Ketuban Pecah Dini (KPD) : Pregnancy Rupture of Membranes Amniotic Sac
Ketuban Pecah Dini (KPD) : Pregnancy Rupture of Membranes Amniotic Sac
Ketuban Pecah Dini (KPD) : Pregnancy Rupture of Membranes Amniotic Sac
1. Definisi
the uterus (womb). After rupture, the amniotic fluid leaks out of the uterus
fluid leaking out from the vagina, but sometimes a slow steady leakage occurs
completed gestational age (at term), there is minimal risk to the fetus and
membranes (PPROM), the fetus and mother are at greater risk for
enter the womb and puts both the mother and fetus at risk for life-threatening
infection. Low levels of fluid around the fetus also increase the risk of the
umbilical cord compression and can interfere with lung and body formation
complications.
Classification:
which more than 24 hours has passed between the rupture and the
onset of labor.
o Preterm Premature Rupture of Membranes (PPROM): premature
of the fetus. Before this age, the fetus cannot survive outside of the
keluarnya cairan dan tidak ada keluhan sakit. Baru setelah itu akan terasa
biasanya terjadi seusai trauma, misalnya ibu 42 hamil terjatuh atau terbentur
di bagian perut. Ketuban pecah dini juga bisa terjadi karena mulut rahim yang
lemah sehingga tidak bisa menahan kehamilan. Atau bisa juga karena
dari selaput ketuban. Bisa pula karena infeksi yang kemudian menimbulkan
spontan dalam waktu 48 jam, 33% akan mengalami sindrom gawat napas,
(Wiradharma, 2013)
ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir
KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD
yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan. Ketuban Pecah
persalinan prematur. KPD juga dapat menyebabkan infeksi pada ibu dan bayi
yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi (Sarwono
Prawirohardjo, 2009).
KPD adalah pecahnya selaput ketuban sebelum adanya tanda-tanda
persalinan. Sebagian besar KPD terjadi sekitar usia kehamilan 37 minggu (Ida
Ayu Chandranita Manuaba, Ida Bagus Gde Fajar Manuaba, Ida Bagus Gde
Manuaba, 2008). Banyak faktor yang dapat menyebabkan KPD, baik yang
faktor yang juga dapat menyebabkan Ketuban Pecah Dini adalah usia ibu dan
dan meningkatkan risiko infeksi pada ibu dan bayi (Sarwono Prawirohardjo,
2009). KPD secara umum diakibatkan oleh kontraksi uterus dan peregangan
antara lain:
kedua, hal ini juga dapat menyebabkan ketuban pecah dini oleh karena
umur ibu yang sudah terlalu tua akan mengalami kemunduran pada
alat-alat reproduksi.
Riwayat ketuban pecah dini sebelumnya
Merokok : banyak penelitian yang membuktikan bahwa ibu yang
pekerjaan dan pendidikan ibu yang dikaitkan dengan aktivitas ibu dan
kehamilan yang paling sering ditemui. Insiden ketuban pecah dini adalah
2,7% sampai 17%, bergantung pada lama periode fase laten yang
pada serviks atau vagina (Varney, 2008). Jika ketuban pecah terjadi pada
diantisipasi pada 86% ibu dalam waktu 24 jam dan 90% dalam waktu 72
jam. Pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini harus diberikan pilihan
2011). Dari 180 kasus ketuban pecah dini yang dijadikan sampel 131
baik pada ketuban pecah dini kurang ataupun ketuban pecah dini 12 jam
pemberian oksitosin drip dalam jangka waktu yang lama dapat menfubah
janin harus dipantau dengan ketat dan kontinu (Myles, 2011). Dari 131
janin normal yang tanpa disertai variasi irama denyut jantung janin serta
terdapat deselerasi variabel ringan pada janin. Temuan lain pola perubahan
2. Etiologi
Penyebab dari premature rupture of the membrane (PROM) tidak atau belum
jelas, maka preventif tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekan
terbuka karena kelainan pada serviks (akibat persalinan atau curetage). Ibu
pecahnya selaput ketuban misalnya ibu hamil trimester III melakukan coitus
saat selaput ketuban meregang dan ereksi pada penis sedang dalam keadaan
kuat yang akan mengakibatkan selaput ketuban mudah sobek. Kelainan letak,
misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu
bawah. Apabila kepala sudah masuk panggul dan diikuti bagian terkecil
a. Servik inkompeten
b. Overdistensi uterus
genetic).
d. Pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban (infeksi genitalia,
e. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase
laten. Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi. Dan
sintesis dan degrasi ekstraselular matriks. Perubahan struktur, jumlah sel, dan
menyebabkan selaput ketuban pecah. Faktor resiko untuk ketuban pecah dini
yaitu:
ketuban pecah dini. Pada kehamilan muda, selaput ketuban sangat kuat, pada
kehamilan preterm. Pasien berkulit hitam memiliki risiko yang lebih tinggi
bila dibandingkan dengan pasien kulit putih. Pasien lain yang juga berisiko
dan polihidramnion). Prosedur yang dapat berakibat pada kejadian KPD aterm
antara lain sirklase dan amniosentesis. Tampaknya tidak ada etiologi tunggal
yang menyebabkan KPD. Infeksi atau inflamasi koriodesidua juga dapat
3. Epidemiologi
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban
sebelum terjadinya persalinan. Ketuban pecah dini dapat terjadi pada atau
setelah usia gestasi 37 minggu dan disebut KPD aterm atau premature rupture
cukup besar dan cenderung meningkat. Kejadian KPD aterm terjadi pada
sekitar 6,46-15,6% kehamilan aterm1 dan PPROM terjadi pada terjadi pada
sekitar 2-3% dari semua kehamilan tunggal dan 7,4% dari kehamilan kembar2
prematur, yang telah meningkat sebanyak 38% sejak tahun 19813 . Dapat
perinatal. Sekitar 1/3 dari perempuan yang mengalami KPD preterm akan
mengalami infeksi yang berpotensi berat, bahkan fetus/ neonatus akan berada
pada risiko morbiditas dan mortalitas terkait KPD preterm yang lebih besar
kompresi tali pusat in utero merupakan komplikasi yang umum terjadi. KPD
preterm berhubungan dengan sekitar 18-20% kematian perinatal di Amerika
suatu pedoman dalam praktik penatalaksanaan KPD aterm dan KPD preterm,
4. Patofisiologi
Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan
menginduksi kontraksi uterus dan atau kelemahan fokal kulit ketuban. Banyak
yang dapat meningkatkan konsentrasi secara local asam arakidonat, dan lebih
oleh paru-paru janin dan ginjal janin yang ditemukan dalam cairan amnion,
masuk ke dalam cairan amnion juga akan merangsang sesl-sel desidua untuk
memproduksi sitokin dan kemudian prostaglandin yang menyebabkan
dimulainya persalinan.
Adanya kelemahan local atau perubahan kulit ketuban adalah
mekanisme lain terjadinya ketuban pecah dini akibat infeksi dan inflamasi.
Enzim bacterial dan atau produk host yang disekresikan sebagai respon untuk
infeksi dapat menyebabkan kelemahan dan ruptur kulit ketuban. Banyak flora
leukosit pada kulit ketuban yang terjadi karena kolonisasi bakteri atau infeksi
pecah dini.
Enzim hidrolitik lain, termasuk katepsin B, katepsin N, dan kolagenase
pecah dini.
5. Manifestasi Klinik
- Keluarnya air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning atau
harus meliputi 3 hal, yaitu konfirmasi diagnosis, konfirmasi usia gestasi dan
presentasi janin, dan penilaian kesejahteraan maternal dan fetal. Tidak semua
dapat memperbaiki luaran. Oleh karena itu, akan dibahas mana pemeriksaan
yang perlu dilakukan dan mana yang tidak cukup bukti untuk perlu dilakukan.
Anamnesis dan pemeriksaan fisik (termasuk pemeriksaan spekulum) KPD
aterm didiagnosis secara klinis pada anamnesis pasien dan visualisasi adanya
cairan amnion pada pemeriksaan fisik. Dari anamnesis perlu diketahui waktu
dan kuantitas dari cairan yang keluar, usia gestasi dan taksiran persalinan,
vagina yang terlalu sering dan tanpa indikasi sebaiknya dihindari karena hal
digunakan untuk menilai adanya servisitis, prolaps tali pusat, atau prolaps
bagian terbawah janin (pada presentasi bukan kepala); menilai dilatasi dan
visual.
Dilatasi serviks dan ada atau tidaknya prolaps tali pusat harus diperhatikan
dengan baik. Jika terdapat kecurigaan adanya sepsis, ambil dua swab dari
amnion jelas terlihat mengalir dari serviks, tidak diperlukan lagi pemeriksaan
dikonfirmasi, lakukan tes pH dari forniks posterior vagina (pH cairan amnion
amnion, pasien tersebut dapat dipulangkan dari rumah sakit, kecuali jika
terdapat kecurigaan yang kuat ketuban pecah dini. Semua presentasi bukan
kepala yang datang dengan KPD aterm harus dilakukan pemeriksaan digital
preterm. Pasien berkulit hitam memiliki risiko yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan pasien kulit putih. Pasien lain yang juga berisiko adalah
antara lain sirklase dan amniosentesis. Tampaknya tidak ada etiologi tunggal
7. Diagnosis
Diagnosis ketuban pecah dini dapat diketahui dengan :
- Menanyakan riwayat keluar air-air dari vagina dan tanda lain persalinan
- Pemeriksaan inspekulo melihat adanya cairan ketuban keluar dari kavum
laten.
- pH vagina menggunakan kertas lakmus (Nitrazin tes).
- Dengan USG, dapat mengkonfimasi adanya oligohidramnion
- Singkirkan adanya infeksi suhu ibu >380C, ketuban keruh dan berbau,
a. Pemeriksaan Fisik
b. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsentrasi, bau dan
PHnya.
1) Tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi
kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit
8. Tatalaksana
terminasi.
obstetrik
drip.
1) Penanganan di rawat di RS
5) Di ruang Obstetri :
pemeriksaan dalam
c. Dalam observasi selama 1 minggu, dilakukan pemeriksaan USG untuk
terminasi kehamilan.
Pada usia kehamilan kurang dari 24 minggu dengan KPD preterm didapatkan
lebih besar apabila ibu melahirkan pada usia tersebut dibanding pada kelompok
usia lahir 36 minggu. Morbiditas mayor seperti sindroma distress pernapasan dan
pilihan yang lebih baik. Ketuban Pecah Dini usia kehamilan 24 - 34 minggu. Pada
signifikan (p<0.05, level of evidence Ib). Tetapi tidak ada perbedaan signifikan
meningkatkan resiko korioamnionitis dan sepsis (level of evidence Ib). Tidak ada
perbedaan signifikan terhadap kejadian respiratory distress syndrome. Pada saat
infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan.
1. Konservatif
Pengelolaan konserpatif dilakukan bila tidak ada penyulit (baik
pada ibu maupun pada janin) dan harus di rawat dirumah sakit.
Berikan antibiotika (ampicilin 4 x 500 mg atau eritromicin bila
minggu.
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,
24 jam.
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan
lakukan induksi.
Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi
intrauterin).
Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memicu
persalinan diakhiri.
Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan servik, kemudian
ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan, penatalaksanaan ketuban pecah
sehat.
Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi pemicu
dengan 22 uji meliputi lebih dari 6000 wanita yang mengalami KPD preterm,
lahir dalam 48 jam setelah KPD` (RR 0,71; 95% 0,58-0,87), jumlah bayi yang
lahir dalam 7 hari setelah KPD (RR 0,80; 95% ci 0,71-0,90), infeksi neonatal (rr
0,68;95% ci 0,53-0,87), dan jumlah bayi dengan USG otak yang abnormal setelah
keluar dari RS (rr 0,82; 95% ci 0,68-0,98). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
menunda kelahiran yang akan memberi cukup waktu untuk profilaksis dengan
sampai berada dalam fase aktif. Penggunaan antibiotik IV sesuai dengan tabel di
atas.
Penatalaksanaan komplikasi
intrauterin sering kronik dan asimptomatik sampai melahirkan atau sampai pecah
menderita korioamnionitis dari kultur tidak memliki gejala lain selain kelahiran 14
preterm: tidak ada demam, tidak ada nyeri perut, tidak ada leukositosis, maupun
sebuah tantangan besar21. Tempat terbaik untuk mengetahui infeksi adalah cairan
amnion. Selain mengandung bakteri, cairan amnion pada wanita dengan infeksi
intrauterin memiliki konsentrasi glukosa tinggi, sel darah putih lebih banyak,
prematur. Akan tetapi tidak layak untuk mengambil cairan amnion secara rutin
pada wanita yang tidak dalam proses melahirkan. Pada awal 1970, penggunaan
tidak. Tetapi penanganan ini menjadi salah karena adanya displasia tulang dan gigi
Ada pula penelitian yang menunjukkan efikasi metronidazol dan ampisilin yang
secara berbeda dibandingkan kehamilan tunggal, kecuali jika risiko edema paru
lebih besar saat diberikan betamimetik atau magnesium sulfat. Belum ada bukti
yang cukup untuk menilai penggunaan steroid untuk maturitas paru-paru janin dan
dapat dipertimbangkan untuk menilai infeksi intra amnion (IIA) (insidens sekitar
5-15%) dan maturitas paruparu (khususnya antara 33-35 minggu). IIA dapat
Pada pasien dengan ketuban pecah dini perlu dimonitoring. Hal ini bertujuan
dari
2. TTV
4. Dengarkan DJJ
jantung janin, pemberian Drip Oksitosin, jaga pasien tetap bersih dan kering,
palpasi fundus uteri untuk mengetahui his tiap 30 menit. Memantau tanda-tanda
infeksi yang dimaksud adalah nadi ibu, temperature rektal ibu, denyut jantung
janin, adanya nyeri tekan uterus, PPV berbau, lekositosis). Menurut Norma (2015)
penanganan pasien dengan ketuban pecah dini diharapkan ketuban pecah dini
dapat segera ditangani dengan kriteria hasil TTV normal, cairan ketuban yang
keluar dari pervaginam berkurang dari awal pasien atang dan ada kontraksi yang
tersebut yaitu 2,5 unit oksitosin 10 tetes/ menit dalam infus RL 1 flash (500 ml).
yang sangat serupa dengan yang dikandung cairan ekstraseluler yang dibutuhkan
untuk menggantikan kehilangan cairan pada dehidrasi dan syok hipovolemik
Evaluasi
Evaluasi kegiatan yang perlu dilaksanakan pada tahap evaluasi adalah Keadaan
ibu baik dan bayi dengan nilai APGAR skor 6-7. Apabila pengelolaan konservatif
berhasil, usia kehamilan kurang dari 34 minggu penderita boleh rawat jalan
dengan pesan: apabila demam atau keluar cairan lagi kembali ke rumah sakit,
tidak boleh coitus, tidak boleh manipulasi vaginal. Apabila penderita tidak
Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang sering dan dapat terjadi pada KPD. Komplikasi
yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia kehamilan. Dapat
kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden seksio sesar, atau
1. Persalinan premature.
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten
tegantung usia kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam
dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu, persalinan terjadi dalam 1
minggu.
2. Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini. Pada ibu terjadi
Umunya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban pecah dini
premature, infeksi lebih sering terjadi dari pada aterm. Secara umum insiden
infeksi sekunder pada ketuban pecah dini meningkat sebanding dengan lamanya
periode laten. Infeksi karena ketuban yang utuh merupakan barier atau penghalang
seperti pada KPD, flora vagina yang normal ada bisa menjadi patogen yang akan
membahayakan baik pada ibu maupun pada janinnya. Oleh karena itu
infeksi, kedua, adalah kurang bulan atau prematuritas, karena KPD sering terjadi
pada kehamilan kurang bulan. Masalah yang sering timbul pada bayi yang kurang
bulan adalah gejala sesak nafas atau respiratory Distress Syndrom (RDS) yang
hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat
janin dan derajad oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin
gawat.
4. Sidrom deformitas janin Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini
komplikasi paling serius bagi ibu dan janin, bahkan dapat berlanjut menjadi
sepsis (infeksi berat pada seluruh sistem tubuh). Penyebab korioamnionitis adalah
infeksi bakteri yang terutama berasal dari traktus urogenitalis ibu. Secara spesifik
permulaan infeksi berasal dari vagina, anus, atau rektum dan menjalar ke rahim
ibu. Agar dapat mengurangi angka mortalitas perinatal (kematian janin), maka
suntikan/injeksi agar dapat bekerja menyebar diseluruh tubuh dan dapat bekerja
cepat memerangi kuman. Memang terdapat cara lain dalam pemberian antibiotik,
misalnya per oral, namun cara ini diberikan hanya untuk mengatasi infeksi ringan
atau lokal.
Sumber :
Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia Himpunan Kedokteran Feto
Dini. Jakarta