Hikayat Timun Mas
Hikayat Timun Mas
Karena sumpah Batara Indera, seorang raja keinderaan beserta permaisurinya bibuang dari
keinderaan sehingga sengsara hidupnya. Itulah sebabnya kemudian ia dikenal sebagai si Miskin.
Si Miskin laki-bini dengan rupa kainnya seperti dimamah anjing itu berjalan mencari rezeki
berkeliling di Negeri Antah Berantah di bawah pemerintahan Maharaja Indera Dewa. Ke mana
mereka pergi selalu diburu dan diusir oleh penduduk secara beramai-ramai dengan disertai
penganiayaan sehingga bengkak-bengkak dan berdarah-darah tubuhnya. Sepanjang perjalanan
menangislah si Miskin berdua itu dengan sangat lapar dan dahaganya. Waktu malam tidur di
hutan, siangnya berjalan mencari rezeki. Demikian seterusnya.
Ketika isterinya mengandung tiga bulan, ia menginginkan makan mangga yang ada di taman
raja. Si Miskin menyatakan keberatannya untuk menuruti keinginan isterinya itu, tetapi istri itu
makin menjadi-jadi menangisnya. Maka berkatalah si Miskin, “Diamlah. Tuan jangan menangis.
Biar Kakanda pergi mencari buah mempelam itu. Jikalau dapat, Kakanda berikan kepada tuan.”
Si Miskin pergi ke pasar, pulangnya membawa mempelam dan makanan-makanan yang lain.
Setelah ditolak oleh isterinya, dengan hati yang sebal dan penuh ketakutan, pergilah si Miskin
menghadap raja memohon mempelam. Setelah diperolehnya setangkai mangga, pulanglah ia
segera. Isterinya menyambut dengan tertawa-tawa dan terus dimakannya mangga itu.
Setelah genap bulannya kandunga itu, lahirlah anaknya yang pertama laki-laki bernama
Marakarmah (=anak di dalam kesukaran) dan diasuhnya dengan penuh kasih saying.
Ketika menggali tanah untuk keperluan membuat teratak sebagai tempat tinggal, didapatnya
sebuah tajau yang penuh berisi emas yang tidak akan habis untuk berbelanja sampai kepada anak
cucunya. Dengan takdir Allah terdirilah di situ sebuah kerajaan yang komplet perlengkapannya.
Si Miskin lalu berganti nama Maharaja Indera Angkasa dan isterinya bernama Tuan Puteri Ratna
Dewi. Negerinya diberi nama Puspa Sari. Tidak lama kemudian, lahirlah anaknya yang kedua,
perempuan, bernama Nila Kesuma.
Maharaja Indera Angkasa terlalu adil dan pemurah sehingga memasyurkan kerajaan Puspa
Sari dan menjadikan iri hati bagi Maharaja Indera Dewa di negeri Antah Berantah.
Ketika Maharaja Indera Angkasa akan mengetahui pertunangan putra-putrinya, dicarinya
ahli-ahli nujum dari Negeri Antah Berantah.
Atas bujukan jahat dari raja Antah Berantah, oleh para ahli nujum itu dikatakan bahwa
Marakarmah dan Nila Kesuma itu kelak hanyalah akan mendatangkan celaka saja bagi
orangtuanya.
Ramalan palsu para ahli nujum itu menyedihkan hati Maharaja Indera Angkasa. Maka,
dengan hati yang berat dan amat terharu disuruhnya pergi selama-lamanya putra-putrinya itu.
Tidak lama kemudian sepeninggal putra-putrinya itu, Negeri Puspa Sari musnah terbakar.
Sesampai di tengah hutan, Marakarmah dan Nila Kesuma berlindung di bawah pohon
beringin. Ditangkapnya seekor burung untuk dimakan. Waktu mencari api ke kampung, karena
disangka mencuri, Marakarmah dipukuli orang banyak, kemudian dilemparkan ke laut. Nila
Kesuma ditemu oleh Raja Mengindera Sari, putera mahkota dari Palinggam Cahaya, yang pada
akhirnya menjadi isteri putera mahkota itu dan bernama Mayang Mengurai.
Akan nasib Marakarmah di lautan, teruslah dia hanyut dan akhirnya terdampar di pangkalan
raksasa yang menawan Cahaya Chairani (anak raja Cina) yang setelah gemuk akan dimakan.
Waktu Cahaya Chairani berjalan –jalan di tepi pantai, dijumpainya Marakarmah dalam keadaan
terikat tubuhnya. Dilepaskan tali-tali dan diajaknya pulang. Marakarmah dan Cahaya Chairani
berusaha lari dari tempat raksasa dengan menumpang sebuah kapal. Timbul birahi nahkoda kapal
itu kepada Cahaya Chairani, maka didorongnya Marakarmah ke laut, yang seterusnya ditelan
oleh ikan nun yang membuntuti kapal itu menuju ke Palinggam Cahaya. Kemudian, ikan nun
terdampar di dekat rumah Nenek Kebayan yang kemudian terus membelah perut ikan nun itu
dengan daun padi karena mendapat petunjuk dari burung Rajawali, sampai Marakarmah dapat
keluar dengan tak bercela.
Kemudian, Marakarmah menjadi anak angkat Nenek Kebayan yang kehidupannya berjual
bunga. Marakarmah selalu menolak menggubah bunga. Alasannya, gubahan bunga Marakarmah
dikenal oleh Cahaya Chairani, yang menjadi sebab dapat bertemu kembali antara suami-isteri itu.
Karena cerita Nenek Kebayan mengenai putera Raja Mangindera Sari menemukan seorang
puteri di bawah pohon beringin yang sedang menangkap burung, tahulah Marakarmah bahwa
puteri tersebut adiknya sendiri, maka ditemuinyalah. Nahkoda kapal yang jahat itu dibunuhnya.
Selanjutnya, Marakarmah mencari ayah bundanya yang telah jatuh miskin kembali. Dengan
kesaktiannya diciptakannya kembali Kerajaan Puspa Sari dengan segala perlengkapannya seperti
dahulu kala.
Negeri Antah Berantah dikalahkan oleh Marakarmah, yang kemudian dirajai oleh Raja
Bujangga Indera (saudara Cahaya Chairani).
Akhirnya, Marakarmah pergi ke negeri mertuanya yang bernama Maharaja Malai Kisna di
Mercu Indera dan menggantikan mertuanya itu menjadi Sultan Mangindera Sari menjadi raja di
Palinggam Cahaya.
CERPEN SI MISKIN
Suatu hari, Mara Karmah berjalan bersama saudaranya, namun saudaranya yaitu Puteri
Nila Kesuma, menangis ingin minum susu. Mara Karmah pun ikut menangis sambil
menenangkan adiknya. Kemudian Mara Karmah memberi adiknya sepotong ketupat yang telah
dipotongnya menjadi dua bagian. Maka Putri Nila Kesuma berhenti menangis. Selama
perjalanan tujuh hari tujuh malam, tujuh ketupat yang dimiliki nya itu habis, sebab Mara Karmah
memberikan setengah potong ketupat pada malam hari dan setengah potongnya diberikan pada
pagi hari kepada adiknya. Setelah ketupat itu habis, Puteri Nila Kesuma menangis karena ingin
makan. Mara Karmah pun mencari makanan di hutan dan memberikannya kepada adiknya. Dan
saat dia menemukan air, dia memandikan adiknya.
Selama beberapa hari berjalan, ia melewati gunung yang tinggi, padang rumput dan laut
yang merupakan tempat tinggal dewa-dewa. Ia juga bertemu dengan binatang buas, seperti ular
naga buta raksasa. Mereka semua memberikan kesaktian pada Mara Karmah. Dan Ia pun
bertemu dengan bukit berjentera, tempat raja-raja dan dewa bertapa. Sedangkan, jika Mara
Karmah bertemu dengan raja-raja itu, maka Puteri Nila Kesuma sembunyikan.
Beberapa hari berjalan, sampailah ia di sebuah pohon beringin yang besar dan air yang
mengalir dari atas gunung. Di sanalah ia memandikan adiknya. Tiba-tiba ada seekor burung
terbang di atas kepalanya, lalu Puteri Nila Kesuma menangis karena ingin burung itu. Maka
Mara Karmah pun melompat, menangkap burung itu. Kemudian diberikannya kepada adiknya.
Puteri Nila Kesuma meminta burung ini untuk dimakan. Mara Karmah berkata kepada adiknya
untuk bersabar dan menunggunya, sebab ia akan mencari api. Mara Karmah pun berjalan menuju
sebuah dusun. Di dusun itu, ia melihat kebun yang banyak tanamannya. Ia berkeliling sambil
menunggu orang yang punya kebun itu. Tiba-tiba orang yang punya kebun itu menuduh Mara
Karmah bahwa Mara Karmah yang mencuri tanamannya selama ini. Tetapi Mara Karmah
menyangkalnya bahwa bukan dia lah yang mencuri tanamannya melainkan dia hanyalah orang
miskin yang ingin meminta api. Orang dusun tetap tidak percaya. Ia menampar dan memukul
Mara Karmah sembari mengatakan bahwa itu lah akibatnya orang yang telah menganiayanya.
Mendengar perkataan orang dusun itu, Mara Karmah teringat pada adiknya bahwa dia tidak akan
bertemu dengan adiknya karena mati dianiaya. Dan ia pun menangis. Melihat tubuh Mara
Karmah yang bengkak-bengkak dan berlumur darah, orang dusun ittetelah itu ia membuangnya
ke laut.
HIKAYAT BURUNG CENDERAWASIH
Sahibul hikayat telah diriwayatkan dalam Kitab Tajul Muluk, mengisahkan seekor
burung yang bergelar burung cenderawasih. Adapun asal usulnya bermula dari kayangan.
Menurut kebanyakan orang lama yang arif mengatakan ianya berasal dari syurga dan selalu
berdamping dengan para wali. Memiliki kepala seperti kuning keemasan. Dengan empat sayap
yang tiada taranya. Akan kelihatan sangat jelas sekiranya bersayap penuh adanya. Sesuatu yang
sangat nyata perbezaannya adalah dua antena atau ekor ‘areil‘ yang panjang di ekor belakang.
Barangsiapa yang melihatnya pastilah terpegun dan takjub akan keindahan dan kepelikan burung
cenderawasih.
Amatlah jarang sekali orang memiliki burung cenderawasih. Ini kerana burung ini
bukanlah berasal dari bumi ini. Umum mengetahui bahawa burung Cenderawasih ini hanya
dimiliki oleh kaum kerabat istana saja. Hatta mengikut sejarah, kebanyakan kerabat-kerabat
istana Melayu mempunyai burung cenderawasih. Mayoritas para peniaga yang ditemui
mengatakan ia membawa tuah yang hebat.
Syahdan dinyatakan lagi dalam beberapa kitab Melayu lama, sekiranya burung
cenderawasih turun ke bumi nescaya akan berakhirlah hayatnya. Dalam kata lain burung
cenderawasih akan mati sekiranya menjejak kaki ke bumi. Namun yang pelik lagi ajaibnya,
burung cenderawasih ini tidak lenyap seperti bangkai binatang yang lain. Ini kerana ia dikatakan
hanya makan embun syurga sebagai makanannya. Malahan ia mengeluarkan bau atau wangian
yang sukar untuk diperkatakan. Burung cenderawasih mati dalam pelbagai keadaan. Ada yang
mati dalam keadaan terbang, ada yang mati dalam keadaan istirahat dan ada yang mati dalam
keadaan tidur.
Walau bagaimanapun, Melayu Antique telah menjalankan kajian secara rapi untuk
menerima hakikat sebenar mengenai burung cendrawasih ini. Mengikut kajian ilmu pengetahuan
yang dijalankan, burung ini lebih terkenal di kalangan penduduk nusantara dengan panggilan
Burung Cenderawasih. Bagi kalangan masyarakat China pula, burung ini dipanggil sebagai
Burung Phoenix yang banyak dikaitkan dengan kalangan kerabat istana Maharaja China. Bagi
kalangan penduduk Eropah, burung ini lebih terkenal dengan panggilan ‘Bird of Paradise‘.
Secara faktanya, asal usul burung ini gagal ditemui atau didapathingga sekarang. Tiada bukti
yang menunjukkan ianya berasal dari alam nyata ini. Namun satu lagi fakta yang perlu diterima,
burung cenderawasih turun ke bumi hanya di IRIAN JAYA (Papua sekarang), Indonesia saja.
Tetapi yang pelik namun satu kebenaran burung ini hanya turun seekor saja dalam waktu tujuh
tahun. Dan ia turun untuk mati. Sesiapa yang menjumpainya adalah satu tuah. Oleh itu,
kebanyakan burung cenderawasih yang anda saksikan mungkin berumur lebih dari 10 tahun, 100
tahun atau sebagainya. Kebanyakkannya sudah beberapa generasi yang mewarisi burung ini.
Telah dinyatakan dalam kitab Tajul Muluk bahawa burung cenderawasih mempunyai
pelbagai kelebihan. Seluruh badannya daripada dalam isi perut sehinggalah bulunya mempunyai
khasiat yang misteri. Kebanyakannya digunakan untuk perubatan. Namun ramai yang
memburunya kerana ‘tuahnya’. Burung cenderawasih digunakan sebagai ‘pelaris’. Baik untuk
pelaris diri atau perniagaan. Sekiranya seseorang memiliki bulu burung cenderawasih sahaja pun
sudah cukup untuk dijadikan sebagai pelaris. Mengikut ramai orang yang ditemui memakainya
sebagai pelaris menyatakan, bulu burung cenderawasih ini merupakan pelaris yang paling besar.
Hanya orang yang memilikinya yang tahu akan kelebihannya ini. Namun yang pasti burung
cenderawasih bukannya calang-calang burung. Penuh dengan keunikan, misteri, ajaib, tuah.
CERPEN BURUNG CENDERAWASIH
HIKAYAT PENGEMBARA YANG LAPAR
Tersebutlah kisah tiga orang sahabat, Kendi, Buyung dan Awang yang sedang
mengembara. Mereka membawa bekalan makanan seperti beras, daging, susu dan buah-buahan.
Apabila penat berjalan mereka berhenti dan memasak makanan. Jika bertemu kampung, mereka
akan singgah membeli makanan untuk dibuat bekal dalam perjalanan.
Pada suatu hari, mereka tiba di kawasan hutan tebal. Di kawasan itu mereka tidak
bertemu dusun atau kampung. Mereka berhenti dan berehat di bawah sebatang pokok ara yang
rendang. Bekalan makanan pula telah habis. Ketiga-tiga sahabat ini berasa sangat lapar,
“Hai, kalau ada nasi sekawah, aku akan habiskan seorang,” tiba-tiba Kendi mengeluh.
Dia mengurut-ngurut perutnya yang lapar. Badannya disandarkan ke perdu pokok ara. “Kalau
lapar begini, ayam panggang sepuluh ekor pun sanggup aku habiskan,” kata Buyung
pula.“Janganlah kamu berdua tamak sangat dan bercakap besar pula. Aku pun lapar juga. Bagi
aku, kalau ada nasi sepinggan sudah cukup,” Awang bersuara.
Kendi dan Buyung tertawa mendengar kata-kata Awang.
“Dengan nasi sepinggan, mana boleh kenyang? Perut kita tersangatlah lapar!” ejek
Kendi. Buyung mengangguk tanda bersetuju dengan pendapat Kendi.
Perbualan mereka didengar oleh pokok ara. Pokok itu bersimpati apabila mendengar
keluhan ketiga-tiga pengembara tersebut lalu menggugurkan tiga helai daun.
Bubb! Kendi, Buyung dan Awang terdengar bunyi seperti benda terjatuh. Mereka segera
mencari benda tersebut dicelah-celah semak. Masing-masing menuju ke arah yang berlainan.
“Eh,ada nasi sekawah!” Kendi menjerit kehairanan. Dia menghadap sekawah nasi yang
masih berwap. Tanpa berfikir panjang lalu dia menyuap nasi itu dengan lahapnya. “Ayam
panggang sepuluh ekor! Wah, sedapnya!” tiba-tiba Buyung pula melaung dari arah timur. Serta-
merta meleleh air liurnya. Seleranya terbuka. Dengan pantas dia mengambil ayam yang paling
besar lalu makan dengan gelojoh.
Melihatkan Kendi dan Buyung telah mendapat makanan, Awang semakin pantas
meredah semak. Ketika Awang menyelak daun kelembak, dia ternampak sepinggan nasi berlauk
yang terhidang. Awang tersenyum dan mengucapkan syukur kerana mendapat rezeki. Dia makan
dengan tenang.
Selepas makan, Awang rasa segar. Dia berehat semula di bawah pokok ara sambil
memerhatikan Kendi dan Buyung yang sedang meratah makanannya.
“Urgh!” Kendi sendawa. Perutnya amat kenyang. Nasi di dalam kawah masih banyak.
Dia tidak mampu menghabiskan nasi itu. “Kenapa kamu tidak habiskan kami?” tiba-tiba nasi di
dalam kawah itu bertanya kepada Kendi.
“Aku sudah kenyang,” jawab Kendi.
“Bukankah kamu telah berjanji akan menghabiskan kami sekawah?” Tanya nasi itu lagi.
“Tapi perut aku sudah kenyang,” jawab Kendi.
Tiba-tiba nasi itu berkumpul dan mengejar Kendi. Kawah itu menyerkup kepala Kendi dan nasi-
nasi itu menggigit tubuh Kendi. Kendi menjerit meminta tolong.
Buyung juga kekenyangan. Dia cuma dapat menghabiskan seekor ayam sahaja. Sembilan
ekor ayam lagi terbiar di tempat pemanggang. Oleh kerana terlalu banyak makan, tekaknya
berasa loya. Melihat baki ayam-ayam panggang itu, dia berasa muak dan hendak muntah.
Buyung segera mencampakkan ayam-ayam itu ke dalam semak.
“Kenapa kamu tidak habiskan kami?” tiba-tiba tanya ayam-ayam panggang itu.
“Aku sudah kenyang,” kata Buyung. “Makan sekor pun perut aku sudah muak,” katanya
lagi.
Tiba-tiba muncul sembilan ekor ayam jantan dari celah-celah semak di kawasan itu. Mereka
meluru ke arah Buyung. Ayam-ayam itu mematuk dan menggeletek tubuh Buyung. Buyung
melompat-lompat sambil meminta tolong.
Awang bagaikan bermimpi melihat gelagat rakan-rakannya. Kendi terpekik dan
terlolong. Buyung pula melompat-lompat dan berguling-guling di atas tanah. Awang tidak dapat
berbuat apa-apa. Dia seperti terpukau melihat kejadian itu.Akhirnya Kendi dan Buyung mati.
Tinggallah Awang seorang diri. Dia meneruskan semula perjalanannya. Sebelum berangkat,
Awang mengambil pinggan nasi yang telah bersih. Sebutir nasi pun tidak berbaki di dalam
pinggan itu.
“Pinggan ini akan mengingatkan aku supaya jangan sombong dan tamak. Makan biarlah
berpada-pada dan tidak membazir,” kata Awang lalu beredar meninggalkan tempat itu.
CERPEN PENGEMBARA YANG LAPAR
HIKAYAT PANJI SEMIRANG
Satu kerajaan yang mana berita tentang Galuh Cendera Kirana yang mana putri dari
Baginda Raja Nata yang amat ta`lim dan hormat kepada orangtuanya akan bertunangan dengan
Raden Inu Kini telah terdengar beritanya oleh Galuh Ajeng . Mendengar berita ini Galuh Ajeng
sangat teriris hatinya dan menangislah ia mlihat keadaan ini. Melihat hal ini Paduka Liku yang
tak lain adalah ayah dari galuh ajeng sangat menyayangkan hal tersebut. Sangat sedih ia melihat
tingkah laku putrinya tersebut.
Tidak hentinya rasa benci, dengki, serta dendam di dalam hati Paduka Liku sehingga ia
berencena untuk membunuh Galuh Cendera Kirana serta Paduka Nata. Ia meracuni makanan
yang hendak mereka makan yang mana makanan tersebut telah dipersiapkan oleh dayang-dayang
istana. Agar jikalau Galuh Cendera Kirana mati maka pastilah putrinya Galuh Ajeng yang kelak
menggantikan posisi Galuh Cendera Kirana untuk ditunangkan dengan Raden Inu Kini begitu
pula dengan Raja Nata yang apabila mati, kelak Raja Liku yang akan menggantikan posisinya.
Dan pada saat tersebut Raja Liku meminta tolong kepada saudaranya yang juga menteri
untuk mencarikan baginya seorang yang pandai membuat guna guna untuk mengguna-gunai raja
nata serta putrinya. Setelah di dapatkan dari pencarian yang panjang oleh saudaranya tersebut,
disampaikanlah kepada Raja Nata apa-apa yang harus dilakukannya kini sesuai dengan psean
dari ahli guna-guna tersebut.
CERPEN PANJI SAMIRANG
Dahulukala,disuatu kerajaan yang dipimpin oleh Baginda Raja Nata,ia memiliki putri
yang bernama Galuh Cendera Kirana yang ta’lim dan hormat kepada orang tuanya.Galuh
cendera kirana akan bertunangan dengan Raden Inu,yang gagah dan anak seorang raja,mereka
dijdohkan oleh orang tua mereka.
Ketika itu Galuh Ajeng seorang putri dari Raja Liku,ia sangat mencintai Raden Inu.
Galuh Ajeng mendengar berita bahwasanya Raden Inu dan Galuh cendera kiran akan
bertunangan,hatinya sangat teriris bagaikan ditusuk tusuk pisau .Ia menangis sepanjang hari
melihat keadaan ini.Paduka liku sangat menyayangkan haltersebut,ia sangat sedih melihat tinkah
laku aputrinya tersebut.
Paduka liku terdapat dalam dirinya rasa benci,dengki dan dendam kepada Baginda Raja
Nata dan putrinya,kasrena mereka anak paduka liku patah hati.Dan Paduka Liku berencana
untuk membunuh Galuh Cendera Kiran dan ayahndanya,ia meracuni makanan yang hendak
mereka makan yang mana makanan itu sudah disediakan oleh dayang-dayang istana.Agar Galuh
Cendera Kirana danayah nya mati,jika Galuh cendera kirana mati ia tidak jadi bertunangan
dengan Raden Inu maka Galuh Ajeng yang akan menggantikanya.Begitu juga sebaliknya dengan
jika Raja Nata mati posisinya akan digantikan oleh Paduka Liku.
Suatu hariPaduka Liku mencari seorang yang pandai memuat guna-guna untuk menguna-
gunai Raja Nata dan putrinya.Ia meminta tolong kepada saudaranya yang juga seorang
mentri,setelah pencarian panjang akhirnya saudaranya menemukan orang itu.Orang yang pandai
guana-guna tersebutmenyuruh saudara tersebut disampaikan lah kepada Raja Nata apa yangharus
dilakukannya kini sesuai pesan ahli guan -guna tersebut untuk mencelakai Galuh Cendera Kiran
dan Raja Nata.
HIKAYAT BUNGA KEMUNING
Alkisah, pada zaman dahulu kala ada seorang raja yang dikenal arif dan bijaksana. Ia
memiliki sepuluh orang puteri berparas cantik jelita bernama Puteri Jambon, Puteri Jingga, Puteri
Nila, Puteri Hijau, Puteri Kelabu, Puteri Oranye, Puteri Merah Merona, dan Puteri Kuning.
Tetapi karena terlalu sibuk mengatur kerajaan, sang raja tidak sempat mendidik mereka dengan
baik. Sementara sang isteri telah meninggal dunia ketika melahirkan puterinya yang bungsu.
Sang raja terpaksa menyerahkan pengasuhan anak-anaknya pada inang pengasuh kerajaan.
Ternyata sang inang pengasuh tidak kuasa mengasuh seluruh puteri raja. Hanya si
bungsulah, yaitu Puteri Kuning yang berhasil didik dengan baik hingga menjadi anak yang selalu
riang, ramah pada setiap orang dan memiliki budi pekerti baik. Sementara kakak-kakaknya
tumbuh menjadi anak manja dan nakal. Mereka tidak mau belajar dan membantu Sang Raja.
Setiap hari kakak-kakak Puteri Kuning kerjanya hanya bermain di sekitar danau dan atau
bertengkar memperebutkan sesuatu.
Suatu hari Sang Raja hendak berkunjung ke kerajaan lain dalam rangka menjalin
silaturrahim. Untuk itu ia mengumpulkan seluruh puteri-puterinya. Kepada mereka Sang Raja
berkata, “Aku hendak pergi ke kerajaan lain selama beberapa minggu. Buah tangan apa yang
kalian inginkan?”.
Tanpa menimbang-nimbang lagi, si sulung (Puteri Jambon) berkata, “Aku ingin
perhiasan yang mahal.”
Permintaan yang hampir serupa mahal dan mewahnya juga diajukan oleh adik-adik Puteri
Jambon. Hanya Puteri Kuning sajalah yang mendekat dan memegang lengan ayahnya sambil
berkata, “Aku hanya ingin ayah kembali dengan selamat.”
“Sungguh baik perkataanmu, wahai puteriku. Mudah-mudahan saja aku dapat kembali
dengan selamat dan membawakan hadiah yang indah untukmu,” kata sang raja.
Singkat cerita, setelah Sang Raja pergi kelakuan anak-anaknya malah menjadi semakin nakal dan
malas. Bukannya bersedih, mereka malah merasa gembira karena selain Sang Raja, di seluruh
kerajaan tidak ada yang berani melarang. Kesempatan ini mereka pergunakan untuk membentak
dan menyuruh para inang pelayan sekehendak hati. Para inang pun menjadi sibuk sehingga tidak
sempat membersihan taman istana kesayangan Sang Raja. Melihat hal itu Puteri Kuning segera
mengambil sapu dan mulai membersihkan taman kesayangan ayahandanya. Dedaunan kering
dirontokkannya, rumput liar dicabutnya, dan dahan-dahan berlebih dipangkasnya agar terlihat
lebih rapi. Sementara kakak-kakaknya yang melihat Puteri Kuning sibuk di taman, malah
mencemooh. “Lihat, tampaknya kita memiliki pelayan baru,” kata salah seorang diantaranya.
“Hai pelayan! Kami masih melihat banyak kotoran di sini!” ujar salah seorang kakaknya sambil
melemparkan sampah ke arah taman. Sejurus kemudian, mereka pun langsung menyerbu dan
mengacak-acak taman. Dan, setelah puas mengacak-acak taman lalu pergi begitu saja menuju
danau untuk bermain sambil berenang. Begitu kelakuan kakak-kakak Puteri Kuning setiap
harinya hingga ayah mereka pulang.
Ketika Sang Raja pulang, ia hanya mendapati Puteri Kuning sedang merangkai bunga di
teras istana, sementara kesembilan kakaknya sedang asyik bermain di danau. Ia agak kecewa
karena telah bersusah payah membawakan buah tangan tetapi tidak disambut dengan hangat oleh
anak-anaknya. Hanya Puteri Kuninglah yang berlari sendirian untuk menyambutnya dengan rasa
suka cita. Sambil berjalan menuju teras, Sang Raja berkata, “Anakku yang rajin dan baik budi.
Ayah hanya dapat memberimu sebuah kalung batu hijau. Ayahanda telah mencari di seluruh
pelosok kerajaan seberang tetapi tidak menemukan kalung batu kuning seperti warna
kesayanganmu”.
“Sudah tidak mengapa, Ayahanda. Kalung batu hijau juga akan serasi dengan warna
bajuku,” kata Puteri Kuning lemah lembut.
Keesokan harinya, walau seluruhnya telah diberi cinderamata, tetapi masih saja ada yang
iri. Salah satunya Puteri Hijau yang melihat Puteri Kuning memakai kalung batu hijau segera
menghampiri. “Wahai adikku, seharusnya kalung itu milikku karena berwarna hijau. Kenapa
sampai ada di lehermu?” tanya Puteri Hijau dengan perasaan iri. “Ayah memberikannya
padaku,” sahut Puteri Kuning singkat dan jelas. Puteri Hijau tidak terima penjelasan Puteri
Kuning. Dia segera berlari pergi menemui saudari-saudarinya yang lain. “Kalung hijau yang
dipakai Si Kuning sebenarnya milikku. Tetapi dia mengambilnya dari saku ayah!” katanya
menghasut ke delapan saudarinya. Mendengar hasutan Puteri Hijau saudari-saudarinya menjadi
panas hati. Mereka kemudian bersepakat untuk merampas kalung itu dari tangan Puteri Kuning.
Kesembilan adik-beradik tersebut lalu bersama-sama menemui puteri hijau. Setelah bertemu,
mereka langsung memaksa Puteri Hijau untuk menyerahkan kalungnya. Tentu saja ia menolak
dan akhirnya terjadilah perkelahian sengit hingga kepalanya terkena pukulan dan meninggal saat
itu juga.
“Dia meninggal!” seru Puteri Jingga panik.
“Kita harus menutupi kejadian ini,” kata Puteri Merah Merona.
“Kalau begitu kita harus cepat menguburkannya agar Ayahanda dan seisi istana tidak
mengetahui kejadian ini!” kata Puteri Jambon kepada saudari-saudarinya.
Sepakat dengan Sang Kakak (Puteri Jambon), mereka pun lantas beramai-ramai
mengusung jasad Puteri Kuning untuk dikuburkan di tengah taman istana. Bersama jasad Sang
Puteri Kuning, turut pula dikuburkan benda yang menjadi bahan perebutan, yaitu kalung batu
hijau. Benda ini dikuburkan sendiri oleh Puteri Hijau yang memicu ada pertengkaran dan
perkelahian dengan Puteri Kuning.
Sore harinya, entah mengapa Sang Raja merasa kangen dan ingin berbincang dengan
Puteri Kuning di taman istana tempatnya biasa bermain. Namun, karena tidak menemukannya,
dia lalu memanggil para puterinya yang lain untuk menanyakan keberadaan adik bungsu mereka.
Satu per satu ditanyainya, tetapi tidak ada seorang pun yang mau berterus terang. Mereka
memilih tutup mulut dan pura-pura tidak mengetahui keberadaan Puteri Kuning. Khawatir akan
keberadaan dan keselamatan puteri bungsunya, raja lalu menitah para pengawal kerajaan untuk
mencarinya ke seluruh penjuru istana. “Hai, para pengawal! Cari dan temukanlah Puteri
Kuning!” teriaknya gusar.
Pencarian Puteri Kuning selama berhari-hari hingga berminggu-minggu di seluruh
penjuru istana tentu saja sia-sia belaka karena telah dikubur sangat rapi oleh saudari-saudarinya
hingga tidak ada bisa menyangkanya. Hal ini membuat Sang Raja menjadi sangat sedih dan
menyesal karena tidak mampu menjaga, merawat, dan mengarahkan puteri-puterinya. Mereka
tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang egois, tidak peduli terhadap sesama serta tidak patuh
terhadap nasihat orang tua. Oleh karena itu Sang Raja segera mengirimkan mereka ke negeri
seberang untuk belajar budi pekerti. Tujuannya, agar mereka menjadi manusia yang berbudi
pekerti luhur dan dapat saling menjaga antara satu dengan lainnya.
Beberapa minggu setelah para puteri raja belajar budi pekerti di negeri seberang,
tumbuhlah sebuah tanaman di atas kubur Puteri Kuning. “Tanaman apakah ini?” seru Sang Raja
heran. “Batangnya bagaikan jubah Puteri Kuning, daunnya bulat berkilau bagai kalung batu
hijau, sementara bunganya putih kekuningan dan berbau sangat wangi! Tanaman ini
mengingatkanku pada Puteri Kuning,” tambahnya. Sejak saat itulah bunga tersebut diberi nama
bunga kemuning karena mengingatkan raja pada Puteri Kuning. Dan, sama seperti Puteri
Kuning, bunga kemuning memiliki banyak kebaikan. Bunganya dapat digunakan untuk
mengharumkan rambut, batangnya dapat dipakai untuk membuat kotak-kotak indah, dan kulit
kayunya dapat ditumbuk untuk dijadikan bedak penghalus wajah.
CERPEN BUNGA KEMUNING
Disebuah negeri hiduplah seorang Raja yang mempunyai 10 orang putri. Nama-nama
putrinya adalah Putri Jambon , Putri Jingga , Putri Nila , Putri Biru , Putri Hijau , Putri Kelabu ,
Putri Ungu , Putri Orange dan Putri Kuning. Istri raja telah meninggal ketika melahirkan
sibungsu yaitu Putri Kuning dan anak-anak dirawat oleh inangnya. Ke-9 putri raja sangatlah
nakal dan manja , kecuali putri kuning ia cantik , baik kepada siapapun , sopan dan santun.
Suatu hari raja hendak pergi ke suatu negri. Ke-9 putrinya meminta oleh-oleh yang mahal dan
mewah , kecuali putri kuning ia hanya meminta agar ayahnya kembali pulang dengan selamat.
Ketika sang raja pulang , ia memberi putri kuning sebuah kalung yang permatanya warna
hijau. Putri hijau pun merasa cemburu , ia mengajak saudaranya yang lain untuk mengerjai putri
kuning . Tak disangka pukulan yang dilayangkan kepada putri kuning membuat putri kuning
meninggal dunia. Tanpa sepengetahuan orang istana saudara-saudara putri kuning menguburnya
ditaman istana.
Mengetahui putri kuning hilang sang raja sangat marah , dan menyuruh semua orang di
istana untuk mencari putri kuning. Tetapi sayang putri kuning tak juga di temukan. Dan pada
suatu hari Raja sedang bermenung ditaman istana , Raja pun melihat sebuah tanaman yang
tumbuh dikuburan Putri Kuning. Lalu Raja menamainya “ Bunga Kemuning “ karena
mengingatkan Raja kepada Putri Kuning.
TUGAS BAHASA INDONESIA