Jurnal Otitis Media

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

POLA BAKTERI AEROB DAN UJI KEPEKAAN TERHADAP

ANTIBIOTIKA PADA PENDERITA OTITIS MEDIA DI POLIKLINIK


THT-KL BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE
DESEMBER 2012 JANUARI 2013



1
Alke Rumimpunu
2
Constantyn Kountul
2
Velma Buntuan

1
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
2
Bagian Mikrobiologi Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Email: alke.anastacia@gmail.com


Abstract: Otitis Media, an infection of middle ear, is one of the health problems that can cause hearing
loss to total deafness. The causes of otitis media are inter alia infections of the aerob bacteria. In
Indonesia, the incidence of otitis media is 3.9-6.9 %. Patience compliance due to treatment, germ
resistance, anatomy of the ear, and complications lead to difficulties in terms of treatment of the otitis
media itself. This study aimed to determine the pattern of bacteria and their susceptibility to antibiotics in
patients with otitis media. This was a descriptive prospective study with samples of 20 patients diagnosed
with otitis media who met the inclusion criteria. The patients ear discharge was used for identifiaction
and culture of bacteria in blood agar, nutrient agar and McConkey agar. Gram staining was used for
bacteria identificatiion. Levofloxacin and cyprofloxacin were used for antibiotic sensitivity test.
Conclusion: The identified bacteria were Staphylococcus aureus, Enterobacter Aerogenes,
Staphylococcus Epidermitis, Proteus vulgaris, Cibrobacter divertus, Alcaligenes falcelus, and
Pseudomonas aeruginosa. Bacterial growth were mostly found in children. Almost all bacteria were
sensitive to both antibiotics, but they were fairly resistant to clindamycin and erythromycin.
Keywords: patterns of bacteria, sensitivity test, otitis media


Abstrak: Otitis media merupakan salah satu gangguan kesehatan telinga yang dapat menyebabkan
gangguan pendengaran hingga tuli. Gangguan pada otitis media terletak di telinga bagian tengah.
Penyebab otitis media antara lain infeksi bakteri aerob. Di Indonesia, angka kejadian otitis media sebesar
3,9-6,9%. Ketidakpatuhan penderita dalam perawatan, kuman yang resisten, bentuk anatomi telinga, dan
adanya komplikasi menyebabkan kesulitan dalam hal pengobatan dan perawatan otitis media. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pola bakteri dan kepekaannya terhadap antibiotika pada penderita otitis
media. Penelitian ini bersifat deskriptif prospektif dengan sampel sebanyak 20 pasien yang didiagnosis
otitis media yang memenuhi kriteria inklusi. Sekret telinga diambil untuk identifikasi kuman dan kultur
pada agar darah, agar nutrien, dan agar McConkey. Pengecatan Gram dilakukan untuk identifikasi kuman
dan uji kepekaan dilakukan terhadap antibiotika levofloxasin dan ciprofloxasin. Simpulan: Bakteri yang
diidentifikasi yaitu Staphylococcus aureus, Enterobacter Aerogenes, Staphylococcus Epidermitis, Proteus
vulgaris, Cibrobacter divertus, Alcaligenes falcelus, dan Pseudomonas aeruginosa. Pertumbuhan kuman
tersering ditemukan pada anak-anak. Hampir semua bakteri peka terhadap antibiotika levofloxacin dan
ciprofoxacin tetapi memperlihatkan tingkat resistensi cukup tinggi terhadap clindamycin dan eritromycin.
Kata kunci: pola bakteri, uji kepekaan, otitis media

Otitis media merupakan salah satu gangguan
kesehatan telinga yang dapat menyebabkan
gangguan pendengaran hingga bisa tuli,
bahkan dapat mengancam jiwa sehingga
mempunyai dampak yang merugikan bagi
penderita, keluarga, dan masyarakat. Saat
pendengaran mulai berkurang dan
mengganggu aktivitas sehari-hari barulah
mencari bantuan medis, sehingga tak jarang
telah menimbulkan komplikasi.

Gangguan
pada otitis media terletak di telinga bagian
tengah. Penyebab otitis media adalah
multifaktorial, antara lain infeksi bakteri,
virus, gangguan fungsi tuba, alergi,
kekebalan tubuh, lingkungan, dan faktor
sosial ekonomi.
1

Otitis media terdapat pada semua
bangsa diseluruh dunia baik di negara
berkembang maupun negara maju dengan
angka kejadian bervariasi. Di negara-negara
berkembang angka kejadian jauh lebih
tinggi karena beberapa hal misalnya higiene
yang kurang, faktor sosioekonomi, gizi yang
rendah, kepadatan penduduk serta masih ada
pengertian masyarakat yang salah terhadap
penyakit ini sehingga mereka tidak berobat
sampai tuntas.
2,3
Di Amerika Serikat, otitis media
terdiagnosis lebih dari 5 juta kali setiap
tahunnya, dan merupakan alasan paling
banyak dituliskannya resep antibiotik untuk
anak-anak. Di Australia, tiap tahunnya 3-5%
anak meninggal akibat komplikasi otitis
media dan 15 anak menderita kehilangan
pendengaran permanen akibat otitis media.
Di Indonesia sendiri angka kejadian otitis
media sebesar 3,9-6,9%.
3,4

Otitis media dalam klasifikasinya
terbagi atas; pertama otitis media supuratif
yaitu otitis media supuratif akut atau otitis
media akut dan otitis media supuratif kronik.
Kedua otitis media non supuratif atau otitis
media serosa yaitu otitis media serosa akut
(barotrauma atau aerotitis) dan otitis media
serosa kronik (glue ear), ketiga otitis media
spesifik seperti otitis media sifilitika atau
otitis media tuberkulosa, dan terakhir otitis
media adhesiva.

Adapun bakteri aerob
penyebab otitis media yaitu Staphylococcus
aureus, Pneumokok, Haemofilus influenza,
Escherichia coli, Streptococcus
anhemolitikus, Streptococcus hemolyticus,
Proteus vulgaris dan Pseudomonas
aeruginosa.
5
Keberhasilan pengobatan penyakit
infeksi bakteri dengan antibiotik pada
dasarnya merupakan hasil akhir dari 3
komponen, yaitu penderita, bakteri dan
antibiotika. Hal ini disebabkan karena
penyakit infeksi bakteri adalah manifestasi
klinik dari interaksi antara penderita dan
bakteri. Adapun untuk pengobatan infeksi
dibutuhkan antibiotika yang tepat dan daya
tahan tubuh penderita itu sendiri. Memilih
antibiotika yang tepat dapat dilakukan
berdasarkan pengetahuan tentang jenis
bakteri penyebab penyakit dan akan lebih
baik lagi apabila disertai adanya hasil uji
kepekaan pemeriksaan mikrobiologi.
Ketidakpatuhan penderita dalam perawatan,
kuman yang resisten, bentuk anatomi
telinga, adanya komplikasi, menyebabkan
kesulitan dalam hal pengobatan dan
perawatan penderita otitis media.
6
Berdasarkan angka kejadian yang
cukup tinggi, serta kemungkinan terjadi
resistensi terhadap antibiotika dan
bervariasinya pola kuman pada penyakit
otitis media sehingga penulis tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai pola kuman
dan kepekaannya terhadap antibiotika pada
penderita otitis media.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriptif
prospektif yaitu untuk mendapatkan pola
bakteri dan kepekaannya terhadap beberapa
antibiotika dari sekret telinga otitis media.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Desember 2012 J anuari 2013 dengan
lokasi pengambilan sampel dilakukan di
Poliklinik THT-KL BLU RSUP Prof. Dr. R.
D. Kandou Manado dan pemeriksaan sampel
dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi
BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado.
Kriteria Inklusi dalam penelitian ini
yaitu sampel penderita baru yang datang
memeriksakan diri dan berobat ke Poliklinik
THT-KL BLU RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado yang didiagnosa menderita
otitis media. Sedangkan kriteria ekslusi yaitu
penderita otitis media yang telah
menggunakan antibiotika. Variabel
Penelitian terdiri dari umur, jenis kelamin,
bakteri dalam sekret telinga otitis media, dan
kepekaan terhadap antibiotika. Sampel
penelitian 20 orang merupakan pasien yang
memeriksakan diri ke poliklinik THT-KL
yang didiagnosis penderita otitis media
rentan usia mulai dari 6 bulan sampai 77
tahun. Dari 20 sampel, 9 (45%) sampel
diambil dari pasien dengan jenis kelamin
laki-laki dan pasien dengan jenis kelamin
perempuan berjumlah 11 orang (55%).
Sampel diambil dengan cara
mengusapkan lidi pada liang telinga, diambil
sekretnya, dimasukkan ke dalam media
transport Stuart lalu di bawa ke laboratorium
mikrobiologi BLU RSUP Prof Dr. R. D.
Kandou untuk dibiakkan (dikultur). Untuk
menentukan bentuk kuman dan apakah gram
negatif atau positif, dilakukan pengecatan
gram.
Selanjutnya dilakukan uji kepekaan.
Kuman diperbanyak di dalam tabung yang
mengandung kaldu selama 8-24 jam lalu
disimpan dalam inkubator kemudian kuman
dipindahkan ke Mueller Hitton (MH)
dengan cara lidi kapas diambil dari kaldu
lalu dioles pada pemukaan media MH.
Cakram obat antibiotika diletakan pada
media kuman (lempeng agar) dengan jarak
yang diatur sedemikian rupa sehingga
memudahkan untuk melihat hasil. Tekan
cakram tersebut pada permukaan agar,
supaya obat dapat meresap ke dalam agar
yang baik. J arak antara cakram satu dengan
yang lain sekurang-kurangnya 3cm dan 2cm
dari pinggir, disimpan dalam suhu 37C
selama 24 jam. Ditentukan adanya zona
hambatan berupa zona terang atau tidak ada
zona hambatan disekitar obat antibiotika.
J ika diukur dalam milimeter dan
dibandingkan dengan daftar klasifikasi zone
diameter menurut National Committee for
Clinical Laboratory Standart/NCCLS. Hal
ini untuk mengetahui apakah kuman sensitif,
intermediate atau resisten terhadap obat
antibiotika yang digunakan.
7


HASIL DAN BAHASAN
Setelah dilakukan penelitian tentang
pola kuman dan uji kepekaan antibiotika
terhadap 20 sampel penderita baru yang
didiagnosis otitis media di Poliklinik THT-
KL BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado selama periode Desember 2012
J anuari 2013 didapatkan 18 sampel yang
mengalami pertumbuhan bakteri dan 2
sampel tidak ada pertumbuhan bakteri. Dari
18 sampel bakteri yang bertumbuh dan yang
berhasil diidentifikasi adalah
Staphylococcus aureus, Enterobacter
aerogenes, Staphylococcus epidermitis,
Proteus vulgaris, Citrobacter diversus,
Alcaligenes faecalis dan Pseudomonas
aeruginosa.








Tabel 1. Standart Diameter Zona Hambatan Antibiotika Yang Digunakan Pada Penelitian.


Hasil Uji Kepekaan Tiap sampel dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 2. Hasil Uji Kepekaan Tiap Sampel
No. Inisial J enis Kuman Antibiotika

Subjek

AMC CC E CRO CIP LVX
1 YL Staphylcoccus aureus S/30 R/7 I/19 S/26 S/27 S/27
2 LC Enterobacter aerogenes S/23 R/7 R/7 S/26 S/24 S/24
3 SD Staphylococcus epidermidis I/27 R/7 R/7 R/7 R/8 R/8
4 NT Staphylococcus epidermidis I/17 R/17 R/7 R/7 R/8 R/8
5 MS Enterobacter aerogenes R/18 R/7 R/7 R/7 R/7 R/7
6 SW
Tidak ada pertumbuhan
kuman - - - - - -
7 WP
Tidak ada pertumbuhan
kuman - - - - - -
8 CT Staphylococcus epidermidis S/22 I/19 R/10 S/24 I/16 S/20
9 GT Staphylococcus aureus I/17 I/17 I/17 I/20 I/16 R/10
10 LP Proteus vulgaris R/10 R/7 R/7 I/15 R/10 R/8
11 FD Enterobacter aerogenes S/21 R/7 R/7 S/23 I/20 S/20
12 TN Staphylococcus epidermidis R/7 R/7 I/21 S/23 S/23 S/22
13 HP Citrobacter diversus I/15 R/7 I/21 S/24 S/22 S/20
14 DG Alcaligenes faecalis R/7 R/8 R/7 I/19 R/20 R/7
15 TL Staphylococcus epidermidis R/7 R/7 R/8 R/8 I/8 S/21
16 WT Alcaligenes faecalis R/7 S/28 R/7 I/17 S/26 S/26
17 HB Staphylococcus aureus R/8 R/7 R/7 I/17 S/23 S/26
18 J T Proteus vulgaris S/30 R/7 R/7 S/24 I/20 I/16
19 RE Staphylcoccus aureus S/30 R/7 I/19 S/26 S/27 S/27
20 SK Pseudomonas aeruginosa R/7 R/7 R/8 I/15 S/22 S/18





No. Nama Obat (Kode) Konsentrasi Diameter Zona Hambatan (mm)
Resistan Intermediet Sensitif
1 Amoxicillin Clavulanic Acid (AMC) 30 g <15 16-20 >21
2 Clindamycin (CC) 2 g <15 16-18 >19
3 Eritromycin (E) 15 g <15 16-20 >21
4 Ceftiaxone (CRO) 30 g <13 14-20 >21
5 Ciprofoxacin (CIP) 5 g <15 16-18 >19
6 Levofloxacin (LVX) 5 g <13 14-20 >21
Tabel 3. Persentase Kepekaan Bakteri Terhadap Beberapa Antibiotika
J enis Kuman n Kepekaan (%)

AMC CC E CRO CIP LVX
Staphylococcus aureus 4 50 0 0 25 25 25
Enterobacter aerogenes 3 66,7 0 0 66,7 33,3 66,7
Staphylococcus epidermitis 5 20 0 0 40 20 60
Proteus vulgaris 2 50 0 0 50 0 0
Citrobacter diversus 1 0 0 0 100 100 100
Alcaligenes faecalis 2 0 50 0 0 50 50
Pseudomonas aeruginosa 1 0 0 0 0 100 100

Tabel 4. Persentase Resistensi Bakteri Terhadap Beberapa Antibiotika
J enis Kuman n Resistensi (%)

AMC CC E CRO CIP LVX
Staphylococcus aureus 4 25 75 25 0 0 25
Enterobacter aerogenes 3 33,3 100 100 33,3 33,3 33,3
Staphylococcus
epidermitis 5 40 80 80 60 40 40
Proteus vulgaris 2 50 100 100 0 50 50
Citrobacter diversus 1 0 100 0 0 0 0
Alcaligenes faecalis 2 100 50 100 0 50 50
Pseudomonas aeruginosa 1 100 100 100 0 0 0

Tabel 5. Persentase Intermediate Bakteri Terhadap Beberapa Antibiotika
J enis Kuman n Intermediate (%)

AMC CC E CRO CIP LVX
Staphylococcus aureus 4 25 25 50 50 25 0
Enterobacter aerogenes 3 0 0 0 0 33,3 0
Staphylococcus
epidermitis 5 40 20 20 0 40 0
Proteus vulgaris 2 0 0 0 50 50 50
Citrobacter diversus 1 100 0 100 0 0 0
Alcaligenes faecalis 2 0 0 0 100 0 0
Pseudomonas Aeruginosa 1 0 0 0 100 0 0

Dari hasil penelitian pada pasien yang
memeriksakan diri ke Poliklinik THT-KL
BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
periode Desember 2012 J anuari 2013 di
dapatkan 20 sampel dengan hasil 18 sampel
positif menunjukan pertumbuhan kuman dan
2 sampel tidak ada pertumbuhan kuman.
Dari hasil distribusi berdasarkan
umur, 20 orang pasien yang didiagnosis
penderita otitis media dan dijadikan sampel
rentan usia mulai dari 6 bulan sampai 77
tahun terdiri dari kelompok umur <10 tahun
11 pasien (55%), kelompok umur 11-25
tahun 2 pasien (10%), kelompok umur 26-40
tahun 3 pasien (15%), kelompok umur 41-55
tahun 1 pasien (5%), dan kelompok umur
>55 tahun 3 pasien (15%). Hal ini
menunjukkan bahwa yang tersering
menderita penyakit otitis media yaitu pada
bayi dan anak-anak. Teori juga mengatakan
bahwa otitits media kebanyakan terjadi pada
anak, dan hasil yang sama juga di dapatkan
pada penelitan sebelumnya (Osazuwa F, et
al. 2011) ditemukan penyakit otitis media
yang tersering pada anak (81,4%).
8,9
Dilihat dari hasil distribusi pasien
otitis media berdasarkan jenis kelamin, Pada
20 sampel penelitian terdapat 11 pasien
perempuan (55%) dan 9 pasien laki-laki
(45%). Hasil ini relatif sama dengan
penelitian sebelumnya (Shrestha, et al.
2010) didapatkan hasil dari 230 penderita
yang dijadikan sampel, perempuan 103
sampel (44,8%) dan laki-laki 127 sampel
(55,2%).Hal ini perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut dengan sampel yang lebih
banyak karena jumlah sampel mungkin bisa
mempengaruhi peresentase hasil distribusi
pasien berdasarkan jenis kelamin.
10
Berdasarkan penelitian dari hasil
biakan dan identifikasi kuman di
Laboratorium Mikrobiologi BLU RSUP
Prof Dr. R. D. Kandou Manado terhadap 20
sampel pasien yang memeriksakan diri ke
Poliklinik THT-KL ditemukan 18 sampel
yang menunjukkan pertumbuhan bakteri dan
2 sampel tidak menunjukkan pertumbuhan
bakteri. Bakteri yang ditemukan terdiri dari
Staphylococcus aureus 4 sampel (20%) ,
Enterobacter Aerogenes 3 sampel (15%),
Staphylococcus Epidermitis 5 sampel
(25%), Proteus vulgaris 2 sampel (10%),
Citrobacter diversus 1 sampel (5%),
Alcaligenes faecalis 2 sampel (10%), dan
Pseudomonas aeruginosa 1 sampel (5%).
Penelitian sebelumnya yang dilakukan
(Osazuwa F, et al. 2011) Bakteri tersering
yang di dapatkan pada otitis media yaitu;
Pseudomonas Aeruginosa 132 sampel
(28,3%), Alcaligenes Faecalis 20 sampel
(4.3%), Citrobacter 8 sampel (1,7%),
Proteus ssp 38 sampel (8.2%),
Staphylococcus Aureus 98 sampel (21,0%).
Perbedaan jumlah sampel, tempat dan waktu
penelitian mungkin menjadi faktor
penyebab.
Pada Uji Kepekaan digunakan 6 jenis
Antibiotika yaitu Amoxicillin Clavulanic
Acid, Clindamycin, Eritromycin,
Ceftriaxsone, Ciprofoxacin, dan
Levofloxacin. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Levofloxacin dan Ciprofoxacin peka
pada hampir semua bakteri yang terdapat
pada sampel kecuali Proteus vulgaris.
Antibiotika Ceftriakxone dan Amoxicillin
peka terhadap Staphylococcus aureus,
Enterobacter aerogenes, Staphylococcus
epidermitis, Proteus vulgaris, dan citrobacter
diversus. Kemudian antibiotika Clindamycin
peka terhadap Alcaligenes faecalis (50%),
sedangkan antibiotika Eritromycin resistensi
terhadap bakteri pada otitis media.

SIMPULAN
Dari hasil penelitian pada penderita
otitis media di Poliklinik THT-KL BLU
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
periode Desember 2012 J anuari 2013
dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
memperlihatkan adanya pertumbuhan
kuman dan bakteri yang diidentifikasi ialah
Staphylococcus aureus, Enterobacter
Aerogenes, Staphylococcus Epidermitis,
Proteus vulgaris, Cibrobacter divertus,
Alcaligenes falcelus, dan Pseudomonas
aeruginosa. Hampir semua jenis bakteri
yang diuji peka terhadap levofloxacin dan
ciprofoxacin sedangkan clindamycin dan
eritromycin telah menunjukkan tingkat
resistensi yang cukup tinggi.

SARAN
Saran yang bisa diberikan yakni
masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
tentang pola bakteri dan uji kepekaan pada
penderita otitis media dengan sampel yang
lebih banyak mengingat sering terjadi
pergeseran pola bakteri yang didapatkan
pada penderita otitis media dan resistensi
tubuh terhadap antimikroba. Selain itu,
dalam penanganan penderita otitis media
hendaknya melakukan pengobatan secara
teratur dan yang paling penting adalah
kepatuhan penderita dalam hal meminum
obat untuk mencegah terjadinya resistensi
serta melakukan kontrol kesehatan agar
tidak terjadi komplikasi lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA
1. Muhammad F, Rahardjo S.P, Pieter
N.A.L. Otitis Media Prevalence In
Primary School Children In Makassar.
The Indonesian J ournal of Medical
Science. Department of Oto-Rhino-
Laringology Lead and Neck Medical
Faculty Hasanuddin University Wahidin
Sudirohusodo Hospital. Makassar.
2010.
2. Akinjogunla O.J , Eghafona N.A,
Enabulele I.O. Aetiologic Agents Of
Acute Otitis Media (AOM): Prevalence,
Antibiotic Suspectibility, -Lactamase
(L) And Extend Spectrum -
Lactamase (ESBL) Production. J ournal
of Microbiology, Biotechnology and
Food Sciences. University of Uyo, Uyo,
Faculty of Science. 2011.
3. Kamaludin D, Boesoirie T.S, Soeseno
B, Purwanto B. Pengaruh Pemakaian
Pipa Nasogastrik pada Kejadian Otitis
Media Efusi. Departemen Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok
- Bedah Kepala dan Leher. Fakultas
Kedokteran, Universitas Padjadjaran-
Rumah Sakit Hasan Sadikin. Bandung.
MKB. 2011;43(1):428.
4. Wesliaprilius T.A. Hubungan Antara
Otitis Media Supuratif Kronik Dengan
Meningitis Di RSUP H. Adam Malik
Medan. Fakultas Kedokteran Uiversitas
Sumatera Utara. Medan. 2010.
5. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R,
Wardhani W.I, Setiowulan W. Kapita
Selekta, dkk. 3
rd
Ed. Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. J akarta. 2001. Hal 79.
6. Nursiah S. Pola Kuman Aerob
Penyebab OMSK Dan Kepekaannya
Terhadap Beberapa Antibiotika di
Bagian THT FK USU / RSUP.H. Adam
Malik Medan. Program Pendidikan
Dokter Spesialis Bidang Studi Ilmu
Penyakit THT KL. Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Medan. 2003.
7. Rupawan I.K. Pola Kuman Dan
Kepekaannya Terhadap Antibiotika
Pada Penderita Otitis Eksterna Di
Poliklinik THT BLU RSUP Prof. Dr. R.
D. Kandou Manado Periode J uni J uli
2010. Fakultas Kedokteran Universitas
Sam Ratulangi. Manado. 2010.
8. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit
Infeksi Saluran Pernapasan. Direktorat
Bina Farmasi Komunitas dan Klinik.
Direktorat J endral Bina Kefarmasian
Dan Alat Kesehatan. Departemen
Kesehatan RI. 2005.
9. Osazuwa F. Etioligic Agents of Otitis
Media in Benin City Nigeria.
Department of Medical Microbiology,
University of Benin Teaching Hosptal.
North American J ournal of Medical
Sciences, 2011.
10. Shrestha B L. Microbiological Profile of
Chronic Suppurative Otitis Media.
Departement of ENT HNS,
Kathmandu University Hospital,
Dhulikhel, Kavre, Nepal. Nepalese
J ournal of ENT Head and Neck Surger.
2011.

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy