0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
2K tayangan

LP Peb

Diunggah oleh

baiqhulyati
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
2K tayangan

LP Peb

Diunggah oleh

baiqhulyati
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS


PRE EKLAMSIA BERAT (PEB) DI RUANG VK BERSALIN RSUD
Dr. R. SOEDJONO SELONG LOMBOK TIMUR - NTB

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Stase Maternitas

Di Susun Oleh :
Baiq Hulyati., S.Kep

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) HAMZAR
MAMBEN LOMBOK TIMUR
2024
LAPORAN PENDAHULUAN

PRE EKLAMSIA BERAT (PEB)

Pendidikan Profesi Ners

Stase Keperawatan Maternitas

Laporan Pendahuluan Kasus di Ruang VK

RSUD Dr. R. Soedjono Selong 2024

oleh

Nama : Baiq Hulyati., S. Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAMZAR

LOMBOK TIMUR - NTB

2024
LAPORAN PENDAHULUAN
PRE EKLAMSIA BERAT (PEB)

A. Pengertian

Preeklamsia merupakan kesatuan penyakit yang langsung

disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas

(Sofian, 2015). Definisi preeklamsia adalah penyakit dengan tanda-

tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena

kehamilan, atau dapat timbul lebih awal bila terdapat perubahan

pada hidatidiformis yang luas pada vili dan korialis (Mitayani,

2012).

Menurut definisi Manuaba, (1998) mendefinisikan bahwa

preeklamsia (toksemia graνidarum) merupakan tekanan darah tinggi

yang disertai dengan proteinuria (protein dalam air kemih), atau

edema (penimbunan cairan), yang terjadi pada kehamilan 20

minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan (Sukarni,

2013).

Preeklamsia dan eklamsia adalah kumpulan gejala yang

timbul pada ibu hamil, bersalin, dan dalam masa nifas yang terdiri

dari trias hipertensi, proteinuria, dan edema, yang kadang-kadang

disertai konvulsi sampai koma. Ibu hamil tersebut tidak

menunjukkan tanda-tanda kelainan-kelainan vaskuler atau

hipertensi sebelumnya (Sofian, 2015).

B. Klasifikasi Preeklamsia
Menurut Sofian (2015), preeklamsia dibagi menjadi 2

golongan yaitu preeklamsia ringan dan preeklamsia berat.

1. Preeklamsia ringan

Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur

pada posisi berbaring terlentang, atau kenaikan diastolik 15

mmHg atau lebih, atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih.

Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan

dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya dengan selang waktu 6

jam. Edema umum, kaki, jari tangan, serta wajah, atau kenaikan

berat badan 1 kg atau lebih per minggu. Proteinuria kwantitatif

0,3 gr atau lebih per liter, kwalitatif 1+ atau 2+ pada urin

kateter atau midstream.

2. Preeklamsia berat

Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih, proteinuria 5

gr atau lebih per liter, Oliguria, adalah jumlah urin kurang dari

500 cc per 24 jam. Adanya gangguan serebral, gangguan visus,

serta rasa nyeri di epigastrium. Dan terdapat edema paru dan

sianosis.

C. Etiologi Preeklamsia

Penyebab preeklamsia sampai sekarang belum diketahui

secara pasti, tetapi Pada umumnya disebabkan oleh (νasopasme

arteriola). Faktor — faktor lain yang dapat diperkirakan akan

mempengaruhi timbulnya preeklamsia yaitu sebagai berikut

(sutrimah, 2015).
1. Usia Ibu

Usia merupakan usia individu terhitung mulai saat

individu dilahirkan sampai saat berulang tahun, semakin

cukup usia, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan

lebih matang dalam proses berfikir. Insiden tertinggi pada kasus

preeklampsia pada usia remaja atau awal usia 20 tahun, namun

prevalensinya meningkat pada wanita dengan usia diatas 35

tahun.

2. Usia Kehamilan

Preeklampsia biasanya akan muncul setelah usia

kehamilan minggu ke 20, gejalanya yaitu kenaikan tekanan

darah. Jika terjadi di bawah usia kehamilan 20 minggu, masih

dikategorikan dalam hipertensi kronik. Sebagian besar kasus

preeklampsia terjadi pada minggu > 37 minggu dan semakin tua

usia kehamilan maka semakin berisiko terjadinya preeklampsia.

3. Paritas

Paritas merupakan keadaan seorang ibu yang melahirkan

janin lebih dari satu. Menurut Manuaba paritas adalah wanita

yang pernah melahirkan dan dibagi menjadi beberapa istilah:

a) Primigravida: seorang wanita yang telah melahirkan

janin untuk pertama kalinya.

b) Multipara: seorang wanita yang telah melahirkan janin lebih

dari satu kali.


c) Grande Multipara: wanita yang telah melahirkan janin lebih

dari lima kali.

4. Riwayat Hipertensi / preeklamsia

Riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya

adalah faktor utama. Kehamilan pada wanita yang memiliki

riwayat preeklampsia sebelumnya berkaitan dengan tingginya

kejadian preeklampsia berat, preeklampsia onset dini, dan

dampak perinatal yang buruk (Lalenoh, 2018).

5. Genetik

Riwayat preeklampsia pada keluarga juga dapat

meningkatkan risiko hampir tiga kali lipat adanya riwayat

preeklampsia. Pada ibu dapat meningkatkan risiko sebanyak 3,6

kali lipat (Lalenoh, 2018).

6. Penyakit Terdahulu (Diabetes Militus)

Jika sebelum hamil ibu sudah terdiagnosis diabetes,

kemungkinan akan terkena preeklampsia meningkat 4 kali lipat.

Sedangkan untuk kasus hipertensi, prevalensi preeklampsia pada

ibu dengan hipertensi kronik lebih tinggi dari pada ibu yang

tidak menderita hipertensi kronik.

7. Obesitas

Terjadinya peningkatan risiko munculnya preeklampsia

pada setiap peningkatan indeks masa tubuh. Sebuah studi

kohort mengemukakan bahwa ibu dengan indeks masa tubuh


>35 akan memiliki risiko mengalami preeklampsia sebanyak

2 kali lipat.

8. Bad 0bstetrik History

Ibu hamil yang pernah mempunyai riwayat preeklampsia,

kehamilan molahidatidosa, dan kehamilan ganda kemungkinan

akan mengalami preeklampsia pada kehamilan selanjutnya,

terutama jika diluar kehamilan menderita tekanan darah tinggi

menahun.

D. Patofisiologi

Pada preeklamsia terjadi spasme pembuluh darah disertai

dengan ritensi garam serta air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme

hebat arteiola glomelurus. Dalam beberapa kasus, lumen arteriola

sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel

darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami

spasme, maka tekanan darah akan naik, sehingga usaha untuk

mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat

dicukupi (Sofian, 2015).

Sedangkan kenaikan berat badan serta edema yang

disebabkan oleh penimbunan air yang yang berlebihan dalam

ruangan interstisial belum diketahui penyebabnya, mungkin karena

retensi air serta garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme

arteliola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus (Sofian,

2015).
E. Phatway
F. Tanda dan Gejala Preeklamsia

Menurut Mitayani (2012), preeklamsia memiliki dua gejala

yang sangat penting yaitu hipertensi dan proteinuria yang

biasanya tidak disadari oleh wanita hamil. Penyebab dari kedua

masalah diatas yaitu sebagai berikut:

1. Tekanan darah

Peningkatan tekanan darah merupakan tanda peningkatan

awal yang penting pada preeklamsia. Tekanan diastolik adalah

tanda prognostik yang lebih andal dibandingkan dengan tekanan

sistolik. Pada tekanan diastolik sebesar 90 mmHg atau lebih

yang terjadi terus-menerus menunjukkan keadaan abnormal.

2. Kenaikan berat badan

Peningkatan berat badan yang tiba-tiba mendahului

serangan preeklamsia serta bahkan kenaikan berat badan (BB)

yang berlebihan adalah tanda pertama preeklamsia pada

sebagian wanita. Peningkatan berat badan normal ialah 0,5 kg

per minggu. Apabila 1 kg dalam seminggu, maka kemungkinan

terjadinya preeklamsia harus dicurigai. Peningkatan berat badan

terutama disebabkan karena retensi cairan serta selalu dapat

ditemukan sebelum timbulnya gejala edema yang tampak jelas

seperti kelopak mata yang bengkak atau jaringan tangan yang

membesar.

3. Proteinuria
Pada preeklamsia ringan, proteinuria hanya minimal

positif satu, positif dua, atau tidak sama sekali. Pada kasus berat

proteinuria dapat ditemukan serta dapat mencapai 10 g/dL.

Proteinuria hampir selalu timbul kemudian dibandingkan

hipertensi serta kenaikan berat badan (BB) yang berlebihan.

Adapaun gejala-gejala subyektif yang dirasakan pada

preeklamsia yaitu sebagai berikut.

a) Nyeri kepala

Jarang ditemukan pada kasus ringan, namun akan sering

terjadi pada kasus-kasus berat. Nyeri kepala sering terjadi

pada daerah frontal dan oksipital, dan tidak sembuh dengan

pemberian analgesik biasa.

b) Nyeri epigastrium

Adalah keluhan yang sering ditemukan pada preeklamsia

berat. Keluhan ini disebabkan oleh tekanan pada kapsula

hepar akibat edema atau perdarahan.

c) Gangguan penglihatan

Keluhan penglihatan yang tertentu dapat disebabkan oleh

spasme arterial, iskemia, serta edema retina serta pada

kasus-kasus yang langka disebabkan oleh ablasio retina.

Pada preeklamsia ringan tidak ditemukan tanda- tanda

subjektif.

G. Komplikasi
Menurut Mitayani (2012), komplikasi yang dialami

bergantung pada derajat preeklamsia yaitu antara lain:

1. Komplikasi pada ibu

a. Eklamsia.

b. Solusio plasenta.

c. Perdarahan subkapsula hepar.

d. Kelainan pembekuan darah disseminated intraνascular

coagulation (DIC).

e. Sindrom HELLP (hemolysis, eleνated, liνer, enzymes, dan low

platelet count).

f. Ablasio retina.

g. Gagal jantung hingga shok dan kematian.

2. Komplikasi pada janin

a. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus.

b. Premature

c. Asfiksia neonatorum.

d. Kematian janin dalam uterus.

e. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal.

H. Pencegahan

Pencegahan preeklamsia atau diagnosis dini dapat mengurangi

kejadian dan menurunkan angka kesakitan serta kematian (Sofian,

2012).

1. Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti,

mengenali tanda- tanda sedini mungkin (preeklamsia ringan),


lalu diberikan pengobatan yang cukup agar penyakit tidak

menjadi lebih berat.

2. Selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya preeklamsia

jika ada faktor- faktor predisposisi.

3. Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur,

ketenangan, serta pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak,

serta karbohidrat dan tinggi protein, juga menjaga kenaikan

berat badan yang berlebihan.

I. Penanganan Preeklamsia

Tujuan utama penanganan yaitu untuk mencegah terjadinya

preeklamsia dan eklamsia, hendaknya janin lahir hidup serta trauma

pada janin seminimal mungkin (Sofian, 2015).


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PRE EKLAMSIA BERAT (PEB)

A. Pengkajian

1. Data subjektif

a. Identitas pasien dan penanggung jawab

Pada bagian ini berisi nama, jenis kelamin, umur, agama, status

perkawinan, pekerjaan, pendidikan terakhir, alamat, no. RM, dan

diagnosa medis pasien.

b. Alasan datang

c. Keluhan utama

d. Riwayat kesehatan

1) Riwayat yang lalu

2) Penyakit sekarang

3) Penyakit keluarga

e. Riwayat perkawianan

f. Riwayat KB

g. Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu

1) Riwayat kesehatan sekarang

2) Prilaku kesehatan

3) Pola kebiasaan sehari-hari

2. Data objektif

a. Pemeriksaan umum c. Pemeriksaan diagnstik

b. Pemeriksaan khusus d. Pemeriksaan Terapi


B. Diagnosa

1. Nyeri akut berhubungan b/d agen pencedera fisiologi (mis. Inflamasi,

iskemia, neoplasma), agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar,

bahan kimia iritan, agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi,

terbakar, terpotong, mengngkat berat, prosedur operasi, trauma,

latihan fisik berlebihan).

2. Risiko cedera pada janin b/d besarnya ukuran janin, malposisi janin,

induksi persalinan, persalinan lama kala I,II DAN II, disfungsi uterus,

kecemasan yang berlebihan, riwayat persalinan yang sebelumnya, usia

ibu kurang dari 15/ lebih dari 35 tahun,nyeri pada abdomen, nyeri pada

jalan lahir, penggunaan alat bantu persalinan, kelelahan.

3. Ansietas b/d krisis situasional, kebutuhan tidak tepenuhi, krisis

maturasional, ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap

kematian, kakhawatir mengalamai kegagalan, disfungsi system

keluarga.
C. Intervensi

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi

1 Nyeri akut b/d agen


pencedera fisiologi (mis. Setelah dilakukan tindakan asuhan Manajemen nyeri I. 08238
Inflamasi, iskemia, keperawatan selama …x 24 jam
neoplasma), agen pencedera diharapkan nyeri pasien berkurang Observasi :
kimiawi (mis. Terbakar, atau menurun. Kriteria hasil : Tingkat
a. Identifikasi lokasi,karakteristik,durasi,
bahan kimia iritan, agen nyeri L. 08066 :
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
pencedera fisik (mis.
a. Keluhan nyeri menurun
Abses, amputasi, terbakar, b. Identifikasi skala nyeri
terpotong, mengngkat b.Meringis menurun
berat, prosedur operasi, c. Identifikasi respons nyeri non verbal
trauma, latihan fisik c. Sikap protektektif menurun
berlebihan). d. Identifikasi faktor yang memperberat dan
D.0077 d.Gelisah menurun memperingan nyeri

e. Kesulitan tidur menurun e. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang


nyeri
f. Frekuensi nadi membaik
f. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
g.Pola nafas membaik nyeri

h.Tekanan darah membaik g. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

i. Fungsi berkemih membaik h. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang


sudah diberikan
j. Nafsu makan membaik
k.Pola tidur membaik i. Monitor efek samping penggunaan analgetik

Terapeutik :

a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk


mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi bermain)

b. kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri

c. fasilitasi istirahat dan tidur

d. pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam


pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi :

a. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

b. Jelaskan strategi meredakan nyeri

c. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

d. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

e. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk


mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi :

a. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2 Risiko cedera pada janin b/d


besarnya ukuran janin, Setelah dilakukan tindakan asuhan Pemantauan Denyut Jantung Janin. L 02056
malposisi janin, induksi keperawatan selama …x 24 jam Observasi :
persalinan, persalinan lama diharapkan tingkat cedera menurun 1. Identifikasi status obstetrik
kala I,II DAN II, disfungsi dengan Kriteria Hasil : L14136 2. Identifikasi riwayat obstetric
uterus, kecemasan yang 1. Kejadian cedera menurun 3. Identifikasi adanya penggunaan obat, diet dan
berlebihan, riwayat persalinan 2. Luka/lecet menurun merokok
yang sebelumnya, usia ibu 3. Fraktur menurun 4. Identifikasi pemeriksaan kehamilan sebelumnya
4. Perdarahan menurun 5. Periksa denyut jantung janin selama 1 menit
kurang dari 15/ lebih dari 35
5. Ekspresi wajah kesakita menurun 6. Monitor denyut jantung janin
tahun,nyeri pada abdomen,
6. Agitasi menurun 7. Monitor tanda vital ibu
nyeri pada jalan lahir,
7. Iritabilitas menurun Terapeutik :
penggunaan alat bantu
8. Gangguan mobilitas menurun 1. Atur posisi pasien
persalinan, kelelahan.
9. Gangguan kognitif 2. Lakukan maneuver leopold untuk menentukan
posisi janin
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
3 Ansietas b/d krisis
situasional, kebutuhan tidak Setelah dilakukan tindakan asuhan Reduksi Ansietas : l.09314
tepenuhi, krisis maturasional, keperawatan selama …x 24 jam Observasi :
ancaman terhadap konsep diharapkan tingkat Ansietas menurun 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
diri, ancaman terhadap dengan Kriteria Hasil : L.09093 2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
1. Verbalisasi kebingungan 3. Monitor tanda-tanda ansietas
kematian, kakhawatir menurun Terapeutik :
mengalamai kegagalan, 2. Verbalisasi khawatir akibat 1. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
disfungsi system keluarga. kondisi yang dihadapi menutun kepercayaan
3. Prilaku gelisah menurun 2. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
4. Perilaku tegang menurun 3. Pahami situasi yang membuat ansietas
5. Keluhan pusing menurun 4. Dengarkan dengan penuh keperhatian
6. Anoreksia menurun 5. Gunakan pendekatan yang tenang dan
7. Palpitasi menurun menyakinkan
8. Diaphoresis menurun 6. Tempatkan banrang pribadi yang memberi
9. Tramor menurun kenyamanan
10. Pucat menurun 7. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu
11. Konsentrasi membaik kecemasan
12. Pola tidur membaik 8. Diskusi perencanaan realistis tentang pristiwa yang
akan dating
Edukasi :
1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin
dialami
2. Informasikan secara factual mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien,
jika perlu
4. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
5. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
6. Latih penggunaan makanisme pertahannan diri
yang tepat
7. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi :
1. Kolaburasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
D. Implementasi Keperawatan

Implementasi Keperawatan Pelaksanaan adalah realisasi rencana

tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan meliputi

pengumpulan data dan berkelanjutan dan mengobservasi kondisi klien.

Pertahankan keseimbangan produksi dan kehilangan pada klien dengan

intervensi yang telah ditetapkan (Setiadi, 2016).

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi dilakukan dengan membandingkan respon klien terhadap

hasil yang diharapkan dari rencana keperawatan. Tentukan apakah

dibutuhkan revisi rencana. Setelah intervensi, pantau tanda vital klien

untuk mengevaluasi perubahan (Setiadi, 2016).


DAFTAR PUSTAKA

Nuratif, A.H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis


dan Nanda Nic-Noc. Edisi Revisi Jilid 3. Jogjakarta: Meidcation Jogja.

Nurhati, Ummi. 2009. Buku Pintar Kehamilan Lengkap 9 Bulan Yang


Menakjubkan. Jakarta : Garamond

Nugroho, Taufan. 2011. Buku Ajar Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan.


Yogyakarta: Nuha Medika

Rukiyah, Ai Yeyeh dkk. 2012. Asuhan Kebidanan II Persalinan Edisi Revisi.


Jakarta: Buku Kesehatan.

Herdmand, T & Kamitsuru, S. 2014. NANDA International Nursing Diagnoses:


Definitions & Classification 2015-2017 10nd ed. Oxford: Wiley Blackwell.

Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC.

Moorhead, S. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Measurement of


Health Outcomes 5th Edition. Missouri: Elsevier Saunder.

Tim pokja SDKI PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia. DPP PPNI.
Tim pokja SIKI PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia. DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy