PTK Amriah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu tujuan pengajaran bahasa Indonesia secara umum adalah agar

siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa.. Pengajaran bahasa dikenal

ada empat komponen berbahasa yang perlu dicapai siswa, yaitu keterampilan

mendengarkan (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills),

keterampilan membaca (reading skills), dan (writing skills) keterampilan menulis

Tarigan (2000: 1).

Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan satu sama lain, tidak

boleh dipisah-pisahkan dan harus dikuasai jika kita ingin benar-benar menguasai

bahasa itu sendiri, karena setiap keterampilan erat sekali hubungannya dengan

proses berpikir yang mendasari bahasa. Keterampilan berbicara dan keterampilan

menulis merupakan keterampilan produktif, artinya siswa diharapkan mempunyai

keterampilan dan kemampuan mengungkapkan gagasan dalam menggunakan

bahasa lisan maupun bahasa tulisan.

Adapun kegiatan pembelajaran menulis, siswa diarahkan untuk mampu

berkomunikasi dengan bahasa tulis. Siswa diharapkan mampu menuangkan

gagasan atau idenya secara runtut dengan isi yang tepat, struktur yang benar

sesuai dengan konteksnya.

Menulis merupakan faktor yang sangat penting bagi kehidupan kita. Melalui

menulis, kita dapat mengungkapkan ide, mengekspresikan pikiran, pengetahuan,


perasaan, ilmu dan pengalaman-pengalaman hidup kita ke dalam bahasa tulis.

Bentuk pengungkapan tersebut dapat kita wujudkan dalam bentuk puisi, artikel,

cerpen, maupun karangan bentuk lain. Menulis merupakan suatu keterampilan

berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak

secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang

produktif dan ekspresif. Keterampilan menulis ini tidak datang secara otomatis,

melainkan harus melalui latihan dan praktek yang banyak, teratur dan rutin.

Menulis atau menyunting karangan adalah kegiatan berbahasa yang

menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Kegiatan berbahasa tersebut adalah

dalam rangka menyampaikan pesan kepada orang lain. Pesan yang dimaksud

harus dapat dipahami, sebab kegiatan berbahasa tulis merupakan bentuk

komunikasi. Pengembangan kemampuan menulis atau menyunting karangan perlu

mendapat perhatian yang sungguh-sungguh sejak pendidikan tingkat dasar.

Sebagai aspek kemampuan berbahasa, menulis dapat dikuasai siapa saja yang

memiliki kemampuan intelektual yang memadai. Berbeda dengan kemampuan

menyimak dan berbicara, menulis tidak diperoleh secara alamiah, tetapi harus

dilatih dan dipelajari secara sungguh-sungguh.

Melalui pengajaran menulis, siswa diharapkan memiliki kegemaran menulis

untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalamannya. Dengan bekal yang cukup,

siswa akan dapat menuangkan gagasan dan perasaannnya serta menyukai kegiatan

menulis seperti menyunting karangan.

Berdasarkan uraian tersebut, jelas bahwa keterampilan menulis sangat

penting. Oleh karena itu, menulis harus dilatih secara sungguh-sungguh agar
tujuan pembelajaran menulis dapat tercapai secara optimal. Hal ini penting untuk

dilaksanakan mengingat menulis merupakan sarana yang amat penting untuk

mengembangkan intelektual anak sejak pendidikan dasar. Keterampilan menulis

merupakan proses belajar yang memerlukan ketekunan berlatih, semakin rajin

berlatih menulis semakin meningkat pula keterampilan kita dalam menulis. Oleh

karena itu, keterampilan menulis siswa perlu ditumbuhkembangkan dan

diharapkan mampu menulis berbagai hal termasuk menyunting sebuah karangan.

Menyunting atau mengedit berarti memperbaiki tulisan. Secara sederhana

hal yang diperbaiki meliputi ejaan, tanda baca, penulisan kata, dan kalimat.

Sebelum menyunting sebuah tulisan, penyunting harus membaca isi tulisan

seluruhnya.

Seorang penyunting yang baik adalah tokoh yang langka, yang memiliki

kemampuan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Sebab, ia adalah seorang

pembaca yang cerdas, seoarang kritikus yang peka dan taktis dan sangat

memperhatikan kesalahan sekecil apapun serta mengecek masalah-masalah kecil

tentang keruntutan tulisan orang lain. Oleh karena itu, untuk menyunting sebuah

karangan atau karangan erat kaitannya dengan pegetahuan yang dimiliki oleh

siswa dan kondisi lingkungan belajar yang kondusif.

Selama ini proses belajar mengajar yang banyak dilakukan oleh seorang

guru adalah model pembelajaran konvensional atau tradisional, yaitu model

pembelajaran ceramah dengan cara komunikasi satu arah (teaching directed).

Model pembelajaran ini yang aktif 90% adalah pengajar atau guru, sedangkan

siswa biasanya hanya menfungsikan indera penglihatan dan indera


pendengarannya.

Dalam hal ini, tugas seorang guru hanya menyampaikan pokok bahasan,

sehingga mutu pengajaran menjadi tidak jelas karena yang diukur hanya daya

serap sesaat yang diungkap lewat proses penilaian hasil belajar yang artifisial.

Pengajaran tidak diarahkan ke partisipatori total peserta didik yang pada akhirnya

dapat melekat sepenuhnya dalam diri peserta didik.

Kebanyakan siswa beranggapan bahwa selama ini proses belajar mengajar

yang diterapkan oleh guru di kelas masih kurang memuaskan. Hal ini disebabkan

karena metode maupun media pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang

tepat dan kurang bervariasi. Guru dalam mengajarkan materi kepada siswanya

terkesan monoton dan membosankan karena guru kurang menguasai dan

memahami metode pembelajaran mana yang cocok untuk diterapkan kepada

siswa, sehingga siswa akan merasa senang dan tertarik untuk mempelajarinya.

Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru hanya menjelaskan materi,

kemudian memberi tugas, setelah itu tidak ada evaluasi di akhir pembelajaran,

sehingga siswa tidak mengetahui sampai sejauh mana keberhasilannya dalam

belajar.

Banyak dijumpai siswa yang mengeluh karena kesulitan dalam kegiatan

menyunting karangan khususnya karangan. Hal ini disebabkan karena beberapa

faktor, antara lain siswa tidak mempunyai tujuan pembelajaran yang jelas, siswa

merasa jenuh dan bosan belajar di dalam kelas, siswa tidak senang dengan materi

penyuntingan yang monoton, siswa merasa kaku dan tegang dalam mengikuti

pembelajaran menyunting karangan, kurangnya pengetahuan dan kecakapan siswa


dalam mengikuti pembelajaran menyunting karangan, terbatasnya kemampuan

siswa dalam hal penggunaan ejaan dan tanda baca, dan penggunaan kosa kata

yang belum maksimal. Kondisi ini yang menyebabkan kemampuan siswa untuk

menyunting karangan di sekolah tidak berkembang karena kurangnya buku

mengenai ejaan. Sehingga berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan di

MTS Negeri Lapoa Kabupaten Konawe Selatan, ditemukan masih banyak kendala

yang dialami baik oleh guru maupun siswa dalam hal menyunting karangan. Dari

hasil observasi awal yang dilakukan pada 24 orang siswa belum sepenuhnya

mencapai ketuntasan klasikal yakni 85%, dan ketuntasan individu yakni 65%.

Dari uraian tersebut, ditawarkan sebuah model pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif

terdiri atas beberapa pendekatan yaitu Student Teams Achievement Division

(STAD), Jigsaw, Investigasi Kelompok, dan pendekatan structural. Ibrahim

(2000: 20) membagi pendekatan struktural ke dalam dua tipe yaitu tipe Think-

Pair-Share (berpikir-berpasangan-berbagi) dan Nambered Heads together

(penomoran, berpikir bersama).

Meskipun memiliki beberapa kesamaan dengan model pembelajaran lain,

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih menekankan pada struktur-

struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa.

Kagen (dalam Ibrahim, 2000: 28) mengatakan bahwa model pembelajara

kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan lebih

banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan

mengecek pemahaman mereka terhadap isi pemahaman tersebut. Artinya siswa


dibagi ke dalam beberapa kelompok dimana tiap kelompok terdiri atas 3-5 siswa

yang heterogen. Dengan pembagian kelompok seperti ini, memungkinkan siswa

memiliki pengetahuan lebih, menjadi tutor bagi rekannya yang di bawah. Oleh

karena itu, model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini digunakan untuk

meningkatkan keterampilan menyunting karangan siswa.

Berdasarkan uraian tersebut peneliti dan guru menganggap bahwa penelitian

tentang pembelajaran menyunting karangan dengan menggunakan pendekatan

kooperatif tipe jigsaw perlu diterapkan untuk meningkatkan kemampuan siswa

khususnya menyunting karangan. Penelitian ini dilakukan dengan judul

“Meningkatkan Kemampuan Menyunting Karangan Melalui Pendekatan

Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa Kelas IX MTS Negeri Lapoa”

1.2 Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka masalah dalam penelitian ini

adalah apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

dapat meningkatkan kemampuan menyunting karangan siswa kelas IX MTS

Negeri Lapoa?

1.3 Pemecahan Masalah

Upaya untuk meningkatkan kemampuan menyunting karangan siswa kelas

IX MTS Negeri Lapoa melalui metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

menyunting karangan siswa kelas IX MTS Negeri Lapoa melalui metode

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.


1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian tindakan kelas ini ada dua, yaitu manfaat praktis dan

manfaat teoritis.

1.5.1 Manfaat Praktis

Manfaat praktis pada penelitian ini meliputi dua manfaat, yaitu manfaat bagi

guru dan manfaat bagi siswa.

1.5.1.1 Manfaat bagi Guru

Manfaat bagi guru di antaranya upaya memperbaharui cara pembelajaran

menyunting karangan, upaya membimbing siswa agar berpikir logis dan

sistematis, upaya memotifasi siswa dalam keterampilan menyunting karangan,

dan upaya meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia

1.5.1.2 Manfaat bagi Siswa

Manfaat bagi siswa di antaranya upaya membangkitkan gairah siswa agar

mau, gemar, dan akhirnya memiliki keterampilan menyunting karangan

khususnya karangan, agar bervariasi dalam meningkatkan keterampilan

menyunting karangan khususnya karangan.

1.5.2 Manfaat Teoretis

Secara teoretis penelitian ini diharapkan menambah khasanah dalam

pembelajaran menyunting karangan dan bermanfaat dalam pengembangan teori

pembelajaran keterampilan menulis khususnya menyunting karangan.

1.6 Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahan penafsiran tentang istilah yang digunakan

dalam penelitian ini, perlu dikemukakan istilah – istilah dalam penelitian ini.
Istilah – istilah yang digunakan penelitian ini dapat dikemukakan sebagai

berikut:

1. menyunting adalah kegiatan mengedit atau membenarkan yang dilakukan

oleh siswa kelas IX MTS Negeri Lapoa, dalam menulis karangan dengan

memperhatikan kaidah penulisan yang baik dan benar.

2. karangan adalah suatu bentuk tulisan yang dibuat oleh guru kemudian

dibagikan kepada siswa kelas IX MTS Negeri Lapoa untuk disunting.

3. Model Pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw merupakan salah satu model

pembelajaran yang memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu

yang direncang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa, dan lebih

dicirikan oleh penghargaan kooperatif (kelompok) dari pada penghargaan

individual.
BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2.1 Keterampilan Menulis

Menulis merupakan suatu bentuk komunikasi yang dilakukan melalui

tulisan. Namun Para ahli mendefinisikan keterampilan menulis dengan beragam.

Berikut ini akan dipaparkan tentang definisi menulis menurut para ahli tersebut.

Menulis adalah suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk

berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain

Tarigan (2000: 3)..

Menulis merupakan kegiatan penuangan ide dan gagasan seseorang ke

dalam media tulisan Muliati (2009: 7.1). Kegiatan tersebut dilakukan untuk

menyusun berbagai tujuan, misalnya untuk mencatat, merekam, meyakinkan,

melaporkan, menginformasikan, atau bahkan untuk mempengaruhi pembaca. Jadi,

dengan kegiatan menulis kita dapat menuangkan segala macam ide atau gagasan

yang sebelumnya hanya terpendam di dalam benak.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kegiatan menulis

merupakan kegiatan yang mengusung berbagai tujuan dan keperluan dalam

melukiskan lambang grafis yang dimengerti oleh penulis maupun orang lain yang

mempunyai kesamaan pengertian terhadap simbol-simbol bahasa tersebut.

2.1.1 Tujuan Menulis

Tujuan menulis adalah agar tulisan yang dibuat dapat dibaca atau dipahami

oleh orang lain yang mempunyai kesamaan pengertian terhadap bahasa yang

dipergunakan. Dengan demikian, keterampilan menulis menjadi salah satu cara


berkomunikasi karena dalam pengertian tersebut muncul suatu kesan adanya

pengiriman dan penerimaan pesan. Menulis merupakan salah satu cara

berkomunnikasi secara tertulis, maupun secara lisan. Artinya, tidak semua orang

mengungkapkan perasaan secara lisan saja.

D`Angelo (dalam Tarigan, 2000: 23-24) menyatakan bahwa tujuan menulis

merupakan response atau jawaban yang diharapkan oleh penulis yang

diperolehnya dari pembaca.

Berdasarkan batasan tersebut maka dapat dikatakan, bahwa:

a. Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar (wacana

informatif)

b. Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak (wacana persuasif)

c. Tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang

mengandung tujuan estetik (wacana kesastraan)

d. Tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api

(wacana ekspresif)

Oleh karena itu, menulis diperlukan adanya suatu bentuk-bentuk ekspresi

gagasan yang berkisinambungan dan mempunyai urutan logis dengan

menggunakan kosakata dan tata bahasa tertentu atau kaida bahasa yang

digunakan, sehingga dapat menggambarkan atau dapat memberikan informasi

yang diekspresikan secara jelas.

2.1.2 Manfaat Menulis

Banyak keuntungan yang diperoleh dari kegiatan menulis. Menurut

Akhadiah, dkk, (dalam Suriamiharja, dkk., 1996 : 4) bahwa ada delapan manfaat
menulis, yaitu :

1. menulis dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya. Dengan menulis,

penulis dapat mengetahui sampai dimana pengetahuanya tentang suatu topik.

Untuk mengembangkan topik itu, penulis harus berpikir menggali pengetahuan

dan pengalamanya.

2. penulis dapat berlatih dan mengembangkan berbagai gagasan. Dengan menulis,

penulis harus bernalar, menghubungkan, dan membanding – bandingkan fakta

sebagai gagasan.

3. penulis lebih banyak menyerap, mencari, dan menguasai informasi sehubungan

dengan topik yang ditulis. Kegiatan ini dapat memperluas wawasan penulis

secara teoritis mengenai fakta – fakta yang berhubungan.

4. penulis dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara sistematis dan

mengungkapkan secara tersurat. Dengan demikian, penulis dapat menjelaskan

permasalahan yang semula masih samar

5. penulis akan dapat meninjau dan menilai gagasan sendiri secara lebih objektif.

6. dengan menulis sesuatu diatas kertas, penulis akan lebih mudah memecahkan

permasalahan, yakni dengan menganalisisnya secara tersurat dan konteks yang

lebih kongkret.

7. dengan menulis, penulis akan terdorong untuk terus belajar secara aktif.

Penulis akan menjadi sekaligus pemecah masalah, bukan sekedar menjadi

penyadap informasi dari orang lain.

8. dengan kegiatan menulis yang terencanakan membiasakan penulis berfikir,

berbahasa secara tertib, dan teratur.


2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Menulis

Seorang dapat dikatakan telah mampu menulis dengan baik jika ia dapat

mengungkapkan maksudnya dengan jelas sehingga orang lain dapat memahami

apa yang diungkapkanya. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh

Morsey (dalam Suriamiharja, dkk., 1996: 3 ) menyatakan bahwa “ tulisan

dikemukakan oleh orang-orang terpelajar untuk merekam, meyakinkan,

melaporkan, mempengaruhi orang lain dan mengutarakan maksud, serta tujuan itu

hanya bisa tercapai dengan baik oleh para penulis yang dapat menyusun pikiran

dan mengutarakanya dengan jelas dan mudah dipahami.

Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang

penulis yang baik sekurang-kurangnya harus memiliki kepekaan terhadap

kegiatan disekitarnya agar tujuan penulisanya dapat dipahami oleh pembacanya.

Tarigan (1986: 22) mengatakan bahwa penulis yang ulung adalah penulis yang

dapat memanfaatkan situasi yang tepat. Terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi cara penulisan seseorang, menurut D. Angelo (dalam

Suriamiharja, dkk., 1996: 3) factor-faktor yang mempengaruhi tulisan, yaitu ;

a. maksud dan tujuan penulis

b. pembaca atau pemeriksa ; dan

c. waktu dan kesempatan.

Untuk menjadi penulis yang baik, terlebih dahulu penulis harus menentukan

maksud dan tujuan penulisanya, agar pembaca memahami kemana arahnya tujuan

penulisan itu sendiri. Kondisi pembaca yang bagaimana (dalam usia, pengetahuan

dan minat), sehingga tulisan yang dibuat menjadi tulisan yang berguna. Faktor
yang harus diperhatikan adalah waktu dan kesempatan; artinya tulisan yang dibuat

sesuai dengan berlangsunya kejadian sehingga menarik untuk dibaca.

2.2 Penyuntingan

Menyunting menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah menyiapkan

naskah siap cetak atau siap untuk diterbitkan dengan memperhatikan segi

sistematika penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi atau pilihan kata,

dan struktur kalimat) Lestari (2005: 93). Menyunting teks karangan merupakan

proses pembenahan sebuah teks karangan sebelum menjadi teks karangan yang

siap disajikan, dinilaikan, ataupun dipresentasikan.

Menyunting teks karangan merupakan proses pembenahan sebuah teks

karangan sebelum menjadi teks karangan yang siap disajikan, dinilaikan, ataupun

diterbitkan. Penyuntingan bertujuan untuk menghindarkan teks karangan dari

kesalahan-kesalahan, baik menyangkut isi maupun penggunaan bahasa, dengan

cara mengoreksi isi tulisan secara cermat dan teliti. Alief (http:// alieft. blogspot.

com/2010/02/cara-menyunting-karangan.html). Oleh karena itu, menyunting

merupakan kegiatan mengedit tulisan sebelum tulisan itu dibaca atau dikonsumsi

oleh orang lain.

Pada umumnya, di dalam menyunting tulisan terdapat tiga kegiatan pokok,

yakni membaca dengan kritis, memotong dan menambah, susun dan periksa

kembali Semi (1995: 109-111). Berikut dapat diuraikan komponen-komponen

tersebut.

a. Membaca dengan Kritis

Pada kegiatan tulisan harus dibaca dengan kritis. Dalam menyunting


karangan sendiri penulis harus memandan karangan yang dibuatnya itu, seolah-

olah sebagai karangan orang lain sehingga harapan penulis untuk menemukan

kesalahan yang patut diperbaiki akan cepat ditemukan. Pada kegiatan ini dapat

dilakukan cara yakni terlebih dahulu harus diketahui maksud tulisan dibuat dan

memperhatikan secara cermat kesalahan yang dibuat seperti ejaan. Perlu diingat

dalam membaca kritis teks harus dibaca dengan menggunakan tempo yang

lambat.

b. Memotong dan Menambah

Pada kegiatan ini diperbolehkan untuk memotong bagian tulisan yang

dianggap tidak perlu. Kata atau kalimat yang dianggap tidak perlu sebaiknya

dibuang saja. Hal ini diciptakan dapat menciptakan karangan yang efektif. Jika

sesuatau ada yang dihilangkan, tentunya kemungkinan harus pula ada yang

ditambahkan dan dilengkapi untuk memperjelas gagasan yang dibuat ddalam

karangan tersebut.

c. Susun dan Periksa Kembali

Setelah dilakukan satu dan dua, kegiatan selanjutnya adalah melakukan

penyusunan kembali tulisan tersebut menurut format yang diinginkan. Sehingga

penyuntingan berperan sebagai jembatan yang menghubungkan penulis dan

pembaca. Tugas seorang Penyuntingan sangatlah berat yakni penyuntingan harus

menguasai bidang ilmu yang disuntingnya, menguasai proses komunikasi,

pengelolaan naskah, dan memahami apa yang diinginkan oleh pembaca.

Penyuntingan bertujuan unuk menghindarkan teks karangan dari kesalahan-

kesalahan, baik menyangkut isi maupun penggunaan bahasa, dengan cara


mengoreksi isitulisan secara cermat dan teliti Wirajaya (2008: 92). Penyuntingan

juga merupakan mediator antara penulis naskah dan khalayak pembaca. Dia

bertanggungjawab untuk menyampaikan pesan penulis kepada pembaca. Jika

gagasan yang ingin disampaikan tidak jelas, munkin karena idenya kabur atau

bahasany, sehingga pesan yang ingin disampaikan mudah difahami pembaca

Akhadiah, dkk. (1996: 20). Penyuntingan merupakan proses membaca,

mencermati, memperbaiki naskah yang telah dikirim seorang penulis naskah

sehingga naskah tersebut siap untuk dimuat atau diterbitkan oleh sebuah

penerbitan Achmad H.P. (Joomlart.com).

Adapun tujuan penyuntingan, baik untuk media cetak maupun noncetak

adalah sebagai berikut:

(1) membuat naskah bersih dari kesalahan kebahasaan dan isi materi dengan

persetujuan penulis naskah,

(2) membuat naskah yang akan dimuat, diterbitkan atau disiarkan dan

ditayangkan lebih mudah dan enak dicerna,

(3) menjadi jembatan yang dapat menghubungkan ide dan gagasan penulis

dengan pembaca, pendengar, dan penonton,

(4) mengolah naskah hingga layak terbit (siar untuk media noncetak) sesuai

ketentuan yang diberlakukan dan dipersyaratkan oleh penerbit atau

penyelenggara program siaran. (JoomlArt.com).

Oleh karena itu, dapat disimpulakan bahwa, menyunting merupakan

kegiatan mengedit atau membenarkan yang dilakukan dalam menulis karangan

dengan memperhatikan kaidah penulis yang baik dan benar dan Seorang
Penyunting yang baik adalah seorang yang memiliki ketelitian dan kepekaan yang

tinggi dalam membaca sebuah tulisan.

Pada penelitian ini, penyuntingan dikhususkan pada aspek bahasa yaitu

ejaan, diksi, dan kalimat efektif. Adapun uraian komponen tersebut sebagai

nerikut.

2.2.1 Ejaan yang Disempurnakan (EYD)

Ejaan adalah keseluruhan tentang pelambangan bunyi ujaran dan hubungan

dengan lambing-lambang itu. Secara garis besar, ejaan berkaitan dengan

pemakaian dan penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsure serapan, dan

pemakayantanda baca Kosasi (2007: 13).

Oleh karena itu, Ejaan dan tanda baca merupakan faktor penting dalam

penyuntingan sebuah naskah atau karangan. Seorang penyunting agar dapat

menyunting dengan baik modal utama yang harus dimilki adalah mampu

menguasai Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD)

karena pada dasarnya tulisan yang baik dan benar yaitu tulisan yang sesuai dengan

tata bahasa baku yang disempurnakan.

2.2.2 Pilihan Kata (Diksi)

Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata

tertentu untuk digunakan dalam suatu tuturan bahasa. Pemilihan kata bukanlah

sekedar memilih kata mana yang tepat, melainkan juga kata mana yang cocok.

Menurut Kridalaksana (1982: 35) dalam kamus linguistik mengatakan bahwa

diksi ialah pilihan kata atau kejelasan lafal utuk memperoleh kejelasan tertentu

dalam berbicara di depan umum atau dalam karang-mengarang. Begitu


pentingnya pilihan kata dalam sebuah karangan sehingga ada yang mengatakan

bahwa diksi merupakan esensi penulisan karangan. Bahkan, ada pula yang

menyebutnya sebagai dasar bangunan setiap karangan karena merupakan faktor

penentu seberapa jauh seorang pengarang mempunyai daya cipta yang asli.

Pernyataan tersebut tidak berlebihan karena kesan dan pengertian siding pembaca

diperoleh melalui diksi Sayuti (2002: 144). Oleh karena itu, diksi merupakan

pilihan kata yang tepat sesuai dengan konteks kalimat yang mengikutinya.

2.2.3 Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengunfkapkan gagasan

pemakainya secara tepat dan dapat dipahami secara cepat pula Sugono (2003: 91).

Hal ini sejalan dengan pendapat Kosasi (2007: 106) kalimat efektif adalah kalimat

yang memenuhi syarat-syarat berikut:

a. Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.

b. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau

pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.

Dengan demikian, kalimat efektif merupakan kalimat yang tidak bermakna

ambigu sehingga membingungkan pembaca.

2.3 Karangan

Istilah karangan mempunyai acuan yang bermacam-macam. Karangan

adalah sekumpulan kalimat yang merupakan pengembangan dan ilustrasi dari

sebuah pikiran atau gagasan utama. Karangan merupakan inti penuangan buah

pikiran dalam sebuah karangan Akhadiah (1996: 144). Karangan juga dapat
dikatakan karangan yang paling pendek (singkat). Dengan adanya karangan, kita

dapat membedakan di mana suatu gagasan mulai dan berakhir.

Jadi karangan adalah sekelompok kalimat yang tersusun dalam membuat

gagasan atau pikiran utama yang dikembangkan oleh penulis untuk mencapai

suatu kejelasan tertentu bagi pembacanya.

2.3.1 Fungsi Karangan

1. Karangan berfungsi sebagai penampung dari sebagian kecil jalan pikiran atau

ide pokok keseluruhan karangan.

2. Karangan memudahkan pemahaman jalan pikiran atau ide pokok pengarang.

Penulisan karangan yang terencana dengan baik selalu bersifat logis dan

sistematis. karangan yang tersusun secara sistematis itu sangat memudahkan

mereka untuk menelusuri dan memahami jalan pikiran pengarang.

3. Karangan mengarahkan pembaca dalam mengikuti pengarang serta

memahaminya.

4. Karangan merupakan alat penyampai fragmen atau potongan-potongan

pikiran.

5. Karangan merupakan penanda pikiran baru mulai berlangsung.

2.3.2 Jenis-Jenis Karangan

Menurut Husen Romadhona karangan terbagi atas 5 yaitu sebagai berikut:

1. Deskriptif

Deskripsi adalah salah satu jenis karangan yang melukiskan suatu objek

sesuai dengan keadaan yang sebenarnya sehingga pembaca dapat melihat,

mendengar, merasakan, mencium secara imajinatif apa yang dilihat, didengar,


dirasakan, dan dicium oleh penulis tentang objek yang dimaksud.

Jadi karangan deskripsi adalah paragraph yang menggambarkan sebuah

objek sehingga pembaca seolah-olah melihat atau merasakan objek penceritaan

tersebut.

Tujuan Deskripsi

Menggambarkan sesuatu sesuai apa yang dilihat sendiri oleh penulis. Objek

yang dideskripsikan adalah sesuatu hal yang kita serap dengan panca indra,

misalnya lalulintas pada jam-jam sibuk, lampu warna warni pada hari peringatan

kemerdekaan, keramaian di pasar, dan sebagainya.

Ciri-ciri deskriptif

a. Ganbaran apa adanya dan dilukiskan dengan sehidup-hidupnya.

b. Tidak ada pertimbangan atau pendapat

2. Narasi

Karangan narasi adalah karangan yang menceritakan suatu peristiwa atau

kejadian. Dalam karangan atau karangan narasi terdapat alur cerita, tokoh, setting,

dan konflik. Karangan naratif tidak memiliki kalimat utama. Jadi, karangan narasi

adalah rangkaian peristiwa yang terjadi dalam satu kesatuan waktu.

Tujuan Narasi

Wacana jenis narasi bermaksud menyajikan peristiwa atau mengisahkan apa

yang telah terjadi dan bagaimana suatu peristiwa terjadi. Kejadiannya boleh

berupa suatu yang dikhayalkan oleh penulis dalam alam fantasi yang sama sekali

jauh dari realita kehidupan.


Ciri-ciri Narasi

a. Bersumber dari fakta atau sekedar fiksi

b. Berupa rangkaiyan peristiwa

c. Bersifat menceritakan

3. Eksposisi

Eksposisi adalah karangan yang menerangkan atau menjelaskan pokok

pikiran yang dapat memperluas wawasan atau pengetahuan pembaca melalui

eksposisi, penulis berusaha menjelaskan suatu idea tau gagasan, menganalisis

sesuatu membatasi pengertian sebuah istilah, memberikan perintah, dan

sebagainya.

Tujuan Eksposisi

Eksposisi bertujuan menjelaskan menerangkan sesuatu atau memberikan

informasi kepada pembaca sehingga memperoleh informasi sejelas-jelasnya.

Ciri-ciri Eksposisi

a. Berisi penjelasan atau informasi

b. Menggunakan contoh fakta gambar peta, dan angka-angka

c. Akhir karangan berupa penegasan

4. Argumentasi

Argumentasi adalah karangan yang berusaha memberikan alasan untuk

memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan. jadi,

argumentasi adalah karangan yang mengandung argument, yaitu bukti dan alasan

yang dapat meyakinkan orang lain bahwa pendapat kita memang benar.
5. Persuasi

Karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan mempengaruhi pembaca

untuk berbuat sesuatu. Jadi, paragraph persuasi adalah suatu karangan yang

mempengaruhi pembaca sehingga pembaca melakukan sesuatu terhadap apa yang

telah dibaca atau diinformasikannya.

2.4 Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran merupakan suatu kerangka konseptual yang

melukiskan prosedur yang sistenatis dalam mengorganisasikan pedoman belajar

untuk mencapai tujuan tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi guru

Soekanto (1993: 109).

Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) berasal dari kata

kooperatif yang artinya mengajarkan sesuatau secara bersama-sama dengan saling

membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Slavin (1995)

(dalam http://skripsi-ilmiah .blogspot. com/ 2009 /11/ penerapan-metode

pembelajaran.html) .

Oleh karena itu, model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model

pembelajaran dengan menggunakan sistim kelompok dalam melakukan

pembelajarannya untuk mencapai tujuan pembelajaran.

a. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri:

1) untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok

secara kooperatif, 2) kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki

kemampuan tinggi, sedang dan rendah, 3) jika dalam kelas terdapat siswa-
siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya jenis kelamin yang

berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras,

suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula, dan 4) penghargaan lebih

diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan. Ibrahim

(http://ipotes.wordpress.com)

b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Menurut Depdiknas tujuan pertama pembelajaran kooperatif, yaitu

meningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-

tugas akademiknya. Siswa yang lebih mampu akan menjadi nara sumber bagi

siswa yang kurang mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama.

Sedangkan tujuan yang kedua, pembelajaran kooperatif memberi peluang agar

siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar

belajar.. Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk

mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud

antara lain, berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain,

memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja

dalam kelompok dan sebagainya.

(http://ipotes.wordpress.com/2008/05/10/metode-pembelajaran-kooperatif/)

c. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Ibrahim (2000: 10) langkah-langkah model pembelajaran

kooperatif adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru


Fase 1 Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran

Menyampaikan tujuan dan dan memotivasi siswa belajar

memotivsi siswa

Fase 2 guru menyajikan informasi kepada siswa

Menyajikan informasi dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan

bacaan

Fase 3 Guru membagi kelompok siswa dalam dua

Membagi kelompok-kelompok jenis yaitu kelompok asal dengan kelompok

belajar ahli

Fase 4 Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana

Mengorganisasikan siswa ke caranya membentuk kelompok belajar dan

dalam kelompok-kelompok membantu setiap kelompok agar melakukan

belajar transisi secara evisien

Fase 5 Guru membimbing kelompok-kelompok


Membimbing kelompok belajar belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
dan mengajar baik dalam kelompok ahli maupun

kelompok asal

Fase 6 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang

Evaluasi materi yang telah dipelajari atau masing-

masing kelompok mempresentasikan hasil

kerjanya.

Fase 7 Guru mencari cara-cara untuk menghargai

Memberikan penghargaan baik upaya hasil belajar individu atau


kelompok

d. Manfaat Model Pembeljaran Kooperatif

Ada berapa manfaat yang diperoleh siswa setelah melaksanakan model

pembelajaran ooperaif antara lain adalah : a) rasa harga diri lebih tinggi; b)

memperbaiki kehadiran; c) penerimaan terhadap peredaan individu menjadi lebih

besar; d) pemahaman materi pelajaran lebih baik; e) dan motivasi belajar yang

lebih baik Ibrahim, dkk (2000: 8).

2.4.1 Model Pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw

Salah satu tipe pendekatan dalam model pembelajaran kooperstif adalah

Jigsaw. Jigsaw dikembangkan dan diujicoba oleh Eliot Aonson dan teman-

temannya di Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-

temannya di Universitas Jogn Hopkins. Dalam penerapan Jigsaw, siswa dibagi

perkelompok dengan 5 atau 6 anggota kelompok belajar heterogen. Materi

pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks. Setiap anggota

bertanggung jawab untuk mempelajari bagiaan tertentu bahan yang diberikan itu.

Anggota sari kelompok lain yang mendapatkan tugas topik yang sama berkumpul

dan berdiskusi tentang topik tersebut. Kelompok ini disebut kelompok ahli.

Selanjutnya anggota tim ahli ini kembali kekelompok asal dan mengajarkan apa

yang telah dipelajari dan didiskusikannya didalam kekelompok ahlinya untuk

diajarkan kepada teman kelompoknya sendiri. Menyusul pertemuan dan diskusi

kelompok asal, siswa-siswa itu dikenai tes secara individual tentang materi

belajar.

Skema Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw


Kelompok Asal

5 atau 6 Anggota yang Heterogen Dikelompokkan

X X X X X X X X X X X X X X X

X X X X X X X X X X

X X X

X X

Tiap Kelompok Memiliki 1 anggota dari tim asal

(Ibrahim, 2000:21-22)

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi langkah-langkah dalam

model pembelajaran kooperatif tipe Jgsaw adalah sebagai berikut.

a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa dan

menyampaikan materi prasyarat.

b. Guru menyajikan informasi kepada siswa tentang materi yang akan dipelajari.

c. Guru mengelompokkan siswa sebanyak 4 atau 6 orang tiap kelompok dan

anggota setiap kelompok harus heterogen baik dari segi kemampuan, jenis

kelamin, agama, suku, dan sebagainya.

d. Guru memberikan soal-soal dalam bentuk LKS pada setiap kelompok

kemudian setiap siswa dalam kelompok tersebut mendapat tugas untuk


menyelesaikan soal tertentu. Anggota dari kelompok lain yang mendapat tugas

untuk menyelesaikan soal tersebut. Kelompok ini disebut kelompok ahli.

e. Setelah berdiskusi, anggota kelompok ahli kembali di kelompok asal untuk

berdiskusi kembali dan mengajarkan apa yang telah dipelajari di kelompok ahli

kepada teman-temannya di kelompok asal.

f. Secara individual, setiap minggu atau dua minggu siswa diberi tes kemudian

hasilnya diskor dan setiap siswa memperoleh skor perkembangan.

2.5 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah “ dengan menerapkan Metode

Kooperatif Tipe Jigsaw dalam pembelajaran menulis, maka kemampuan

menyunting karangan Siswa Kelas IX MTS Negeri Lapoa akan meningkat”


BAB III

METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MTS Negeri Lapoa yang beralamat

Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan. Penelitian ini dilakukan pada

siswa kelas IX MTS Negeri Lapoa tahun ajaran 201I/2012, yang mempunyai

karakteristik yang beragam baik kemampuan maupun minat belajarnya. Adapun

jumlah siswa kelas IX tersebut sebanyak 23 orang siswa, terdiri 8 siswa

perempuan dan 15 siswa laki-laki.

3.2 Faktor-Faktor yang Diteliti

Untuk menjawab permasalahan di atas, ada beberapa faktor yang harus

diteliti. Adapaun faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1. Faktor siswa yaitu ingin diteliti hasil kemampuan menyunting karangan siswa,

setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar dan pembelajaran menyunting

dengan menggunakan Metode Kooperatif Tipe Jigsaw. Selain itu, akan diteliti

sikap atau perilaku siswa terhadap pembelajaran menyunting dengan model

pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam upaya meningkatkan kemampuan

menyunting karangan.

2. Faktor Guru yaitu dengan melihat bagaimana cara guru merencanakan

pembelajaran yang mengarah pada peningkatan kemampuan menyunting

karangan melalui model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam

pembelajaran di kelas, dan langkah-langkah kegiatan pembelajaran di kelas.

3. Faktor sumber belajar yaitu dengan memperhatikan sumber atau bahan


pembelajaran yang digunakan apakah sudah sesuai dengan tujuan yang akan

dicapai ataukah belum.

3.3 Rencana Tindakan

Rencana tindakan merupakan alternatif atau langkah pemecahan masalah

yang timbul dalam kegiatan belajar karangan di kelas, untuk kemudian

direncanakan suatu tindakan dalam perbaikan proses pembelajaran di kelas.

Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai

seperti apa yang telah direncanakan dalam faktor yang diselidiki, sehingga dapat

mengetahui kemampuan siswa dalam menyunting karangan sebelum dilaksanakan

tes awal untuk mengetahui kemampuan menyunting karangan dengan

menggunakan metode Kooperatif tipe Jigsaw. Selain itu, terlebih dahulu

dilakukan observasi awal untuk mengetahui metode pembelajaran apa yang telah

digunakan oleh guru dalam membelajarkan siswa, dan untuk mengetahui sikap

siswa terhadap metode yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran

menyunting sebelum menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw.

Penelitian ini bersifat kolaborasi, yakni melibatkan dua elemen yakni guru

dan peneliti. Hal ini menunjukan pentingnya partisipasi dipersiapkan dengan

sebaik-baiknya karena berkaitan dengan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan

pembelajaran menyunting dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif

Tipe Jigsaw.

Berdasarkan observasi dan evaluasi, maka pelaksanaan penelitian tindakan

kelas ini mengikuti prosedur: perencanaan, pelaksanaan tindakan, obsevasi dan


evaluasi, serta refleksi Wardhani, dkk (2007: 2.16). Prosedur dapat diuraikan

berikut ini.

1. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini yaitu:

a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran atau skenario pembelajaran

dengan memperhatikan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

b. Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar

di kelas pada saat pengajaran menyunting karangan melalui model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

c. Peneliti menyamakan persepsi tentang pembelajaran menyunting karangan

melalui metode Kooperatif tipe Jigsaw yang diterapkan dalam proses belajar

mengajar. dalam hal ini peneliti dan guru secara aktif berdiskusi tentang

berbagai hal yang berkaitan dengan metode yang digunakan dalam

pembelajaran yakni model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

d. Merancang alat evaluasi untuk melihat kemampuan menyunting karangan

siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw apakah sudah

mencapai hasil yang baik yakni mencapai indikator kinerja atau justru

sebaliknya.

e. Memberikan tes untuk mengetahui kemampuan menyunting karangan.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini guru dan peneliti melaksanakan pembelajaran dengan

mengikuti rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. kegiatan ini

akan melibatkan guru dengan siswa,dan siswa dengan siswa. kegiatan yang
dilakukan dapat diuraikan sebagai beikut:

1. Guru dan peneliti melaksanakan pembelajaran menyunting dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sesuai dengan

rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun

2. Peneliti melakukan pengamatan dengan menggunakan format obserfasi yang

telah dibuat.

3. Guru dan peneliti mengambil data pengamatan sikap siswa dan hasil

wawancara siswa yang berkaitan dengan metode yang digunakan yakni model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

4. Diakhir pelaksanaan tindakan dilakukan efaluasi akhir tindakan siklus.

5. Setelah pelaksanaan tindakan, peneliti dan guru melakukan diskusi terhadap

tindakan yang dilakukan dengan refleksi.

3. Observasi dan Evaluasi

Pada tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dan

melakukan evaluasi terhadap hasil yang diperoleh siswa selama pelaksanaan

tindakan dilakukan.

4. Refleksi

Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi dikumpulkan serta

dianalisis. Pada tahap ini kelemahan atau kekurangnan yang terjadi pada siklus

akan diperbaiki pada siklus berikutnya.

3.4 Data dan Cara Pengambilan Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan siswa dalam proses

pembelajaran menyunting dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif


Tipe Jigsaw. Data tersebut diperoleh dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, dan

evaluasi pembelajaran yang berlangsung di kelas IX MTS Negeri Lapoa data

tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Perencanaan yang terdapat dalam persiapan mengajar guru secara tertulis

seperti tujuan pembelajaran khusus, langkah-langkah kegiatan pembelajaran

materi dan sumber belajar, media dan perencanaan evaluasi.

b. Pelaksanaan pembelajaran yang berhubungan dengan perilaku guru dan siswa

yang meliputi interaksi belajar mengajar antara guru-siswa, siswa-siswa, siswa-

guru dalam pembelajaran menyunting karangan.

c. Evaluasi hasil pembelajaran membaca karangan.

d. Hasil tes siswa sebelum pelaksanaan tindakan pembelajaran menyunting

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Data di atas digolongka dalan 2 jenis yakni data kuantitatif dan data

kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil yang diperoleh dalam

menyelesaikan tes kemampuan menyunting karangan siswa, baik tes awal yang

diperoleh sebelum tindakan, maupun tes akhir siklus tindakan. Hasil tes tersebut

dibuat dalam table dan diinterprestasikan. Sedangkan data kualitatif diperoleh dari

proses pelaksanaan tindakan, yaitu berupa keaktifan siswa dan guru menerapkan

langkah-langkah proses pembelajaran menyunting karangan dengan menggunakan

lembar observasi, angket pengamatan sikap, dan tes evaluasi yang dibuat oleh

guru atau peneliti, untuk mengetahui proses pemahaman isi karangan.

3.5 Analisis Data

Data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data
kuantitatif dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif. Statistik deskriptif

adalah presentase, hal ini dilakuka untuk mengetahui presentase penguasaan

pelaksanaan awal dan hasil pelaksanaan pada setiap siklus dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Kriteria keberhasilan siswa dikategorikan 2 jenis yakni ketuntasan belajar

indifidu dan ketuntasan klasikal, ketuntasan belajar tersebut sesuai dengan stardar

ketuntasan keberhasilan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

2006/2007, yakni 65% untuk ketuntasan belajar individual dan 85% untuk

ketuntasan belajar klasikal (Depdiknas, 2006/2007: 14). Rumus yang diggunakan

untuk menentukan presentase penguasaan individual adalah sebagai berikut :

Jumlah nilai yang diperoleh


×100 %
jumlah nilai maksimal

Selanjutnya, rumus yang diggunakan untuk menentukan ketuntasan klasikal

yaitu :

Jumlah siswa yang secaraindividual memperoleh nilai 65 %


×100 %
jumlah keseluruhan siswa/n

Data kualitatif diperoleh melalui kegiatan siswa selama mengikuti kegiatan

pelajaran di kelas, yakni meliputi sikap keaktifan, keantusiasan, perasaan tertarik,

dan sikap senang atau tidak jenuh selama pelaksanaan pembelajaran menyunting

karangan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Pengambilan data diperoleh dari lembar observasi aktifitas guru dan siswa dan

angket pengamatan sikap.

3.6 Indikator Kinerja


Indikator keberhasilan tindakan kelas ini dilihat dari dua kategori yaitu (data

kuantitatif dan data kualitatif). Data kuantitatif adalah data yang diperoleh siswa

secara nyata berupa nilai yang diperoleh dari hasil unjuk kerja siswa. untuk

ukuran keberhasilan dalam pembelajaran menyunting karangan dengan

menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw adalah ketuntasan

belajar sesuai dengan standar keberhasilan belajar yakni 56% untuk ketuntasan

belajar individual dan 85% untuk ketuntasan belajar klasikal yang sesuai dengan

standar kentutasan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006/2007,

(Depdiknas 2006/2007:14).

Data kualitatif ukuran keberhasilan dilihat dari proses pelaksanaan tindakan.

Proses pelaksanaan tindakan dikatakan berhasil apabila dalam proses

pembelajaran, siswa menunjukan sikap atau perilaku: aktif, antusias, perasaan

tertarik, senang, dan tidak jenuh terhadap metode pembelajaran yang diberikan,

yakni model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Hal ini dapat diketahui dari

tabel observasi guru dan siswa, serta penggunaan angket pengamatan sikap bagi

siswa terhadap pembelajaran yang diberikan. Sedangkan, data kuantitatif ukuran

keberhasilannya dapat dilihat dari proses tes yang dilakukan oleh guru dengan

kentutasan individu 65% dan kelompok 85%.


DAFTAR PUSTAKA

Alif. 2010. Cara-Menyunting-Karangan. http://alieft.blogspot.com (2010/10/15) pukul


11.20

Ahmadi, Muskim. 1991. Penyusunan dan pengembangan karangan serta penciptaan


gaya bahasa karangan. Malang: YA3

Akhadiah, sabarti, dkk. 1996/1997. Menulis. Jakarta: Depdikbud

Ibrahim, Muslim. 2008. Pembelajaran Kooperatif. http://ipotes.wordpress.com


(2008/05/10) pukul 10.30

Kosasi, E. 2007. 1700 Bank Soal Bimbingan Bahasa Indonesia untuk SMA/MA. Bandung:
Yrama Widya

Kridalaksana, Harimurti. 1982. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia

Lestari, Dwi Endang, dkk. 2005. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas VII SMPdan
MTs. Klaten: PT. Intan Pariwara

Muliati, Yeti. 2009. Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka

Romadhona, Husen. Jenis-Jenis-Karangan. http://static-p3.fotolia.com.(2011/04/27)


pukul 14.30

Sayuti, Suminto A. Berkenalan dengan Puisi. Yogyakarta: Gama Media

Semi, M. Ater. 1995. Teknik Menulis Berita dan Feature. Bandung: Magantara

Soekanto, Teoti. 1993. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti

Sugono, Dendi. 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas

Tarigan, Hendry Guntur. 2000. Menulis Sebagai Keterampilan Berbahasa. Bandung:


Angkasa

Suryamiharja, Agus. 1996. Petunjuk Praktis Menulis. Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek
Penetaraan Guru SLTP Setara D-III

Warida, Ernawati. 2010. EYD dan Seputar Kebahasa-Indonesiaan. Jakarta: Kawan


Pustaka

Wardhani, I Gak, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: UT

Wirajaya, Asep Yudha dan Sudarmawati. 2008. Berbahasa dan Bersastra Indonesia
Untuk SMP/MTs Kelas IX. Jakarta: Pusat Pembukuan Depdiknas
http://www.joomlart.com/”\t “blank”\o “Visit Joomlart.com

http://skripsi-ilmiah.blogspot.com/2009/11/peranan-metode-pembelajaran.html

Anda mungkin juga menyukai

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy