Aduncum L.) UNTUK MENGENDALIKAN HAMA Sitophilus Zeamais M

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

UJI BEBERAPA KONSENTRASI TEPUNG DAUN SIRIH HUTAN (Piper

aduncum L.) UNTUK MENGENDALIKAN HAMA Sitophilus zeamais M.


PADA BIJI JAGUNG DI PENYIMPANAN

(Test of Some Concentration of Betel Leaf Forest Powder (Piper aduncum L.)
to Control
Sitophilus zeamais M. Pest on Corn Seed in the Storage)

Harahap1, Khoirummy Rakhmadiah2


1
Staf Pengajar Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian,
Universitas Riau
2
Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas
Riau
Jl. Kampus Bina Widya Km 12,5 Simpang Baru Pekanbaru, 28293
Telp. 0852 7546 4851, Fax. 0761-63279, email: khoirummyumay@gmail.com

ABSTRACT

Corn seed in the storage can be experience quality and quantity in July 1st
2017 decrease. In fact, it was caused by Sitophilus zeamais M. pest. The level of
S. zeamais M. damage at corn seed could be over than 30%. This research was
aimed to find the best concentration betel leaf powder to control S. zeamais M. on
corn seed in the storage. Research was conducted at the Laboratory of Plant Pests
Faculty of Agriculture University of Riau from October until December 2015. The
research used a Randomized Completely Design (RCD) consisting of 5 treatments
and 4 replications. The treatments tested were giving some concentration of betel
leaf powder around 0, 2, 4, 6, and 8 g / 100 g of corn. Data were analyzed by
analysis of variance. The result of that variance was tested further by Duncan's
New Multiple Range Test. The result showed that S. zeamais M. which was given
the betel leaf powder with different concentration showed the initial time of death,
lethal time 50, daily mortality, total mortality, depreciation and accretion
individual seed weight S. zeamais M. was different. The betel leaf powder with a
concentration of 8 g/100 g of corn could control the S. zeamais M. pest.

Keywords: Corn seed, Piper aduncum L., Sitophilus zeamais M.

PENDAHULUAN kimia, mekanik, biologis dan


Produksi jagung yang mikrobiologis. Biji-bijian yang
meningkat perlu diimbangi dengan mengalami kerusakan karena
penanganan pasca panen yang baik. terserang hama akan menyebabkan
Penyimpanan hasil pertanian penurunan kualitas dan kuantitas.
merupakan proses yang paling Menurut Morallo dan Rejesus
penting dalam penanganan pasca (1978) cit Wahyuningsih (2000),
panen. Hasil pertanian berupa biji- serangga hama gudang berpotensi
bijian selama di penyimpanan akan menyebabkan kerusakan terbesar
mengalami kerusakan berupa fisik, karena mempunyai kemampuan

82 Jur.Agroekotek 8 (2) : 82 – 94, Desember 2016


berkembang biak dengan cepat, sangat penting. Alternatif
mudah menyebar dan dapat pengendalian hama S. zeamais M.
mengundang pertumbuhan kapang yang lebih bersifat ramah lingkungan
dan jamur. Secara keseluruhan yaitu penggunaan insektisida nabati.
kerusakan yang ditimbulkan oleh Insektisida nabati merupakan
serangga hama mencapai 5-10% dari insektisida yang terbuat dari
bahan yang disimpan di gudang. tumbuhan yang mengandung senyawa
Kerusakan lanjut akan menurunkan aktif bersifat mudah terurai di alam
mutu, serta menyebabkan dan tidak menyebabkan resistensi
kontaminasi terhadap bahan pangan terhadap hama, residu pada produk
yang disimpan sehingga tidak layak pertanian dan peledakan hama
untuk dikonsumsi. Oleh karena itu, sekunder. Salah satu tanaman yang
perlu upaya untuk menanggulangi dapat digunakan sebagai insektisida
serangga hama tersebut. Spesies nabati adalah sirih hutan (Piper
serangga hama pasca panen yang aduncum L.).
menyebabkan kerusakan pada biji Sirih hutan (Piper aduncum
jagung adalah Sitophilus zeamais L.) merupakan tanaman famili
Motschulsky. Piperaceae yang daunnya memiliki
Hama S. zeamais M. mampu potensi sebagai sumber pestisida
berkembang biak dan menimbulkan botani. Senyawa aktif yang terdapat
kerusakan pada berbagai jenis serealia pada tumbuhan Piperaceae termasuk
termasuk gabah, beras dan jagung dalam golongan piperamidin seperti
(Syarief dan Halid, 1993). Tingkat piperin, piperisida, piperlonguminin
kerusakan yang ditimbulkan dapat dan guininsin. Senyawa tersebut telah
mencapai di atas 30% (Mas’ud, banyak dilaporkan bersifat
2007a). Hama S. zeamais M. perlu insektisida. Piperamidin bersifat
dikendalikan, karena selain sebagai racun saraf dengan
mengakibatkan kerusakan biji juga mengganggu aliran impuls saraf pada
menyebabkan penyusutan terhadap akson saraf seperti cara kerja
berat biji jagung. insektisida piretroid. Daun sirih hutan
Pengendalian hama S. zeamais juga mengandung senyawa-senyawa
M. pada umumnya dengan seperti heksana, sianida, saponin,
menggunakan insektisida sintetik atau tanin, flafonoid, steroid, alkanoid dan
fumigan. Fumigasi adalah salah satu minyak atsiri diduga dapat berfungsi
cara pengendalian yang efektif untuk sebagai pestisida botani (Aminah,
mengendalikan hama pada bahan 1995).
simpanan. Senyawa kimia yang biasa Menurut Grainge dan Ahmed
digunakan sebagai fumigan adalah (1988) cit Martono et al. (2004)
metil bromida (CH3Br) dan etilen efektivitas bahan nabati yang
bromid (Untung, 2001). Dalam digunakan sebagai pestisida botani
perkembangannya cara ini banyak sangat tergantung dari senyawa aktif
kekurangannya antara lain resiko yang ada pada tumbuhan tersebut.
keamanan pangan (bahaya residu), Sifat bioaktif atau sifat racunnya
timbulnya resistensi serangga dan tergantung pada kondisi tumbuh,
pencemaran lingkungan. Dilain pihak umur tanaman dan jenis dari tanaman
terjaminnya kesehatan manusia dari tersebut. Menurut Dadang dan Prijono
segi pangan dan kelestarian (2008) bahwa konsentrasi ekstrak
lingkungan hidup menjadi hal yang suatu bahan insektisida dengan

Jur.Agroekotek 8 (2) : 82 – 94, Desember 2016 83


pelarut air dikatakan efektif apabila perlakuan dan empat ulangan,
tidak melebihi 10%. sehingga diperoleh 20 unit
Hasil penelitian Nuryanto percobaan. Penelitian ini terdiri dari 2
(2011), menyatakan bahwa aplikasi seri, 20 unit percobaan pada seri
ekstrak daun sirih hutan pada pertama digunakan untuk pengamatan
konsentrasi 50 g/L air terhadap hama waktu awal kematian S. zeamais M.,
kutu putih (Paracoccus marginatus) lethal time 50, mortalitas harian, dan
menyebabkan kematian 95%. Karsidi mortalitas total. Unit percobaan
(2013), melaporkan bahwa aplikasi lainnya pada seri kedua digunakan
ekstrak daun sirih hutan pada untuk pengamatan jumlah keturunan
perlakuan 75 g/L air telah mampu S. zeamais M. dan penyusutan berat
mengendalikan hama imago walang biji, sehingga didapatkan 40 unit
sangit (Leptocorisa acuta) sebesar percobaan. Setiap unit percobaan
90%. Pemberian tepung daun sirsak terdiri dari 10 ekor imago S. zeamais
dengan perlakuan konsentrasi 8 g/100 M. di mana terdapat 5 ekor imago
g biji jagung dapat mematikan hama betina dan 5 ekor imago jantan, pada
uji S. zeamais M. sebesar 85% setiap perlakuan dengan jagung
(Sembiring, 2014). sebanyak 100 g/kotak plastik.
Penelitian bertujuan untuk Perlakuan yang digunakan sebagai
mendapatkan konsentrasi tepung daun berikut: SH0: 0 g/100 g jagung, SH1:
sirih hutan yang terbaik untuk 2 g/100 g jagung, SH2: 4 g/100 g
mengendalikan hama gudang jagung, SH3: 6 g/100 g jagung, SH4:
Sitophilus zeamais M. di 8 g/100 g jagung. Data yang diperoleh
penyimpanan. dari hasil penelitian dianalisis secara
BAHAN DAN METODE statistik dan diuji lanjut dengan
Penelitian telah dilaksanakan Duncans’s New Multiple Range Test
di Laboratorium Hama Tumbuhan (DNMRT) pada taraf 5%.
Fakultas Pertanian Universitas Riau Pelaksanaan penelitian meliputi:
Kampus Bina Widya km 12,5 pengadaan jagung, pengukuran kadar
Pekanbaru pada bulan Oktober air, perbanyakan S. zeamais M.,
sampai Desember 2015. pembuatan tepung daun sirih hutan,
Bahan-bahan yang digunakan aplikasi tepung daun sirih hutan.
dalam penelitian ini adalah biji jagung Parameter yang diamati adalah waktu
varietas Sukma Raga dari Balai Benih awal kematian, lethal time 50,
Induk (BBI) Padi Kampar, daun sirih mortalitas harian, mortalitas total,
hutan, imago S. zeamais M. yang penyusutan berat biji, dan
berumur 2-5 hari. pertambahan individu.
Alat-alat yang digunakan HASIL DAN PEMBAHASAN
adalah timbangan, kain tile, kotak Hasil penelitian menunjukkan
plastik dengan ukuran panjang 19 cm, bahwa pemberian beberapa
lebar 13 cm dan tinggi 3 cm, blender, konsentrasi tepung daun sirih hutan
alat tulis, gunting, kertas label, berpengaruh nyata terhadap waktu
termohygrometer, ayakan 250 mesh, awal kematian S. zeamais M. Rata-
kantong plastik, kertas tissue kasar, rata awal kematian S. zeamais M.
sedotan, dan isolasi. pada biji jagung dengan pemberian
Penelitian dilakukan dengan konsentrasi tepung daun sirih hutan
menggunakan Rancangan Acak dapat dilihat pada Tabel 1.
Lengkap (RAL) dengan lima

84 Jur.Agroekotek 8 (2) : 82 – 94, Desember 2016


Tabel 1 menunjukkan bahwa yang ada semakin banyak, akibatnya
konsentrasi tepung daun sirih hutan pada konsentrasi tinggi kemampuan
8% menghasilkan waktu awal bahan aktif piperamidin yang
kematian imago S. zeamais M. yaitu terkandung dalam tepung daun sirih
85,25 jam dan berbeda nyata dengan hutan akan semakin meningkat dan
perlakuan 6%, 4%, 2% dan 0%. Hal menyebabkan waktu kematian
ini terjadi karena semakin besar imago S. zeamais M. menjadi lebih
jumlah konsentrasi yang digunakan cepat. Hal ini sesuai dengan
maka jumlah bahan aktif piperamidin

Tabel 1. Rata-rata awal kematian S. zeamais M. pada biji jagung dengan


pemberian konsentrasi tepung daun sirih hutan

Konsentrasi tepung daun sirih hutan (%) Rata-rata awal kematian (jam)
0 720,00 e
2 386,50 d
4 308,50 c
6 204,50 b
8 85,25 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata
menurut uji DNMRT pada taraf 5%

pendapat Scott et al. (2008) yang aktifitas S. zeamais M. yang diawali


menyatakan bahwa berbagai jenis dengan gerak menjadi lambat akibat
tumbuhan Piperaceae mengandung racun saraf mulai bekerja. Gejala
senyawa aktif piperamidin yang keracunan S. zeamais M. diam
bekerja sebagai racun saraf dan beberapa saat, aktifitas makan
mengakibatkan kematian serangga berkurang dan lama kelamaan imago
dengan cepat. lemah kemudian mati. S. zeamais M.
Bahan aktif piperamidin tepung yang mati ditandai dengan antena
daun sirih hutan dalam yang turun ke bawah dan tungkai
mengendalikan S. zeamais M. masuk yang menekuk ke dalam. Perbedaan
ke dalam tubuh S. zeamais M. melalui S. zeamais M. yang masih hidup dan
sistem pernafasan. Penelitian yang mati akibat pemberian tepung daun
dilakukan oleh Untung (1993) sirih hutan dapat dilihat pada Gambar
mengemukakan bahwa fumigan 4.
merupakan insektisida yang mudah Tepung daun sirih hutan
menguap menjadi gas dan masuk ke sebagai fumigan yang telah masuk ke
dalam tubuh serangga melalui sistem dalam tubuh serangga kemudian
pernafasan atau sistem trakea yang bekerja sebagai racun saraf. Bahan
kemudian diedarkan ke seluruh tubuh. aktif piperamidin yang terdapat pada
Bahan aktif piperamidin yang tepung daun sirih hutan mengganggu
masuk ke dalam tubuh serangga akan sistem saraf dan mengakibatkan
menyebabkan terjadinya perubahan impuls saraf tidak dapat berjalan

Jur.Agroekotek 8 (2) : 82 – 94, Desember 2016 85


normal sehingga S. zeamais M. tidak menurunnya nafsu makan selanjutnya
mampu merespon rangsangan, mengakibatkan kematian.

(a) (b)

Gambar 4. Imago S. zeamais M. (a) hidup dan (b) mati


Sumber: Dokumentasi Penelitian (2015)

Pemberian tepung daun sirih hutan penambahan konsentrasi yang


konsentrasi 6% menunjukkan waktu digunakan.
awal kematian S. zeamais M. yaitu Waktu awal kematian S.
204.50 jam dan berbeda nyata dengan zeamais M. dengan konsentrasi
perlakuan 8%, 4%, 2% dan 0%. Hal tepung daun sirih hutan 2% yaitu
ini terjadi karena konsentrasi yang 386,50 jam dan berbeda nyata dengan
diberikan berbeda sehingga perlakuan 8%, 6%, 4% dan 0%. Hal
kandungan bahan aktif piperamidin ini terjadi karena perlakuan
yang tidak sama akan mematikan konsentrasi tepung daun sirih hutan
imago S. zeamais M. dengan waktu ini paling rendah sehingga kandungan
yang berbeda. Pendapat ini sesuai bahan aktif piperamidin lebih sedikit
dengan pernyataan Aminah (1995) dibandingkan dengan konsentrasi
bahwa tinggi rendahnya suatu tepung daun sirih hutan 8%, 6%, dan
konsentrasi akan mempengaruhi 4%, sehingga membutuhkan waktu
kandungan bahan aktif dan akan lebih lama dalam menimbulkan
berpengaruh terhadap waktu kematian kematian imago S. zeamais M.. Hal
serangga uji. ini diperkuat pendapat Harbone
Perlakuan konsentrasi tepung (1979) cit Nursal (1997) bahwa
daun sirih hutan 4% menunjukkan pemberian konsentrasi ekstrak yang
waktu awal kematian S. zeamais M. rendah maka pengaruh yang
yaitu 308,50 jam dan berbeda nyata ditimbulkan pada serangga akan
dengan perlakuan 8%, 6%, 2% dan semakin rendah, di samping itu daya
0%. Hal ini diduga karena pada kerja suatu pestisida nabati sangat
perlakuan tersebut memiliki ditentukan oleh besarnya konsentrasi
kandungan bahan aktif piperamidin yang diberikan.
yang lebih sedikit dibandingkan Lethal Time 50 (LT50)
dengan perlakuan 8% dan 6%. Hal ini Hasil penelitian menunjukkan
sependapat dengan Natawigena bahwa pemberian beberapa
(2000) bahwa proses kematian hama konsentrasi tepung daun sirih hutan
akan semakin cepat dengan berpengaruh nyata terhadap Lethal

86 Jur.Agroekotek 8 (2) : 82 – 94, Desember 2016


Time 50 (LT50). Rata-rata lethal time daun sirih hutan dapat dilihat pada
50 S. zeamais M. pada biji jagung Tabel 2.
dengan pemberian konsentrasi tepung

Tabel 2. Rata-rata lethal time 50 S. zeamais M. pada biji jagung dengan


pemberian konsentrasi tepung daun sirih hutan

Konsentrasi tepung daun sirih hutan (%) Rata rata LT50 (jam)
0 720,00 c
2 720,00 c
4 660,00 c
6 516,50 b
8 342,00 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata
menurut uji DNMRT pada taraf 5%

Tabel 2 menunjukkan bahwa Natawigena (2000) bahwa proses


bahwa konsentrasi 8% lebih cepat kematian hama akan semakin cepat
dalam mematikan 50% S. zeamais M. dengan penambahan konsentrasi yang
dengan waktu 342 jam dan berbeda digunakan.
nyata dengan perlakuan 6%, 4%, 2% Perlakuan konsentrasi tepung
dan 0%. Hal ini dikarenakan semakin daun sirih hutan 4% mematikan 50 S.
tinggi pemberian konsentrasi tepung zeamais M. dengan waktu 660 jam
daun sirih hutan maka semakin cepat dan berbeda tidak nyata dengan
mematikan 50% S. zeamais M., konsentrasi 2% dan 0%. Hal ini
pernyataan ini didukung oleh Dewi diduga tubuh S. zeamais M. masih
(2010) bahwa konsentrasi yang lebih mampu bertahan terhadap perlakuan
tinggi maka pengaruh yang yang diberikan, akibatnya perubahan
ditimbulkan semakin tinggi, di pada tubuh S. zeamais M. tidak
samping itu daya kerja suatu senyawa memperlihatkan hasil yang berbeda
sangat ditentukan oleh besarnya nyata. Hal ini diperkuat oleh Simpson
konsentrasi. (1990) cit Hadi (2008) bahwa respons
Pemberian konsentrasi tepung tersebut dilakukan oleh serangga
daun sirih hutan 6% mampu sebagai upaya untuk mempertahankan
mematikan 50% S. zeamais M. hidupnya.
dengan waktu 516,50 jam dan Mortalitas Harian
berbeda nyata dengan perlakuan 8%, Hasil pengamatan mortalitas
4%, 2% dan 0%. Hal ini disebabkan harian S. zeamais M. selama 720 jam
bahan aktif piperamidin yang terdapat (30 hari) menunjukkan bahwa
pada tepung daun sirih hutan telah perlakuan dengan pemberian
mampu mematikan S. zeamais M., konsentrasi tepung daun sirih hutan
sehingga semakin tinggi pemberian menyebabkan fluktuasi terhadap
konsentrasi tepung daun sirih hutan kematian S. zeamais M.. Mortalitas
semakin cepat mematikan 50% S. harian S. zeamais M. yang mengalami
zeamais M., sesuai dengan pendapat fluktuasi dapat dilihat pada Gambar 5.

Jur.Agroekotek 8 (2) : 82 – 94, Desember 2016 87


Gambar 5. Fluktuasi mortalitas harian imago S. zeamais M.

Gambar 5 menunjukkan bahwa hal ini disebabkan banyaknya bahan


mortalitas harian yang terjadi pada S. aktif yang masuk ke dalam tubuh
zeamais M. mengalami fluktuasi. serangga.
Perlakuan konsentrasi 8% puncak Pemberian tepung daun sirih
mortalitas terjadi pada hari ke 4 hutan konsentrasi 4% puncak
sebesar 12,5% selanjutnya mengalami mortalitas harian terjadi pada hari ke
fluktuasi hingga akhir penelitian. Hal 28 sebesar 7,5%, perbedaan waktu
ini terjadi karena bahan aktif kematian S. zeamais M. disebabkan
piperamidin pada perlakuan ini masuk adanya perbedaan jumlah pemberian
melalui sistem pernafasan membunuh konsentrasi tepung dauh sirih hutan
S. zeamais M. secara lambat, pada setiap perlakuan setelah
sehingga pada hari ke 4 baru terjadi diaplikasikan pada hari yang sama.
kematian. Pendapat ini sesuai dengan Hal ini sesuai dengan pendapat
pernyataan Saenong (2013) bahwa Natawigena (2000) bahwa proses
salah satu kelemahan pestisida nabati kematian hama akan semakin cepat
yaitu daya racunnya rendah. dengan pertambahan konsentrasi yang
Pemberian tepung daun sirih digunakan pada saat aplikasi.
hutan konsentrasi 6% mengalami Perlakuan tepung daun sirih
fluktuasi pada awal penelitian dan hutan konsentrasi 2% mortalitas
puncak mortalitas harian terjadi dihari mulai terjadi pada hari ke 14 sampai
ke 21 sebesar 7,5%. Hal ini hari ke 20 sebesar 2,5% dan tidak
dikarenakan perlakuan dengan terjadi kematian lagi sampai akhir
konsentrasi tinggi mengandung bahan penelitian. Hal ini terjadi karena
aktif piperamidin yang tinggi, bahan aktif piperamidin pada
sehingga daya racunnya meningkat perlakuan ini sedikit, sehingga
yang akan mengakibatkan S. zeamais menyebabkan kematian S. zeamais M.
M. cepat mengalami kematian. dengan lambat. Hal ini dibuktikan
Penelitian Mulyana (2002) pada Gambar 5 fluktuasi mortalitas
menyatakan bahwa pemberian harian imago S. zeamais M. masih
konsentrasi yang tinggi menyebabkan terjadi kematian sampai hari ke 30.
serangga cepat mengalami kematian, Mortalitas Total

88 Jur.Agroekotek 8 (2) : 82 – 94, Desember 2016


Hasil penelitian menunjukkan dan 0%. Perlakuan dengan
bahwa pemberian beberapa konsentrasi yang tinggi
konsentrasi tepung daun sirih hutan mengakibatkan mortalitas total
berpengaruh nyata terhadap semakin besar. Hal ini terjadi karena
mortalitas total S. zeamais M. Rata- pada perlakuan konsentrasi tinggi
rata mortalitas total S. zeamais M. mengandung bahan aktif piperamidin
pada biji jagung dengan pemberian yang banyak. Penelitian yang
konsentrasi tepung daun sirih hutan dilakukan oleh Scott et al. (2008)
dapat dilihat pada Tabel 3. menunjukkan bahwa berbagai jenis
Tabel 3 menunjukkan bahwa tumbuhan Piperaceae mengandung
pada perlakuan konsentrasi tepung senyawa aktif piperamidin yang
daun sirih hutan 8% mortalitas total S. bekerja sebagai racun saraf dan
zeamais M. sebesar 75% dan berbeda mengakibatkan kematian serangga
nyata dengan perlakuan 6%, 4%, 2% dengan cepat.

Tabel 3. Rata-rata mortalitas total S. zeamais M. pada biji jagung dengan


pemberian konsentrasi tepung daun sirih hutan

Konsentrasi tepung daun sirih hutan (%) Rata-rata mortalitas total (%)
0 0,00 a
2 12,50 b
4 52,50 c
6 57,50 c
8 75,00 d
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata
menurut uji DNMRT pada taraf 5% setelah ditransformasi arcsine √y/100

Bahan aktif tepung daun sirih sehingga serangga tidak mampu


hutan masuk melalui sistem merespons rangsangan. Bahan aktif
pernafasan S. zeamais M. sebagai insektisida yang masuk melalui
fumigan. Pernyataan ini diperkuat saluran pernafasan akan berikatan
oleh Untung (2001) bahwa fumigan dengan enzim kholinesterase yang
merupakan insektisida yang mudah berfungsi untuk menghidrolisis
menguap menjadi gas dan masuk ke asetilkolin.
dalam tubuh serangga melalui Kholinesterase apabila
pernafasan atau sistem trakea yang berikatan dengan bahan aktif maka
kemudian diedarkan ke seluruh tubuh. akan terjadi penurunan aktivitas
Tepung daun sirih hutan kholinesterase atau peningkatan kadar
sebagai fumigan yang telah masuk ke asetilkolin sehingga enzim tersebut
dalam tubuh serangga, selanjutnya tidak dapat menyampaikan
bekerja sebagai racun saraf. Bahan rangsangan impuls saraf sehingga
aktif akan mengganggu sistem saraf saraf terus menerus mengirimkan
dan mengakibatkan impuls saraf tidak perintah kepada otot-otot tersebut
dapat berjalan secara normal, senantiasa bergerak tanpa

Jur.Agroekotek 8 (2) : 82 – 94, Desember 2016 89


dikendalikan dan mengakibatkan serangga yang rendah disebabkan
kematian (Abidin, 2015). oleh kandungan bahan aktif
Perlakuan tepung daun sirih piperamidin yang rendah sehingga
hutan dengan konsentrasi 6% terjadi terhirup oleh serangga dalam jumlah
mortalitas total S. zeamais M. sebesar yang sedikit. Hal ini didukung oleh
57,50% berbeda tidak nyata dengan pernyataan Aminah (1995) bahan
konsentrasi 4% dan berbeda nyata aktif yang terkandung dalam
dengan perlakuan 8%, 2% dan 0%. insektisida yang tinggi maka
Konsentrasi tepung daun sirih hutan pengaruh yang ditimbulkan terhadap
4% terjadi mortalitas total S. zeamais kematian serangga uji semakin tinggi.
M. sebesar 52,50%. Hal ini Perlakuan tepung daun sirih
menunjukkan pada konsentrasi hutan dengan konsentrasi 8% mampu
tersebut S. zeamais M. masih mampu mematikan serangga uji S. zeamais
mentolelir bahan aktif piperamidin, M. sebesar 75% namun belum efektif
sehingga dalam mematikan S. jika digunakan sebagai pestisida
zeamais M. menunjukkan respon nabati yang bersifat fumigan.
yang sama. Hal ini diperkuat dengan Pendapat ini sesuai dengan
pernyataan Dadang dan Prijono pernyataan Dadang dan Prijono
(2008) bahwa suatu serangga (2008) bahwa pestisida nabati
memiliki kepekaan terhadap senyawa dikatakan efektif apabila perlakuan
bioaktif dapat dipengaruhi oleh tersebut dapat mengakibatkan
kemampuan metabolik serangga yang kematian serangga uji melebihi 80%.
bisa menyingkirkan dan menguraikan Penyusutan Berat Biji
bahan racun dari tubuhnya. Hasil penelitian menunjukkan
Mortalitas total S. zeamais M. bahwa pemberian beberapa
pada pemberian tepung daun sirih konsentrasi tepung daun sirih hutan
hutan konsentrasi 2% sebesar 12,50% berpengaruh nyata terhadap
dan berbeda nyata dengan perlakuan penyusutan berat biji jagung dapat
8%, 6%, 4% dan 0%. Mortalitas total dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata penyusutan berat biji jagung pada penyimpanan dengan


pemberian beberapa konsentrasi tepung daun sirih hutan

Konsentrasi tepung daun sirih hutan (%) Rata-rata penyusutan berat biji (%)
0 1,35 b
2 1,35 b
4 1,32 b
6 1,17 ab
8 0,85 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata
menurut uji DNMRT pada taraf 5% setelah ditransformasi arcsine √y/100

90 Jur.Agroekotek 8 (2) : 82 – 94, Desember 2016


Sitopilus zeamais M. (Ekor) Rata-rata pertambahan individu S.
Hasil penelitian menunjukkan zeamais M. pada biji jagung dengan
bahwa pemberian beberapa pemberian beberapa konsentrasi
konsentrasi tepung daun sirih hutan tepung daun sirih hutan dapat dilihat
berpengaruh nyata terhadap pada Tabel 5.
pertambahan individu S. zeamais M.

Tabel 5. Rata-rata pertambahan individu S. zeamais M. pada biji jagung dengan


pemberian beberapa konsentrasi tepung daun sirih hutan

Rata-rata pertambahan individu


Konsentrasi tepung daun sirih hutan (%)
(ekor)
0 109,50 c
2 92,75 bc
4 81,00 ab
6 72,50 a
8 63,75 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama adalah berbeda
nyata menurut hasil uji DNMRT pada taraf 5%.

Tabel 5 menunjukkan bahwa menghasilkan jumlah pertambahan


konsentrasi tepung daun sirih hutan individu yang sama. Hal ini diduga
8% berbeda tidak nyata dengan karena perlakuan konsentrasi 8% S.
perlakuan konsentrasi 6% dengan zeamais M. masih mampu mentolerir
pertambahan individu 72,50 ekor dan bahan aktif piperamidin, sehingga
konsentrasi 4% sebanyak 81,00 ekor. dalam menghasilkan pertambahan
Hal ini dibuktikan juga parameter individu S. zeamais M. memiliki
mortalitas harian pada konsentrasi respon yang sama dengan perlakuan
tepung daun sirih hutan 8% konsentrasi tepung daun sirih hutan
mengalami kematian pada hari ke 4, 6% dan perlakuan konsentrasi 4%.
hal ini menyebabkan imago S. Hal ini diperkuat oleh pendapat
zeamais M. dapat meletakkan telur Dadang dan Prijono (2008) bahwa
sehingga menyebabkan pertambahan suatu serangga memiliki kepekaan
individu S. zeamais M. cenderung terhadap senyawa bioaktif dapat
sama dengan konsentrasi 6% dan 4%. dipengaruhi oleh kemampuan
Menurut Soekarna (1977) cit Puji metabolik serangga yang bisa
(2002) bahwa dalam satu siklus menyingkirkan dan menguraikan
perkembangbiakan, seekor betina S. bahan racun dari tubuhnya. Simpson
zeamais M. dapat bertelur sampai 25 (1990) cit Hadi (2008) menyatakan
butir dengan rata-rata empat butir bahwa respons tersebut dilakukan
dalam sehari. oleh serangga sebagai upaya untuk
Pertambahan individu S. mempertahankan hidupnya.
zeamais M. dengan pemberian tepung Perlakuan dengan konsentrasi
daun sirih hutan 8% cenderung tepung daun sirih hutan 2% belum

Jur.Agroekotek 8 (2) : 82 – 94, Desember 2016 91


mampu mempengaruhi pertambahan kadar air tidak mampu mendukung
individu S. zeamais M., hal ini pertambahan populasi S. zeamais M.
disebabkan kandungan bahan aktif karena kadar air yang terdapat pada
piperamidin pada tepung daun sirih biji jagung yaitu 9,14%. Kastanja
hutan rendah. Kandungan bahan aktif (2007) menyatakan bahwa semakin
yang rendah menyebabkan daya racun tinggi tingkat kadar air biji jagung
dan mortalitas yang terjadi juga maka semakin besar kerusakan yang
rendah, sehingga pertambahan ditimbulkan oleh hama S. zeamais M.
individu akan semakin banyak. Hal sebaliknya jika kadar air semakin
ini dibuktikan pada parameter waktu rendah maka kerusakan juga rendah.
awal kematian S. zeamais M. terjadi SIMPULAN
386,50 jam setelah diberikan Berdasarkan hasil penelitian
perlakuan dan mortalitas total S. pemberian tepung daun sirih hutan
zeamais M. 12,50%. konsentrasi 8% merupakan
Pertambahan individu serangga konsentrasi terbaik yang
S. zeamais M. paling banyak pada menyebabkan terjadinya waktu awal
perlakuan konsentrasi tepung daun kematian 85,25 jam, lethal time 50
sirih hutan 0%. Hal ini dikarenakan (LT50) 342 jam, mortalitas harian
perlakuan 0% tidak memiliki bahan sebesar 12,5%, mortalitas total
aktif piperamidin, sehingga tidak sebesar 75%, penyusutan biji 0,85%
menyebabkan mortalitas serangga S. dan jumlah pertambahan individu S.
zeamais M., maka S. zeamais M. zeamais M. rata-rata sebanyak 63,75
dapat meletakkan telur dengan baik ekor.
untuk menghasilkan pertambahan
individu yang banyak. DAFTAR PUSTAKA
Menurut Kartasapoetra (1987)
bahwa faktor lingkungan dapat Aminah, S.N. 1995. Evaluasi Tiga
mempengaruhi pertambahan individu Jenis Tumbuhan sebagai
S. zeamais M. diantaranya yaitu kadar Insektisida dan Repelan
air pada produk penyimpanan, tempat terhadap Nyamuk di
penyimpanan, suhu dan kelembaban. Laboratorium. Tesis Institut
Kondisi yang optimum untuk Pertanian Bogor, Bogor
pertumbuhan dan perkembangan S. (Tidak dipublikasikan).
zeamais M. adalah pada suhu 17- Abidin, F. 2015. Uji Beberapa
34oC, dengan suhu optimal 28oC serta Konsentrasi Tepung Daun
kelembaban relatif antara 45-100% Sirih Hutan (Piper aduncum
dan kelembaban optimal 70% L.) untuk Mengendalikan
(Pranata, 1979). Hama Gudang Callosobruchus
Hasil penelitian menunjukkan chinensis L. Skripsi Fakultas
rata-rata suhu selama penyimpanan Pertanian Universitas Riau,
satu bulan yaitu 27,5oC, sedangkan Pekanbaru (Tidak
rata-rata kelembabannya selama dipublikasikan).
sebulan yaitu 80,2%. Faktor Dadang, dan D. Prijono. 2008.
lingkungan seperti suhu dan Insektisida Nabati: Prinsip,
kelembaban yang terdapat di Pemanfaatan dan
Laboratorium mampu mendukung Pengembangan. Departemen
pertambahan individu S. zeamais M., Proteksi Tanaman Fakultas
namun faktor lingkungan seperti

92 Jur.Agroekotek 8 (2) : 82 – 94, Desember 2016


Pertanian Institut Pertanian Nuryanto, A. 2011. Uji Beberapa
Bogor. Bogor. Konsentrasi Ekstrak Daun
Hadi, M. 2008. Pembuatan Kertas Sirih Hutan (Piper aduncumm
Anti Rayap Ramah L.) Mengendalikan Hama
Lingkungan dengan Kutu Putih Paracoccus
Memanfaatkan Ekstrak Daun marginatus William and
Kirinyuh (Eupatoria Granara De Willink
odoratum) Jurnal BIOMA, (Hemiptera: Pseudococcidae).
Volume 6 (2) : 12-18. Skripsi Fakultas pertanian
Karsidi, J. 2013. Uji Beberapa Universitas Riau, Pekanbaru
Konsentrasi Ekstrak Daun (Tidak dipublikasikan).
Sirih Hutan (Piper aduncum Puji, D.A. 2002. Pengaruh
L.) untuk Mengendalikan Penambahan Bahan Nabati
Leptocorisa Oratorius F. sebagai Insektisida Nabati
(Hemiptera: Alydidae) pada Alami terhadap
Tanaman Padi (Oryza sativa Perkembangan Serangga
L.) Skripsi Fakultas Pertanian Hama Gudang Sitophilus
Universitas Riau, Pekanbaru zeamais Motch. Skripsi
(Tidak dipublikasikan). Fakultas Teknologi Pertanian
Kartasapoetra, A.G. 1991. Hama- Institut Pertanian Bogor,
Hama Tanaman dalam Bogor (Tidak dipublikasikan).
Gudang. Bumi Aksara Ikhtiar. Pranata R. I. 1979. Pengantar Ilmu
Jakarta. Hama Gudang Biologi
Kastanja, A.Y. 2007. Identifikasi Tropika. Bogor.
Kadar Air Biji Jagung dan Saenong, M.S., dan S. Mas’ud. 2009.
Tingkat Kerusakannya pada Keragaan Hasil Teknologi
Tempat Penyimpanan. Jurnal Pengelolaan Hama Kumbang
Agroforestri, Volume 2 (3): Bubuk pada Tanaman Jagung
29. dan Sorgum. Prosiding
Martono, B.E., Hadipoentyanti, dan Seminar Nasional Serealia.
L. Udarno. 2004. Plasma Balai Penelitian Tanaman
Nutfah Insektisida Nabati. Serealia, Maros.
http://www. balittro.go.id. Saenong, M.S. 2013. Pemanfaatan
Diakses pada tanggal 27 Pestisida Nabati untuk
Desember 2014. Pertanian dan Kesehatan.
Mas’ud, S. 2007a. Kualitas Biji www.peipfi-
Jagung di Tingkat komdasulsel.org/wp-content/
Penyimpanan Petani. Balai uploads/2013/01/9-
Penelitian Tanaman Serealia. Pemanfaatan-pestisida-
Maros. nabati.pdf. Diakses pada
Natawigena, H. 2000. Pestisida dan tanggal 12 Agustus 2016.
Kegunaannya. Armico. Scoot, I.M., H.R. Jansen, B.J.R.
Bandung. Philogene, J.T. Arnason.
Nursal, E. 1997. Pengaruh 2008. A Review of Piper spp.
Konsentrasi Ekstrak Bahan (Piperaceae) Phytochemistry,
Pestisida Nabati terhadap Insecticidal Activity and
Hama. Balai Penelitian Mode of Action. Journal
Tanaman Obat. Bogor.

Jur.Agroekotek 8 (2) : 82 – 94, Desember 2016 93


Phytochemistry Review.
Volume 7 (1): 65-75.
Sembiring, R. 2014. Pemberian
Tepung Daun Sirsak (Annona
muricata L.) dalam
Mengendalikan Hama
Kumbang Bubuk Jagung
(Sitophilus zeamais M.) pada
Biji Jagung di Penyimpanan.
Skripsi Fakultas Pertanian
Universitas Riau, Pekanbaru
(Tidak dipublikasikan).
Sukotjo. 1998. Daya Hambat
Campuran Ekstrak Lada
Hitam (Piper ningrum L.) dan
Ekstrak Kayu Manis
(Cinnamomum burmanii)
terhadap Perkembangan
Sitophilus Zeamais pada
Beras Selama Penyimpanan.
Skripsi Fakultas Teknologi
Pertanian Institut Pertanian
Bogor, Bogor (Tidak
dipublikasikan).
Syarief, R., dan H. Halid. 1993.
Teknologi Penyimpanan
Pangan. Arcan, Jakarta.
Untung, K. 1993. Konsep
Pengendalian Hama Terpadu.
Andi offset, Yogyakarta.
________. 2001. Pengantar
Pengelolaan Hama Terpadu.
Gadjah Mada. University
Press. Yogyakarta.
Wahyuningsih, S. 2000. Kajian Daya
Insektisida dari Biji Paria dan
Ekstrak Biji Mengkudu
terhadap Perkembangan
Serangga Sitophilus zeamais
Motsch. Skripsi Fakultas
Teknologi Pertanian Institut
Pertanian Bogor, Bogor
(Tidak dipublikasikan).

94 Jur.Agroekotek 8 (2) : 82 – 94, Desember 2016

You might also like

pFad - Phonifier reborn

Pfad - The Proxy pFad of © 2024 Garber Painting. All rights reserved.

Note: This service is not intended for secure transactions such as banking, social media, email, or purchasing. Use at your own risk. We assume no liability whatsoever for broken pages.


Alternative Proxies:

Alternative Proxy

pFad Proxy

pFad v3 Proxy

pFad v4 Proxy