LAPORAN INDIVIDU
PRAKTIKUM BIOKIMIA
JUDUL PERCOBAAN III :
URINE : IDENTIFIKASI SENYAWA DALAM URINE
KELOMPOK III
Disusun oleh :
Khrisna Pangeran (24030115140081)
Asisten :
Aulia Dwi P (2403011412066)
LABORATORIUM BIOKIMIA
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2017
ABSTRAK
Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa yang terkandung dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah reaksi-reaksi khas dan pengamatan kualitatif berupa perubahan warna pada masing-masing percobaan. Metode percobaan untuk identifikasi senyawa organik ialah uji pemecahan ureum oleh urease, uji gula pereduksi, uji adanya kreatinin dengan percobaan JAFFE dan WEYL, tes adanya asam urat dan garamnya yang menggunakan percobaan Muroksid dan reduksi perak (SCHIFF), tes adanya senyawa keton, dan tes adanya protein untuk uji senyawa organik. Sedangkan identifikasi senyawa anorganik dilakukan dengan tes adanya amonia, klorida, sulfat, fosfat dan kalsium. Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan bahwa uji positif terjadi pada tes kreatinin, asam urat dan garamnya, klorida, fosfat, kalsium, dan sulfat. Uji negatif terjadi pada tes adanya gula pereduksi, pemecahan ureum oleh urease, amoniak, protein, dan keton. .
Kata kunci : Urin, Urease, Kualitatif, Ginjal
PERCOBAAN III
URINE : IDENTIFIKASI SENYAWA DALAM URINE
I. TUJUAN
Untuk mengetahui unsur - unsur yang terkandung dalam urine
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Urine
Urine adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Ekskresi urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urine sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urine disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.
Fungsi utama urine adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urine sebagai zat yang "kotor". Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urine tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urine pun akan mengandung bakteri. Namun jika urine berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urine sebenarnya cukup steril dan hampir tidak berbau ketika keluar dari tubuh. Hanya saja, beberapa saat setelah meninggalkan tubuh, bakteri akan mengkontaminasi urine dan mengubah zat-zat di dalam urine dan menghasilkan bau yang khas, terutama bau amonia yang dihasilkan dari urea. Urine dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan urine yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urine (Ali, 2008).
Jenis urine adalah sebagai berikut
Urine sewaktu
Urine yang dikeluarkan sewaktu-waktu bilamana diperlukan pemeriksaan. Urine sewaktu biasanya cukup baik untuk pemeriksaan rutin yang melengkapi pemeriksaan fisik badan.
Urine pagi
Urine yang pertama dikeluarkan sewaktu pasien bangun tidur. Urine ini biasanya lebih pekat dan baik sekali untuk pemeriksaan kadar protein sedimen, reduksi, reaksi biologi dari calli malnini dan sebagainya.
Urine pasca prandial
Urine yang pertama kali dikeluarkan setelah pasien makan (kurang lebih 1,5–3 jam sesudah makan). Urine ini biasanya dipakai untuk pemeriksaan reduksi.
Urine 24 jam
Urine yang dikumpulkan selama 24 jam. Urine ini akurat untuk analisa kuantitatif.
(Tim DepKes RI, 1994)
2.2 Pemeriksaan pada Urine
2.2.1 Pemeriksaan kadar gula dalam urine
Pengertiannya adalah memeriksa urine yang bertujuan untuk mengetahui kadar gula dalam urine. Hal ini dilakukan pada pasien yang berpenyakit atau tersangka berpenyakit diabetes mellitus. Cara pemeriksaan kadar gula dalam urine dapat dilakukan dengan memakai reagen benedict, tablet khusus dan tes pita.
Pemeriksaan dengan menggunakan reagen benedict, perubahan warna yang ditunjukkan adalah sebagai berikut :
Warna biru (tidak berubah) (-)
Warna biru kehijauan (+)
Warna hijau (kekuningan) (+ +)
Warna kuning kemerahan (+ + +)
Warna merah bata (+ + + +)
2.2.2 Pengambilan bahan urine
Pengambilan urine sebagai bahan pemeriksaan untuk mengetahui faal glomeruli yang bertujuan untuk menyediakan urine secara bertahap untuk pemeriksaan ureum.
2.2.3 Pengumpulan urine selama 24 jam
Meliputi:
Pengukuran berat jenis urine
Pemeriksaan jumlah dalam urine
Pengujian pemekatan
Pengambilan bahan creatinin clearence test
(Tim DepKes , 1994)
2.3 Sifat Urine
Sifat-sifat urine diantaranya adalah
volume urine pada orang dewasa nomal 600 – 2.500 mL dibentuk tiap hari
volume urine berkurang pada iklim panas
berat jenis antara 1,003 – 1,030
reaksi urine biasanya adalah asam dengan pH berkisar antara 4,7 – 8,0
urine menjadi alkali bila dibiarkan
urine berwarna kuning pucat apabila normal
urine segar beraroma, tetapi baunya dapat berubah oleh zat-zat yang ada dalam makanan
(Harper, 1961)
2.4 Ciri- ciri Urine Normal
Jumlah rata-rata satu sampel dua liter sehari namun berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan yang dimasukkan. Banyaknya akan bertambah pula apabila terlampaui banyak protein yang dimakan sehingga tersedia cukup aliran yang diperlukan untuk mengalirkan ureanya. Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan tetapi kalanya terdapat lendir tipis nampak terapung di dalamnya, baunya tajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6, berat jenis berkisar antara 1,010 sampai 1,028.
(Harper, 1961)
2.5 Komponen Utama Urine Manusia
Komponen utama penyusun urine pada manusia terdiri dari :
Komponen
Garam per 24 jam
Perkiraan nisbah kons. Urine
Glukosa
Asam amino
Amoniak
Urine
Kreatinin
Asam urat
H+
Na+
K+
Ca2+
Mg2+
Cl-
HPO42-
SO42-
HCO3-
< 0,05
0,80
0,80
25
1,5
0,7
pH 5-8
3,0
1,7
0,2
0,15
6,3
1,2 g P
1,4 g S
0,3
< 0,05
1,0
100
70
70
20
Sampai 300
1,0
15
5
2
1,5
25
50
0,2
Volume dan komposisi urine 24 jam bervariasi tergantung pada jumlah cairan yang masuk ke tubuh. Data di atas berlaku bagi rata-rata 24 jam spesimen dengan total volume 1.200 mL.
(Harper, 1961)
2.6 Unsur- unsur Abnormal dalam Urine
a. Protein
Proteinuria (albume urea ) adalah adanya albumin dan globulin dalam urine dalam konsentrasi yang abnormal-normal tidak lebih dari 30-200 mg protein diekstraksi setiap hari dalam urine.
b. Glukosa
Normal, tidak lebih dari satu gram diekstraksi setiap hari. Glukosaria terjadi bila melebihi jumlah tersebut. Glukosaria dapat disebabkan adanya stres dan emosi. Glukosaria tidak disebabkan oleh diabetes tetapi dapat menunjukkan adanya diabetes.
c. Benda-benda keton
Pada keadaan normal, umumnya hanya diekskresi keton sebanyak 3-15 mg setiap hari, jumlahnya meningkat pada kelaparan, gangguan metabolisme karbohidrat, kehamilan, dan beberapa jenis alkoholis. (Harper, 1961)
Unsur-unsur Normal dalam Urine
Urea
Merupakan hasil akhir utama metabolisme protein pada mamalia. Biasanya merupakan 80-90% dan nitrogen urine total tetap pada diet rendah, protein urea jumlahnya rendah karena unsur nitrogen lain secara relatif tidak dipengaruhi oleh diet. Sekresi urea meningkat seperti demam, diabetes atau aktivitas korteks berlebih.
(Harper, 1961)
Amonia
Secara normal, jumlah amonia dalam urine sedikit. Namun jika terdapat diabetes melitus maka jumlah amonia yang terkandung sangat tinggi. (Harper, 1961)
c. Kreatin dan kreatinin
Kreatin adalah produk pemecahan kreatin. Koefisien kreatin ini dapat digunakan sebagai metode (indeks) mengenai jumlah urine yang dikumpulkan dalam 24 jam. Kreatinin diukur secara kolorimeter dengan menambahkan alkali pikrat dalam urine.
(Harper, 1961)
d. Asam urat
Asam urat adalah hasil akhir yang penting dalam oksidasi urine yang sukar larut dalam air, tetapi membentuk garam yang larut dalam alkali. Oleh karena itu asam urat mudah mengendap dalam urine bila dibiarkan, warna biru diberikan asam urat bila terdapat seanofosfongisfat.
(Harper, 1961)
e. Asam amino
Asam amino yang keluar dari urine sangat sedikit karena ambang batas urine untuk zat ini sangat tinggi.
(Harper, 1961)
2.8 Pengujian pada Urine
2.8.1 Uji gula pereduksi dengan metode benedict
Reagen benedict terdiri dari kupri sulfat, sodium karbonat, dan sodium sitrat. Reaksinya sama dengan fehling yaitu gula pereduksinya akan dioksidasi menjadi asam aldonat, sedangkan pereaksi benedict akan tereduksi menjadi Cu2O dengan adanya endapan merah bata, maka menunjukkan adanya gula pereduksi.
(Harper , 1961)
2.8.2 Penentuan kadar kreatinin urine
Kreatinin diukur secara stoikiometri dengan menggunakan asam pikrat yang ditambahkan dalam urine. Dengan adanya kreatin, campuran memberi warna ambar (Reaksi Jaffe) warnanya dicocokkan dengan standar kreatinin yang juga telah diberi alkali pikrat.
(Harper , 1961)
2.8.3 Uji adanya protein
Protein dapat ditemukan dengan memanaskan urine lebih baik, setelah disentrifus untuk menghilangkan sedimen, kemudian ditambahkan asan asetat encer. Suatu awan putih atau endapan yang menetap setelah penambahan asam menunjukkan bahwa dalam urine terdapat protein. Pada pengukuran kuantitatif protein diendapkan dengan asam siklo asetat dan kemudian dipisahkan untuk analisis baik secara kolorimetri maupun analisis.
(Harper , 1961)
2.9 Komposisi urine
Urine terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, damn materi organik. Cairan dan materi pembentuk urine berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urine berubah sepanjang proses reabsorbsi ketika molekul yang penting bagi tubuh misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urine dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urine dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos. Urine seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urine orang yang sehat.
(Popy, 2008)
2.10 Penyakit pada urine
Penyakit batu ginjal merupakan suatu penyakit yang banyak diderita oleh rakyat Indonesia yaitu suatu penyakit yang disebabkan terdapatnya endapan yang mengeras (membatu) di dalam ginjal. Disebut juga penyakit kencing batu dan dalam istilah asing disebut renal stone, urolithiasis atau calculus urinaria.
Batu-batu ini tidak saja terdapat di dalam ginjal tetapi batu yang ada di ginjal dapat turun ke saluran yang berada di bawahnya yaitu ureter, kandung kemih (buli-buli) dan saluran kencing terluar (uretra) dan dapat juga terjadi langsung di kandung kemih.
Gejala-gejala yang dapat ditimbulkan oleh penyakit ini adalah rasa nyeri di daerah pinggang ataupun di daerah saluran kencing lainnya. Rasa nyeri ini mulai dari yang ringan sampai dengan yang berat tergantung dari besar kecilnya batu yang terbentuk. Gejala-gejala lain diantaranya adalah pengeluaran urine tidak lancar, urine kadang-kadang disertai dengan keluarnya darah karena luka-luka yang ditimbulkan oleh gesekan antara batu dengan dinding saluran kencing.
(Anonim, 2008)
2.11 Ginjal
Ginjal merupakan organ penting yang menyaring material dari darah, yang berbahaya atau berlebihan ataupun keduanya. Material-material ini diekskresikan dalam urine. Sejumlah tes dijalankan secara rutin di laboratorium klinik dengan sampel urine. Hal ini termasuk pengukuran glukosa atau gula pereduksi, keton, albumin, spesifik grafity dan pH.
(Bettelhem, 1995)
Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen. Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal).Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang peritoneum yang melapisi rongga abdomen. Kedua ginjal terletak di sekitar vertebre. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati. Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan dua belas. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan.
(Anonim, 2008)
2.12 Sistem Ekskresi
Sistem ekskresi pada manusia dan vertebrata lainnya melibatkan organ paru-paru, kulit, ginjal, dan hati. Namun yang terpenting dari keempat organ tersebut adalah ginjal.
Ginjal
Fungsi utama ginjal adalah mengekskresikan zat-zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogen misalnya amonia. Amonia adalah hasil pemecahan protein dan bermacam-macam garam, melalui proses deaminasi atau proses pembusukan mikroba dalam usus. Selain itu, ginjal juga berfungsi mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan, misalnya vitamin yang larut dalam air, mempertahankan cairan ekstraselular dengan jalan mengeluarkan air bila berlebihan, serta mempertahankan keseimbangan asam dan basa. Sekresi dari ginjal berupa urine.
Bentuk ginjal seperti kacang merah, jumlahnya sepasang dan terletak di dorsal kiri dan kanan tulang belakang di daerah pinggang. Berat ginjal diperkirakan 0,5% dari berat badan, dan panjangnya ± 10 cm. Setiap menit 20-25% darah dipompa oleh jantung yang mengalir menuju ginjal. Ginjal terdiri dari tiga bagian utama yaitu:
korteks (bagian luar)
medulla (sumsum ginjal)
pelvis renalis (rongga ginjal)
Bagian korteks ginjal mengandung banyak sekali nefron ± 100 juta sehingga permukaan kapiler ginjal menjadi luas, akibatnya perembesan zat buangan menjadi banyak. Setiap nefron terdiri atas badan Malphigi dan tubulus (saluran) yang panjang. Pada badan Malphigi terdapat kapsul Bowman yang bentuknya seperti mangkuk atau piala yang berupa selaput sel pipih. Kapsul Bowman membungkus glomerulus. Glomerulus berbentuk jalinan kapiler arterial. Tubulus pada badan Malphigi adalah tubulus proksimal yang bergulung dekat kapsul Bowman yang pada dinding sel terdapat banyak sekali mitokondria. Tubulus yang kedua adalah tubulus distal.
Gbr. Struktur dalam (anatomi) ginjal
Pada rongga ginjal bermuara pembuluh pengumpul. Rongga ginjal dihubungkan oleh ureter (berupa saluran) ke kandung kencing (vesika urinaria) yang berfungsi sebagai tempat penampungan sementara urine sebelum keluar tubuh. Dari kandung kencing menuju luar tubuh urine melewati saluran yang disebut uretra.
2. Hati (hepar)
Hati disebut juga sebagai alat ekskresi di samping berfungsi sebagai kelenjar dalam sistem pencernaan. Hati menjadi bagian dari sistem ekskresi karena menghasilkan empedu. Hati juga berfungsi merombak hemoglobin menjadi bilirubin dan biliverdin, dan setelah mengalami oksidasi akan berubah jadi urobilin yang memberi warna pada feses menjadi kekuningan. Demikian juga kreatinin hasil pemecahan protein, pembuangannya diatur oleh hati kemudian diangkut oleh darah ke ginjal. Jika saluran empedu tersumbat karena adanya endapan kolesterol maka cairan empedu akan masuk dalam sistem peredaran darah sehingga cairan darah menjadi lebih kuning. Penderitanya disebut mengalami sakit kuning.
( Anonim, 2008)
2.13 Mekanisme Pembuangan Urine
Di dalam ginjal terjadi rangkaian proses filtrasi, reabsorbsi, dan augmentasi.
Penyaringan (filtrasi)
Filtrasi terjadi pada kapiler glomerulus pada kapsul Bowman. Pada glomerulus terdapat sel-sel endotelium kapiler yang berpori (podosit) sehingga mempermudah proses penyaringan. Beberapa faktor yang mempermudah proses penyaringan adalah tekanan hidrolik dan permeabilitias yang tinggi pada glomerulus. Selain penyaringan, di glomelurus terjadi pula pengikatan kembali sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan.
Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat glomerulus (urine primer) yang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein. Pada filtrat glomerulus masih dapat ditemukan asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam lainnya.
Penyerapan kembali (reabsorbsi)
Volume urine manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu, 99% filtrat glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus proksimal dan terjadi penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus kontortus distal.
Substansi yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan dalam urine. Tiap hari tabung ginjal mereabsorbsi lebih dari 178 liter air, 1.200 g garam, dan 150 g glukosa. Sebagian besar dari zat-zat ini direabsorbsi beberapa kali.
Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urine sekunder yang komposisinya sangat berbeda dengan urine primer. Pada urine sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya ureum dari 0,03% dalam urine primer dapat mencapai 2% dalam urine sekunder.
Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam amino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis. Reabsorbsi air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal.
Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urine.
(Sherwood.2001)
2.14 Aktivitas Ureolitik bakteri penghasil urease dan dimurnikan Enzim urease dalam kondisi anoksik: Implikasi untuk subseafloor kontrol produksi pasir oleh endapan karbonat yang diinduksi secara mikrobik (MICP)
2.14.1 Pendahuluan
Produksi pasir menjadi kendala utama bagi eksploitasi minyak dan gas yang terkonsolidasi / tidak terkonsolidasi dengan baik waduk di seluruh dunia Dilaporkan bahwa 70% dari reservoir hidrokarbon global rentan terhadap produksi pasir. (Fattahpour et al.,2012)
Biasanya, produksi pasir didefinisikan sebagai partikel pasir di Indonesia endapan hidrokarbon bawah laut yang dikonsolidasikan dengan konsolidasi bergerak ke sumur eksploitasi bersama dengan hidrokarbon dan air mengalir, karena kegiatan pengeboran dan penyelesaian. Detasemen dari partikel biasanya diinduksi oleh kombinasi fluida pori tinggi kecepatan dan perilaku degradasi material (Rahmati et al., 2013)
2.14.2 Bakteri, Enzime, dan Kultur Media
Enzim Urease sering ditemukan secara alami pada alga, jamur, bakteri, tanaman, dan invertebrata (Krajewska, 2009). Secara komersial, urease telah umum diproduksi melalui kacang dimurnikan dari makanan bakso Dalam penelitian ini, enzim urease dimurnikan dipasok oleh Kishida Chemical, Osaka, Jepang, yang memiliki aktivitas enzim dari 2950 U / g (Neupane et al., 2013)
Media kultur yang digunakan dalam penelitian ini untuk panen B. Megaterium adalah ATCC-Medium 3. Pada tahap awal, kultur beku beku direhidrasi dalam larutan kaldu nutrisi, yang terdiri dari 8,0 g kaldu nutrisi dalam 1 L air suling dan telah diautoklaf di 121 ◦C. Kemudian, sel bakteri rehidrasi ditanam pada Pelat yang juga mengandung nutrient agar (23 g dalam 1 L air suling, disterilkan pada 121 ◦C) pada suhu 20 ◦C semalam. Setelah itu, satu koloni dipindahkan ke larutan media cair, yang mengandung 8 g / L kaldu hara dan 5 g / L NaCl. Larutan bakter kemudian dipanen dalam inkubator suhu konstan sampai OD600 akhir 0,1 tercapai (Schmidt et al., 2017).
2.15 Pengembangan metode elektroanalitik tanpa enzimatik untuk deteksi tidak langsung kreatinin dalam sampel urin
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan metode elektroanalitikal tanpa enzim untuk kuantifikasi kreatinin tidak langsung dari sampel urin. Metode ini didasarkan pada pemantauan elektrokimia reduksi anion picrate pada elektroda karbon kaca dalam media alkali sebelum dan setelah bereaksi dengan kreatinin (reaksi Jaffe). Dengan menggunakan teknik voltametri pulsa diferensial di bawah kondisi percobaan optimum (potensial potensial, potensial amplitudo, waktu reaksi, dan suhu), kurva analitik linier diperoleh untuk konsentrasi kreatinin berkisar antara 1 sampai 80 mol L-1, dengan deteksi batas 380 nmol L-1. Metode yang diusulkan ini digunakan untuk mengukur kreatinin dalam urin manusia tanpa campur tangan spesies organik yang paling umum secara normal
Hadir dalam cairan biologis (misal, asam urat, asam askorbat, glukosa, dan fosfokreatinin). Hasil yang diperoleh dengan menggunakan sampel urine sangat mirip dengan hasil yang diperoleh dengan menggunakan metode spektrofotometri referensi (pada tingkat kepercayaan 95%) (William et al, 2012).
2.15.1 Pendahuluan
Konsentrasi kreatinin dalam serum manusia dapat digunakan untuk memperkirakan "klirens kreatinin," yang mencerminkan laju filtrasi glomerulus dan sangat penting untuk memantau fungsi ginjal. Selain itu, konsentrasi kreatinin dalam urin diukur selama tes obat standar, dan kadar normal berkisar antara 40 sampai 300 mg dL-1 (~ 3,6-27 mmol L-1) pada pria dan 37-250 mg dL-1 (~ 3,3 -22,5 mmol L-1) pada wanita. Namun, nilai di bawah 20 mg dL-1 (~ 1,8 mmol L-1) telah diamati pada kasus yang jarang terjadi, yang dapat menunjukkan bahwa sampel urin dipalsukan (William et al, 2012).
2.15.2 Analisis Elektrokimia
Solusi standar analisis dan sampel urin diencerkan dengan larutan alkali picrate (0,1 mol L-1 NaOH), dan campuran ini tersisa selama 100 menit pada 27 ° C agar reaksi Jaffe bisa terjadi. Untuk analisis kreatinin elektrokimia, voltametri pulsa diferensial dengan potensial tegangan berkisar antara -0,1 sampai -1,0 V dilakukan. Nilai optimum untuk langkah dan amplitudo masing-masing adalah 0,02 V dan 0,1 V; semua pengukuran dilakukan setelah pengangkatan oksigen (William et al, 2012).
2.15.3 Analisis Spektrofotometri
Nilai kreatinin dari sampel urin dibandingkan dengan nilai yang diperoleh dari reaksi kuantitatif kreatinin dengan anion picase basa, yang menghasilkan senyawa dengan absorbansi maksimum 500 nm. Pengukuran absorbansi dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis dengan cuvet kuarsa kuarsa 1 cm(William et al, 2012).
2.15 Analisa Bahan
2. 15. 1 Phenolphtalein
Sifat fisik : kristal tak berwarna
dalam bentuk cairan berwarna putih kekuningan
Sifat kimia : rumus molekul C20H14O4
larut dalam alkohol dan pelarut organik lainnya
tak berwarna dalam larutan asam dan
berwarna merah muda dalam larutan basa
perubahan pH 8,2-10,0
(Mulyono, 2001)
2.15.2 Fenol merah
Sifat fisik : titik leleh 42 0C
titik didih 182 0C
densitas 1,1 g/mL
Sifat kimia : senyawa yang bersifat asam
C6H5OH yang berubah menjadi merah muda (pink)
bila terkotori atau terkena cahaya
(Mulyono, 2001)
2.15.3 Natrium karbonat (Na2CO3)
Sifat fisik : padatan kristal putih
titik leleh 851 0C (anhidrous)
densitas 2,5 (anhidrous) dan 1,4 (dekahidrat)
Sifat kimia : larut dalam air
mudah melapuk oleh udara
sebagai soda pembersih
(Mulyono, 2001)
2.15.4 Asam asetat (CH3COOH)
Sifat fisik : merupakan asam tak berwarna
bau menyengat
kemurniannya 99,52 %
titik didih 118,5 0C
titik beku 117 0C
Sifat kimia : larut dalam air dan asam pekat
(Pringgodigdo, 1973)
2.15.5 Tepung kedelai
Sifat fisik : berbentuk serbuk, berwarna kecoklatan
Sifat kimia : merupakan produk olahan dari kacang kedelai
sebagai sumber protein
(Anonim, 2008)
2.15.6 Reagent benedict
Sifat fisik : menghasilkan warna jingga dengan gula pereduksi
Sifat kimia : reagen pengoksidasi untuk menentukan adanya gula pereduksi
terdiri dari natrium karbonat dan natrium nitrat, kupri sulfat dan air
(Pringgodigdo, 1973)
2.15.7 Natrium hidroksida (NaOH)
Sifat fisik : titik leleh 318 0C
titik didih 139 0C
densitas 2,1 g/mL
padatan putih
Sifat kimia : senyawa basa kuat
higroskopis, korosif
mudah menyerap CO2 membentuk Na2CO3
(Mulyono, 2001)
2.15.8 Sodium nitroprusid
Sifat fisik : cairan jernih, garam Na
(Basri, 1996)
2.15.9 Asam nitrat (HNO3)
Sifat fisik : zat cair tidak berwarna atau agak kekuningan titik leleh – 41 0C
titik didih 83 0C
density 1,5 g/mL
Sifat kimia : asam anorganik
berasap dan korosif
sebagai oksidator kuat
(Mulyono, 2001)
2.15.10 Amonium sulfat padat
Sifat fisik : merupakan padatan kristal orthorombik berwarna putih
berat molekul 132,4 g/mol
densitas 1,67 g/mL
Sifat kimia : sangat larut dalam air dan tidak larut dalam etanol.
(Basri, 1996)
2.15.11 NH4OH
Sifat fisik : titik leleh -78 0C
titik didih -33,5 0C
berbentuk cairan
tidak berwarna, berbau tajam
Sifat kimia : merupakan senyawa basa
(Mulyono, 2001)
2.15.12 Amonium molibdat
Sifat fisik : berbentuk cairan bening
Sifat kimia : senyawa ini merupakan garam dari amonia dan asam molibdat
rumus molekul (MH4)6MoO7O24 . H2O
(Arora, 2004)
2.15.13 K2C2O4
Sifat fisik : berbentuk kristal
tidak berwarna
Sifat kimia : beracun, dapat menyebabkan iritasi
larut dalam air
senyawa ini dapat digunakan sebagai sumber utama asam oksalat, larutan pereaksi dalam kimia analisis dan bahan pembersih.
(Basri, 1996)
2.15.14 BaCl2
Sifat fisik : kristal putih
titik leleh 963 0C
titik didih 1560 0C
Sifat kimia : digunakan dalam ekstraksi barium melalui elektrolisis dibuat dengan melarutkan BaCO3 dalam asam hidroklorida dan mengkristalkan hidrat.
(Daintith, 1990)
2.15.15 HCl
Sifat fisik : titik leleh 114 0C
titik didih -85 0C
densitas 1,27 (udara = 1)
gas tak berwarna, berbau tajam
Sifat kimia : asam kuat
sangat larut dalam air
merupakan hasil reaksi antara NaCl dan H2SO4
(Mulyono, 2001)
III. METODE PERCOBAAN
3.1 Alat dan bahan
3.1.1 Alat
-Tabung reaksi
-gelas ukur
-pipet tetes
-spatula
-pengaduk
-pemanas listrik
3.2.2 Bahan
-amonium molibdat
-NaOH 2 M
-HNO3 pekat
-sampel urine
-akuades
-phenolftalein
-fenol merah
-reagen benedict
-CH3COOH 0.1 M
-penangas air
-kaki tiga
-gelas beker 250 mL
-drop plate
-kertas saring
-corong
-erlenmeyer
-cawan porselin
-tepung kedelai
-amonium sulfat padat
-NaCO3
-NH4OH
-BaCl2
-K2C2O3
-HCl pekat
Skema Kerja
Senyawa Organik dalam urine
1.5 mL urine
Tabung reaksi I
hasil
Pemecahan Ureum oleh Urease
Penambahan 4 tetes indikator fenol merah
Penetesan Na2CO3 2% hingga warna merah muda
Penambahan CH3COOH 0,1 M hingga larutan
berwarna kuning
Pemanasan pada penangas air samapi suhu 60OC
Penambahan satu ujung sendok spatula tepung kedelai
Pengocokan dan pendiaman beberapa saat
Pengamatan perubahan
1.5 mL akuades
Tabung reaksi II
hasil
Penambahan 4 tetes indikator fenol merah
Penetesan Na2CO3 2% hingga warna merah muda
Penambahan CH3COOH 0,1 M hingga larutan berwarna kuning
Pemanasan pada penangas air samapi suhu 60OC
Penambahan satu ujung sendok spatula tepung kedelai
Pengocokan dan pendiaman beberapa saat
Pengamatan perubahan
0.5 mL urine
Tabung reaksi
hasil
Tes Adanya Gula Pereduksi
Penambahan 5 mL reagen benedict
Pemanasan sampai terjadi perubahan warna
Penambahan tetes demi tetes CH3COOH
Pengamatan perubahan
0.5 mL urine
Tabung reaksi
hasil
Penambahan 5 mL reagen benedict
Pemanasan sampai terjadi perubahan warna
Penambahan tetes demi tetes CH3COOH
Pengamatan perubahan
Tes Adanya Kreatinin
a. Percobaan JAFFE
2.5 mL urine
Tabung reaksi
hasil
penambahan 1 mL asam pikrat jenuh
penambahan 1 mL NaOH 2M
pengamatan perubahan warna
2.5 mL Aquades
Tabung reaksi
hasil
penambahan 1 mL asam pikrat jenuh
penambahan 1 mL NaOH 2M
pengamatan perubahan warna
2.5 mL urine
Tabung reaksi
hasil
Percobaan WEYL
penambahan 5 tetes sodium nitroprusid
penambahan NaOH hingga larutan bersifat alkalis
penambahan tetes demi tetes CH3COOH
Pengamatan perubahan warna
2.5 mL urine
Tabung reaksi
hasil
penambahan 5 tetes sodium nitroprusid
penambahan NaOH hingga larutan bersifat alkalis
penambahan tetes demi tetes CH3COOH
pengamatan perubahan warna
Tes adanya Asam Urat dan Garamnya
0,25 mL urine + 3 tetes HNO3 pekat
Cawan petri
Percobaan Muroksid
Pemanasan di atas penangas air sampai kering
Pengamatan perubahan
hasil
Percobaan Reduksi Perak (SCHIFF)
2.5 tetes urine + 5 tetes Na2CO3 2%
Drop plate
Kertas saring
Hasil
Hasil
Pembasahan dengan AgNO3
Penambahan dengan campuran dalam drop plate
Pengamatan perubahan warna
5 mL urine
Tabung reaksi
hasil
Tes adanya senyawa keton (Percobaan Rhoten)
Penambahan (NH4)2SO4 padat (sambil pengocokkan) hingga larutan jenuh
Penambahan 3 tetes larutan Na-nitroprusid 5% + 2 mL NH4OH jenuh
Pengocokkan hingga bercampur rata
Pendinginan selama 30 menit
Pengamatan perubahan warna
Tes Adanya Protein
5 mL urine
residu
Filtrat urine
2.5 ml filtrat urine
Tabung reaksi
hasil
penyaringan
pengambilan 5 ml filtrat
pemanasan diatas penangas air
penambahan 3-5 tetes CH3COOH 2M
pengamatan perubahan
Senyawa Anorganik dalam Urine
Tes Adanya Asam Amino
1 mL urine
Tabung reaksi
hasil
Penambahan 2 tetes indikator PP + 2 tetes Na2CO3 2% hingga terbentuk warna merah muda
Pemanasan di atas penangas air hingga mendidih
Peletakkan kertas saring basah oleh indikator PP di atas mulut tabung reaksi (tidak menutupi semua mulut tabung)
Pengamatan perubahan warna pada kertas saring
1 mL urine
Tabung reaksi
hasil
Tes Adanya Klorida
penambahan 2 tetes HNO3 pekat + 2 tetes larutan AgNO3
pengamatan perubahan warna
penambahan NH4OH berlebihan
pengamatan
5 mL urine
Tabung reaksi
residu (endapan putih)
filtrat
tabung II
tabung I
Tes Adanya Fosfat dan Kalsium
penambahan 1 mL NH4OH hingga larutan bersifat alkalis
pemanasan larutan di atas penangas air hingga ada endapan putih
penyaringan dengan kertas saring
pencucian dengan akuades
pelarutan dalam 1 mL CH3COOH 2%
pembagian dalam 2 tabung
tabung I
hasil
tabung II
hasil
penambahan 1 tetes HNO3 pekat penambahan 3 tetes K2C204
penambahan 3 tetes amonium molibdat pengamatan perubahan
pemanasan
pengamatan perubahan
Tes Adanya Sulfat
1 mL urine
Tabung reaksi
hasil
penambahan dengan 1 tetes HCl pekat
penambahan 3 tetes BaCl2 0,1 M
pengamatan perubahan war
IV. DATA PENGAMATAN
No
Perlakuan
Hasil
Ket
a
1
Senyawa organik dalam urine
Pemecahan Ureum menjadi Urease
Tabung 1
-3 mL urine + 4 tetes fenol merah + Na2CO3 2%
-penambahan CH3COOH
-pemanasan hingga 60oC
Tabung 2
-3 mL akuades + 4 tetes fenol merah + Na2CO3 2%
-penambahan CH3COOH
-pemanasan hingga 60oC
-terbentuk larutan dengan tidak adanya perubahan warna
-tidak terjadi perubahan warna
-tidak terjadi perubahan warna
-terbentuk larutan dengan tidak adanya perubahan warna
-tidak terjadi perubahan warna
-tidak terjadi perubahan warna
-
-
2
Tes Adanya Gula pereduksi
-1 mL urine + 5 mL Benedict
-pemanasan
-pendinginan dengan cepat
-larutan berubah warna dari kuning menjadi biru
-tidak terjadi kekeruhan atau terbentuknya endapan merah bata
-
3
Tes Adanya Kreatinin
a. Percobaan JAFFE
-5 mL urine + 1 mL asam pikrat jenuh + 1 mL NaOH 2 M
-5 mL akuades + 1 mL asam pikrat jenuh + 1 mL NaOH 2 M
b. Percobaan WEYL
-5 mL urine + 5 tetes Na-nitropusid
-penambahan NaOH hingga alkalis
-penambahan beberapa tetes CH3COOH
-larutan berubah warna dari kuning pucat menjadi jingga
-larutan berubah warna dari bening menjadi kuning
-warna larutan tetap kuning pucat
-perubahan warna menjadi jingga kecoklatan
+
+
+
4
Tes Adanya Asam Urat dan Garamnya
a. Percobaan Muroksid
-0.5 mL urine + 3 tetes HNO3 pekat
-pemanasan sampai kering
b. Percobaan Reduksi Perak (Schiff)
-pembasahan kertas saring dengan AgNO3
-penetesan dengan campuran 5 tetes urine + 5 tetes Na2CO3 2%
-larutan berwarna kuning cerah
-terbentuk bercak kecoklatan
-terbentuk bercak hitam
+
+
5
Tes Adanya Senyawa Keton
-5 mL urine + (NH4)2SO4 padat
-pengocokan
-penambahan 3 tetes Na-nitropusid 5% + 2 mL NH4OH jenuh
-pengocokan, pendiaman 30 menit
-tidak terjadi perubahan warna
-
6
Tes Adanya Protein
-penyaringan 10 mL urine
-pemanasan
-penambahan 3-5 tetes CH3COOH
-pengamatan
-tidak terbentuk endapan
-
B
7
Senyawa anorganik dalam urine
Tes Adanya Amoniak
-2 mL urine + 2 tetes PP + 2-3 tetes Na2CO3 2%
-pemanasan sampai mendidih
-peletakkan kertas saring basah oleh PP di atas mulut tabung reaksi
-pengamatan perubahan pada kertas saring
-tidak terjadi perubahan dikarenakan uap dari hasil reaksi tidak sampai pada mulut tabung reaksi
-
8
Tes Adanya Klorida
-2 ml urine + 2 tetes HNO3 pekat+ 2 tetes larutan AgNO3
-pengamatan
-endapan menjadi larut dalam ammonium hidroksida berlebih
+
9
Tes Adanya Fosfat dan Kalsium
-10 mL urine + 1 mL NH4OH hingga alkalis
-pemanasan
-penyaringan
-pencucian endapan dengan akuades
-pelarutan endapan dalam 1 mL CH3COOH 2%
-pengamatan
-terbentuk endapan namun endapannya sangat halus dan sedikit sehingga tidak dapat dibagi menjadi 2 untuk diuji kembali
+
10
Tes Adanya Sulfat
-2 mL urine + 1 tetes HCl pekat + 3 tetes BaCl2
-pengamatan
-terbentuknya endapan
+
HIPOTESA
Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa yang terkandung dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah reaksi-reaksi khas dan pengamatan kualitatif berupa perubahan warna, adanya endapam, cincin, dan kejenuhan pada masing-masing percobaan. Metode percobaan untuk identifikasi senyawa organik ialah uji pemecahan ureum oleh urease, uji gula pereduksi, uji adanya kreatinin dengan percobaan JAFFE dan WEYL, tes adanya asam urat dan garamnya yang menggunakan percobaan Muroksid dan reduksi perak (SCHIFF), tes adanya senyawa keton, dan tes adanya protein untuk uji senyawa organik. Sedangkan identifikasi senyawa anorganik dilakukan dengan tes adanya amonia, klorida, sulfat, fosfat dan kalsium. Dari beberapa identifikasi yaitu tes gula pereduksi akan menunjukkan endapan merah bata jika terdapat gula pereduksi. Uji positif untuk senyawa keton yaitu adanya warna jingga, uji positif adanya protein jika timbul endapan, tes pemecahan ureum oleh urease dengan adanya warna merah muda, pada percobaan WEYL adanya cincin merah dan endapan yang banyak, tes muroksid dengan uji positif adanya warna kecoklatan, uji positif SCHIFF terbentuk cincin perak. Sedangkan untuk tes adanya amonia uji positifnya adalah warna merah muda pada kertas saring, uji positif adanya klorida yaitu adanya endapan keruh dan akan larut jika penambahan NH4OH berlebih, uji positif untuk tes fosfat yaitu adanya endapan kuning, uji positif tes kalsium yaitu timbul endapan atau kekeruhan yang tidak larut, uji positif adanya sulfat adalah dengan adanya endapan keruh.
VI PEMBAHASAN
Percobaan identifikasi senyawa dalam urine ini bertujuan untuk mengetahui unsur-unsur yang terkandung dalam urine.Urine adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang zat zat sisa dalam pembuluh darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis atau kesetimbangan cairan tubuh. Urine disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.
Fungsi utama urine adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh. Secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir tidak berbau ketika keluar dari tubuh. Hanya saja, beberapa saat setelah meninggalkan tubuh, bakteri akan mengkontaminasi urin dan mengubah zat-zat di dalam urin dan menghasilkan bau yang khas, terutama bau amonia yang dihasilkan dari urea.
Urine dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan urine yang bening seperti air dengan volume lebih banyak. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urine berwarna kuning pekat atau cokelat dengan volume yang lebih sedikit.
Identifikasi senyawa dalam urine sangat penting karena dengan adanya identifikasi senyawa dalam urine bisa mengetahui ada dan tidaknya suatu penyakit dalam tubuh. Identifikasi urine bisa dilakukan dengan beberapa metode yang dapat dibagi berdasarkan uji senyawa organik dan uji senyawa anorganik.
Senyawa Organik Dalam Urine
Pemecahan Ureum Oleh Urease
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui adanya ureum dalam urine yang dapat dipecah oleh enzim urease. Prinsip percoban ini adalah pemecahan ureum oleh enzim urease. Pada percobaan ini yang berperan sebagai sumber enzim urease adalah tepung kedelai. Prosedur pertama yang dilakukan adalah menambahkan 4 tetes indikator fenol merah pada tabung reaksi 1 yang berisi urine orang bangun tidur serta pada tabung reaksi 2 yang berisi akuades sebagai pembanding. Penambahan indikator fenol merah ini bertujuan untuk menandai perubahan pH yang terjadi pada larutan.
Reaksi fenol merah:
HIn In-
Suasana asam suasana basa
(kuning) (merah)
(Anonim, 2008)
Perubahan pH ini untuk menandai pH optimum enzim urease bekerja optimal. Fenol merah merupakan indikator dengan range pH 6,0-8,4 dan pada suasana asam membentuk warna kuning.
(Underwood, 1986)
Penambahan natrium karbonat (Na2CO3) 2% berfungsi untuk mencapai pH yang diinginkan yaitu pH enzim urease yang bekerja optimum pada suasana basa. Pencapaian pH tersebut ditandai dengan perubahan warna. Penambahan asam asetat akan menghasilkan larutan berwarna kuning, baik pada urine maupun akuades. Fungsi asam asetat adalah untuk memberikan suasana asam.
Selanjutnya dipanaskan pada suhu 60ºC kemudian dilakukan pengamatan. Fungsi pemanasan adalah untuk mencapai suhu optimal enzim urease, sehingga enzim tersebut bekerja secara optimal pada proses pemecahan ureum. Dari percobaan didapatkan hasil yang negatif pada kedua tabung reaksi yang tidak ditandai dengan perubahan warna menjadi jenuh pada tabung 1 dan kuning pada tabung 2..
Reaksi yang terjadi adalah:
(Kusnawidjaya, 1987)
Tes Adanya Gula Pereduksi
Uji ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya gula pereduksi dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah reaksi reduksi. Penambahan reagen benedict ini bertujuan untuk membentuk endapan merah bata gugus pereduksi yang terdapat dalam urine saat dipanaskan.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
(Martoharsono, 1993)
Hasil positif menunjukkan pada bagian dasar tabung reaksi terbentuk endapan merah bata, akan tetapi hasil yang didapatkan negatif, larutan tetap bewarna biru. Hasil ini mengindikasikan tidak terdapat senyawa gula pereduksi dalam kadar yang sedikit.
Tes Adanya Kreatinin
Percobaan JAFFE
Metode ini dilakukan untuk menunjukkan adanya kreatinin dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah pemecahan kreatinin. Pada metode ini, sampel urine ditambah dengan asam pikrat jenuh yang menghasilkan warna kuning pekat pada sampel urine dan warna kuning terang pada akuades. Kemudian ditambah dengan NaOH yang menghasilkan warna jingga kuning pada sampel. Terbentuknya warna jingga kuning ini menunjukkan uji positif yang merupakan tanda telah terpecahnya kreatinin dalam urine menjadi kreatinin dan garam asam pikrat. Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa pada sampel urine positif mengandung kreatinin.
Reaksi yang terjadi:
(Martoharsono, 1993)
Percobaan WEYL
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya kreatinin dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah penambahan larutan basa untuk menghasilkan warna. Penambahan Sodium Nitroprusid dan NaOH bertujuan agar kreatinin dapat bereaksi dengan basa dan menunjukkan warna merah. Selanjutnya pada penambahan asam asetat berfungsi agar kreatinin menunjukkan warna reaksi yang berbeda terhadap suasana asam yaitu kembali menjadi berwarna kuning. Uji positif yang menunjukkan adanya kreatinin adalah perubahan warna menjadi merah saat ditambahkan larutan basa dan kembali berwarna kuning saat penambahan asam. Dari percobaan yang telah dilakukan didapat hasil bahwa pada urine positif mengandung kreatinin
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
(Martoharsono, 1993)
Tes Adanya Asam Urat dan Garamnya
Percobaan Muroksid
Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa asam urat dan garamnya dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah pemutusan ikatan rangkap pada asam urat. Penambahan HNO3 pekat berfungsi untuk memutus ikatan rangkap pada asam urat (C=O ) menjadi ikatan tunggal C-OH dan mengeliminasi ikatan tunggal C-H menjadi ikatan rangkap C=N sehingga dihasilkan senyawa berwarna kuning kecoklatan.
Reaksinya:
(Martoharsono, 1993)
. Dari hasil percobaan yang telah dilakukan didapat hasil larutan bewarna uning cerah dan terbentuknya bercak kecoklatan. Hal ini berarti bahwa pada sampel urine tersebut mengandung asam urat.
Percobaan Reduksi Perak (SCHIFF)
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya asam urat dan garamnya dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah reduksi ion Ag+ menjadi Ag. Uji positif pada percobaan ini adalah adanya lapisan seperti cermin perak yang menempel pada kertas saring dan bercak hitam pada larutan sampel urin. Penambahan larutan Na2CO3 bertujuan untuk membentuk garam dari asan urat ketika Na2CO3 bereaksi dengan asam urat.
Penambahan AgNO3 bertujuan untuk mereaksikan AgNO3 tersebut dengan garam dari asam urat dan membentuk lapisan warna perak pada kertas saring akibat adanya reduksi Ag+ menjadi Ag oleh garam sodium (Na+) dari asam urat tersebut.
Reaksi yang terjadi adalah:
2AgNO3 + Na2CO3 Ag + 2NaNO3 + CO3 + O2
(Kusnawidjaya, 1987)
Dari percobaan ini didapatkan hasil positif yakni terbentuk bercak hitam pada sampel urine dan warna perak pada kertas saring.
Tes Adanya Senyawa Keton
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui adanya senyawa keton yang terkandung dalam urine. Prinsip percoban ini adalah pengoksidasian gugus keton. Uji positif adanya keton ditandai dengan terbentuknya warna jingga setelah berlangsungnya reaksi. Penambahan (NH4)2SO4 padat bertujuan untuk mengkondisikan larutan urine yang asam menjadi netral. Larutan nitroprusid dan NH4OH jenuh bertujuan agar reaksi oksidasi gugus keton dapat berlangsung dalam suasana basa.
Reaksi yang terjadi:
(Kusnawidjaya,1987)
Dari hasil percobaan didapatkan bahwa pada sampel urine tidak terjadi perubahan warna. Sampel urine tersebut tetap berwarna kuning jernih. Hal ini menandakan bahwa dalam sampel urine tersebut negatif tidak mengandung gugus keton.
Tes Adanya Protein
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengidentifikasi adanya protein dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah pemecahan protein menjadi monomer-monomernya yang lebih sederhana. Penambahan asam asetat 2N berfungsi untuk membuat protein yang ada dalam urine terdenaturasi sehingga terbentuk endapan yang menandakan adanya protein dalam urine.
Reaksi yang terjadi:
(Kusnawidjaya,1987)
Dari hasil percobaan didapatkan bahwa pada sampel urine larutan tetap bening dan tidak terbentuk endapan. Hal ini menandakan bahwa dalam sampel urine tersebut tidak mengandung protein.
Senyawa Anorganik dalam Urine
Tes Adanya Amonia
Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa amonia yang terdapat dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah reduksi NH4+ menjadi NH3. Urine ditambah dengan Na2CO3 yang bertujuan untuk membentuk NH3. Uji positif percobaan ini adalah terbentuknya warna merah muda pada kertas saring. Penambahan indikator PP yang bertujuan untuk menandai perubahan pH dari asam menjadi basa setelah penambahan Na2CO3.
Reaksi phenolftalein (PP) adalah:
(Underwood, 1986)
. Pada kertas saring ditetesi dengan indikator PP yang bertujuan untuk mengetahui adanya gas yang bersifat basa yang timbul selama proses pemanasan. Gas yang bersifat basa tersebut dapat merubah warna kertas saring yang telah ditetesi indikator PP menjadi merah muda. Dari hasil percobaan didapat bahwa pada sampel urine tersebut negatif tidak mengandung amonia karena kertas saring tersebut tidak berubah menjadi merah muda.
Reaksi yang terjadi:
2NH4 + CO32- 2NH3 + CO2 + H2O
(Martoharsono, 1993)
Tes Adanya Klorida
Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya klorida dalam urine. Prinsip percoban ini adalah reaksi pembentukan kompleks dan reaksi pengendapan. Fungsi penambahan HNO3 pekat untuk menguraikan ikatan ionik antara Cl- yang pada umumnya berikatan dengan Na+. Penambahan AgNO3 bertujuan untuk mengendapkan Cl- menjadi AgCl. Penambahan NH4OH berlebih adalah untuk melarutkan endapan AgCl menjadi ion kompleks [Ag(NH4OH)]+. Uji positif dari percobaan ini adalah terbentuknya endapan atau warna merah muda yang dapat larut jika ditambahkan dengan NH4OH berlebih. Hasil percobaan yang dilakukan didapat bahwa pada sampel urine terbentuk endapan dan warna merah muda yang kemudian larut dengan adanya penambahan NH4OH berlebih. Hal ini menandakan bahwa pada sampel urine tersebut positif mengandung klorida.
Reaksi yang terjadi:
NaCl + HNO3 NaNO3 + HCl
HCl + AgNO3 AgCl + HNO3
AgCl + NH4OH [Ag(NH4OH)]+ + Cl-
(Martoharsono, 1993)
Tes Adanya Fosfat dan Kalsium
Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya fosfat dan kalsium dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah reaksi pengendapan. Uji positif adanya fosfat dalam urine ditandai dengan terbentuknya endapan warna kuning. Sedangkan Uji positif adanya kalsium adalah terbentuknya endapan atau larutan yang keruh. Pada percobaan ini urine ditambah dengan larutan amonium hidroksida yang berfungsi untuk membuat larutan bersifat alkalis.
Hasil percobaan didapatkan endapan bewarna putih pada sampel urin dengan kadar yang sedikit. Setelah dilakukan penyaringan, endapan tersebut berkurang kadarnya hingga sangat kecil sehingga tidak dilakukan analisa lanut mengenai adanya fosfat dan kalsium. Akan tetapi hasil dari uji ialah positif yang ditandai dengan terbentuknya endapan putih pada sampel setelah pemanasan..
Reaksi yang terjadi:
HPO42- + 12MoO42- + 3NH4+ + 23H+ (NH3)[P(Mo3O4)4] + 12H2O
Ca2+ + K2C2O4 CaC2O4 + 2K+
(Kusnawidjaya,1987)
Tes Adanya Sulfat
Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya sulfat dalam urine. Prinsip percobaan ini adalah pengendapan ion sulfat. Uji positif percobaan ini adalah terbentuknya endapan putih atau keruh pada larutan. Pada percobaan ini kedua sampel urine ditambah dengan HCl pekat dan BaCl2. Penambahan HCl pekat bertujuan untuk mengkondisikan larutan dalam suasana asam. Sedangkan penambahan BaCl2 bertujuan untuk mengendapkan ion SO42- menjadi BaSO4 yang berwarna putih dan tidak larut.
Reaksi yang terjadi:
SO42- + 2H+ H2SO4
H2SO4 + BaCl2 BaSO4 + 2HCl
(Kusnawidjaya,1987)
Dari hasil percobaan didapat hasil bahwa pada sampel urine mengandung sulfat yang ditandai dengan terbentuknya endapan putih keruh.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil percobaan didapatkan bahwa:
Pemecahan ureum oleh urease pada kedua sampel urine didapat hasil negatif.
Tes adanya gula pereduksi memberi hasil negatif pada sampel urine.
Tes adanya kreatinin pada percobaan JAFFE pada sampel urine menunjukkan hasil positif mengandung kreatinin sedangkan pada percobaan WEYL pada sampel memberi uji positif tidak mengandung kreatinin.
Tes adanya asam urat dan garamnya pada percobaan Muroksid dan reduksi perak (SCHIFF) sampel urine memberi uji positif.
Tes adanya senyawa keton dan tes adanya protein kedua sampel urine memberi hasil negatif.
Tes adanya amonia pada sampel urine memberi hasil negatif.
Tes adanya klorida dan tes adanya sulfat pada sampel urine memberi hasil positif.
Tes adanya fosfat dan kalsium pada sampel urine memberi uji negatif.
Dari hasil uji urine pada percobaan urine ini dapat ditarik kesimpulan bahwa urine korban sehat karena negatif mengandung senyawa organik (gula pereduksi, protein, dan keton) artinya tidak ada sisa senyawa organik yang dibuang dan kinerja ginjal tergolong normal
Saran
Variasi sampel urin bisa diperbanyak misalkan dengan penambahan urin 24 jam, urin malam, maupun urin siang
LEMBAR PENGESAHAN
Semarang, 4 September 2017
Mengetahui,
Asisten Praktikan
Aulia Dwi P Khrisna Pangeran
2403011412066 24030115140081
Daftar Pustaka
Ali, I. 2008. Urinalisis (Analisis Kemih). http://iqbalali.com. 30 Oktober 2010.
Alqasaimeh, Heng & Ahmad, A Urea from Stacked Sol-Gel Films with Immobilized Nile Blue Chromoionophore and Urease Enzim, University Kebangsaan Malaysia, Malaysia.
Arora, H., 2004, Dictionary of Chemistry, A.I.T.B.S Publisher and Distributors (Regd.), Delhi.
Basri, S., 1996, Kamus Kimia, Rineka Cipta, Jakarta.
Bettelhem, 1995, Urinary Tract Infections, Definitions and Classification. Mosby Year Book Inc, Missouri.
Daintith, J., 1990, Kamus Kimia Lengkap, Erlangga, Jakarta.
Harper, 1961, Review of Physiological Chemistry, Medical Publication, Canada.
Kusnawidjaya, 1987, Biokimia, Alumni, Bandung.
Martoharsono, 1993, Biokimia Jilid 3, Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta.
Mulyono, 2001, Kamus Kimia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Bandung.
Popy, A. 2008. Sekilas Tentang Urin. http://aseppopy.net. 30 Oktober 2010
Pringgodigdo, A. G. 1973, Ensiklopedia Umum, Yayasan Para Buku Franklin, Jakarta.
Sherwood Lauralee, 2001 ; Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem (Human Physiology: From cells to systems) ; Edisi II, EGC, Jakarta
Tauber & Kleiner, 1931, Studies on Cristalline Urease, Department of Physiological Chemistry, New York Homeopathic Medical, New York.
Tim DepKes RI, 1994, Bakteriuri Infektif, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Underwood, 1986, Quantitative Analysis, Prentice-Hall Inc, New York.
LAMPIRAN
Uji Senyawa Anorganik
Uji Senyawa Organik