Key Words: Cooperative Learning Jigsaw Type, Student Active

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 7

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Mata Pelajaran

Mengaplikasikan Administrasi Perkantoran di Tempat Kerja Untuk Meningkatkan


Keaktifan Siswa

Sakti W indandari, Sutaryadi, Tri Murwaningsih


Program Studi Pendidikan Ekonomi
BKK PAP FKIP UNS Email:
Saxty_89@yahoo.com

Abstract: The purpose of this research was to know whether the application of
cooperative learning jigsaw type in applying office administration at work place lesson
could improve the student active involvement of class XII C office administration skill
program of SMK Wikarya Karanganyar In The Academic Year 2011/2012.
The type of the research done by the researcher was clasroom action research
which was carried out in two cycles where each cycle was carried out in four steps,
theywere: (1) planning, (2) implementation, (3) observation, and (4) reflection. The
subject of this research was 36 students of class XII C Office Administration Skill Program
of SMK Wikarya Karanganyar in academic year 2011/2012. The technique of collecting
data was done through the following activities they are: (a) observation, (b) interview, (c)
test, and (d) documentation.
Based on this research, it can be concluded that the application of cooperative
learning jigsaw type in applying office administration at work place lesson can improve
the student active involvement class XII C office administration skill program of SMK
Wikarya Karanganyar in the academic year 2011/2012. That was reflected in the
following indicators: (1) the improvement of the student active involvement by 19,45%
(from 80,55% at cycle I became 100% at cycle II), (2) the improvement of the student
active involvement in asking question by 16,67% (from 66,66% at cycle I became 83,33%
at cycle II), (3) the improvement of the student active involvement in discussion by
16,66% (from 72,22% at cycle I became 88,88% at cycle II), (4) the improvement of the
learning result achievement by 13,89% (from 86,11% at cycle I became 100% at cycle II).

Key words: Cooperative Learning Jigsaw Type, Student Active.

1. PENDAHULUAN model pembelajaran yang tepat dapat


Pemerintah indonesia sedang membawa dampak positif dalam
melaksanakan pembangunan dalam menciptkan proses pembelajaran yang
berbagai sektor untuk menuju bangsa berkualitas dan hasil belajar yang optimal
yang lebih maju. Salah satu pembangunan sehingga berujung pada perbaikan kualitas
ada pada bidang pendidikan. pendidikan yang lebih baik. Proses
Pembangunan di bidang pendidikan pembelajaran merupakan komponen
adalah upaya untuk mencerdaskan pendidikan. Kegiatan tersebut melibatkan
kehidupan bangsa dan meningkatkan peserta didik dan guru. Guru mempunyai
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) peran penting saat berlangsungnya
Indonesia dalam mewujudkan masyarakat pembelajaran. Tugas guru tidak hanya
yang adil dan makmur, materiil dan mentransfer ilmu pengetahuan, tidak
spiritual. menjadikan siswa sebagai objek
Melalui pendidikan, manusia dituntut pembelajaran melainkan sebagai subyek
untuk mampu menghadapi era globalisasi. pembelajaran, sehingga siswa tidak pasif
Dengan demikian diperlukan upaya-upaya dan dapat mengembangkan pengetahuan
untuk meningkatkan kualitas pendidikan. mereka. Oleh karena itu, guru harus
Salah satu aspek penting yang memahami materi yang akan disampaikan
mempengaruhi kualitas pendidikan adalah kepada siswa serta dapat memilih model
model pembelajaran. Model pembelajaran pembelajaran yang tepat untuk
penting untuk diperhatikan karena dengan menyampaikan materi tersebut.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) belajar siswa yang kurang optimal ini
adalah salah satu dari beberapa lembaga ditunjukkan dengan nilai ulangan harian
pendidikan yang bertujuan untuk siswa yang masih dibawah Standar KKM
menghasilkan lulusan yang siap Sekolah yaitu 75.
diterjunkan kedunia kerja. Lulusan dari Berdasarkan permasalahan tersebut,
SMK tentunya sudah dibekali berbagai perlu adanya peningkatan mutu proses
ilmu pengetahuan dan keterampilan yang pembelajaran melalui sistem belajar siswa
telah diperoleh selama dibangku sekolah. aktif. Salah satu model pembelajaran yang
SMK W ikarya Karanganyar merupakan saat ini banyak digunakan dan
sekolah swasta yang memiliki siswa yang menempatkan siswa sebagai pusat
bervariasi tingkat kemampuannya. SMK kegiatan belajar mengajar adalah
Wikarya Karanganyar mempunyai 4 Cooperative Learning (pembelajaran
bidang keahlian yaitu administrasi kooperatif). Menurut Isjoni (2009: 22)
perkantoran, akuntansi, pemasaran, dan Cooperative Learning adalah
tata kecantikan. Mengaplikasikan ”Mengerjakan sesuatu secara bersama-
administrasi perkantoran di tempat kerja sama dengan saling membantu satu sama
merupakan salah satu mata pelajaran lainnya sebagai satu kelompok atau satu
yang diberikan kepada siswa kelas XII C tim”. Pada model Cooperative Learning
Program Keahlian Administrasi siswa diberi kesempatan untuk
Perkantoran di SMK Wikarya Karanganyar. berkomunikasi dan berinteraksi sosial
Berdasarkan hasil observasi menunjukkan dengan temannya untuk mencapai tujuan
bahwa pembelajaran masih terpusat pada pembelajaran, sedangkan guru bertindak
guru (teacher centered learning). Hal ini sebagai fasilitator yang berarti guru
terlihat dari proses pembelajaran yang berperan memberikan pelayanan untuk
didominasi oleh metode ceramah. Saat memudahkan siswa dalam kegiatan
proses pembelajaran berlangsung siswa proses pembelajaran. Dengan
tidak pernah mengajukan pertanyaan dan diterapkannya Cooperative Learning
mengemukakan pendapat padahal guru diharapkan dalam proses belajar mengajar
sering memberikan kesempatan kepada terjadi interaksi yang positif antara siswa
siswa untuk bertanya tetapi hampir tidak dengan siswa maupun siswa dengan guru
ada siswa yang bertanya. Kegiatan yang untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang
dilaksanakan selama proses pembelajaran muncul dalam kegiatan pembelajaran.
berlangsung dalam penggunaan metode Terdapat banyak tipe dalam
ceramah ini adalah guru memberi pembelajaran kooperatif salah satunya
penjelasan dan siswa mendengarkan serta adalah tipe jigsaw. Model pembelajaran
mencatat penjelasan dari guru, memahami kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe
kemudian menjawab pertanyaan dari guru pembelajaran yang terdiri dari beberapa
jika ada, memberikan latihan soal atau anggota dalam satu kelompok yang
tugas kemudian memberikan tes akhir, bertanggung jawab atas penguasaan
begitulah kegiatan ini berjalan terus- bagian materi belajar dan mampu
menerus. Rutinitas model pembelajaran mengajarkan bagian materi tersebut
yang seperti itu dapat membuat siswa kepada anggota lain dalam kelompoknya
merasa bosan dan menghambat daya (Arends, 2001: 323). Model pembelajaran
kritis siswa karena segala informasi tipe jigsaw dipilih oleh peneliti karena
pengetahuan terpusat pada guru. Dengan dengan model pembelajaran tersebut
demikian sulit bagi siswa untuk dapat meningkatkan kerjasama antar
mengembangkan kreativitas yang siswa dan melibatkan lebih banyak siswa
dimilikinya secara optimal. Proses dalam menelaah materi yang tercakup
pembelajaran yang demikian membuat dalam suatu pelajaran. Sehingga dalam
sebagian besar siswa kurang aktif. Hal ini penerapan model pembelajaran tersebut
dapat menyebabkan pemahaman siswa dapat meningkatkan keaktifan siswa.
terhadap materi yang disampaikan guru Rumusan Masalah
kurang optimal sehingga berdampak Apakah melalui penerapan model
terhadap hasil belajar siswa yang kurang pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada
optimal pula saat diadakan evaluasi. Hasil mata pelajaran mengaplikasikan
administrasi perkantoran di tempat kerja Tahap-tahap model pembelajaran
dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas kooperatif tipe jigsaw yang dirangkum dari
XII C Program Keahlian Administrasi buku Isjoni (2009: 77-81) yaitu:
Perkantoran SMK Wikarya Karanganyar 1) Tahap pertama. Siswa dikelompokkan
Tahun Pelajaran 2011/2012? dalam bentuk kelompok-kelompok
Tujuan Penelitian kecil. Pembentukkan kelompok-
Tujuan penelitian ini adalah untuk kelompok siswa tersebut bersifat
mengetahui apakah penerapan model heterogen, baik dari segi
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada kemampuannya maupun karakteristik
mata pelajaran mengaplikasikan lainnya.
administrasi perkantoran di tempat kerja 2) Tahap kedua. Setiap anggota kelompok
dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas ditugaskan untuk mempelajari materi
XII C Program Keahlian Administrasi tertentu. Kemudian siswa-siswa atau
Perkantoran SMK Wikarya Karanganyar perwakilan dan kelompoknya masing-
Tahun Pelajaran 2011/2012. masing bertemu dengan anggota-
anggota dan kelompok lain yang
2. KAJIAN LITERATUR mempelajari materi yang sama.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Selanjutnya materi tersebut
Jigsaw didiskusikan, dipelajari serta dipahami,
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sehingga perwakilan dari setiap
pertama kali dikembangkan oleh Elliot kelompok dapat memahami dan
Arronson di Universitas Texas dan menguasai materi tersebut.
merupakan salah satu metode 3) Tahap ketiga. Setelah masing-masing
pembelajaran yang berhasil dikembangkan perwakilan tersebut kembali ke
oleh Robert E. Slavin. Pembelajaran kelompok masing-masing atau
kooperatif tipe jigsaw merupakan salah kelompok asalnya, selanjutnya masing-
satu tipe pembelajaran kooperatif yang masing anggota tersebut saling
mendorong siswa aktif dan saling menjelaskan pada teman satu
membantu dalam menguasai materi kelompoknya sehingga teman satu
pelajaran untuk mencapai prestasi yang kelompoknya dapat memahami materi
maksimal (Isjoni, 2009: 77). yang ditugaskan guru.
Arends (2001: 323) menyatakan 4) Tahap keempat. Siswa diberi tes/kuis,
bahwa “pembelajaran kooperatif tipe hal tersebut dilakukan untuk
jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran mengetahui apakah siswa sudah dapat
yang terdiri dari beberapa anggota dalam memahami suatu materi.
satu kelompok yang bertanggung jawab Tahap-tahap model pembelajaran
atas penguasaan bagian materi belajar kooperatif tipe jigsaw yang dikembangkan
dan mampu mengajarkan bagian materi oleh Slavin, dirangkum dari buku Trianto
tersebut kepada anggota lain dalam (2010: 73):
kelompoknya”. 1) Siswa dibagi atas beberapa kelompok
Yusar 2005 (Isjoni, 2009: 78-79) (tiap kelompok anggotanya 4-6 orang).
menyatakan, dalam pembelajaran 2) Materi pelajaran diberikan kepada
kooperatif jenis jigsaw siswa belajar siswa dalam bentuk teks yang telah
kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang, dibagi-bagi menjadi beberapa sub
heterogen dan bekerjasama saling topik.
ketergantungan yang positif dan 3) Setiap anggota kelompok membaca
bertanggung jawab secara mandiri. Setiap sub topik yang ditugaskan dan
anggota kelompok bertanggung jawab atas bertanggung jawab untuk
ketuntasan bagian bahan pelajaran yang mempelajarinya.
mesti dipelajari dan menyampaikan bahan 4) Anggota dari kelompok lain yang telah
tersebut kepada anggota kelompoknya. mempelajari sub topik yang sama
Tahap-tahap Model Pembelajaran bertemu dalam kelompok-kelompok ahli
Kooperatif Tipe Jigsaw untuk mendiskusikannya.
5) Setiap anggota kelompok ahli setelah 5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai
kembali ke kelompoknya bertugas dengan petunjuk guru.
mengajar teman-temannya. 6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-
6) Pada pertemuan dan diskusi kelompok hasil yang diperolehnya.
asal, siswa-siswa di kenai tagihan 7) Melatih diri dalam memecahkan soal
berupa kuis individu. atau masalah yang sejenis.
Keaktifan Siswa 8) Kesempatan menggunakan atau
Menurut Anton M. Mulyono (2001: 26) menerapkan apa yang telah
keaktifan adalah kegiatan atau aktivitas diperolehnya dalam menyelesaikan
atau segala sesuatu yang dilakukan atau tugas atau persoalan yang
kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik dihadapinya.
maupun non fisik. Aktivitas tidak hanya Sardiman A.M (2004: 101)
ditentukan oleh aktivitas fisik semata, mengatakan bahwa “Keaktifan siswa dapat
tetapi juga ditentukan oleh aktivitas non digolongkan dalam beberapa klasifikasi
fisik seperti mental, intelektual dan antara lain:
emosional. Keaktifan yang dimaksudkan di 1) Visual activities, yang termasuk
sini penekanannya adalah pada siswa, didalamnya misalnya, membaca,
sebab dengan adanya keaktifan siswa memperhatikan gambar demonstrasi,
dalam proses pembelajaran akan tercipta percobaan, pekerjaan orang lain.
situasi belajar aktif. (http://id.shvoong.com/ 2) Oral activities, seperti: menyatakan,
social-sciences /196162-keaktifan-siswa) merumuskan, bertanya, memberi
Sardiman (2004: 95) berpendapat saran, mengeluarkan pendapat,
bahwa “belajar adalah berbuat, berbuat mengadakan wawancara, diskusi,
untuk mengubah tingkah laku, jadi interupsi.
melakukan kegiatan. Tidak ada belajar 3) Listening activities, sebagai contoh
kalau tidak ada aktivitas”. Hal tersebut mendengarkan: uraian, percakapan,
menunjukkan bahwa aktivitas merupakan diskusi, musik, pidato.
prinsip atau asas yang sangat penting 4) Writing activities, seperti misalnya
didalam proses belajar mengajar. Lebih menulis cerita, karangan, laporan,
lanjut Rousseau dalam Sardiman (2004: angket, menyalin.
96) menyatakan bahwa ”segala 5) Drawing activities, misalnya:
pengetahuan itu harus diperoleh dari menggambar, membuat grafik, peta,
pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri diagram.
dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas 6) Motor activities, yang termasuk di
yang diciptakan sendiri baik secara rohani dalamnya antara lain: melakukan
maupun teknis”. Terdapat kegiatan belajar percobaan, membuat konstruksi, model
yang mempunyai tingkat keaktifan yang mereparasi, bermain, berkebun,
tinggi dan adapula yang rendah. Jadi beternak.
belajar dapat dicapai melalui proses 7) Mental activities, menganggap,
belajar yang bersifat aktif walaupun mengingat, memecahkan masalah,
dengan kadar yang berbeda. (Hamalik, menganalisis, melihat hubungan,
2003: 137) mengambil keputusan.
Indikator Keaktifan Siswa 8) Emotional activities, seperti: menaruh
Menurut Nana Sudjana (2009: 61) minat, merasa bosan, gembira, berani,
keaktifan siswa dalam proses tenang, gugup dan sebagainya.
pembelajaran dapat dilihat dalam hal: Dalam penelitian ini keaktifan siswa
1) Turut serta dalam melaksanakan tugas yang dimaksud dibatasi pada membaca,
bertanya, dan diskusi.
belajarnya.
Hipotesis Tindakan
2) Terlibat dalam pemecahan masalah.
Hipotesis tindakan dalam penelitian
3) Bertanya kepada siswa lain atau
kepada guru apabila tidak memahami ini yaitu bahwa penerapan model
persoalan yang dihadapinya. pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada
4) Berusaha mencari berbagai informasi mata pelajaran mengaplikasikan
yang diperlukan untuk pemecahan administrasi perkantoran di tempat kerja
masalah. dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas
XII C SMK W ikarya Karanganyar Tahun mencoba melakukan upaya perbaikan
Pelajaran 2011/2012. pembelajaran melalui penelitian tindakan
kelas.
3. METODE PENELITIAN
Tempat dan Subjek Penelitian Deskripsi Hasil Siklus I
Penelitian ini dilakukan di SMK Berdasarkan hasil pengamatan guru
Wikarya Karanganyar pada semester 2, dan peneliti pada siklus I diperoleh
pada bulan Januari 2012. Subjek gambaran tentang keaktifan siswa selama
penelitian ini adalah siswa kelas XII C kegiatan belajar mengajar berlangsung,
Program Keahlian Administrasi yaitu sebagai berikut:
Perkantoran SMK Wikarya Karanganyar 1) Siswa yang membaca materi pelajaran
Tahun Pelajaran 2011/2012. Siswa saat kegiatan belajar mengajar
tersebut berjumlah 36 siswa. berlangsung sebanyak 29 siswa
Jenis Penelitian dengan persentase 80,55%, sedangkan
Jenis penelitian yang digunakan 7 siswa lainnya dengan persentase
adalah Penelitian Tindakan Kelas 19,44% masih ramai sendiri.
(Classroom Action Research). Penelitian 2) Siswa yang bertanya selama kegiatan
Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian belajar mengajar berlangsung
tindakan (Action Research) yang dilakukan sebanyak 24 siswa dengan persentase
dengan tujuan memperbaiki mutu 66,66%, sedangkan 12 siswa lainnya
pembelajaran di kelasnya. Tujuan utama dengan persentase 33,33% kurang aktif
PTK adalah untuk memecahkan bertanya dalam proses pembelajaran.
permasalahan nyata yang terjadi di dalam 3) Siswa yang berperan aktif dalam
kelas (Suharsimi Arikunto, 2006: 58-60). kegiatan diskusi kelompok sebanyak 26
Berdasarkan tujuan penelitian maka jelas siswa dengan persentase 72,22%,
bahwa penelitian ini tidak menguji sedangkan 10 siswa lainnya dengan
hipotesis secara kuantitatif, akan tetapi persentase 27,77% kurang aktif dalam
lebih bersifat mendiskripsikan data, fakta berdiskusi dan ramai sendiri.
dan keadaan yang ada. 4) Berdasarkan hasil evaluasi tes akhir
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: siklus I bahwa siswa yang
16), siklus pelaksanaan PTK dilakukan mendapatkan nilai 75 keatas sebanyak
melalui empat tahap, yakni: 1. 31 siswa dengan persentase 86,11%,
perencanaan tindakan, 2. pelaksanaan sedangkan 5 siswa lainnya dengan
tindakan, 3. pengamatan, dan 4. Refleksi. persentase 13,88% belum sempurna
Teknik Pengumpulan Data dalam menyelesaikan soal yang
Data persentase keaktifan siswa diberikan. Hal ini disebabkan mereka
diambil denga pengamatan terhadap masih kesulitan dalam memahami
keaktifan siswa selama proses materi.
pembelajaran dengan menggunakan Deskripsi Hasil Siklus II
lembar observasi. Data tanggapan siswa Berdasarkan hasil pengamatan guru
mengenai model pembelajaran yang dan peneliti pada siklus II diperoleh
diterapkan diambil dari jawaban siswa gambaran tentang keaktifan siswa selama
terhadap pertanyaan dalam wawancara. kegiatan belajar mengajar berlagsung,
Data hasil belajar siswa diambil dari hasil yaitu sebagai berikut:
tes evaluasi pada tiap akhir siklus dengan 1) Siswa yang membaca materi pelajaran
menggunakan soal tes berbentuk essai. saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung yaitu sebanyak 36 siswa
4. HASIL PENELITIAN dengan persentase 100%, semua
Deskripsi Kondisi Awal siswa sudah aktif membaca materi
Berdasarkan ketuntasan belajar, pelajaran. Pada siklus II ini terjadi
hanya 11 siswa dikategorikan tuntas peningkatan dibandingkan dengan
belajar sedangkan 25 siswa belum tuntas siklus I yaitu sebanyak 29 siswa
belajar atau persentase ketuntasan belajar dengan persentase 80,55%.
hanya mencapai 30,55%, untuk itu pada 2) Siswa yang bertanya selama kegiatan
kompetensi dasar selanjutnya peneliti belajar mengajar berlangsung
sebanyak 30 siswa dengan persentase bersendau gurau. Pada siklus II ini
83,33%, sedangkan 6 siswa lainnya terjadi peningkatan dibandingkan
dengan persentase 16,66% masih dengan siklus I yaitu sebanyak 26
belum bertanya dalam proses siswa dengan persentase 72,22%.
pembelajaran. Pada siklus II ini terjadi 4) Berdasarkan hasil evaluasi tes akhir
peningkatan dibandingkan dengan siklus II bahwa siswa yang
siklus I yaitu sebanyak 24 siswa mendapatkan nilai 75 keatas sebanyak
dengan persentase 66,66%. 36 siswa dengan persentase 100%,
3) Siswa yang berperan aktif dalam semua siswa sudah mencapai KKM.
kegiatan diskusi kelompok sebanyak 32 Pada siklus II ini terjadi peningkatan
siswa dengan persentase 88,88%, dibandingkan dengan siklus I yaitu
sedangkan 4 siswa lainnya dengan sebanyak 31 siswa dengan persentase
persentase 11,11% belum berdiskusi 86,11%.
secara menyeluruh karena ada yang

Hasil Penelitian Siklus I dan II


Indikator/Aspek Indikator Siklus I Siklus II
Peningkatan
yang diamati Keberhasilan Siswa Persentase Siswa Persentase
Keaktifan siswa
membaca materi 75% 29 80,55% 36 100% 19,45%
pelajaran
Keaktifan siswa 24 66,66% 30 83,33% 16,67%
75%
bertanya
Keaktifan siswa 26 72,22% 32 88,88% 16,66%
75%
dalam diskusi
Ketuntasan hasil 31 86,11% 36 100% 13,89%
belajar 75%

5. PENUTUP 3. Keaktifan siswa dalam berdiskusi dari


Simpulan 26 siswa (72,22%) pada siklus I
Berdasarkan hasil penelitian terdapat menjadi 32 siswa (88,88%) pada siklus
peningkatan keaktifan siswa dan hasil II, terjadi peningkatan sebesar 16,66%.
pembelajaran mengaplikasikan 4. Ketuntasan hasil evaluasi belajar siswa
administrasi perkantoran di tempat kerja dari 31 siswa (86,11%) pada siklus I
dengan menggunakan model menjadi 36 siswa (100%) pada siklus II,
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada terjadi peningkatan sebesar 13,89%.
siswa kelas XII C Program Keahlian Untuk nilai rata-rata kelas menunjukkan
Administrasi Perkantoran SMK W ikarya peningkatan pada siklus I nilai rata-
Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012. ratanya 80,5 dan pada siklus II
Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian menunjukkan peningkatan yakni 88,88.
sebagai berikut :
1. Keaktifan siswa membaca materi
pelajaran dalam mengikuti DAFTAR PUSTAKA
pembelajaran mengaplikasikan Arends, Richard. 2001. Learning to teach.
administrasi perkantoran di tempat New Jersey: The Me. Grawhill
kerja dari 29 siswa (80,55%) pada Companies, Inc.
siklus I menjadi 36 siswa (100%) pada Hamalik, Oemar. 2003. Kurikulum dan
siklus II, terjadi peningkatan sebesar Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi
19,45%. Aksara.
2. Keaktifan siswa bertanya dalam proses
pembelajaran dari 24 siswa (66,66%) Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif –
pada siklus I menjadi 30 siswa Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi
(83,33%) pada siklus II, terjadi antar Peserta didik. Yogyakarta:
peningkatan sebesar 16,67%. Pustaka Pelajar.
Nana Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Trianto. 2010. Mendesain Model
Proses Belajar. Bandung: PT. Remaja Pembelajaran Inovatif-Progresif
Rosdakarya. Konsep, Landasan, dan
Sardiman, A.M. 2004. Interaksi dan Implementasinya Pada Kurikulum
Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta: Kencana.
Suharsimi Arikunto, dkk. 2006. Penelitian http://id.shvoong.com/socialsciences/1961
Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi 62-keaktifan-siswa.
Aksara.

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy