ρ = 0,010, with significant level 0,05 (ρ≤ 0,05) so it is
ρ = 0,010, with significant level 0,05 (ρ≤ 0,05) so it is
ρ = 0,010, with significant level 0,05 (ρ≤ 0,05) so it is
Purwanti, D. 2017 Self Care Relationship with Complication Occurrence on Type 2 Diabetes
Mellitus Patients in Abdoer Rahem Hospital Situbondo. Thesis, Hafshawaty Health and
Science College Zainul Hasan Genggong Probolinggo: Advisor (1) Roisah, SKM., M.Kes, (2) Ana
Fitria Nusantara, S.Kep.Ns., M.Kep.
Self-care is one way of self-care for controlling the disease and complications of diabetes
mellitus. The primary goal of care for DM patients is to minimize acute or chronic complications by means
of dietary activity regulation, physical exercise, treatment (GDA check, GDA injection).
The type of research used is correlational analytic method that aims to reveal correlative
relationship between variables (Nursalam, 2016).The sample in this study is 16 patients using Accidental
Sampling, by filling the questionnaire. Then the data is analized by using SPSS 20 For windows start with
Spearman Rank test.
The result of self care relationship analysis with occurrence of complication was obtained that self
care with enough category is as 8 (50%). The incidence of complications with no complication category is
12 (75%). From the data analized showed that = 0,010, with significant level 0,05 ( 0,05) so it is
concluded that is H1 accepted, it means there is relationship between self care with occurrence of
complication.
Self care is necessary for patients with type 2 diabetes mellitus to control blood sugar that
includes dietary eating activities, physical exercise (exercise) and monitoring of blood sugar levels so that
complications do not occur.
Keywords: self care, complications, type 2 diabetes mellitus.
@copy_right_diyah.purwanti
mengalami defisiensi insulin tidak dapat siap saji pada hakikatnya mengandung banyak
mempertahankan kadar glukosa plasma puasa kalori tanpa zat gizi yang dibutuhkan tubuh
yang normal atau toleransi sesudah makan. seperti vitamin, mineral, enzim, dan sebagainya
Pada Hiperglikemi yang parah melebihi ambang yang sangat tidak baik untuk kesehatan.
ginjal normal (konsentrasi glukosa darah Olahraga sehari - hari dan latihan jasmani
sebesar 160 180 mg/100 ml), akan timbul secara teratur (3 - 4 kali seminggu selama
glikonsuri karena tubulus tubulus renalis tidak kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu
dapat menyerap kembali semua glukosa. pilar penting dalam pengelolaan DM yang sering
Glukosuria ini akan menyebabkan diuresis diabaikan. Prinsip olahraga pada pasien DM,
osmetik yang menyebabkan poli uri disertai sama dengan prinsip latihan jasmani secara
kehilangan sodium, klorida, potassium, dan umum (Mahendra B. 2012).
fosfat. Berdasarkan latar belakang di atas
Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi maka penulis merasa tertarik untuk melakukan
dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar penelitian dengan judul Hubungan Self care
bersama urine maka klien akan mengalami Dengan Komplikasi DM Pada Pasien Diabetes
keseimbangan protein negatife dan berat badan Mellitus Tipe 2 Di Poli Penyakit Dalam RSUD dr.
menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat Abdoer Rahem Situbondo .
yang lain adalah astenia atau kekurangan energi
sehingga klien menjadi cepat lelah dan 2. METODE PENELITIAN
mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya
atau hilangnya protein dan tubuh dan juga desain penelitian yang digunakan dalam
berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk penelitian ini adalah desain studi analitik
energy. Hiperglikemia yang lama akan korelasional dengan pendekatan cross
menyebabkan aterosklerosis, penebalan sectional. Pendekatan cross sectional adalah
membran basalis, dan perubahan pada sara jenis penelitian yang menekankan waktu
parifer. Ini akan memudahkan terjadinya pengukuran/observasi data variabel independen
ganggren selain itu jika dibiarkan dapat dan dependen dinilai secara simultan pada
menyebabkan komplikasi antara lain suatu saat, jadi tidak ada tindak lanjut
hipoglikemia, ketoasidosis (DKA) dan syndrome (Nursalam, 2016). Pada penelitian ini dilakukan
hiperosmolar hiperglikemi. Hiperglikemia jangka analisis Hubungan Self care Dengan Kejadian
panjang dapat berperan menyebabkan Komplikasi Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe
komplikasi mikrovaskular kronik (penyakit ginjal 2 Di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Abdoer
dan mata) dan komplikasi neuropatik. Diabetes Rahem Situbondo.
juga dikaitkan dengan peningkatan insidensi
penyakit makrovaskular, seperti penyakit arteri 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
koroner (infark miokard), penyakit 3.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian
serebrovaskular (stroke), dan penyakit vaskular Penelitian ini dilaksanakan di Poli Penyakit
perifer (Wahit dkk., 2012). Dalam RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo
Empat pilar penatalaksanaan diabetes Kabupaten Situbondo.
yaitu edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani,
dan terapi farmakologi (Perkeni, 2006 dalam 3.2 Gambaran Karakteristik Responden
Graceistin Ruben dkk,2016). Pengontrolan gula 3.2.1 Karakteristik responden berdasarkan
darah menjadi kunci utama yang terpenting usia
dalam pengelolaan DM untuk mengetahui
apakah sasaran terapi telah tercapai, melakukan
penyesuaian dosis obat bila belum tercapai
sasaran terapi, insulin dan obat anti DM menjadi
terapi farmakologi yang dapat mendukung
pencapaian batas normal gula darah saat terapi
non farmakologi belum tercapai, terapi non
farmakologi untuk penyandang DM tipe 2 yaitu
terapi gizi medis. Pada DM tipe 2 salah satunya
terjadi karena kesalahan pola makan sejak dini,
makanan yang terlalu banyak mengandung
karbohidrat, terutama makanan siap saji
semakin mempercepat terjadinya DM. Makanan
@copy_right_diyah.purwanti
Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan tabel 3.4 diatas
Berdasarkan usia pasien diabetes didapatkan status pernikahan responden
melitus tipe 2 di Ruang Poli Penyakit penderita diabetes mellitus tipe 2 di ruang poli
Dalam RSUD Abdoer Rahem penyakit dalam RSUD Abdoer Rahem
Situbondo Mei 2017.
Situbondo dengan jumlah 16 responden, semua
sudah menikah dengan prosentase 100 %
Frekuensi
Usia Persentase (%)
(f) 3.2.4 Karakteristik responden berdasarkan
32-44 pendidikan.
9 56,3 Tabel 3.4 Distribusi Frekuensi Responden
Tahun
Berdasarkan pendidikan pasien
45-57 diabetes melitus tipe 2 di Ruang Poli
4 25 Penyakit Dalam RSUD Abdoer Rahem
Tahun
Situbondo Mei 2017.
58-70
3 18,8 Frekuensi
Tahun Pendidikan Persentase (%)
(f)
Jumlah 16 100
SD 5 31,3
Berdasarkan tabel 5.1 diatas didapatkan SMP 5 31,3
bahwa usia 32-44 tahun sebanyak 9 responden
(56,3%), usia 45-57 tahun sebanyak 4 respon SMA 4 25
(25%), usia 58-70 tahun sebanyak 3 responden
(18,8%). S1 2 12,5
Total 16 100
Self Frekuensi
Berdasarkan tabel 3.2 diatas didapatkan Persentase (%)
bahwa jenis kelamin laki-laki sebanyak 4 care (f)
responden (25%) dan perempuan sebanyak 12 Baik 2 12,5
responden (75%). Cukup 8 50
3.2.3 Karakteristik responden berdasarkan
status pernikahan Kurang 6 37,5
Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan status pernikahan di Ruang Total 16 100
Poli Penyakit Dalam RSUD Abdoer Rahem
Situbondo Mei 2017.
Pada tabel 3.6 di atas berdasarkan
Status Frekuensi Self care di dapatkan baik sebanyak 2
Persentase (%) responden (12,5%), di dapatkan cukup
Pernikahan (f)
sebanyak 8 responden (50,0%), di dapatkan
Menikah 16 100 kurang 6 responden (37,5%).
Belum
0 0
Menikah
@copy_right_diyah.purwanti
3.2.6 Kejadian Komplikasi pasien diabetes diri sebagai proses evolusi perkembangan
mellitus tipe 2 di Ruang Poli Penyakit Dalam pengetahuan atau kesadaran dengan belajar
RSUD Abbdoer Rahem Situbondo. untuk bertahan hidup dengan sifat kompleks dari
diabetes dalam konteks sosial. Karena sebagian
Tabel 3.6 Distribusi frekuensi besar perawatan sehari-hari di diabetes
responden penelitian menurut ditangani oleh pasien atau keluarga
kejadian kompikasi pada pasien (Shrivastava et al, 2013).
diabetes melitus tipe 2 di Ruang Poli Beberapa hasil penelitian menjelaskan
Penyakit Dalam RSUD Abdoer Rahem bahwa tingkat usia mempunyai hubungan yang
Situbondo Mei 2017. positif terhadap Self Care diabetes. Peningkatan
usia menyebabkan terjadinya peningkatan
kedewasaan atau kematangan seseorang
Kejadian Frekuensi sehingga klien dapat berfikir secara rasional
Persentase (%)
komplikasi (f) tentang manfaat yang akan dicapai jika klien
melakukan aktifitas Self Care diabetes secara
adekuat dalam kehidupannya sehari-hari namun
Terjadi 4 25 pada lanjut usia dikarenakan semakin
meningkatnya usia maka semakin menurun
tidak untuk melakukan aktivitas Self Care diabetes.
12 75
terjadi (Sousa et al, 2005 3).
Total 16 100 Self Care sangat diperlukan oleh
responden diabetes mellitus tipe 2 di poli
Pada tabel 3.6 di atas di dapatkan penyakit dalam RSUD Abdoer Rahem
terjadi komplikasi sebanyak 4 responden (25%) Situbondo, karena sebagian besar responden di
dan tidak terjadi komplikasi sebanyak 12 poli penyakit dalam RSUD Abdoer Rahem
responden (75%). Situbondo masih di katakan cukup dalam
melakukan Self Care diabetes mellitus. dapat
3.3 Pembahasan dilihat dari table 5.5 bahwa Self Care dikatakan
3.3.1 Self Care pada pasien diabetes melitus cukup sebanyak 8 responden dengan
tipe 2 di ruang poli penyakit dalam RSUD prosentase (50,0%), Namun banyak faktor yang
Abdoer Rahem Situbondo mempengaruhi Self Care seperti usia,
Dari hasil penelitian pada table 5.5 di berdasarkan table 5.1 responden dengan usia
dapatkan data tentang Self Care pasien 32-44 tahun) sebanyak 9 responden, 45-57
diabetes mellitus tipe 2 di poli penyakit dalam Tahun sebanyak 4 responden, 58-70 Tahun
RSUD Abdoer Rahem Situbondo sejumlah 16 sebanyak 3 responden, dimana sebagian besar
responden, kategori yang kurang melakukan responden berumur 32 44 tahun yang aktif
Self Care sebanyak 2 orang dengan prosentase dengan pekerjaan dan masih belum cukup untuk
(12,5%), kategori yang cukup melakukan Self menjaga gaya hidup seperti mengkonsumsi
Care sebanyak 8 orang dengan prosentase minuman yang mengandung pemanis gula yang
(50%), kategori yang melakukan Self Care berlebihan, kurangnya kegiatan fisik, asupan gizi
dengan baik sebanyak 6 orang dengan yang tidak baik dan stres. sehingga Self Care
prosentase (37,5%). sangat diperlukan bagi pasien diabetes mellitus
Data ini menunjukkan pasien cukup tipe 2 untuk mengontrol gula darah yang
mampu melakukan Self Care diabetes dengan meliputi aktifitas pengaturan pola makan (diet),
cara menjaga pola makan dan cukup mampu latihan fisik (olahraga) dan pemantauan kadar
melakukan olah raga, karena sebagian besar gula darah di poli penyakit dalam RSUD Abdoer
responden cukup dewasa dengan usia (32-44 Rahem Situbondo.
tahun) sebanyak 9 responden dengan
prosentase (56,3%) sehingga sebagian besar 3.3.2 Kejadian komplikasi responden pasien
responden di poli penyakit dalam RSUD Abdoer diabetes mellitus tipe 2 di ruang poli
Rahem tergolong cukup dalam melakukan Self penyakit dalam RSUD Abdoer rahem
Care. Situbondo.
Self-care merupakan perawatan diri Dari hasil penelitian pada table 5.6 di
untuk mempertahankan hidup, kesehatan, dan dapatkan data tentang kejadian komplikasi
kesejahteraannya (Asmadi, 2015). Perawatan responden penelitian di ruang poli penyakit
dalam RSUD Abdoer Rahem Situbondo.
@copy_right_diyah.purwanti
kejadian komplikasi yang terjadi sebanyak 4 mengontrol kebiasaan gaya hidup yang kurang
orang dengan prosentase (25%) dan tidak baik,
terjadi komplikasi sebanyak 12 orang dengan Hal ini di tunjukan pada prosentase
prosentase (75%). status pernikahan dan jenis kelamin responden
Data ini menunjukkan pasien yang tidak di poli penyakit dalam RSUD Abdoer Rahem
terjadi komplikasi diabetes mellitus tipe 2 karena Situbondo, dimana rata-rata semua responden
dapat menjaga gaya hidup dengan lebih baik, sebanyak 16 sudah menikah dan pada waktu
ditunjukkan pada tabel 5.2 dengan responden penelitian di temukan pada responden laki-laki
perempuan sebanyak 12 responden (75%) dan yang berjumlah 4 orang dan perempuan
laki-laki sebanyak 4 responden (25%) dapat di berjumlah 12 orang, jenis kelamin perempuan
lihat dari hasil penelitian bahwa klien yang lebih menunjukkan perilaku Self Care diabetes
berjenis kelamin perempuan menunjukkan yang lebih baik dibandingkan dengan responden
perilaku Self Care diabetes lebih baik dengan jenis kelamin laki-laki. Karena
dibandingkan dengan laki-laki. Pada saat perempuan lebih peduli terhadap kesehatannya,
penelitian perempuan tampak lebih peduli lebih berupaya secara optimal untuk melakukan
terhadap kesehatannya sehingga ia berupaya perawatan secara mandiri terhadap penyakit
secara optimal untuk melakukan perawatan yang dialaminya , sehingga komplikasi tidak
mandiri terhadap penyakit yang dialaminya. terjadi.
Komplikasi adalah penyakit tambahan atau
penyakit lanjutan dari penyakit sebelumnya (Xu 3.3.4 Hubungan Self Care dengan kejadian
Yin et al, 2008). komplikasi pada pasien diabetes
Beberapa hasil penelitian menjelaskan Berdasarkan hasil penelitian yang di
bahwa Jenis kelamin memberikan kontribusi dapat ada hubungan antara Self Care dengan
yang nyata terhadap Self Care diabetes. kejadian komplikasi. dengan menggunakan
Dijelaskan bahwa klien dengan jenis kelamin SPSS dengan nilai p = 0,010 dengan tingkat
perempuan menunjukkan perilaku Self Care
signifikan 0,05 (p 0,05 ). sehingga dapat
diabetes lebih baik dibandingkan dengan klien
dinyatakan bahwa H1 diterima, yang artinya ada
yang berjenis kelamin laki-laki.
hubungan Self Care dengan kejadian komplikasi
Aktifitas Self Care diabetes harus
pada Pasien diabetes mellitus tipe 2.
dilaksanakan oleh klien diabetes baik laki-laki
Menurut Ayele ketema , (2012)
maupun perempuan, hanya saja pada
Perawatan yang dilakukan untuk pasien DM
kenyataannya perempuan tampak lebih peduli
dalam mencegah atau meminimalkan komplikasi
terhadap kesehatannya sehingga ia berupaya
akut atau kronis terutama dengan mengikuti
secara optimal untuk melakukan perawatan
praktek perawatan diri yang meliputi olahraga,
mandiri terhadap penyakit yang dialaminya
diet yang dianjurkan, asupan diri yang meliputi
(Sousaet al, 2005).
olahraga, obat-obatan dan monitoring glukosa
Pada saat penelitian masih melihat
darah. Meskipun perawatan diri perilaku yang
adanya komplikasi yang terjadi pada pasien
sangat menentukan untuk mengendalikan
diabetes mellitus, sehingga dengan
penyakit dan komplikasinya, perawatan diri
meningkatkan Self Care peneliti berharap
sangat menantang dikarenakan ada bebrpa
terjadinya komplikasi pasien diabetes menjadi
faktor diantaranya faktor pengetahuan,
tidak terjadi. Namun banyak faktor yang
keterampilan fisik, faktor emosional, efikasi diri
mempengaruhi terjadinya komplikasi salah
dan persepsi dari orang lain yang
satunya naiknya kadar kolesterol, yang
mempengaruhi perilaku perawatan diri.
terkadang pada gaya hidup yang kurang
Pada penelitian ini menggunakan model
terkontrol bisa menyebabkan terjadinya
konsep kepercayaan kesehatan sebagai model
komplikasi, pada kehidupan rumah tangga
konseptual untuk memahami dan memprediksi
terutama istri yang terkadang memasak dengan
kepatuhan terhadap perilaku perawatan diri,
berbagai menu yang mengandung kolesterol
manfaat lebih dirasakan pada perawatan diri
seperti sayuran yang bersantan, macam-macam
yaitu lebih peduli pada perilaku perawatan diri,
makanan berminyak dan mengandung pemanis
lebih sedikit penghalang untuk melakukan
gula berlebihan yang menyebabkan seorang
perawatan diri, kemampuan individu untuk
suami masih tetap mengkonsumsi makan
melakukan perawatan diri.
tersebut, namun sebagian besar istri lebih peduli
Pada penelitian ini Self Care ada
dengan kesehatan seorang suami dan
hubungan dengan kejadian komplikasi pada
kesehatan diri sendiri yang sulit untuk
@copy_right_diyah.purwanti
pasien diabetes mellitus tipe 2 hal ini sesuai and retirement study (HRS). Journal of
dengan teori bahwa kejadian komplikasi di Gerontology, 62A (12), 1435-1441.
pengaruhi oleh baik tidaknya pasien melakukan Mubarok Wahit Ikbal. 2015. Standar Asuhan
Self Care, semakin baik pasien yang melakukan Keperawatan Dan Prosedur Tetap
Self Care akan menyebabkan seseorang tidak Dalam Praktek. Jakarta
terjadi komplikasi pada pasien diabetes. Selatan:Salemba Medika
Hal ini dikarenakan bahwa Self Care Nadyah Awad. (2013). Gambaran Faktor
diabetes adalah tindakan yang dilakukan Resiko Pasien Diabetes Melitus Tipe II
perorangan untuk mengontrol diabetes yang Di Poliklinik Endokrin Bagian/SMF FK-
meliputi tindakan pengobatan dan pencegahan UNSRAT RSU Prof. Dr. R.D Kandou
komplikasi, sehingga Self Care yang dilakukan Manado Periode Mei 2011 - Oktober
dengan baik dapat meminimalkan komplikasi 2011. Jurnal E-Biomedik (Ebm) volume
akut atau kronis terutama dengan mengikuti 1 nomor 1, 1-5.
praktek perawatan diri yang meliputi diet yang Ni Putu Mirah Ayu KB.(2015). Pengaruh
dianjurkan, asupan diri yang meliputi olahraga, Pendidikan Kesehatan Terhadap
obat-obatan dan monitoring glukosa darah. Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus
dapat disimpulkan bahwa Self Care diabetes Tipe 2 Dalam Pencegahan Ulkus Kaki
adalah tindakan mandiri yang dilakukan oleh Diabetik Di Poliklinik RSUD
klien diabetes dalam kehidupan sehari-hari Panembahan Senopati Bantul. Jurnal
dengan tujuan untuk mengontrol gula darah Keperawatan Respati 2088-8872, 1-9.
yang meliputi aktifitas pengaturan pola makan Nursalam., & Efendi, F. (2008). Pendidikan
(diet), latihan fisik (olahraga), pemantauan kadar dalam keperawatan. Jakarta : Salemba
gula darah, minum obat, melakukan suntikan Medika.
insulin dan perawatan kaki (pengobatan). Nwanko, C.H., Nandy, B., & Nwanko, B.O.
(2010). Factors influencing diabetes
3.4 Daftar Pustaka management outcome among patients
attending government health facilities in
Asmadi, 2015. Konsep Dasar Keperawatan, South East, Nigeria. International
Jakarta;EGC. Journal of Tropical Medicine, 5 (2), 28-
Ayele, K. Tesfa, B. & Abebe, L. Self Care 36.
Behavior among Patients with Diabetes Piette, J.D., Schillinger, D., Potter, M.B., &
in Harari, 2012. www.plosone.org. Heisler, M. (2003). Dimensions of
Bai, Y.L., Chiou, C.P., & Chang, Y.Y. (2009). patient-provider communication and
Self-care behaviour and related diabetes-self care in an ethnically
factor in older people wih type 2 diabetes. diverse population. Journal of General
Journal of Clinical Nursing, 18, 3308- Internal Medicine, 18, 624-633.
3315. Shrivastava S.R. (2013). Role of self-care in
Brunner & Suddarth, 2013. Buku Ajar Medikal management of diabetes Mellitus.
Bedah edisi 8 vol.1, Jakarta:EGC Journal of Diabetes & Metabolic
Damayanti S, 2015. Diabetes Mellitus Dan Disorders,12:14 1-5
Penatalaksanaan Keperawatan, Sigurdardottir, A.K. (2005). Self-care in
Yogyakarta. diabetes : model of factors affecting self
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. care. Journal of Clinical Nursing, 14,
2015. Upaya Pencegahan Diabetes Tipe 301-3014.
2. Jakarta. Sousa, V.D., & Zauszniewski, J.A. (2005).
Graceistin Ruben. 2016. Pengaruh Senam Kaki Toward a theory of diabetes self-care
Diabetes Terhadap Perubahan Kadar management. The Journal of Theory
Gula Darah Pada Pasien Diabetes Construction & Testing, 9 (2), 61-67.
Melitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja Sousa, V.D., Zauszniewski, J.A., Musil, C.M.,
Puskesmas Enemawira. Jurnal Lea, P.J.P., & Davis, S.A. (2005).
Keperawatan, volume 4 nomer 1, 1-5 Relationship among self-care agency, self
Heisler, M., Cole, I., Weir, D., Weir, D., Ker, efficacy, self-care, and glycemic
E.A., & Hayward, R.A. (2007). Does control. Research and Theory for
physician communication influence older Nursing Practice : An International
patients diabetes self management and Journal, 9 (3), 61-67.
glycemic control ? result from the health
@copy_right_diyah.purwanti
Sugiono, 2014. Statistika Untuk Penelitian,
Bandung.
Uno, H. (2007). Teori motivasi dan
pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara.
Xu Yin, Toobert, D., Savage, C., Pan, W., &
Whitmer, K. (2008). Factor influencing
diabetes self-management in Chinese
people with type 2 diabetes. Research
in Nursing & Health, 31, 613-625.
@copy_right_diyah.purwanti