Laporan Tutorial Group 11: Medical Faculty of Sriwijaya University 2008
Laporan Tutorial Group 11: Medical Faculty of Sriwijaya University 2008
Laporan Tutorial Group 11: Medical Faculty of Sriwijaya University 2008
Group 11
Group members:
NOVIYANTI 54081001068
SANTHI 54081001108
ILAMATHI 54081001121
RUBASHINI 54081001113
TUTOR: dr.mezfi
Case History:
A 5 years old boy came to the Hospital with complaint of pale and abdominal distention.
He lives in Muara Enim. He has been already hospitalized three times before (2008,2009) in
Muara Enim General Hospital and always got blood transfusion. His younger brother,3years
old,looks taller than him. His uncle was diedwhen he was 14 years old due to the similar
disease like him.
Physical examination:
Compos mentis,anemis(+),wide epicanthus,prominent upper-jaw,HR:94x/mnt, RR:27x/mnt,
TD:100/70mmHg, Temp:36.7°C.,heart and lung :within normal limit, abdomen:hepatic
enlargement ¼ x ¼ ,spleen:Schoeffner 11, extremities:pallor palm of hand.others:normal
Laboratory :
TERM CLARIFICATION:
1. Abdominal distention: perenggangan rongga perut
5. Epicanthus prominent upper jaw: pelebaran lipatan kulit vertical pada sisi
nasal yang kadang-kadang menutupi kantus sebelah dalam
10. Ferritin: besi yang pertama kali diserap oleh vili di dalam ileum yang nantinya
akan diubah ke dalam bentuk transferin.
PROBLEM IDENTIFICATION:
1. A 5 years old boy came to the Hospital with complaint of pale and abdominal
distention. (CHIEF COMPLAIN)
2. He has been already hospitalized three times before (2008,2009) in Muara Enim
General Hospital and always got blood transfusion.
3. His younger brother,3years old,looks taller than him and his uncle was died when he
was 14 years old due to the similar disease like him.
4. Physical examination :Compos mentis,anemis(+),wide epicanthus,prominent upper-
jaw,HR:94x/mnt, RR:27x/mnt, TD:100/70mmHg, Temp:36.7°C.,heart and lung
:within normal limit, abdomen:hepatic enlargement ¼ x ¼ ,spleen:Schoeffner 11,
extremities:pallor palm of hand.others:normal
5. Laboratory: Hb:6gr/dl, Ret:2.4%,leococyte:8x109 /lt, diff.count:0/0/36/48/14/2,blood
film:anisocytosos,poikylocytosis,hypochrome,target cell(+),MCV:60(fl),MCH:27.4,
(pg), MCHC:28(gr/dl),SI within normal limit,TIBC within normal limit,serum Ferritin
within normal limit
Problem Analysis:
1. Bagaimana proses fisiologi pembentukan darah (hematopoiesis),morfologi darah,
metabolism besi dan pembagian darah?
5. Apakah hubungan dia harus mendapatkan transfusi darah tiap hari dan transfuse darah
yang lalu?
Hipotesis:
A,5 years old suffers with complaint of pale and abdominal distention (anemia hemolitik) due
to thalesemia.
Syntesis:
Pada kasus ini, secara umum dapat dilihat mekanisme pucat sebagai berikut:
Kelainan genetik (delesi pada gen yang mengkode protein globin di kromosom 11 atau 16)
Tidak terbentuknya salah satu atau kedua rantai globin Rantai β tidak terbentuk
peningkatan relative rantai α rantai α berikatan dengan rantai γ membentuk HbF (α2γ2)
peningkatan HbF mengendap di membran (Heinz bodies) RBC mudah dihancurkan
Penurunan jumlah hemoglobin (oksigenasi ke perifer berkurang) pucat
Kelainan genetik (delesi pada gen yang mengkode protein globin di kromosom 11 atau 16)
Tidak terbentuknya salah satu atau kedua rantai globin Rantai β tidak terbentuk
peningkatan relative rantai α rantai α berikatan dengan rantai γ membentuk HbF (α2γ2)
peningkatan HbF mengendap di membran (Heinz bodies) RBC mudah dihancurkan (di
hati, limpa, dan sistem retikuloendotelial lain) peningkatan kerja hati dan limpa
hepatosplenomegali distensi abdomen
Manfaat n dampak :
a. Komplikasi dini
1. Reaksi hemolitik
Reaksi ini terjadi karena destruksi sel darah merah yang inkompatibel. Reaksi hemoliik
juga dapat terjadi karena transfusi eritrosit yang rusak akibat paparan dekstrose 5%, injeksi
air ke sirkulasi, transfuse darah yang lisis, transfuse darah dengan pemanasan berlebihan,
transfuse darah beku, transfuse denagn darah yang terinfeksi, transfuse darah dengan tekanan
tinggi.
b. Reaksi pirogenik
Peningkatan suhu tubuh dapat disebabkan oleh antibody leukosit, antibodi trombosit, atau
senyawa pirogen.
d. Emboli udara
e. Hiperkalemia
f. Kelainan pembekuan
g. Cedera paru akut yang berhubungan dengan transfusi (transfusion related acute lung
injury, TRALI)
Kondisi ini adalah suatu diagnosis klinik berupa manifestasi hipoksemia akut dan edema
pulmoner, bilateral yang terjadi 6 jam setelah transfuse. Manifestasi klinis yang ditemui
adalah dispnea, takipnea, demam, takikardi, dan leucopenia akut sementara. Angka
kejadiannya adalah sekitar 1 dari 1.200-25.000 transfusi.
2. Komplikasi lanjut
a. Transmisi penyakit
Virus (Hepatitis A, B, C, HIV, CMV)
Bakteri (Treponema pallidum, Brucella, Salmonella)
Parasit (malaria, toxoplasma, mikrofilaria)
b. Kelebihan timbunan besi akibat transfuse
c. Sensitisasi imun
Apa saja penyakit yang memerlukan transfuse darah dan kriteria untuk melakukan
transfuse darah adalah:
1. Umur 17 - 60 tahun
( Pada usia 17 tahun diperbolehkan menjadi donor bila mendapat ijin tertulis dari
orangtua. Sampai usia tahun donor masih dapat menyumbangkan darahnya dengan
jarak penyumbangan 3 bulan atas pertimbangan dokter )
2. Berat badan minimum 45 kg
6. Hemoglobin
Wanita minimal = 12 gr %
Pria minimal = 12,5 gr %
Transfusi darah :
Digunakan untuk meningkatkkan sel darh merah pada pasien yang menunjukkan
gejala anemia, misal pada pasien gagal ginjal dan keganasan.
c. Sel darah merah pekat dengan sedikit leukosit (packed red blood cell
leucocyte reduced)
Digunakan untuk meningkatkan jumlah RBC pada pasien yang sering mendapat/tergantung
pada transfusi darah dan pada mereka yang mendapat reaksi transfusi panas dan reaksi alergi
yang berulang.
d. Sel darah merah pekat cuci (packed red blood cell washed)
Pada orang dewasa komponen ini dipakai untuk mencegah reaksi alergi yang berat atau
alergi yang berulang.
e. Sel darah merah pekat beku yang dicuci (packed red blood cell frozen)
Hanya digunakan untuk menyaimpan darah langka.
f. Trombosit pekat (concentrate platelets)
Diindikasikan pada kasus perdarahan karena trombositopenia atau trombositopati
congenital/didapat. Juga diindikasikan untuk mereka selama operasi atau prosedur invasive
dengan trombosit < 50.000/Ul
Gejala pada A cocok dengan gejala thalasemia B mayor yang dapat mematikan bila
tidak ditangani dengan benar (diberikan transfusi darah secara rutin, atau dilakukan
transplantasi sumsum tulang). Dalam kasus thalasemia mayor, kematian terjadi pada dekade
kedua atau ketiga, biasanya akibat gagal jantung kongestif atau aritmia jantung.
Keterangan pedigree:
Thalassemia”Autosomal Resesif”
Bila, ayah normal-ibu carrier
Persentase F1: 50% normal
50% carrier
50% carrier
25% thalassemia
Keterangan:
Laki-laki normal
Wanita normal
Laki-laki carrier
Wanita carrier
Laki-laki thalesemia
Kemungkinan penyakit yang dialami pamannya adalah:
a)Anemia chronic
b)Anemia acute
c)Pyruvate kinase deficiency
d)Thalassemia intermediate
Wide epicanthus lipatan vertical pada sisi nasal yang melebar Prominent upper jaw
penonjolan rahang atas
Mekanismenya:
Anemia hemolitik produksi eritrosit ditingkatkan tulang wajah, tulang panjang kembali
memproduksi sel darah merah hiperplasia sumsum tulang bentuk tulang berubah
Normal
WBC 8000/mm3 5000-10.000 µl
Normal
Platelet 220.000/mm3 150-450x103/µL
Normal
Penegakan diagnosis
1. Amanmesis
- Tanyakan kepada pasien ataupun keluarganya mengenai identitas pasien, pada kasus
didapat seorang anak laki-laki berumur 4 tahun yang tinggal di Kayu Agung. Perlu
ditanyakan juga pekerjaan orang tua untuk menunjang pengobatan nantinya.
- Tanyakan keluhan yang dialaminya, pada kasus mengeluh pucat dan distensi
abdomen. Lalu tanyakan juga riwayat penyakit, pada kasus A pernah dirawat di
rumah sakit umum Kayu Agung sebanyak tiga kali (2007,2008) dan selalu
mendapatkan transfusi darah.
- Tanyakan juga riwayat keluarga, pada kasus adik A berusia 3 tahun terlihat lebih
tinggi dari A dan paman A meninggal pada usia 14 tahun karena penyakit yang sama
seperti yang dialami A.
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukannya anemis (+), wide epicanthus prominent upper-jaw.
Pada pemeriksaan abdomen ditemukan pembesaran hati ¼ x ¼, pembesaran limpa:
schoeffner II. Pada ekstremitas : pucat pada telapak tangan. Terdapat juga retardasi
pertumbuhan. Pada kasus-kasus lain terdapat juga murmur jantung ataupun tanda-tanda gagal
jantung dan intolerance terhadap aktivitas akibat komplikasi dari anemia yang berat. Pada
pasien yang kelebihan besi akan timbul tanda-tanda endokrinipati.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Diagnosis dari talasemia dapat diketahui dengan melakukan beberapa pemeriksaan darah,
seperti:
FBC (Full Blood Count)
Pemeriksaan ini akan memberikan informasi mengenai berapa jumlah sel darah merah yang
ada, berapa jumlah hemoglobin yang ada di sel darah merah, dan ukuran serta bentuk dari sel
darah merah.
Pada pemeriksaan ini darah akan diperiksa dengan mikroskop untuk melihat jumlah dan
bentuk dari sel darah merah, sel darah putih dan platelet. Selain itu dapat juga dievaluasi
bentuk darah, kepucatan darah, dan maturasi darah. Pada talasemi mayor dapat dijumpai
gambaran anemia mikrositik hipokrom berat dengan persentase retikulosit tinggi disertai
normoblas, sel target dan titik basofilik.
-Iron studies
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui segala aspek penggunaan dan
penyimpanan zat besi dalam tubuh. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk
membedakan apakah penyakit disebabkan oleh anemia defisiensi besi biasa
atau talasemia.
-Elektroforesis hemoglobin
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui tipe dan jumlah relatif
hemoglobin yang ada dalam darah (HbA, HbF, dan HbA2).
-Analisis DNA
Analisis DNA digunakan untuk mengetahui adanya mutasi pada gen yang
memproduksi rantai alpha dan beta. Pemeriksaan ini merupakan tes yang
paling efektif untuk mendiagnosa keadaan karier pada talasemia.
Pemeriksaan sitogenetik
Merupakan pemeriksaan komposisi kromosom sel, fungsi normal, dan setiap
deviasi dari yang normal. Analisis sitogenetik bisa dilakukan pada jaringan yang
diambil aspirasi dan biopsi sumsum tulang pada darah tepi jika jumlahnya meningkat,
dan pada kelenjar getah bening, hati, limpa, serta cairan amnion.
Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan auditorik dan funduskopi secara teratur apabila telah dilakukan program
transfusi darah untuk menghindari terjadinya komplikasi akibat efek samping obat
desferioksamin diantaranya tuli nada tinggi dan kerusakan retina.
Diagnosis banding
Anemia Defisiensi Thallasemia - Anemia
Besi Mayor Sideroblastik
2. MCV ↓ ↓ N/↓
3. MCH ↓ ↓ N/↓
8. Protoporfirin ↑ N N
eritrosit
9. Ferritin serum ↓<20 ↑ >50 ↑ >50
Diagnosis Kerja
Thalassemia β mayor
Definisi thalassemia
Epidemiologi
Patogenesis
Hemoglobin dewasa atau HbA mengandung dua rantai α dan dua rantai . Ditandai
oleh dua gen globin yang bertempat pada masing-masing dari dua kromosom nomor 11.
Dan, dua pasang gen α-globin yang fungsional berada pada setiap kromosom nomor 16.
Struktur dasar gen α-globin dan , begitu juga langkah-langkah yang terlibat dalam
biosintesis rantai globin adalah sama. Setiap gen globin memiliki tiga rangkaian pengkodean
(ekson) yang diganggu oleh dua rangkaina peratara (intron). Pengapitan sisi 5’ gen globin
merupakan serentetan “rangkaian promoter” yang tidak dapat diterjemahkan, yang diperlukan
untuk inisiasi sintesis mRNA -globin.
Seperti pada semua gen eukariotik, biosintesis rantai globin mulai dengan transkripsi
gen globin di dalam nucleus. Transkripsi mRNA awal mengandung suatu salinan seluruh
gen, termasuk semua ekson dan intron. Precursor mRNA yang besar ini mengalami beberapa
modifikasi pascatranskripsi (proses) sebelum diubah menjadi mRNA sitoplasma dewasa yang
siap untuk translasi yaitu penyambungan dua intron dan mengikat kembali ekson. mRNa
dewasa yang terbentuk meninggalkan nucleus dan menjadi terkait ribosom pada tempat
translasi berlaku. Jalur ekspresi gen α-globin sangat serupa. (Buku Ajar Patologi II,
Robbins & Kumar – Jakarta :EGC, 1995)
1. Silent carrier yang hanya mengalami kerusakan 1 gen, sehingga pada kasus ini
tidak terjadi kelainan hematologis. Identifikasi hanya dapat dilakukan dengan
analisis molekular menggunakan RFLP atau sekuensing.
2. Bila terjadi kerusakan pada 2 gen-α atau thalassemia-α minor atau carrier
thalassemia-α menyebabkan kelainan hematologis.
3. Bila terjadi kerusakan 3 gen-α yaitu pada penyakit HbH secara klinis termasuk
thalassemia intermedia.
4. Pada Hb-Bart’s hydrop fetalis disebabkan oleh kerusakan keempat gen globin-alfa
dan bayi terlahir sebagai Hb-Bart’s hydrop fetalis akan mengalami oedema dan
asites karena penumpukan cairan dalam jaringan fetus akibat anemia berat.
5. Pada thalassemia-β mayor bentuk homozigot (β0) dan thalassemia-β minor (β+)
bentuk heterozigot yang tidak menunjukkan gejala klinis yang berat.
Gangguan yang terjadi pada sintesis rantai globin-α ataupun-β jika terjadi pada satu
atau dua gen saja tidak menimbulkan masalah yang serius hanya sebatas pengemban sifat
(trait atau carrier). Thalassemia trait disebut uga thalassemia minor tidak menunjukkan gejala
klinis yang berarti sama alnya seperti orang normal kalaupun ada hanya berupa anemia
ringan. Kadar Hb normal aki-laki: 13,5 – 17,5 g/dl dan pada wanita: 12 – 14 g/dl. Namun
emikian nilai indeks hematologis, yaitu nilai MCV dan MCH berada di bawah ilai rentang
normal. Rentang normal MCV: 80 – 100 g/dl, MCH: 27 – 34 g/dl.
NORMAL - TALASEMIA
Sintesin globin
berkurang / tidak ada
Hb A (α22) Kumpulan globin α yang
Kelimpahan zat Selaput eritrosit jadi mudah
tidak larut mengendap di
besi sistemik rusak, kelenturan ↓ &
Absorpsi Fe dalam
(hemokromatosis Transfusi eritrosit peka thd fagositosis
RBC↑normal
usus
Deformitas tulang
sekunder) Produksi
darah Anemia
EPO Hepatomegali
RES Distensi Abdomen
LIENSplenomegali
eritrosit
Eritoblast dalam sum-sum tulang
Eritropoiesis tidak
efektif
Pucat
Kerusakan
eritrosit
abnormal
(hemolisis)
Anoksi
jaringan
Hemopoeiesis ekstramedula
Pengembangan sumsum
/ hiperaktifitas sumsum
tulang
Thalassemia melibatkan dua gen (kromosom 11) didalam membuat beta globin yang
merupakan bagian dari hemoglobin, masing-masing satu dari setiap orangtua. Beta
thalassemia terjadi ketika satu atau kedua gen mengalami variasi.
Jika salah satu gen dipengaruhi, seseorang akan menjadi carrier dan menderita
anemia ringan. Kondisi ini disebut thallasemia trait/beta thalassemia minor,
Jika kedua gen dipengaruhi, seseorang akan menderita anemia sedang
(thalassemia beta intermedia atau anemia Cooley’s yang ringan) atau anemia
yang berat ( beta thalassemia utama, atau anemia Cooley’s).
Anemia Cooley’s, atau beta thalassemia mayor jarang terjadi. Suatu survei
tahun 1993 ditemukan 518 pasien anemia Cooley’s di Amerika Serikat.
Kebanyakan dari mereka mempunyai bentuk berat dari penyakit, tetapi
mungkin kebanyakan dari mereka tidak terdiagnosis .
Faktor risiko
Anak dengan orang tua yang memiliki gen thalassemia
Anak dengan salah satu/kedua orang tua thalasemia minor
Anak dengan salah satu orang tua thalasemia
Resiko laki-laki atau perempuan untuk terkena sama
Thalassemia Beta mengenai orang asli dari Mediterania atau ancestry (Yunani,
Italia, Ketimuran Pertengahan) dan orang dari Asia dan Afrika Pendaratan.
Alfa thalassemia kebanyakan mengenai orang tenggara Asia, Orang India, Cina,
atau orang Philipina.
Manifestasi klinis
Sebagai sindrom klinik penderita thalassemia mayor (homozigot) yang telah agak besar
menunjukkan gejala-gejala fisik yang unik berupa hambatan pertumbuhan, anak menjadi
kurus bahkan kurang gizi, perut membuncit akibat hepatosplenomegali dengan wajah yang
khas mongoloid, frontal bossing, mulut tongos (rodent like mouth), bibir agak tertarik,
maloklusi gigi.
Pembesaran limpa dan hati terjadi karena destruksi eritrosit yang berlebihan, hemopoesis
ekstramedula, dan lebih lanjut akibat penimbunan besi. Limpa yang besar meningkatkan
kebutuhan darah dengan meningkatkan volume plasma dan meningkatkan destruksi eritrosit
dan cadangan eritrosit.
Pelebaran tulang yang disebabkan oleh hyperplasia sumsum tulang yang hebat yang
menyebabkan terjadinya fasies thalasemia dan penipisan korteks di banyak tulang dengan
suatu kecenderungan terjadinya fraktur dan penonjolan tengkorak dengan suatu gambaran
rambut berdiri (hair-on-end) pada foto roentgen.
Penumpukan besi akibat transfuse darah menyebabkan kerusakan organ endokrin (dengan
kegagalan pertumbuhan, pubertas yang terlambat atau tidak terjadi), miokardium.
Infeksi dapat terjadi. Anak yang melakukan transfusi darah rentan terhadap infeksi bakteri.
Penatalaksanaan
a. Transfusi darah teratur yang perlu dilakukan untuk mempertahankan Hb di atas 10
gr/dl tiap saat. Hal ini biasanya membutuhkan 2-3 unit tiap 4-6 minggu. Darah
segar, yang telah disaring untuk memisahkan leukosist, menghasilkan eritrosit
dengan ketahanan yang terbaik dan reaksi paling sedikit. Pasien harus diperiksa
genotipnya pada permulaan program transfuse untuk mengantisipasi bila timbul
antibody eritrosit terhadap eritrosit yang ditransfusikan.
b. Asam folat diberikan secara teratur (misal 5 mg/hari) jika asupan diet buruk
c. Terapi khelasi besi digunakan untuk mengatasi kelebihan besi. Desferioksamin
dapat diberikan melalui kantung infus terpisah sebanyak 1-2 g untuk tiap unit
darah yang ditransfusikan dan melalui infus subkutan 20-40 mg/kg dalam 8-12
jam, 5-7 hari seminggu. Hal ini dilaksanakan pada bayi setelah pemberian
transfusi 10-15 unit darah.
d. Vitamin C (200 mg perhari) meningkatkan eksresi besi yang disebabkan oleh
desferioksamin.
e. Vitamin E 200-400 IU setiap hari sebagai antioksidan dapat memperpanjang umur
sel darah merah.
f. Splenektomi mungkin perlu untuk mengurangi kebutuhan darah. Splenektomi
harus ditunda sampai pasien berusia > 6 tahun karena tingginya resiko infeksi
pasca splenektomi.
g. Transplantasi sum-sum tulang alogenik memberi prospek kesembuhan permanent.
Tingkat kesuksesan adalah lebih dari 80% pada pasien muda yang mendapat
khelasi secara baik tanpa disertai adanya fibrosis hati atau hepatomegali.
h. Terapi endokrin
i. Imunisasi hepatitis B
j. Koenzim Q10 dan Talasemia
Adanya kerusakan sel darah merah dan zat besi yang menumpuk di dalam tubuh
akibat talasemia, menyebabkan timbulnya aktifasi oksigen atau yang lebih
dikenal dengan radikal bebas. Radikal bebas ini dapat merusak lapisan lemak dan
protein pada membram sel, dan organel sel, yang pada akhirnya dapat
menyebabkan kerusakan dan kematian sel. Biasanya kerusakan ini terjadi di
organ-organ vital dalam tubuh seperti hati, pankreas, jantung dan kelenjar
pituitari. Oleh sebab itu penggunaan antioksidan, untuk mengatasi radikal bebas,
sangat diperlukan pada keadaan talasemia.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Siriraj Hospital, Universitas Mahidol ,
Bangkok, Thailand, ditemukan bahwa kadar koenzim Q 10 pada penderita
talasemia sangat rendah. Pemberian suplemen koenzim Q 10 pada penderita
talasemia terbukti secara signifikan mampu menurunkan radikal bebas pada
penderita talasemia. Oleh sebab itu pemberian koenzim Q 10 dapat berguna
sebagai terapi ajuvan pada penderita talasemia untuk meningkatkan kualitas
hidup.
k. Terapi genetik (masih dalam penelitian)
Komplikasi
Akibat anemia yang berat dan lama, sering terjadi gagal jantung. Transfusi darah yang
berulang-ulang dan proses hemolisis menyebabkan kadar besi dalam darah tinggi, sehingga
ditimbun dalam berbagai jaringan tubuh seperti hepar, limpa, ku.lit, jantung dan lainnya. Hal
ini dapat mengakibatkan gangguan fungsi alat tersebut. Limpa yang besar mudah rupture
akibat trauma yang ringan. Kadang-kadang thalasemia disertai oleh tanda hipersplenisme
seperti leukopenia dan trombopenia.
Prognosis
Dubia at malam
KDU
3b.