L. Akhir Bahtiar
L. Akhir Bahtiar
L. Akhir Bahtiar
WIWIK KRISNAWATI
1910517320007
KELOMPOK 1
Halaman
DAFTAR ISI............................................................................................... i
DAFTAR TABEL....................................................................................... ii
PENDAHULUAN...................................................................................... 1
Latar Belakang................................................................................... 1
Tujuan................................................................................................ 3
Hasil .................................................................................................. 5
Pembahasan....................................................................................... 9
KESIMPULAN........................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
Latar Belakang
obatan serta kebutuhan hidup yang lain (2) Merupakan sumber ilmu pengetahuan
dan tehnologi (3) mengembangkan sosial budaya umat manusia (4)
Membangkitkan nuansa keindahan yang merefleksikan penciptanya. (Endarwati,
2005)
Pestisida hayati (pestisida nabati dan pestisida mikroba) merupakan salah
satu komponen dalam konsep PHT yang ramah lingkungan. Pestisida hayati
(biopestisida) adalah senyawa organik dan mikroba antagonis yang menghambat
atau membunuh hama dan penyakit tanaman. Biopestisida memiliki senyawa
organik yang mudah terdegradasi di alam. Namun di Indonesia jarang dijumpai
tanaman yang berkhasiat menghambat atau mematikan hama dan penyakit
tanaman. Penggunaan biopestisida kurang disukai petani karena efektivitasnya
relatif tidak secepat pestisida kimia. Biopestisida cocok untuk pencegahan
sebelum terjadi serangan hama dan penyakit (preventif) pada tanaman (Sumartini,
2016).
Pestisida nabati memiliki banyak macam berdasarkan fungsi
mengendalikan hama seperti insektisida, bakterisida, akarisida dan lain-lain.
Penggunaan insektisida nabati dilakukan sebagai alternative untuk mengendalikan
hama tanaman sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan seperti
penggunaan pestisida kimia (Tohir, Ali M., 2010).
Menurut Suryaningsih & Hadisoeganda (2004), kriteria tumbuhan sumber
bahan bahan pestisida nabati yang baik meliputi (i) toksisitas terhadap OPT bukan
sasaran nol atau rendah, (ii) biotoksin lebih dari satu cara kerja, (iii) diekstrak dari
tumbuhan yang mudah diperbanyak, tahan terhadap kondisi suboptimal, dan tidak
menjadi inang alternatif OPT, (iv) tumbuhan sumber tidak berkompetisi dengan
tanaman budidaya, (v) tumbuhan sumber berfugsi multiguna, (vi) biotoksin efektif
pada konsentrasi kurang dari 10 ppm (3-5% bobot kering bahan), (vii) sebagai
pelarut digunakan air, (viii) bahan baku dapat digunakan baik kondisi segar atau
kering, (ix) teknologi pestisida nabati bersifat sederhana dan mudah dipahami, dan
(x) murah, bahan baku mudah diperoleh, dan tersedia secara berkesinambungan.
Bahan-bahan alami potensial menggantikan pestisida kimiawi tersedia melimpah
6
Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui efektifitas
pemberian pestisida nabati daun pepaya dan daun sirsak terhadap produksi
tanaman terong pada kondisi cuaca yang ekstrim di wilayah Banjarbaru
Kalimantan Selatan.
TINJAUAN PUSTAKA
Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah bibit tomat, pupuk
kandang, air, polybag dan pestida nabati daun sirsak.
Alat
Prosedur Kerja
Hasil
Pengamatan Mingguan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Rata
Perlak
No. -
uan (11/ (18/ (25/ (02/ (09/ (16/ (23/ (30/ (06/
rata
9/20 9/20 9/20 10/2 10/2 10/2 10/2 10/2 11/2
23) 23) 23) 023) 023) 023) 023) 023) 023)
1. Kontrol 7,3 10 19 29 30,5 32 31 33,5 33,6 25,1
2. P1 11 15 19 30 35 40 40 41 37 29,8
4. P3 14 23 38 51 64 64 79 70 73 52,9
Pengamatan Mingguan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Rata
Perlak
No. -
uan (11/ (18/ (25/ (02/ (09/ (16/ (23/ (30/ (06/
rata
9/20 9/20 9/20 10/2 10/2 10/2 10/2 10/2 11/2
23) 23) 23) 023) 023) 023) 023) 023) 023)
1. Kontrol 9 21 32 48 57 69 67 31 11 38,3
2
3. P2 19 19 38 47 59 68 88 92 125 61,7
7. P6 14 12 16 17 15 14 17 0 0 11,7
Pengamatan Mingguan
Perl 1 2 3 4 5 6 7 8 9
No. aku
(11/9/2 (18/ (25/ (02/ (09/ (16/ (23/ (30/ (06/
an
023) 9/20 9/20 10/2 10/2 10/2 10/2 10/2 11/2
23) 23) 023) 023) 023) 023) 023) 023)
Liriomy Lirio lirio lizio lirio lirio Lirio Lirio lirio
za, myz myz myz myz myz myz myz myz
kutu a, a a a, a, a, a, a
Kont daun kutu sem kutu kutu kutu
1.
rol dau ut kebu kebu kebu
l l, l,
n
lalat lalat
kecil kecil
n dau ut
kebu
l
Tabel 4. Predator
Pengamatan Mingguan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Perlak
No.
uan (11/ (18/ (25/ (02/ (09/ (16/ (23/ (30/ (06/
9/20 9/20 9/20 10/2 10/2 10/2 10/2 10/2 11/2
23) 23) 23) 023) 023) 023) 023) 023) 023)
1. Kontrol
Laba sem
4. P3
-laba ut
Laba Laba
5. P4
-laba -laba
6. P5
7. P6
1. Kontrol 30% 19% 20% 21% 25% 31% 48% 76% 87% 39,7
%
2. P1 27% 32% 40% 43% 64% 65% 69% 78% 80% 55,3
%
3. P2 15% 57% 60% 65% 67% 69% 70% 73% 75% 61,2
%
4. P3 28% 17% 28% 55% 59% 81% 82% 87% 90% 58,6
%
5. P4 31% 37% 41% 45% 46% 64% 82% 85% 89% 57,8
%
6. P5 18% 61% 68% 79% 85% 86% 88% 90% 93% 74,2
%
20% 35% 69% 80% 90% 95% 95% 96% 100 75,6
7. P6
% %
Pembahasan
P4 rata rata nya 58, P5 rata ratanya 74%, P6 rata ratanya 75, dari data tersebut
menunjukkan bahwa dosis yang paling efektif ada lah dosis 45 ml. Pada P5
intensitas serangan hama hampir sama dengan P6 yaitu 60ml pestisida nabati daun
sirsak dan pestisida nabati daun pepaya. Hal tersebut mungkin terjadi karena pada
P5 dan P6 konsentrasi bahan aktif pada pestisida terlalu banyak tetapi tanaman yg
tumbuh tidak terlalu baik.
Dosis pestisida nabati terhadap pertumbuhan daun serta tinggi tanaman yang
berpengaruh nyata yaitu pada dosil 45ml yang memiliki angka persenan 52%,
91% dan 41%, 109%, sedangkan untuk dosis 60 ml memiliki pengaruh yang tidak
nyata dikarenakan tanaman menjadi lambat pertumbuhan, angka yang diperoleh
yaitu 14%, 23% dan 9%, 11%. Dan untuk dosis 15ml cukup berpengaruh nyata
diangka 29% , 148% dan 34%, 61% .
Hama yang terlihat menyerang pada tanaman hanya jenis kutu kutuan (Ordo
Hemiptera) seperti kutu kebul, kuti putih, kutu daun. Sedangkan serangan
Liriomyza hanya terlihat pada minggu pertama saja. Hal tersebut terjadi karena
pestisida sangat berpengaruh terhadap Liriomyza atau terhadap ordo Diptera
sedangkan untuk jenis kutu-kutuan (Hemiptera) kurang efektif. Untuk hama dari
golongan belalang (ordo orthoptera) tidak ditemukan sama sekali. Pestisida ini
efektif untuk mengatasi serangan hama dari ordo orthoptera, terlihat dari sekitaran
tanaman bahwa belalang hanya memakan rerumputan sekitar tanaman. Kurang
nya dari pestisida ini adalah predator atau musuh alami dari hama juga ikut terusir
dari lingkungan tanaman. Terbukti dari pengamatan yang terlihat hanya semut
(predator dari ordo Hymenoptera).
Kondisi iklim sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, cuaca pada saat
penanaman hingga pengamatan terakhir yang selalu berubah-ubah membuat
tanaman memerlukan perhatian lebih akan kandungan air pada media tanam.
Cuaca panas yang terjadi hampir setiap hari dengan panas yang sangat terik
mencapai 36°C membuat tanaman menjadi kekurangan air sehingga apabila
penyiraman pada sore hari atau pagi hari tidak dilakukan dapat menyebabkan
tanaman layu kekurangan air. Hal ini berdampak pula pada efektivitas pestisida
11
yang di aplikasikan, dengan cuaca yang rata rata panas dapat membuat pestisida
yang diaplikasikan mudah menguap. Hal ini di jelaskan pula oleh (Parnata, 2018),
faktor-faktor seperti suhu, kelembaban udara, dan intensitas sinar matahari dapat
memengaruhi kinerja pestisida nabati secara langsung maupun tidak langsung.
Misalnya, suhu yang tinggi dapat meningkatkan volatilitas bahan aktif dalam
pestisida nabati, sehingga mengurangi daya tahannya dilalapangan.
KESIMPULAN
Azmin, N., & Rahmawati, A. (2019). Skrining dan Analisis Fitokimia Tumbuhan
Obat Tradisional Masyarakat Kabupaten Bima. Jurnal Bioteknologi &
Biosains Indonesia (JBBI), 6(2):259-268.
Cristina, R.D. (2018). Keanekaragaman Serangga Pengunjung Bunga Pada
Ekosistem Pertanian Organik dan Konvensional. Skripsi. Fakultas
Pertanian, Universitas Andalas.
Fadil, M., & Sutejo, H. (2020). Pengaruh Jenis dan Dosis Pupuk Organik terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Terong (Solanum Melongena l.)
Varietas Milano. Agrifor: Jurnal Ilmu Pertanian dan Kehutanan, 19(1): 87-
98.
Mayestic Silverly Chintami Mawuntu. Efektivitas Ekstrak Daun Sirsak dan Daun
Pepaya Dalam Pengendalian Plutella xylostella L. (Lepidoptera;
Yponomeutidae) Pada Tanaman Kubis Di Kota Tomohon. Jurnal Ilmiah
Sains, 16(1): 34-44.
Sa’id, E.G., (2016). Dampak Negatif Pestisida, Sebuah Catatan bagi Kita Semua.
Agrotek, 2(1):71-72.
Sahri, M & Rosdiana. (2017). Respon Tanaman Terong (Solanum malongena L.)
Terhadap Interval Pemberian Pupuk Organik Cair Dengan Interval Waktu
Yang Berbeda. Prosiding Seminar Nasional 2017 Fak. Pertanian UMJ, Hal
: 155–162