Gembl

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 4

Berk. Penel.

Hayati Edisi Khusus: 7F (6164), 2011

PEMANFAATAN TRADISIONAL UMBI Dioscorea spp. (Dioscoreaceae)


OLEH PENDUDUK DI PEMUKIMAN TRANSMIGRAN
DI WILAYAH KALIMANTAN SELATAN DAN LAMPUNG, SUMATERA:
TELAAH ETNOBOTANI
Purnomo*, Rugayah, B.S. Daryono, dan I. Sumardi
*Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada
*Coresspondsing author: pakkencur@yahoo.com

ABSTRACT
Species of yam (Dioscorea spp.) except gadung (Dioscorea hispida Dennst.) were planted by people in South Kalimantan and
Lampung, Sumatera. On both research areas, yam tuber were not only planted for food need, but so for ritual activities. Research
problems are related to yam species diversity and its traditional usage by people in transmigrant placing in South Kalimantan and
Lampung, Sumatera. Samples collection were conducted by survey and interview methods in the transmigrant places. Yam samples are
include tuber and bulbil (aerial tuber) planted as a life collections. Morphological analysis were conducted for leafs, stems, tubers,
and bulbils characterization, furthermore interview were conducted emphasized to the traditional uses of yam on both research areas.
The data were analyzed descriptively for species identification and traditional usage The result of the research showed that there are
difference species composition on both research areas, Lampung have more species richness than South Kalimantan. The common wild
species on both research area is gadung (D. hispida), and the common cultivated species is wter yam (D. alata L.), that is origin from
Java. Species which were found in Lampung, but not found in South Kalimantan are D. pentaphylla L.(tomboreso), and D. esculenta
(Lour.) Miq. (gembili or lasser yam). Tuber of water yam (D. alata) are not only for food stock in dry season, but so for ritual objective.
The usage of yam species on both research areas have the same traditional culture concepts on ritual aspect, namely as condition to
opening land for new agriculture area, it was planted in this area together with the other condition as sesaji or tumbal related to the
local wisdom of peoples on both research areas. In Lampung tubers of yam (Dioscorea spp.) were used as materials to accelerate
tapping rubber sap coagulation traditionally.
Key words: Dioscorea spp., Ethnobotany, Lampung (Sumatera), local wisdom, South Kalimantan

PENGANTAR
Dioscorea spp. (Dioscoreaceae) merupakan tanaman
yang membentuk umbi. Di alam, umbi tanaman dimakan
oleh sebangsa mammal misalnya babi hutan dan oleh
manusia umbi dapat dijadikan sumber makan berbasis
karbohidrat. Terdapat spesies anggota Dioscorea terbukti
beracun yaitu gadung (Dioscorea hispida Dennst.), namun
dengan teknik pengolahan tertentu umbi gadung dapat
dimakan (criping gadung) (Ariesta, 2004). Umbi spesies
Dioscorea yang lain dimanfaatkan secara tradisional pada
umumnya untuk ketahanan pangan masyarakat pedesaan di
musim kering (paceklik) (Purnomo, 2009). Secara modern
umbi tanaman tersebut dijadikan sebagai bahan dasar untuk
membuat tepung, tonik, dan alkohol (etanol) (Balakhrisant
et al., 2007).
Pemanfaatan tradisional oleh budaya masyarakat
tertentu merupakan bagian pola dasar (emic), yang secara
modern akan dikaji mengenai alasan ilmiah pemanfaatan
(etic) kajian etnobotani (Waluyo, 2009). Kajian etnobotani

berkembang bukan hanya pada ranah botani ekonomi


saja, tetapi juga pada ranah lingkungan seperti ekowisata,
ekonomi lingkungan hidup, bahkan pada ritual etnobotani
yang berkaitan erat dengan kearifan local (local wisdom)
(Cotton, 1995; Martin, 1995).
Kearifan lokal dapat bermakna nyata untuk konservasi
hayati, namun kadang kala menggunakan alasan yang tidak
dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah (Waluyo, dkk.,
2007). Konsep tersebut banyak digunakan oleh masyarakat
pedalaman (pedesaan) untuk menjaga adanya sumber
air dari hutan di sekitar pemukiman untuk kebutuhan
pertanian dan rumah tangga. Hutan dilestariakan oleh
masyarakat dengan menerapkan konsep ritual agar tidak
terjadi pengambilan bahan tumbuhan dari ekosistem.
Masyarakat di berbagai wilayah di Kabupaten Pacitan
merupakan salah satu contoh pemanfaatan konsep kearifan
lokal (local wisdom) oleh masyarakat yang menggunakan
konsep tersebut (Basuki, 2007).
Tanaman Dioscorea spp. merupakan tanaman budidaya
minor di Malaysia demikian juga di Indonesia atau Asia

62

Pemanfaatan Tradisional Umbi Dioscorea spp. (Dioscoreaceae)

pada umumnya (Hasan et al. 2008), memiliki sejumlah


spesies antara lain spesies uwi (D. alata L.) memiliki
variasi morfologi yang besar dalam hal warna, bentuk,
dan ukuran umbi, batang, serta daun. Spesies gembili
(D. esculenta (Lour) Miq.) memiliki variasi warna, bentuk,
dan ukuran umbi. Spesies gembolo (D. blbifera L.), gadung
(D. hispida Dennst.), species of tomboreso (D. pentaphylla
L.), species of jebubuk (D. numularia L.) (Purnomo,
dkk., 2008). Setiap spesies tersebut di atas memiliki pola
pemanfaatan tradisional yang berbeda bagi masyarakat
dengan budaya tertentu.
Di wilayah Kabupaten Banggai Kepulauan Sulawesi
Tengah, ubi Banggai (D. alata L.) umbinya merupakan
makanan pokok penduduk, yang diduga berasal dari wilayah
Ternatae (Ambon), secara tradisi umbi yang berkarbohidrat
tinggi, dimakan dengan ikan laut yang berprotein dan lemak
yang tinggi (Purnomo, 2010).
Berdasarkan pengetahuan tersebut di atas permasalahan
yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimanakah
komposisi spesies Dioscorea di Kalimantan Selatan dan
Lampung (Sumatera) dan tradisi pemanfaatan tanaman
tersebut di kedua wilayah penelitian tersebut. Tujuan utama
adalah mendapat pengetahuan dasar tentang ragam dan

tradisi pemanfaatan untuk mengidentifikasi konservasi


hayati tanaman Dioscorea spp.
BAHAN DAN CARA KERJA
Koleksi sampel tanaman dilakukan dengan metode
survey wawancara terhadap masyarakat wilayah pedesaan
transimrasi. Di Kalimantan Selatan survey dilakukan di
wilayah Pelaihari, Sarimulya dan Sariutama (Batulicin), Sei
Kupang dan Serongga (Kotabaru). Di Lampung dilakukan di
wilayah Kota Agung, Tanggamus, dan Punggur. Wawancara
dititik beratkan pada pengetahuan mengenal tanaman
Dioscorea spp., manfaat, cara tanam tradisional. Sampel
berupa umbi (sebagai benih), daun, bunga, dan buah
(Waluyo, 2004).
HASIL
Berdasarkan morfologi tanaman dapat diidentifikasi
spesies Dioscorea di Kalimantan Selatan (Kal-Sel) dan
Lampung (Sumatera) seperti tertera pada Tabel 1.
Pemanfaatan secara tradisional umbi tanaman Dioscorea
spp. di kedua wilayah memiliki pola yang hampir sama,
pemanfaatan tersebut dapat diperiksa pada Tabel 2.

Tabel 1. Spesies, nama local, dan keberadaan Dioscorea spp. di Kalimantan Selatan dan Lampung (Sumatera)
Spesies
Dioscorea alata L.

D. esculenta (Lour.) Miq.


D. hispida Dennst.
D. pentaphylla L.
D. cyllindrica L.

Nama local
Uwi putih
Uwi ungu
Uwi jingga
Uwi bangkulit
Uwi hitam
Uwi Kuning
Gembili
Gadung
Tomboreso, uwi buah
Uwi alas

A
+
+
+
+
+
+
+
-

B
+
+
+
+
+
+
+
+

Keterangan: A = Kal-Sel, B = Lampung. Ilustrasi dari setiap spesies dapat diperiksa pada gambar 1 dan 2 (Lampiran)
Tabel 2. Manfaat tradisional tanaman Dioscorea spp. di Kal-Sel dan Lampung
Nama lokal
Uwi
Uwi
Uwi
Uwi
Uwi
Uwi
Gembili
Gadung
Tomboreso
Uwi alas

Manfaat
Pangan pangan lokal
Sesaji (tumbal)
Batas wilayah
Penjendalan getah karet
Obat diare
Mengatasi gula darah
Bahan pangan lokal
Bahan pangan dan pestisida alami
Bahan pangan lokal
Tali dan pestisida alami

Keterangan: A = Kal-Sel, B = Lampung

A
+
+
+
+
+
-

B
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+

Purnomo, Rugayah, B.S. Daryono, dan I. Sumardi

Selain untuk bahan pangan umbi juga dipergunakan


untuk sesaji (tumbal), berikut merupakan komposisi sesaji
(tumbal) pada pembukaan lahan baru di Lampung
Tabel 3. Komposisi sesaji (tumbal) pada pembukaan lahan baru
di Lampung
No.
1
2
3
4

Nama lokal
Umbi uwi
Candu
Tebu ireng
Bambu kuning

Nama spesies
Dioscorea alata L.
Papaver somniferum L.
Saccharum officinarum L.
Bambusa vulgaris Schrad.

Setelah data yang diperoleh selanjutnya dianalisis


secara deskriptif untuk mengidentifkasi spesies, manfaat,
dan cara tanam tradisional, serta analisis perbandingan data
kedua wilayah penelitian.
PEMBAHASAN
Bedasarkan hasil pada Tabel 2 tanaman uwi memiliki
keragaman berdasarkan pada bentuk dan terutama warna
daging umbi disebut oleh masyarakat dengan nama lokal,
yaitu uwi putih, ungu, jingga, bangkulit (nama lokal ini
dijumpai di kedua wilayah penelitian), sedangkan uwi
hitam dan kuning hanya ditemukan di wilayah Kal-Sel.
Uwi hitam disukai di wilayah pedesaan transmigran di
Kabupaten Pelaihari untuk dikonsumsi, sedangkan uwi
kuning menurut penduduk merupakan kelompok uwi jero
(umbinya panjang dan dalam) hanya dimanfaatkan bagian
ujung umbi yang muda, yang pangkal keras dan pahit.
Gembili ditanam di Lampung, namun tidak demikian
di Kal-Sel. Tanaman gadung selalu dijumpai di kedua
wilayah, merupakan spesies yang luas sebaran geografinya.
Tomboreso ditemukan di Wilayah Mojopahit, Plunggur,
Lampung dengan status jarang. Uwi alas hanya ditemukan
di hutan dengan batang yang berduri seperti batang tanaman
gadung, batangnya kuat sering digunakan untuk tali, namun
umbinya yang berwarna merah kecoklatan berasa pahit dan
diinformasikan beracun.
Hasil wawancara menunjukkan bahwa 75% penduduk
mengatakan bahwa seluruh benih spesies Dioscorea spp.
berasal dari Pulau Jawa, di bawa ke daerah penelitian
bersamaan dengan pemberangkatan tramsigrasi atau pada
saat pulang kampung ke wilayah Pulau Jawa.
Sebagian besar penduduk memilih benih terbaik di
daerah asal antara lain Ciamis, Banjar Negara, Bumiayu,
Yogyakarta, Ngawi, Banyuwangi, dan lain-lain, namun
bentuk umbi yang membulat, pada saat panen di daerah
transmigrasi bentuk umbi berubah menjadi tidak beraturan,
memiliki banyak akar serabut (jewot), dan daging umbi

63

menjadi lebih keras. Akar serabut yang kuat dan berjumlah


banyak, membentuk umbi saat dimasak menjadi berserat
kasar, sedang bentuk yang tidak beraturan mempersulit
pengolahan umbi. Terbukti sifat tersebut temurun bagi
benih tanaman uwi dari Pelaihari Kal-Sel yang ditanaman
di wilayah Sewon, Bantul, Yogyakarta.
Pada awalnya umbi Dioscorea spp. ditanam oleh
transmigran di kedua wilayah adalah untuk hal-hal yang
berkaitan dengan ketahanan pangan di pedesaan. Hasil
umbi yang didapatkan di Kalimantan Selatan maupun di
Lampung lebih pahit dibandingkan dengan hasil umbi dari
Pulau Jawa pada umumnya.
Berdasarkan jawaban dari 100% responden mengatakan
bahwa keberadaan tanaman uwi (D. alata) dikedua
wilayah penelitian bukan untuk cadangan pangan, namun
pemanfaatan berada pada konsep budaya tradisional yang
sama, yaitu sebagai tanaman yang disyaratkan dari aspek
ritual, untuk ditanam pada pembukaan lahan baru, sebagai
sesaji (tumbal) bersama dengan persyaratan yang lain.
Di Lampung tanaman uwi untuk sesaji (tumbal) baik
untuk pembukaan lahan baru atau rumah baru, memiliki
komposisi (rincian) seperti pada Tabel 3.
Dengan demikian keberadaan tanaman uwi di kedua
wilayah penelitian dapat dijamin kelestariannya, selama
masyarakat masih mengadakan tata cara budaya tradisional
pembukaan lahan perkebunan baru, hal tersebut sesuai
dengan konsep kearifan budaya setempat (local wisdom)
terikat erat dengan keberadaan spesies tanaman tertentu
yang lestari.
Masyarakat terpencil memanfaatkan umbi tanaman
uwi terutama yang berwarna ungu untuk mencegah diare,
dengan cara dimakan mentah. Di Kalimantan Selatan
penderita kencing manis (gula darah) di wilayah terpencil
dapat diatasi dengan mengkonsumsi rebusan umbi tanaman
uwi secara rutin, sedangkan di Lampung selain uwi dapat
juga digunakan gembili dan tomboreso.
Pada perkebunan karet rakyat, pernah dilakukan
percepatan penjendalan sadapan karet dengan memanfaatkan
umbi semua spesies Dioscorea yang ada, menurut wawancara
70% responden mengatakan dapat mempercepat sampai
30% waktu.
Tanaman gadung pernah ditanam secara tradisional,
bertujuan sebagai sumber pangan, namun pengetahuan
teknologi pengolahannya kurang, sehingga tanaman menjadi
terliarkan. Tanaman gadung umbinya pernah dicoba untuk
pestisida alamiah untuk tanaman karet dan pertanian yang
lain. Tanaman uwi alas (D. cyllindrica) diinformasikan
umbinya dapat untuk insektsida alamiah, namun belum
pernah ada percobaan yang dilakukan.

64

Pemanfaatan Tradisional Umbi Dioscorea spp. (Dioscoreaceae)

Penelitian ini lebih cenderung pada pengamatan


etnobotani dari aspek pola dasar (emic), sehingga masih
memerlukan analisis alasan ilmiah (etic) untuk setiap
potensi tanaman Dioscorea spp. di waktu mendatang.
Berikut merupakan hasil berdasarkan hasil dan
pembahasan:
1. Dioscorea alata dan D. hispida merupakan spesies
yang umum ditemukan di Kalimantan Selatan dan
Lampung. D. esculenta, D. pentaphylla dan D.
cyllindrica ditemukan di Lampung dan tidak ditemukan
di Kalimantan Selatan.
2. Keberadaan tanaman uwi terkait erat dengan sesaji
pembukaan lahan perkebunan baru atau rumah hunian
baru.
3. D. hispida dan D. cyllindrica memiliki berpotensi
untuk pestisida alamiah untuk tanaman perkebunan
atau pertanian.
4. Tanaman uwi ungu dan uwi pada umumnya berpotensi
untuk penanggulangan diare di darah terpencil
5. Semua spesies Dioscorea spp. dapat digunakan untuk
percepatan penjendalan sadapan karet rakyat.
Saran yang dapat disampaikan adalah.
1. Diperlukan eksplorasi spesies lebih lanjut di kedua
wilayah penelitian
2. Diperlukan analisis budaya lebih terinci tanaman
uwi sebagai bahan sesaji (tumbal) pembukaan lahan
perkebunan dan rumah hunian baru.
3. Diperlukan analisis ilmiah gadung dan uwi alas untuk
pestisida alamiah, tanaman uwi untuk obat diare,
dan potensi mempercepat penjendalan sadapan karet
rakyat.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih ditujukan kepada program
I-MHERE Fakultas Biologi UGM yang telah memberikan
dana dan faslitas penelitian di Laboratorium. Pemerintah
Daerah Pelaihari, Batulicin, dan Kota Baru Kalimantan
Selatan, serta Lampung (Sumatera) yang telah memberi
ijin penelitian di wilayah tersebut.

KEPUSTAKAAN
Ariesta K, 2004. Umbi-Umbian yang Berjasa yang Terlupa.
Simpul Pangan Jogjakarta. Yayasan KEHATI: 3642.
Balakrishan V, MKR Narayanan, and NA Kumar, 2007.
Ethnotaxonomy of Dioscorea Among the Kattunaikka
People of Wayanad District, Kerala, India. (135): 2632.
Basuki S, 2007. Perencanaan Pengembangan Tanaman Kapas
dan Tumbuhan Potensial lainnya di Kabupaten Pacitan.
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten
Pacitan, Jawa Timur.
Cotton CM, 1995. Ethnobotany Principles and Applications. John
Willey & Sons. Chichester, New York, Brisbane, Toronto,
Singapore.
Hasan SMZ, AA Ngadin, RM Shah & N Mohamad, 2008.
Morphological variability of greater yam (Dioscorea alata
L.) in Malaysia. Plant Genetic Resources. 6 (1): 5256.
Martin GJ, 1995. Ethnobotany: A People and Plant Conservation
Manual. Chapman & Hall.
Purnomo, R Susandarini, dan VDM Anggraeni, 2008. Keragaman
Dioscorea spp. di Kabupaten Bantul dan Slman Daerah
Istimewa Yogyakarta dan Kekerabatannya Berdasarkan
Morfologi Organ Vegetatif. Prosiding Seminar Nasional
Biodiversitas. UNAIR, Surabaya.
Purnomo, 2009. Studi Etnobotani Pekarangan Sebagai
Sumber Pangan di Desa Sendangsari, Pajangan, Bantul,
Yogyakarta. Prosiding Seminar Nasional Etnobotani IV.
Keanekaragaman Hayati, Budaya dan Ilmu Pengetahuan.
LIPI-Perhimpinan Masyarakat Etnobiologi-MAB UNESCO
Indonesia: 381389.
Purnomo, 2010. Pemanfaatan Dioscorea spp. (Dioscoreaceae)
Oleh Masyarakat Di Kabupaten Luwuk dan Banggai
Sulawesi Tengah; Telaah Etnobotani. Proceeding Seminar
Nasional Biologi, 2425.
Waluyo EB, 2004. Pengumpulan Data Etnobotani. Pedoman
Pengumpulan Data Keragaman Flora. Bidang Botani, Pusat
Penelitian Biologi, LIPI. Bogor-Indonesia.
Waluyo EB, Keim AP, MS Justina, 2007. Kajian Rtnotaksonomi
Pandanus conoides Lamarck Untuk Menjembatani
Pengetahuan Lokal dan Ilmiah. Berita Biologi LIPI (8),
No. 5.
Waluyo EB, 2009. Etnobotani mempasilitasi penghayatan,
pemutakhiran, pengetahuan dan kearifan local dengan
menggunakan prinsip-prinsip dasar ilmu pengetahuan.
Herbarium Bogoriense Bidang Botani, Pusat Penelitian
Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Cibinong
Science Centre.

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy