Tugas 9 Peralatan Fluida Termal: Oleh: ASLAM KAMAL AFDHAL (1410912034)
Tugas 9 Peralatan Fluida Termal: Oleh: ASLAM KAMAL AFDHAL (1410912034)
Tugas 9 Peralatan Fluida Termal: Oleh: ASLAM KAMAL AFDHAL (1410912034)
OLEH:
ASLAM KAMAL AFDHAL (1410912034)
DOSEN:
ADLY HAVENDRI
Heat Exchanger atau sering kita sebut Alat Penukar Panas merupakan alat
yang berfungsi untuk memindahkan energi panas antara dua atau lebih fluida dan
terjadi pada temperatur yang berbeda antara fluida, dimana fluida tersebut ada yang
bertindak sebagai fluida panas (hot fluid) dan yang lain bertindak sebagai fluida
dingin (cold fluid).
1. Proses Perpindahan
2. Jumlah Fluida Kerja
3. Desain Konstruksi
4. Bidang Kontak Perpindahan Panas
5. Arah Aliran Fluida
B. Heat Exchanger berdasarkan Proses Perpindahan
Berdasarkan jumlah fluida kerjanya, heat exchanger dapat dibagi menjadi dua
fluida, tiga fuida dan N-fluida (N>3). Sesuai dengan tinjauannya yang ditinjau
merupakan jumlah fluida kerjanya saja, namun harus sesuai dengan konsep dasar
heat exchanger, yaitu harus ada yang bertindak sebagi fluida panas dan fluida
dingin dan untuk jumlah sesuai dengan desain.
Pada umumnya terdapat dua fluida kerja pada heat exchanger baik untuk
proses pemanasan, pendinginan, penambahan panas maupun penyerapan panas.
Untuk penggunaan fluida kerja yang lebih dari dua fluida biasanya di-aplikasikan
pada industri yang menggunakan proses kimia seperti proses penghilangan
kandungan nitrogen dari bahan baku gas alam.
Gambar C.1 Heat Exchanger berdasarkan Jumlah Fluida Kerja
Ditinjau dari aliran fluida yang mengalir di dalam heat exchanger, heat
exchanger dapat dikelompokkan menjadi single pass dan multi pass heat
exchanger. Heat exchanger dapat disebut single pass heat exchanger ketika suatu
fluida tepat mengalir hanya satu kali di dalam heat exchanger tersebut. Sedangkan
dikatakan multi-pass apabila fluida mengalir lebih dari satu kali di dalam
sebuah heat exchanger. Untuk single pass heat exchanger terdapat dua jenis arah
aliranya itu counter flow dan parallel flow.
Dikatakan Counter flow heat exchanger ketika arah aliran antara fluida dingin
dan fluida panas saling berlawanan. Pada kondisi ini perbedaan temperatur antar
fluida tidak terlalu signifikan sehingga perpindahan panas sepanjang aliran relative
konstan. Selain itu, pada counter flow heat exchanger memungkinkan bahwa
temperatur keluaran fluida dingin lebih tinggi dari pada temperatur keluaran fluida
panas.
Sebaliknya untuk parallel flow heat exchanger, arah aliran dari kedua fluida
memiliki arah aliran yang sama. Heat exchanger tipe ini juga sering disebut
cocurrent flow heat exchanger. Pada heat exchanger ini terjadi perbedaan
temperatur yang signifikan antar kedua fluida pada saat awal kedua fluida masuk.
Dan temperatur keluaran dari fluida dingin tidak mungkin lebih besar dari pada
temperatur fluida panas. Untuk lebih jelasnya berikut skema heat exchanger
berdasarkan aliran fluida.
Gambar D.1 Heat Exchanger berdasarkan Aliran Fluida
Pada umumnya terdiri atas kumpulan dari banyak tube yang dipasang pada
selongsong (shell). Dimana tekanan fluida pada sisi tube lebih tinggi daripada sisi
shell. Variasi dari desain shell and tube heat exchanger didasarkan pada kapasitas
perpindahan panas, tegangan termal, pressure drop dan fluida kerja. Shell and tube
heat exchanger diklasifikasikan dan dikonstruksi berdasarkan standar yang ada,
seperti: standar TEMA (Tubular Exchanger Manufacturers Association), DIN,
ASME (American Society of Mechanical Engineers) dan beberapa standar lainnya.
Komponen-komponen dalam shell and tube heat exchanger secara umum antara
lain: tube, shell, baffle, tubsheet, Front- dan rear-end head dan nozzle.
Gambar E.1 Shell and Tube Heat Exchanger
b. Double–Heat Exchanger
Heat exchanger jenis ini pada umumnya terdiri dari dua pipa konsentris
dengan pada pipa dalam datar maupun bersirip. Satu fluida berada pada pipa dalam
(inner tube) dan yang lain pada annulus antara kedua pipa. Merupakan heat
exchanger yang mudah untuk proses perawatannya. Konstruksi ini juga cocok pada
kondisi dimana satu atau kedua fluida bertekanan sangat tinggi. Pada umumnya
double pipe heat exchanger digunakan untuk kapasitas kecil dimana luas
perpindahan panasnya kurang dari sama dengan 50 m2 (500 ft2). Hal ini
dikarenakan biaya pembuatan per satuan luas relatif mahal. Pada beberapa kondisi
jumlah pipa dalam berjumlah lebih dari satu akibat dari dimensi. Sehingga bentuk
konfigurasi dari pipa tersebut dapat berbentuk U tube atau hairpin.
Terdiri atas satu atau lebih spiral koil pada sisi shell. Laju perpindahan panas
menggunakan spiral tube lebih besar daripada pada straight tube. Hal ini karena
pada spiral tube luasan yang terjadi perpindahan panas lebih besar dari pada
straight tube. Namun kelemahan heat exchanger ini ada pada proses
pembersihannya.
Plate heat exchanger biasa terbuat dari plat tipis. Plat ini dapat berupa smooth
plate maupun corrugated plate, dan dapat juga datar maupun spiral yang ditempatkan
di dalam heat exchanger. Pada heat exchanger ini tidak dapat menahan fluida
bertekanan tinggi, temperatur tinggi atau perbedaan temperatur maupun tekanan yang
tinggi. Plate heat exchanger dapat diklasifikasikan sebagai gasketed, welded mapun
brazed tergantung pada sesakan kebocoran yang dibutuhkan pada heat exchanger.
Plate heat exchanger dapat juga berupa spiral plate, lamella dan platecoil.
Terdiri atas sejumlah rectangular metal plate yang ditutup pada ujung-
unjungnya oleh gasket. Adapun prinsip kerjanya adalah dua atau lebih aliran fluida
kerja diatur oleh gasket-gasket yang didesain sedemikian rupa sehingga pada
masing-masing fluida dapat mengalir di plat-plat yang berbeda. Kelebihan heat
exchanger ini ada pada proses perawatan yang mudah, koefisien perpindahan panas
yang sukup baik dan relatif murah. Namun hanya fluida-fluida tertentu saja yang
dapat diaplikasikan menggunakan heat exchanger ini.
Gambar E.4 Gasketed Plate Heat Exchanger
Pada regenerator pressure drop yang terjadi relatif rendah, memiliki dimensi
yang relatif kecil, sistem yang lebih sederhana dalam distribusi panas dalam
penggunaannya efisiensi dapat mencapai 85%. Regenerator dapat diklasifikasikan
menjadi dua yaitu tipe rotari maupun tipe fix.
Untuk regenerator ini, matriks tidak bergerak namun terdapat katup (valve)
yang akan mengatur aliran fluuida gas. Pada heat exchanger ini dibutuhkan minimal
dua matriks yang tersusun paralel. Prinsip kerjanya, fluida panas melalui matriks satu
kemudian panas ditangkap matriks dan fluida dingin melalui matriks yang kedua
dengan arah kedua aliran saling berlawanan (counterflow). Setelah interval waktu
tertentu, katup merubah arah aliran fluida sehingga fluida panas melalui matriks yang
kedua dan fluida dingin melalui matriks yang pertama.
Fouling factor adalah suatu angka yang menunjukan hambatan akibat adanya
kotoran yang terbawa oleh fluida yang mengalir dalam heat exchanger. Kotoran ini
berupa lumpur, polimer, dan deposit lain yang terbentuk di bagian dalam maupun
bagian luar dinding tube exchanger. Nilai ini digunakan untuk mendesain agar
mengetahui hambatan yang masih diperbolehkan selama operasi normal sebelum
pembersihan.
Fouling factor tergantung pada nilai koefisien perpindahan panas ke seluruh
permukaan bersih, Uc, dan nilai koefisien perpindahan panas keseluruhan untuk
permukaan kotor, Ud. Jika fouling factor makin besar efisiensi perpindahan panas
semakin menurun dan akibatnya pressure drop makin besar.
Secara umum yang dapat menyebabkan terjadinya fouling pada alat operasi
adalah:
1. Hard Deposit, kerak yang berasal dari hasil korosi maupun cooking.
2. Porous Deposit, kerak yang berasal dari dekomposisi dari kerak keras.
3. Loss Deposit, berasal dari deposit seperti lumpur dan material lunak.