5 Garis Normal Spina Cervicalis

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 5

5 garis normal spina cervicalis

1. Garis tulang belakang anterior (batas tepi anterior tulang belakang)


2. Garis tulang belakang posterior (tepi posterior korpus tulang belakang)
3. Garis spinolaminar (batas anterior prosessus spinosus)
4. Garis spinosus posterior (batas posterior spinosus C2-C7)
5. Garis clivus odontoid (dari dorsum sellae- batas anterior foramen magnum-tip proccesus
odontoid-medial C3)

2 area

1. Retopharyngeal (jarak dinding posterior paringeal dengan anteroinferior tonjolan C2) normal
<7mm
2. Retotracheal jarak dinding posterior trakea dengan anteroinferior tonjolan C6) normal <22mm
pd dewasa <14 mm anak2

Foto AP: korpus vertebrae, pedikel (seperti tetesan air), discus invertebralis C3-C7, basal tengkorak
superimpose dengan C1,C2

Patof spondilosis Medscape

Pathophysiology
Cervical spondylosis is the result of disk degeneration. As disks age, they
fragment, lose water, and collapse. Initially, this starts in the nucleus
pulposus. This results in the central annular lamellae buckling inward while
the external concentric bands of the annulus fibrosis bulge outward. This
causes increased mechanical stress at the cartilaginous end plates at the
vertebral body lip.
Subperiosteal bone formation occurs next, forming osteophytic bars that
extend along the ventral aspect of the spinal canal and, in some cases,
encroach on nervous tissue. [1, 2] These most likely stabilize adjacent
vertebrae, which are hypermobile as a result of the lost disk material. [3, 4] In
addition, hypertrophy of the uncinate process occurs, often encroaching on
the ventrolateral portion of the intervertebral foramina. [1] Nerve root irritation
also may occur as intervertebral discal proteoglycans are degraded. [5]
Ossification of the posterior longitudinal ligament, a condition often seen in
certain Asian populations, can occur with cervical spondylosis. This condition
can be an additional contributing source of severe anterior cord
compression. [6]
Cervical spondylotic myelopathy occurs as a result of several important
pathophysiological factors. These are static-mechanical, dynamic-mechanical,
spinal cord ischemia, and stretch-associated injury. As ventral osteophytes
develop, the cervical cord space becomes narrowed; thus, patients with
congenitally narrowed spinal canals (10-13 mm) are predisposed to
developing cervical spondylotic myelopathy.
Age-related hypertrophy of the ligamentum flavum and thickening of bone
may result in further narrowing of the cord space. [2, 7, 8] Additionally,
degenerative kyphosis and subluxation are fairly common findings that may
further contribute to cord compression in patients with cervical spondylotic
myelopathy. [6, 9] Dynamic factors relate to the fact that normal flexion and
extension of the cord may aggravate spinal cord damage initiated by static
compression of the cord. During flexion, the spinal cord lengthens, resulting in
it being stretched over ventral osteophytic bars. During extension, the
ligamentum flavum may buckle into the cord, pinching the cord between the
ligaments and the anterior osteophytes. [7, 10]
Spinal cord ischemia also most likely plays a role in cervical spondylotic
myelopathy. Histopathologic changes seen in persons with cervical
spondylotic myelopathy frequently involve gray matter, with minimal white
matter involvement—a pattern consistent with ischemic insult. Ischemia most
likely occurs at the level of impaired microcirculation. [11]
Stretch-associated injury has recently been implicated as a pathophysiologic
factor in cervical spondylotic myelopathy. [12] The narrowing of the spinal canal
and abnormal motion seen with cervical spondylotic myelopathy may result in
increased strain and shear forces, which can cause localized axonal injury to
the cord

Patofisiologi

Cervical spondylosis adalah hasil dari degenerasi disk. Seiring umur disk, mereka terpecah, kehilangan
air, dan kolaps. Awalnya, ini dimulai di nukleus pulposus. Ini menghasilkan lamella lamular sentral yang
mengikat ke dalam sementara pita konsentris eksternal dari anulus fibrosis menonjol ke luar. Hal ini
menyebabkan stres mekanik meningkat pada pelat akhir kartilaginous pada bibir tubuh vertebral.

Pembentukan tulang subperiosteal terjadi selanjutnya, membentuk bar osteofitik yang membentang
sepanjang aspek ventral kanal tulang belakang dan, dalam beberapa kasus, mengganggu pada jaringan
saraf. [1, 2] Ini kemungkinan besar menstabilkan vertebra yang berdekatan, yang merupakan
hypermobile sebagai hasil dari materi disk yang hilang. [3, 4] Selain itu, hipertrofi proses uncinate
terjadi, sering terjadi pada bagian ventrolateral dari foramina intervertebral. [1] Iritasi akar saraf juga
dapat terjadi karena protein proteoglikan intervertebralis terdegradasi. [5]

Ossifikasi ligamen longitudinal posterior, suatu kondisi yang sering terlihat pada populasi Asia tertentu,
dapat terjadi dengan spondylosis serviks. Kondisi ini bisa menjadi sumber kontribusi tambahan dari
kompresi anterior cord yang parah. [6]

Mielopati spondylotic serviks terjadi sebagai akibat beberapa faktor patofisiologis yang penting. Ini
adalah iskemia sistolik statis-mekanis, dinamis-mekanis, dan cedera peregangan. Seiring berkembangnya
osteofit ventral, ruang serviks menjadi sempit; Dengan demikian, pasien dengan kanal tulang belakang
yang menyempit secara kongenital (10-13 mm) cenderung mengalami mielopati spondylotic serviks.

Hipertrofi ligamentum flavum dan penebalan tulang dapat menyebabkan penyempitan lebih lanjut pada
ruang kabel. [2, 7, 8] Selain itu, kyphosis degeneratif dan subluksasi merupakan temuan yang cukup
umum yang selanjutnya dapat berkontribusi pada kompresi tali pusat pada pasien mielopati spondylotic
serviks. [6, 9] Faktor dinamis berkaitan dengan fakta bahwa fleksi dan ekstensi normal kabel dapat
memperparah kerusakan medula spinalis yang dipicu oleh kompresi statis dari kabelnya. Selama fleksi,
sumsum tulang belakang memanjang, mengakibatkannya terentang di atas batang osteofitik ventral.
Selama perpanjangan, flavum ligamentum dapat masuk ke kabelnya, mencubit tali pusat antara ligamen
dan osteofit anterior. [7, 10]

Iskemia sumsum tulang belakang juga kemungkinan besar berperan dalam mielopati spondylotic serviks.
Perubahan histopatologis yang terlihat pada orang dengan mielopati spondylotic serviks sering
melibatkan materi abu-abu, dengan keterlibatan materi putih minimal-pola yang konsisten dengan
penghinaan iskemik. Iskemia kemungkinan besar terjadi pada tingkat gangguan mikrosirkulasi. [11]

Stretch-associated injury baru-baru ini telah terlibat sebagai faktor patofisiologis pada mielopati
spondylotic serviks. [12] Penyempitan kanal tulang belakang dan gerakan abnormal yang terlihat pada
mielopati spondylotic serviks dapat menyebabkan peningkatan regangan dan gaya geser, yang dapat
menyebabkan cedera aksonal lokal pada kabelnya.
Gejala Spondilosis Servikal
Spondilosis dapat mengakibatkan menyempitnya saluran tulang belakang dan menekan saraf
tulang belakang sehingga dapat muncul gejala, seperti:

 Kaku pada leher.

 Sakit leher yang diperburuk saat batuk atau bersin.


 Nyeri dapat menyebar ke daerah kepala, bahu, dan lengan.

 Terasa kesemutan, kaku, dan lemah pada lengan, tangan, tungkai, dan kaki.

 Kesulitan berjalan dan susah mengoordinasikan gerakan.

 Muncul gerakan involunter pada tungkai.

 Tidak bisa menahan buang air kecil dan buang air besar.

Cervical syndrome mengacu pada serangkaian gangguan yang disebabkan oleh perubahan di tulang
cervical dan jaringan lunak di sekitarnya, dengan rasa nyeri sebagai gejala utamanya.

Sakit leher telah menjadi masalah umum sebagian besar penduduk pada saat ini. Faktor yang
berpengaruh pada kasus ini meliputi gaya hidup modern, sikap duduk yang tidak benar dan terlalu lama,
serta sikap tubuh yang tidak banyak bergerak atau diam. Pokok dari masalah ini di antaranya gangguan
mekanis pada struktur tulang cervical, postur tubuh yang buruk dan gerakan tubuh secara tiba-tiba
(Kasumovic et al, 2013). Nyeri leher atau dikenal juga sebagai nyeri servikal, nyeri tengkuk atau cervical
syndrome merupakan keluhan yang sering dijumpai di praktik klinik (Hudaya, 2009). Menurut
International Association for the Study of Pain (IASP) tahun 2009, nyeri leher mempengaruhi 30-50%
dari masyarakat umum setiap tahunnya. 15% dari masyarakat umum akan mengalami nyeri leher kronis
(> 3 bulan) di beberapa titik dalam hidup mereka. 11-14% dari masyarakat yang bekerja setiap tahunnya
akan mengalami keterbatasan aktivitas karena sakit leher. Prevalensi puncak pada usia pertengahan,
dan wanita lebih sering terkena daripada pria. Faktor risiko meliputi pekerjaan 2 berulang-ulang, fleksi
cervical dalam waktu yang lama, tingginya psikologis karena tekanan pekerjaan, merokok, dan cedera
leher atau bahu sebelumnya. Beberapa latar belakang masalah tersebut, maka kami tertarik untuk
mencoba mengkaji dan memahami mengenai penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cervical syndrome.
Dengan menggunakan modalitas fisioterapi diharapkan dapat membantu dalam proses rehabilitasi
sehingga masalah yang dialami oleh penderita dapat diatasi. Salah satu modalitas fisioterapi yang
digunakan untuk mengatasi permasalahan seperti nyeri adalah dengan terapi Infra Red dan Stretching
leher. Dalam kasus ini diharapkan fisioterapi mempunyai peran dalam membantu mengurangi nyeri
leher pasien. Karena bila tidak dilakukan atau diberi tindakan fisioterapi, maka akan timbul masalah baru
yaitu (1) adanya kontraktur otot-otot leher, (2) penurunan nilai kekuatan otot, (3) adanya spasme otot-
otot pada ektremitas, (4) adanya gangguan postural.
Penonjolan tulang atau osteofit yang tumbuh keluar melalui jalur saraf

Penonjolan bagian dari diskus yang terletak di depan saraf

suatu kondisi kerusakan ruas tulang leher dan bantalannya, sering terjadi akibat proses penuaan, namun
dapat diperburuk oleh faktor lain.

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy