1466 3495 1 SM
1466 3495 1 SM
1466 3495 1 SM
ABSTRACT
Natural stands of Pinus merkusii Tapanuli strain is one of carbon storage interrestrial ecosystems which has
important role in mitigating global climate change. This research aimed to formulate allometric equation for
biomass estimation of P. merkusii Tapanuli strain on its natural distribution in five locations in Tapanuli,
North Sumatera, e.g. protected areas of Dolok Tusam Timur and Dolok Tusam Barat, cultivated areas of
Parinsoran and Lobugala villages, andamixed forest of Tolang hilly village South Tapanuli. Formulation of
allometric equations was conducted using combination of destructive sampling and volumetric methods.
Forty four pine trees with stem diameter ranged from 13,0 to 120,6cm were used as samples. Results showed
that the best allometric equation for aboveground biomass :Y = 0,1900(DBH)2,2730 (R²=0,97980); for
belowground biomass : Y = 0,0283(DBH)2,4393 (R² = 0,90240); and for total biomass : Y= 0,2451(DBH)2,2757
(R² = 0,97840). Total biomass estimated varied from 375,7 ton/ha equivalent to 187,8 ton C/ha in Dolok
Tusam Timur; 97,9 ton/ha equivalent to 48,9 ton C/hain Parinsoran; 380,8 ton/ha equivalent to 190,4 ton
C/hain Dolok Tusam Barat; 186,4 ton/ha equivalent to 93,2 ton C/hain Lobugala; and 91,3 ton/ha
equivalent to 45,7 ton C/ha in Tolang.
Keywords: Pinus merkusii, Tapanuli strain, allometric equation, carbon biomassa
ABSTRAK
Tegakan alam P. merkusii strain Tapanuli merupakan salah satu simpanan karbon pada ekosistem daratan
yang memiliki peranan penting dalam mitigasi perubahan iklim global. Tujuan penelitian ini adalah
menyusun persamaan allometrik untuk pendugaan biomassa P. merkusii strain Tapanuli di Sumatera Utara.
Lima lokasi yang diteliti meliputi Dolok Tusam Timur dan Dolok Tusam Barat (Hutan lindung); Lobugala
dan Parinsoran (Areal perladangan), dan desa Tolang, Kabupaten Tapanuli Selatan (Hutan campuran).
Penyusunan persamaan allometrik dilakukan dengan metode destructive sampling yang dikombinasikan
dengan metode volumetrik. Jumlah sampel sebanyak 44 pohon dengan diameter antara 13,0 – 120,6 cm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persamaan allometrik terbaik untuk pendugaan biomassa total P.
merkusii strain Tapanuli adalah Y= 0,2451(DBH)2,2757 (R² = 0,9784), persamaan untuk pendugaaan biomassa
di bagian atas tanah adalah Y= 0,1900(DBH)2,2730 (R² = 0,97980), dan persamaan untuk pendugaaan
biomassa di bagian bawah tanah adalah Y = 0,0283(DBH)2,4393 (R² = 0,90240). Estimasi kandungan biomassa
total di lima lokasi yang diteliti sebagai berikut: Dolok Tusam Barat 380,8 ton/ha setara dengan 190,4 ton
C/ha, Dolok Tusam Timur 375,7 ton/ha setara dengan 187,8 ton C/ha, Lobugala 186,4 ton/ha setara dengan
93,2 ton C/ha Parinsoran 97,9 ton/ha setara dengan 48,9 ton C/ha, dan Tolang 91,3 ton/ha setara dengan
45,7 ton C/ha.
Kata kunci: Pinus merkusii, strain Tapanuli, persamaan allometrik, biomassa karbon
123
Indonesian
Forest Rehabilitation Journal Vol. 2 No. 2, September 2014: 123-144
I. PENDAHULUAN
Emisi gas rumah kaca ke atmosfer yang terus meningkat telah mendorong para ilmuwan
mencari alternatif cara untuk menguranginya (Oliver et al., 2012; UNEP, 2012). Salah
satunya melalui pencegahan deforestasi, sehingga pendaman karbon yang ada di dalam
pohon, tegakan dan tanah tetap dapat terjaga (IPCC, 2007). Jumlah pendaman karbon di
dalam pohon dan tegakan dapat diketahui melalui kandungan biomassanya (Brown, 2002;
Chave et al., 2005).
Indonesia merupakan negara dengan luas hutan tropis terbesar ke tiga di dunia setelah
Brasil dan Republik Kongo (FAO, 2006). Melalui pencegahan deforestasi terhadap hutan
tropis tersebut, Indonesia akan menjadi negara yang berkontribusi nyata terhadap
pengurangan emisi gas rumah kaca, khususnya karbondioksida. Untuk mengetahui
besarnya potensi karbon yang terpendam di dalam hutan tropis, maka biomassa yang
terkandung di dalamnya perlu dikuantifikasi. Salah satu metode untuk mengkuantifikasi
kandungan biomassa pada suatu jenis pohon atau tegakan hutan, adalah melalui estimasi
dengan menggunakan banyak persamaan allometrik (Picard et al., 2012; Singh et al., 2011;
Kaonga & Smith, 2010; Chave et al., 2005; Brown, 2002).
Salah satu tegakan hutan yang dapat dinilai kandungan biomassanya, adalah populasi
alam tusam Tapanuli (Pinus merkusii Jungh et de Vriese strain Tapanuli) yang tumbuh
secara alami di Tapanuli, Sumatera Utara. Populasi alam P. merkusii strain Tapanuli
tersebut terdiri atas tegakan alam dengan dimensi besar, sehingga memiliki potensi besar
sebagai penyimpan biomassa karbon. Di dalam kawasan hutan lindung Dolok Tusam,
keberadaan populasi alam tusam Tapanuli tersebut penting sebagai pohon pelindung untuk
jenis tanaman kemenyan yang dikelola oleh masyarakat. Selain itu, populasi alam tusam
Tapanuli ini juga memiliki peran penting untuk konservasi tanah dan air. Informasi
kandungan biomassa yang berhasil diduga dari penelitian ini diharapkan mampu
meningkatkan nilai penting tusam Tapanuli sebagai jenis pohon multiguna.
Berdasarkan hasil penelusuran pustaka dapat diketahui bahwa kegiatan pendugaan
biomassa karbon pada Pinus merkusii sudah pernah dilakukan di Cianten, Jawa Barat
(Siregar, 2007). Sebelum penelitian ini, kegiatan pendugaan biomassa pada tegakan alam
Pinus merkusii strain Tapanuli belum pernah dilakukan. Pada umumnya kegiatan
pendugaan biomassa karbon dilakukan pada jenis-jenis pinus temperate, seperti Pinus
sylvestris L (Tahvanainen & Forss, 2008; Turski et al., 2008; Socha & Piotr, 2007; Xiao &
Ceulemans, 2004; Wirth et al., 1999), Pinus strobus L (Levia, 2008; Peichl & Arain,
2007), Pinus ponderosa Dougl. ex Laws (Finkral & Evans, 2008), Pinus koraiensis Sieb.
Et Zucc (Wang, 2006), Pinus brutia (Zianis et al., 2011), Pinus densiflora S. et Z. (Kim et
al.,2011); Pinus massoniana (Xiang et al., 2011), Pinus tabulaeformis (Cao et al., 2012),
Pinus pinaster Ait (Porte et al., 2002), Pinus taeda L (Sharma et al., 2002).
Penelitian ini dirancang untuk menyusun formula persamaan allometrik jenis P.
merkusii strain Tapanuli yang dapat digunakan untuk keperluan pendugaan kandungan
biomassa karbon pada tegakan alaminya di Tapanuli, Sumatera Utara. Persamaan
allometrik yang dibangun merupakan model persamaan regresi sederhana yang
menggambarkan hubungan antara diameter setinggi dada sebagai peubah bebas dengan
kandungan biomassa P. merkusii strain Tapanuli sebagai peubah tak bebasnya.
Kabupaten Tapanuli Utara; 2). areal perladangan milik warga di Desa Parinsoran
Kecamatan Garoga, Kabupaten Tapanuli Utara; 3). kawasan Hutan Lindung Dolok Tusam
Barat di Kecamatan Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara; 4). areal perladangan milik
warga di Kampung Lobugala, Desa Pansurnatolu Kecamatan Pangaribuan, Kabupaten
Tapanuli Utara; dan 5). hutan campuran di perbukitan Desa Tolang Kecamatan Aek Bilah,
Kabupaten Tapanuli Selatan. Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 1. Kegiatan
penelitian dilaksanakan selama tiga bulan (Maret sampai Mei 2012).
Gambar (Figure) 1. Peta plot penelitian di lima lokasi populasi alam P. merkusii strain Tapanuli di Tapanuli,
Sumatera Utara (Research plots maps at five locations of the natural population of P.
merkusii Tapanuli strains in Tapanuli, North Sumatra)
Tabel (Table) 1. Posisi koordinat geografis, ketinggian tempat, curah hujan dan kelerengan tempat lokasi
penelitian (Geographical coordinates position, altitude, rain fall and slope of research
locations)
Koordinat geografis Ketinggian Curah hujan Kelerengan
(Geographic coordinates ) (Altitude ) (Rain fall ) (Slope )
No. Lokasi (Location )
Lintang Utara Bujur Timur (mdpl) (mm/bulan) (% )
(Northern latitudes ) (East longitude ) (masl) (mm/month)
o o
1. Dolok Tusam Timur 01 59'29,8" 099 15'10,0" 1096 185 25 - > 45%
o o
2. Parinsoran 02 00'41,2" 099 15'34,4" 1031 185 8-25%
o o
3. Dolok Tusam Barat 01 57'16,2" 099 15'50,1" 1269 239 15 - > 45%
o o
4. Lobugala 01 56'49,2" 099 14'39,4" 1175 239 8-25%
o o
5. Tolang 01 54'30,3" 099 25'02,2" 1059 216 25 - > 45%
125
Indonesian
Forest Rehabilitation Journal Vol. 2 No. 2, September 2014: 123-144
Gambar (Figure) 2. Kluster plot pengukuran berbentuk lingkaran, mengacu pada metode Forest Health
Monitoring (FHM) (Mangold, 1997) (Circular of measurement plot cluster, refers to
Forest Health Monitoring Method (Mangold, 1997))
126
Biomassa Tusam (Pinus merkusii Jungh et De Vriese Tapanuli strain)… (A.G. Ahmad, dkk)
Penempatan kluster plot dilakukan dengan metode purposive sampling. Setiap lokasi
diwakili oleh satu kluster plot yang terdiri atas empat sub plot berbentuk lingkaran dengan
diameter 35,9 m, sehingga luas masing-masing sub plot 0.1 ha dan luas per kluster plot
adalah 0.4 ha. Kluster plot yang berbentuk lingkaran ini dipilih dengan pertimbangan
kemudahan dan kepraktisan penggunaannya di lapangan. Penggunaan kluster plot ini
diturunkan dari metode Forest Health Monitoring (FHM) yang membagi habis permukaan
bumi dengan bentuk heksagon. Setiap heksagon memiliki luas 2.400 hektar, sehingga
intensitas sampling untuk setiap kluster plot adalah 0.016% (Mangold, 1997). Parameter
yang diamati, adalah diameter batang setinggi dada dan tinggi total tegakan alam P.
merkusii strain Tapanuli.
kerapatan kayu mengacu pada metode yang dikembangkan Chave (2005). Volume segar
contoh kayu diukur dengan menggunakan metode water displacement. Contoh kayu
dioven pada suhu 100oC selama 2 hari untuk mengetahui berat keringnya. Kerapatan kayu
dihitung dengan cara membagi berat kering contoh kayu dengan volume segarnya.
Persamaan allometrik P. merkusii strain Tapanuli disusun dengan menggunakan
software excel (Microsoft Office Excel, 2007) dan software statistik JMP (Sall et al.,
2005). Adapun formula persamaan allometriknya mengikuti pola umum fungsi power,
yakni Y = a(X)b, di mana:
Y = berat kering total, berat kering pohon bagian atas, berat kering pohon
bagian bawah
a dan b = konstanta
X = DBH …………………….. (i)
X = DBH x H ……………….... (ii)
X = DBH x WD ……………….(iii)
X = DBH x H x WD ………….. (iv)
DBH = Diameter at Breast Height (diameter setinggi dada (cm))
H = Height (tinggi total (m))
WD = Wood Density (kerapatan kayu (g/cm3))
128
Biomassa Tusam (Pinus merkusii Jungh et De Vriese Tapanuli strain)… (A.G. Ahmad, dkk)
dua persamaan dinyatakan sama jika kedua koefisien regresinya secara statistik terbukti
nyata homogen. Nilai t yang diuji dihitung dengan rumus berikut :
t= b1 – b2
√ S gab [1/Σ (X1j - X 1. )2 + 1/Σ (X2j - X 2. )2]
2
Keterangan:
t = nilai t
b1 = koefisien regresi persamaan allometrik P. merkusii strain Tapanuli
b2 = koefisien regresi persamaan allometrik P.merkusii dari Cianten, Jawa Barat
Σ (X1j - X 1. )2 = jumlah kuadrat X yang berasal dari sampel P. merkusii strain Tapanuli
Σ (X2j - X 2. )2 = jumlah kuadrat X yang berasal dari sampel P. merkusii Cianten, Jawa Barat.
S2gab = nilai dugaan gabungan bagi keragaman di sekitar regresi merupakan jumlah kuadrat gabungan
dari kedua regresi dibagi oleh derajat bebas gabungannya.
Setelah nilai uji t diketahui, tahapan berikutnya adalah menghitung nilai tingkat
signifikansinya (significance level) dari nilai absolut statistik uji t menggunakan distribusi t
Student untuk dua ekor dengan derajat bebas db = n1 + n2 – 4. Nilai signifikasi ini dikenal
juga sebagai nilai p (p-value), yaitu titik kritis nilai kemungkinan (probability) mulai
menolak Ho. Pada tingkat signifikansi 5%, jika nilai p < 5%, maka Ho ditolak. Sebaliknya
bila p > 5%, maka Ho diterima.
129
Indonesian
Forest Rehabilitation Journal Vol. 2 No. 2, September 2014: 123-144
35 34
33
30
28
Jumlah (Number) (N/0,4 ha)
25 Inventarisasi (Inventory)
25
23 Contoh (Sample)
20
15
15
10
10
7
6 6 6
5 5
5 4 4
3
2 2 2
1 1 1 1 1
0
Gambar (Figure) 3. Perbandingan antara grafik sebaran kelas diameter tegakan alam P. merkusii strain
Tapanuli hasil inventarisasi pada kluster plot pengamatan dengan sebaran kelas
diameter pada pohon contoh (Diameter class distribution comparison between natural
stands of P. merkusii Tapanuli strains resulted from inventory in cluster plot
observation and tree samples).
Berdasarkan Gambar 3 dapat diketahui juga bahwa tegakan alam P. merkusii strain
Tapanuli yang diteliti didominasi oleh pohon-pohon dengan kelas diameter besar. 181
pohon yang berhasil diinventarisasi, sebanyak 128 pohon atau 70,72% memiliki diameter
batang sebesar 40 cm ke atas. Hal ini secara tidak langsung mengindikasikan besarnya
130
Biomassa Tusam (Pinus merkusii Jungh et De Vriese Tapanuli strain)… (A.G. Ahmad, dkk)
potensi biomassa karbon yang terkandung di dalam tegakan alam P. merkusii strain
Tapanuli tersebut.
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui urutan distribusi biomassa P. merkusii strain
Tapanuli ke setiap komponen pohon mulai dari yang terbesar yakni batang (57,40%), akar
(22,51%), cabang (13,90%), ranting (3,49%), daun (2,70%) dan buah (0,01%). Secara
garis besar sebanyak 77,49% biomassa P. merkusii strain Tapanuli didistribusikan ke
bagian atas tanah (aboveground biomass) dan sisanya sebanyak 22,51% ke bagian bawah
tanah (below ground biomass), seperti disajikan pada Tabel 3.
Tabel (Table) 3. Distribusi biomassa P. merkusii strain Tapanuli antara bagian atas tanah dan bawah tanah
yang dihasilkan dari kegiatan destructive sampling (Distribution of above- and below-
ground biomass of P. merkusii Tapanuli strain resulted from destructive sampling method)
Kelas Diameter Biomassa bagian bawah Biomassa bagian atas Nisbah pucuk-akar
(Belowground biomass ) (Aboveground biomass ) (Top-root ratio )
(Diameter class ) Berat Persentase Berat Persentase
(Weight ) (Percentage ) (Weight ) (Percentage )
(cm) (kg ) (% ) (kg ) (% )
10,0-19,9 13,8 9,59 130,1 90,41 9,4
20,0-29,9 152,9 34,28 293,1 65,72 1,9
30,0-39,9 158,8 19,62 650,5 80,38 4,1
40,0-49,9 314,6 23,79 1007,7 76,21 3,2
50,0-59,9 792,6 30,43 1812,1 69,57 2,3
60,0-69,9 412,9 14,46 2441,5 85,54 5,9
70,0-79,9 1161,1 24,31 3614,2 75,69 3,1
80,0-89,9 1173,1 23,56 3807,0 76,44 3,2
Rata-rata 522,5 22,51 1719,5 77,49 3,4
(Average )
131
Indonesian
Forest Rehabilitation Journal Vol. 2 No. 2, September 2014: 123-144
Distribusi biomassa tersebut secara umum memiliki pola yang serupa dengan hasil
penelitian pada P. merkusii di Cianten Jawa Barat (Siregar, 2007), P. strobus di Ontario
Canada (Peichl & Arain, 2007), P. thunbergii di Tsuruoka Jepang (Konopka et al., 2000),
P. sylvestris di Wilrijk Belgia (Xiao & Ceulemans, 2004) dan P. tabulaeformis di Jiuduhe
China (Cao et al., 2012). Distribusi biomassa bagian atas terhadap biomassa akar per
tanaman (nisbah pucuk-akar) merupakan informasi penting untuk mengetahui sebaran
biomassa dalam suatu tanaman. Pada saat hanya data berat biomassa bagian atas yang
tersedia, maka nilai nisbah antara biomassa bagian atas dan biomassa akar tersebut dapat
digunakan untuk mengestimasi besarnya akumulasi karbon pada bagian akar. Dengan
demikian kontribusi biomassa akar suatu jenis pohon terhadap konservasi karbon dapat
diduga secara cepat (Siregar, 2007). Grafik distribusi biomassa pada setiap komponen
pohon dan kelas diameter batang P. merkusii strain Tapanuli hasil dari kegiatan
destructive sampling disajikan pada Gambar 4.
6000,0
5000,0
Berat biomassa (Biomass weight) (kg)
4000,0
Buah
3000,0 Daun
Ranting
Cabang
Batang
2000,0 Akar
1000,0
0,0
10,0-19,9 20,0-29,9 30,0-39,9 40,0-49,9 50,0-59,9 60,0-69,9 70,0-79,9 80,0-89,9
Kelas diameter batang setinggi dada (Diameter at breast height class) (cm)
Gambar (Figure) 4. Distribusi biomassa pada setiap komponen pohon berdasarkan kelas diameter batang P.
merkusii strain Tapanuli yang ditebang dengan metode destructive sampling (Biomass
distribution of each tree component based on stem diameter class of P merkusii
Tapanuli strain resulted from destructive sampling method)
Berdasarkan grafik di atas secara umum dapat diketahui adanya peningkatan distribusi
biomassa ke akar seiring dengan meningkatkannya kelas diameter batang P. merkusii strain
Tapanuli. Oleh karena itu nilai nisbah pucuk-akar cenderung menurun seiring dengan
meningkatnya kelas diameter batang P. merkusii strain Tapanuli (Tabel 3).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai nisbah pucuk akar berkisar antara 1,9
hingga 9,4 (Tabel 3). Senada dengan hasil penelitian Siregar (2007), nilai nisbah pucuk
akar pada tegakan alam P. merkusii strain Tapanuli secara keseluruhan cenderung menurun
seiring dengan meningkatnya diameter batang. Menurut Siregar (2007), rendahnya nilai
nisbah pucuk akar menunjukkan relatif intensifnya pertumbuhan akar pada saat
pertumbuhan bagian atas pohon sudah mengalami penurunan. Fakta ini menunjukkan
bahwa biomassa yang diproduksi selama proses pertumbuhan dan perkembangan pohon
sebagian besar dialokasikan untuk pertumbuhan akar dengan mengurangi pertumbuhan
batang, cabang, ranting, dan daun.
132
Biomassa Tusam (Pinus merkusii Jungh et De Vriese Tapanuli strain)… (A.G. Ahmad, dkk)
Keempat persamaan tersebut adalah bentuk persamaan allometrik yang sangat umum
digunakan dalam pendugaan satu peubah tertentu yang merupakan perhatian utama,
berdasarkan pengukuran peubah lain yang mudah dilaksanakan di lapangan (Niklas, 1994;
Reiss, 1991). Berdasarkan formula persamaan tersebut maka model persamaan allometrik
yang dihasilkan disajikan pada Tabel 4.
Tabel (Table) 4. Beberapa model persamaan allometrik yang menunjukkan hubungan antara empat formula
peubah bebas (X) dengan kandungan biomassa pada tegakan alam P. merkusii strain
Tapanuli di Sumatera Utara sebagai peubah tak bebas Y (Allometric equation models that
shows relation between the four formula of independent variables (X) with biomass content
of P. merkusii Tapanuli strain natural stands in North Sumatra as dependent variables (Y))
Model Persamaan
Peubah bebas Peubah tak bebas
allometrik (Allometric
(Independent variables) (Dependent variables) R2 R2adj RMSE
equation model)
(X) (Y)
Y=aXb
Biomassa Total
Y = 0,2451X2,2757 0.97840 0.977900 0.183996
(Total biomass) (kg)
Diameter
Biomassa atas tanah
(Diameter) Y = 0,1900X2,2730 0.97980 0.979317 0.177670
(Aboveground biomass) (kg)
(cm)
Biomassa bawah tanah
Y = 0,0283X2,4393 0.90240 0.900094 0.436644
(Belowground biomass) (kg)
Biomassa Total
Y = 0,0093X1,6885 0.96330 0.962397 0.240009
(Total biomass) (kg)
Diameter x Tinggi
Biomassa atas tanah
(Diameter x Height) Y = 0,0069X1,6931 0.97220 0.971534 0.208435
(Aboveground biomass) (kg)
(cm x m)
Biomassa bawah tanah
Y = 0,001X1,7824 0.86170 0.858445 0.519749
(Belowground biomass) (kg)
Biomassa Total
Y = 2,4771X2,0604 0.96620 0.965382 0.230288
Diameter x Kerapatan (Total biomass) (kg)
kayu Biomassa atas tanah
Y = 1,8885X2,0625 0.97180 0.971086 0.210070
(Diameter x Wood Density) (Aboveground biomass) (kg)
(cm x (g/cm3)) Biomassa bawah tanah
Y = 0,3591X2,1887 0.87520 0.872239 0.493776
(Belowground biomass) (kg)
Biomassa Total 1,5754
Diameter x Tinggi x Y = 0,0648X 0.96020 0.959284 0.249748
(Total biomass) (kg)
Kerapatan kayu
Biomassa atas tanah
(Diameter x Height x Wood Y = 0,0477X1,5820 0.97190 0.971200 0.209654
(Aboveground biomass) (kg)
Density)
Biomassa bawah tanah
(cm x m x (g/cm3)) Y = 0,0085X1,6531 0.84870 0.845086 0.543721
(Belowground biomass) (kg)
133
Indonesian
Forest Rehabilitation Journal Vol. 2 No. 2, September 2014: 123-144
Pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa persamaan allometrik yang menghubungkan antara
diameter batang setinggi dada (DBH) dengan kandungan biomassa pada tegakan alam P.
merkusii strain Tapanuli memiliki nilai koefisien determinasi (R2) terbesar, R2adj terbesar
dan nilai RMSE terkecil dibanding ketiga model persamaan allometrik lainnya.
Penggunaan data tinggi total pohon dan kerapatan kayu yang dikombinasikan dengan
peubah diameter batang setinggi dada ternyata tidak meningkatkan nilai R2 dan R2adj.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa persamaan allometrik dengan formula Y = a X b,
di mana X = DBH (tanpa menggunakan data tinggi total pohon dan kerapatan kayu) adalah
persamaan yang teruji dan sangat mudah digunakan di lapangan dalam rangka
mengestimasi biomassa pohon, baik biomassa bagian atas, bagian bawah, maupun
biomassa total. Artinya, dengan menggunakan diameter batang setinggi dada saja,
pendugaan akumulasi biomassa untuk satu pohon P. merkusii strain Tapanuli dapat
dilakukan secara akurat dan valid, meskipun pengukuran tinggi pohon tidak dilakukan.
Adapun bentuk kurva dari model persamaan allometrik terbaik disajikan pada
Gambar 5.
16000.0 Y = 0,2451(DBH)2,2757
R² = 0,9784
14000.0 Biomassa total
(Total biomass)
Biomassa (Biomass) (Kg)
12000.0
Y = 0,1900(DBH)2,273
10000.0 R² = 0,9798
Biomassa bagian atas tanah
8000.0 (Aboveground biomass)
6000.0
Y = 0,0283(DBH)2,4393
4000.0
R² = 0,9024
2000.0 Biomassa bagian bawah tanah
(Belowground biomass)
0.0
0.0 50.0 100.0 150.0
134
Biomassa Tusam (Pinus merkusii Jungh et De Vriese Tapanuli strain)… (A.G. Ahmad, dkk)
4000.00
Berat Aktual Y= 0,1031(DBH)2,4587
(Actual weight) Pinus - Cianten
3000.00
2000.00
1000.00
0.00
0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0
Diameter (Diameter) (cm)
Gambar (Figure) 6. Perbandingan antara nilai aktual biomassa total dengan nilai dugaan biomassa total hasil
dari persamaan allometrik untuk tusam Cianten dan persamaan allometrik untuk tusam
Tapanuli (Comparison between the actual value of total biomass with estimated value of
total biomass which results from allometric equation of Cianten pine and allometric
equation of Tapanuli pine)
135
Indonesian
Forest Rehabilitation Journal Vol. 2 No. 2, September 2014: 123-144
biomassa tegakan P. merkusii dengan diameter kecil (kurang dari 45 cm) sedangkan
persamaan allometrik hasil penelitian ini lebih tepat digunakan untuk menduga biomassa
tegakan P. merkusii yang memiliki kisaran diameter besar hingga 120 cm.
Selanjutnya berdasarkan hasil uji t terhadap dua koefisien regresi dari ke dua
persamaan allometrik yang dibandingkan tersebut dapat diketahui bahwa secara statistika
ke dua koefisien regresi tersebut tidak berbeda nyata dengan nilai p sebesar 0,092 (nilai p >
0,05). Berdasarkan hasil uji t ini dapat dinyatakan bahwa antara persamaan allometrik P.
merkusii strain Tapanuli dengan P. merkusii yang tumbuh di Cianten, Jawa Barat memiliki
kemiringan (slope) yang sama.
Menurut Gower et al. (1999), Ketterings et al. (2001), Zianis dan Mencuccini (2004),
keragaman nilai koefisien regresi pada dua atau lebih model persamaan allometrik yang
dibandingkan dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut, yakni jenis pohon (species), umur
tegakan (stand age), iklim (climate), kualitas tempat tumbuh (site quality) dan kerapatan
tegakan (stand density). Selanjutnya untuk meningkatkan ketepatan nilai dugaan biomassa
dari suatu model persamaan allometrik, maka di dalam penyusunan suatu model persamaan
allometrik harus dihindarkan dari sumber-sumber kesalahan berikut yakni kesalahan
didalam pengambilan contoh (sampling error), kesalahan pengukuran (measurement error)
dan kesalahan statistik atau model (statistical or model error) (Samalca, 2007). Chave et
al. (2004) membagi sumber-sumber kesalahan tersebut ke dalam empat kelompok, yakni
kesalahan pada tingkat pohon, kesalahan pada pemilihan model, kesalahan pada tingkat
plot dan kesalahan pada tingkat lanskap hutan.
E. Estimasi Biomassa dan Stok Karbon pada Tegakan Alam P. merkusii strain
Tapanuli
Hasil estimasi kandungan biomassa bagian atas (above ground biomass), biomassa
bagian bawah (below ground biomass) dan biomassa total (total biomass) dengan
menggunakan persamaan allometrik terpilih pada tegakan alam P. merkusii strain Tapanuli
di lima populasi alaminya disajikan pada Tabel 5.
Tabel (Table) 5. Kandungan biomassa bagian atas, biomassa bagian bawah, dan biomassa total pada tegakan
alam P. merkusii strain Tapanuli yang tumbuh di lima populasi alaminya di Tapanuli,
Sumatera Utara (Content of aboveground biomass, belowground biomass, and total
biomass of Tapanuli strains of P. merkusii that grow at five natural population in Tapanuli,
North Sumatra)
Lokasi Diameter (Diameter ) (cm ) Kerapatan Biomassa (Biomass ) (ton/ha)
(Location ) Kisaran Rata-rata tegakan (N/ha) Atas Bawah Total
(Range) (Average ) (Stand density) (Aboveground) (Belowground) (Total)
Dolok Tusam Timur 12,4-120,6 57,1 117 287,80 88,60 375,70
Parinsoran 14,6-82,1 36,9 85 75,10 21,40 97,90
Dolok Tusam Barat 30,0-98,0 64,9 107 291,80 88,50 380,80
Lobugala 25,0-94,0 50,3 90 142,90 41,90 186,40
Aek Bilah 28,0-72,0 47,0 52 70,10 20,20 91,30
Rata-rata (average ) 51,2 90 173,54 52,12 226,42
Berdasarkan data pada Tabel 5, dapat diketahui bahwa tegakan alam P. merkusii strain
Tapanuli yang tumbuh di Dolok Tusam Barat memiliki kandungan biomassa total tertinggi
(380,80 ton/ha), sedangkan biomassa P. merkusii strain Tapanuli yang tumbuh di Tolang
memiliki biomassa total terendah (91,30 ton/ha). Besarnya biomassa total P. merkusii
strain Tapanuli pada kelima populasi alam tersebut dipengaruhi oleh kombinasi antara rata-
136
Biomassa Tusam (Pinus merkusii Jungh et De Vriese Tapanuli strain)… (A.G. Ahmad, dkk)
rata diameter batang setinggi dada dengan kerapatan pohonnya. Rata-rata kandungan
biomassa total dari lima populasi alam P. merkusii strain Tapanuli tersebut (226,42 ton/ha)
lebih tinggi dibanding kandungan biomassa P. merkusii yang tumbuh di Cianten – Jawa
Barat yakni 174,73 ton/ha (Siregar, 2007).
Hasil estimasi stok karbon dengan menggunakan nilai default 0,5 pada tegakan alam P.
merkusii strain Tapanuli yang tumbuh di lima sebaran alaminya di Tapanuli disajikan pada
Tabel 6.
Tabel (Table) 6. Kandungan karbon bagian atas, karbon bagian bawah, dan karbon total pada P. merkusii
strain Tapanuli yang tumbuh di lima populasi alaminya di Tapanuli – Sumatera Utara
(Content of aboveground carbon, belowground carbon, and total carbon of Tapanuli
strains of P. merkusii that grow at five natural population in Tapanuli, North Sumatra)
Lokasi Diameter (Diameter ) (cm ) Kerapatan Stok Karbon (Carbon stock ) (ton C/ha)
(Location ) Kisaran Rata-rata tegakan (N/ha) Atas Bawah Total
(Range) (Average ) (Stand density) (Aboveground) (Belowground) (Total)
Dolok Tusam Timur 12,4-120,6 57.1 117 143.90 44.30 187.80
Parinsoran 14,6-82,1 36.9 85 37.55 10.70 48.90
Dolok Tusam Barat 30,0-98,0 64.9 107 145.90 44.25 190.40
Lobugala 25,0-94,0 50.3 90 71.45 20.95 93.20
Aek Bilah 28,0-72,0 47.0 52 35.05 10.10 45.70
Rata-rata (average ) 51.2 90 86.77 26.06 113.20
Berdasarkan data pada Tabel 6 dapat diketahui bahwa P. merkusii strain Tapanuli yang
tumbuh di Dolok Tusam Barat memiliki stok karbon total tertinggi (190,40 ton C/ha),
sedangkan stok karbon total terendah (45,70 ton C/ha) ditemukan pada tegakan alam P.
merkusii strain Tapanuli yang tumbuh di Tolang. Tegakan alam P. merkusii strain Tapanuli
yang tumbuh di Dolok Tusam Barat dan Dolok Tusam Timur memiliki stok karbon bagian
atas (aboveground) sedikit di bawah rata-rata stok karbon pada daratan di kawasan tropis
Asia yakni 185 ton C/ha (Iverson et al., 1993).
Perbedaan kandungan biomassa dan stok karbon pada lima lokasi yang diteliti ini secara
tidak langsung juga dapat digunakan untuk menggambarkan dinamika simpanan karbon
tegakan P. merkusii strain Tapanuli pada sebaran alaminya di Tapanuli – Sumatera Utara.
Secara umum kondisi tutupan lahan pada ekosistem daratan Tapanuli mempengaruhi
dinamika karbon pada tegakan alam P. merkusii strain Tapanuli tersebut. Hasil penelitian
ini pun sesuai dengan hasil penelitian Lasco (2002) yang menyatakan bahwa perubahan
tutupan lahan dan kegiatan pemanenan kayu mempengaruhi dinamika karbon hutan di Asia
Tenggara.
187,8 ton C/ha, Lobugala 186,4 ton/ha atau setara dengan 93,2 ton C/ha Parinsoran 97,9
ton/ha atau setara dengan 48,9 ton C/ha dan Tolang 91,3 ton/ha atau setara dengan
45,7 ton C/ha.
B. SARAN
Untuk meningkatkan keakuratan potensi kandungan karbon pada tegakan alam P.
merkusii strain Tapanuli maka perlu dilakukan kegiatan penelitian penghitungan
kandungan karbon organik pada jaringan tanamannya dengan menggunakan NC analyzer.
DAFTAR PUSTAKA
Brown, S. (1997). Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forests: a Primer
UN FAO. Forestry Paper 134, pp 55. FAO, Rome.
Brown, S. (2002). Measuring carbon in forests: current status and future challenges.
Environmental Pollution. 116, 363–372.
Cao, J., Wang, X., Tian, Y., Wen, Z., & Zha, T. (2012). Pattern of carbon allocation across
three different stages of stand development of a Chinese pine (Pinus tabulaeformis)
forest. Ecological Research. 27, 883-892.
Chaturvedi, R.K., Raghubanshi, A.S., & Singh, J.S. (2010). Non-destructive estimation of
tree biomass by using wood specific gravity in the estimator. National Academy
Science Letters. 33, 133-138.
Chave, J. (2005). Measuring wood density for tropical forest trees. A field manual for
CTFS sites. Wood density measurement protocol. Lab. Evolution et Diversite
Biologique. Universite Paul Sabatier. Toulouse. France.
Chave, J., Condit, R., Aguilar, S., Hernandez, A., Lao, S., & Perez, R. (2004). Error
propagation and scaling for tropical forest biomass estimates. Philosophical
Transactions of The Royal Society London Biological Science. 359, 409-420.
Chave, J., Andalo, C., Brown, S., Cairns, M.A., Chambers, J.Q., Eamus, D., Folster, H.,
Fromard, F., Higuchi, N., Kira, T., Lescure, J.P., Nelson, B.W., Ogawa, H., Puig, H.,
Riera, B., & Yamakura, T. (2005). Tree allometry and improved estimation of
carbon stocks and balance in tropical forests. Oecologia. 145, 87-99.
Departemen Kehutanan. (1984). Peta tematik kehutanan provinsi Sumatera Utara. Badan
Inventarisasi dan Tata Guna Hutan. Bogor.
[FAO] Food and Agricultural Organization. (2006). Global Forest Resource Assessment
2005. Diakses 25 Mei 2013 dari www.fao.org/forestry/fra2005.
Fearnside, P.M. (1997). Wood density for estimating forest biomass in Brazilian
Amazonia. Forest Ecology and Management. 90, 59-87.
Finkral, A.J., & Evans, A.M. (2008). The effects of a thinning treatment on carbon stocks
in a northen Arizona ponderosa pine forest. Forest Ecology and Management 255,
2743-2750.
Gower, S.T., Kucharik, C.J., & Norman, J.M. (1999). Direct and Indirect Estimation of
Leaf Area Index, fAPAR, and Net Primary Production of Terrestrial Ecosystems.
Remote Sensing of Environment. 70, 29-51.
[IPCC] Intergovernmental Panel on Climate Change. (2007). Climate Change 2007:
Mitigation. Contribution of Working Group III to the Fourth Assessment Report of
the Intergovernmental Panel on Climate Change [B. Metz, O.R. Davidson, P.R.
Bosch, R. Dave, L.A. Meyer (eds)], Cambridge University Press, Cambridge, United
Kingdom and New York, NY, USA., XXX pp
138
Biomassa Tusam (Pinus merkusii Jungh et De Vriese Tapanuli strain)… (A.G. Ahmad, dkk)
Iverson, R.I., Brown S., & Grainger A. (1993). Carbon sequestration in tropical Asia: an
assessment of technically suitable forest lands using geographic information systems
analysis. Climate Research. 3, 23-38.
[JIFPRO] Japan International Forestry Promotion and Cooperation Center. (2000). Manual
of biomass measurements in plantation and in regenerated vegetation. Japan: Japan
International Forestry Promotion and Cooperation Center.
Kaonga, M.L., & Bayliss-Smith, T.P. (2010). Allometric models for estimation of
aboveground carbon stocks in improved fallows in eastern Zambia. Agroforest
Systems. 78, 217–232.
Ketterings, Q.M., Coe, R., van Noordwijk, M., Ambagau, Y., & Palm, C.A. (2001).
Reducing uncertainty in the use of allometric biomass equations for predicting
above-ground tree biomass in mixed secondary forests. Forest Ecology and
Management. 146, 199-209.
Kim, C., Jaeyeob, J., Rae-Hyun, K., Yeong-Mo, S., Kyeong, H.L., Jin-Seoung, K., & In-
Hyeop, P. (2011). Allometric equations and biomass expansion factors of Japanese
red pine on the local level. Landscape and Ecological Engineering. 7, 283-289.
Konopka, B., Hatsuo, T., & Akira, N. (2000). Biomass distribution in 40-year-old trees of
Japanese Black Pine. Journal of Forest Research. 5, 163-168.
Lasco, R.D. (2002). Forest carbon budgets in Southeast Asia following harvesting and
land cover change. Science in China (Series C). Vol. 45 Supp. Science China Press.
Beijing, China.
Levia Jr, D.F. (2008). A generalized allometric equation to predict foliar dry weight on the
basis of trunk diameter for eastern white pine (Pinus strobus L.). Forest Ecology and
Management 255, 1789 – 1792.
Mangold, R. (1997). Forest Health Monitoring: Field Methods Guide. USDA Forest
Service, FHM Monitoring Program, Research Triangle Park, NC 27709. USA.
Microsoft Office Excel. (2007). Microsoft Inc. United States of America.
Niklas, K.J. (1994). Plant allometry: the scalling of form and process. The University of
Chicago Press Ltd. London.
Oliver, J.G.J., Janssens-Maenhout, G., & Peters, J.A.H.W. (2012), Trends in global CO2
emissions; 2012 Report, The Hague: PBL Netherlands Environmental Assessment
Agency; Ispra: Joint Research Centre.
Peichl, M., & Arain, M.A. (2007). Allometry and partitioning of above- and belowground
tree biomass in an age-sequence of white pine forests. Forest Ecology and
Management. 253, 68-80.
Picard, N., Saint-André, L., & Henry, M. (2012). Manual for building tree volume and
biomass allometric equations: from field measurement to prediction. Food and
Agricultural Organization of the United Nations, Rome, and Centre de Coopération
Internationale en Recherche Agronomique pour le Développement, Montpellier, 215
pp.
Porte, A., Trichet, P., Didier, B., & Denis, L (2002). Allometric relationships for branch
and tree woody biomass of Maritime pine (Pinus pinaster Ait.). Forest Ecology and
Management 158: 71-83.
Reiss, M.J. (1991). The Allometry of growth and reproduction. Cambridge University
Press, New York, Sydney.
Sall, J., Lee Creighton., Ann. Lehman. (2005). JMP Start Statistics. A Guide to Statistics
and Data Analysis Using JMP and JMP in Software. Thomson Learning Academic
Resource Center. Third Edition.
139
Indonesian
Forest Rehabilitation Journal Vol. 2 No. 2, September 2014: 123-144
Samalca, I.K. (2007). Estimation of Forest Biomass and its Error. A case in Kalimantan,
Indonesia. Thesis. International Institute for Geo-Information Science and Earth
Observation (ITC). The Netherlands.
Sharma, M., Richard, G.O., & Ralph, L. A. (2002). A consistent system of equations for
tree and stand volume. Forest Ecology and Management 165: 183-191.
Singh, V., Tewari, A., Kushwaha, S.P.S., &. Dadhwal, V.K. (2011). Formulating
allometric equations for estimating biomass and carbon stock in small diameter trees.
Forest Ecology and Management 261, 1945–1949.
Siregar, C.A. (2007). Pendugaan biomassa pada tanaman Pinus (Pinus merkusii Jungh et
de Vriese) dan konservasi karbon tanah Cianten, Jawa Barat. Jurnal Penelitian
Hutan dan Konservasi Alam Vol. 4 No. 3.
Siregar, C.A. (2011). Develop Forest Carbon Standard and Carbon Accounting System for
Small-scale Plantation Based on Local Experinces. Indonesia’s Ministry of Forestry
– International Tropical Timber Organization. RED-PD 007/09 Rev.2 (F).
Socha, J. & Piotr, W. (2007). Allometric equations for estimating the foliage biomass of
Scots pine. European Journal of Forest Research 126, 263-270.
Steel, R.G.D. & Torrie, J.H. (1981). Principles and procedures of statistic. New York: Mc
Graw-Hill Book Co. Inc.
Tahvanainen, T., Eero, F. (2008). Individual tree models for the crown biomass
distribution of Scots pine Norway spruce and birch in Finland. Forest Ecology and
Management 255, 455-467.
Turski, M., Cezary, B., Katarzyna, K., Tomasz, N. (2008). Allometric equations for
estimating the mass and volume of fresh assimilational apparatus of standing scots
pine (Pinus sylvestris L.) trees. Forest Ecology and Management 255, 2678-2687.
[UNEP] United Nations Environment Programme. (2012). The Emissions Gap Report
2012. United Nations Environment Programme (UNEP), Nairobi.
Wang, C. (2006). Biomass allometric equations for 10 co-occuring tree species in Chinese
temperate forests. Forest Ecology and Management 222, 9-16.
Wirth, C., Schulze, E.D., Schulze, W., von Stunzer-Karbe, D., Ziegler, W., Mijukova, I.M.,
Sogatchev, A., Varlagin, A.B., Panvyorov, M., Grigoriev, S., Kusnetzova, W., Siry,
M., Hardes, R., Zimmermann, R., Vygodskaya, & N.N. (1999). Above-ground
biomass and structure of pristine Siberian Scots forest as controlled by competition
and fire. Oecologia 121, 66-80.
Xiang, W., Shaohui, L., Xiangwen, D., Aihua, S., Xiangdong, L., Dalun, T., Meifang, Z.,
& Changhui, P. (2011). General Allometric equations and biomass allocation of
Pinus massoniana trees on regional scale in southern China. Ecological Research.
26, 697-711.
Xiao, C-W., & Ceulemans, R. (2004). Allometric relationships for below- and
aboveground biomass of young Scots pines. Forest Ecology and Management. 203,
177–186.
Zianis, D., & Mencuccini, M. (2004). On simplifying allometric analyses of forest
biomass. Forest Ecology and Management. 187, 311-332.
Zianis, D., Gavriil, X., Kostas, K., George, K., Dany, G., & Olga, R. (2011). Allometric
equations for aboveground biomass estimation by size class for Pinus brutia Ten.
Trees growing in North and South Aegean Islands, Greece. European Journal of
Forest Research. 130, 145-160.
140
Biomassa Tusam (Pinus merkusii Jungh et De Vriese Tapanuli strain)… (A.G. Ahmad, dkk)
Lampiran (Appendix) 1. Struktur diameter tegakan alam Pinus merkusii strain Tapanuli
pada kluster plot di lima lokasi yang menjadi sebaran alaminya di
Tapanuli, Sumatera Utara (Diameter structure of natural stands
of Pinus merkusii strain Tapanuli on cluster plots at five locations
into the natural distribution in Tapanuli, North Sumatra)
Dolok Tusam Timur Parinsoran Dolok Tusam Barat Lobugala Aek Bilah
(cm) (N/0,4 ha) (N/0,4 ha) (N/0,4 ha) (N/0,4 ha) (N/0,4 ha) (N/2 ha)
0-9,9 0 0 0 0 0 0
10-19,9 2 3 0 0 0 5
20-29,9 5 13 0 3 2 23
30-39,9 6 4 1 8 6 25
40-49,9 9 9 6 6 3 33
50-59,9 5 1 12 9 7 34
60-69,9 9 3 6 8 2 28
70-79,9 2 0 11 1 1 15
80-89,9 2 1 1 0 0 4
90-99,9 3 0 6 1 0 10
100-109,9 1 0 0 0 0 1
110-119,9 2 0 0 0 0 2
120-120,9 1 0 0 0 0 1
141
Indonesian
Forest Rehabilitation Journal Vol. 2 No. 2, September 2014: 123-144
Lampiran (Appendix) 2. Diameter batang setinggi dada, tinggi total, kerapatan kayu,
biomassa bagian atas, biomassa bagian bawah, dan biomassa
total dari 44 sampel yang digunakan sebagai data masukan
untuk penyusunan persamaan allometrik Pinus merkusii strain
Tapanuli pada sebaran alaminya di Sumatera Utara (Diameter at
breast height, total height, wood density, aboveground biomass,
belowground biomass, and total biomass of 44 samples that
were used as data input for formulating allometric equations of
Pinus merkusii Tapanuli strains at its natural distribution in
North Sumatera)
142
Biomassa Tusam (Pinus merkusii Jungh et De Vriese Tapanuli strain)… (A.G. Ahmad, dkk)
34. 74.0 34.8 0.524 2575.20 38.78 1349.48 3993.90 1274.00 5267.90
35. 75.0 36.0 0.520 2700.00 39.00 1404.00 3561.74 1124.76 4686.50
36. 76.0 24.3 0.500 1845.28 38.02 923.02 3684.90 1188.70 4873.60
37. 79.5 32.5 0.558 2583.75 44.36 1441.73 3876.91 1224.29 5101.20
38. 82.0 28.6 0.507 2345.20 41.56 1188.54 3807.00 1173.10 4980.10
39. 86.0 33.0 0.586 2838.00 50.40 1663.07 4837.78 1527.72 6365.50
40. 95.0 35.0 0.539 3325.00 51.21 1792.18 5758.90 1818.60 7577.50
41. 104.0 36.0 0.520 3744.00 54.08 1946.88 6848.74 2162.76 9011.50
42. 110.9 38.0 0.551 4214.20 61.11 2322.02 8710.36 2750.64 11461.00
43. 115.5 37.0 0.583 4273.50 67.34 2491.45 9733.55 3073.75 12807.30
44. 120.6 36.5 0.451 4401.90 54.39 1985.26 8018.08 2532.02 10550.10
143
Indonesian
Forest Rehabilitation Journal Vol. 2 No. 2, September 2014: 123-144
144