LP Dispepsia

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 15

LAPORAN PENDAHULUAN

DISPEPSIA

Nama : Dwi Nurwahidin


NPM : 14142011066
Kelas :B
Gelombang : 1 (Satu)
Ruang Dinas : Poli Spesialis

PRAKTIK PRE NERS III PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN AJARAN 2017-2018
1. ANATOMI FISIOLOGI
PENCERNAAN
Sistem pencernaan atau sistem
gastroinstestinal (mulai dari mulut
sampai anus) adalah sistem organ dalam
manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat
gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke
dalam aliran darah serta membuang
bagian makanan yang tidak dapat
dicerna atau merupakan sisa proses
tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut,
tenggorokan (faring), kerongkongan,
lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga
meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas,
hati dan kandung empedu.

A. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada
hewan. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian
awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari
mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa
yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari
manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di
hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh
gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih
mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian
dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai
mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya
lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung.
Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
B. Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara
rongga mulut dan kerongkongan.
Berasal dari bahasa yunani yaitu
Pharynk.
Didalam lengkung faring
terdapat tonsil ( amandel ) yaitu
kelenjar limfe yang banyak
mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi,
disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya
dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang
Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan
perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan
rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium.
Tekak terdiri dari; Bagian superior = bagian yang sangat tinggi dengan
hidung, bagian media = bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian
inferior = bagian yang sama tinggi dengan laring.
Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang
menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga, Bagian media disebut
orofaring, bagian ini berbatas kedepan sampai diakar lidah bagian inferior
disebut laring gofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring
C. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui
sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan
berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik.
Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
 bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
 bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
 serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
D. Lambung

Lambung terletak pada epigastrium dan terdiri dari mukosa, submukosa,


lapisan otot yang
tebal, dan serosa.
Mukosa
ventriculus
berlipat-lipat atau
rugae. Secara
anatomis
ventriculus terbagi
atas kardiaka,
fundus, korpus,
dan pilorus.
Sphincter cardia
mengalirkan
makanan masuk
ke dalam ventriculus dan mencegah reflux isi ventriculus memasuki
oesophagus kembali. Di bagian pilorus ada sphincter piloricum. Saat
sphincter ini berrelaksasi makanan masuk ke dalam duodenum, dan ketika
berkontraksi sphincter ini mencegah terjadinya aliran balik isi duodenum
(bagian usus halus) ke dalam ventriculus.
Mukosa lambung dilindungi oleh berbagai mekanisme dari efek erosif asam
lambung. Sel mukosa memiliki permukaan apikal spesifik yang mampu
menahan difusi asam ke dalam sel. Mukus dan HCO3 dapat menetralkan
asam di daerah dekat permukaan sel. Prostaglandin E yang dibentuk dan
disekresi oleh mukosa lambung melindungi lambung dan duodenum dengan
merangsang peningkatan sekresi bikarbonat, mukus lambung, aliran darah
mukosa, dan kecepatan regenarasi sel mukosa. Aliran darah mukosa yang
bagus, iskemia dapat mengurangi ketahanan.
Fungsi utama lambung adalah sebagai tempat penampungan makanan,
menyediakan makanan ke duodenum dengan jumlah sedikit secara teratur.
Cairan asam lambung mengandung enzim pepsin yang memecah protein
menjadi pepton dan protease. Asam lambung juga bersifat antibakteri.
Molekul sederhana seperti besi, alkohol, dan glukosa dapat diabsorbsi dari
lambung.
E. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena
porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air
(yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).
Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna
protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus ;
lapisan mukosa
( sebelah dalam ),
lapisan otot
melingkar ( M
sirkuler ), lapisan
otot memanjang ( M
Longitidinal ) dan
lapisan serosa
( Sebelah Luar ).
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum),
usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
1) Usus dua belas jari (Dudenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus
yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus
kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian
terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan
berakhir di ligamentum Treitz.Usus dua belas jari merupakan
organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh
selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar
pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua
muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Nama
duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang
berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus.
Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus
dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh,
duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk
berhenti mengalirkan makanan.
2) Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum)
adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari
(duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa,
panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah
bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan
digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan
terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari
usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas
jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula
dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel
goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus
kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.
Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti “lapar”
dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa
Laton, jejunus, yang berarti “kosong”.
3) Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus
halus. Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang
sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan
dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8
(netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12
dan garam-garam empedu.
F. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu
dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari :
 Kolon asendens (kanan)
 Kolon transversum
 Kolon desendens (kiri)
 Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di
dalam usus
besar juga
berfungsi
membuat zat-
zat penting,
seperti vitamin
K.
Bakteri ini
penting untuk
fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa
menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya
terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan
terjadilah diare.
G. Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah
anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta
bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia,
burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum
yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang
sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
H. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu.
Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing.
Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk
nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen).
Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris,
vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung
yang menyambung dengan caecum.
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang
dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2
sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai
cacing bisa berbeda – bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang
jelas tetap terletak di peritoneum.
Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial
(sisihan), sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi
dalam sistem limfatik.
I. Rektum dan anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah
kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja
disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika
kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul
keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum
karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf
yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak
terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana
penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk
periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi
bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian
otot yang penting untuk menunda BAB.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah
keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan
sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot
sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (BAB), yang
merupakan fungsi utama anus.

2. DEFINISI
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak
enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan
(Arif, 2000).
Dispepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri ulu
hati, mual,kembung, muntah, rasa penuh, atau cepat kenyang, sendawa
(Dharmika, 2001).
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak
enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan
keluhan refluks gastroesofagus (Mansjoer, 2000).
Dari ketiga definisi diatas dapat kita lihat bahwa dispepsia merupakan kumpulan
gejala klinis pada perut bagian atas atas kekambuhan refluk gastroesofagus
dengan rasa nyeri, mual, muntah, kembung, cepat kenyang dan sendawa

3. ETIOLOGI
Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid reflux..
Hal ini menyebabkan nyeri di dada. Beberapa perubahan yang terjadi pada
saluran cerna atas akibat proses penuaan, terutama pada ketahanan mukosa
lambung. Kadar lambung lansia biasanya mengalami penurunan hingga 85%.
Beberapa obat-obatan, seperti obat anti-inflammatory, dapat menyebabkan
dispepsia. Terkadang penyebab dispepsia belum dapat ditemukan.
Penyebab dispepsia secara rinci adalah:
a. Menelan udara (aerofagi)
b. Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung
c. Iritasi lambung (gastritis)
d. Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis
e. Kanker lambung
f. Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
g. Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya)
h. Kelainan gerakan usus
i. Stress psikologis, kecemasan, atau depresi
j. Infeksi Helicobacter pylory
Penyebab dyspepsia dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
1) Dyspepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai
penyebabnya (misalnya tukak peptic, gastritis, pankreastitis, kolesistitis
dan lainnya).
2) Dyspepsia non organik atau dyspepsia fungsional atau dyspepsia non
ulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya.

4. PATOFISIOLOGI
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat
seperti nikotin dan alcohol serta adanya kondisi kejiwaan stress. Pemasukan
makanan menjadi kurang dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat
gesekan antara dinding-dinding lambung. Kondisi Demikian dapat
mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya
kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata
membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun
cairan
Pathway:

Stimulan kimiawi Termal Erosit

Iritasi lambung Nyeri epigastrium

Kecemas Dispepsia

Nutrisi kurang dari kebutuhan Anoreksia

Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit


5. MANIFESTASI KLINIS
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan gejala yang dominan,
membagi dyspepsia menjadi tiga tipe:
1. Dispepesia dengan keluhan seperti ulkus (ulkus, like dyspepsia), dengan
gejala:
a. Nyeri epigastrium terlokalisasi
b. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasida
c. Nyeri saat lapar
d. Nyeri episodic
2. Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas (dysmotility- like dysmotility),
dengan gejala:
a. Mudah kenyang
b. Perut cepat terasa penuh saat makan
c. Mual
d. Muntah
e. Upper abdominal bloating (bengkak perut bagian atas)
f. Rasa tak nyaman bertambah saat makan
3. Dispepesia nonspesifik (tidak ada gejala seprti kedua tipe di atas)
(Mansjoer, et al, 2007)
Sidroma dyspepsia dapat bersifat rigan, sedang, dan berat, serta dapat akut
atau kronis sesuai dengan perjalanan penyakitnya. Pembagian akut dan
kronik berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan.
Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkin dsertai
dengan sendawa dan suara usus yang keras (borborigmi). Pada beberapa
penderita,makan dapat memperburuk nyeri, pada penderita yang lain,
makan bisa mengurangi nyerinya. Gejala lain meliputi nafsu makan yang
menurun, mual, sembelit, diare dan flatulensi (perut kembung).
Jika dyspepsia menetap selama lebih dari beberapa minggu, atau tidak
memberi respon terhadap pengobatan, atau disertai penurunan berat badan atau
gejala lain yang tidak biasa, maka penderita harus menjalani pemeriksan

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan untuk penanganan dispepsia terbagi beberapa bagian, yaitu:
a. Pemeriksaan laboratorium biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang
lengkap dan pemeriksaan darah dalam tinja dan urine. Lebih banyak
ditekankan untuk menyingkirkan penyebab organik lainnya antara lain
pankreatitis kronis, DM. Pada dyspepsia biasanya hasil laboratorium dalam
batas normal.
b. Barium enema untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus halus
dapat dilakukan pada orang yang mengalami kesulitan menelan atau muntah,
penurunan berat badan atau mengalami nyeri yang membaik atau memburuk
bila penderita makan.
c. Endoskopi bisa digunakan untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau
usus kecil untuk mendapatkan contoh jaringan untuk biopsy dari lapisan
lambung. Contoh tersebut kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk
mengetahui apakah lambung terinfeksi oleh Helicobacter pylori. Endoskopi
merupakan pemeriksaan batu emas, selain sebagai diagnostic sekaligus
terapeutik.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan endoskopi adalah:
 CLO (rapid urea test)
 Patologi anatomi (PA)
 Kultur mikroorganisme (MO) jaringan
 PCR (polymerase chain reaction), hanya dalam rangka penelitian
d. Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan radiologi, yatu OMD dengan
kontras ganda, serologi Helicobacter pylori, dan urea breath test. Kadang
dilakukan pemeriksaan lain, seperti pengukuran kontraksi kerongkongan
atau respon kerongkongan terhadap asam.

7. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan dyspepsia dibagi atas dua yaitu non farmakologi dan
farmakologi :
a. Penatalaksanaan non farmokologi
 Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
 Menghindarai faktor resiko seperti alkohol,maka makanan yang
pedas,obat-obatan yang berlebihan,nikotin, rokok, dan stress.
 Atur pola makan
b. Penatalaksanaan farmakologi
Sampai sekarang belum regimen pengobatan yang memuaskan terutama
dalam mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat di mengerti karena froses
fatofisiologi pun belum jelas.
Obat-obatan yang di berikan pada klien dyspepsia meliputi :
 Antasid (menetralkan asam lambung).
 Golongan antikolinergi (menghambat pengeluaran asam lambung),dan
 prognetik (mencegah terjadinya muntah)

8. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. Anamnesis
Biasanya didapatkan adanya keluhan mual, perasaan kembung dan juga
nyeri pada bagian perut bagian atas

B. Riwayat penyakit saat ini


Merupakan informasi sejak timbulnya keluhan sampai klien dirawat di RS.
Menggambarkan keluhan utama klien, kaji tentang proses perjalanan
penyakit sampai timbulnya keluhan, faktor apa saja memperberat dan
meringankan keluhan dan bagaimana cara klien menggambarkan apa yang
dirasakan, daerah terasanya keluhan, semua dijabarkan dalam bentuk
PQRST.

C. Riwayat penyakit dahulu


Kaji tentang penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya yang ada
hubungannya dengan penyakit keturunan dan kebiasaan atau gaya hidup.

D. Riwayat penyakit keluarga


Kaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
dengan klien atau adanya penyakit keturunan, bila ada cantumkan genogram

E. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi : Pada bagian perut
b. Auskultasi : dengarkan bising usus dan suara perut
c. Perkusi : ketukan suara yang berbunyi terdonor maupun redup
d. Palpasi : Pasien saat dipalpasi adanya terasa nyeri apabila ditekan.

F. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium.
b. Barium enema untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus
halus dapat dilakukan pada orang yang mengalami kesulitan menelan
atau muntah, penurunan berat badan atau mengalami nyeri yang
membaik atau memburuk bila penderita makan.
c. Endoskopi bisa digunakan untuk memeriksa kerongkongan, lambung
atau usus kecil untuk mendapatkan contoh jaringan untuk biopsy dari
lapisan lambung.
d. Pemeriksaan radiologi.

9. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah
makan, anoreksia.
3) Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya
mual, muntah
4) Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya

10. INTERVENSI
No DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA HASIL

1. Nyeri Terjadinya  Kaji tingkat  Berguna dalam


epigastrium penurunan atau nyeri, beratnya pengawasan
berhubungan hilangnya rasa (skala 0 – 10) kefektifan obat,
dengan iritasi nyeri, dengan  Berikan istirahat kemajuan
pada mukosa kriteria klien dengan posisi penyembuhan
lambung. melaporkan semifowler  Dengan posisi semi-
terjadinya  Anjurkan klien fowler dapat
penurunan atau untuk menghilangkan
hilangnya ras nyeri menghindari tegangan abdomen
makanan yang yang bertambah
dapat dengan posisi
meningkatkan telentang
kerja asam  dapat
lambung. menghilangkan
 Anjurkan klien nyeri akut/hebat dan
untuk tetap menurunkan
mengatur waktu aktivitas peristaltik
makannya.  mencegah terjadinya
 Observasi TTV perih pada ulu
 Diskusikan dan hati/epigastrium
ajarkan teknik  sebagai indikator
relaksasi untuk melanjutkan
 Kolaborasi intervensi
dengan berikutnya
pemberian obat  Mengurangi rasa
analgesik nyeri atau dapat
terkontrol
 Menghilangkan rasa
nyeri dan
mempermudah
kerjasama dengan
intervensi terapi lain
2. Kurang NOC:  Monitor  Untuk
pemenuhan jumlah nutrisi mengetahui
nutrisi dari  Food and dan jumlah intake
kebutuhan tubuh Fluid intake kandungan dan output.
 Nutrient  Serat yang tinggi
berhubungan kalori,
intake  Yakinkan diet akan membantu
dengan Faktor
 Weight
Biologis, Intake yang dimakan proses
control
yang tidak mengandung pencernaan.
Kriteria hasi :  Makanan yang
adekuat,(Lemas, tinggi serat
anoreksia) - Ada untuk mengandung
peningkatan mencegah vitamin dan serat
berat badan konstipasi, yang tinggi.
- Pasien mulai  berikan  Untuk
nafsu makan makanan yang menentukan
dan minum terpilih (sudah asupan gizi yg
- Mual dikonsultasika diperlukan.
berkurang/hil n dngan ahli  Untuk proses
ang gizi) penyembuhan
- Tidak terjadi  kolaborasi pasien.
penurunan dengan ahli
berat badan gizi.
yang berarti.  kolaborasi
- Mukosa bibir dengan dokter.
lembab
- Turgor ≤ 3
detik
- mampu
mengidentifik
asi kebutuhan
nutrisi
3. Perubahan Menyatakan  Awasi tekanan  Indikator
keseimbangan pemahaman faktor darah dan nadi, keadekuatan volume
cairan dan penyebab dan pengisian kapiler, sirkulasi perifer dan
elektrolit prilaku yang perlu status membran hidrasi seluler.
berhubungan untuk memperbaiki mukosa, turgor  Klien tidak
dengan adanya defisit cairan. kulit. mengkomsumsi
mual, muntah Kriteria hasil: klien  Awasi jumlah dan cairan sama sekali
dan diare mempertahankan/m tipe masukan mengakibatkan
enunjukkan cairan, ukur dehidrasi atau
perubahan haluaran urine mengganti cairan
keseimbangan dengan akurat. untuk masukan
cairan, dibuktikan  Diskusikan kalori yang
stabil, membran strategi untuk berdampak pada
mukosa lembab, menghentikan keseimbangan
turgor kulit baik muntah dan elektrolit.
penggunaan  Membantu klien
laksatif/diuretik. menerima perasaan
 Identifikasi bahwa akibat
rencana untuk muntah dan atau
meningkatkan/me penggunaan
mpertahankan laksatif/diuretik
keseimbangan mencegah
cairan optimal kehilangan cairan
misalnya : jadwal lanjut.
masukan cairan.  Melibatkan klien
 Berikan/awasi dalam rencana untuk
hiperalimentasi memperbaiki
IV keseimbangan untuk
berhasil.
 Tindakan daruat
untuk memperbaiki
ketidak seimbangan
cairan elektroli
4. Kecemasan Mendemonstrasika  Kaji tingkat  Menkaji untuk
berhubungan n koping yang kecemasan mengetahui tingkat
dengan positif dan  Berikan dorongan awal bagaimna
perubahan status mengungkapkan dan berikan mekanisme koping
kesehatannya penurunan waktu untuk klien
kecemasan, dengan mengungkapkan  Mengungkapkan
kriteria pikiran dan perasaan sehingga
menyatakan dengarkan semua menimbulkan
pemahaman keluhannya sikap plong kien
tentang  Jelaskan semua  Pemahaman klien
penyakitnya prosedur dan bahwasanya
pengobatan penyakit yang
 Berikan dorongan dialami klien
spiritual sedang diatasi oleh
kesehatan RS
 Dorongan
psikologis akan
membuat klien
merasa tegar dan
percaya akan
kesembuhan
pentyakitnya
DAFTAR PUSTAKA

Doenges Marilynn E., dkk. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Pedoman


Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Pasien (Edisi 3). Jakarta:
EGC

Inayah Iin, 2004, Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
pencernaan, edisi pertama: Jakarta. Salemba Medika

Manjoer, A, et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3: Jakarta. Salemba


Medika

Wilkinson, Judith M. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan NIC


dan NOC (Edisi 7). Jakarta: EGC

Wilkinson, Judith M. (2014). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan NIC


dan NOC (Edisi 9). Jakarta: EGC

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy