS. Oleh karena itu, dapat dikatakan RUPS merupakan orgm
2. Syarat Formil
Supaya RUPS melalui media elektronik dapat dibenarkan, hams
"memungkinkan" semua peserta RUPS:
1) dapat melihat dan mendengar secara langsung,
2) dapat berpartisipasi langsung dalam rapat.
Mengenai syarat formil ini, Pasal 77 ayat (1) mempergunakan kata
"yang memungkinkan" semua peserta RUPS saling melihat dan
mendengar secara langsung serta berpartisipasi dalam rapat. Kata
memungkinkan tersebut bersifat imperatif. Oleh karena itu, tidak
dapat dikesampingkan atau dilanggar. Kalau begitu, apabila RUPS
melalui telekonferensi atau video konferensi maupun media
ntuk RUBS
au dari segi waktu penyelenggaraan RUPS, Pasal 78 ayat (1)
asi-fikasi rapat Perseroan (types of company meeting).
UPS Tahunan
rut Pasal 78 ayat (2) sifat dan syarat RUPS tahunan:
atnya wajib diadakan setiap tahun,
arat penyelenggaraannya, diadakan dalam jangka waktu "paling
bat" 6 (enam) bulan setelah tahun buku berakhir.
lanjutnya, menurutPasal 78 ayat (3) dalam RUPS tahunan.
iiharus· mengajukan· semua dokumen dari laporan tahunan
an sesuai ketentuan Pasal 66 ayat (2) yang terdiri atas pokok-
berikut:
oran keuangan,
oran mengenai kegiatan Perseroan,
Qran pelaksanaan TJSL,
~an masalah yang timbul selama tahun buku yang mempe-
uhi kegiatan Perseroan,
oran tugas pengawasan yang dilaksanakan Dewan Komisaris,
anggota Direksi dan Dewan Komisaris,
iclan tunjangan anggota Direksi dan Dewan Komisaris.
Htik tolak dari ketentuan dimaksud, setiap Perseroan, harus
Liakan RUPS tahunan setiap tahun kalender. Ketentuan itu,
ya berlaku di Indonesia, tetapi diterapkan pada semua Negara
yang dikatakan Walter Coon, Every Company must hold an
general meeting once every calender year. 3)
diingat, ketentuan Pasal 78 ayat (2) adalah bersifat imperatif
tory rule). Rumusannya dengan tegas mempergunakan kata
2. Penyelenggara RUPS
Pada dasarnya yang berfungsi dan berwenang menyelenggarakan
RUPS tahunan maupun RUPSLB adalah Direksi. Hal itu ditegaskan
oleh Pasal 79 ayat (1). Penyelenggaraan diadakan RUPS, sepenuhnya
merupakan inisiatif dari Direksi.
Akan tetapi ketentuan itu, tidak menutup kemungkinan penye-
lenggaraan RUPS tahunan atau RUPS LB dilakukan atas permintaan,
sebagaimana yang diatur Pasal 79 ayat (2) sesuai syarat-syarat dan
ketentuan berikut.
2. Penyelenggara RUPS
Pada dasarnya yang berfungsi dan berwenang menyelenggarakan
RUPS tahunan maupun RUPSLB adalah Direksi. Hal itu ditegaskan
oleh Pasal 79 ayat (1). Penyelenggaraan diadakan RUPS, sepenubnya
merupakan inisiatif dari Direksi.
Akan tetapi ketentuan itu, tidak menutup kemungkinan penye-
lenggaraan RUPS tahunan atau RUPS LB dilakukan atas perrnintaan,
sebagaimana yang diatur Pasal 79 ayat (2) sesuai syarat-syarat dan
ketentuan berikut.
Penetapan
Ketua Pengadilan Negeri mengabulkan permohonan, maka
abulan itu dituangkannya dalam. bentuk "penetapan" yang
uat diktum atau amar:
emberi izin kepada pemohon melakukan sendiri pemanggilan
S,
enetapkan (hal-hal berikut):
bentuk RUPS, tahunan atau RUPSLB,
mata acara RUPS sesuai dengan permohonan pemegang
saham,
menetapkan kuorum kehadiran dan!atau ketentuan tentang
persyaratan pengambilan keputusan RUPS,
menunjuk ketua rapat sesuai dengan atau tanpa terikat pada
ketentuan UUPT 2007 atau AD.
elllerintahkan Direksi dan!atau Dewan Komisaris wajib hadir
alam RUPS.
ng dimaksud mengenai kuorum kehadiran dan ketentuan
,p persyaratan pengambilan keputusan RUPS dalam penetapan
dilan tersebut menurut Penjelasan Pasal 80 ayat (3), adalah
s berlaku untuk RUPS ketiga.
titik dari prinsip ini, hak suara merupakan hak yang melekat
inherent pada diri setiap pemegang saham (is inherent in ownership
). Berarti setiap pemegang saham berhak menghadiri dan
serta mengeluarkan suara dalam RUPS. Maka atas dasar
ir dan bersuara (is entitled to attend and speak) dalam RUPS
wajibkan Direksi harus memanggil pemegang saham. 6)
2) Saham yang dimiliki Perseroan baik langsung atau tidak, tid4k
mempunyai hak suam
Pada dasarnya, hanya saham yang dirniliki atau dikuasai pemegang
saham yang mempunyai hak suara. Sebaliknya saham yang dimiliki
atau dikuasai Perseroan baik langsung atau tidak, tidak mempunYai
hak suara. Prinsip ini ditegaskan Pasal 84 ayat (2). Bahkan dal arn
Penjelasan pasal ini digariskan:
• tidak hanya terbatas tidak mempunyai hak suara,
• tetapi juga tidak dihitung dalam penentuan kuorum.
Sebenarnya, prinsip ini telah ditegaskan lebih dahulu pada Pasa!
40 UUPT 2007, yang mengatakan saham yang dikuasai Perseroan
karena pembelian kembali, perolehan karena hukum, hibah atau
hibah wasiat, tidak dapat digunakan untuk mengeluarkan suara dalam
RUPS, dan tidak dihitung dalam menentukan kuorum, serta tidak
berhak mendapat pembagian dividen.
Menurut Pasal 84 ayat (2), kriteria saham yang tidak mempunyai
hak suara:
a) saham Perseroan yang dikuasai sendiri oleh Perseroan
Yang dimaksud dengan saham yang dikuasai sendiri menurut
Penjelasan pasal ini adalah dikuasai, baik karena hubungan
kepemilikan, pembelian kembali, maupun karena gadai. Tentu
penjelasan yang dikemukakan di atas, tidak mengurangi apa yang
diatur pada Pasal 40 dimaksud.
b) Saham induk Perseroan yang dikuasai oleh anak perusahaannya
secara langsung atau tidak langsung.
c) Saham Perseroan yang dikuasai oleh Perseroan lain yang saharnnya
secara langsung atau tidak langsung telah dirniliki oleh Perseroan.
nai permasalahan kuorum diatur pada Pasal 86, Pasal 88, dan
UUPT 2007. Berdasar ketentuan pasal-pasal. tersebut, diatur
m yang berbeda besarnya. Perbedaan besamya kuorum untuk
RUPS, digantung-kan pada faktor .materimata acara yang
akan, yang dapat diklasifikasi sebagai berikut.
Pengambilan Keputusan
89
1) Penggabungan Perseroan,
2) Peleburan Perseroan,
3) Pengambilalihan Perseroan,
4) Pemisahan Perseroan,
5) Pengajuan permohonan agar Perseroan dinyatakan pailit,
6) Perpanjangan jangka waktu berdirinya Perseroan, dan
7) Pembubaran Perseroan.
Terhadap mata acara RUPS yang disebut di atas, telah ditentukan
patokan kuorum kehadiran dan pengambilan keputusan pada PaSa!
89, seperti yang dikemukakan di bawah ini.
.J
wakili dalam RUPS;
utusan sah, jika disetujui "paling sedikit" 3/4 (tiga perempat)
gian dari jumlah suara yang dikeluarkan.
dijelaskan, patokan kuorum kehadiran dan pengambilan
,u.tusan RUPS kedua yang dijelaskan di atas, jika semata-mata
rdasar ketentuan Pasal89 ayat (3). Namun AD Perseroan dapat
nentukan patokan dan persyaratan pengambilan keputusan
PS yang lebih besar.
gka waktu pelaksanaan RUPS kedua:
paling cepat 10 (sepuluh) hari setelah RUPS kedua dilang-
sungkan, dan
paling lambat 21 (dua puluh satu) hari setelah RUPS kedua
dilangsungkan.
aIRE[{!~~
"'" ~"" "'" = 7'
c
1) Andrew Hicks & SH Goo, Company Law, Cases & Material, IDE, 1994, hlm 265.
2) MC Oliver and EAMarshall, Company Law, Elevent Edition, ME, 1991, hhu. 273
3) WalterWoon, Company Law, Hangman, FithReprint, 1994, hIm. 149.
4) Ibid., MC Oliver andAE Marshall, hlm. 274.
ORGAN PERSEROAN
berulang-ulang dikemukakan, sesuai dengan ketentuan Pasal
jo. Pasal 1 angka 5, Perseroan mempunyai 3 (tiga) Organ
rdiri atas:
PS,
eksi,dan
wan Komisaris.
agai Organ Perseroan, Direksi mempunyai kedudukan,
angan atau memiliki kapasitas dan kewajiban, seperti yang
an berikut ini.
9) WJS Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN Balai Pustaka, 1976, hlm. 19
NGANGKATAN DIREKSI
caraan mengenai pengangkatan Direksi meliputi pokok-pokok
berkenaan dengan jumlah Direksi, syarat pengangkatan,
pembagian tugas, metode pernilihan, gaji dan tunjangan, penggantian
dan pemberhentian Direksi.
ratPokok
bkoknya, boleh dikatakan sangat minim sekali, hanya terdiri
lesworth and Morse, Company Law, ELBS, Fourteenth Edition, 1991, hhn. 348.
tidak dapat diangkat menjadi anggota Direksi. ltu sebabnya, definisi
Direktur adalah orang (person) yang menduduki posisi Direktur
sehingga hanya orang (person) saja yang dapat menjalankan fungs~
Direksi. 11)
arat Materil
materil menurut Peraturan Meneg BUMN dimaksud meliputi:
gritas dan moral, bahwasanya yang bersangkutan tidak pemah
libat:
perbuatan rekayasa dan praktik-praktik menyimpang dalarn
mengurus Anak Perusahaan BUMN/Perusahaan/Lembaga
tempat yang bersangkutan bekerja sebelum pencalonan
(berbuat tidak jujur),
perbuatan cidera janji yang dapat dikategorikan tidak
memenuhi janji,
perbuatan yang dikategorikan clapat memberikan keuntungan
kepada pribadi calon anggota Direksi, pegawaiAnak Peru-
sahaan/BUMN/Perusahaan/Lembaga tempat yang bersang-
kutan bekerja sebelum pencalonan (berperilaku tidak baik),
perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai pelanggaran
t terhadap ketentuan yang berkaitan dengan prinsip perusahaan
yang sehat (berperilaku tidak baik).
mpetensi teknis/keahlian, bahwasanya yang bersangkutan
iliki:
pengetahuan yang memadai di bidang usaha Anak Perusahaan
yang bersangkutan;
pengalaman dan keahlian di bidang pengurusan Anak
Perusahaan BUMN/Perusahaan/Lembaga yang bersangkutan;
kemarnpuan untuk. melakukan pengelolaan strategis dalarn
rangka pengembangan Anak Perusahaan;
pemaharnan masalah-masalah managemen perusahaan yang
berkaitan dengan salah sam fungsi manajemen;
didedikasi dan menyediakan waktu sepenuhnya untuk
melakukan tugasnya.
c. psikologis, bahwasanya yang bersangkutan memiliki tingkat
inteligensi dan tingkat emosi yang memadai untuk melaksanakan
tugasnya sebagai anggota Direksi Anak Perusahaan.
3) Syarat Lain
a. bukan anggota dan/atau pengurus partai politik;
b. berusia tidak melebihi 55 tahun ketika akan menjabat Direksi Anak
Perusahaan;
c. tidak sedang menjabat sebagai pejabat pada Lembaga serta Direksi
pada BUMN dan Perusahaan atau harus mengundurkan diri jika
terpilih sebagai anggota Direksi Anak Perusahaan;
d. tidak sedang menduduki jabatan yang berpotensi menimbulkan
benturan kepentingan dengan Anak Perusahaan yang
bersangkutan atau bersedia mengundurkan diri jika terpilih
sebagai anggota Direksi Anak Perusahaan;
e. tidak sedang menduduki jabatan yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan dilarang untuk dirangkap dengan jabatan
anggota Direksi Anak Perusahaan.
Demikian gambaran syarat yang diatur dalam Peraturan Meneg
BUMN tersebut. Sangat banyak syarat tambahan yang ditetapkan di
dalarnnya. Dapat dikatakan, persyaratan tersebut cukup kompre-
hensif, oleh karena itu dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan.
6. Pembuktian Persyaratan
Ketentuan Pasal 93 yang mengatur persyaratan yang dibicarakan di
atas, ditutup dengan ayat (3) yang memerintahkan:
a. pemenuhan persyaratan yang ditentukan oleh undang-undang ini
(Pasal 93 ayat (I), maupun syarat tambahan yang diatur pada
peraturan perundang-undangan tertentu (Pasal 93 ayat (2),
dibuktikan dengan "surat". Yang dimaksud dengan "surat"
menurut Penjelasan Pasal 93 ayat (3), terdiri atas:
1) "Surat pemyataan" yang dibuat oleh calon anggota Direksi
yang bersangkutan berkenaan dengan persyaratan Pasal 93
ayat (I),
.J
uiatur ualam UUPT 1995 maupun dalam KUHD. Oleh karena
etentuan ini merupakan hal baru dalam hukum Perseroan
esia.
Uh tanggung jawab.
9~!f}aIfl~lJiJ:llaIfj~t~~gg~11~}kti~adbaik.dan periUht~~gung
dalaPJ:.,k~gt~~s. taI1g9~ng.•. jawab •. aIlggota Direksimengurus
9cm' clapClt(dijelasl<an,sebagai berikut.
ll}eIClksan~aIlpengurllsan
(duty . to act for a proper
ajib menaati peraturan perundang-undangan (statutory duty or
obedience);
terhadap Perseroan
Perseroan
~_'""'.~~~ ihforfuasi
L ..... u .........L'......... L
J
rjasamaIIlengurus kepentingan Rer~~Foan.·.Metekaharus
ghindad terjadinya fdksi yang diakibatkan separationof'power
IIlem~iflemban. Mereka hmus sadm,. setiap; ~aat tanggung jawab
.tapggung rent~g selalu menanti, me~PPunkesalahan,kelalaian
p~laJ.lggman i~ .dilakukaJ.l. anggpta; piteksi lain, dan meskipun
tenadi Cl~ IUqF R~q.aJ.lg tugasnya serta hal itu tena~di lum
/~a.huarmya.atatt 'Xalaupun dia tiq.ak .~bil bagiaJ.l sedikit. pun
;j~~~stiwa itu.
•enegakan penerapan tanggung jawab' secmatanggung Tenteng
,hukllIllRersem.arr Indo~nsia, bmu diJ<enal dalam UUPT 2007.
umnya baik pada KUHD dan UUPT 1995, yang.ditegakkan
prinsip; tanggung jawqh .pdbadiyang digantungkaIl' kepada
.siqpa pelakttYaIlg melakttkan kesala.han, kelalaiaIl, ataupelang-
TaIlggttng jawah]:mkumnya, haIlya dipikulkan kepada
t~D}F.e~~ify;arg.IIlel~u~q.J:"lrtya:Tidak dilibatkan arggota Queksi
.' WP. s~c:~at·arggung lep.t~I}g.
~neI\apan yang seperti itu, dikemukakan juga oleh Chqrlesworth
.W~~29). Pi ga'Xa.h judul; Mabilityrfor. acts. ofc.o..dJrt?ctors. Beliau
atakan:
j·.4ire,ctR{is not liaple;for:.t,he acts,.ofhisJH(dir~ctor of he. has no
qwl~dgei .qndin which ~.~. fh~s t,aken1J;9: Bartl. as hi~ fellow. directors,
.e,qf9rs arY·.119 t ~(~ :ser:vents Or ffgertt~ impose liability art hirn.
l i kalauHtinqakart· kesalahartj' kelalaian, ·atau pelartggaECtrr itu
kan seorang arrggota Direksi tarrpa; sepengetahuartartggota
Hainqtqu.<iiatidak ikut ambil bagian atas .perbuatan iW,; anggota
()..Due!ssi YaI1g lain tidakiJ<l.lt b ertaI1ggung jifl'Xab terhadapnya.
embed con,toh kasuskerugianbesaryang. dialaIIlisebuah
{qS peduasaI1kostllIlleryang tidakwajm (improperly).. Kerugian
fifu,ditutupi .oleh manager dan chairman secara.curang dalam.
grpembu!suan. J:erhqdap; .kasusini,pen,gadilanm~mutuskan,
eQJ9t tidak;ikutbedanggttngjawab atas kerugiarr itu/karena
Hemukan merekaikutmelakukan kecmangan. 30)
ernegang Mengajukan
nggota Direksi yang Melakukan Kesalahan Alau Kelalaian
ayat:(6)mefuberihakKepada pemegang ........... '....... .LL .L.LL'-..LLF,'..... I'-'-.L"......
,g?Dama pem.~gaJ.1g:s9bamsendirL
qlamchaliniundang-undang sendiri, rneIl1berikedudukan
(legal> s tan'ding) ·atgu2 legal: personai iStandi. in judicio .rnenggugat
~t~ Direksiyangrnelakukan kesalahan atau kelalaian.,rnewakili
:rpantartpamernerlukan suratKuasa khusus dari Perseroan atau
aupun.dari pemegang sahamyang.lain,
Perseroanyang . . . . . . ,.. .
'-'-.LVL...., ...... . L............" ....LL1 .....'1<;;.. .... '-J •• VL
. . . . . ·HukumPerseroan Terbatas
adalah )OrgamPerseroan yang berivenang dan bertanggung
·awab penuhataspengurusan Perseroan untukkepentingan Perseroan
ertar;mewakili..Berseroanr baikdDdalammaupun di luar pengadilan
esuai.··dengan ketentuan. anggarandasar.
sal-pasal di·· atasr · merupakan IandasanhukUlil/ yang :rne:rnoeri
Wang (bevoegheidrau thorNy) (kepada Direksi· berkapasitas
akili" Perseroan di dalammaupuridi luar pengadilan.
pasHas Direksi
d.ahg~Undahg
31) Tanggal 19-3-1950, Chidir Ali, Himpunan Yurispnldensi Hukum Dagang di Indonesia,
Pradnya Paramita, Jakarta 1985, hlm. 115
32) Tangga126-9-1974, Ibid., Rangkuman Yurisprudensi, hlm. 157.
33) Tanggal28-11-1993,M. YahyaHarallap, S.H.,HukumAcaraPe;rlata, SinarGraflka, Cetakan
Keenam, 2007, hIm. 122.
34) Tanggal 21 Juli 2001, M. Ali Boedianto, S.H., Kompilasi Kaidah Hukum putusan .MA.
Hukum Acara Perdata Masa Setengah Abad, Swara Justisia, hlm. 66.
.,J
atakan Direktur" UtaITla f suatuPerseroem yang ftelah berstatus
tn.>hukumiyang ttelahditariksebagai>pihak Tergugat ;utn.tuk
kiliH?erseroan,stidah fcukup: ·•.r:mdakperiulagi>m.enjadikatn.
oem sebagaifTergugat yang berdiri fsendiri di sampmg Direktur
ia":iKualitasTergugatI .sebagaiDirektur.Utawa, tidak dapat . dipi...,
dengan Perseroan;yang diwakilmyadalam forum peradilan.
37) Tangga127 Februari 1992, Ibid., M. Ali Boedianto, S.H., hIm. 55.
38) Tanggal 7 Mei 1987, M. Yahya Harahap, S.H., Beberapa Permasalahan Hukum Acara
Pada Pengadilan Agama, YayasanAl-Hikmah Jakarta, 1994, hIm. 11.
J
terangan p.enyetoran saham •. dalambentuk lain· sebagaimana
aksud.dalam Pasal.34ayat(2).
a.ian mengenai hal ini, telah dibicarakan·pada pernbahasan
aftar ·Khusus
Jiban adIniilistratif Yart~lairliFl1~;pel1)blla~anD~ftarKhusus.
enai hal ini pun sudah diperintaI1l<an. Pasa~.50~y~t(2)~yang
jibkan Direksi membuat Daftar Khusus yang memuat
gan mengenai:
~~l1)••• yangi~imiliki.anggota ·.Dire~sidan • anggota Dewan
i
;~andatanganannya ditentu~~\;ef.~ai~el"V~.da~i:
salah RUPS yang tidak dibuat dengan Akta Nofa.ris, harus
antlafanganioleh·KetUaf rapati dita.rnbah palihgsedikit 1 (satu)
gpemegang saham yang dirnnjukdari tlanoleh pesertaRUPS,
flbila RisalahRUPS ····dibtiat>dengan. ARta ···Nofafis,·.titlak
i··
J
'dakdibenarkandantidaksah berbentuk kuasa lisan (mondelinge
olmacht; .verbaLauthorization).
entuk kuasa tertUlis tersebut· dengan tegas· dikatakan pada Pasal
aupun Penjelasannya, yakni "kuasa tertulisll.Ketentuan ini
fat hukum memaksa (dwingenarecht, mandatory law). Olehkarena
tidak boleh dikesampingkan.
adi/IneskipunPasal1793 KUH Perdata membolehkan pemberian
afi!secara filisanlnamun·oleh ·karena Pasal 103!telah menenfukan
a!spesifik mesti secara· tertulislDireksi tidak dapatm.enyimpangi
tlian ·tersebut.
engen.ai benfuk terfulisnya bebas:
berbenfuk Akta autentik(autherztieke akte, public deed) sesuai
;~ganketentuanPasal1868KUH ~erdata, Yakni surat kuasa yang
ibuat dihadapanpejabat umum, seperti di hadapan Notaris,
Hakim atau C~afclan·sebagainy~,
......................,:1- ....,
42) A. James Barnes cs, Law for Business, Irwin, Fourth Edition, 1991, hlm. 793.
43)/bid.,A James Barnes cs, hIm. 795.
ebitur dengan kesadaran dan kehendaksendiri secaras~karela
gaju-kan permohonan pailit terhadap dirinyasendiri, !agar dirinya
atakan pailit oleh pengadilan. Tujuannya, agar masalah kesulitan
gan yang dihadapinya dapat segera diselesaikan oleh pengadilan
ui kurator kepada para Kreditor. Denganharapan, apabila semua
gIlyatelah dapat diselesaikan. kepadapara kredit()r, debitur
dapatmel1lulai la:ngkah mendirika:n dan mengembangkan
abaru.
.J
dalam bentuk voluntary petition.Akan tetapi, hak itu tidak
""".L'\J<A.l.1
"'HukumPerseroan Terbatas
J
iktikad baik (good faith duty),
kehati-hatian (prudential and duty care),
penuh tanggung jawab, dengan cara saksama dan cakap (due
diligent anq i§kill) untuk lseH~IltiJ:lganPer$yr9Clndalam
kerangka maksud dan tujuan Perseroan yang ditetapkan
dala:m AD;
agaflUe,mbl.lktikan, bah~aanggota?ireksi .te,~sebut tidak
elUPunycri ~eAturart. kepenti~l9art baik lartgs11llg InauP11ll tidak
gsung atas .tirldakanpen~rusan;Perseroanyang dilakukannya
sel,amla menjabat seba ai .artgRotaDirek~i;
9
membuktik~A' t~14h Ineng;aInbil sega~a tin;dakan yang
rDltj"u~.n urgen untuk mencegah terjadinya kepailitan.
tersebutlah yang dapat membebaskan anggota Direksi ikut
·kul tanggung jawab secara. t Cl11ggung JeIltyng. untuklllymbayar
~J~~e,~aji~~~er~e,r~~gcrilitl~Rabilall~tapcrilit tidak cuk~p
asi seluruh utang keR~R~~:~~~rditor.A~abilaang 0ta Direksi
9
g bersangkutan tidak mampu membuktikan hal-hal dimaksud,
d~pi~~t~~11lltukmelunasi l<~}(ur,an~~an oernbclvaran
g renteng.
~F.te~~pi;~ggota} ?ire,ksitidak pe,r1~ trr~~pall risau, jika
~;e,~~~tik~L~ellje~4sart~ar~ . lQ~. ;~~k~aft Prlljrlasan Pas~.ini
~~Clk~ 11lltJ-l~ ~e~b~~tikankesalaftartatau~elalaian Direksi,
.~• . melalui proses ~gatan ke Prngadil~il\J"iaga .sesll;ai;~engan
t~~;;dalamUU NOt: 3~Tahun:004 tentang~e,pai;litaA dan
daan Kewajiban Pembayaran Utang.Berarti sesuai dengan tata
cran prinsip hUkwnpembebanan pembuktian (bewijs last, burden
yangdigariskanPascH 163BIIR, Pasal··1865 KUH .; Perdata.
di~jukaIl gu~atan ter~a~aganggota;Di~e~siatas~daliltelah
ta~ lalai mell~~s Perseroan yang meng~batk~~erser~an
ffmaka sesuaidengan prinsip he who asser, must proof maka
penggugafyang harUs mernbUktikan "tentang .kebe-
kesalahan atau kelalaian Direksi. Sebaliknya kalau anggota
ksi mengajukan dalil bantahan bahwa dia beriktikad baik, hati-
an penuh tanggung jawab, serta tekun dan cakap, kepadanya
wajib bukti untuk membuktikan dalil bantahan tersebut.
.,., ......1..l.'U.l. L
Narnun hal ini, tidak mengurangi penerapan sistem pembuktian
terbalik dalarn kasus yang demikian.
MaIn, dan
Inua p~Inegang sahaIn menanda,tangani:usul yang telah disetujui
tersebut.
~ika pemberhentian anggota Rirelss~4ilakukal14ihla.rlqIUlllRUIDS
fisik, tetapi tnelClluisisterncircular resoluti~n~harus ~iper.hCltikaJ.'l
Y'aJ.'lg .4iten~kan~asCll 105 ayat (3),. yakpi. sebagai
(uigenaar, owner)
kewenemgem itu, diwujudkan
para pemegang saham dalam organ RUPS. ltu sebabnya kewenangan
itu tidak diberikan undang-undang kepada Dewan Komisaris secara
penuh. Hanya terbatas pada kewenangan pemberhentian sementara
(schorsing, suspension). Adapun wewenang memutuskan dan mene-
tapkan pemberhentian yang definitif dan permanen atas pember-
hentian sementara itu, tetap berada di tangan pemegang saham melallli
forum RUPS atau di luar RUPS melalui circular resolution. Pr~lP
hukum itulah yang ditentukan dalam rumusan Pasal106 ayat (6) Yang
menegaskan:
1) RUPS dapat "mencabut" keputusan pemberhentian sementara
yang ditetapkan Dewan Komisaris, atau
2) RUPS dapat "menguatkan" keputusan pemberhentian sementara
tersebut.
Dapat dilihat, kata akhir atas nasib keputusan pemberhentian
sementara yang ditetapkan Dewan Komisaris kepada seorang anggota
Direksi, sepenuhnya berada di tangan RUPS, sesuai acuan berikut:
1) dalam hal RUPS menguatkan keputusan pemberhentian semen-
tara yang ditetapkan Dewan Komisaris itu, maka anggota Direksi
yang bersangkuan secara definitif dan permanen berhenti dari
jabatannya,
2) dalam hal RUPS mencabut keputusan pemberhentian sementara
yang ditetapkan Dewan Komisaris, anggota Direksi yang bersang-
kutan harus dipulihkan kembali (herstel in de vorige rechtstoestand,
restitutio in integrum or return to the status quo ante) kepada keadaan
semula.
Sepintas lalu, dapat dibayangkan timbulnya hambatan psikologis
apabila RUPS mencabut keputusan pemberhentian sementara yang
ditetapkan Dewan Komisaris. Berarti menurut hukum posisi dan
kapasitas anggota Direksi tersebut kembali. kepada keadaan semula
(herstel in de vorige toestand, restutio in integrum). Secara psikologis
keputusan RUPS yang mencabut penetapan Dewan Komisaris atas
pemberhentian sementara, dapat menimbulkan friksi atau pergesekan
antara anggota Direksi dimaksud dengan Dewan Komisaris. Adakala-
nya friksi psikologis itu, bisa menimbulkan hambatan terhadap
kelancaran pengurusan kepentingan Perseroan. Yang terbaik
ana? Apabila secara konkretodan objektif sedemikianrupa
ahan dan kelalaian yangmenjadidasar keputusanpemberhentian
Iltara; sangat beralasan, selayaknya RUPSmenguatkan keputusan
an Komisaris.
Melakukan Pengawasan
as utama DK, melakukan "pengawasan" terhadap:
kebijaksanaan pengurusan Perseroan yang dilakukan Direksi, dan
jalannya pengurusan pada umumnya.
Jadi, tugas/fuligsi pengawasan DK, sasarannya ditujukan terhadap
'ijaksanaan pengu:rusan dan jalannya pengurusan Perseroan
pun perusahaan Perseroan yang dilakukan Direksi.
Tugas pengawasan tersebut, dapat juga dilakukan DK terhadap
an atau objek tertentu, antara lain sebagai berikut.
b. Memberi Nasihat
Tugas urnurn yang kedua, "memberi nasihat" kepada Direksi. Akan
tetapi undang-undang ini tidak menjelaskan rincian tugas tersebut.
Tidak dijelaskan nasihat apa saja yang dapat diberikan.
Dalam juridisch Lexicon4) advies bisa berarti opinion atau recomen-
dation. Hampir sama dengan The Lexicon Webster International
Dictionary, advice berarti opinion atau counsel atau berarti juga jUdge
properS). Dalam Kamus Bahasa Indonesia, nasehat atau nasihat dapat
berarti "ajaran atau pelajaran yang baik". Bisa juga"anjuran (petunjuk,
peringatan, teguran) yang baik".6)
Bertitik tolak dari gambaran pengertiannasihat yang dikemukakan
di atas dihubungkan dengan tugas DK me:cnberikan nasihat, cakupan
atau spektrumnya sangat luas. DK bisa menyampaikan pendapat atau
memberi pertimbangan yang layak dan tepat kepada Oireksi. Bahkan
dapat menyampaikan ajaran yang baik maupun petunjuk, peringatan,
atau teguran yang baik.
Akan tetapi, semua bentuk-bentuk nasihat yang dikemukakan di
atas, dari segi yuridis bersifat "rekomendasi". Oleh karena itu, tidal<
mengikat kepada Oireksi. Dapat diterima untuk dijadikan dasar
pertimbangan. Sebaliknya dapat diabaikan atau dimasukkan dalam
tong sampah.
Tugas pemberian nasihat yang berbentuk pendapat atau petunjuk,
dapat dilakukan OK untuk hal yang spesifik. Misalnya pemberian
pendapat atau petunjuk maupun masukan dalam:
1) pembuatan rencana kerja yang proporsional dalam rangka upaya
memajukan dan mengembangkan Perseroan sesuai prinsip-
prinsip Good Corporate Governance (GCG),
Jumlah Anggota DK
tang berapa banyaknya jumlah anggota DK, diatur pada Pasall08
(3) dan ayat (4):
secara umum, prinsip hukumnya boleh 1 (satu) orang atau lebih,
secarakhusus, untuk Perseroan yang mempunyai kriteria tertentu,
wajib mempunyai paling sedikit 2 (dua) orang anggota DK.
Perseroan yang mempunyai kriteria tertentu, yang· wajib
mpunyai paling sedikit 2 (dua) anggota DK, terdiri dari:
Perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan
penghimpunan dana masyarakat,
Perseroanyang menerbitkan surat pengakuan utang kepada
masyarakat, atau
Peseroan Terbuka.
Perseroan yang memenuhi kriteria dimaksud, wajib mempunyai
ling sedikit 2 (dua) orang anggota DK. Ketentuan ini, bersifat
Ilimperatif" (dwingendrecht, mandatory law), karena dalam rumusan
pasa! itu, terdapat kata Ilwajib".
Menurut Penjelasan Pasal 108 ayat (5), rasio ketentuan tersebut,
didasarkan pada alasan, bahwa terhadap Perseroan yang kegiatan
usahanya berhubungan dengan kepentingan masyarakat, diperlukan
IIpengawasan yang lebih besar".
4. DK Merupakan Majelis
Apabila anggota DK terdiri atas lebih 1 (satu) orang:
• DK tersebut merupakan Ilmajelis'll
• oleh karena itu setiap anggota DK tidak dapat bertindak sendiri-
l
sendiri,
• tetapi melainkan harus berdasar Ilkeputusan" DK.
Prinsip hukum ini, berbeda dengan eksistensi dan kedudukan
anggota Direksi. Seperti yang sudah dijelaskan setiap anggota Direksi
l
kan pada Penjelasan Pasal108 ayat (4) yang mengatakan, setiap anggota
DK tidak dapat bertindak sendiri-sendiri dalam menjalankan tugas
DK seperti halnya anggota Direksi tetapi harus berdasar Ilkeputusan
l
ll
DK.
Hal-hal yang diuraikan di ataslah yang penting dibicarakan
berkenaan dengan eksisten tugas serta kewenangan DK sesuai dengan
ketentuan UUPT 2007. Dapat dikatakan, pada dasarnya hampir tidak
ada perbedaannya dengan eksisten tugasl dan kewenangan DK yang
l
a DSN.
Tidak tepat mengangkat seorang anggota DPSy yang hanya mema-
. atau ahli di bidang syariah "ubudiah" yang berkenaan dengan
asalahan "huququllah". Yang dibutuhkan adalah ahli syariah
bidang ekonomi dan hukum perjanjian Islam.
Apakah disyaratkan harus beragama Islam? Pasal 109, tidak
yaratkan demikian. Syarat yang diminta, seorang ahli syariah".
II
Himpunan Fatwa DSN, Edisi Kedua, DiterbitkanAtasKerja sama DSN Mill dan BI.
• namun yang dianggap proporsional dan layak, sampai umur 70
(tujuh puluh) tahun.
PENGANGKATAN ANGGOTA DK
~,~agianini akan dibahas ruang lingkup pengangkatan anggota
Landasan hukumnya, merujuk kepada ketentuan Pasal110, Pasal
Pasal 112, dan Pasal 113 UUPT 2007.
d. Efektifnya Pengangkatan
Mulai efektif atau berlakunya pengangkatan anggota DK, disinggung
pada Pasall11 ayat (5). Namun masalah efektif yang dibicarakan dalam
pasal itu, tidak hanya pengangkatan. Tetapi meliputi mulainya berlaku
Keputusan RUPS yang berkenaan dengan penggantian dan pember-
hentian anggota DK.
Menurut pasal ini, keputusan RUPS mengenai pengangkatan,
penggantian, dan pemberhentian anggota DK, ditentukan atau
ditetapkan sendiri dalam keputusan yang bersangkutan. Inilah prinsip
umum menentukan saat mulai berlakunya pengangkatan, peng-
gantian, dan pemberhentian yang harus ditegakkan berdasar
ketentuan Pasal 111 ayat (5).
Bagaimana halnya kalau keputusan RUPS tidak menentukan
dengan tegas saat berlakunya? Untuk menentukannya merujuk
kepada ketentuan Pasall11 ayat (6). Apabila keputusan RUPS tidak
menentukan sendiri saat mulai berlakunya pengangkatan, penggan-
tian, dan pemberhentian maka saat mulai berlakunya hal-hal tersebut,
adalah "sejak ditutupnya" RUPS.
J
apabila anggota DK terdiri atas 2 (dua)ataulebih,tanggungjawab
pribadi itu, bersifat tanggung ja.wa.b secara. tanggung renteng
(hoofdelijke aansprakelijk, jointly and severally liable) bagi setiap
anggota. DK.
Kalau anggota DK terdiri dariseorang, tanggung jawabnya penuh
njadi tanggungjawab pribadinya.Akan tetapi, apabilaanggota DK
€liri dari 2 (dua) orang atau lebih, mereka dipikulkan tanggung
ab secara tanggung renteng.
MembuatRisalah Rapat DK
wajiban administratif yang sekaligus kewajiban yuridis DK,
mbuat "Risalah Rapat" DK dengan ketentuan sebagai berikut:
fisalah rapat DK memuat segala sesuatu yang membicarakan dan
+.? diputuskan dalam rapat tersebut,
Secara In ternal
ecarainternal, Direksi wajib menaatinya, oleh karena itu mesti
eminta persetujuan kepada DK, kalau perbuatan hukum itu
rmasuk kategori perbuatan hukum tertentu yang disebut dalam AD.
baliknya DK wajib memberikan persetujuan tertulis apabila
erbuatan hukum yang bersangkutan tidak melanggar ketentuan
erundang-undangan dan AD atau menolaknya apabila perbuatan
ukum itu melampaui batas kapasitas Perseroan.
Secara Eksternal
erdasar Pasal 117 ayat (2), terhadap pihak ketiga, pemberian
ersetujuan DK atas perbuatan hukum yang bersangkutan, tidak
utlak mengikat.
Meskipun perbuatan hukum yang dilakukan Direksi dengan
ihak ketiga tanpa persetujuan tertulis dari DK:
perbuatan hukum Direksi tersebut, tetap sah dan mengikat kepada
Perseroan dengan pihak ketiga,
dengan syarat, sepanjang pihak ketiga itu beriktikad baik (good
faith).
Yang dimaksud perbuatan hukum tetap mengikat Perseroari kewen,
menurut Penjelasan Pasall17 ayat (2) adalah perbuatan hukum yang dalam
dilakukan tanpa persetujuan DK sesuai ketentuan AD tetap mengikat
Perseroan, kecuali dapat dibuktikan pihak ketiga itu, tidak beriktikad 2. Ke
baik. Namun, hal itu tidak mengurangi tanggung jawab pribadi Seperti
Direksi maupun tanggung jawab secara tanggung renteng anggota hukum
Direksi sesuai ketentuan Pasal 97 ayat (4). menga
Jika diperhatikan penerapan ketentuan Pasall17 ayat (2) di atas, bantua
tindakan ultra vires" yang dilakukan Direksi karena melakukan
/I Kewen
perbuatan hukum tertentu tanpa mendapat persetujuan DK, serungga semua
melanggar AD: perbua
• tidak langsung mengakibatkan perbuatan hukum itu "batal demi Dr
hukum" terhadap pihak ketiga, AD be
• tetapi agar per,buatanultra vires Direksi itu "batal" dan tidak bantua
mempunyai kekuatan mengikat (krachteloos, ineffective) kepada diperh
pihak ketiga, hanya apabila pihak ketiga itu terbukti beriktikad
Pe
buruk (bad faith) dalam perbuatan hukum itu,
dalam
• namun sepanjang pihak ketiga itu beriktikad baik, perbuatan
bantuc
hukum yang cacat itu, tetap sah dan mengikat (wettig en bindend,
tin
lawfull and binding) kepada Perseroan.
2) pe
Penegakan hukum yang digariskan Pasal 117 ayat (2) tersebut, pe
cenderung atau hampir sama dengan prinsip European Community 3) pE
(EC) Act 1972. Section 9 (1) Act 1972 menegaskan penegakan prinsip mt
good faith atas ultra vires yang dilakukan Direksi Perseroan, antara Pe
lain menggariskan:
Se
1) seseorang yang berhubungan dengan Perseroan secara good faith
agar P
dalam suatu transaksi atau kontrak yang dibuat Direksi, dianggap
M
tindakan Direksi itu dalam ruang lingkup kapasitas Perseroan,
perbu
2) oleh karena itu, good faith pihak ketiga dalam transaksi atau
bantu
kontrak tersebut, tidak perlu dibuktikan oleh pihak ketiga, karena
perset
dia tidak terikat untuk menanyakan kepada Direksi, apakah
1) te
transaksi atau kontrak itu masih dalam ruang lingkup tujuan
kapasitas Perseroan.
n,
ta
Pokok-pokok SUbstansl yang u..I.V.I.'-f.A.l.f.A.I.'-<A-LL
F. TINDAKAN PENGURUSAN
Pasal 118 UUPT 2007, memberi hak kepada Perseroan : SelaI
mengatur dalam AD atau dalam Keputusan RUPS mengenai tindak Berla
"pengurusan" DK. alam m,
Undang-undang membolehkan AD atau Keputusan K, berIc
mengatur ketentuan yang memberi hak dan kewenangan kepada ewenan~
• PEMBERHENTIAN ANGGOTA OK
asal 119 mengatur pemberhentian anggota DK. Menurut pasal
etentuan pemberhentian anggota Direksi sebagaimana yang diatur
ada Pasal105 mutatis mutandis beriaku bagi pemberhentian anggota
K.
Bertitik tolak dari ketentuan Pasal 119 jo Pasal lOS UUPT 2007,
ihubungkan dengan uraian mengenai pemberhentian anggota
ireksi, maka proses pemberhentian anggota DK dapat diringkas
ebagai berikut.
1. Komisaris
Bertitik tolak dari kata dan pengertian yuridis independen, terkandung
beberapa kriteria umum yang dapat dijadikan pedoman
pengangkatan Kom Independen. Kriterianya antara lain, secara objektif
12) Berjudul: Implikasi Adanya Komisaris Independen Dalanl Perseroan Berdasar UU No. 40
Tahun 2007, dimuat da1am Maja1ah Hukum Bisnis Vo1um 26, No.3 Tahun 2007, hlm. 31
dan seterusnya.
) Persyaratan umum
rsyaratan umumnya sarna dengan yang berlaku kepada anggota
sebagaimana yang diatur pada Pasal110 ayat (1), yakni perorangan
ang cakap melakukan tindakan hukum dan waktu dalarn waktu 5
(lima) tahun sebelum pengangkatan:
a. tidak pemah dinyatakan pailit,
b. tidak pernah dinyatakan bersalah menyebabkan Perseroan
dinyatakan pailit, atau
c. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang
merugikan keuangan negara atau sektor keuangan.
2) Syarat khusus
Syarat khusus diatur pada Pasal 128 ayat (2), yang terdiri atas:
• tidak terafiliasi dengan pemegang saham utama,
• tidak terafiliasi dengan anggota Direksi,
• tidak terafiliasi dengan anggota DK lainnya.
Sedang pengangkatannya, berdasar keputusan RUPS sesuai
ketentuan Pasal 120 ayat (2).
2. Komisaris Utusan
Selain Kom Independen, dapat juga diangkat Komisaris Utusan, sesuai
ketentuan berikut.
a. Jumlahnya
Komisaris Utusan diatur pada Pasal 120 ayat (3), sedang jumlahnya
diatur pada Pasal 120 ayat (1):
•. jumlahnya hanya 1 (satu) orang,
• tidak boleh lebih dari satu orang.
Oleh karena itu, jika bertitik tolak dari ketentuan Pasal 120 ayat
(1), AD Perseroan tidak boleh mengatur jumlah Komisaris Utusan
lebih dari 1 (satu) orang.
Komite
121 UUPT memperkenalkan Komite.Yang dimaksud dengan
menurut Penjelasan pasal itu, antara lain komite audit, komite
fEtnumerasi, dan komite nominasi.
Maksud dan tujuan pembentukan Komitemenurut Pasal121 ayat
(1), dalam rangka menjalankan tugaspengawasan yang disebut dalam
Pasal 108. Jadi bertujuan untuk lebih mengefektifkan pelaksanaan
tugas pengawasan yang menjadi wewenang DK.
Y
d
h
a
g
1
2
3
BJ\B9
Boleh dibentuk
t asal masih dalam I/o.,.","",':":
DK Iv1enurut Andrew Hicks & SH Goo, dari sudut praktik dan ekonomi,
2) yang mengatakan, ~~litlnelllberi.kategoriyang tepat·.terhadap pengertian penggabtillgan,
K.. Dibentuk olel} DK. ~~:pergunakan terminologi yang bermunqllan yang mengandung
bertanggung jawab makria yang sama, seperti merger, amalgamation, reconstruction, take
~~ef, dan sebagainya. Semua istilahitu hampir lllempunyaipenger-
Iian atau definisi yang tidak. jelas1).·'Pendapat yang seperti itu, juga
~i~emu~akanCharlesworth and Morse.. Terjadi. campur~~llk penge~
It~ an an .
tara yang satu deng y ang lain mengenai penggabung~ dan
~eleburan maupul1. pengambilalihan Pers~roan..Oleh karena itu,
penerapan rekonstruksi Perseroan yang disebut amalgamation, bisa
juga disebut take· over yang meliputi pengertian acquisition of share in
the company by another company2).
Memperhatikan apa yang dikemukakan di atas, dikaitkan dengan
yang diatur padaBAB VIIIUUPT 2007, bentuk-bentuk yang disebut
di dalamnya pada dasarnya berada dalam suatu lingkup tindakan
hukum "rekonstruksi" Perseroan yang secara umum disebut take-over
atau amalgation. Oleh BAB VIII tersebutdipergunakan. istilah Peng-
gabungan,.Peleburan; Pengambilalihan dan. Pemis$an.
Campur aduk antara.istilah merger dengan peleburan, ·misalnya
dapat dibacadalam Kamus Lengkap Ekonomi3 ). Dikatakan antara lain,
A. PENGGABUNGAN
Pada bagian ini akan dijelaskan ruang lingkup yang berkaitan dengan
Penggabungan, seperti yang dijelaskan di bawah ini. 2)
1. Pengertian Penggabungan
Pertama-tama mari kita lihat pengertian Penggabungan yang dikemu- ter
kakan pada Pasal1 angka 9 UUPT 2007 yang berbunyi: pal
Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu yaJ
Perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan Perseroan
lain yang telah ada yang mengakibatkan aktiva dan pasiva dari
Perseroan yang menggabungkan diri beralih karena hukum
4
Perseroan yang menerima penggabungan dan selanjutnya status 5
c. Congenitive Merger 3. 5
Makna Congenitive Merger adalah penggabung 2 (dua) atau Yang
Perseroan yang kegiatan usahanya sejenis atau dalarn industri yang Pasal
sarna, narnun tidak memproduksi barang produk yang sarna dan juga
tidak ada keterkaitan supplier.
Conglomerate Merger
ini merupakan penggabungan 2. (dua) ataU. .lebih Perseroan
yang kegiatan usahanya di bidangindustri yang berbeda.
Syarat Penggabungan
Yang dimaksud dengan syarat Penggabungan menurutPenjelasan
Pasal 126 ayat (I), Penggabungan tidak dapat dilaksanakan apabila
merugikan kepentingan pihak-pihak tertentu. Kepentingan pihak-
pihak tertentu disebut satu-persatu pada Pasal126 ayat (1) UUPT 2007,
jo. Pasal 4 ayat (1) PP No. 27 Tahun 1998.
Oleh karena Penjelasan Pasal 126 ayat (1) mengatakan Pengga-
bungan tidak dapat dilaksanakan apabila merugikan kepentingan
pihak-pihak tertentu, dapat ditafsirkan dan dikonstruksi, kepentingan
pihak-pihak tertentu tersebut merupakan syarat yang tidak boleh
dilanggar pada perbuatan hukum Penggabungan. Hal itu pun
ditegaskan Pasal126 ayat (1), bahwa perbuatan hukum Penggabungan
"wajib memperhatikan kepentingan pihak tertentu" yang terdiri atas
a. kepentingan Perseroan, pemegang saham minoritas, karyawan
Perseroan,
b. kepentingan kreditor dan mitra usaha lainnya dari Perseroan, dan
c. kepentingan masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan
usaha.
Syarat yang dikemukakan di atas, bersifat "kumulatif", sehingga
satu saja di antaranya dilanggar, 'mengakibatkan perbuatan hukum
Penggabungan tidak dapat dilaksanakan.
Selain syarat dimaksud, Pasal 123 ayat (4) menambah satu lagi
syarat bagi Perseroan tertentu yang akan melakukan Penggabungan
Syaratnya, perlumendapat "persetujuan" dari "instansi terkait". Menu-
rut Penjelasan pasal ini, yang dimaksud Perseroan tertentu yang
memerlukan persyaratan persetujuan dari instansi terkait adalah
Perseroan yang mempunyai "bidang usaha khusus". Antara lain
lembaga keuangan bank dan yang nonbank. Sedang yang dimaksud
dengan instansi terkait, antara lain Bank Indonesia (BI) untuk
Penggabungan Perseroan Perbankan.
4. Rancangan Penggabungan
Rancangan Penggabungan meliputi masalah penyusunan Rancangan
dan isi Rancangan, seperti yang dijelaskan berikut ini.
P"rc.orn<:>n Terbatas
menggabungkan diridengan Perseroan yang akan menerima
Penggabungan, harus menempuh langkah. pertama. terlebih dahulu,
yaitu Menyusun Rancangan Penggabungan.
Sehubungan dengan masalah penyusunan Rancangan Pengga-
bungan terdapat dua versi sebagai berikut. Pertama, versi Pasal 7 ayat
PPNo. 27 Tahun 1998:
Direksi Perseroan yang akan menerima· dan yang akan mengga-
bungkan diri, masing.:masingmenyusun ifUsulan Rancangan
Penggabungan",
Usulan} Rancangan Penggabungan yangdibuat oleh Direksi
masing-masing, wajib mendapat persetujuan DKmereka.
Kedua, versi Pasal 123 ayat (1) dan ayat (3) UUPT 2007. Pasal ini
idaKada menyebut .penyusunan usul Rancangan Penggabungan,
langsung menyebut:
Rancang )Penpgabungan,
an
an
yangmenyusun Rancang Penggabungan adalahDireksi yang
akan menggabungkan diri dan. yang akan menerimaPengga-
bungan, (Pasal 123 ayat (1)),
setelah Rancangan Penggabungan selesai dipusun, baru· diminta
persetujuan dari masing-masing DK Perseroan, (Pasal 123 ayat
(3)),
apabila DK masing-masing Perseroan memberi persetujuan
kepada Rancangan Penggabungan, barulah Rancangan itu diaju-
kan kepada masing-masing RUPS Perseroan untuk mendapat
persetujuan (Pasal123 ayat (3).
Pada dasarnya kedua versi itu hampi:r; tidak (lda bedanya.Hanya
apa yang diatur pada Pasal 123 ayat (1) dan ayat (3) UUPT 2007,
sederhana dan efektif.
lsi RancanganPenggabungan
Rasal. 123 ayat (2) mengatur hal-hal yang dimuat dalam Rancangan
Penggabungan. Sekurang-kurangnya harus memuat:
nama dan tempat kedudukan dari setiap Perseroan yang akan
melakukan Penggabungan;
b. alasan serta penjelasan Direksi Perseroan yang akan melakukan
Penggabungan dan persyaratan Penggabungan;
e. tata eara penilaian dan konvensi saham Perseroan yang mengga_
bungkan diri terhadap saham Perseroan yang menerima
Penggabungan;
Menurut Penjelasan Pasal 123 ayat (2) huruf e, dalam tata eara
konversi saham ditetapkan "harga wajar" saham dari Perseroan
yang menerima Penggabungan untuk menentukan "perban-
dingan" penukaran saham dalam rangka konversi saham;
d. raneangan perubahan anggaran dasar Perseroan yang menerima
Penggabungan, bila ada;
Menurut Penjelasan Pasal 123 ayat (2) huruf d, raneangan
perubahan AD hanya dianjurkan sebagai bagian dari usulan
apabila Penggabungan tersebut menyebabkan adanya perubahan
AD.
e. laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2)
huruf a meliputi 3 (tiga) tahun buku terakhir dari setiap Perseroan
yang akan melakukan Penggabungan;
Yang dimaksud dengan 3 (tiga) tahun terakhir dari Perseroan
menurut Penjelasan pasal ini, adalah yang keseluruhannya
meneakup 36 (tiga puluh enam) bulan.
f. reneana kelanjutan atau pengakhiran kegiatan usaha dari Perseroan
yang akan melakukan Penggabungan;
g. neraea proforma Perseroan yang menerima Penggabungan sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. I
B. PElEBURAN
Bentuk restrukturisasi Perseroan yang lain adalah Peleburan.
Sehubungan dengan itu, pada bagian ini akan dijelaskan ruang lingkup
Peleburan itu secara singkat.
Selain itu, perlu dijelaskan, terdapat beberapa persamaan tata cara
atau proses Penggabungan dengan Peleburan. Namun delnikian,
untuk memperoleh gambaran yang utuh tentang bentuk Peleburan,
sengaja dibicarakan segala hal yang berkenaan dengannya meskipun
hal itu ada persamaaImya dengaIl Penggabungan.
3. Syarat Peleburan
3yarat Peleburan sarna dengan Penggabungan. Sarna-sarna merujuk
kepada ketentuan Pasal 126 ayat (1) dan Pasal 4 ayat (I) PP No. 27
;fahun 1998, yang mengatakan, perbuatan hukum Peleburan "wajib"
memperhatikan kepentingan tertentu yang terdiri atas:
a. kepentingan Perseroan, pemegang saharn minoritas, karyawan
Perseroan,
kepentingan kreditor dan mitra usaha lainnya dari Perseroan, dan
kepentingan masyarakat dan persaingan sehat dalarn melakukan
usaha.
Menurut Penjelasan Pasal 126 ayat (1), syarat yang disebutdalarn
ketentuan ini merupakan penegasan, bahwa Peleburan tidak dapat
dilakukan apabila akan merugikan kepentingan pihak-pihak tertentu.
Selanjutnya Peleburan harus dicegah kemungkinan terjadinya
monopoli atau monopsoni.
Selain syarat yang disebut di atas, perlu diperhatikan syarat yang
disebut Pasal 123 ayat (4). Bagi Perseroan tertentu yang akan
melakukan Peleburan, tidak hanya berlaku ketentuan yang diatur
dalarn undang-undang ini, tetapi juga harus atau perlu "mendapat
persetujuan" terlebih dahulu dati "instansi terkait" sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Yang dimaksud dengan Perseroan tertentu·adalah Perseroan yang
mempunyai bidang usaha khusus,antara lain lembaga keuangan bank
dan lembaga keuangan nonbank. Sedang yang dimaksud dengan
mstansi terkait antara lain Bank Indonesia untuk Peleburan Perseroan
perbankan.
4. Rancangan Peleburan
Ketentuan mengenai Rancangan Penggabungan berlaku sepenuhnya
kepada Peleburan. Hal itu ditegaskan oleh Pasal124 yang mengatakan
ketentuan yang terdapat dalam Pasal123 "mutatis mutandis" berlaku
bagi Perseroan yang akan meleburkan diri. Sehubungan dengan itu
apa-apa yang telah dipaparkan tentang Rancangan Penggabung~
berdasar Pasal 123, seluruhnya sama dengan Rancangan Peleburan,
yang dapat diringkas sebagai berikut.
Meminta Persetujuan DK
~ancangan Peleburan yang telah disusun oleh para Direksi Perseroan
ycwg.gkan meleburkandiri meminta persetujuan terlebih dahulu dari
setiap DK Perseroan yang hendak meleburkan diri. Hal itu ditegaskan
pada Pasal123 ayat (3). Rancangan yang telah disusun harus mendapat
persetujuan terlebih dahulu DK dari setiap Perseroan.
2) Pengambilan keputusan
Berdasar Pasal 89 ayat (1) keputusan RUPS untuk menyetujui
Peleburan baru sah apabila disetujui paling sedikit 3/4 (tiga perelnpat)
bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan dalam RUPS.
Tanpa mengurangi sistem pengambilan keputusan yang dijelaskan
di atas, perlu diperhatikan pernyataan Pasal 127 ayat (1), agar dalam
mengambil keputusan sesuai dengan Pasa187 ayat (1). Berarti, sebelum
RUPS menempuh eara pengalnbilan keputuSal11nelalui voting, harus
diupayakan lebih dahulu pengambilan keputusan seeara "musyawarah
untuk mufakat". Sedapat mungkin keputusan yang diambil meru-
pakan hasil kesepakatan yang disetujui oleh pemegang saham yang
hadir atau diwakili dalam RUPS.
Selanjutnya, jangan dilupakan ketentuan Pasa189 ayat (2) dal1 ayat
(3) yang membolehkan diadakan RUPS kedua apabila RUPS pertama
gagal disebabkan kuorum tidak tereapai. Dalam RUPS kedua menurut
Pasal 89 ayat (3):
9. '-J
Pengertian Pengambilalihan
Pertama-tama akan dijelaskan arti atau definisi Pengambilalihan.
Untuk itu dapat merujuk kepada Pasal 1 angka 11 UUPT 2007 dan
Pasall angka 3 PP No.1 angka 11 UUPT 2007, berbunyi:
Pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh
badan hukum atau orang perorangan untuk mengambil alih saham
Perseroan yang mengakibatkan beralihnya pengendalian atas
Perseroan tersebut.
Barangkali definisi yang dikemukakan Pasall angka 3 PP No. 27
Tahun 1998, lebih jelas dari apa yang dirumuskanPasal 1 angka 11
UUPT 2007. Pasal 1 angka 3 PP tersebut mengatakan:
Pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh
badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih baik
seluruh ataupun sebagian besar saham Perseroan yang dapat
mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap Perseroan.
Bertitik tolak dari kedua definisi di atas, pada perbuatan Pengam-
bilalihan, terdapat beberapa elemen atas aspek yuridis, antara lain
sebagai berikut.
d. AkibatHukum Pengambilalihan
Akibat yang timbul ditinjau dari segi hukum korporasi maupun dati
aspek bisnis, "beralihnya pengendalian" terhadap Perseroan dari tangan
yang diambil alih kepada pihak yang mengambil alih.
Perbuatan hukum pengambilalihan tidak mengakibatkan
Perseroan yang diambil alih sahamnya, menjadi bubar atau berakhir.
Perseroan tersebut tetap eksis dan valid seperti sediakala. Hanya
pemegang sahamnya yang beralih dari pemegang saham semula
kepadayang mengambil alih. Akibat hukumnya, hanya sebatas
terjadinya peralihan pengendalian Perseroan kepada pihak yang
mengambil alih.
Selain daripada itu, perlu diperhatikan apa yang dikemukakan
Penjelasan Pasal125 ayat (1) yang mengatakan, Pengambilalihan tidak
mengurangiketentuan Pasal 7, terutama ayat (5). Dengan demikian
Pengambilalihan:
• tidak boleh mengakibatkan pemegang saham Perseroan, kurang
dari 2 (dua) orang, dalam jangkawaktu paling lama 6 (enam)
bulan,
• apabila jangka waktu itu dilampaui pemegang saham tersebut
bertanggung jawab secara pribadi (personal liability) atas segala
perbuatan hukum perikatan dan kerugian Perseroan.
Kecuali yang mengambil alihitu Perseroan yang seluruh
sahamnya dimiliki Negara atau Perseroan yang mengelola bursa efek,
lembaga kliring dan penjaminan, lembaga penyimpanan dan penye-
lesaian,dan lembaga lain sebagaimana diatur dalam undang-undang
di bidang Pasar Modal, maka ketentuan Pasal 7 ayat (5) dan ayat (6)
tidak berlaku.
2. Syarat Pengambilalihan
Mengenai syarat PengarnbiIaIihan, sarna dan persis dengan syarat
Penggabungan dan Peleburan. Sarna-sarna merujuk kepada keten-
tuan Pasal 126 ayat (1) UUPT 2007 dan Pasal 4 ayat (1) PP No. 27
Tahun 1998.
Berdasar Pasal 126 ayat (1), perbuatan hukum Pengarnbiialihan,
wajib memperhatikan kepentingan:
ED Perseroan, pemegang saharn minoritas, Karyawan Perseroan,
ED Kreditor dan mitra usaha Iainnya dari Perseroan, dan
ED masyarakat dan persaingan sehat dalarn melakukan usaha,
Pada prinsipnya menurut Penjelasan Pasal 126 ayat (1), Pengam-
biIaIihan:
1) tidak dapat dilakukan apabila akan merugikan kepentingan pihak-
pihak tertentu,
2) pengambiialihan harus juga dicegah" dari kemungkinan
If
D. PEMISAHAN
gestrukturisasi Perseroan lain yang diatur dalam BAB VIII UUPT 2007
adalah Pemisahan. Bentuk ini dalam BAB VII UUPT 1995, tidak
dikenal. Hanya mengatur Penggabungan, Peleburan, dan Pengam-
bilalihan.
Pengaturan Pemisahan dalam UUPT 2007, sangat singkat. Dan
menurut Pasal 136, ketentuan lebih lanjut mengenai Pemisahan akan
diatur dengan Peraturan Pemerintah (PP). Selain dari itu, perlu
dijelaskan, terdapat beberapa persamaan ketentuan antara Pemisahan
dengan Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan, terutama
yang berkenaan dengan hal-hal yang diatur pada Pasal 127 dan Pasal
128.
1. Pengertian Pemisahan
Pertama-tama perlu diketahui pengertian atau definisi Pemisahan.
Definisinya merujuk kepada rumusan Pasal1 angka 12 yang berbunyi:
Pemisahan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh Perseroan
untuk memisahkan usaha yang mengakibatkan seluruh aktiva dan
pasiva Perseroan beralih karena hukum kepada dua atau lebih atau
sebagian aktiva dan pasiva Perseroan beralih karena hukum kepada
satu Perseroan atau lebih.
Bertitik tolak dari definisi yang dikemukakan, dapat ditarik elemen
pokok Pemisahan:
1) Pemisahan merupakan perbuatan hukum (rechtshandeling, legal
act)
Sama halnya dengan Penggabungan, Peleburan dan Pengam-
bilalihan, Pemisahan sebagai perbuatan hukum, selain tunduk
kepada ketentuan UUPT 2007 atau undang-undang Perseroan
(corporate law) juga tunduk kepada ketentuan dan prinsip hukum
perjanjian (contract law) yang diatur dalam Buku Ketiga KUH
Perdata, khususnya Bab Kedua tentang perikatan-perikatan yang
dilakukan dari kontrak atau persetujuan yang meliputi Bagian
Kesatu mengenai ketentuan umum (Pasal 1313-1319), Bagian
Kedua tentang syarat-syarat yang diperlukan untuk sahnya
persetujuan (Pasal 1320-1337) dan Bagian Ketiga tentang akibat
persetujuan (Pasal 1338-1341).
Dengan demikian ditinjau dari segi yuridis Pemisahan merupakan
persetujuan Perseroan yang Inemisahkan dengan yang menerima
pemisahan.
2. Cara Pemisahan
Pasal 135 mengatur Pemisahan Perseroan. Caranya dapat dilakukan:
Pemisahan murni, atau
Pemisahan tidak murni.
Pemisahan murni menurut Pasal 135 ayat (2), mengakibatkan:
ilseluruh" aktiva dan pasiva Perseroan tersebut, ilberalih karena
hukum" .kepada 2 (dua) Perseroan atau lebih yang menerima
peralihan, dan
Perseroan yang melakukan Pemisahan ilberakhir" karena hukum
(van rechtswege eindigen, to be terminated by operation of law).
Pada Pemisahan ilmurni", dari hasil Pemisahan Perseroan itu,
berdiri 2 (dua) Perseroan baru atau lebih. Dan karena hukum beralih
seluruh aktiva dan pasiva Perseroan yang melakukan Pemisahan itu
kepada Perseroan baru dimaksud. Juga karena hukum berakhir
eksistensi dan validitas Perseroan yang melakukan Pemisahan.
Selanjutnya Penjelasan Pasal135 ayat (2) mengatakan, bahwa yang
dirnaksud dengan ''beralih karena hukum" adalah beralih berdasarkan
fitel umum, sehingga tidak diperlukan Akta Peralihan.
Sedang yang dimaksud dengan Pemisahan iltidak
menurut Pasal. 135 ayat(3), mengakibatkan:
1) sebagian aktiva dan pasiva Perseroan yang melakukan Pemisahan
beralih karena hukum kepada 1 (satu) Perseroan lain atau lebfu
yang menerima peralihan, dan
2) Perseroan yang melakukan Pemisahan tersebut "tetap ada".
Yang dimaksud dengan Pemisahan tidak murni menurut Penje-
lasan Pasal135 ayat (1) huruf b, lazim disebut spin off· Perbedaan pokok
antara Pemisahan murni dengan tidak murni, pada Pemisah murni
aktiva dan pasiva beralih karena hukum dari Perseroan yang melaku-
kan Pemisahan kepada Perseroan yang menerima peralihan adalah
"seluruhnya". Sebaliknya pada Pemisahan tidak murni, aktiva dan
pasiva yang beralih adalah "sebagian". Perbedaan kedua, pada
Pemisahan murni, Perseroan yang melakukan Pemisahan, berakhir
karena hukum. Sedang pada Pemisahan tidak murni, Perseroan yang
melakukan Pemisahan "tetap ada".
3. Syarat Pemisahan
Terhadap perbuatan hukum Pemisahan, berlaku sepenuhnya syarat
yang ditentukan Pasal 126 ayat (1), sebagaimana halnya syarat ini
berlaku terhadap Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan.
Dengan demikian, perbuatan hukum Pemisahan "wajib" memperha-
tikan kepentingan:
a. Perseroan, pemegang saham minoritas, Karyawan Perseroan,
b. Kreditor dan mitra usaha lainnya dari Perseroan, dan
c. masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha.
Penjelasan selanjutnya tentang syarat ini, dapat dilihat pada uraian
syarat Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan.
4. Proses Pemisahan
Supaya perbuatan hukum Pemisahan sah, h(;l.rus memenuhi
ketentuan Pasal127. Ketentuan ini juga berlaku sepenuhnya terhadap
Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan. Dengan demikian,
tanpa mengurangi hal-hal yang telah dibahas mengenai ketentuan
Pasal127 mengenai penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan,
meliputi juga terhadap Pemisahan. Namun demikian, secara ~~"""'~t-,.,f
perlu dikemukakan lagi, agar dapat melihat secara utuh penerapan
Syarat keempat ini ditegaskan pada Pasal138 ayat (4) yang menga-
takan, permohonan pemeriksaan terhadap Perseroan baru dapat
diajukan setelah pemohon terlebih dahulu meminta data atau
keterangan kepada Perseroan dalam RUPS, dan Perseroan tidak
memberikan data atau keterangan tersebut. Bahkan syarat ini juga
dikemukakan pada Penjelasan Pasal 138 ayat (1) yang mengatakan
sebelum mengajukan permohonan terhadap Perseroan, pemohon
telah meminta secara langsung" kepada Perseroan mengenai data
fI
Pada bagian ini akan dibicarakan hal-hal yang berkenaan dengan ruang
lingkup pemeriksaan terhadap Perseroan, mulai dari masalah bentuk
permohonan, kompetensi peradilan, pihak yang berhak mengajukan
permohonan dan bentuk produk pengadilan sehubungan dengan
permohonan.
Hukum J)ef<ll:.lfl'l::m
yang dilakukan oleh Perseroan, anggota iIDireksi ataul)ID~;. yang
merugik@Perseroan,; perneg@g,sanam .atall.pihakketiga:
daHl dugaan itu dirumuskClfl d,eng@ jelas, ter@g dan pasti, tidak
kaburdan mendua,
jelas disebut bentuk PMHapqy@g terjad,i diduk.ungdengan fakta-
faktanya,sepertL perpl}-atan ultra vires rnana;yang. terjadi,
pemal$uanapayang d,ilakukan, fi4uciary dqty mana yang.dilanggar,
benturan kepentingan apa yang dilakuk@d@.sebagainya,
In:J1"ll cri rr .-:11 ':11 ':)1'Y\1 h ':11"11 C .-:11101 ':1C
':)"Y'\ ':)1"'\':) U':)"Y'\ secara
1£':1"Y'\
a. Pemegang Saham
Pemegang saham mempunyai legal standing mengajukan permohonan
pemeriksaan terhadap Perseroan:
• 1 (satu) pemegang saham atau lebih,
• dengan syarat, mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh)
bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara.
Jadi, boleh hanya satu orang pemegang saja, asal mewakili paling
sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham
dengan hak suara. Boleh juga beberapa pemegang saham, asal
terpenuhi batas minimal kepemilikan saham yang disebut di atas.
b. Pihak Lain
Pihak lain juga memiliki legal standing mengajukan Permohonan
pemeriksaan terhadap Perseroan, dengan syarat:
1) peraturan perundang-undangan sendiri yang memberi
kepada yang bersangkutan, atau
c. Kejaksaan
Undang-undan.g juga memberi.legal standing<kepadaK.ejaksaan \;ll1tuk
vienf;abulkan permohonan
h) Mengangkat ahli(palingbanyak3 (tiga), orang) ,.untuk melakukan
ttPasal pemeriksaan terhadap Perseroan;
~tdasar c) Menetapkan jangka waktu pemeriksaan paling lambat 90 (sem-
bilan puluh) hari terhitung sejak tanggal pen.gangkatan;
sonable d) Memerintahkan ahli membuat dan menyampaikan Laporan Hasil
Pemeriksaan kepada Ketua Pengadilan dalam jangka tertentu, tidak
boleh lewat dari 90 (sembilanpuluhhari);
e) Me:Il~tflpkan,atau lnenentul}.an, biaya pelneriksaan,.
Marikitalihat lebih jauh isi Penetapan yang disebut di atas. Menge-
peng- naipengabulan permintaan pemeriksaan terhadap Perseroan,harus
bertitik tolak dari pertimbangan, bahwa tujuan dikabulkan pemerik-
l.Pasal saan, untuk mendapatkan data atau keterangan yang diperlukan
selJ,llbungan, PMI-lt yang dilakukan Perseroan,ranggota Oireksi. atau
ment).
berapa orang
yang dianggap layak (1"easonable)rdi1<aitkan dRnganlingkupdan bobot
Yang tidak dapat diangkat sebagai ahli, diatur pada Pasal139 ayat b)
(4), terdiri dari: Pas,
1) setiap anggota Direksi, Pen
2) setiap anggota DK, bia1
3) karyawan Perseroan, Pen
4) konsultan, dan dike
5) akuntan publik yang telah ditunjuk oleh Perseroan. Per:
Semua mereka itu tidak dapat diangkat sebagai ahli. Mereka diang-
gap mempunyai benturan kepentingan (conflict of interest) dengan Pas
Perseroan.
keF
um
4) ]angka waktu pemeriksaan ahli adc
Selanjutnya mengenai masalah jangka waktu. Menurut ketentuan per
Pasal140 ayat (1) tentang jangka waktu pemeriksaan oleh ahli, paling dia
lambat 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak tanggal "pengang- pri
katan" ahli tersebut. Pengadilan boleh menetapkan jangka waktu yang pel
lebih pendek dari 90 (sembilan puluh) hari. Namun tidak boleh sac
melebihi jangka waktu dimaksud. Tergantung pada pertimbangan dan tul
penilaian Pengadilan, berapa lama jangka waktu pemeriksaan yang un
dianggap layak dan proporsional untuk itu.
c)
5) Biaya pemeriksaan
Tentang biaya pemeriksaan, merujuk kepada ketentuan Pasal 41, Ta
dengan acuan penerapan sebagai berikut. se]
Ull
a) Penetapan ketua pengadilan negeri menetapkan "jumlah maksimum" ac
biaya pemeriksaan •
Makna jumlah maksimum di sini, adalah ambang batas jumlah
tertinggi yang dibenarkan untuk dibayarkan kepada ahli dalam rangka •
pelaksanaan pemeriksaan terhadap Perseroan. Jumlah maksimum itu
bukan berarti jumlah itu mesti dicapai dan dibayar atau dihabiskan.
Yang dibayarkan boleh lebih keeil dari batas maksimum, sesuai dengan •
perhitungan pengeluaran yang konkret dan objektif.
BiqyapemeriksaandipikUlkanl\.c/-,uuu
Pas~niT4rayat(2) menegaskan/ Biaya 'pemeriKsaan diBayar olen
Perseroan. Ketentuan ini merupakan prinsip,sellingga pada dasarriya
Biaya y pemeriksaari' tidak dapat dipertClnggtingjawaBkah;kepada
Pemonon. Tanpa mempersoalkan apakan permonorian.ditolak atau
dikabulkan, pada prinsipnya biaya pemeriksaan dipikulkan kepada
Perseroan.
KetenWan . 1W' 11;l~~yimPang dar~f prmpip umum Yang digClIis1<an
Pasal181 ayat (1) HIR. Berdasar ketentuan ini, Biaya perkara dipikulkan
kepada pinak
b) '···Y1.titspermohonanpel1Se.roan,.pengadilandapat '.memikulkan,biarga
1. i.¥e~aktlkan.P~~e~ik~aanterh~da~,.Perseroan
Pas,
Inflah tu&as,.ata~f1lngsi,al1liyangditunj~k, yakni,JJ;lelakukan pemerY): Pem
saflHJerh~gflP Pe,rseroan d~~ rangka mencClri dan menidapatkan dat~
atau~etyrangan, apakah,pellar telah terjadi PMH oleh Persero an;
a.
aIlggota Direk~i, fltau. DK.
palam rangka JJ;lelaksaIla~c;lJ)"t~gaspemeri~saflIl Ahli
kepa<ia ahli. diberi J~hak":qe~ikut. disaJ
Pen!
dengan dokumen menurut Penjelasan Pasallq9 ayat (5),. adalah ~Jsemua Pent
do~~eJ;(i.te~JJ;lqsukquku,catataIl, . dan surCit yang .berkaitan dengart
haru
~egiatClIl ;I:>,ersero an· ahH.
pent
b. Memeriksa Karyawan Perseroan yang D1Fl1fggapPtrr'u, oleh Ah1l ahlL
Setiap/anggotaDi'l7eksi" anggotaDewanK:()misaris. dan .semua karyaT Pen~
wan "wajib rnemberikan" .segala. keterangan/yang '. diperlukan untuk
pelaksanaan pemeriksaan. Apa. sanksinya jika anggotaDir~ksi 4.
DK maupun karyawan,. tidak.,bersediamemenuhi k~wajibaIltersebut?
Tidak diatur dalarn pasal dirnaksud. Oleh karena itu,. pada dasarnya Pros
kewajiban itu lebihbersifat, atau
tungkan pada rasatanggung .jawab (responsibility) dibanding dari a)
yuridis.
2. AhliWajih .Merahasiakan HasilPemeriksaan
Di'samping adariya: 'hakanli . tintu.k:·:: meilleriksa '·seillua J dokumen,
anggota Direksi dan DK afatik.arya#ariYarig diariggapperlti, di:pihak
l~~~p~da ,~i dibe~~Kewajiban !"~~~~as~~~~!Q~:~l pe~erik-
saan.' Apabila ahli melanggar kewajiban itu, dianggClpmelakukan
perbuatan melawan hukum jika hal itu meniIllbulkan kefugiari kepada
Perseroan.
usul I
a) Direksi
Diteksi··dapaflllengajrikal1· usul· pembribaran.... Bukan '. anggota
Direksi, tetapiDireksidalam,. pengertian. Dewan Diteksi (Board
Directors). Anggota Direksi secara seridirian.tidakberhakmengajukan
5 usul pembubaran,
Dengan demikian, anggota Direksi secara individual, tidak berhak •
mengusulkan pembubaran Perseroan kepada RUPS.
1) _
Ibaran
laia
3) Tujuan pemberitahuan kepada menteri
Maksud dan tujuan pemberitahuan pembubaran Perseroan kepada
Menteri menurut Pasal147 ayat (l)hurufb, untuk dicatat dalam Daftar
Perseroan, bahwa Perseroan dalam likuidasi. Apa yangdiatur dalam
pasal ini, untuk memenuhiketentuan Pasa129 ayat (1) dan ayat (2)
huruf h. Menteri menyelenggarakan· Daftar Perseroan, yang memuat
data" Perseroan, termasuk data nomor dan tanggal akta pembubaran
II
1
a. Pcncatatan dan PCllgu11tpulan 1
1) harta kekayaan, dan 1
2) utang Perseroan.
I
b. Pcngumuman dala1n Surat Kabar dan Bcrita Ncgara Rcpublik 1
SE
Iyf~ngaju;l<,~ :Tagih~
Hilangkahl1.akkr~ditoruntukmehuntuhpembayar dari hasil
~erita kekayaan likuidasi, apabila diatidC\kmengajukan tagihankepada
likuidatqrdal~jCli1gkCl ~
Seperti yang dijelaskah, bel'dasar ketentuan Pasal147 ayat(3)
jangka' waktu pen.gajuan itagihanharus dilakukan:. kreditor· paling
lambat 60 (enam puluh) hari sejak tanggal pengumumanpembubaran
l?erseroandalam Surq.t.Kabar. dan rBerita:Negara RI.
Jika" kreditortidcrlQ mehgajilkID1.' tagihan kepada likilidator dalam
jahgkawaktutetsebutf 111.ehilfut· Pasal:150" ayat(2)' tidak'gtlgUr hak
kreditor111.engajukah tagihan sesu~idehgahketentuahbetikilt.
l'qgihanDiajukanfl(Iela;lft iPN
:A.:pabilaiKreditor '':~belum perIlahYinengajukan tagihan:kepada
liJ-<uidator dalaIl1.jangkawaktu yang ditentukan ,Pasal147ayat(3); i dia
11}asil;lqClpatF11}engaju;L<a.!}v~agihCli1'v(l;kan~~~api:
tid(l;k .langsung diajuka.!} k~paqa "likuiqator,
• t~~api diajtl;L<a.!} me1alW:
K<:Hehtuah Pasal150 ayat (2); hanyamengatakankreditor.dapat
i
1. Alasan Pemberhentian
Secara ringkas telahdideskripsi kewajiban likuidator pada waktu k,
membicarakan Pasal 149, antara lain terdiri atas: bE
1) melakukan pemberesan harta kekayaan Perseroan yang berada
dalam proses likuidasi, berupa tindakan:
ill
a. pencatatan dan pengumpulan kekayaan dan utang Perseroan,
SE
b. mengumumkan dalam Surat Kabar dan Berita Negara RI
rencana pembagian kekayaan hasH likuidasi,
3.
c. pembayaran kepada kreditor, dan
d. pembayaran sisa kekayaan hasH likuidasi kepada t-'\.-.1..LL\.-FtUJ.
5j
saham; li
2) a'
kirakan jumlah utang lebih besar dari kekayaan Perseroan;
3) wajib menyelesaikan keberatan yangdiajukan·kr~9litorterhadap
r~rSWl-ClP~rnbCl~ankekaYClWl-(hClsillil<ll~9lq.?i.
Hal""haldiataslq.hckewajiban,pokok likuidator.Jikasalah satudari
lsih kewajiban ita tidak dilal<sanal<a.nniya dengartliktikad baik, dan tekun
sertacal<ap; ,cukup, dasar alasanttntukmemberhentikan likuidator.
i
er-
a. Pihak yang Berkepentingan hel
sel:
Pihak yang berkepentingan mempunyai legalstandingmengajukan
permohonan pemberhentian likuidator lama dan pengangkatan likui-
5.
dator baru. Siapa yang dimaksud dengan pihak yang berkepentingan
tidak dijelaskan lebih lanjut. Namun daripendekatan hukum korpo..
rasi dih"llbungkan denganmasalah likuid(;lSi, yang dianggap pihak yang Su
berkepentingan antara lain, anggota. Direksi, DK, .pemegang. saham,
kre.ditor. Mereka inidapat dikategori sebagai pihak yang berke- ses
pentingan untuk memberhentikan likuidator yang tidak mampu diI
rnelaksanakan kewajibannya. diI
b. Kejaksaan ny
Selain pihak yang berkepentingan undang-undang juga memberi peJ
legal standing kepada Kejaksaan untuk mengajukan permohonan Nc
pemberhentian likuidator lama dan pengangkatan likuidator baru sel
sebagai penggantinya. •
4. Penetapan Pemberhentian .Disertai PengangkatiUl Likuidator •
Baru
Permohonan pernberhentian. dapat .diajukan. kepada salah seorang du
likuidator atau terhadap s~luruh.likuidatorapal?ilalebih daril (satu) PI'
orang. Kalau yang diberhentikan semua likuidator. sekaligus, hams Pe
dibarengi pula dengan permohonan pengangkatan likuidator baru pe
sesuai de~gan jumlah, yang diberhe~tikarl. Hal itu ditegaskan pada ya
kalimat terakhir Pasal 151 ayat (1) yang berbunyi: me
am
ani TANG.GUNG JAWAB llKUIDATOR
Pembicaraanselanjutnya'mengenai pembubar(1l1ataulikaidasi Perse;-
roan, berl<enaan dengan lingl<up tanggung jawab lil<uidator. Pemba-
hasant~l1t(lIlg;ini,meliputi pel1gerti(1l1 t(lIlggvng j awab lil<uidator,
ter- l<epacia siapa lil<vi<iatorbertang-gungfiawab" vemberitahuan dan
pengumuman akhir proses likuidasi dan jangka waktu pemberitahuan
dan pengumuman. Sti.
Pe:
1. Pengertian Tanggung Jawab Likuidator kel
Terlebih dahulu akan dijelaskan makna dan maksud kalimat I/likui-
dator bertanggung jawab" yang dirumuskanpada Pasal 152 ayat (1). ket
Untuk mengetahui makna dan makstid kalimat itu, merujuk
r
3);,Diberikan KepadaHakimPengawas
Apabilayang:melaksana.k.anlikuidasi adalahikurator,'laporanpertang-
gtlngjawabanlikfiidasi/ diberik.an/disa:rnpaik.ari KuratbrkepadaHa.k.i1n
Pellgawas.
'ikan
itor
f~mb,eritCJ.hYCln pisampCJ.ikan k~CJ.dq
¥ettteri
dak Likuidator wajib ifmemberitahukan" hasH akhir likuidasikepada
Menteri. Berdasar pemberitahuan itu, Menteri:
lap 1) Mencatat berakhimya status badan hukum Perseroan (Pasal 152
ayat (5)),
2) Menghapus nama Perseroan tersebut dari Daftar Perseroan (Pasal
an, 152 ayat (5)),
3) Mengumumkan berakhirnya status badan hukum Perseroan
dalam Berita Negara RI (Pasall52 ayat (8)).
van Kewajiban Menteri mencatat, menghapus dan mengumumkan
berakhimya status badan hukum Perseroan karena likuidasi, V\;;J..LCLI.'U
juga bagi berakhirnya status badan hukum Perseroan karena Pengga-
bungan, Peleburan, dan Pemisahan.
:eri,
iasi
-rita
lam
~tor
Ada beberapa hal yang dianggap perlu dibicarakan berkenaan dengan
ida
ketentuan lain-lain dan ketentuan peralihan. Dalam UUPT 2007, kedua
tor.
masalah ini, diatur dalam babterpisah. Ketentuan lain-lain diatur pada
BAB XII yang terdiri atas Pasal154-156. Adapun Ketentuan peralihan,
diatur pada BAB XIII yang terdiri atas Pasal157dan Pasal158, sedang
ktu
ketentuan penutup diatur pada BAl? XIV yang terdiri atas Pasal
::>ar:
161. Namun, dalam rangka efektivitas penulisan, dianggap lebih tepat
gal
membahasnya dalam satu bab saja.
·PS,
lain:
1) pada dasarnya terhadap
tertentu di bidang pasar .J..J.L\.J .... "'L.J.f
bursa efek, "berlaku" ketentuan Undang-Undang ini (UUPT •
2007), •
2) akan tetapi mengingat kegiatan Perseroan tersebut mempunyai
"sifat tertentu" yang berbeda dengan dari Perseroan pada umum-
nya, perlu dibuka kemungkinan adanya "pengaturan khusus"
terhadap Perseroan tersebut,
3) pengaturan khusus dimaksud, antara lain:
mengenai sistem penyetoran modal,
41)
gan
:at"
kat
.an,
Apa yang disebut di atas, hanya sebagian keeil dari asas hukum k
yang berkaitan dengan Organ Perseroan. Adapun untuk masing- b
masing Organ Perseroan, terdapat lagi berbagai asas yang berkaitan T
dengan RUPS, organ Direksi maupun dengan organ DK. Mengenai P
asas-asas yang berkaitan dengan masing-masing Organ Perseroan b
tersebut, telah diuraikan seeukupnya pada pembahasan yang it
berkaitan dengan RUPS, Direksi dan DK. Sehubungan dengan itu 3
sesuai dengan ketentuan Pasal 154 ayat (2) danPenjelasannya telah 11
menggariskan dengan tegas, ketentuan peraturan perundang- F
undangandi bidang pasar modal, tidak boleh bertentangan dengan
asas yang berkaitan dengan Organ Perseroan yang diatur dalam UUPT 3
2007. 1<
F
2. Tanggung Jawab Perdata Direksi- dan/atan DK, F
Mengurangi Tanggung JawabPidana s
Ketentuan lain-lain yang kedua, diatur pada Pasal155 yang berbunyi:
Ketentuan mengenai tanggung jawab Direksi dan/atau Dewan r
Komisaris atas kesalahan atau kelalaiannya yang diatur dalam F
Undang-Undang ini, tidak mengurangi ketentuan yangdiatur dalam
Undang-Undang tentang Hukum Pidana. ti
B. KETENTUAN PERALIHAN
Sudah disinggung, ketentuan peralihan diatur dalam BAB XIII UUPT
2007, yang terdiri atas Pasal 157 dan Pasal 158, yang memuat aturan
sebagaimana yang dijelaskan di bawah ini.
Sixth ~
Riwayat Kerja:
P!'J Tebing Deli
1963 : KPN Tebing Tinggi, Deli
1968 : Wakil KPNMedan
1970 : "tIakim Tipggi PT Med ClIl
1980 :Wakil Ketua PT Banda Aceh
1981 : KPT JayaRura, Irian Jaya
1982 : Hakim Agung Rada MA RI
1996 : Ketua Muda Pidana Umum
2000-sekarang: Pensiun
•
1997
• Hukum
Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, 2005
Hukum Acara Perdata Peradilan Indonesia, 1975
• Hukum Acara Perdata, Permasalahan dan Penerapan Conservatoir
•
Beslag, 1987
Hukum Perkawinan Nasional, 1975
• Kedudtlkan Janda, Duda, dan Anak Angkat dalam Hukum Adat,
1993
Kewenanga~ dan . Acara. Per~dilan Agama Undang-
• Nomor 7 Tahun 1989, 1989, EdisiKedua 2001
KekuJlsaan Pengadilan Tinggi dan Proses Pemeriksaan Perkara
• Perdata dalam Tingkat Banding, 2006
Pembahasan dan Permasalahan KUHAP. Buku 1 dan 2, 1985, Edisi
•
Kedua, 2000
Perlawanan terhadap Eksekusi Grosse Akta serta Putusan Pengadilan
• dan Arbitrase dan Standar Hukum Eksekusi, 1996
Ruang Lingkup Pertnasalahan Eksekusi Bidang Perdata, Edisi Kedua,
•
2005
Segi-Segi Hukum Perjanjian, 1982
• Tinjauan Merk secaraUmumdan Hitkutn Merk di Indonesia
• berdasarkan Undang~Undang Nomor 19 Tahun 1992, 1996